ABSTRAK
Gaharu (Aquilaria malaccensis) menghasilkan salah satu produk hutan bukan kayu yang
bernilai ekonomi tinggi berupa minyak atsiri dari gubal gaharu. Usaha untuk meningkatkkan
produksi dan mutu minyak atsiri gaharu dengan fermentasi telah dilakukan. Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh fermentasi terhadap senyawa seskuiterpena dari ekstrak n-heksana kayu
Gaharu Aquilaria malaccensis Lam. Serbuk kayu sampel dibagi dua, satu bagian sampel
difermentasi dengan jamur Rhizopus sp. selama 4x24 jam dan bagian lainnya tidak
difermentasi. Selanjutnya setiap bagian sampel diekstrak dengan metanol, n-heksana, dan etil
asetat. Ekstrak n-heksana dari setiap bagian kemudian diidentifikasi dengan menggunakan GC-
MS. Hasil GC-MS menunjukkan perbedaan senyawa seskuiterpena sebelum dan setelah
fermentasi dimana sebelum fermentasi ditemukan 4 senyawa seskuiterpena yaitu 4-trimethyl-3-
(1-methylethenyl)-cyclohexanemethanol, β-guinena, 1,2,3,4,4a,5,6,8a-oktahydro-2-
Naphthalenemethanol (Eudesmol), serta α-Cyperone; dan setelah fermentasi ditemukan 6
senyawa baru seskuiterpena yaitu 4,5-di-epi-aristolochene, δ-Selinen, Agarospirol, 4a-trimethyl-
8-methylene-2-napthalenemethanol, α-Guaiene, dan Selina-3,11-dien-9-ol sedangkan satu
senyawa mengalami peningkatan kelimpahan dari 0,80% menjadi 4,03% yaitu 4-trimethyl-3-(1-
methylethenyl)-cyclohexanemethanol.
89
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077
untuk gaharu dari pohon Gyrinops sp. asal Bogoriense Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Irian, namun tidak berhasil pada Aquilaria Cibinong pada bulan Desember 2014.
malaccensis asal Kalimantan dan Sampel kayu batang gaharu dibersihkan,
Sumatera. Hal ini disebabkan perbedaan dicacah halus dengan alat ketam kayu
struktur anatomi kedua jenis gaharu kemudian dikeringkan dalam ruangan.
tersebut (Gusmailina, 2010). Sampel yang telah bersih kemudian
Selain itu, untuk meningkatkan produksi diserbukkan di Workshop of Wood Fakultas
minyak atsiri lainnya telah dilakukan Kehutanan Universitas Tanjungpura
beberapa perlakuan pendahuluan berupa Pontianak.
pengeringan, pengecilan ukuran, pelayuan,
pemotongan dan fermentasi. Khasanah Fermentasi dengan Rhizopus sp.
dkk. (2014) melakukan fermentasi pada Selanjutnya sampel dibagi menjadi dua,
daun kayu manis dengan menggunakan satu bagian dilakukan maserasi dengan
tempe yang mengandung Rhizopus sp., pelarut metanol, bagian yang lain
berpengaruh signifikan pada rendemen difermentasi. Serbuk kayu gaharu yang
namun tidak berpengaruh pada mutu akan difermentasi ditempatkan di wadah
minyak atsiri yang dihasilkan. yang sudah disterilisasi dengan
Mutu gaharu sendiri dalam Standar menggunakan autoklaf agar tidak
Nasional Indonesia 7631:2011 hanya terkontaminasi oleh bakteri atau jamur
menggunakan parameter warna, bobot dan lainnya. Setelah itu sampel ditaburi dengan
aroma saat dibakar. Namun penelitian untuk ragi tempe dengan perbandingan 1:10 (b/b)
menentukan mutu gaharu telah dilakukan, lalu difermentasi dalam suhu kamar selama
misalnya Novriyanti dkk. (2011) 4 hari (Khasanah dkk., 2014).
mengungkapkan 8 komponen
seskuiterpena merupakan salah satu Maserasi
komponen utama gaharu, yaitu α- Serbuk batang kayu A. Malaccensis
agarofuran, (-)-10-epi-δ-eudesmol, sebanyak 2 Kg dimaserasi dengan
agarospirol, jinkohol, jinkoh-eremol, menggunakan pelarut metanol yang telah
kusunol, jinkohol II, dan okso-agarospiral. didestilasi selama 3x24 jam pada suhu
Selanjutnya penelitian oleh Muntaqo (2012) kamar. Ekstrak kemudian disaring untuk
menunjukkan adanya korelasi antara kadar mendapatkan filtrat dan residu. Filtrat
seskuiterpena dengan mutu gaharu sesuai dikumpulkan dan selanjutnya diuapkan
Standar Nasional Indonesia 7631:2011. pelarutnya menggunakan rotary evaporator
Semakin tinggi mutu suatu gaharu, semakin sehingga diperoleh maserat kental ekstrak
tinggi kadar seskuiterpena. kasar metanol sebanyak dari bagian yang
difermentasi 53,254 g dan 48,365 g dari
METODOLOGI PENELITIAN bagian yang tidak difermentasi.
Alat dan Bahan
Partisi
Peralatan yang digunakan dalam
Ekstrak kasar metanol dipartisi
penelitian ini meliputi peralatan
menggunakan pelarut dengan tingkat
beakerglass, erlenmeyer, sendok, spatula,
kepolaran yang berbeda. Pertama
ose, timbangan, autoklaf, inkubator, gelas
menggunakan pelarut n-heksana sehingga
ukur, dan spektrofotmeter GC-MS. Sampel
diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi
berupa serbuk dari batang A. malaccensis
metanol. Fraksi metanol kemudian dipartisi
yang sudah terinfeksi. Bahan-bahan yang
kembali dengan pelarut etil asetat dan
digunakan adalah akuades, metanol, n-
diperoleh fraksi metanol dan etil asetat.
heksana, dan etil asetat.
Ekstrak n-heksana yang diperoleh,
Prosedur Kerja selanjutnya dipekatkan menggunakan
Preparasi sampel rotary evaporator sehingga diperoleh 4,12 g
Sampel yang digunakan dalam fraksi n-heksana dari bagian yang
penelitian ini adalah kayu batang gaharu (A. difermentasi dan 3,87 g dari bagian yang
malaccensis) yang berasal dari Kecamatan tidak difermentasi.
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Sampel telah dilakukan
determinasi spesies di Herbarium
90
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077
91
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan 2003). Selain itu massa jenis metanol lebih
keluar dan diganti oleh pelarut dengan besar yaitu 0,792 g/mL dibanding massa
konsentrasi rendah (proses difusi). jenis n-heksanayaitu 0,655 g/mL yang
Peristiwa tersebut berlangsung berulang- menyebabkan fraksi metanol berada
ulang sampai terjadi keseimbangan dibagian bawah (Daintith, 1994).
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di Fraksi metanol yang telah dipisah
dalam sel. Selama proses maserasi, selanjutnya dipartisi kembali dengan
dilakukan penggantian pelarut setiap hari menggunakan pelarut etil asetat. Hasil
sampai warna ekstrak mulai memudar dan partisi menunjukan pemisahan dengan
diperoleh ekstrak metanol yang maksimal. terbentuknya 2 fasa yaitu fasa atas
Proses maserasi ini bertujuan untuk merupakan metanol (0,792 g/mL) dengan
memperoleh ekstrak kimia dari sampel. warna coklat kemerah merahan dan fasa
Penelitian ini menggunakan 2 kg serbuk bawah merupakan kloroform (0,897 g/mL)
kayu batang gaharu yang dimaserasi yang berwarna kuning. Fraksi n-heksana
sebanyak 3 kali, hal ini untuk yang diperoleh, selanjutnya dievaporasi
memaksimalkan proses pengambilan kembali dan diperoleh fraksi n-heksana
komponen-komponen kimia yang terdapat pekat untuk masing-masing sampel yang
pada sampel kayu batang gaharu. Maserasi difermentasi (4,12 g) maupun yang tidak
ini adalah salah satu dari metode ekstraksi difermentasi (3,87 g).
sederhana dan paling sering digunakan Senyawa atsiri seperti seskuiterpena
serta menggunakan peralatan yang diyakini banyak terdapat pada fraksi n-
sederhana (Amborowati, 2010). heksana dibandingkan fraksi lainnya. Hal ini
Ekstrak metanol yang diperoleh karena n-heksana merupakan pelarut non-
selanjutnya dievaporasi, sehingga diperoleh polar yang tingkat kepolarannya paling
ekstrak metanol kental yaitu sebanyak rendah dari pelarut-pelarut lain yang
48,365 g untuk sampel yang tidak digunakan. Oleh karena itu, senyawa-
difermentasi dan 53,254 g untuk sampel senyawa atsiri yang merupakan senyawa
yang difermentasi. Evaporasi adalah suatu non-polar akan lebih banyak terlarut pada
proses pemisahan suatu sampel dari fraksi n-heksana.
pelarut dengan cara menguapkan pelarut
yang terdapat pada sampel. Prinsip Senyawa Seskuiterpena pada Ekstrak n-
evaporasi adalah pemanasan dengan Heksana Kayu A. Malaccensis Lam.
temperatur rendah yang dibantu dengan Fraksi n-heksana dari bagian yang
vakum dengan tujuan menghindari difermentasi maupun yang tidak
terjadinya kerusakan sampel pada saat difermentasi dianalisis menggunakan GC-
penguapan pelarut dengan bantuan MS sehingga diperoleh kromatogram dan
pemanasan rendah. spektra massa senyawa kimia yang
Ekstrak metanol kental yang diperoleh terdapat di dalam masing-masing fraksi
dari sampel yang difermentasi maupun tersebut. Identifikasi menggunakan GC-MS
yang tidak difermentasi sebanyak 20 g untuk mengetahui komposisi senyawa yang
selanjutnya dipartisi dengan pelarut n- terkandung dalam ekstrak n-heksanakayu
heksana dan etil asetat. Partisi yang batang gaharu baik tanpa perlakuan
digunakan merupakan ekstraksi cair-cair (standar) maupun ekstrak n-heksanakayu
dimana suatu pemisahan senyawa batang gaharu yang telah difermentasi.
berdasarkan pada kemampuan zat terlarut Berdasarkan data dari kromatogram
untuk terdistribusi antara dua pelarut yang yang diperoleh diketahui bahwa terdapat 40
tidak saling campur dengan perbandingan senyawa dari Gaharu yang tidak
tertentu. Partisi pertama yaitu ekstrak difermentasi dan 31 senyawa dari yang
metanol yang kental dipartisi dengan n- telah difermentasi. Dari semua senyawa
heksana, dimana terdapat dua lapisan yaitu tersebut beberapa senyawa mengalami
lapisan atas n-heksana yang berwarna perubahan kelimpahan. Senyawa-senyawa
bening kekeruhan dan lapisan bawah yang mengalami peningkatan kelimpahan
metanol berwarna coklat kemerahan, hal ini adalah 4-trimethyl-3-(1-
didasarkan pada sifat like dissove like, yaitu methylethenyl)cyclohexanemethanol dari
senyawa polar akan lebih mudah larut pada 0,80 % menjadi 4,03 %; n-Hexadecane dari
pelarut polar atau sebaliknya (Khopkar, 0,15 % menjadi 0,45 %; Octadecane dari
92
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077
0,36 % menjadi 1,09 %; Pentadecanoic acid palmitate dari 6,52 % menjadi 3,56 %; Ethyl
dari 0,50 % menjadi 0,77 %; 11- palmitate dari 2,42 % menjadi 0,83 %; 10-
Hexadecenoicacid dari 0,51 % menjadi 0,54 Octadecenoic acid dari 13,04 % menjadi
%; Bis(2-ethylhexyl) phthalate dari 2,82 % 5,09 %; Methyl stearate dari 3,65 % menjadi
menjadi 3,17 %; Stigmasterol dari 1,34 % 1,03 %; 9-Octadecenoic acid (Z)-(CAS) dari
menjadi 6,56 %; dan (23S)-ethylcholest-5- 2,63 % menjadi 0,56 %; dan bis(2-
en-3β-ol dari 2,86 % menjadi 9,19 %. ethylhexyl) ester dari 4,08 % menjadi 3,10
Adapun senyawa-senyawa yang mengalami %.
pengurangan kelimpahan adalah Methyl
93
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Novriyanti, E., Erdy S., Bambang W., and
2011, Gaharu, SNI 7631:2011. Maman T., 2011.Chemical study of
Chen, Huai-Q., Jian-He Wei, Jun-Shan eaglewood (Gaharu) resulting from
Yang, Zheng Zhang, Yun Yang and inoculation of Fusarium sp. on Aquilaria
Bao Gong, 2012, Chemical constituents microcarpa. R and D Centre for Forest
of Agarwood originating from the Conservation and Rehabilitation
endemic genus Aquilaria plants, Forestry Research and Development
Chemistry & Biodiversity, 9: 236-250. Agency (FORDA) Ministry of Forestry
Daintith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia Indonesia, Jakarta.
Oxford, Erlangga, Jakarta. Rahman, Siti Suhaila A., Norihan Mohd.
Gusmailina, 2010, Peningkatan mutu pada Saleh, Norwati Muhammad, Mahani
gaharu kualitas rendah, Jurnal Mansor and Muhd. Fuad Yahya, 2014,
Pengolahan Hasil Hutan, 28(3): 291- Enhancement of phytochemical
303. production through in vitro
Khopkar, S. M., 2003, Konsep Dasar Kimia polyploidization of agarwood-producing
Analitik, Saptorahardjo (Alih Bahasa), species Aquilaria malaccensis,
UI-Press, Jakarta. International Journal Of Biotechnology
Khasanah, L.U, Rohula Utami, Baskara K.A, Research, 2(3): 37-43.
Arselia E.N., 2014, Pengaruh perlakuan Raintree, 2011, Data Base Entry For
pendahuluan fermentasi padat dan Aquilaria agallocha. Raintree Nutrition,
fermentasi cair terhadap rendemen dan Inc., Austin, Texas. Sites :
karakteristik mutu minyak atsiri daun hhtp//www.rain-tree.com/aquilaria.htm
kayu manis, Agritech, 34:36-41. (diakses tanggal 2 Januari 2014).
Muntaqo, F.A., 2012, Korelasi Kadar Wang, X., Chang-He Zhang, Ling-Ling
Seskuiterpena dengan Mutu Gaharu Yang, and José Gomes-Laranjo, 2010,
Standar Nasional Indonesia, Institut Production of dragon’s blood in
Pertanian Bogor, Departemen Kimia Dracaenacochinchinensis plants by
Fakultas Matematika dan Ilmu inoculation of Fusarium
Pengetahuan Alam, Bogor (Skripsi). proliferatum,Plant Science,180:292–
299.
94