Anda di halaman 1dari 47

TUGAS BESAR PSSB VI

LAPORAN SPESIFIKASI TEKNIS & KINERJA


BANGUNAN UMUM BENTANG LEBAR

Dikerjakan oleh :
Veronica Christina Yunita Sari / 19.A1.0111

Pembimbing : Dosen koordinator :


Dr. Ir. Robert Rianto W, MT Dr. Ir. A. Ardiyanto, MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. 2
BAB I – SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN……………………………………………… 3

1. Struktur Bangunan ………………………………………………………………….2


A. Struktur Atas ……………………………………………………………………...2
B. Struktur Tengah …………………………………………………………………..6
C. Struktur Bawah …………………………………………………………………...7
2. Pekerjaan Konstruksi Bangunan …………………………………………………..7
A. Pekerjaan Konstuksi Bawah ……………………………………………………...7
B. Pekerjaan Konstruksi Tengah …………………………………………………….8
C. Pekerjaan Konstruksi Atas ………………………………………………………11
3. Utilitas Bangunan ………………………………………………………………….15
A. Sistem Penghawaan Bangunan ………………………………………………….15
B. Sistem Penerangan Bangunan……………………………………………………17
C. Sistem Keamanan ………………………………………………………………..18
D. Sistem Jaringan Listrik ………………………………………………………….19
E. Sistem Air Bersih dan Air Kotor ………………………………………………..20
F. Sistem Pengolahan Sampah ……………………………………………………..23
G. Sistem Pemadam Kebakaran ……………………………………………………24
H. Sistem Penangkal Petir ………………………………………………………….26

BAB I – PERHITUNGAN STANDAR KINERJA PENERIMAAN BANGUNAN ………..28

1. Kinerja Bangunan Spasial ………………………………………………………...28


2. Kinerja Termal Bangunan ………………………………………………………...31
3. Kinerja Akustik Bangunan………………………………………………………...35
4. Kinerja Visual Bangunan ………………………………………………………….38
5. Kinerja Bangunan Integritas ……………………………………………………...43

2
BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN

Dalam proyek MK PSSB VI bangunan umum bentang lebar ini memiliki fungsi utama,
dimana merupakan sebuah Concert hall untuk konser musik. Ke khas an dari Concert hall ini
adalah terdapat panggung tempat para pemain berada disertai dengan ruangan auditorium dimana
para penonton menyaksikan konser. Untuk kapasitas Concert Hall ini dapat menampung
sebanyak 1000 penonton.

1. STRUKTUR BANGUNAN

Bangunan pada umumnya terdiri dari 3 bagian struktur yakni bagian atas, tengah
dan bawah. Struktur atas yang dimaksud merupakan struktur atap, yang dalam proyek
Concert Hall ini menggunakan 2 jenis atap yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur
tengah bangunan yang dimaksud terdiri dari penyangga bangunan yang terdiri dari
dinding, curtain wall, balok, kolom, dan juga pelat lantai. Untuk bagian struktur
bawah yang dimaksud adalah pondasi bangunan.

A. Struktur Atas

Pada bagian concert hall ini, untuk struktur yang digunakan yakni
struktur atap berjenis spaceframe dan struktur shell. Keduanya membentuk
unsur yang simetris antara bagian bangunan kanan dan kiri, dimana atap
spaceframe sebagai konstruksi atap utama yang menutupi area ruangan
auditorium konser. Sedangkan konstruksi atap shell digunakan pada bagian
samping bangunan, dan membentuk unsur yang simetris, baik dalam jumlah
lengkung maupun bentuk, sehingga struktur atap yang digunakan tampak rata.

3
Gambar 1. Isometri bangunan Concert Hall

 Struktur Spaceframe

Spaceframe pada bangunan Concert Hall ini digunakan pada area sekitar
lobby dan area auditorium pada bangunan Concert Hall ini. Alasan dari
diletakkannya spaceframe di area tersebut karena berkaitan dengan peletakan
reflector pada ruangan auditorium dan juga kepentingan lobby yang
membutuhkan ruang yang monumental sehingga tepat untuk meletakkan
konstruksi atap spaceframe di area ini.

Gambar 2. Peletakan spaceframe pada ruang auditorium

4
Spaceframe yang digunakan pada bangunan Concert Hall ini merupakan
struktur spaceframe jenis double layer dengan material penutup atap Zincalume
panel. Keuntungan menggunakan atap zincalume ini adalah memberikan
perlindungan yang prima dan lebih tahan lama dibandingkan dengan atap
galvanis. Pada lapisannya memiliki lapisan resin sehingga permukaannya
mudah untuk di cat dan mampu untuk mencegah goresan serta bercak tangan.
Daya tahan panas nya mencapai 315 derajat celcius tanpa mengalami perubahan
warna pada permukaannya sehingga cocok untuk dipergunakan pada lokasi
tapak yang relative panas karena berada di dekat laut.

Gambar 3. Detail pemasangan atap zincalume pada struktur spaceframe

 Struktur Shell
Struktur shell yang digunakan dalam bangunan Concert Hall ini
merupakan struktur plat beton bertulang dimana ketebalannya 20 cm dilapisi
dengan waterproofing untuk melindungi serta mencegah konstruksi ini dari
curah hujan yang cukup tinggi.

5
B. Struktur Tengah

Pada bangunan Concert Hall ini terdiri dari beberapa struktur tengah yang
meliputi :

 Dinding
Dinding yang digunkana pada bangunan ini terdiri dari beberapa jenis dinding,
diantaranya merupakan dinding setebal 15 cm, dinding partisi setebal 10 cm,
dinding masif yang menjadi bearing wall, dan beberapa partisi lainnya seperti
partisi dinding toilet dan partisi dengan menggunakan Tempered Glass setebal 0.3
mm.

 Curtain Wall
Untuk jenis curtain wall yang digunakan adalah menggunakan panel kaca
tempered glass setebal 20mm.

Gambar 4. Tampak bangunan yang menggunakan curtain wall

 Balok
Balok yang digunakan dalam bangunan ini terdiri dari 2 jenis balok induk,
dimana 40x80 cm yang menghubungkan antar kolom struktur itu sendiri dengan
balok anak berukuran 20x40 cm

 Kolom
Kolom struktur yang digunakan yaitu kolom struktur yang menopang beban
struktur space frame, berukuran 60x60.

6
 Plat lantai
Plat lantai yang digunakan ketebalan 20 cm.

C. Struktur Bawah
Struktur bawah terdiri dari beberapa bagian, terdiri dari :
 Tie Beam
Tie Beam atau yang baisa disebut dengan sloof ini menggunakan ukuran
40x80cm
 Pondasi
Jenis pondasi yang digunakan pada bangunan ini adalah pondasi tiang pancang,
karena berdasarkan site memungkinkan untuk penggunaan pondasi tinag
pancang, disamping mendukung daya dukung tanah.

Gambar 5. Potongan yang menunjukkan pondasi

2. PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN


A. Pekerjaan Struktur Bawah atau Sub Struktur (Pondasi)
- Lingkup pengerjaan pondasi meliputi bebrapa hal, mulai dari penyediaan tenaga,
bahan bahan material, serta menyiapkan peralatan yang diperlukan sehingga
secara keseluruhan pekerjaan pondasi dapat diselesaikan dengan baik.

7
- Pondasi yang digunakan merupakan pondasi tiang pancang, dimana digunakan
untuk menahan seluruh beban atap, baik spacemframe maupun atap shell.
- Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan
a. Pondasi beton yang telah terpasang dihindarkan dari jamahan orang/benturan
dari benda keras minimal 3x24 jam setelah pengecoran.
b. Pondasi beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaiki namun tetap
tidak menurunkan mutu pekerjaan.

B. Pekerjaan Struktur Tengah (Pekerjaan Struktur Balok, Plat Lantai dan Dinding)

Pekerjaan Beton
- Lingkup dari pekerjaan beton yang tersedia meliputi beberapa hal berikut, seperti
penyediaan tenaga, bahan-bahan material dan peralatan yang diperlukan sehingga
secara keseluruhan pekerjaan kolom dan plat lantai ini dapat terselesaikan. Untuk
pekerjaan beton sendiri meliputi beberapa pekerjaan seperti pembuatan kolom
struktur. Kolom yang digunakan merupakan kolom dengan ukuran 60x60, plat
lantai tebal 20 cm, dan pekerjaan beton lainnya.

- Peraturan umum yang digunakan sebagai standar adalah Peraturan Beton


Indonesia (PBI-1971) dan untuk hal-hal yang belum terjangkau dari PBI-1971,
dapat digunakan peraturan-peraturan lainnya, sebagai contoh adalah ATSM.

- Kualitas Beton yang digunakan dalam bangunan :


a. Mutu beron yang digunakan adalah K-175
b. Beton yang digunakan harus ditest mutunya dari benda uji dengan
persyaratan sesuai degan PBI-1971
c. Hal lain yang tidak disebutkan diatas perlu memenuhi persyaratan yang
berlaku.

8
- Baja Tulangan
a. Baja tulangan yang dipergunakan merupakan batang baja dengan tegangan
lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 (untuk diameter kurang dari 13
mm) dan untuk mutu baja U 39 (untuk diameter lebih besar dari 13 mm)
b. Penyimpanan baja tulangan perlu diatur sehingga mudah dikenali ukurannya
dengan jalan mengelompokkan sesuai dengan ukurannya.
c. Pemasangan tulangan harus sesuai dengan gambar karena blok penyangga
tulangan perlu sesuai dengan tebal penutup beton. Serta minimal kekuatannya
sama dengan beton yang dituang berdekatan. Semua baja tulangan beton harus
baru dari mutu dan ukuran yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
Indonesia untuk beon NO-2 PBI-1971 atau ASTM Designation A-5 dan harus
disetujui oleh Konsultan/Direksi lapangan.

- Selimut

Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan, dan harus memiliki jarak yang tetap untuk setiap bagian kontruksi
tertentu, seperti :

a. Balok : 2.5 cm

b. Pelat Beton : 2 cm

c. Kolom : 3.5 cm

- Konstruksi Cetakan
a. Cetakan untuk balok, pelat, kolom, listplank dan bagian kontruksi lain dibuat
dari papan tebal minimal 2,5 cm dengan diperkuat dengan kaso secukupnya.
Sehingga menghasilkan beton yang lurus serta rata sesuai dengan gambar dan
tentunya tidak menggelembung.

9
b. Stut untuk balok dan pelat harus berasal dari Dolken yang terbaik, ada di
pasaran atau bahan lain yang memenuhi syarat.
c. Multipleks hanya diperbolehkan dipakai 2 (dua) kali bolak-balik atau setiap
permukaan hanya 1 (satu) kali.
d. Alat alat yang sesuai harus tersedia serta cocok untuk membuka cetakan
tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai.

- Pekerjaan Beton Tidak bertulang

a. Komposisi campuran beton tidak bertulang adalah 1 pc : 3 psr : 5 krl

b. Dalam pengecoran, permukaan harus rata dan juga kerikil tidak


diperkenankan untuk keluar, kecuali dinyatakan berbeda dengan Gambar
Kerja.

c. Untuk perataan harus menggunakan rooskam panjang.

d. Untuk lantai dengan kerikikil timbul atau beton sikat digunakan kerikil kali
yang halus dan tidak runcing.

e. Kerikil yang digunakan untuk penyelesaian permukaan tipe pedestrian


tersebut berdiameter antara 1 ½ cm sampai 3 cm.

Pekerjaan Pasangan

- Lingkup pekerjaan pasangan yang akan dikerjakan meliputi : penyediaan


tenaga, bahan-bahan, material serta peralatan yang diperlukan sehingga seluruh
pekerjaan pasangan ini dapat terselesaikan. Pekerjaan beton meliputi pembuatan
dinding, plesteran dan juga finishing.
- Material pekerjaan pasangan bata
a. Batu bata
Batu bata yang digunakan harus matang pada saat pembakarannya, bila
direndam di dalam air agar tidak mudah hancur dan tetap utuh. Ukuran bata

10
yang digunakan adalah ukuran 5 x 11 x 22 rusuk-rusuknya tajam dan ukurannya
sama besar berasal dari sati produk dan langsung didatangkan dari pabrik atau
penjual.

b. Semen/Portland Cement(PC)
Semen PC yang digunakan adalah merk Semen Gresik, dan disimpan tidak
lebih dari 30 hari sejak keluar dari pabrik. Penyimpanan harus dilakukan di
gudang dengan lantai kering minimal 30 cm lebih tinggi dari muka tanah.
Semen yang lembab tidak dapat digunakan.

c. Pasir Pasang
Masih sama dengan pasir yang digunakan untuk konstruksi beton, pasir
yang digunakan dalam pembangunan harus bersih dari segala macam kotoran,
bahan-bahan kimia dan bebas dari lumpur. Khusus untuk plesteran, pasir yang
digunakan lebih lembut. Setiap pekerjaan harus didahului dengan contoh
sebelum disetujui untuk digunakan.

- Jenis Plesteran yang digunkan


a. Plesteran tahan air (trasram) 1 pc : 3 psr yang digunakan untuk menutup dinding
yang selalu berhubungan dengan air, plesteran sudut dan plesteran beton.
b. Plesteran dinding sisi luar bangunan yang tidak terlindung digunakan plesteran 1
pc : 5 psr
c. Plesteran 1 pc : 5 psr digunakan untuk seluruh dinding selain dari dinding yang
tahan air.

- Finishing plesteran cat tembok eksterior dan interior sedangkan pada bagian kamar
mandi finishing keramik 20x20 cm.

C. Pekerjaan Struktur Atas (Pekerjaan Atap)


- Lingkup Pekerjaan meliputi:
a. Pekerjaan pemasangan penutup atap yang sesuai dengan gambar kerja

11
b. Mengukur kembali jarak untuk persiapan pemasangan penutup atap agar hasil
akhir pemasangan dapat terlaksana secara sempurna.
c. Penutup atap pada bagian tertentu pada bagian ini menggunakan alumunium
composite panel dengan spesifikasi sama dengan genteng beto pada
Spesifikasi Alumunium Composite Panel
d. Penutup atap yang digunakna pada bagian tertentu menggunakan atap shell
dengan spesifikasi yang sama dengan digunakan pada spesifikasi shell
struktur.

- Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua pemasangan dari produk harus rapi, tidak ada kerusakan yang berasal
dari penutup atap, baik yang telah terpasang seperti retak maupun pecah.
Setelah pengerjaan selesai, semua penutup atap harus dibersihkan dari sisa
kotoran dari material lain.
b. Seluruh kerusakan pada struktur atap pada waktu pengerjaan kemudian
menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
c. Kontraktor mengajukan sample material, spesifikasi teknis, sertifikasi dan
juga dokumen material kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Pekerjaan Atap Space Frame

- Lingkup pekerjaan atap spaceframe meliputi : penyediaan tenaga, bahan bahan


material, dan peralatan-peralatan yang diperlukan sehingga secara keseluruhan
pekerjaan spaceframe ini dapat terselesaikan dengan baik.
- Pekerjaan yang berkaitan dengan Pekerjaan Atap Space Frame adalah :
a. Pekerjaan fabrikasi baja
b. Pekerjaan penutup atap dan flashing
c. Pekerjaan talang dan saluran air hujan
d. Pekerjaan cat-walk
e. Pekerjaan insulasi

12
- Referensi dan Standart Atap Space Frame :
Dalam pengerjaan struktur spaceframe dihasilkan akurasi dengan toleransi ukuran
di bawah diameter 0,1 mm dan juga tingkat akurasi sudut lubang 0,2 derajat.

Pekerjaan spaceframe perlu dilaksanakan oleh perusahaan yang telah memiliki


perencanaan serta peralatan yang memadai, serta tenaga kerja yang terlatih.
Perusahan tersebut telah dikenal serta memiliki pengalaman yang cukup untuk
dapat melangsungkan pekerjaan sejenis. Diluar ada penyebutan yang berbedda,
semua pekerjaan harus memenuhi peraturan dan ketentuan yang terkait dan
berlaku.

Material pekerjaan atap spaceframe:


a. Sambungan
Sambungan sistem konstruksi baja space frame berupa baut, mur,
ring, elektroda las dengan standar persyaratan ASTM A370. Baut dan mur
yang tidak melalui proses finishing dan berbentuk segi enak (hexagon bolt
type). Baut yang digunakan harus kuat dalam menahan beban dan gaya yang
timbul, dan dikhususkan untuk menahan beban berat (heavy duty
fastening/anchor).

b. Ball Joint

 Material baja spesifikasi JIS G4051 S45C dengan tegangan leleh


380N/mm2
 Pembuatan lubang dengan mesin CNC sehingga dihasilkan akurasi.
 Diameter bola: 49 mm – 307 mm dalam desain concert hall diameter
bola yang digunakan 80mm
 Finishing: elektro-galvanis tebal lapisan zinc 25 micron (DIN 50961)
dan cat

13
c. Batang (Member)
 Material baja JIS G3444 STK400 dengan tegangan leleh 235 N/mm
 Diameter pipa: 1,25” – 12”
 Panjang sesuai pada gambar kerja
 Finishing: sand blasting dan cat

d. Pelat suport
 Material baja low carbon steel JIS G3101 SS400 atau AISI 1021
dengan titik leleh240 N/mm2
 Dimensi disesuaikan dengan desain.
 Dibentuk menggunakan mesin bubut CNC; Toleransi tingkat akurasi
0,1mm di semua dimensi.
 Finishing: elektro-galvanis tebal lapisan zinc 25 micron (DIN 50961)
dan cat

Pekerjaan Atap Shell

- Lingkup pekerjaan atap shell meliputi : penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan serta
peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
struktur atap shell sesuai dengan yang terdapat pada Gambar Kerja dan memenuhi
syarat yang tertera pada Rencana Kerja dan Syarat Syarat.
- Persyaratan
a. Harus memiliki bentuk lengkung sesuai dengan yang terdapat pada Gmabar Kerja
b. Permukaan atap shell harus tipis sesuai dengan yang terdapat di Gambar Kerja.
c. Bahan harus merupakan sesuai standar pada Gambar Kerja

14
d. Beton harus mengikuti standar yang ditetapkan pada Peraturan beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971, Standart Beon Indonesia 1991, Gambar Kerja ataupun
Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS) ini.

- Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pemborong wajib untuk memeriksa kembali gambar yang akan digunaka pada saat
pelaksanaan seperti yang dinyatakan pada Gambar Kerja dan pengukuran
dilakukan apabila diperlukan.
b. Pemborong wajib untuk menyediakan gambar shop drawing yang menampakkan
sambungan dari satu bahan dengan bahan yang lain.
c. Sebelum pemasangan, permukaan semua gording atau rangka bidang, bila
diperlukan mengganjal atau menyetel bagian ini terhadap rangka penumpuknya.
d. Dalam keadaan apapun, ganjal tidak diperbolehkan untuk dipasang langsng
dibawah play kait untuk mengatur kemiringan atas.
e. Pada saat pelaksanaan harus selalu diperiksa dengan seksama untuk menghindari
penggeseran pada pemasangan serte meminimalisir kesalahan yang tidak
diinginkan.
f. Keseluruhan sisa pekerjaan yang merupakan sisa potongan dan lain yang berupa
kotoran harus dibersihkan dari atas permukaan atap agar tidak terjadi perkaratan.
Hasil pemasangan harus datar dengan menyesuaikan kelandaian yang cukup agar
tidak terjadi kebocoran.

3. UTILITAS BANGUNAN
A. Sistem Penghawaan ruangan
Bangunan Concert Hall ini menggunakan 2 jenis penghawaan, yaitu
penghawaan buatan dan penghawaan alami.

15
1. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan pada bangunan ini menggunakan Air
Conditioner atau AC. AC merupakan alat buatan manusia sebagai teknologi
penghawaan buatan yang berfungsi untuk menurunkan suhu atau menjaga
ruangan agar tetap nyaman bagi para pengguna.

Gambar 6. Prinsip kerja cooling tower

Sistem penghawaan buatan pada bangunan ini menggunakan AC ducting


central terlebih pada ruang ruang yang cukup luas, seperti pada area auditorium.
Menggunakan air panas yang berasal dari kondensor. Fungsi dari cooling tower
adalah untuk mendingikan air panas tersebut hingga suhu optimal untuk
disalurkan ke chiller dan siap untuk didistribusikan dari AHU menuju pembagian
unit ducting.

2. Penghawaan Alami

16
Penghawaan alami pada bangunan memanfaatkan lingkungan hijau yang
berada di sekeliling tapak, terkhusus bagi pergerakan angina melalui ventilasi
dengan sistem ventilasi silang.

Gambar 7. Sistem Ventilasi silang yang diterapkan dalam bangunan

B. Sistem Penerangan Bangunan


Bangunan museum ini menggunakan 2 jenis penerangan, yaitu penerangan buatan
dan penerangan alami.

1. Penerangan Buatan
Penerangan buatan yang digunakan pada bangunan ini meggunakan lampu
dengan berbagai macam lux dan tipe seperti lampu LED, lampu sorot, display, dll.
Penerangan buatan ini juga diperlukan karena pada bangunan bentang lebar,
meskipun dengan cahaya matahari, tetap membutuhkan bantuan penerangan
buatan terkhusus pada malam hari.

17
Gambar 8. Contoh penerangan buatan dalam Concert Hall

2. Penerangan Alami
Penerangan alami pada bangunan ini memanfaatkan jendela, lubang
ventilasi, dan pemanfaatan curtain wall. Bukaan ini lebih efektif agar cahaya
matahari dapat masuk dan menjadi penerangan alami bangunan ini.

Gambar 9. Skema penerangan alami pada bangunan

C. Sistem Keamanan
Sistem keamanan yang digunakan di dalam bangunan ini berupa perangkat
CCTV atau kamera video digital yang berfungsi untuk dapat mengirim sinyal berupa
gambar menuju layar monitor yang berada di ruang terpisah.

18
Gambar 10. CCTV merk Kris Dome AHD 2mp

D. Jaringan listrik
Bangunan ini menggunakan aliran jaringan listrik yang berasal dari PLN
dan kemudian ditransformasikan melalui beberapa komponen listrik seperti yang
tertera pada diagram di bawah ini.

Gambar 11. Skema jaringan utilitas listrik yang terdapat pada bangunan

MVDP : Medium voltage distribution panel, dengan tengangan 20kV,


melindungi
komponen listrik pada tenganan berlebih.

TSD : Step down transformer, (trafo) yang berfungssi sebagai penurun


tegangan menjadi 380 Volt.

19
LVDP : Low Voltage distribution panel, berisi tegangan 380 volt yang
berada
didalam gedung untu didistribusikan, bisa saja memiliki beberapa
LVDP yang digunakan terpisah tiap jenis kelistrikan. Seperti
penerangan, alat besar, computer, dll.

Generator-set : Guna Backup Ketika malfungsi dari PLn atau terputus. Pergantian
listrik
secara otomatis menggunakan ATS (automatic transfer switch) yang
berada di dalam CPGS.

MDP : Main distribution Panel, terdapat MCCB yang terdapat pada 1


lantai bangunan yang akan mendistribusikan listrik ke tiap lantai

SDP : Sub distribution panel, SDP sendiri penerima dari MDP sehingga
teradapat control di tiap lantainya. Yang memiliki MCB mengontrol
Panel Box.

PB : Panel Box, teradapat di tiap ruang besar yang memiliki MCB


pembatas
arus untuk pembagian dalam ruang.

F. Jaringan Air Bersih dan Air Kotor


Air bersih yang digunakan pada proyek ini di desain agar dapat menyuplai
kebutuhan air pada :
- Toilet
- Wastafel
- Urinoir
- Cucian dapur restoran
- Sprinkler
Sedangkan sistem air kotor diharapkan dapat menyalurkan limbah air
kotor (blackwater maupun greywater) dari setiap lantai gedung ke septic tank
kemudian dibuang menuju ke saluran kota.

20
Ground
PDAM Meteran Water Pompa Rooftank Ruang
Tank

Gambar 12. Skema utilitas Air Bersih

Jaringan PDAM dan Sumur Resapan kemudian dikumpulkan di Ground


Water Tank, kemudian air di pompa menuju ke lantai teratas sehingga tidak perlu
untuk selalu memompa. Selanjutnya dari Rooftank, air dialirkan menuju ke titik titik
pendistribusian air.

Gambar 13. Standar Penggunaan Air Bersih

Perhitungan kebutuhan air bersih bangunan dalam sekali pertunjukan


beradasarkan standar Gedung Serbaguna :

= Kapasitas penonton x kebutuhan air bersih per orang

= 1000 x 0.025 m3

= 25 m3/hari

21
Perhitungan kebutuhan air bersih cadangan untuk dua kali pertunjukan :

= Kebutuhan dalam satu hari x 2

= 25 m3/hari x 2

= 50m3 yang perlu ditampung

Utilitas air kotor yang tersedia dibagi menjadi 2 jenis, yaitu saluran yang
digunakan untuk grey water atau air wastafel, floor drain, dan air hujan. Dan juga
saluran untuk black water atau yang merupakan air limbah toilet.

Pipa Sumur
Toilet Septictank
Pembuangan
Resapan

Bak Kontrol Saluran Kota

Gambar 14. Skema utilitas untuk Black Water

Gambar 15. Standar Dimensi Septictank

Pembuangan dari toilet melalui pipa pembuangan disalurkan menuju ke


septictank. Berikut untuk perhitungan volume septictank yang diperlukan :

= jumlah orang x standar volume septictank

= 540 x 0,06 m3

22
= 32,4 m3

Pemisahan yang dilakukan atara penggunaan saluran black water dan grey
water ini dikarenakan tingkat kontaminasi kotoran yang berbeda sehingga untuk
black water perlu septic tank untuk mengendapkan kotoran terlebih dahulu.

Toilet / Pipa Bak Saluran


sink Pembuangan Kontrol Kota

Sumur
Resapan

Gambar 16. Skema utilitas untuk Grey Water

Urutan diawali dengan floor drain, wastafel kemudian dialirkan menuju ke


pipa vertikal yang menyalurkan air kotor ke groung melalui pipa horizinral.
Selanjutnya dialirkan menuju ke bak control yang terdapat di beberapa titik untuk
dilanjutkan ke sumur resapan dan dialirkan ke saluran kota.

G. Sistem Pengolahan Sampah


Untuk sistem pengelolaan sampah pada bangunan ini dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu sampah lama dan sampah baru. Untuk sampah lama, merupakan sampah
anorganik dan sampah yang ditimbun di TPS milik bangunan ini sebelum dibuang ke
TPA. Untuk sampah baru yang dipilah terdiri dari beberapa dari sampah organic dan
sampah anorganik yang dapat di daur ulang serta digunakan kembali menjadi pupuk
kompos untuk kepentingan bangunan sendiri.

23
Pengelolaan sampah ini dapat melibatkan berbagai zat, seperti zat padat,
cair, gas atau radioaktif dengan menggunakan metode yang berasal dari keahlian
khusus untuk masing-masing jenis zat. Limbah sampah yang dihasilkan merupakan
buangan dari bangunan seperti pabrik, hotel, retoran dan supermarket.

Pengelolaan sampah menjadi proses sehingga memerlukan dua tujuan,


meliputi :
a. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis.
b. mengolah sampah agar kemudia menjadi material yang tidak membahayakan
bagi lingkungan hidup

H. Sistem Pemadam Kebakaran


Sistem pemadam kebakaran yang digunakan dalam bangunan ini
dipisahkan menjadi 2 bagian, dimana yang erupakan dalam dan luar bangunan,
 Pemadam luar bangunan
Untuk pemadam luar bangunan sendiri menggunakan Hydrant Pillar yang
ditempatkan pada tepi bangunan dengan jarak sekitar 35-38 meter, karena
panjang pipa pemadam kebakaran pada umumnya 30 meter.

Gambar 17. Hydrant Pillar Two Way Firefix Main Valve & Ball Valve model
Machino size 4” x 2.5” x 2.5”
 Pemadam dalam bangunan
Dalam bangunan terdapat alat utilitas untuk pemadam kebakaran, yaitu :
 Sprinkler : Berfungsi sebagai pemadam kebakaran di dalam
bangunan yang menyemprotkan air bertekanan

24
Gambar 18. Sprinkler Viking Pedant

 Hydrant Box, yang merupakan instalasi untuk pemadam kebakaran


yang berada di dalam ruangan yang terhubung langsung dengan
sumber air. Lokasi penempatan biasanya terletak di tangga darurat
agar pipa dapat menjadi pemandu ketika asap telah memenuhi
ruangan. Jarak untuk tangga darurat sendiri adalah 25 meter titik
terjauh.

Gambar 19. HOOSEKI Hydrant Box Indoor

 Extinguisher, atau yang dapat kita sebut sebagai Alat Pemadam


Api Ringan atau APAR, merupakan alat emergency untuk
memadamkan api yang memiliki skala kecil serta dapat
dipindahkan oleh siapa saja dengan mudah. Hydrant box
merupakan instalasi pemadam kebakaran dalam ruang yang
terhubung langsung dengan sumber air.

25
Gambar 20. HOOSEKI Fire Extinguisher Carbon Dioxide HCO-5

I. Penangkal Petir
Semakin tinggi sebuah bangunan maka semakin tinggi resiko untuk dapat
tersambar petir. Maka dari itu, dibutuhkan proteksi terhadap kemungkinan
tersebut dengan memasang penangkal petir. Penangkal petir ini merupakan
susunan dari besi konduktor pada atap bangunan yang dilengkapi kabel untuk
dapat menghubungkan konduktor dengan bumi atau tanah.

Untuk sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan merupakan


sistem penangkal petir Faraday yang menyelimuti bangunan dengan penangkal
petir dengan jarak 5-20 meter di setiap penangkal. Cara kerja penangkal ini
berupa batang penangkal petir yang kemudian disalurkan oleh batang konduktor
menuju ke tanah.

26
Gambar 21. Penangkal Petir External Lightning Protection Viking V6
Tipe R-132

27
BAB II

PERHITUNGAN STANDAR KINERJA PENERIMAAN BANGUNAN

1. Kinerja Bangunan Spasial


Merupakan bentuk atau ukuran ruang yang dibutuhkan oleh manusia atau
pengguna untuk dapat melakukan kegiatan secara nyaman. Dikarenakan
bangunan yang dikaji merupakan sebuah bangunan Concert hall, maka untuk
lingkup kajiannya adalah sebagai berikut :
 Peletakan zonasi ruangan
 Kapasitas bangku dan juga bentuk tribun
 Aksesibitas penonton, termasuk dalam situasi darurat
 Jarak pandang penonton

Gambar 22. Denah ground Floor

A. Tribun / Seat
Sebagai upaya untuk meningkatkan kenyamanan pengguna atau penonton
dalam hal penglihatan, maka layout tribun dirancang secara berbaris dan
berundak. Untuk idealnya super elevation pada 12-15 mm.

28
Gambar 23. Construkction of Sightlines
Sumber : Neufert – Data Arsitek Jilid 3 halaman 494

Ukuran standar yang digunakan dalam dimensi tempat duduk dalam pengguna
Concert hall pada ruang auditorium in I kemudian menjadi acuan utama untuk
dimensi dalam mendesain tata ruang. Dimensi tempat duduk bagi penonton
memiliki standar ukuran panjang 84 hingga 100 cm x lebar 50 cm (Ernst,
Architect Data, hal.351)

Gambar 24. Standar dimensi seating teater Architect Data

29
Perhitungan minimal luasan area tempat duduk/ seating ruang auditorium
adalah :
= Kapasitas x luas permukaan
= 1000 x (1 m x 0,5 m)
= 500 m2 (Belum termasuk tangga dan koridor)

B. Panggung
Standar ukuran panggung mengikuri kelas dari pementasan yang akan
dipertunjukkan. Dengan menggunakan skala kota, maka dari itu panggung
memerlukan lebar minimal 12-25 meter, dengan rata rata panggung selebar 18
meter.

Gambar 25. Standar lebar panggung teater dalam Architect Data

Standar dari panggung (Ernst, Architect Data, hal 352) :

 Lebar dari panggung pertunjukan ≥ 2 kali dari ukuran bukaan panggung.


 Kedalaman panggung dari ≥ ¾ ukuran lebar panggung,
 Tinggi ringging loft sisi bawah ≥ tinggi rata rata auditorium + tinggi dari
bukaan panggung
 Ruang pemadam kebakaran berukuran minimal 80 x 2,2 meter pada tiap
sisi panggung
 Ringging loft : merupakan ruang atas panggung yang berfungsi sebagai
tempat menggantung pemandangan yang ditampilkan.

30
 Fire curtain : berfungsi sebagai pemisah antara panggung dengan
auditorium, menggunakan korden tahan api dengan material kain
anyaman kabel asbestos yang terbentang dengan pipa baja. Korden harus
dalam 1 lembar yang harus dapan menutup seluruhnya dalam 30 detik.
 Jalur keluar : sirkulasi keluar dari area panggung sekurang kurangnya
ada 2 jalur keluar, yang salah satunya dapat menuju lobby lalu ruang
terbuka.

2. Kinerja Bangunan Termal


Merupakan kenyamanan suhu dalam suatu ruangan yang diperlukan manusia
saat manusia melakukan kegiatan atau aktivitas. Untuk dapat mencapai kenyamanan
termal atau suhu dalam suatu ruang, maka dapat dilakukan dengan cara memberikan AC
atau penghawaan secara alami dengan menambahkan bukaan/ventilasi.
Diketahui :
 Luas Fasilitas Concert Hall = 1196 m2
 Luas Fasilitas Penunjang = 1586 m2
 Luas Fasilitas Servis = 1106 m2

AC Central

Gambar 26. Tabel data dan faktor kota

31
Gambar 27. Tabel data kenyamanan termal

Rumus Cooling Pad


Cooling Load = Luas Lantai x Beban Cooling x faktor Kota x Koefisien
Faktor Koreksi
 Fasilitas Concert hall = 1196 m2 x 340 W (R)/m2 x 1,14 W (R)/m2 x (10/6)
= 741,711 kW (R)
 Fasilitas Penunjang = 1586 m2 x 89 W (R)/m2 x 1,14 W (R)/m2 x (10/6)
= 267,119 kW (R)
 Fasilitas Servis = 1106 m2 x 89 W (R)/m2 x 1,14 W (R)/m2 x (10/6)
= 186,276 kW (R)

Rumus Air Flow


Air Flow = Luas lantai x Beban Air Flow x Faktor Kota x Koefisien
Faktor Koreksi
 Fasilitas Concert hall = 1196 m2 x 10.8 W (R)/m2 x 1,14 W (R)/m2 x (10/6)
= 24.443,75 L/s
 Fasilitas Penunjang = 1586 m2 x 5.5 W (R)/m2 x 1,14 W (R)/m2 x (10/6)
= 16.507,40 L/s
 Fasilitas Servis = 1106 m2 x 5.5 W (R)/m2 x 1,14 W (R)/m2 x (10/6)
= 11.511,46 L/s

32
Perhitungan Termal AC
Berdasarkan hasil perhitungan Cooling Load, maka diperoleh beban total dari AC
yang digunakan dalam bangunan Concert Hall sebesar
 Fasilitas Concert Hall = 741,711 kW (R)
 Fasilitas Penunjang = 267,119 kW (R)
 Fasilitas Servis = 186,276 kW (R)

Gambar 28. Standar Ruang Chiller

Berdasarkan table standar ruang chiller diatas, maka kebutuhan ruang


chiller untuk masing-masing fasilitas bangunan Concert Hall ini adalah :

 Fasilitas Concert Hall = 7,7 x 5,2 = 40 m2


 Fasilitas Penunjang = 7,3 x 4,8 = 35 m2
 Fasilitas Servis = 6,7 x 4,5 = 30 m2

33
Gambar 29. Table Standar Ruang AHU

Berdasarkan table standar ruang AHU diatas, maka kebutuhan ruang AHU
untuk masing-masing fasilitas concert Hall adalah berikut :

 Fasilitas Concert Hall = 24.443,75 L/s


 Fasilitas Penunjang = 16.507,40 L/s
 Fasilitas Servis = 11.511,46 L/s

Data diatas meninjukkan perhitungan total kebutuhan ruang AHU yang bila
dijumlah mencapai 52.462,61 L/s, maka ruang AHU yang dibutuhkan sebanyak 5
buah berukuran 3,7 x 4,0 dengan luasan 14,8 m2.

A. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami diterapkan dalam bangunan ini dengan penggunaan curtain wall
kaca serta jendela di beberapa sisi yang mendukung masuknya pencahayaan alami
di dalam bangunan.

34
Gambar 30. Tampak depan dan samping bangunan yang menggunakan curtain
wall kaca material tempered sebagai pencahayaan alami

3. Kinerja Akustik Bangunan


Standar penerimaan akustik merupakan kenyamanan dalam bidang akustik dan
suata dalam sebuah bangunan yang didengar oleh manusia. Dalam bangunan Concert
Hall ini standar penerimaan akustuk sangat penting dikarenakan berfungsi sebagai
Concert Hall maka diperlukan komponen pendukung untuk membantuk standar
penerimaan akustik seperti :
 Panel Reflektor Suara
Panel Reflektor ini meripakan elemen yang memiliki fungsi sebagai pemantul
suara agar dapat dipantulkan dari panggung menuju ke tribun penonton, agar
suata dapat tersebat menuju ke seluruh ruangan. Panel ini berbentuk cembung
melengkung menggunakan material gypsum.

 Dinding Difusi Suara


Merupakan elemen yangdapat mengurangi pemantulan suara. Difusi yang
dimaksud merupakan penyebaran suara secara relative diperlukan dalam ruang
konser dan pertunjukan untuk memenuhi kebutuhan distribusi suara yang merata,

35
serta menghindari cacat akustik. Panel diffuser biasanya dibuat tidak rata dan
berpola maju mundur dengan bentuk hexagon atau persegi.

 Glasswool Insulator pada Spaceframe


Merupakan bahan isolasi yang terbuat dari serat kaca yang disusun menggunakan
pengikat menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wol. Fungsi dari Insulator ini
adalah untuk meredam suara agar tidak keluar ruangan. Bentuk glasswool
menyerupai lempengan atau gulungan, dengan sifat termal dan mekanik yang
berbeda. Pemakaian Glasswool insulator diletakkan diantara penutup atap enamel
panel dan rangka ruang spaceframe.

 Absorber
Absorber merupakan elemen yang berfungsi untuk menyerap suara yang erada
pada ruangan sehingga dapat meminimalisir suara yang berlebihan serta
mengurangi waktu dengung. Pada bangunan Concert Hall ini material berada
pada lantai Concert Hall yang merupakan karpet bertekstur lunak dan berpori
yang berfungsi sebagai peredam suara agar tidak bocor ke ruangan lain.

Gambar 31. Potongan instalasi reflector pada bangunan dan dinding difusi suara.

36
Untuk kejelasan dalam hal penangkapan suara di dalam gedung bergantung
kepada akustik ruang.Akustik sendiri terdiri dari dua faktor, yang pertama adalah
mengenai kuat suara yang dikehendaki diterima oleh telinga kita, dan kurang
adanya gangguan suara lain yang tidak dikehendaki. Dikarenakan kuat suara yang
dikehendaki diterima telinga kita pada jaman sekarang dapat diperoleh dengan
mudah maka perhatian utama harus dipusatkan untuk menghilangkan gangguan
suara yang tidak dikehendaki. Suara tersebut terkadang merupakan suara dengung
akibat pantulan. Salah satu gangguan yang harus dikendalikan yaitu pengendalian
Waktu Dengung (RT=Reverberation Time).

Rumus Reverbation Time

RT = 0,16 X V / Abs

Keterangan :
RT : reverbation Time (s)
V : Volume Ruang (m3)
Abs : Jumlah seluruh penyerapan di dalam ruang (m2) Diagram dan rumus
waktu dengung (RT)

Perhitungan Luas Bidang Penyerapan (Abs)


L bidang 1 = 816 m2
L bidang 2 = 1196 m2
L bidang 3 = 392 m2
L bidang 4 = 392 m2
L bidang 5 = 941 m2
L bidang 6 = 1196 m2
Total luas bidang = 4933 m2

37
Perhitungan volume ruang
V = Luas Alas x Tinggi
V = 1196 m2 x 17 m
V = 20.332 m3

Rumus Reverbation Time


RT = 0,16 x V / Abs
RT = 0,16 x 20.332 m3 /4933 m2
= 0,6 s

4. Kinerja Visual

Standar Penerimaan Visual terkait mengenai kenyamanan visual yang


diakibatkan penyediaan sumber pencahayaan. Pencahayaan disediakan dari sumber alami
dan ada dari sumber buatan. Sumber cahaya alami adalah matahari, dan sinar pantulannya
adalah sinar bulan, terang langit, pantulan awan dll. Sedangkan untuk penchayaan buatan
dapat diperoleh dari reflector atau bidang pantul lainnya yang memantulkan lampu.
Sumber cahaya dan sumber terang adalah matahato, sedangkan bidang pantul hanya
menjadi sumber terang apabila terdapat sumber Chaya yang menerangi.

Pencahayaan alami diterapkan dalam bangunan ini dengan penggunaan curtain wall kaca
serta jendela di beberapa sisi yang mendukung masuknya pencahayaan alami di dalam
bangunan.

38
Gambar 32. Tampak depan dan samping bangunan yang menggunakan curtain
wall kaca material tempered sebagai pencahayaan alami

Sedangkan untuk pencahayaan buatan terdapat kebutuhan iluminasi untuk kegiatan


kegiatan tertentu seperti :
 Penglihatan biasa ; 100 lux
 Kerja kasar dengan detail besar : 200 lux
 Kerja umum dengan detail wajar : 400 lux
 Kerja cukup keras dengan detail kecil (menggambar, menjahit) : 600 lux
 Kerja keras, lama, detail kecil (merakit barang halus atau menjahit tangan) : 900
lux
 Kerja sangat keras, lama, detail sangat kecil (memotong batu mulia) : 1.300 –
2.000 lux
 Kerja luar biasa keras, detail sangat kecil (merakit arloji, membuat instrument) :
2.000 – 3.000 lux

39
Dalam perencanaan pencahayaan, terdapat hal hal yang perlu diperhatikan

1. Kuat Penerangan (Lighting Level)


2. Distribusi/Pemerataan penerangan (Luminance Distribution)
3. Perlindungan terhadap silai (Freedom from Disturbing Glare)
4. Sistem Pengarahan/Distribusi Cahaya (Spatial Distribution of Light)
5. Warna Chaya dan Rona Warna (light Color and Color Rendering)

Perhitungan Pencahayaan Rumus Pencahayaan

E = (F x U x M x K) : (W x S)

Keterangan :

F = Lamp Flux (Lumen)

U = Coeficient of utilization (Utilization Factor - %)

M = maintenance Factor (%)

K = Coefficient of lamp flux life (=75%)

W = Lebar Jalan

S = Spacing of Lighting pole for roadway (M)

Untuk rumus diatas dapat dipadatkan menjadi

E = (Lumen x Design Factor) : A

Keterangan :

E = Standar penerimaan/kebutuhan iluminasi

Lumen = Jumlah kebutuhan arus cahaya yang berasal dari lampu

Design Factors = Utilization Factor x maintenance Factor

Area = Luas bidang yang membutuhkan iluminasi (m2)

40
Berdasarkan penjelasan diatas, yang mempengaruhi Utilization Factor ada beberapa
hal seperti ukuran ruang, warna, tekstur bidang plafon, lantai, dinding, perbandingan
luas antara bidang plafon, lanti, dan dinding dengan luminer, serta bentuk distribusi
intensitas cahaya dari luminer distribusi cahaya lampu yang digunakan.

Untuk dapat menghitung kebutuhan pencahayaan Fasilitas Concert Hall adalah sebagai
berikut :

Pencahayaan Fasilitas Concert Hall

E = 300 LUX

P = 59 m

L = 25 m

T = 17 m

Area = 1196 m2

Indeks Ruang (K)

K = P X L : (T x (P +L))

K = 59 x 25 : (17 x (59 + 25))

K = 1.475 : 1428

K = 1,03

41
Gambar 33. Coefficient of lamp flux life

Interpolasi

K = 1,03

K1 = 1 – 0,42 = 0,58

K2 = 11,25 – 0,46 = 0,79

UF = 0,46 – [(K2-K) : (K2-K1)] x (0.46-0.42)

UF = 0,46 – [(0,79-1,03) : (0,79-0,58) x (0,46-0,42)

= 0,46 – [-0,24 : 0,21] x 0,04

= 0,46 – (-1,1) x 0,04 = 0,504

Design Factor

MF = 80% (standard) = 0,8

UF = 0,504

DF = UF x MF

= 0,504 x 0,8

= 0,4032

42
Lumen

Lumen = E x A /DF

Lumen = 300 lux x 1196 / 0,4032 = 889.880

Jumlah lampu

Jumlah lampu = Lumen : Luminaire Flux

= 889.880 : 20000

= 44,4 ~ 45 lampu

5. Kinerja Bangunan Integritas


A. Sistem Penanggulangan Kebakaran
Untuk dapat mengatasi masalah kebakaran yang terjadi di luar bangunan, maka
digunakan hydrant pillar, sedangkan dalam bangunan menggunakan hydrant box
dalam sejumlah titik dengan dilengkapi fire extinguisher.
Mengambil acuan pada SNI-1735-1989 yang membahas mengenai tata cara
perencanaan bangunan dan lingkungan sebagai aksi pencegahan, bahwa kebakaran
pada banguna rumah dan gedung, didapati informasi mengenai persyaratan yang
harus dipenuhi oleh sebuah bangunan dalam upaya menanggulangi bahaya kebakaran
sebagai berikut :

 Tinggi dan jarak bangunan


Tinggi bangunan diukur dari rata-rata permukaan tanah hingga menuju
kea tap tertinggi. Sementara untuk jarak bangunan merupakan jarark terdekat
dari sisi dinding yang terluar dari bangunan satu ke bangunan lain. Pengaturan
jaak ini dilakukan dengan metode interpolasi hanya jika tinggi bangunan
diketahu maka jarak minimum dapat dicari.

43
 Dinding Luar
Jarak dinding luar bangunan terhadap batas tahanan dengan
memperhatikan batas relevan, bidang referensi, segi empat penutup, daerah
terlindung meliputi dinding luar, jendela atau pintu dan dinding luar yang
ditempeli bahan mudah terbakar.

 Kelengkapan lingkungan bangunan


Meliputi jalur pencapaian dimana setiap tempat dalam lingkungan
bangunan dapat dijangkau satuan unit kebakaran dan tersedianya hidran,
sumur gali dan sarana komunikasi.

 Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar,
perkerasan, minimum dengan mengikuti model cul desac, model T, rotary
atau melingkar.

 Tempat parkir
Meliputi jarak, luas, dan letak tempat parkir yang setiap saat harus
dibebaskan dari kesulitan lalu lintas mobil unit pmeadam kebakaran.

 Hydrant
Harus mempunyai jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan.
Berdasarkan SNI-1745-1989-F mengenai instalasi sitem Hydran untuk
pencegahan bahaya kebakaran. Perlu diperhatikan beberapa hal terkait dengan
sistem hidram yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
- Peralatan dan komponen sistem hydrant gedung: hydrant yang terdiri
dari kotak hidran dan kopling pengeluaran aliran air; pompa dan
instalasinya, perpipaan.

- Jumlah dan perletakan hidran gedung disesuaikan dengan klasifikasi


bangunan dan luas lantai ruangan yang dilindungi oleh hydrant

44
- Debit air: minimal 400 liter/menit dan minimum tekanan pada titik
tertinggi sebesar 4,5 kg/cm2

- Diameter slang: minimal 3,75 cm (1,5 inch)

- Diameter pipa tegak: untuk klasifikasi A, B, (5 cm), klasifikasi D


(6,25 cm)

- Ukuran kotak hydrant: panjang 52 cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm

- Berdasarkan persyaratan yang sudah tertera mengenai persyaratan


bangunan dalam menghadapi potensi kebakaran, maka bangunan
harus mampu menyediakan system ptoteksi kebakaran aktif dan
penyediaan alat pemadam kebakaran :

- Pencegahan Kebakaran Aktif :


- Berperan sebagai pendeteksi kebakaran, yang fungsinya untuk
mengetahui timbulnya api sedini mungkin. Yang termasuk dalam
pendeteksi kebakaran yaitu:
- Smoke Detector
- Gas Detector
- Pendeteksi tersebut berhubungan dengan sistem yang secara otomatis
bekerja bila detektor bereaksi terhadap potensi kebakaran. Sistem
otomatis tersebut menyalakan sistem alarm dan pemadam otomatis,
seperti sprinkler.

45
B. Sistem Keamanan Bangunan
Untuk memperkuat sistem keamanan bangunan Concert Hall ini dirancang dengan
adanya CCTV yang menyebar di beberapa titik di dalam bangunan. Kemudian
CCTV ini akan terhubung dengan sistem BMS (Building Management System) dan
BAS (Building Automatic System) pada ruang keamanan.

Gambar 34. Koneksi CCTV hingga dapat dipantau, melalui DVR dan monitor

C. Sistem Pengamanan Bangunan


Untuk mengatur kedatangan pengunjung, sistem keamanan yang digunakan
adalah menggunakan manusia atau membutuhkan bantuan dari satpam/security.
Selain security ada juga metal detector sebagai keamanan tambahan mengingay
fungsi bangunan concert hall yang terbuka dan dapat dikunjungi oleh siapa saja.
Sehingga perlu tindakan antisipasi apabila penonton membawa benda tajam masuk ke
dalam bangunan.

Gambar 35. Metal Detector

46
D. Sistem Transportasi
Untuk sistem transportasi yang digunakan dalam bangunan ini berupa tangga
dan ramp yang memudahkan kaum difabel. Alasan tidak adanya penggunaan lift
dalam bangunan karena lantai 2 pada bangunan hanya merupakan podium tambahan
untuk tempat duduk penonton. Sehingga untuk kaum difabel diprioritaskan untuk
menempati tempat duduk di lantai 1, yang didukung dengan adanya ramp.

Gambar 36. Tangga

47

Anda mungkin juga menyukai