BAKSO
Hemy R. Djasibani
ABSTRAK
Bakso merupakan produk olahan daging yang mudah mengalami kerusakan. Pengunaan bahan
pengawet pada bakso secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Kulit ari kenari
mengandung senyawa fenolik merupakan senyawa fenolik. Senyawa fenolik dapat dipakai
sebagai zat pengawet makanan karena dapat menangkal radikal bebas. Penambahan ekstrak
kulit ari kenari dalam bakso dapat memperpanjang daya simpan bakso.Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh penambahan ekstrak kulit ari kenari terhadap daya simpan bakso. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bakso yang disimpan pada suhu ruang (28-30 0C) selama 2 hari
telah mengalami kerusakan berdasarkan angka TBA dan total koloni bakteri. Sedangkan pada
suhu dingin (50C) bakso yang ditambah ekstrak kulit ari kenari dan natrium benzoate masih baik
berdasarkan angka TBA dan total koloni bakteri. Bakso yang dihasilkan disukai panelis dengan
sifat sensorik terhadap penampakan, warna, rasa dan tekstur.Hasil penelitian ini menunjukkan
ekstrak kulit ari kenari berpengaruh terhadap daya simpan bakso, yang dibuktikan melalui uji
asam tiobarbiturat, total koloni bakteri dan organoleptik (penampakan, warna, rasa dan tekstur)
Kata kunci: kulit ari kenari, bakso
14
12 BHT dan ekstrak kulit ari kenari tidak
10 berbeda nyata perbedaannya sedangkan
8 Kontrol keduanya berbeda nyata dengan bakso daging
6 BHT
sapi kontrol dan natrium benzoat terhadap
4 Na-benzoat
EKAK
pembentukan angka TBA, pada penyimpanan
2
hari ke-2 bakso daging sapi kontrol, natrium
0
0 2 4 6 benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tidak
Lama Penyimpanan (Hari) berbeda nyata perbedaannya sedangkan
ketiganya berbeda nyata dengan bakso daging
sapi BHT terhadap pembentukan angka TBA,
Gambar 2. Aktivitas Bahan Pengawet Angka pada penyimpanan hari ke-4 bakso daging
TBA Bakso Daging Sapi selama sapi natrium benzoat dan ekstrak kulit ari
0, 2, 4, 6 Hari pada Suhu Dingin kenari tidak berbeda nyata perbedaannya,
(5 оC) sedangkan keduanya berbeda nyata dengan
bakso daging sapi kontrol dan BHT terhadap
Gambar 2 terlihat bahwa pada Suhu pembentukan angka TBA dan pada
Dingin (5 оC) perlakuan lama penyimpanan penyimpanan hari ke-6 bakso daging sapi
bakso daging sapi pada kontrol meningkatkan BHT dan ekstrak kulit ari kenari tidak
konsentrasi MDA secara signifikan, berbeda nyata perbedaannya sedangkan
sedangkan perlakuan penggunaan bahan keduanya berbeda nyata dengan bakso daging
pengawet BHT 200 ppm, natrium benzoat sapi kontrol dan natrium benzoat terhadap
200 ppm dan ekstrak kulit ari kenari 200 ppm pembentukan angka TBA. Hal ini dapat
tidak menunjukkan kenaikan konsentrasi disimpulkan bahwa pada penyimpanan suhu
MDA secara signifikan. Hal ini membuktikan dingin (5 оC) bakso daging sapi dengan
bahwa bahan pengawet BHT, natrium penambahan bahan pengawet ekstrak kulit ari
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari yang kenari dan BHT dapat menghambat
diaplikasikan pada bakso daging sapi kerusakan bakso dengan cara mendonorkan
memiliki aktivitas antioksidatif. Bakso daging hidrogen sehingga efektif dalam jumlah
sapi yang ditambahkan bahan pengawet BHT, sangat kecil untuk menghambat autooksidasi
natrium benzoat dan ekstrak kulit ari kenari lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan
dengan konsentrasi masing-masing 200 ppm bakso sampai penyimpanan hari ke-6. Hasil
menunjukkan kenaikan konsentrasi MDA ini sejalan dengan hasil penelitian Sebranek
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan dkk, (2005) menunjukkan bahwa antioksidan
kontrol pada suhu dingin (5 оC). sintetis seperti BHT dan BHA tidak berbeda
secara signifikan dengan ekstrak rosemeri
Berdasarkan pengamatan secara visual
pada daging babi yang disimpan pada suhu
bakso daging sapi yang di simpan sampai
dingin selama 14 hari.
penyimpanan hari ke-6 tidak menunjukan
perbedaan yang terlalu mencolok sehingga Bahan baku dan bahan penunjang
masih layak untuk dikonsumsi pada suhu yang berkualitas tinggi, pengemasan dan suhu
dingin (5 оC). Hal ini menggambarkan bahwa penyimpanan dapat mempengaruhi kualitas
bakso daging sapi kontrol, penambahan BHT, bakso yang dihasilkan. Bakso yang
5
berkualitas baik yang disimpan pada suhu permukaan yang basah seperti daging dapat
dingin (5 оC) dapat bertahan hingga 32 hari menyebabkan flavor dan bau yang
asalkan suhu penyimpannya tetap terjaga menyimpang serta pembusukan bahan pangan
rendah (5 оC) (Wibowo, 2009). dengan pembentukan lendir. Hal ini
disebabkan pengaruh dari suhu penyimpanan
yakni disimpan dalam suhu ruang (28 – 30
Total Koloni Bakteri о
C) yang menguntungkan bakteri untuk dapat
Total koloni bakteri merupakan salah tumbuh dan berkembang secara pesat.
satu parameter yang sangat penting Secara statistik, pada penyimpanan 0 hari
diperhatikan karena sangat erat kaitanya semua perlakuan yaitu kontrol, BHT, natrium
dengan keamanan suatu produk pangan. benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tidak
Bakso merupakan salah satu produk olahan berbeda nyata, hari ke-2 natrium benzoat dan
daging yang tergolong ke dalam kategori ekstrak kulit ari kenari tidak berbeda nyata
makanan yang mudah rusak juga memiliki sedangkan keduanya berbeda nyata dengan
batas maksimal jumlah total mikroba. kontrol dan BHT, hari ke-4 kontrol dan BHT
Menurut SNI 01-3818-1995, total mikroba tidak berbeda nyata sedangkan keduanya
untuk produk bakso maksimal sebesar 1.0 x berbeda nyata dengan natrium benzoat dan
105 koloni per gram. ekstrak kulit ari kenari sedangkan hari ke-6
Total koloni bakteri bakso daging sapi semua perlakuan yaitu kontrol, BHT, natrium
yang disimpan selama 0, 2, 4, 6 hari pada benzoat dan ekstrak kulit ari kenari tidak
suhu ruang (28 – 30 оC) dan suhu dingin (5 berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
о
C) dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. bakso daging sapi mengandung gizi yang c
ukup tinggi sehingga merupakan media yang
Tabel 1. Total Koloni Bakteri Bakso Daging baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Sapi Pada Suhu Ruang (28 – 30 оC) Menurut Widati (2008), produk olahan
daging jika tidak ditangani dengan baik maka
Perl 0 Hari Hari Hari Hari mempunyai masa simpan yang relatif pendek
Ke 2 Ke 4 Ke 6
Kontro 6 x 103 428 x 1302 860 x yakni maksimal 1 hari (12 – 24 jam).
l 105 x 105 107
BHT 135 x 440 x 1268 x 108 x Tabel 2. Total Koloni Bakteri Bakso Daging
102 105 105 106 Sapi Pada Suhu dingin (5 оC)
Nat- 36 x 243 x 1076 x 662 x
Benz 102 105 105 106 Perl 0 Hari Hari Hari Hari
KAK 26 x 221 x 1076 x 498 x Ke 2 Ke 4 Ke 6
102 105 105 106 Kontrol 16 x 14 x 60 x 98 x
101 102 105 105
BHT 1 x 102 28 x 94 x 68 x
Tabel 1 dilihat bahwa pada suhu ruang 103 104 105
Nat- Benz 22 x 184 x 54 x 54 x
(28 – 30 оC) lama penyimpanan bakso daging 101 101 103 104
KAK 24 x 38 x 26 x 44 x
sapi perlakuan kontrol dan penambahan 101 101 103 104
bahan pengawet BHT, natrium benzoat dan
ekstrak kulit ari kenari meningkatkan jumlah
total koloni bakteri secara signifikan. Tabel 2 dilihat bahwa pada suhu dingin
(5 оC) lama penyimpanan bakso daging sapi
Berdasarkan pengamatan secara visual, perlakuan kontrol dan penambahan bahan
pada penyimpanan hari ke-2 bakso terlihat pengawet BHT, natrium benzoat dan ekstrak
mulai bau asam tapi belum berlendir, pada kulit ari kenari meningkatkan jumlah total
penyimpanan hari ke-4 bakso berbau asam koloni bakteri secara signifikan.
dan berlendir sedangkan pada penyimpanan
hari ke-6 bakso yang berbau asam dan Secara statistik, pada penyimpanan 0 hari
berlendir terdapat ulat-ulat kecil. Menurut dan hari ke-2 semua perlakuan yaitu kontrol,
Buckle dkk, (2007) pertumbuhan bakteri pada BHT, natrium benzoat dan ekstrak kulit ari
6
Tingkat kesukaan Panelis terhadap Penampakan
kenari tidak berbeda nyata, pada 9
penyimpanan hari ke-4 natrium benzoat dan 8
kulit ari kenari tidak berbeda nyata sedangkan 7
4.2
keduanya berbeda nyata dengan kontrol dan 6
BHT sedangkan pada penyimpanan hari ke-6 5 3.05
natrium benzoat dan ekstrak kulit ari kenari 4 3.7
Bakso
dalam mematikan dan menghambat
pertumbuhan mikroba pada bakso yaitu
Gambar3.Tingkat kesukaan Terhadap
dengan cara menembus dinding sel
Penampakan Bakso Daging Sapi
mikroorganisme yang menyebabkan sel
mikroorganisme menjadi lisis kemudian mati,
dengan menurunnya jumlah bakteri dalam Berdasarkan gambar 3 diketahui
bakso maka kerusakan bakso oleh bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
mikroorganisme dapat dihambat sehingga terhadap penampakan bakso daging sapi,
meningkatkan umur simpan bakso sampai yang tertinggi diperoleh pada bakso daging
penyimpanan hari ke-6. Hal ini sejalan sapi dengan penambahan BHT dan ekstrak
dengan hasil penelitian Wulandari (2009) kulit ari kenari dengan nilai rata-rata 3,65
antimikroba dari Lactobacillus plantarum atau berada pada kategori cendrung suka.
1A5 dapat mengawetkan bakso sapi sampai Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
10 hari penyimpanan pada suhu dingin. terhadap penampakan bakso daging sapi yang
terendah diperoleh pada bakso kontrol yaitu
Pengujian Organoleptik (Sensorik)
3 dan penambahan natrium benzoat yaitu 2,95
Bakso yang diproduksi pada atau berada diantara tidak suka dan netral.
penyimpanan 0 hari dilakukan pengujian
Secara statistic, menunjukkan bahwa
organoleptik (sensorik) terhadap
perlakuan kontrol, penambahan BHT, natrium
penampakan, warna, bau, rasa dan tekstur.
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
Pengujian organoleptik (sensorik) yang
memberikan pengaruh yang sangat nyata
dilakukan pada penelitian ini menggunakan
terhadap penampakan bakso daging sapi. pada
metode hedonik dengan jumlah panelis 20
perlakuan BHT dan ekstrak kulit ari kenari
orang. Pengujian ini dilakukan untuk
tidak berbeda nyata sedangkan keduanya
mengetahui sejauh mana tingkat penerimaan
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan
konsumen terhadap bakso daging sapi yang
natrium benzoat, hal ini terlihat bahwa bakso
ditambahkan ekstrak kulit ari kenari 200 ppm,
dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
BHT 200 ppm, natrium benzoat 200 ppm dan
ekstrak kulit ari kenari dan kontrol
kontrol (tanpa bahan pengawet).
penampakannya bersih, tidak tampak
Penampakan bakso berjamur dan tidak berlendir namun pada
bakso dengan penambahan BHT dan ekstrak
kulit ari kenari yang dihasilkan
Hasil analisis uji organoleptik terhadap
penampakannya bulat halus dan berukuran
penampakan dapat dilihat pada Gambar 3.
dan seragam dibandingkan dengan bakso
kontrol dan penambahan natrium benzoat.
Hal ini yang menyebabkan perbedaan respon
7
panelis terhadap penampakan bakso daging terhadap warna bakso daging sapi. Bakso
sapi. dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
kulit ari kenari dan kontrol terlihat berbeda
Menurut Wibowo (2009), kriteria mutu
nyata. Hal ini menggambarkan bahwa warna
sensorik bakso penampakannya adalah bulat
bakso dipengaruhi oleh jenis daging, jenis dan
halus, berukuran seragam, bersih dan tidak
jumlah tepung, serta adanya penggunaan
kusam, sedikitpun tidak tampak berjamur dan
bahan pengawet. Semakin banyak tepung
tidak berlendir.
yang ditambahkan, maka tingkat kecerahan
Warna Bakso warna bakso yang dihasilkan akan semakin
Warna mempunyai arti dan peranan yang menurun. Timbulnya warna yang berbeda
sangat penting pada komoditas pangan. pada bakso daging sapi yang dimasak
Peranan itu sangat nyata pada tiga hal yaitu disebabkan oleh reaksi maillard antara
daya tarik, tanda pengenal, dan atribut mutu. karbohidrat dari tepung dengan asam-asam
Sifat warna merupakan sifat produk pangan amino dan lemak (Winarno, 2008).
yang paling menarik perhatian konsumen dan Rasa Bakso
paling cepat pula memberikan kesan disukai
Rasa merupakan faktor penentu daya
atau tidak. Hasil analisis uji organoleptik
terima konsumen terhadap produk pangan.
Tin gkat ke su kaan P an e lis t e r h ad ap W ar n a Bakso
9
8
7
4.2
6
Gambar 4. Tingkat kesukaan Terhadap 5 3.05
Warna Bakso Daging Sapi 4 3.7
Bakso
dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
kulit ari kenari dan kontrol terlihat berbeda
nyata. Hal menggambarkan bahwa rasa bakso Gambar 6.Tingkat kesukaan Terhadap
dipengaruhi oleh daging, jenis tepung, bahan Tekstur Bakso Daging Sapi
pengawet yang ditambahkan selama
pengolahan. Rasa menempati urutan pertama Berdasarkan gambar 14 diketahui bahwa
sifat mutu menurut konsumen dalam nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
menentukan pilihan bakso. Rasa bakso sangat terhadap tekstur bakso daging sapi, yang
menentukan penerimaan konsumen, tertinggi diperoleh pada bakso daging sapi
walaupun sifat mutu organoleptik lainnya dengan penambahan ekstrak kulit ari kenari
juga turut menentukan. Rasa bakso sapi dengan nilai rata-rata 4,2 atau berada pada
sebenarnya dibentuk oleh berbagai jenis kategori cendrung sangat suka, diikuti dengan
rangsangan bahkan terkadang juga turut bakso dengan penambahan BHT, kontrol dan
dipengaruhi oleh bau dan tekstur. Rasa sangat natrium benzoat secara berturut-turut 3,7, 3,3
dipengaruhi oleh komponen-komponen dan 3,05 atau berada diantara netral dan suka.
penyusun makanan seperti protein, lemak,
vitamin, dan lainnya (Winarno, 2008). Secara statistic, menunjukkan bahwa
perlakuan kontrol, penambahan BHT, natrium
benzoat dan ekstrak kulit ari kenari
Tekstur Bakso memberikan pengaruh yang sangat nyata
Tekstur suatu bahan makanan akan terhadap warna bakso daging sapi. Bakso
mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan dengan penambahan BHT, natrium benzoat,
oleh bahan makanan tersebut. Perubahan kulit ari kenari dan kontrol terlihat berbeda
tekstur bahan makanan dapat mengubah rasa nyata. Hal ini menggambarkan bahwa
dan bau yang timbul karena dapat umumnya tekstur makanan ditentukan oleh
mempengaruhi timbulnya rangsangan kadar air, kandungan lemak, jumlah
terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air karbohidrat dan bahan pengawet yang
liur (Winarno, 2008). Hasil analisis uji digunakan. Hal ini sesuai dengan yang
organoleptik terhadap tekstur dapat dilihat dikatakan Winarno (2008), bahwa air
pada Gambar 6. merupakan bagian komponen terpenting
dalam bahan makanan karena dapat
mempengaruhi penampakan tekstur serta cita
rasa makanan.
Menurut Wibowo (2009), yang
mengemukakan bahwa bakso yang disukai
memiliki kriteria mutu tekstur yang kompak,
elastis, kenyal tetapi tidak liat atau membal,
tidak ada serat daging, tidak lembek, tidak
basah berair, dan tidak rapuh.
9
KESIMPULAN Djarkasi, G. S. S., S. Raharjo, Z. Noor dan S.
Sudarmadji. 2008. Stabilitas Oksidatif
Bakso yang disimpan pada suhu ruang (28 – Minyak Biji Kenari (Canarium indicum
30 оC) selama 2 hari telah mengalami dan Canarium vulgare) selama
kerusakan berdasarkan angka TBA dan total Penyimpanan Pada Suhu 30 dan 40 оC.
koloni bakteri. Sedangkan pada suhu dingin Jurnal Teknologi dan Industri
(5 оC) sampai hari ke-6 bakso yang ditambah Pangan.19 : 113 – 120.
ekstrak kulit ari kenari dan natrium benzoat
masih baik berdasarkan angka TBA dan total Djarkasi, G. S. S., E. J. N. Nurali, M. F.
koloni bakteri. Bakso yang dihasilkan disukai Sumual dan L. E. Lalujan. 2011.
panelis dengan sifat sensorik terhadap Analysis of Bioactive Compound in
penampakan, warna, rasa dan tekstur. Canarium Nut (Canarium Indicum L).
Laporan Penelitian. Usaid-Texas A dan
M University Sam Ratulangi
DAFTAR PUSTAKA University.
Andayani, R., Y. Lisawati dan Maimunah. Djasibani, H.R, Djarkasi, G. S. S dan
2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Suryanto, E. 2013. Kandungan Fenolik
Kadar Fenolat Total dan Likopen pada dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit
Buah Tomat (Solanum lycopersicum L). Ari Kenari (Canarium vulgare Sp.).
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13 Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan.
: 1 – 9. Vol.1. Hal 1-6.
Afrianti, L. H. 2010. Pengawet Makanan
Alami dan Sintetis. Alfa Beta. Bandung Doyle, M. P., L. R. Beuchat dan Montville.
2003. Food Microbiology,
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Bakso Fundamentals and Fronties. ASM
Daging. SNI 01-3818-1995 Press. Washington, DS.
10
Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) sebagai Pengawet Melia, S., I. Juliyarsi dan A. Rosya. 2010.
Alami pada Mi Basah. Prosiding Peningkatan Kualitas Bakso Ayam
Seminar PAPTI. 15 – 17 September dengan penambahan Tepung Talas
2011. Ilmu Pangan. Pascasaarjana. sebagai Subtitusi tepung tapioka. Jurnal
UNSRAT. Manado. Hal 107 peternakan.7 : 62 – 69.
Javanmardi, J., C. Stushnoff, E. Locke dan J. Mogana, R., K. T. Jin dan C. Wiart. 2011. In
M. Vivanco. 2003. Antioxidant Activity Vitro Antimicrobial, Antioxidant
and Total Phenolic Content of Iranian Activies and Phytochemical Analysis of
Ocimum Accessions. Journal of Food Canarium petentinervium Miq. From
Chemistry. 83 : 547 – 550. Malaysia. Journal of Biomedicine and
Biotechnolog. 2011: 318086
Jeong, S. M., S. Y. Kim, D. R. Kim, S. C. Jo,
K. C. Nam, Ahn dan S. C. Lee. 2004. Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable
Effect of Heat Treatment on the Rree Radical dyphenylpicrylhydrazil
Antioxidant Activity of Extracts from (DPPH) for Estimating Antioxidant
Citrus Peels. J. Agric. Food Chem. 51: Activity. Songklanakarin. Journals of
3389-3393. Science and Technology. 26 : 211 –
219.
Julkunen-Tiito, R. 1985. Phenolics
Constituents in The Leaves of Northern Muchtadi, D. 2009. Prinsip Teknologi
Willows: Methods for The Analysis of Pangan Sumber Protein. Alfabeta.
Certain Phenolics. J. Agric. Food Bandung
Chem. 33 : 213 – 217. Muchtadi, R. T., F. Ayustaningwarno dan
Sugiyono. 2010. Ilmu Pengetahuan
Kartika, B. P., Hastuti. dan W. Supartono. Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas Ngudiwaluyo, S dan Suharjito. 2003.
Gadjah Mada, Yogyakarta Pengaruh Penambahan Sodium Tripoly
Phosfat Terhadap Daya Simpan Bakso
Kennedy, J dan W. Clarke. 2004. Cultivated Sapi dalam Berbagai Suhu
Landscapes of the Southwest Pasific. Penyimpanan. http://www.pustaka
RMAP Working Paper No. 50. iptek.com. Diakses 5 Nopember 2012
Resource Management in Asia-Pasific
Program, RSPAS, The Australian Ponovska, T. K., S. Kulevanova dan Stefova.
National University, Canberra. 2005. In Vitro Antioxidant Activity of
Some Teucrium Spesias (Lamiaceae).
Lee, J. H., B. Ozcelik dan D. B. Min,. 2003. Acta Pharm. 55 : 207 – 214.
Electron Donation Mechanism of β-
Carotene as a Free Radical Scavenger. Raharjo, S. 2004. Kerusakan Oksidatif pada
Journal Food Sci. 68 : 861 – 865. Makanan. Pusat Studi Pangan dan
Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Meenakshi, S., D. M. Gnanambigai, S. T. Yogyakarta
Mozhi, M. Arumugam dan T.
Balasubramanian. 2009. Total Rita, A., S. U Tania, H. Heri, A. M. Albana
Flavonoid and in vitro antioksidant dan R. Rini. 2009. Produksi antioksidan
activity of two seaweeds of dari daun simpur (Dilleniaindica)
Rameshwaram Coast. Global Journal menggunakan metode ekstraksi tekanan
of Pharmacology. 3 : 59 – 62. tinggi dengan sirkulasi pelarut. Di
11
dalam: SNTKI 2009. Prosiding Seminar http://www.traditionaltree.org/ [5
Nasional Teknik Kimia Indonesia. Februari 2013]
Bandung, 19 – 20 Oktober 2009. Wibowo, S. 2009. Pembuatan Bakso Ikan
Bandung: Perhimpunan Teknik Kimia dan Bakso Daging. Penebar Swadaya.
Indonesia. hlm 1 – 8. Jakarta.
Rohman, A dan S. Riyanto. 2005. Daya Widati, A. S. 2008. Pengaruh lama Pelayuan,
Antioksidan ekstrak etanol Daun Temperatur Pembekuan dan Bahan
Kemuning (Murraya paniculata (L) Pengemas terhadap Kuaalitas Kimia
Jack) secara in vitro, Majalah Farmasi Daging Sapi Beku. Jurnal Ilmu dan
Indonesia, 16 : 136 – 140. Teknologi Hasil Ternak. 3 : 39 – 49.
12