Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH EKSTRAK KULIT ARI KENARI SEBAGAI BAHAN PENGAWET

BAKSO

Hemy R. Djasibani

ABSTRAK
Bakso merupakan produk olahan daging yang mudah mengalami kerusakan. Pengunaan bahan
pengawet pada bakso secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Kulit ari kenari
mengandung senyawa fenolik merupakan senyawa fenolik. Senyawa fenolik dapat dipakai
sebagai zat pengawet makanan karena dapat menangkal radikal bebas. Penambahan ekstrak
kulit ari kenari dalam bakso dapat memperpanjang daya simpan bakso.Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh penambahan ekstrak kulit ari kenari terhadap daya simpan bakso. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bakso yang disimpan pada suhu ruang (28-30 0C) selama 2 hari
telah mengalami kerusakan berdasarkan angka TBA dan total koloni bakteri. Sedangkan pada
suhu dingin (50C) bakso yang ditambah ekstrak kulit ari kenari dan natrium benzoate masih baik
berdasarkan angka TBA dan total koloni bakteri. Bakso yang dihasilkan disukai panelis dengan
sifat sensorik terhadap penampakan, warna, rasa dan tekstur.Hasil penelitian ini menunjukkan
ekstrak kulit ari kenari berpengaruh terhadap daya simpan bakso, yang dibuktikan melalui uji
asam tiobarbiturat, total koloni bakteri dan organoleptik (penampakan, warna, rasa dan tekstur)
Kata kunci: kulit ari kenari, bakso

PENDAHULUAN Canarium dan memiliki sekitar 100 spesies


yang kebanyakan tumbuh di hutan lembab
Bakso merupakan salah satu produk dataran rendah di daerah Melanesia (Kennedy
olahan daging yang sangat populer dan dan Clarke, 2004). Kenari merupakan
digemari oleh masyarakat, namun memiliki tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh
daya simpan maksimal dan mudah mengalami di daerah Indonesia bagian timur, seperti
kerusakan. Salah satu cara untuk menunda Sulawesi Utara, Maluku, Seram dan pulau
kerusakan adalah dengan pengawetan. Prinsip Alor (Djarkasi dkk, 2007)
penambahan bahan pengawet adalah untuk
menghambat pertumbuhan dan membunuh Dalam pengolahan kenari, kulit ari adalah
bakteri patogen yang ada pada bakso. Bahan produk sampingan utama. Kulit ari tidak
pengawet yang sering digunakan adalah dimanfaatkan untuk tujuan komersial,
pengawet sintetis, namun bila digunakan dibuang sebagai limbah dan tidak bermanfaat.
dengan berlebihan dapat membahayakan Menurut Djasibani dkk (2013) ekstrak aseton
kesehatan. Saat ini telah ditemukan bahan kulit ari kenari Spesies Canarium vulgare
pengawet alami yang diekstrak dari tanaman mengandung kandungan total fenolik 171,0
dapat memperpanjang daya simpan bahan mg/kg dan aktivitas antioksidan 92,97%.
makanan, misalnya ekstrak kulit manggis
sebagai pengawet alami pada mi basah Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Andayani dkk., 2011). Mogana dkk (2011) ekstrak etanol daun
Canarium petentinervium mengandung
Kenari merupakan tanaman tropik yang senyawa flavonoid, tanin dan bersifat sebagai
tergolong dalam famili Burseraceae, genus antibakteri. Menurut Djarkasi dkk (2011)
1
buah kenari spesies Canarium indicum dan berwarna coklat kehitaman. Buah yang telah
Spesies Canarium vulgare mengandung matang, dipecahkan dengan alat pemukul
senyawa fenolik, karotenoid dan tokoferol. manual (Batu), selanjutnya dikupas kulit
Kulit ari kenari, mengandung senyawa arinya. Kemudian kulit ari kenari dibersihkan
fenolik yang merupakan antioksidan alami. atau dicuci dan di angin-anginkan (±20 menit)
Senyawa fenolik dapat dipakai sebagai zat hingga kering Selanjutnya dilakukan
pengawet makanan karena fenol dapat penggilingan menggunakan blender lalu
menangkap radikal bebas. Adanya diayak dengan ayakan 60 mesh untuk
antioksidan alami dapat menghambat oksidasi mendapatkan serbuknya. Serbuk kulit ari
lipid, mencegah kerusakan kimia, perubahan yang diperoleh dilakukan analisis kadar air.
komponen organik dalam bahan makanan
sehingga dapat memperpanjang umur simpan Ekstraksi Sampel. bubuk kulit ari kenari
(Afrianti, 2010). ditambahkan pelarut aseton. Selanjutnya di
maserasi selama 24 jam. Setelah itu dilakukan
Penelitian ini bertujuan untuk penyaringan dengan kertas saring. Kemudian
mengevaluasi pengaruh penambahan ekstrak di evaporasi pada suhu 45о selama 20 menit
kulit ari kenari terhadap daya simpan bakso. menggunakan rotary evaporator untuk
menghilangkan pelarut yang digunakan,
METODE PENELITIAN sehingga diperoleh ekstrak kulit ari kenari.
Ekstrak ditimbang dan disimpan pada suhu
Bahan
40C.
Bahan utama yang digunakan dalam
Pembuatan Bakso.
penelitian ini adalah kulit ari kenari spesies
Canarium vulgare yang diperoleh dari  Daging sapi segar yang diperoleh dari
Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. tempat pemotongan Cempaka Tuminting
Bahan kimia yang digunakan adalah aseton, Manado.
butylated Hydroxytovene, natrium benzoat,  Daging sapi dilakukan pembersihan dari
aquades, 2-asam tiobarbiturat, bacto pepton, darah dan kotoran dengan air bersih dan
asam trikloroasetat, 1,1,3,3- dipisahkan lemak, urat dan daging
tetrametoksipropana, plate count agar,  Setiap perlakuan, sebanyak 50% daging
alkohol, daging sapi, tepung tapioka, es batu, sapi dipotong kecil dan digiling sampai
air. halus.
 Daging sapi giling yang diperoleh
Alat ditambahkan tepung tapioka merk alini
sebanyak 30% dan es batu sebanyak 20%.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini  Setiap perlakuan ditambahkan ekstrak
adalah timbangan analitik, kertas saring kulit ari kenari aseton 200 ppm, BHT 200
Whatman, erlenmeyer, pisau, labu ukur, alat ppm, natrium benzoat 200 ppm dan kontrol
penggiling, pipet, spektrofotometer, ayakan (tanpa bahan pengawet).
60 mesh, alumanium foil, cawan petri, kertas
 Masing-masing adonan kembali digiling
label, plastik kemasan, water bath, sentrifuse,
sampai homogen dan tercampur rata.
vortex, penggiling daging, autoklaf, kulkas
Adonan tersebut dibentuk bulat-bulat dan
dan wadah.
dimasukkan ke dalam air hangat dengan
Prosedur Penelitian suhu 60 – 70 оC setelah mulai
mengembang.
Preparasi Sampel. Kulit ari kenari spesies  Bakso direbus dengan suhu 100 оC selama
Canarium vulgare yang digunakan diperoleh 15 menit. Bakso yang telah matang
dari Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara ditiriskan dan didinginkan.
Timur. Kulit ari diambil dari buah kenari
yang telah matang dengan ciri-ciri kulit buah
2
 Bakso disimpan pada suhu ruang (28 – 30 alumanium foil, sedangkan untuk tingkat
о
C) dan suhu dingin (5 оC) untuk dilakukan pengenceran kedua dan ketiga masing-
analisis. masing diambil 9 mL NaCl 0,9%
kemudian dimasukan ke dalam tabung
hush yang dilengkapi dengan penutup.
Semua larutan pengenceran disterilkan
Penentuan Angka Asam Tiobarbiturat dengan autoklaf pada tekanan 15 psi
(TBA). dengan suhu 121 оC selama 15 menit.
4. Sampel diblender dan ditimbang 25 g
1 gram sampel dimasukkan dalam tabung
secara apatis kemudian dimasukkan
reaksi dan ditambahkan dengan 2,5 mL TCA
kedalam 225 mL NaCl 0,9% steril
10% (w/v), divortek selama 1 menit, lalu
sehingga diperoleh larutan dengan tingkat
disentrifugasi selama 5 menit. Supernatan
pengenceran 10-1. Melalui pengenceran 10-
yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam 1
dipipet 1 mL ke dalam tabung reaksi 2
tabung ulir, ditambahkan dengan 2,5 mL
kemudian dihomogenkan sehingga
TBA 0,02 M, divortek selama 1 menit, lalu 2
diperoleh pengenceran 10 , demikian
dipanaskan dalam water bath selama 15
seterusnya hingga diperoleh pengenceran
menit pada suhu 100 оC. Campuran
103.
kemudian didinginkan pada suhu kamar dan 5. Setiap pengenceran diambil 1 mL
disentrifugasi kembali selama 15 menit. pindahkan ke cawan petri yang telah diberi
Campuran yang berwarna merah muda kode untuk setiap sampel pada tingkat
tersebut diukur absorbansinya pada panjang pengenceran tertentu.
gelombang 532 nm. Angka TBA akan 6. Ke dalam semua cawan petri dituang
diperoleh dengan mengalikan hasil absorbansi secara aseptis NA sebanyak 15 – 20 mL.
sampel dengan konstanta yang diperoleh dari Setelah penuangan, cawan petri digoyang
standar TMP (konsentrasi 0, 3, 6, 9, 12, 15 perlahan-lahan sambil diputar 3 kali kekiri,
dan 18 M). kekanan, kedepan dan kebelakang,
kemudian didinginkan sampai agar
mengeras. Setelah NA padat dimasukkan
Penentuan Angka Asam Tiobarbiturat
ke dalam inkubator suhu kamar (27,5 –
(TBA).
29,8 оC) dengan posisi terbalik. Setelah
1. Semua peralatan disterilkan dengan masa inkubasi berakhir, dilakukan
menggunakan autoklaf pada tekanan 15 psi perhitungan jumlah bakteri dan jumlah
dengan suhu 121 оC selama 15 menit. bakteri yang diperoleh dikalikan dengan
2. Ditimbang masing-masing yeast ekstrak pengenceran, perhitungan jumlah koloni
0,75 g, peptone 1,25 g, NaCl 10 g dan agar menggunakan rumus sebagai berikut :
5 g untuk dibuat media Nutrient Agar Total Bakteri = Jumlah bakteri X 1 /
(NA). Kemudian dimasukkan ke dalam pengenceran.
Erlenmeyer dan diberikan aquades
sebanyak 250 mL setelah itu Analisis Statistik
dihomogenkan dengan magnet putar. pH Semua eksperimen dilakukan dalam
media diatur pada pH 7,0, selanjutnya delapan perlakuan dua ulangan dan dianalisis
direbus sampai agar larut dan disterilkan secara statistik dengan analisis varian
dengan autoklaf pada tekanan 15 psi (ANOVA) melalui Tukey dengan
dengan suhu 121 оC selama 15 menit. menggunakan software SPSS versi 11.
3. Disiapkan larutan pengencer 0,9% NaCl,
masing-masing untuk pengenceran tingkat HASIL DAN PEMBAHASAN
pertama 225 mL ditempatkan dalam
Erlenmeyer 250 mL dan ditutup dengan Angka TBA
3
bakso daging sapi kontrol meningkatkan
Angka Thiobarbituric acid (TBA) konsentrasi MDA secara signifikan,
merupakan salah satu parameter yang sedangkan perlakuan penggunaan bahan
digunakan untuk mengukur besarnya pengawet BHT 200 ppm, natrium benzoat
kerusakan lemak karena reaksi oksidasi. 200 ppm dan ekstrak kulit ari kenari 200 ppm
Pembentukan warna merah antara tidak menunjukkan kenaikan konsentrasi
malonaldehid (MDA) merupakan produk MDA secara signifikan. Hal ini membuktikan
oksidasi sekunder dengan asam 2- bahwa bahan pengawet BHT, natrium
tiobarbiturat (TBA) dan diukur absorbansinya benzoat dan ekstrak kulit ari kenari yang
dengan spektrofotometer (Shahidi dan Hong, diaplikasikan pada bakso daging sapi
1991). memiliki aktivitas antioksidatif. Bakso daging
sapi yang ditambahkan bahan pengawet BHT,
Didalam penelitian ini, hasil
natrium benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
absorbansi yang diperoleh dikonversi dalam
dengan konsentrasi masing-masing 200 ppm
konsentrasi (M) dengan menggunakan
menunjukkan kenaikan konsentrasi MDA
larutan standar 1,1,3,3-tetrametoksi- propana
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
(TMP). Konsentrasi larutan standar TMP
kontrol pada suhu ruang (28 – 30 оC).
yang digunakan yaitu 0, 3, 6, 9, 12 M
sehingga diperoleh garis linier y = 0,061 + Berdasarkan pengamatan secara
0,0142 dengan koefisien korelasi ( R2 ) = visual pada penyimpanan 0 hari dan hari ke-2
0,9413. Jenis bahan pengawet yang tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu
diaplikasikan dalam bakso daging sapi adalah mencolok sehingga bakso masih layak untuk
ekstrak aseton kulit ari kenari 200 ppm, dikonsumsi, pada hari ke-4 bakso telah busuk
natrium benzoat 200 ppm dan BHT 200 ppm. dan berlendir dan hari ke-6 bakso yang telah
Kemudian bakso daging sapi disimpan selama busuk dan berlendir terdapat ulat-ulat kecil.
0, 2, 4, 6 hari pada suhu ruang (28 – 30 оC) Hal ini menggambarkan bahwa perlakuan
dan suhu dingin (5 оC) dapat dilihat pada jenis bahan pengawet BHT, natrium benzoat
Gambar 1 dan 2. dan ekstrak kulit ari kenari hanya memberi
daya hambat pada bakso selama 2 hari
penyimpanan pada suhu ruang (28 – 30 оC).
12 Hal ini disebabkan karena bakso daging sapi
Angka TBA (mgMDA/Kg)

10 disimpan pada suhu ruang (28 – 30 оC)


8 sehingga mudah teroksidasi oleh udara dan
6 Kontrol
menyebabkan menjadi tengik. Bau tengik
BHT tersebut disebabkan oleh pembentukan
4 senyawa-senyawa hasil pemecahan
Na-benzoat
2 EKAK hidroperoksida (Winarno, 2008).
0
0 2 4 6 Tingginya tingkat oksidasi lipida,
kemungkinan karena terganggunya sistim
Lama Penyimpanan (Hari)
jaringan otot, dengan demikian dapat
membuka komponen lipida untuk dikenai
oksigen dari udara dan disertai reaksi
Gambar 1. Aktivitas Bahan Pengawet Angka terkatalisasi oleh besi. Semua proses yang
TBA Bakso Daging Sapi selama dapat merusak jaringan otot dapat
0, 2, 4, 6 Hari pada Suhu Ruang meningkatkan laju oksidasi lipida terutama
(28 – 30 оC) pembentukan warmed over flavor (WOF)
(Sato dan Hengarty, 1971). Menurut Raharjo
(2004) bahwa unsur heme (pigmen daging)
Gambar 1 terlihat bahwa pada suhu ruang dan besi non heme sangat berperan sebagai
(28 – 30 оC) pelakuan lama penyimpanan katalis untuk mempercepat reaksi propagasi
4
dan terdekomposisi. Produk dekomposisi ini natrium benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
selanjutnya menghasilkan radikal alkoksi masih layak untuk dikonsumsi sampai
hidroperoksida dalam produk olahan daging penyimpanan hari ke-6 pada suhu dingin (5
yang dimasak. о
C).

16 Secara statistik, pada penyimpanan 0 hari


bakso daging sapi dengan bahan pengawet
Angka TBA (mgMDA/Kg)

14
12 BHT dan ekstrak kulit ari kenari tidak
10 berbeda nyata perbedaannya sedangkan
8 Kontrol keduanya berbeda nyata dengan bakso daging
6 BHT
sapi kontrol dan natrium benzoat terhadap
4 Na-benzoat
EKAK
pembentukan angka TBA, pada penyimpanan
2
hari ke-2 bakso daging sapi kontrol, natrium
0
0 2 4 6 benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tidak
Lama Penyimpanan (Hari) berbeda nyata perbedaannya sedangkan
ketiganya berbeda nyata dengan bakso daging
sapi BHT terhadap pembentukan angka TBA,
Gambar 2. Aktivitas Bahan Pengawet Angka pada penyimpanan hari ke-4 bakso daging
TBA Bakso Daging Sapi selama sapi natrium benzoat dan ekstrak kulit ari
0, 2, 4, 6 Hari pada Suhu Dingin kenari tidak berbeda nyata perbedaannya,
(5 оC) sedangkan keduanya berbeda nyata dengan
bakso daging sapi kontrol dan BHT terhadap
Gambar 2 terlihat bahwa pada Suhu pembentukan angka TBA dan pada
Dingin (5 оC) perlakuan lama penyimpanan penyimpanan hari ke-6 bakso daging sapi
bakso daging sapi pada kontrol meningkatkan BHT dan ekstrak kulit ari kenari tidak
konsentrasi MDA secara signifikan, berbeda nyata perbedaannya sedangkan
sedangkan perlakuan penggunaan bahan keduanya berbeda nyata dengan bakso daging
pengawet BHT 200 ppm, natrium benzoat sapi kontrol dan natrium benzoat terhadap
200 ppm dan ekstrak kulit ari kenari 200 ppm pembentukan angka TBA. Hal ini dapat
tidak menunjukkan kenaikan konsentrasi disimpulkan bahwa pada penyimpanan suhu
MDA secara signifikan. Hal ini membuktikan dingin (5 оC) bakso daging sapi dengan
bahwa bahan pengawet BHT, natrium penambahan bahan pengawet ekstrak kulit ari
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari yang kenari dan BHT dapat menghambat
diaplikasikan pada bakso daging sapi kerusakan bakso dengan cara mendonorkan
memiliki aktivitas antioksidatif. Bakso daging hidrogen sehingga efektif dalam jumlah
sapi yang ditambahkan bahan pengawet BHT, sangat kecil untuk menghambat autooksidasi
natrium benzoat dan ekstrak kulit ari kenari lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan
dengan konsentrasi masing-masing 200 ppm bakso sampai penyimpanan hari ke-6. Hasil
menunjukkan kenaikan konsentrasi MDA ini sejalan dengan hasil penelitian Sebranek
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan dkk, (2005) menunjukkan bahwa antioksidan
kontrol pada suhu dingin (5 оC). sintetis seperti BHT dan BHA tidak berbeda
secara signifikan dengan ekstrak rosemeri
Berdasarkan pengamatan secara visual
pada daging babi yang disimpan pada suhu
bakso daging sapi yang di simpan sampai
dingin selama 14 hari.
penyimpanan hari ke-6 tidak menunjukan
perbedaan yang terlalu mencolok sehingga Bahan baku dan bahan penunjang
masih layak untuk dikonsumsi pada suhu yang berkualitas tinggi, pengemasan dan suhu
dingin (5 оC). Hal ini menggambarkan bahwa penyimpanan dapat mempengaruhi kualitas
bakso daging sapi kontrol, penambahan BHT, bakso yang dihasilkan. Bakso yang

5
berkualitas baik yang disimpan pada suhu permukaan yang basah seperti daging dapat
dingin (5 оC) dapat bertahan hingga 32 hari menyebabkan flavor dan bau yang
asalkan suhu penyimpannya tetap terjaga menyimpang serta pembusukan bahan pangan
rendah (5 оC) (Wibowo, 2009). dengan pembentukan lendir. Hal ini
disebabkan pengaruh dari suhu penyimpanan
yakni disimpan dalam suhu ruang (28 – 30
Total Koloni Bakteri о
C) yang menguntungkan bakteri untuk dapat
Total koloni bakteri merupakan salah tumbuh dan berkembang secara pesat.
satu parameter yang sangat penting Secara statistik, pada penyimpanan 0 hari
diperhatikan karena sangat erat kaitanya semua perlakuan yaitu kontrol, BHT, natrium
dengan keamanan suatu produk pangan. benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tidak
Bakso merupakan salah satu produk olahan berbeda nyata, hari ke-2 natrium benzoat dan
daging yang tergolong ke dalam kategori ekstrak kulit ari kenari tidak berbeda nyata
makanan yang mudah rusak juga memiliki sedangkan keduanya berbeda nyata dengan
batas maksimal jumlah total mikroba. kontrol dan BHT, hari ke-4 kontrol dan BHT
Menurut SNI 01-3818-1995, total mikroba tidak berbeda nyata sedangkan keduanya
untuk produk bakso maksimal sebesar 1.0 x berbeda nyata dengan natrium benzoat dan
105 koloni per gram. ekstrak kulit ari kenari sedangkan hari ke-6
Total koloni bakteri bakso daging sapi semua perlakuan yaitu kontrol, BHT, natrium
yang disimpan selama 0, 2, 4, 6 hari pada benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tidak
suhu ruang (28 – 30 оC) dan suhu dingin (5 berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
о
C) dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. bakso daging sapi mengandung gizi yang c
ukup tinggi sehingga merupakan media yang
Tabel 1. Total Koloni Bakteri Bakso Daging baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Sapi Pada Suhu Ruang (28 – 30 оC) Menurut Widati (2008), produk olahan
daging jika tidak ditangani dengan baik maka
Perl 0 Hari Hari Hari Hari mempunyai masa simpan yang relatif pendek
Ke 2 Ke 4 Ke 6
Kontro 6 x 103 428 x 1302 860 x yakni maksimal 1 hari (12 – 24 jam).
l 105 x 105 107
BHT 135 x 440 x 1268 x 108 x Tabel 2. Total Koloni Bakteri Bakso Daging
102 105 105 106 Sapi Pada Suhu dingin (5 оC)
Nat- 36 x 243 x 1076 x 662 x
Benz 102 105 105 106 Perl 0 Hari Hari Hari Hari
KAK 26 x 221 x 1076 x 498 x Ke 2 Ke 4 Ke 6
102 105 105 106 Kontrol 16 x 14 x 60 x 98 x
101 102 105 105
BHT 1 x 102 28 x 94 x 68 x
Tabel 1 dilihat bahwa pada suhu ruang 103 104 105
Nat- Benz 22 x 184 x 54 x 54 x
(28 – 30 оC) lama penyimpanan bakso daging 101 101 103 104
KAK 24 x 38 x 26 x 44 x
sapi perlakuan kontrol dan penambahan 101 101 103 104
bahan pengawet BHT, natrium benzoat dan
ekstrak kulit ari kenari meningkatkan jumlah
total koloni bakteri secara signifikan. Tabel 2 dilihat bahwa pada suhu dingin
(5 оC) lama penyimpanan bakso daging sapi
Berdasarkan pengamatan secara visual, perlakuan kontrol dan penambahan bahan
pada penyimpanan hari ke-2 bakso terlihat pengawet BHT, natrium benzoat dan ekstrak
mulai bau asam tapi belum berlendir, pada kulit ari kenari meningkatkan jumlah total
penyimpanan hari ke-4 bakso berbau asam koloni bakteri secara signifikan.
dan berlendir sedangkan pada penyimpanan
hari ke-6 bakso yang berbau asam dan Secara statistik, pada penyimpanan 0 hari
berlendir terdapat ulat-ulat kecil. Menurut dan hari ke-2 semua perlakuan yaitu kontrol,
Buckle dkk, (2007) pertumbuhan bakteri pada BHT, natrium benzoat dan ekstrak kulit ari
6
Tingkat kesukaan Panelis terhadap Penampakan
kenari tidak berbeda nyata, pada 9
penyimpanan hari ke-4 natrium benzoat dan 8
kulit ari kenari tidak berbeda nyata sedangkan 7
4.2
keduanya berbeda nyata dengan kontrol dan 6
BHT sedangkan pada penyimpanan hari ke-6 5 3.05
natrium benzoat dan ekstrak kulit ari kenari 4 3.7

tidak berbeda nyata sedangkan keduanya 3 3.3


2
berbeda nyata dengan kontrol dan BHT. Hal
1
ini menunjukkan bahwa pada penyimpanan 0
suhu dingin (5 оC) bakso daging sapi dengan
penambahan bahan pengawet ekstrak kulit ari
kenari dan natrium benzoat sangat efektif

Bakso
dalam mematikan dan menghambat
pertumbuhan mikroba pada bakso yaitu
Gambar3.Tingkat kesukaan Terhadap
dengan cara menembus dinding sel
Penampakan Bakso Daging Sapi
mikroorganisme yang menyebabkan sel
mikroorganisme menjadi lisis kemudian mati,
dengan menurunnya jumlah bakteri dalam Berdasarkan gambar 3 diketahui
bakso maka kerusakan bakso oleh bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
mikroorganisme dapat dihambat sehingga terhadap penampakan bakso daging sapi,
meningkatkan umur simpan bakso sampai yang tertinggi diperoleh pada bakso daging
penyimpanan hari ke-6. Hal ini sejalan sapi dengan penambahan BHT dan ekstrak
dengan hasil penelitian Wulandari (2009) kulit ari kenari dengan nilai rata-rata 3,65
antimikroba dari Lactobacillus plantarum atau berada pada kategori cendrung suka.
1A5 dapat mengawetkan bakso sapi sampai Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
10 hari penyimpanan pada suhu dingin. terhadap penampakan bakso daging sapi yang
terendah diperoleh pada bakso kontrol yaitu
Pengujian Organoleptik (Sensorik)
3 dan penambahan natrium benzoat yaitu 2,95
Bakso yang diproduksi pada atau berada diantara tidak suka dan netral.
penyimpanan 0 hari dilakukan pengujian
Secara statistic, menunjukkan bahwa
organoleptik (sensorik) terhadap
perlakuan kontrol, penambahan BHT, natrium
penampakan, warna, bau, rasa dan tekstur.
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
Pengujian organoleptik (sensorik) yang
memberikan pengaruh yang sangat nyata
dilakukan pada penelitian ini menggunakan
terhadap penampakan bakso daging sapi. pada
metode hedonik dengan jumlah panelis 20
perlakuan BHT dan ekstrak kulit ari kenari
orang. Pengujian ini dilakukan untuk
tidak berbeda nyata sedangkan keduanya
mengetahui sejauh mana tingkat penerimaan
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan
konsumen terhadap bakso daging sapi yang
natrium benzoat, hal ini terlihat bahwa bakso
ditambahkan ekstrak kulit ari kenari 200 ppm,
dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
BHT 200 ppm, natrium benzoat 200 ppm dan
ekstrak kulit ari kenari dan kontrol
kontrol (tanpa bahan pengawet).
penampakannya bersih, tidak tampak
Penampakan bakso berjamur dan tidak berlendir namun pada
bakso dengan penambahan BHT dan ekstrak
kulit ari kenari yang dihasilkan
Hasil analisis uji organoleptik terhadap
penampakannya bulat halus dan berukuran
penampakan dapat dilihat pada Gambar 3.
dan seragam dibandingkan dengan bakso
kontrol dan penambahan natrium benzoat.
Hal ini yang menyebabkan perbedaan respon

7
panelis terhadap penampakan bakso daging terhadap warna bakso daging sapi. Bakso
sapi. dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
kulit ari kenari dan kontrol terlihat berbeda
Menurut Wibowo (2009), kriteria mutu
nyata. Hal ini menggambarkan bahwa warna
sensorik bakso penampakannya adalah bulat
bakso dipengaruhi oleh jenis daging, jenis dan
halus, berukuran seragam, bersih dan tidak
jumlah tepung, serta adanya penggunaan
kusam, sedikitpun tidak tampak berjamur dan
bahan pengawet. Semakin banyak tepung
tidak berlendir.
yang ditambahkan, maka tingkat kecerahan
Warna Bakso warna bakso yang dihasilkan akan semakin
Warna mempunyai arti dan peranan yang menurun. Timbulnya warna yang berbeda
sangat penting pada komoditas pangan. pada bakso daging sapi yang dimasak
Peranan itu sangat nyata pada tiga hal yaitu disebabkan oleh reaksi maillard antara
daya tarik, tanda pengenal, dan atribut mutu. karbohidrat dari tepung dengan asam-asam
Sifat warna merupakan sifat produk pangan amino dan lemak (Winarno, 2008).
yang paling menarik perhatian konsumen dan Rasa Bakso
paling cepat pula memberikan kesan disukai
Rasa merupakan faktor penentu daya
atau tidak. Hasil analisis uji organoleptik
terima konsumen terhadap produk pangan.
Tin gkat ke su kaan P an e lis t e r h ad ap W ar n a Bakso

terhadap warna dapat dilihat pada Gambar 4.


Rasa merupakan kriteria penting dalam
menilai suatu produk pangan yang banyak
melibatkan panca indera lidah. Indera
9
8 pencicipan dapat membedakan empat macam
7
6
4.2 rasa yang utama yaitu asin, asam, manis, dan
5
4 3.7
3.05 pahit. Rasa merupakan suatu respon lidah
3 3.3 terhadap makanan yang diberikan. Hasil
2
1 analisis uji organoleptik terhadap rasa dapat
0
dilihat pada Gambar 5.
Tingkat kesukaan Panelis terhadap Rasa Bakso

9
8
7
4.2
6
Gambar 4. Tingkat kesukaan Terhadap 5 3.05
Warna Bakso Daging Sapi 4 3.7

Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa 3 3.3


nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis 2
terhadap warna bakso daging sapi, yang 1
tertinggi diperoleh pada bakso daging sapi 0
dengan penambahan ekstrak kulit ari kenari
dengan nilai rata-rata 3,9 atau berada pada
kategori cendrung suka, diikuti dengan bakso
dengan penambahan BHT, kontrol, dan Gambar 5. Tingkat kesukaan Terhadap Rasa
natrium benzoat secara berturut-turut 3,7, Bakso Daging Sapi
3,15 dan 3, 05 atau berada diantara netral dan
suka. . Berdasarkan gambar 5 diketahui
Secara statistic, menunjukkan bahwa bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
perlakuan kontrol, penambahan BHT, natrium terhadap rasa bakso daging sapi, yang
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tertinggi diperoleh pada bakso daging sapi
memberikan pengaruh yang sangat nyata dengan penambahan ekstrak kulit ari kenari
dengan nilai rata-rata 4,2 atau berada pada
8
Tingkat kesukaan Panelis terhadap Tekstur
kategori cendrung sangat suka, diikuti dengan 9
bakso dengan penambahan kontrol, BHT dan 8
natrium benzoat secara berturut-turut 3,85, 7
4.2
3,55 dan 3, 2 atau berada diantara netral dan 6
5
suka. 3.7
3.05
4
Secara statistic, menunjukkan bahwa 3 3.3
perlakuan kontrol, penambahan BHT, natrium 2
1
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
0
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap rasa bakso daging sapi. Bakso

Bakso
dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
kulit ari kenari dan kontrol terlihat berbeda
nyata. Hal menggambarkan bahwa rasa bakso Gambar 6.Tingkat kesukaan Terhadap
dipengaruhi oleh daging, jenis tepung, bahan Tekstur Bakso Daging Sapi
pengawet yang ditambahkan selama
pengolahan. Rasa menempati urutan pertama Berdasarkan gambar 14 diketahui bahwa
sifat mutu menurut konsumen dalam nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
menentukan pilihan bakso. Rasa bakso sangat terhadap tekstur bakso daging sapi, yang
menentukan penerimaan konsumen, tertinggi diperoleh pada bakso daging sapi
walaupun sifat mutu organoleptik lainnya dengan penambahan ekstrak kulit ari kenari
juga turut menentukan. Rasa bakso sapi dengan nilai rata-rata 4,2 atau berada pada
sebenarnya dibentuk oleh berbagai jenis kategori cendrung sangat suka, diikuti dengan
rangsangan bahkan terkadang juga turut bakso dengan penambahan BHT, kontrol dan
dipengaruhi oleh bau dan tekstur. Rasa sangat natrium benzoat secara berturut-turut 3,7, 3,3
dipengaruhi oleh komponen-komponen dan 3,05 atau berada diantara netral dan suka.
penyusun makanan seperti protein, lemak,
vitamin, dan lainnya (Winarno, 2008). Secara statistic, menunjukkan bahwa
perlakuan kontrol, penambahan BHT, natrium
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
Tekstur Bakso memberikan pengaruh yang sangat nyata
Tekstur suatu bahan makanan akan terhadap warna bakso daging sapi. Bakso
mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
oleh bahan makanan tersebut. Perubahan kulit ari kenari dan kontrol terlihat berbeda
tekstur bahan makanan dapat mengubah rasa nyata. Hal ini menggambarkan bahwa
dan bau yang timbul karena dapat umumnya tekstur makanan ditentukan oleh
mempengaruhi timbulnya rangsangan kadar air, kandungan lemak, jumlah
terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air karbohidrat dan bahan pengawet yang
liur (Winarno, 2008). Hasil analisis uji digunakan. Hal ini sesuai dengan yang
organoleptik terhadap tekstur dapat dilihat dikatakan Winarno (2008), bahwa air
pada Gambar 6. merupakan bagian komponen terpenting
dalam bahan makanan karena dapat
mempengaruhi penampakan tekstur serta cita
rasa makanan.
Menurut Wibowo (2009), yang
mengemukakan bahwa bakso yang disukai
memiliki kriteria mutu tekstur yang kompak,
elastis, kenyal tetapi tidak liat atau membal,
tidak ada serat daging, tidak lembek, tidak
basah berair, dan tidak rapuh.

9
KESIMPULAN Djarkasi, G. S. S., S. Raharjo, Z. Noor dan S.
Sudarmadji. 2008. Stabilitas Oksidatif
Bakso yang disimpan pada suhu ruang (28 – Minyak Biji Kenari (Canarium indicum
30 оC) selama 2 hari telah mengalami dan Canarium vulgare) selama
kerusakan berdasarkan angka TBA dan total Penyimpanan Pada Suhu 30 dan 40 оC.
koloni bakteri. Sedangkan pada suhu dingin Jurnal Teknologi dan Industri
(5 оC) sampai hari ke-6 bakso yang ditambah Pangan.19 : 113 – 120.
ekstrak kulit ari kenari dan natrium benzoat
masih baik berdasarkan angka TBA dan total Djarkasi, G. S. S., E. J. N. Nurali, M. F.
koloni bakteri. Bakso yang dihasilkan disukai Sumual dan L. E. Lalujan. 2011.
panelis dengan sifat sensorik terhadap Analysis of Bioactive Compound in
penampakan, warna, rasa dan tekstur. Canarium Nut (Canarium Indicum L).
Laporan Penelitian. Usaid-Texas A dan
M University Sam Ratulangi
DAFTAR PUSTAKA University.
Andayani, R., Y. Lisawati dan Maimunah. Djasibani, H.R, Djarkasi, G. S. S dan
2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Suryanto, E. 2013. Kandungan Fenolik
Kadar Fenolat Total dan Likopen pada dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit
Buah Tomat (Solanum lycopersicum L). Ari Kenari (Canarium vulgare Sp.).
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13 Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan.
: 1 – 9. Vol.1. Hal 1-6.
Afrianti, L. H. 2010. Pengawet Makanan
Alami dan Sintetis. Alfa Beta. Bandung Doyle, M. P., L. R. Beuchat dan Montville.
2003. Food Microbiology,
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Bakso Fundamentals and Fronties. ASM
Daging. SNI 01-3818-1995 Press. Washington, DS.

Brooks, G. F., J. S. Butel dan S. A. Morse. Fardiaz, S. 1987. Penuntun Parktikum


2005. Medical Microbiology. Mc Graw Mikrobiologi Pangan. Lembaga
Hill, New York. Sumberdaya Informasi, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet
dan M. Wootton, M. 2007. Ilmu Frankel, E. N. 2005. Lipid Oxidation. The
Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Oily Press. Dundee, Scotland
Adiono. UI Press, Jakarta.
Gaulejac, N. S-C., C. Provost dan N. Vivas.
BPS Kabupaten Alor. 2011. Luas Lahan 1998. Comparattive Study of
Tanaman Umur Panjang. Data Primer Polyphenol Scavenging Activities
Assessed by Different Methods.
Cahyadi, W. 2005. Analisis dan Aspek Journal of Agricultural and Food
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Chemistry. 47 : 425 – 431.
Bumi Aksara. Bandung

Djarkasi, G. S. S., S. Raharjo, Z. Noor dan S. Hajoeningtijas, O. D. 2012. Mikrobiologi


Sudarmadji. 2007. Sifat Fisik dan Pertanian. Graha Ilmu. Yogyakarta
Kimia Minyak Kenari. Agritech. 27 :
165 – 170. Handayani, R.., A. J. N. Parhusip dan Vinola.
2011. Aplikasi Antimikroba Ekstrak

10
Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) sebagai Pengawet Melia, S., I. Juliyarsi dan A. Rosya. 2010.
Alami pada Mi Basah. Prosiding Peningkatan Kualitas Bakso Ayam
Seminar PAPTI. 15 – 17 September dengan penambahan Tepung Talas
2011. Ilmu Pangan. Pascasaarjana. sebagai Subtitusi tepung tapioka. Jurnal
UNSRAT. Manado. Hal 107 peternakan.7 : 62 – 69.

Javanmardi, J., C. Stushnoff, E. Locke dan J. Mogana, R., K. T. Jin dan C. Wiart. 2011. In
M. Vivanco. 2003. Antioxidant Activity Vitro Antimicrobial, Antioxidant
and Total Phenolic Content of Iranian Activies and Phytochemical Analysis of
Ocimum Accessions. Journal of Food Canarium petentinervium Miq. From
Chemistry. 83 : 547 – 550. Malaysia. Journal of Biomedicine and
Biotechnolog. 2011: 318086
Jeong, S. M., S. Y. Kim, D. R. Kim, S. C. Jo,
K. C. Nam, Ahn dan S. C. Lee. 2004. Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable
Effect of Heat Treatment on the Rree Radical dyphenylpicrylhydrazil
Antioxidant Activity of Extracts from (DPPH) for Estimating Antioxidant
Citrus Peels. J. Agric. Food Chem. 51: Activity. Songklanakarin. Journals of
3389-3393. Science and Technology. 26 : 211 –
219.
Julkunen-Tiito, R. 1985. Phenolics
Constituents in The Leaves of Northern Muchtadi, D. 2009. Prinsip Teknologi
Willows: Methods for The Analysis of Pangan Sumber Protein. Alfabeta.
Certain Phenolics. J. Agric. Food Bandung
Chem. 33 : 213 – 217. Muchtadi, R. T., F. Ayustaningwarno dan
Sugiyono. 2010. Ilmu Pengetahuan
Kartika, B. P., Hastuti. dan W. Supartono. Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas Ngudiwaluyo, S dan Suharjito. 2003.
Gadjah Mada, Yogyakarta Pengaruh Penambahan Sodium Tripoly
Phosfat Terhadap Daya Simpan Bakso
Kennedy, J dan W. Clarke. 2004. Cultivated Sapi dalam Berbagai Suhu
Landscapes of the Southwest Pasific. Penyimpanan. http://www.pustaka
RMAP Working Paper No. 50. iptek.com. Diakses 5 Nopember 2012
Resource Management in Asia-Pasific
Program, RSPAS, The Australian Ponovska, T. K., S. Kulevanova dan Stefova.
National University, Canberra. 2005. In Vitro Antioxidant Activity of
Some Teucrium Spesias (Lamiaceae).
Lee, J. H., B. Ozcelik dan D. B. Min,. 2003. Acta Pharm. 55 : 207 – 214.
Electron Donation Mechanism of β-
Carotene as a Free Radical Scavenger. Raharjo, S. 2004. Kerusakan Oksidatif pada
Journal Food Sci. 68 : 861 – 865. Makanan. Pusat Studi Pangan dan
Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Meenakshi, S., D. M. Gnanambigai, S. T. Yogyakarta
Mozhi, M. Arumugam dan T.
Balasubramanian. 2009. Total Rita, A., S. U Tania, H. Heri, A. M. Albana
Flavonoid and in vitro antioksidant dan R. Rini. 2009. Produksi antioksidan
activity of two seaweeds of dari daun simpur (Dilleniaindica)
Rameshwaram Coast. Global Journal menggunakan metode ekstraksi tekanan
of Pharmacology. 3 : 59 – 62. tinggi dengan sirkulasi pelarut. Di
11
dalam: SNTKI 2009. Prosiding Seminar http://www.traditionaltree.org/ [5
Nasional Teknik Kimia Indonesia. Februari 2013]
Bandung, 19 – 20 Oktober 2009. Wibowo, S. 2009. Pembuatan Bakso Ikan
Bandung: Perhimpunan Teknik Kimia dan Bakso Daging. Penebar Swadaya.
Indonesia. hlm 1 – 8. Jakarta.

Rohman, A dan S. Riyanto. 2005. Daya Widati, A. S. 2008. Pengaruh lama Pelayuan,
Antioksidan ekstrak etanol Daun Temperatur Pembekuan dan Bahan
Kemuning (Murraya paniculata (L) Pengemas terhadap Kuaalitas Kimia
Jack) secara in vitro, Majalah Farmasi Daging Sapi Beku. Jurnal Ilmu dan
Indonesia, 16 : 136 – 140. Teknologi Hasil Ternak. 3 : 39 – 49.

Sastrosupadi, A. Rancangan Percobaan. Widyaningsih, T. D dan E. S. Murtini. 2006.


Kanisius. Yogyakarta Alternatif Pengganti Formulin pada
Produk Pangan. Trubus Agrisarana.
Sato, K dan G. R. Hengarty. 1971. Warmed Surabaya.
Over-Flover in Cooked Meats. J. Food
Science. 36 : 1098 – 1101. Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi
(Edisi Terbaru). M-Brio Press, Cetakan
Sembiring, B. B., Ma’mun dan E. I. Ginting. 1. Bogor
2006. Pengaruh Kehalusan Bahan dan
Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Wulandari, P. C. 2009. Karakteristik
Temulawak (Curcuma xanthorriza Mikobiologis Bakso Sapi yang
Roxb). Bul. Littro 17 : 53 – 58. Diawetkan dengan Antimikroba dari
Lactobacillusplantarum 1A5 Selama
Serbarek, J. K., V. J. H. Sewalt, K. L. Penyimpanan Suhu Dingin. Skripsi.
Robbins dan Hauser. 2005. Comparison Fakultas Teknologi Peternakan. Institut
of a Natural Rosemery Extract and Pertanian Bogor, Bogor.
BHT/BHA for Relative Antioxidant
Effectiveness in Pork Sausage. Meat
Science. 69 : 289 – 296.

Shahidi, F dan C. Hong. 1991. Evaluation of


Malonaldehyde as A Marker of
Oxidative Rancidity in Meat Products.
J. Food Biochemistry. 15 : 97 – 105.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan.


Putra Media Nusantara. Surabaya.

Suwetja, I. K. 2011. Biokimia Hasil


Perikanan. Media Prima Aksara.
Jakarta

Thomson, L. A. J dan B. Evans. 2004.


Canarium indicum var. Indicum and
C.Barveyi (Canarium nut). Species
Profiles for Pacific Island Agroforestry.
Version 1.1.

12

Anda mungkin juga menyukai