Anda di halaman 1dari 6

JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077

PENGARUH FERMENTASI Rhizopus sp.TERHADAP SENYAWA SESKUITERPENA


PADA KAYU GAHARU Aquilaria malaccensis

Abdul Jabbar1*, Afghani Jayuska1, Burhanuddin2


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA,
2
Fakultas KehutananUniversitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
*e-mail : abduljabbarkkr@gmail.com

ABSTRAK
Gaharu (Aquilaria malaccensis) menghasilkan salah satu produk hutan bukan kayu yang
bernilai ekonomi tinggi berupa minyak atsiri dari gubal gaharu. Usaha untuk meningkatkkan
produksi dan mutu minyak atsiri gaharu dengan fermentasi telah dilakukan. Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh fermentasi terhadap senyawa seskuiterpena dari ekstrak n-heksana kayu
Gaharu Aquilaria malaccensis Lam. Serbuk kayu sampel dibagi dua, satu bagian sampel
difermentasi dengan jamur Rhizopus sp. selama 4x24 jam dan bagian lainnya tidak
difermentasi. Selanjutnya setiap bagian sampel diekstrak dengan metanol, n-heksana, dan etil
asetat. Ekstrak n-heksana dari setiap bagian kemudian diidentifikasi dengan menggunakan GC-
MS. Hasil GC-MS menunjukkan perbedaan senyawa seskuiterpena sebelum dan setelah
fermentasi dimana sebelum fermentasi ditemukan 4 senyawa seskuiterpena yaitu 4-trimethyl-3-
(1-methylethenyl)-cyclohexanemethanol, β-guinena, 1,2,3,4,4a,5,6,8a-oktahydro-2-
Naphthalenemethanol (Eudesmol), serta α-Cyperone; dan setelah fermentasi ditemukan 6
senyawa baru seskuiterpena yaitu 4,5-di-epi-aristolochene, δ-Selinen, Agarospirol, 4a-trimethyl-
8-methylene-2-napthalenemethanol, α-Guaiene, dan Selina-3,11-dien-9-ol sedangkan satu
senyawa mengalami peningkatan kelimpahan dari 0,80% menjadi 4,03% yaitu 4-trimethyl-3-(1-
methylethenyl)-cyclohexanemethanol.

Kata kunci: Gaharu, Aquilaria malaccensis, Fermentasi, Seskuiterpena

PENDAHULUAN berkisar antara Rp. 20.000.000,- sampai


dengan Rp. 50.000.000,-/kg tergantung
Pohon gaharu yang tersebar di seluruh
tingkat kualitasnya. Jika setiap pohon yang
wilayah Indonesia merupakan anggota
sudah mencapai umur 10-12 tahun bisa
marga Aquilaria spp, Gyrinops spp,
menghasilkan 2-3 kg gubal gaharu, maka
Aetoxylon sp dan Enkleia sp.. Pohon
setiap pohon akan diperoleh pendapatan
gaharu merupakan salah satu penghasil
sekitar Rp. 60.000.000,- sampai dengan
produk hutan non kayu yang bernilai
Rp. 150.000.000,-/pohon. Akan tetapi tidak
ekonomis tinggi berupa gubal gaharu.
semua pohon akan menghasilkan gubal
Gubal gaharu sebenarnya merupakan kayu
kualitas tinggi. Gaharu kualitas rendah ini
yang mengalami pelapukan dan
adalah kemedangan dan harganya jauh
mengandung damar wangi (aromatic resin)
lebih murah dibandingkan gubal yaitu
sebagai akibat adanya serangan jamur
berkisar Rp. 5.000,- sampai dengan Rp.
pada luka yang ada di pohon gaharu (Wang
1.000.000,-/kg.
dkk., 2010). Produksi utama dari pohon
Beberapa tahun terakhir muncul inisiatif
gaharu adalah gubal gaharu yang telah
pemanfaatan baru terhadap kelompok
lama diperdagangkan sebagai komoditi elit
gaharu kualitas rendah, yaitu dengan cara
untuk keperluan industri parfum, tasbih,
peningkatan kualitas gaharu. Cara ini
membakar jenazah bagi umat Hindu,
diawali dengan melakukan ekstraksi resin
kosmetik, hio, setanggi (dupa) dan obat-
pada serbuk gaharu dengan pelarut
obatan (Raintree, 2011).
metanol, kemudian resin yang diperoleh
Asosiasi Gaharu Indonesia (ASGARIN,
ditingkatkan konsentrasinya dan
2010) dalam laporannya sampai dengan
selanjutnya diimpregnasi ke dalam kayu
tahun 2010, harga gaharu di Indonesia
gaharu kualitas rendah. Metode ini berhasil

89
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077

untuk gaharu dari pohon Gyrinops sp. asal Bogoriense Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Irian, namun tidak berhasil pada Aquilaria Cibinong pada bulan Desember 2014.
malaccensis asal Kalimantan dan Sampel kayu batang gaharu dibersihkan,
Sumatera. Hal ini disebabkan perbedaan dicacah halus dengan alat ketam kayu
struktur anatomi kedua jenis gaharu kemudian dikeringkan dalam ruangan.
tersebut (Gusmailina, 2010). Sampel yang telah bersih kemudian
Selain itu, untuk meningkatkan produksi diserbukkan di Workshop of Wood Fakultas
minyak atsiri lainnya telah dilakukan Kehutanan Universitas Tanjungpura
beberapa perlakuan pendahuluan berupa Pontianak.
pengeringan, pengecilan ukuran, pelayuan,
pemotongan dan fermentasi. Khasanah Fermentasi dengan Rhizopus sp.
dkk. (2014) melakukan fermentasi pada Selanjutnya sampel dibagi menjadi dua,
daun kayu manis dengan menggunakan satu bagian dilakukan maserasi dengan
tempe yang mengandung Rhizopus sp., pelarut metanol, bagian yang lain
berpengaruh signifikan pada rendemen difermentasi. Serbuk kayu gaharu yang
namun tidak berpengaruh pada mutu akan difermentasi ditempatkan di wadah
minyak atsiri yang dihasilkan. yang sudah disterilisasi dengan
Mutu gaharu sendiri dalam Standar menggunakan autoklaf agar tidak
Nasional Indonesia 7631:2011 hanya terkontaminasi oleh bakteri atau jamur
menggunakan parameter warna, bobot dan lainnya. Setelah itu sampel ditaburi dengan
aroma saat dibakar. Namun penelitian untuk ragi tempe dengan perbandingan 1:10 (b/b)
menentukan mutu gaharu telah dilakukan, lalu difermentasi dalam suhu kamar selama
misalnya Novriyanti dkk. (2011) 4 hari (Khasanah dkk., 2014).
mengungkapkan 8 komponen
seskuiterpena merupakan salah satu Maserasi
komponen utama gaharu, yaitu α- Serbuk batang kayu A. Malaccensis
agarofuran, (-)-10-epi-δ-eudesmol, sebanyak 2 Kg dimaserasi dengan
agarospirol, jinkohol, jinkoh-eremol, menggunakan pelarut metanol yang telah
kusunol, jinkohol II, dan okso-agarospiral. didestilasi selama 3x24 jam pada suhu
Selanjutnya penelitian oleh Muntaqo (2012) kamar. Ekstrak kemudian disaring untuk
menunjukkan adanya korelasi antara kadar mendapatkan filtrat dan residu. Filtrat
seskuiterpena dengan mutu gaharu sesuai dikumpulkan dan selanjutnya diuapkan
Standar Nasional Indonesia 7631:2011. pelarutnya menggunakan rotary evaporator
Semakin tinggi mutu suatu gaharu, semakin sehingga diperoleh maserat kental ekstrak
tinggi kadar seskuiterpena. kasar metanol sebanyak dari bagian yang
difermentasi 53,254 g dan 48,365 g dari
METODOLOGI PENELITIAN bagian yang tidak difermentasi.
Alat dan Bahan
Partisi
Peralatan yang digunakan dalam
Ekstrak kasar metanol dipartisi
penelitian ini meliputi peralatan
menggunakan pelarut dengan tingkat
beakerglass, erlenmeyer, sendok, spatula,
kepolaran yang berbeda. Pertama
ose, timbangan, autoklaf, inkubator, gelas
menggunakan pelarut n-heksana sehingga
ukur, dan spektrofotmeter GC-MS. Sampel
diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi
berupa serbuk dari batang A. malaccensis
metanol. Fraksi metanol kemudian dipartisi
yang sudah terinfeksi. Bahan-bahan yang
kembali dengan pelarut etil asetat dan
digunakan adalah akuades, metanol, n-
diperoleh fraksi metanol dan etil asetat.
heksana, dan etil asetat.
Ekstrak n-heksana yang diperoleh,
Prosedur Kerja selanjutnya dipekatkan menggunakan
Preparasi sampel rotary evaporator sehingga diperoleh 4,12 g
Sampel yang digunakan dalam fraksi n-heksana dari bagian yang
penelitian ini adalah kayu batang gaharu (A. difermentasi dan 3,87 g dari bagian yang
malaccensis) yang berasal dari Kecamatan tidak difermentasi.
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Sampel telah dilakukan
determinasi spesies di Herbarium

90
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077

GC-MS hidrolitik dan sistem oksidatif. sistem


Fraksi n-heksana dari bagian yang hidrolitik menghasilkan hidrolase dan
difermentasi maupun yang tidak berfungsi untuk degradasi selulosa dan
difermentasi dianalisis lanjut menggunakan hemiselulosa sedangkan sistem oksidatif
GC-MS sehingga diperoleh data senyawa yang bersifat ligninolitik dan berfungsi
seskuiterpena yang terdapat di dalam mendepolimerasi lignin. Jamur
masing-masing fraksi tersebut yang memproduksi enzim ekstraseluler untuk
disajikan dalam Tabel 1. depolimerisasi senyawa berukuran besar
menjadi kecil dan larut dalam air (subtrat
HASIL DAN PEMBAHASAN bagi mikroba). Pada saat itu mikroba
mentransfer substrat tersebut ke dalam sel
Fermentasi Rhizopus sp.
melalui membran sitoplasma untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menyelesaikan proses dekomposisi bahan
mengetahui pengaruh fermentasi oleh
organik. Proses dekomposisi inilah yang
jamur Rhizopus sp. terhadap ekstrak n-
diharapkan dapat terjadi pada proses
heksana kayu batang gaharu. Oleh karena
fermentasi sebelum dilakukan maserasi
itu, sampel dipisahkan menjadi dua bagian,
pada sampel. Menurut Khasanah (2014),
satu bagian difermentasi dan bagian yang
perlakuan pendahuluan pada produksi
lain tidak difermentasi. Kemudian ekstrak n-
minyak atsiri dengan cara fermentasi dapat
heksana dari keduanya dibandingkan
memecahkan sel-sel minyak sehingga
perubahan dan komponen-komponen
ekstrak minyak atsiri yang dihasilkan lebih
kimianya. Berdasarkan penelitian Khasanah
optimal.
dkk., (2014) salah satu jamur yang bisa
digunakan untuk meningkatkan rendemen
Isolasi Senyawa Seskuiterpena dari Kayu
dan mutu minyak atsiri adalah jamur
Gaharu
Rhizopus sp. yang biasa digunakan untuk
Isolasi didefinisikan sebagai
membuat tempe. Berdasarkan penelitian
keseluruhan proses pengambilan suatu
tersebut, disimpulkan pula bahwa waktu
proses pengambilan suatu komponen kimia
optimum fermentasi Rhizopussp. untuk
dalam suatu ekstrak. Setidaknya ada tiga
menghasilkan minyak atsiri dari kayu nilam
tahapan proses dalam proses isolasi yaitu
adalah 4 hari. Sehingga pada penelitian ini
ekstraksi, fraksinasi dan pemurnian. Pada
serbuk kayu batang gaharu difermentasi
penelitian ini tidak dilakukan pemurnian
dengan menggunakan jamur Rhizopus sp.
lebih lanjut karena penelitian ini dibatasi
selama 4 hari.
hanya untuk mengetahui komponen-
Serbuk kayu gaharu yang akan
kompenen seskuiterpena yang diketahui
difermentasi ditempatkan di wadah yang
sebelumnya sebagai bagian penting dari
sudah disterilisasi dengan menggunakan
minyak atsiri kayu gaharu.
autoklaf agar tidak terkontaminasi oleh
Tahap awal dalam mengisolasi dan
bakteri atau jamur lainnya. Setelah itu
menentukan senyawa organik yaitu dengan
sampel ditaburi dengan ragi tempe dengan
ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan
perbandingan 1:10 (b/b) lalu difermentasi
adalah maserasi, yaitu perendaman sampel
dalam suhu kamar selama 4 hari. Setelah 4
dengan pelarut metanol selama 3x24 jam
hari, sampel diamati dan terlihat adanya
pada temperatur ruang. Pelarut metanol
perubahan berupa aroma wangi gaharu
sering digunakan dalam proses maserasi
yang ditimbulkan cukup kuat dibandingkan
karena mampu memecah dinding dan
dengan sampel yang tidak difermentasi.
sitoplasma sel. Selain itu metanol memiliki
Selain itu, sampel menjadi lembab dan
titik didih rendah yaitu 64,5 0C, sehingga
pada beberapa bagian tumbuh kapang
memudahkan proses pemekatan ekstrak
jamur berwarna putih.
menggunakan rotary evaporator dan
Dekomposisi kayu secara alami terjadi
mengurangi resiko rusaknya senyawa yang
baik oleh insekta, jamur maupun mikroba.
tidak tahan terhadap panas. Proses
Kandungan lignin dalam kayu menjadi
maserasi menyebabkan pelarut akan masuk
tinjauan utama dalam proses dekomposisi
ke dalam sel melewati dinding sel dimana
enzim dari selulusa dan hemiselulosa.
senyawa-senyawa kimia akan ikut larut,
Secara umum, jamur memproduksi dua
karena adanya perbedaan konsentrasi
sistem enzim ekstraselular yaitu sistem
antara larutan di dalam dan di luar sel.

91
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan 2003). Selain itu massa jenis metanol lebih
keluar dan diganti oleh pelarut dengan besar yaitu 0,792 g/mL dibanding massa
konsentrasi rendah (proses difusi). jenis n-heksanayaitu 0,655 g/mL yang
Peristiwa tersebut berlangsung berulang- menyebabkan fraksi metanol berada
ulang sampai terjadi keseimbangan dibagian bawah (Daintith, 1994).
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di Fraksi metanol yang telah dipisah
dalam sel. Selama proses maserasi, selanjutnya dipartisi kembali dengan
dilakukan penggantian pelarut setiap hari menggunakan pelarut etil asetat. Hasil
sampai warna ekstrak mulai memudar dan partisi menunjukan pemisahan dengan
diperoleh ekstrak metanol yang maksimal. terbentuknya 2 fasa yaitu fasa atas
Proses maserasi ini bertujuan untuk merupakan metanol (0,792 g/mL) dengan
memperoleh ekstrak kimia dari sampel. warna coklat kemerah merahan dan fasa
Penelitian ini menggunakan 2 kg serbuk bawah merupakan kloroform (0,897 g/mL)
kayu batang gaharu yang dimaserasi yang berwarna kuning. Fraksi n-heksana
sebanyak 3 kali, hal ini untuk yang diperoleh, selanjutnya dievaporasi
memaksimalkan proses pengambilan kembali dan diperoleh fraksi n-heksana
komponen-komponen kimia yang terdapat pekat untuk masing-masing sampel yang
pada sampel kayu batang gaharu. Maserasi difermentasi (4,12 g) maupun yang tidak
ini adalah salah satu dari metode ekstraksi difermentasi (3,87 g).
sederhana dan paling sering digunakan Senyawa atsiri seperti seskuiterpena
serta menggunakan peralatan yang diyakini banyak terdapat pada fraksi n-
sederhana (Amborowati, 2010). heksana dibandingkan fraksi lainnya. Hal ini
Ekstrak metanol yang diperoleh karena n-heksana merupakan pelarut non-
selanjutnya dievaporasi, sehingga diperoleh polar yang tingkat kepolarannya paling
ekstrak metanol kental yaitu sebanyak rendah dari pelarut-pelarut lain yang
48,365 g untuk sampel yang tidak digunakan. Oleh karena itu, senyawa-
difermentasi dan 53,254 g untuk sampel senyawa atsiri yang merupakan senyawa
yang difermentasi. Evaporasi adalah suatu non-polar akan lebih banyak terlarut pada
proses pemisahan suatu sampel dari fraksi n-heksana.
pelarut dengan cara menguapkan pelarut
yang terdapat pada sampel. Prinsip Senyawa Seskuiterpena pada Ekstrak n-
evaporasi adalah pemanasan dengan Heksana Kayu A. Malaccensis Lam.
temperatur rendah yang dibantu dengan Fraksi n-heksana dari bagian yang
vakum dengan tujuan menghindari difermentasi maupun yang tidak
terjadinya kerusakan sampel pada saat difermentasi dianalisis menggunakan GC-
penguapan pelarut dengan bantuan MS sehingga diperoleh kromatogram dan
pemanasan rendah. spektra massa senyawa kimia yang
Ekstrak metanol kental yang diperoleh terdapat di dalam masing-masing fraksi
dari sampel yang difermentasi maupun tersebut. Identifikasi menggunakan GC-MS
yang tidak difermentasi sebanyak 20 g untuk mengetahui komposisi senyawa yang
selanjutnya dipartisi dengan pelarut n- terkandung dalam ekstrak n-heksanakayu
heksana dan etil asetat. Partisi yang batang gaharu baik tanpa perlakuan
digunakan merupakan ekstraksi cair-cair (standar) maupun ekstrak n-heksanakayu
dimana suatu pemisahan senyawa batang gaharu yang telah difermentasi.
berdasarkan pada kemampuan zat terlarut Berdasarkan data dari kromatogram
untuk terdistribusi antara dua pelarut yang yang diperoleh diketahui bahwa terdapat 40
tidak saling campur dengan perbandingan senyawa dari Gaharu yang tidak
tertentu. Partisi pertama yaitu ekstrak difermentasi dan 31 senyawa dari yang
metanol yang kental dipartisi dengan n- telah difermentasi. Dari semua senyawa
heksana, dimana terdapat dua lapisan yaitu tersebut beberapa senyawa mengalami
lapisan atas n-heksana yang berwarna perubahan kelimpahan. Senyawa-senyawa
bening kekeruhan dan lapisan bawah yang mengalami peningkatan kelimpahan
metanol berwarna coklat kemerahan, hal ini adalah 4-trimethyl-3-(1-
didasarkan pada sifat like dissove like, yaitu methylethenyl)cyclohexanemethanol dari
senyawa polar akan lebih mudah larut pada 0,80 % menjadi 4,03 %; n-Hexadecane dari
pelarut polar atau sebaliknya (Khopkar, 0,15 % menjadi 0,45 %; Octadecane dari

92
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077

0,36 % menjadi 1,09 %; Pentadecanoic acid palmitate dari 6,52 % menjadi 3,56 %; Ethyl
dari 0,50 % menjadi 0,77 %; 11- palmitate dari 2,42 % menjadi 0,83 %; 10-
Hexadecenoicacid dari 0,51 % menjadi 0,54 Octadecenoic acid dari 13,04 % menjadi
%; Bis(2-ethylhexyl) phthalate dari 2,82 % 5,09 %; Methyl stearate dari 3,65 % menjadi
menjadi 3,17 %; Stigmasterol dari 1,34 % 1,03 %; 9-Octadecenoic acid (Z)-(CAS) dari
menjadi 6,56 %; dan (23S)-ethylcholest-5- 2,63 % menjadi 0,56 %; dan bis(2-
en-3β-ol dari 2,86 % menjadi 9,19 %. ethylhexyl) ester dari 4,08 % menjadi 3,10
Adapun senyawa-senyawa yang mengalami %.
pengurangan kelimpahan adalah Methyl

Tabel 1 Senyawa seskuiterpena pada fraksi n-heksana kayu gaharu


Kelimpahan (%)
No Senyawa Tr (menit)
A B
1 4,5-di-epi-aristolochene 11,35 0 0,25
2 4-trimethyl-3-(1-methylethenyl)-cyclohexanemethanol 11,93 0,80 4,03
3 δ-Selinen 12,69 0 8,84
4 β-guinena 12,73 0,47 0
5 Agarospirol 12,75 0 2,11
6 1,2,3,4,4a,5,6,8a-oktahydro-2-Naphthalenemethanol 12,89 5,17 0
7 4a-trimethyl-8-methylene-2-napthalenemethanol 12,93 0 18,59
8 α-Guaiene 12,99 0 1,04
9 Selina-3,11-dien-9-ol 13,21 0 0,61
10 α-Cyperone 13,59 0,54 0
Keterangan: A = Sebelum fermentasi
B = Setelah Fermentasi

Senyawa seskuiterpena yang ditemukan sebelumnya pada Aquilaria


ditemukan pada penelitian ini sebanyak 10 agolaccha dari Vietnam serta agarospirol
senyawa seskuiterpena, yaitu 4 senyawa dari Aquilaria agolaccha dari India (Chen
seskuiterpena pada gaharu sebelum dkk., 2012).
fermentasi yaitu 4-trimethyl-3-(1-
methylethenyl)-cyclohexanemethanol, β- SIMPULAN
guinena, 1,2,3,4,4a,5,6,8a-oktahydro-2-
Fermentasi oleh Rhizopus sp. pada
Naphthalenemethanol (Eudesmol), serta α-
kayu Gaharu berpengaruh terhadap
Cyperone; dan 6 senyawa seskuiterpena
keberadaan dan kelimpahan senyawa
baru pada gaharu setelah difermentasi yaitu
seskuiterpena dimana sebelum fermentasi
4,5-di-epi-aristolochene, 4-trimethyl-3-(1-
ditemukan 4 senyawa seskuiterpena dan
methylethenyl)-cyclohexanemethanol, δ-
setelah fermentasi ditemukan 6 senyawa
Selinen, Agarospirol, 4a-trimethyl-8-
baru seskuiterpena.
methylene-2-napthalenemethanol, α-
Guaiene, dan Selina-3,11-dien-9-ol. Dari 10
DAFTAR PUSTAKA
senyawa ini terdapat satu senyawa yang
terdapat baik pada Gaharu yang telah Amborowati T.H., 2010, Makalah kimia
difermentasi maupun pada gaharu yang analisa dan dasar pemisahan ekstraksi,
belum difermentasi yaitu 4-trimethyl-3-(1- Fakultas MIPA, Universitas Riau,
methylethenyl)-cyclohexanemethanol. Pekanbaru.
Senyawa 4,5-di-epi-aristolochene Asosiasi Gaharu Indonesia, 2010,
ditemukan pula dalam penelitian Rahman Pengembangan teknologi produksi
dkk. (2014) dari kayu Aquilaria malaccensis gaharu berbasis pemberdayaan
yang berasal dari Malaysia yaitu sebesar masyarakat, Pusat Penelitian dan
2,17 % di bagian akar dan 3,07 % pada Pengembangan Hutan dan Konversi
bagian kayu. Senyawa lainnya, yaitu α- Alam, Bogor.
Guaiene dan Selina-3,11-dien-9-ol telah

93
JKK, Tahun 2015, Volume 4(2), halaman 89- 94 ISSN 2303-1077

Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Novriyanti, E., Erdy S., Bambang W., and
2011, Gaharu, SNI 7631:2011. Maman T., 2011.Chemical study of
Chen, Huai-Q., Jian-He Wei, Jun-Shan eaglewood (Gaharu) resulting from
Yang, Zheng Zhang, Yun Yang and inoculation of Fusarium sp. on Aquilaria
Bao Gong, 2012, Chemical constituents microcarpa. R and D Centre for Forest
of Agarwood originating from the Conservation and Rehabilitation
endemic genus Aquilaria plants, Forestry Research and Development
Chemistry & Biodiversity, 9: 236-250. Agency (FORDA) Ministry of Forestry
Daintith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia Indonesia, Jakarta.
Oxford, Erlangga, Jakarta. Rahman, Siti Suhaila A., Norihan Mohd.
Gusmailina, 2010, Peningkatan mutu pada Saleh, Norwati Muhammad, Mahani
gaharu kualitas rendah, Jurnal Mansor and Muhd. Fuad Yahya, 2014,
Pengolahan Hasil Hutan, 28(3): 291- Enhancement of phytochemical
303. production through in vitro
Khopkar, S. M., 2003, Konsep Dasar Kimia polyploidization of agarwood-producing
Analitik, Saptorahardjo (Alih Bahasa), species Aquilaria malaccensis,
UI-Press, Jakarta. International Journal Of Biotechnology
Khasanah, L.U, Rohula Utami, Baskara K.A, Research, 2(3): 37-43.
Arselia E.N., 2014, Pengaruh perlakuan Raintree, 2011, Data Base Entry For
pendahuluan fermentasi padat dan Aquilaria agallocha. Raintree Nutrition,
fermentasi cair terhadap rendemen dan Inc., Austin, Texas. Sites :
karakteristik mutu minyak atsiri daun hhtp//www.rain-tree.com/aquilaria.htm
kayu manis, Agritech, 34:36-41. (diakses tanggal 2 Januari 2014).
Muntaqo, F.A., 2012, Korelasi Kadar Wang, X., Chang-He Zhang, Ling-Ling
Seskuiterpena dengan Mutu Gaharu Yang, and José Gomes-Laranjo, 2010,
Standar Nasional Indonesia, Institut Production of dragon’s blood in
Pertanian Bogor, Departemen Kimia Dracaenacochinchinensis plants by
Fakultas Matematika dan Ilmu inoculation of Fusarium
Pengetahuan Alam, Bogor (Skripsi). proliferatum,Plant Science,180:292–
299.

94

Anda mungkin juga menyukai