UAS Cuy
UAS Cuy
Selain itu, ciri-ciri Indische Empire Style adalah bangunan tidak bertingkat dan
halaman yang luas seperti yang diaplikasikan pada bangunan Gereja Kristen Pasundan
dapat dilihat pada gambar 4.2.
7
Gambar 4.2 : Gereja Kristen Pasundan
Sumber : Data Lapangan, 6 Maret 2020
Atap pada bangunan ini menggunakan jenis atap perisai dengan kemiringan ±40°
dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6. Atap perisan merupakan ciri dari gaya Indische
Empire Style.
4.2 Analisis Sistem Struktur dan Konstruksi Pada Gereja Kristen Pasundan
Analisis struktur dan konstruksi dilakukan secara keseluruhan pada bangunan yang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu atap, dinding, pintu dan jendela dengan uraian sebagai
berikut.
9
4.2.1 Struktur Atap
Struktur atap bangunan ini menggunakan sistem vector active dengan material
kayu. Rangka atap gereja ini disusun oleh komponen-komponen yang terdiri dari kuda-
kuda, gording, kaso, reng, makelar, sekur dan balok tarik.
Bingkai Gantung :
Gambar b
Gambar a
Tampak depan
Tampak samping
10
4.2.2 Konstruksi Dinding
Pada bangunan gereja tidak terlihat menggunakan kolom karena dinding yang tebal
yaitu 80 cm. Sehingga titik tumpu bagi atap untuk menyalurkan beban menuju pondasi
dapat dilihat pada gambar 4.6.
Dinding pada bangunan berfungsi juga sebagai bearing wall yang mampu bertindak
seperti beton sehingga dapat disebut sebagai dinding struktural yang menyalurkan beban
dan gaya dari atap menuju pondasi. Penyaluran gaya dan beban pada bangunan :
Elemen atap ini merupakan salah satu elemen pembentuk fasade yang penting
keberadaannya dan merupakan penguat dari karakter bangunan Gereja Kristen Pasundan
14
(GKP) Cirebon karena memperkuat komposisi fasade. Pada bagian depan fasade di
temukan beberapa ornamen monumental.
4.3.2 Dinding
Material pada konstruksi dinding Gereja Kristen Pasundan dibagi menjadi tiga
bagian yaitu batu, lepa (perekat pada sambungan batu) dan plester. Dengan uraian sebagai
berikut.
1. Batu
Konstruksi dinding campur menggunakan batu alam pada bagian luar dinding dan bata
merah pada bagian dalam dinding. Sebelum digunakan, batu alam ditarah terlebih
dahulu agar memiliki bentuk yang rapi dan ukuran (tebal) yang sama.
2. Lepa
Dilihat dari waktu gereja tersebut didirikan, lepa atau perekat sambungan batu/bata
pada bangunan gereja menggunakan semen merah dan kapur. Semen yang terbuat dari
bata merah yang digiling dan bila dicampur dengan kapur dan air akan mengeras
karena bahan tersebut mengandung silica amorf di dalam mineral-mineralnya yang
membentuk senyawa kalsium hidrosilikat.
3. Plester
Material plester pada gereja terdapat tiga kemungkinan yaitu.
a. Pasir dan kapur dengan perbandingan 2 : 1
b. Pasir, kapur dan semen merah dengan perbandingan 1 : 1 : 1
c. Pasir, tras dan kapur dengan perbandingan 3 : 1 : 1
15
Konstruksi jendela pada kusen jendela lazim digunakan kayu mutu kelas I atau II.
Pada jendela rangkap dipakai kayu yang berukuran 7/14 cm. Pemasangan kusen jendela
dari kayu pada dinding tembok dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: rata dengan les
penutup atau berimpitan.
2. Kaca
Kaca dalam kualitas Mutu B, kaca jendela harus apa yang disebut keputih-putihan
(half-white) tanpa warna, jernih, tembuscahaya dan tanpa cacat yang mengganggu. Untuk
pemasang diatas jendela dengan tebal ialah:
kaca 1,5 mm s/d 2 mm, disebut tebal-tunggal atau kaca 4/4.
BAB V
KESIMPULAN
16
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem struktur
pada bangunan Gereja Kristen Pasundan menggunakan sistem vector active dengan material
kayu untuk bagian atap bangunan. Pada bagian dinding bangunan memiliki tebal 80 cm dan
berfungsi sebagai bearing wall yang mampu bertindak seperti beton untuk memikul beban
bangunan, sehingga tergolong kedalam dinding struktural.
Atap bangunan menerapkan dua konstruksi yaitu konstruksi atap bingkai gantung pada
bagian yang terpotong oleh plafond lengkung dan kostruksi atap peran pada bagian yang tidak
terpotong plafon lengkung. Pada konstruksi dinding menggunakan konnstruksi dinding batu
campur yaitu campuran dari batu alam dan bata merah. Bata merah disusun secara rollag.
Penggunaan material pada bangunan Gereja Kristen Pasundan antara lain penutup atap
adalah genteng tanah merah, dinding menggunakan batu alam dan bata merah yang dilapisi
oleh plester berbahan semen merah dan kapur, dan pintu/jendela menggunakan kayu termasuk
kisi-kisi pada daun jendela kecuali bouvenli menggunakan kaca mati.
Dari hasil yang kami temukan, bahwa struktur, konstruksi, dan material bangunan
Gereja Kristen Pasundan sama seperti pada umumnya bangunan kolonial di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
17
[1] Frick Heinz, Ir, 1980; Ilmu Konstruksi Bangunan 1;Yogyakarta: Kanisius
[2] Frick Heinz, Ir, 1982; Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu;Yogyakarta: Kanisius
Menengah Kejuruan
[6] Snyder, C, James dan Catanese, J, Anthony, 1989; Pengantar Arsitektur;Jakarta: Erlangga
18