Anda di halaman 1dari 71

8

BAB 2

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan Tempat Magang

2.1.1 Gambaran Umum

Kantor Akuntan Publik QWERTY adalah sebuah perusahaan jasa


akuntansi yang sedang tumbuh berkembang, menyediakan bantuan jasa
terutama pada bidang auditing dan akuntansi, didirikan sejak tahun 2006
oleh Ibu Euneke Winarjo. Didukung oleh tim profesional dengan berbagai
keahlian dan pengalaman pada bidang jasa akuntansi dan auditing.
Meskipun perusahaan masih relatif muda, tetapi telah mampu menunjukkan
dan membuktikan kemampuan untuk memberikan jasa akuntansi sesuai
kebutuhan klien. KAP QWERTY memberikan beragam jasa seperti
accounting services, audit & assurance, management consultant, internal
audit service, tax consultant, dan layanan jasa konsultasi keuangan lainnya.
untuk perusahaan maupun organisasi. KAP QWERTY beralamat di Jl. Batu
Tulis Raya No. 18 A, Lt. 3, Gambir, Jakarta Pusat.
KAP QWERTY dan Rekan dipimpin oleh Ibu Euneke Winarjo,
CPA, sebagai direktur, dan beberapa rekan manager dan supervisor lain
nya. KAP QWERTY memiliki banyak klien yang memiliki latar belakang
berbeda diantara nya yaitu perusahaan swasta, perusahaan asing,
perusahaan konstruksi, perusahaan manufaktur, hotel, dan organisasi
nirlaba.
Tujuan KAP QWERTY adalah memberikan jasa akuntansi, dan
audit yang berkualitas dengan tepat waktu serta efisien. Selain itu untuk
memahami bisnis klien dan mengantisipasi kebutuhan mereka akan
informasi. Karena KAP ini merupakan KAP dengan orientasi kepuasan
pelanggan atau customer oriented, namun tetap menjaga integritas dan
independensi. Oleh karena itu, KAP QWERTY akan senantiasa
memberikan jasa secara independen, profesional dan berkualitas guna
memenuhi kebutuhan klien.

Universitas Indonesia
9

2.1.2 Struktur KAP QWERTY

Berikut adalah struktur organisasi pada KAP QWERTY :

Direktur

Manager

Supervisor

Senior Auditor

Junior Auditor

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KAP WERTY


Sumber : Data KAP QWERTY

Selama melakukan program magang selama 3 (tiga) bulan di KAP


QWERTY, penulis menempati posisi sebagai junior auditor. Selama
magang dilaksanakan, penulis bertugas sebagai asisten auditor yang
membantu junior, senior, supervisor, dan manager dalam melaksanakan
prosedur-prosedur terkait audit di lapangan juga membantu senior in
charge untuk mengaudit klien baik pada saat di kantor maupun di tempat
klien dan diawasi oleh manager.
Berikut uraian singkat mengenai posisi/jabatan yang terdapat dalam
KAP QWERTY berserta tanggung jawab masing-masing posisi/jabatan
berdasarkan gambar 2.1 :

Universitas Indonesia
10

1. Direktur

Direktur merupakan orang yang menduduki jabatan tertinggi pada KAP


QWERTY, dikarenakan KAP QWERTY tidak memiliki partner
(perseorangan). Direktur memliliki tugas diantaranya adalah
bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, bertanggung jawab
secara menyeluruh mengenai keseluruhan proses auditing,
menandatangani laporan auditor independen atau laporan lainnya terkait
dengan pekerjaan perusahaan, management letter, dan bertanggung
jawab terhadap penagihan biaya profesional audit ke klien.
2. Manager

Manager merupakan orang yang memiliki peranan penting sebagai


pengawas proses audit yang bertugas untuk membantu supervisor dalam
merencanakan program audit dan periode audit, meninjau kembali
working paper dan worksheet, laporan audit, dan management letter.
Manager pada umumnya tidak berada di kantor klien untuk melakukan
audit yang dilakukan secara harian. Manager dapat bertanggung jawab
atas beberapa supervisor atau lebih sekaligus.
3. Supervisor

Supervisor memiliki peran mengkoordinasikan teknis prosedur audit


dalam tim dan memeriksa hasil pekerjaan yang dilakukan oleh senior
auditor dan meninjau kembali pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
junior auditor.
4. Senior Auditor

Senior Auditor melaksanakan teknis dan prosedur audit, mengawasi dan


memeriksa hasil pekerjaan yang dilakukan oleh junior auditor serta
melakukan penyusunan draft laporan audit.
5. Junior Auditor

Junior Auditor bertugas untuk membantu senior auditor dalam


melaksanakan teknik dan prosedur audit mulai dari membuat working
paper dan worksheet hingga melakukan pengeditan terhadap draft

Universitas Indonesia
11

laporan audit.

2.1.3 Jasa-Jasa KAP QWERTY

Berikut uraian singkat masing-masing jasa yang ditawarkan KAP

QWERTY:

1. Accounting Service

Accounting Service merupakan jasa yang diberikan dengan tujuan untuk


membantu klien dalam melakukan penyusunan laporan keuangan.
Tujuannya adalah agar pembukuan milik klien yang berantakan,
menjadi lebih rapi serta sesuai standar akuntansi yang berlaku di
Indonesia.
2. Audit & Assurance

Audit & Assurance adalah jasa profesional independen yang diberikan


untuk meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan.
Pengambil keputusan tentu memerlukan informasi yang andal dan
relevan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan di masa yang akan
datang.
3. Management Consultant

Management Consultant merupakan layanan konsultasi bisnis yang


diberikan kepada klien untuk konsultasi terkait masalah strategis,
analisis risiko bisnis, bantuan dan penilaian terhadap pengaturan dan
penatausahaan perusahaan klien, strategi dan mediasi investasi yang
akan diambil klien, komunikasi perusahaan dan strategi pemasaran,
manajemen terhadap proyek, pengaturan kembali organisasi perusahaan
klien, konsultasi dan analisa manajemen sumber daya manusia,
penempatan pekerjaan dan penilaian aset, perekrutan karyawan baru dan
pelatihan motivasional untuk meningkatkan semangat dan etos kerja
antar karyawan.

Universitas Indonesia
12

4. Tax Advisory Service

Tax Advisory Service merupakan jasa yang diberikan untuk


meminimalkan pajak yang harus dibayar klien dalam batas waktu yang
telah ditetapkan. Pekerjaan klien akan dipantau untuk memastikan klien
secara efektif telah menjalankan kewajiban pajaknya. Selain itu,
perencanaan dalam melaksanakan kewajiban terkait masalah perpajakan
dengan teknik dan strategi pengaturan akuntansi keuangan perusahaan
untuk penghematan pajak juga dilakukan, tanpa melanggar peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku untuk menghindari tax
evasion atau penggelapan pajak dan illegal tax avoidance.

2.2 Profil Perusahaan Klien

2.2.1 Latar Belakang Perusahaan Klien

PT. Y merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan


minyak pelumas di Indonesia. berdiri pada tahun 2007, Pada tahun 2010,
PT. Y mendirikan Lube Oil Blending Plant (LOBP) produk pelumas.
Semua produk PT. Y Lubricant telah dirancang dan diformulasikan untuk
memenuhi setiap detil kebutuhan yang berbeda pada berbagai industri di
seluruh indonesia maupun asia. PT. Y juga telah lulus sertifikasi ISO
9001:2015 dan OHSAS 18001:2007 yang menjadikan jaminan atas
kualitas produk berstandar international.

Kantor PT. Y berlokasi di komplek Alam Sutera, Tangerang. Sedangkan


pabriknya berada di Kawasan Industri Milenial, Cikupa, Tangerang.
Berikut ini adalah Visi PT Y:

 Membuat produk yang berkualitas dan dapat dipercaya oleh


masyarakat.
 Menyediakan lapangan kerja.
 Menciptakan industri yang ramah terhadap lingkungan.

Universitas Indonesia
13

PT. Y mempunyai misi jangka pendek dan jangka panjang, misi jangka
pendeknya yaitu:

 Meningkatkan produktifitas dengan melakukan peningkatan efisiensi


dan efektifitas kerja.
 Mengembangkan varian produk agar dapat mengikuti perkembangan
jaman.

Sedangkan misi jangka panjangnya adalah:

 Memperluas cakupan distribusi dan pemasaran produk PT. Y.


 Menjalin kerjasama dengan seluruh pemasok bahan baku agar bahan
baku dapat terjamin kualitasnya.

2.2.2 Struktur Organisasi PT. Y


Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Y dapat dilihat seperti gambar berikut:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Y

Sumber: Struktur organisasi PT. Y yang telah diolah kembali

Universitas Indonesia
14

Berdasarkan Gambar 2.2, berikut ini adalah deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-
masing jabatan di PT. Y:

a) Direktur
Direktur merupakan jabatan tertinggi yang ada di PT. Y, memiliki wewenang dan
otorisasi tertinggi dalam pengambilan keputusan di PT. Y. Direktur bertanggung
jawab atas seluruh aktivitas, manajer, dan karyawan PT. Y.

b) Wakil Direktur
Wakil Direktur adalah jabatan tertinggi kedua di PT. Y, wakil direktur bertugas
membantu direktur dalam mengkoordinasikan manajer. Selain itu, wakil direktur juga
dapat menggantikan posisi direktur saat direktur tidak ada.

c) Manajer Produksi
Manajer produksi bertugas memastikan seluruh proses produksi berjalan dengan
lancar, mulai dari pencampuran bahan baku menjadi bahan setengah jadi, hingga
menjadi bahan jadi siap dijual.

c) Manajer Keuangan
Manajer keuangan bertugas mengatur dan memantau staf keuangan dalam melakukan
pembukuan PT. Y.

d) Manajer Pemasaran
Manajer Pemasaran berperan mengkoordinasikan staf pemasaran untuk menawarkan
produk PT. Y kepada para pelanggan, dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

e) Manajer Operasional
Manajer operasional bertanggung jawab untuk memastikan seluruh tugas dan
tanggung jawab seluruh divisi telah dijalankan sesuai dengan SOP yang berlaku di PT.
Y.

Universitas Indonesia
15

f) Staf Produksi
Staf produksi bertugas langsung dalam proses pembelian, pembuatan, serta pengujian
bahan baku di laboratorium agar sesuai standar sebelum diedarkan ke pasar.

g) Staf Keuangan
Staf keuangan bertugas mencatat seluruh transaksi pendapatan, pengeluaran,
persediaan, serta melaporkan SPT PT. Y ke kantor pelayanan pajak.

h) Staf Pemasaran
Staf pemasaran memiliki peranan untuk mencari pelanggan, menerima pesanan, serta
memastikan pesanan sampai ke tangan pelanggan.

i) Staf Operasional
Staf operasional bertugas membantu manajer operasional dalam melaksanakan
tugasnya, mulai dari survey ke divisi lain hingga melakukan survey kepuasan
pelanggan.

Universitas Indonesia
16

2.2.3 Produk Usaha PT. Y

1. Petro Flexia

Petro Flexia adalah pelumas mesin diesel yang berkekentalan


ganda. Untuk menghasilkan kekentalan yang sangat stabil,
pelumas ini telah diformulasikan dengan Viscosity Index Improver
sehingga memberikan perlindungan yang lebih baik pada suhu
tinggi maupun rendah. Standar tinggi mesin diesel AS, API CH-
4/SJ telah dipenuhi oleh pelumas ini.
2. Petro Revol Super

Petro Revol Super merupakan pelumas mesin bensin yang


diformulasi dari bahan dasar pilihan dengan indeks Viskositas
tinggi terpilih serta dilengkapi dengan aditif yang dikelola dengan
teknologi terbaru sehingga menghasilkan hasil optimal dalam
volume, jenis, dan komposisi seperti detergent dispersant, anti
oksidan, dan anti aus. Standar mesin bensin AS, API SLCF telah
dipenuhi oleh Petro Revol Super.
3. Petro Resta

Petro Resta adalah pelumas yang disarankan untuk silinder dan


bearing pada mesin diesel untuk kapal laut, industri, dan
lokomotif. Diproses dari bahan dasar terpilih dan dilengkapi
dengan beragam aditif seperti anti oksidan, anti karat dan korosi,
anti aus, serta menyediakan alkalinitas yang tinggi, sehingga sifat
setergensi dan dispersansi dengan hasil maksimal dapat tercapai.
4. Petro Hydro

Petro Hydro merupakan pelumas sistem hidrolik untuk industri


yang diproduksi dari bahan dasar mineral yang diberi tambahan
aditif seperti anti aus, anti oksidan, dan bahan aditif lain sehingga
berefek mengurangi aus, memiliki kestabilan yang baik terhadap
oksidasi, mesin pun terlindungi dari karat dan korosi. Petro Hydro
telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan akan pelumas mesin

Universitas Indonesia
17

hidrolik dengan performa maksimal.


5. Petro Axio

Petro Axio merupakan pelumas yang dirancang khusus untuk


tekanan yang ekstrem, terutama pelumasan pada roda gigi industri
tugas berat. Sifat antigesek serta kemampuannya untuk menangani
beban berat yang dipadukan, menghasilkan performa yang luar
biasa pada roda gigi industri dan penggunaan lainnya.
6. Petro Turbine
Petro Turbine diproduksi khusus untuk memenuhi kebutuhan
industri listrik yang menggunakan teknologi turbin dengan
keluaran uap panas tinggi. Petro Turbine terbuat dari bahan dasar
dan bahan aditif khusus, guna meningkatkan ketahanan terhadap
karat dan oksidasi.
7. Petro Therm 500
Petro Therm 500 adalah oli pemindah panas (HTO) dengan tingkat
kestabilan yang tinggi terutama terhadap oksidasi, penggunaan
pada sistem transfer panas tertutup menggunakan cairan sangat
sesuai. Serta mampu berfungsi pada suhu −30𝑜 C hingga mencapai
titik didih oli yaitu 320𝑜 C.
8. Petro Travica
Petro Travica merupakan oli mineral yang dirancang secara khusus
untuk penggunaan pada peralatan elektrik seperti transformator
listrik (trafo). Pelumas ini sangat resisten terhadap degradasi
oksidatif seperti formasi kerak dan asam, serta memiliki sifat
elektrik yang baik.
9. Petro ATF
Petro ATF merupakan pelumas transmisi otomatis multifungsi
yang berkualitas tinggi, telah dirancang secara khusus dari bahan
sintesis terpilih. Penggunaan untuk berbagai jenis kendaraan
bermotor, sistem hidrolik, maupun mesin lain yang menggunakan
transmisi otomatis sangat dianjurkan.
10. Petro Castilla S

Universitas Indonesia
18

Merupakan pelumas premium untuk pemenuhan kebutuhan pada


kompresor rotari sliding vane dan kompresor udara screw yang
telah dikembangkan.

11. Petro Refrigerant


Petro Refrigerant adalah pelumas yang dibuat untuk kompresor
pendingin, bahan mineral dengan Index Viskositas sedang (MV)
bermutu tinggi telah diformulasikan pada pelumas ini.
Penggunaan untuk penanganan karakter suhu rendah sangat
cocok.
12. Petro Sevilla
Petro Sevilla merupakan minyak yang emulsinya berada di dalam
air dan dikembangkan untuk berbagai macam penggunanaan
yang efisien pada pengerjaan logam.
13. Petro Renova
Petro Renova merupakan pelumas yang dibuat untuk berbagai
macam penggunaan pada unit gandar otomotif yang bekerja pada
kondisi tugas berat. Terbuat dari sulfurfosforus bertekanan tinggi
yang berbahan dasar pilihan dan asitif terpilih seperti anglamol.
Standar klasifikasi api Service GL-5 telah dipenuhi oleh produk
ini.

Universitas Indonesia
19

2.3 Profil PT. X

PT. X merupakan perusahaan publik di Indonesia yang bergerak dalam bidang


energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan kontraktor
pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan (onshore
drilling), MEPD Co, yang didirikan oleh AP pada tanggal 9 Juni 1980.

Bidang Usaha PT. X termasuk dalam bidang eksplorasi dan pengolahan


minyak dan gas bumi, industri hilir: produksi LPG, distribusi bahan bakar disel
dan pembangkit tenaga listrik. Cakupan operasi PT. X saat ini terdapat di 10
wilayah kerja minyak dan gas di Indonesia dan operasi internasional di Oman,
Yaman, Libya dan Amerika Serikat.

Mayoritas saham PT. X (50,7 %) dimiliki oleh EE Pte. Ltd. (terdiri dari 60,6%
EE International yang dimiliki pendiri dan 39,4% oleh M), sebagian lagi
sahamnya (49,3%) dijual ke publik melalui bursa saham.

2.3.1 Prestasi PT. X

 Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Award 2008.


 Penghargaan Kecelakaan Kerja Kemenaker 2009.
 MDGs Award 2010.
 GCG Award 2012.
 Vision Award 2013.
 Sustainability Reporting Award 2015.
 PROPER Emas dan APAC Deal of The Year 2016.

Universitas Indonesia
20

2.3.2 Struktur Perseroan PT. X


Berikut ini adalah struktur perseroan PT. X yang tampak seperti gambar berikut:

Gambar 2.3 Struktur Perusahaan PT. X


Sumber : Annual Report PT. X yang telah diolah
21

Berdasarkan Gambar 2.3, berikut penjelasan singkat menganai struktur perseroan


PT. X:
a. PT. X Indonesia adalah induk dari seluruh anak perusahaan PT. X.
b. LNG adalah anak perusahaan PT. X di bidang gas alam cair.
c. Mining merupakan anak PT. X bidang eksplorasi dan pertambangan minyak
dan gas.
d. Downstream merupakan anak PT. X bidang pengolahan Methanol dan
Ethanol.
e. Services adalah anak PT. X bidang gas dan Mud Drilling, Drilling Bit, Drill
Pipe, dan lain-lain.
f. Trading merupakan anak PT. X yang bertugas memasarkan produk PT. X.
g. Financial SPV merupakan anak PT. X di bidang keuangan dan pembiayaan.

2.3.3 Struktur Organisasi PT. X


Berikut ini adalah struktur organisasi PT. X yang tampak seperti Gambar 2.4 di
bawah ini:

Universitas Indonesia
22

President Director

Director & CEO

Director & Chief Operating Director & Chief Senior VP Business Controller
Director & CFO Officer
Human Capital International Manager

Sr. Manager Corp. SR VP Technical VP Human Capital GM of Libya SR Manager New


Acct Support (Act) Exploration Ventures

Sr. Manager Corp. Sr. VP Sr. Manager Talent Tunisia Country Sr. Manager
Finance Development Management Manager Corporate Portofolio
Management
Sr. Manager Corp. Sr. Manager HR
Sr. VP Production
Treasury Operations Head Legal
Business
Manager Development &
Sr. Manager Corp.
VP Exploration International HR International Asset
Tax
Sr. VP
Development
Sr. Manager Sr. VP Business Lead Board Adm.
Investor Relation Support Ofiice

Head Corporate Oman Country PT. X Power


Secretary Manager Indonesia President
Director
Sr. VP
Development
Manager of Policy, Sr. Manager PT. X Energi
Proc. & System Commercial Mining International
Control President Director

Sr. Manager Corp. Sr. Manager Safety, Exspan Petrogas


Planning & Risk Health & Internusa President
Mgt. Environment Director

PT. X Gas
Sr. Manager Indonesia President
Relations Director

E&X Senior Legal SRB & MRB


Counsel President Director

PT. X Power
Sr. Manager Internal Indonesia President
Audit Director

AMG President
Chairman BID
Director
Committee

Corporate Affairs Senior Sr. Manager Corporate Universitas Indonesia


Legal Counsel Internal Audit

Gambar 2.4
23

Berikut merupakan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris PT. X:

1. Komisaris Utama

Mengawasi dan memberikan masukan kepada Direksi berkaitan dengan kegiatan


operasi dan perkembangan usaha Perseroan dan anak perusahaan, penerapan
peraturan Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Risiko. Dia juga adalah anggota
Komite Remunerasi dan Nominasi, Komite Manajemen Risiko, dan Komite GCG
Perseroan.

2. Komisaris Independen
Mengawasi dan memberikan masukan kepada BOD berkaitan dengan kegiatan
operasi dan perkembangan usaha Perseroan dan anak perusahaan, penerapan
kebijakan Tata Kelola Perusahaan.

3. Komisaris
Mengawasi dan memberikan masukan kepada BOD berkaitan dengan kebijakan
nominasi dan remunerasi Direksi serta mengembangkan dan mengevaluasi kebijakan
nominasi Direksi Perseroan dan entitas anak. Juga merupakan anggota Komite
Manajemen Risiko, Komite Nominasi dan Remunerasi serta Komite GCG.

Universitas Indonesia
24
BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Akuntansi Aset Tetap


Akuntansi adalah “pengukuran, pemrosesan, dan komunikasi informasi
keuangan suatu entitas ekonomi seperti bisnis dan perusahaan” (Needles et al.,
2013). Sedangkan menurut Kieso et al. (2013), akuntansi adalah sistem informasi
yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi
suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Aset menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) adalah “Aset
adalah kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau
dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa
sebelumnya. Sedangkan menurut Investopedia (2018) “Aset adalah sumber daya
dengan nilai ekonomi yang dimiliki individu, perusahaan atau Negara dengan
harapan bahwa asset tersebut akan memberikan manfaat di masa depan.”
Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 16 paragraf 6,
dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
untuk produksi atau menyediakan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau tujuan administratif dan di harapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield
(2014) dalam buku mereka yang berjudul Intermediate Accounting IFRS 2nd Edition
yang diterbitkan oleh Wiley dan dicetak di Cina. Aset tetap terdiri atas tanah,
bangunan (gedung kantor, pabrik, gudang) dan peralatan (mesin, perabotan,
perkakas). Aset tetap atau sering disebut property, plant and equipment memiliki tiga
karakteristik utama, yaitu :
1. Aset tetap diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan operasional dan tidak
untuk dijual kembali. Aset tetap yang diperoleh dimaksudkan untuk dijual
kembali atau mengharapkan adanya apresiasi harga atas suatu aset disebut
investasi. Aset tersebut disajikan terpisah dalam laporan posisi keuangan.

2. Aset tetap digunakan dalam jangka panjang dan biasanya mengalami


penyusutan. Umumnya semua aset tetap mengalami penyusutan kecuali tanah.

Universitas Indonesia
25
3. Aset tetap memiliki wujud fisik. Hal inilah yang membedakan aset tetap dengan
aset tidak berwujud seperti hak paten atau goodwill.

Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas


publik (SAK ETAP) bab 15 paragraf 2, bahwa aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan
akan digunakan lebih dari satu periode. Menurut Juan dan Wahyuni (2013)
Karakteristik aset tetap adalah:
1. Aset tersebut digunakan dalam operasi. Hanya aset yang digunakan dalam
operasi normal perusahaan saja yang dapat di klasifikasikan sebagai aset tetap
(misalnya kendaraan bermotor yang dimiliki oleh dealer mobil untuk dijual
kembali harus diperhitungkan sebagai persediaan).
2. Aset tersebut memiliki masa (umur) manfaat yang panjang. Lebih dari satu
periode.
3. Aset tersebut memiliki substansi fisik. Aset tetap memiliki ciri substansi fisik
kasat mata sehingga dibedakan dari aset tak berwujud seperti hak paten dan
merek dagang.
3.1.1 Klasifikasi Aset Tetap
Jenis-jenis aset tetap menurut Kieso et al. (2013), terdiri
dari:
1. Tanah, perusahaan mencatat penambahan nilai tanah untuk pengeluaran-
pengeluaran terkait perolehan tanah sampai siap untuk digunakan.
2. Land Improvements, adalah tambahan struktural yang dibuat untuk tanah,
contohnya adalah jalan masuk, tempat parkir, pagar, lansekap, dan penyiram
bawah tanah.
3. Bangunan, adalah fasilitas yang digunakan untuk aktivitas operasi, seperti
toko, kantor, pabrik, gudang, dan hangar pesawat. Saat pembelian bangunan,
biaya-biaya yang termasuk adalah biaya pembelian, biaya penutupan (biaya
pengacara, judul asuransi, dan lain-lain).
4. Peralatan, peralatan termasuk aset yang digunakan dalam operasi, seperti
counter check-out toko, perabot kantor, mesin pabrik, truk pengiriman, dan
pesawat terbang. Biaya peralatan seperti kendaraan Europcar, terdiri dari biaya
pembelian tunai, pajak penjualan, biaya angkut, dan asuransi selama perjalanan

Universitas Indonesia
26
yang dibayar oleh pembeli .
5. Inventaris, perlengkapan, yang melengkapi isi kantor misalnya. Termasuk
perlengkapan pabrik, kantor, ataupun alat-alat besar yang digunakan dalam
perusahaan. Contoh: inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris
laboratorium, serta inventaris gudang.

3.1.2 Pengakuan Aset Tetap


PSAK 16 menyatakan bahwa biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset
hanya jika memenuhi kriteria:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis dari
aset tersebut di masa yang akan datang.
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Kriteria pertama akan terpenuhi apabila terdapat tingkat kepastian aliran
manfaat ekonomi pada saat pengakuan awal aset tetap. Pada umumnya, apabila
risiko dan imbalan kepemilikan aset tersebut telah diterima oleh perusahaan maka
kriteria ini terpenuhi. Aset tetap yang diperoleh dari pasar dapat memenuhi kriteria
kedua dengan mudah akibat adanya transaksi eksternal. Untuk aset tetap yang
dibangun secara internal, pengukuran secara andal terhadap biaya yang timbul
dalam pembangunan tersebut juga seringkali telah tersedia.
Sedangkan pengakuan aset tetap menurut paragraf 4 bab 15 SAK ETAP
menyatakan bahwa entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset
tetap jika:
a. Kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Untuk aset tetap dengan jenis tanah dan bangunan, merupakan aset yang dapat
dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut
diperoleh secara bersamaan (SAK ETAP Bab 15 Paragraf 5).
Menurut Mustaqim (2013), manfaat ekonomi masa depan yang terwujud
dalam aset tetap adalah potensi dari aset tetap memberikan sumbangan kepada
perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan, atau berbentuk suatu yang
dapat diubah menjadi kas atau setara kas, atau berbentuk kemampuan untuk
mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses
produksi alternatif.
Universitas Indonesia
27
Kriteria kedua untuk pengakuan dapat dilihat pada bukti transaksi
pembelian aset. Dalam keadaan aset tetap yang dikonstruksi sendiri, pengukuran
dapat diandalkan atas biaya yang dibuat dari transaksi dengan pihak eksternal dan
perusahaan untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja, dan input lain yang
digunakan dalam proses konstruksi.

3.1.3 Pengukuran Biaya Perolehan

Berdasarkan PSAK 16 Aset yang memenuhi kualifikasi untuk diakui


sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan
lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika
pertama kali diakui. Seperti yang di kutip oleh Wahyuni, (2013) menyatakan
bahwa biaya perolehan awal aset tetap yang meliputi:
1. Harga perolehannya.
2. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset
tersebut ke lokasi dan kondisi yang di inginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap serta
restorasi lokasi aset, liabilitas atas biaya tersebut timbul ketika aset
diperoleh.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam PSAK 16
paragraf 17 adalah:
a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau
perolehan aset tetap
b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. Biaya handling dan penyerahan awal.
d. Biaya perakitan dan instalasi.
e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi
hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan
pengujian tersebut (misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan
yang sedang diuji).
f. Biaya jasa profesional

Universitas Indonesia
28
Dalam bukunya, Kieso et al (2014) menjelaskan dengan rinci mengenai
biaya perolehan dari tanah, bangunan, dan peralatan. Biaya perolehan aset tetap
berupa tanah adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tanah
sehingga tanah tersebut siap untuk digunakan dimasukan ke dalam biaya perolehan
tanah. Biaya perolehan tersebut meliputi biaya pembelian, closing costs (seperti
biaya notaris), biaya yang dikeluarkan untuk membuat tanah siap digunakan (seperti
biaya pembersihan dan pembongkaran bangunan di atasnya), biaya terkait asumsi
adanya hak gadai atau hipotek atas tanah, dan biaya lainnya yang terkait dengan
peningkatan nilai tanah.
Untuk aset tetap berupa bangunan, biaya perolehannya adalah semua biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian/pembangunan bangunan tersebut dimasukan ke dalam biaya
perolehan gedung. Biaya tersebut terdiri dari biaya pembelian bahan baku, tenaga kerja,
dan biaya overhead yang dikeluarkan selama pembangunan, biaya perizinan gedung dan
komisi jasa profesional. Sedangkan untuk aset tetap dengan jenis peralatan, biaya
perolehannya meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, asuransi selama dalam
perjalanan, biaya pemasangan, dan biaya lain yang dikeluarkan selama percobaan
peralatan.

Berikut adalah contoh pengukuran biaya perolehan awal atas aset tetap jenis
Tanah:

Harga Perolehan Rp1.000.000.000


Biaya Notaris Rp50.000.000
Biaya Pembersihan Lahan Rp40.000.000 (+)
JUMLAH Rp1.090.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas, maka total biaya perolehan dari tanah


adalah sebesar Rp127.500.000.

Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan


menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian.
Sedangkan pengukuran biaya perolehan dalam SAK ETAP adalah setara harga
tunainya pada tanggal pengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu
kredit normal, maka biaya perolehan adalah nilai tunai semua pembayaran masa
yang akan datang.

Hanya saja PSAK 16 secara tegas tidak mengakui biaya perawatan sehari-hari
Universitas Indonesia
29
aset tetap sebagai bagian dari aset tetap tersebut. Biaya tersebut diakui dalam laba
rugi saat terjadinya.
Biaya perawatan sehari-hari terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis
pakai termasuk suku cadang kecil. Tujuan pengeluaran ini sering disebut “biaya
pemeliharaan dan perbaikan” aset tetap. Sedangkan dalam SAK ETAP tidak
dibahas secara kusus terkait perawatan sehari- hari. Beberapa cara untuk
memperoleh aset tetap, diantaranya:
1. Pembelian Tunai
Seperti yang tercantum dalam PSAK No 16 paragraf 23 Aset tetap yang
diperoleh dengan pembelian tunai dicatat sebesar jumlah uang yang
dikeluarkan. Yang termasuk didalamnya adalah harga faktur ditambah dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian aset seperti biaya
angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan
dan biaya percobaan. Menurut SAK ETAP Bab 15 paragraf 7 aset tetap dinilai
atau diukur dengan biaya perolehan aset tetap yang meliputi:
a. Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak
pembelian yang tidak dapat dikreditkan, setelah dikurangkan dengan
potongan pembelian dan potongan lainnya;
b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
suatu aset ke lokasi dan kondisi yang diharapkan agar aset siap dipakai
sesuai tujuan manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan
untuk pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya pemasangan
dan perakitan, dan biaya uji fungsionalitas;
c. Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya
restorasi lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul saat aset diperoleh
atau karena perusahaan menggunakan aset tersebut selama periode tertentu
bukan untuk menghasilkan persediaan.

Berikut ini adalah contoh pengukuran biaya perolehan awal aset tetap jenis
peralatan yang dibeli secara tunai:
Harga Perolehan Rp125.000.000
Biaya Pengiriman Rp1.000.000
Biaya Pemasangan Rp1.000.000
Biaya Percobaan Rp500.000 (+)
JUMLAH Rp127.500.000

Universitas Indonesia
30

Berdasarkan perhitungan di atas, maka total biaya perolehan dari peralatan


adalah sebesar Rp127.500.000.

2. Perolehan Melalui Pertukaran


Aset tetap dapat ditukarkan dengan tiga cara, diantaranya:
a. Ditukar dengan surat berharga, sebagai contoh PT. X membeli sebidang
tanah di Jonggol dengan menukarkan 1.000 lembar saham biasa miliknya
dengan nominal Rp75.000 per lembar, harga saham PT. X di bursa pada
tanggal transaksi adalah sebesar Rp77.000 per lembar. Berdasarkan
pernyataan di atas, maka jurnal yang dibuat PT. X adalah:

Land Rp77.000.000 - (1.000 X Rp77.000)


Share Capital - Ordinary - Rp75.000.000 (1.000 X Rp75.000)
Share Premium – Ordinary - Rp2.000.000 (1.000 X(77rb –75rb)
b. Ditukar dengan aset tetap tidak sejenis.
c. Ditukar dengan aset tetap sejenis, sebagai contoh PT. X menukarkan
kendaraan pengangkut minyaknya dengan kendaraan pengangkut yang baru,
nilai buku dari kendaraan lama adalah Rp350.000.000 (harga perolehan 400jt
dikurang akm. Penyusutan 50jt), nilai wajarnya Rp390.000.000. Sedangkan
harga kendaraan pengangkut minyak yang baru adalah Rp500.000.000,
sehingga PT. X membayar tunai sebesar Rp110.000.000 (Rp500.000.000 –
Rp390.000.000). Jurnal yang dibuat PT. X adalah sebagai berikut:

Vehicle (New) Rp500jt -


Acc. Dep. – Vehicle Rp50jt -
Vehicle (Used) - Rp400jt
Gain on Disposal of Vehicle - Rp40jt
Cash - Rp110jt
3. Aset Yang Dibangun Sendiri.
Menurut PSAK 16 paragraf 22, biaya perolehan suatu aset yang
dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama
sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Sedangkan SAK ETAP tidak
membahas mengenai aset yang dibangun sendiri.

Universitas Indonesia
31
Menurut Kieso et al (2014), dalam menentukan biaya perolehan dari Aset
yang dibangun sendiri, suatu entitas harus mengalokasikan biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut. Biaya pembelian bahan baku dan
tenaga kerja tentu dapat dengan mudah ditentukan. Namun yang menjadi
masalahnya adalah untuk menentukan biaya overhead. Ada dua cara entitas
dalam memperlakukan biaya overhead, yaitu:
1. Tidak menambahkan biaya overhead yang bersifat tetap ke dalam biaya
pembangunan aset. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa biaya overhead
yang bersifat tetap tidak mempengaruhi jumlah biaya pembangunan aset,
karena biaya overhead tersebut akan tetap ada baik ketika entitas melakukan
pembangunan aset maupun tidak. Apabila entitas tetap menambahkan biaya
tersebut, maka beban kini akan berkurang sehingga pendapatan akan
kelebihan saji (overstated). Namun, untuk biaya overhead yang bersifat
variabel, perusahaan akan tetap menambahkan pada biaya pembangunan
aset.

2. Menambahkan sebagian dari biaya overhead ke dalam biaya pembangunan


aset. Pendekatan ini disebut juga full-costing approach. Suatu entitas dapat
menggunakan pendekatan ini apabila ia yakin biaya overhead yang
dikeluarkan tersebut benar-benar terkait dengan biaya pembangunan aset.
Selain biaya pembelian bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead,
entitas juga mengeluarkan biaya bunga pinjaman selama pembangunan.
Namun penulis tidak akan membahas mengenai biaya pinjaman karena PT. X
dan PT. Y yang dijadikan objek penulisan karya akhir ini tidak memiliki
pinjaman khusus untuk membangun aset sendiri.
Menurut Triwahyuni dan Juan (2013), nilai yang dapat diakui sebagai
konstruksi dalam pengerjaan bergantung pada proses pengerjaannya.

Apabila dikerjakan secara swakelola oleh unit pemerintahaan biaya yang


boleh diakui meliputi :
a. Biaya yang secara langsung berhubungan dengan pengerjaan konstruksi
dalam pengerjaan tersebut meliputi: biaya pengerjaan lapangan, biaya
bahan, biaya penyewaan peralatan, biaaya pemindahaan peralatan, biaya
rancangan, dan bantuan teknis yang berhubungan dengan proses konstruksi.
b. Biaya lain yang dapat diatribusikan ke dalam kegiatan pembanguna,
meliputi asuransi, biaya perjalannan dinas, biaya rapat, biaya ATK, dan lain-

Universitas Indonesia
32
lain.
c. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan biaya
pinjaman.
d. Biaya lain yang secara kusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang
bersangkutan.
Nilai yang dapat diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan apabila
dikerjakan oleh pihak ketiga adalah :
a. Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor terkait tingkat
penyelesaian pekerjaan.
b. Kewajiban yang masih harus dibayarkan kepada kontraktor terkait
pekerjaan yang sudah diterima namun belum dilakukan pembayaran pada
tanggal pelaporan
c. Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga terkait pelaksanaan
kontrak konstruksi

d. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan dana


pinjaman.
Pada saat pembangunan konstruksi tersebut selesai dan siap digunakan sesuai
dengan tujuan perolehannya, nilai yang tercatat dalam konstruksi harus pindahkan
ke aset tetap yang bersangkutan.
Menurut Triwahyuni dan Juan (2013), untuk pengukuran nilai wajar.
Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan teratur dan cukup umum agar dapat
dipastikan bahwa jumlah yang tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Untuk tanah dan bangunan, nilai wajarnya ditentukan melalui penilaian
yang dilakukan oleh penilai (appraisal) profesional berdasarkan bukti pasar (PSAK
No 16 paragraf 32). Sedangkan untuk pabrik dan peralatan biasanya dicatat sebesar
nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Sedangkan SAK ETAP tidak
memperkenankan adanya revaluasi aset tetap karena SAK ETAP menganut prinsip
penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan
dari ketentuan tersebut mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.

Universitas Indonesia
33
3.1.4 Komponen Biaya Aset Tetap PSAK 16 dan SAK ETAP
1. Tanah : biaya perolehan meliputi harga pembelian atau biaya pembebasan
tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya
pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan
sampai tanah tersebut siap dipakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua
yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tesebut
dimaksudkan untuk dimusnahkan.
2. Peralatan dan mesin : biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh
dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siapa digunakan.
3. Gedung dan bangunan : biaya perolehan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini termasuk
diantaranya adalah harga pembelian atau biaya konstruksi, biaya pengurusan
IMB, notaris dan pajak.
4. Konstruksi dalam pengerjaan: biaya perolehan meliputi biaya pembayaran per
termin atau pengeluaran dana sesuai dengan kemajuan (progress)
pembangunan. Setelah konstruksi tersebut selesai, nilai yang tercantm di
konstruksi dalam pengerjaan akan dimasukkan sebagai aset tetap.

3.1.5 Pengeluaran setelah perolehan Aset Tetap


Pengeluaran yang terkait aset tetap (setelah perolehan aset tetap) menurut
PSAK 16 paragraf 12 yang merujuk ke paragraf 7 dan SAK ETAP Bab 15 Paragraf
12 dan 14 dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Pengeluaran untuk biaya pemeliharaan aset tetap
2. Pengeluaran yang bersifat memperpanjang masa manfaat (betterman) atau
memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja.
Menurut Triwahyuni dan Juan (2013) akuntansi di Indonesia mempunyai
perlakuan yang sama terhadap transaksi tersebut. Untuk kategori yang pertama,
perlakukan akuntansi adalah dengan membebankan semua pengeluaran yang terjadi
sebagai belanja pemeliharaan. Alasannnya adalah pengeluaran tersebut tidak
menambah masa manfaat terhadap aset yang bersangkutan. Pengeluaran tersebut
hanya bersifat agar aset tersebut dalam kondisi baik dan dapat digunakan dalam
proses operasional entitas.
Untuk pengeluaran yang termasuk kategori kedua, pengeluaran yang terjadi
Universitas Indonesia
34
harus dikapitalisasi (ditambahkan ke aset yang bersangkutan) sehingga nilai buku
dari aset tersebut bertambah. Alasannya adalah pengeluaran yang dilakukan
menambah masa manfaat atau dari aset tersebut, sehingga biaya yang dikeluarkan
seharusnnya menjadi penambah nilai aset tetap yang bersangkutan.

3.1.6 Penyusutan Aset Tetap


Menurut PSAK 16 paragraf 6 pengertian umur manfaat adalah:
1. Periode aset diperkirakan dapat digunakan oleh perusahaan, atau;
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diperkirakan akan diperoleh dari aset
perusahaan.
Pengertian nilai residu dari aset menurut PSAK 16 paragraf 6 adalah
jumlah estimasi yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah
dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang
diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Penyusutan merupakan proses alokasi biaya perolehan menjadi sedemikian
sehingga jumlah yang disusutkan dari suatu aset tetap dapat dialokasikan secara
sistematis selama umur manfaatnya (Kartikahadi et al, 2016). Menurut Nordiawan
(2010) salah satu dasar yang mendasari penyusutan adalah perbandingan biaya dan
pendapatan (matching cost againts revenue). Dengan demikian aset yang
memberikan manfaat selama periode tertentu harus disusutkan nilainya sepanjang
periode tersebut.
Dengan kata lain penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan secara
rasional kepada periode-periode dimana aset tersebut dinikmati manfaatnya.
Adapun besarnya jumlah rupiah beban depresiasi hal ini akan tergantung kepada
harga perolehan/pokok aset tetap; taksiran umur ekonomis; taksiran nilai sisa;
(residual value) dan metode penyusutan yang digunakan.
Dalam PSAK 16 Paragraf 6 dijelaskan bahwa, “penyusutan adalah alokasi
sistematis jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang
diestimasi”. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara
terpisah (paragraf 43).
Sedangkan menurut Kieso et al (2014) penyusutan adalah proses akuntansi
dari pengalokasian biaya perolehan aset berwujud menjadi beban dengan cara yang
sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan dari penggunaan aset
tersebut.
Universitas Indonesia
35
Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap
yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya,
adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin
pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa
pembiayaan (paragraf 44). Sedangkan dalam SAK ETAP Bab 15 tidak dijelaskan
definisi dari beban penyusutan.
Seluruh aset tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan nilai manfaat.
Oleh karena itu, aset tetap akan disusutkan agar perusahaan dapat mengetahui
bahwa nilai dari aset tetap yang tercatat tidak lagi dapat mewakili nilai manfaat
yang dimiliki aset tersebut. Pengalokasian manfaat atas aset tetap ini juga perlu
dilakukan secara sistematis (PSAK 16 paragraf 58).
Seluruh aset tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan nilai manfaat.
Oleh karena itu, aset tetap akan disusutkan agar perusahaan dapat mengetahui
bahwa nilai dari aset tetap yang tercatat tidak lagi dapat mewakili nilai manfaat
yang dimiliki aset tersebut. Pengalokasian manfaat atas aset tetap ini juga perlu
dilakukan secara sistematis.
1. Metode Alokasi (Penyusutan)
Metode penyusutan menurut sumarsono dan Kartikahadi (2016) adalah:
a. Metode Penyusutan Garis Lurus
Metode penyusutan garis lurus adalah metode pembebanan yang tetap
selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Dan metode
penyusutan ini adalah metode penyusustan yang paling banyak di gunakan oleh
entitas, ciri-ciri metode garis lurus adalah:
1) Sederhana

2) Penyusutan perperiode tetap

3) Tidak memperhatikan pola penggunaan aset tetap

Rumus untuk menghitung penyusutan perperiode dengan metode garis lurus


adalah sebagai berikut:
jumlah yang dapat disusutkan = harga perolehan – nilai sisa
umur manfaat/ekonomis
b) Metode Penyusutan Saldo Menurun
Aset tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode awal
masa pemakaiannya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang
semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkuragnya umur
Universitas Indonesia
36
ekonomis atas aset tersebut. Rumus dari metode penyusutan penyusutan saldo
menurun adalah sebagai berikut:
Beban Penyusutan = tarif penyusutan x nilai tercatat/buku
Nilai buku = harga perolehan – akumulasi penyusutan

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
Tarif = 1 – n √
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

Keterangan rumus:
Tarif : Besarnya beban penyusutan
n : masa manfaat
Nilai Residu : estimasi nilai sisa
Harga Perolehan : harga perolehan awal

Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola pemakaian


manfaat ekonomik masa depan aset. Metode tersebut diterapkan secara konsisten
dari periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam ekspektasi pola
pemakaian manfaat ekonomik masa depan aset tersebut (Juan, 2013). Sedangkan
menurut Kieso et al (2014) mengelompokkan metode penyusutan seperti berikut:
1. Metode aktivitas (units of use or production)
Metode ini mengasumsikan bahwa penyusutan tidak diukur berdasarkan waktu
melainkan fungsi produktivitas. Entitas menjadikan keluaran yang dihasilkan atau
input produksi seperti jam kerja sebagai acuan.
2. Metode Garis Lurus
Metode ini mengasumsikan bahwa penyusutan diukur berdasarkan waktu dan
selalu sama setiap periode. Kebanyakan entitas menggunakan metode ini karena
dianggap lebih mudah untuk diterapkan.
3. Diminishing (accelerated)-chrage methods
Metode ini mengasumsikan penyusutan yang lebih besar di awal-awal tahun dan
mengecil di periode-periode berikutnya. Hal ini disebabkan oleh asumsi bahwa
suatu aset akan lebih produktif di tahun-tahun awal dan akan menurun seiring
berjalannya waktu. Metode ini terbagi atas:
 Sum-of-the-years’-digits
Beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan biaya perolehan aset tetap
(dikurangi nilai residu) dengan bilangan pengali yang didasarkan pada jumlah
tahun

Universitas Indonesia
37
 Declining balance method
Beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan book value aset di akhir
tahun dengan tingkat rate yang merupakan dua kali dari tingkat rate metode
penyusutan garis lurus.

2. Penurunan Nilai
PSAK 16 menyatakan bahwa penurunan nilai aset tetap harus
diperhitungkan sesuai dengan ketentuan PSAK 48 tentang penurunan nilai aset
(paragraf 63). Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami
penurunan nilai, hilang, atau dihentikan harus dimasukkan dalam penentuan laba
atau rugi pada saat kompensasi diakui menjadi piutang (paragraf 65). Misalnya bila
perusahaan mendapatkan penggantian asuransi atau dari pihak lainnya ketika aset
tersebut turun nilainya.
PSAK 16 menyatakan bahwa penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim
atas atau pembayaran kompensasi dari pihak ketiga, dan pembelian atau konstruksi
selanjutnya atas penggantian aset adalah peristiwa ekonomi yang terpisah sehingga
harus diperhitungkan secara terpisah pula. Sehingga entitas tidak bisa misalnya
tidak mencatat rugi penurunan nilai karena menganggap sudah ada pnggantian dari
pihak ketiga.
Pernyataan khusus tentang penurunan nilai terdapat dalam PSAK No 16
paragraf 66 yakni mensyaratkan bahwa:
a. Penurunan nilai aset tetap harus diakui sesuai dangan PSAK No 48
b. Penghentian aset tetap ditentukan sesuai dengan PSAK 16.
c. Kompensasi dari pihak ketiga harus dimasukkan dalam laporan laba rugi
komprehensif pada saat menjadi piutang
Sedangkan dalam SAK ETAP Bab 15 paragraf 24 perusahaan harus
menerapkan Bab 22 tentang Penurunan Nilai Aset untuk menentukan apakah aset
tetap telah mengalami penurunan nilai dan jika terdapat penurunan nilai bagaimana
pengakuan dan pengukuran kerugian penurunan nilai tersebut.

3.1.7 Penghentian Pengakuan Aset Tetap


Dan dalam PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap di hentikan
pengakuannya (paragraf 67):
1. Pada saat aset dilepaskan; atau
2. Pada saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
Universitas Indonesia
38
penggunaan maupun pelepasannya.
Dalam PSAK 16 laba rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset
tetap harus dimasukkan sebagai selisih antara hasil pelepasan neto dan jumlah
tercatat aset dan harus di akui sebagai penghasilan atau beban dalam laporan laba
rugi komprehensif (paragraf 68 dan 71).
Apabila menggunakan model revaluasi atau nilai wajar, Apabila pengakuan
suatu aset di hentikan, maka praktik yang umum berlaku adalah semua akun terkait
harus dihapuskan dari laporan keuangan. Oleh karenanya apabila aset tetap
revaluasian sebelumya dihentikan, bukan hanya jumlah tercatat bruto dan
akumulasi penyusustannya saja yang harus dihapus, tetapi juga cadangan revaluasi
terkait. Perlakuan terhadap cadangan revaluasi dapat dipindahkan secara langsung
ke saldo laba pada saat penghentian pengakuan (paragraf 39).
Dan menurut SAK ETAP Bab 15 Paragraf 7 menyatakan bahwa aset tetap
dihentikan pengakuannya:
1. Pada saat di lepaskan atau;
2. Pada saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan pelepasannya.
Berdasarkan paragraf 28 bab 15 SAK ETAP, entitas harus mengakui
keuntungan atau kerugian atas penghentian pengakuan aset tetap dalam laporan laba
rugi ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali Bab 17 Sewa menetukan
lain untuk jual dan sewa-balik). Keuntungan tersebut tidak boleh diakui sebagai
pendapatan.
Kemudian dalam PSAK 16 paragraf 69 dan SAK ETAP Bab 15 paragraf 29
dibahas mengenai penentuan tanggal pelepasan aset tetap, entitas menerapkan
kriteria dalam PSAK 23: Pendapatan untuk mengakui pendapatan dari penjualan
barang dan PSAK 23: Sewa diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewa-balik
bagi entitas yang menggunakan SAK umum. Sedangkan untuk entitas yang
menggunakan SAK ETAP dalam menentukan tanggal pelepasan aset tetap, entitas
harus menerapkan kriteria yang ada di Bab 20 Pendapatan untuk pengakaun
pendapatan dari penjualan barang, dan Bab 17 Sewa diterapkan untuki pelepasan
melalui jual dan sewa-balik.
3.1.8 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor (Harahap, 2011). Dari
definisi tersebut diharapkan agar laporan keuangan dapat disajikan secara penuh.
Universitas Indonesia
39
Dan laporan keuangan yang lengkap menurut Harahap, (2011) terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:

1. Neraca,

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan

Pada akhir periode pelaporan, entitas menyajikan nilai aset tetap dalam laporan
posisi keuangan. Aset tetap tersebut dapat disajikan dalam format yang berbeda-beda.
PSAK 16 maupun SAK ETAP tidak secara khusus mengatur mengenai penyajian aset
tetap dalam laporan keuangan. Namun, entitas dapat menyajikan nilai aset tetap
tersebut sebesar total nilai bersih aset tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi penurunan nilai atau entitas juga bisa menyajikan aset tetap
berdasarkan kelompok aset tetapnya.
Di samping itu, entitas juga harus menyajikan beban penyusutan dalam
laporan laba rugi periode berjalan entitas. Beban penyusutan tersebut disajikan pada
bagian beban operasi. Namun, apabila beban penyusutan tersebut berkaitan langsung
dengan proses produksi, biasanya entitas memasukkan nilai beban penyusutan
tersebut ke dalam biaya produksi sebagai biaya tetap (fixed cost) jika metode
penyusutan yang digunakan bukan metode satuan unit produksi maupun satuan jam
kerja.
Untuk penyusutan aset tetap menurut kartikahadi (2016) mensyaratkan
pengungkapan informasi untuk setiap kelompok aset sesuai PSAK dan SAK ETAP
yang dapat disusutkan adalah sebagai berikut:
1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto
2. Metode penyusutan, umur manfaat dan tarif penyusustan yang digunakan
3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusustan (dijumlahkan dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode, dan rekonsiliasi
jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.
4. Penurunan nilai aset.
5. Nilai pertanggungan asuransi atas aset tetap, jika asuransi dilakukan dan
pendapat manajemen apakah nilai tersebut memadai untuk itu.
Untuk aset tetap yang dicatat pada jumlah nilai wajar atau revaluasi PSAK
Universitas Indonesia
40
16 paragraf 78 mensyaratkan pengungkapan:
1. Tanggal efektif revaluasi
2. Apakah penilai independen dilibatkan
3. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimmasi nilai
wajar aset.

4. Penjelasan mengenai nilai wajar aset aset yang ditentukan secara langsung
berdasar harga yang dapat diobservasi dalam suatu pasar aktif atau transaksi
pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian
lainnya
5. Jumlah tercatat setiap kelompok aset tetap jika aset tersebut dicatat dengan
model biaya, bukan model penilaian
6. Surplus revaluasi, yang menunjukan perubahan selama periode dan
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
PSAK 16 (paragraf 75) Dalam cacatan atas laporan keuangan juga perlu
diungkapkan :
1. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan aset yang dijaminkan
untuk untuk utang.
2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang
dalam pembangunan.
3. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap
4. Jumlah konsensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami
penurunan nilai, hilang, atau di hentikan jika tidak diungkapkan secara terpisah
dalam laporan laba rugi komprehensif.
Jika selama periode pelaporan terdapat perubahan estimasi akuntansi yang
berdampak material baik pada periode sekarang maupun pada periode yang akan
datang, maka sifat dampak perubahan tersebut harus diungkapkan sehingga
pembaca laporan keuangan mendapatkan informasi yang memadai sebagai bahan
pertimbangan dalam menilai laporan keuangan. Perubahan estimasi dapat terjadi
karena adanya perubahan pada estimasi nilai residu, estimasi nilai pembongkaaran,
pemindahan atau restorasi suatu aset tetap umur manfaat dan metode penyusutan
(Kartikahadi, 2016).
Dalam SAK ETAP Bab 15 paragraf 31 laporan keuangan harus
mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:
1. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto.

Universitas Indonesia
41
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. Penambahan;

b. Pelepasan;

c. Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

d. Mutasi atau perubahan aset tetap lainnya.

3. Informasi penyusutan, meliputi:

a. Nilai penyusutan;

b. Metode penyusutan yang digunakan;

c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.

d. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode

4. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:


a. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
b. Aset tetap yang dijaminkan untuk utang;
c. Jumlah komitmen kontrak untuk akuisisi aset tetap.

Universitas Indonesia
42

3.2 Kerangka Berfikir

Kerangka Pemikiran Penelitian

Perlakuan Akuntansi Aset Tetap PT. Y

Ditinjau Dengan PSAK 16 dan SAK ETAP Bab 15

Sesuai Tidak sesuai

Gambar 2.1

Setiap perusahaan yang melakukan pembukuan harusnya menerapkan prinsip


standar akuntansi keuangan. PT. Y merupakan salah satu perusahaan yang tidak
memiliki pertanggungjawaban publik signifikan yang dalam keseluruhan prosesnya
harus sesuai dengan prinsip SAK ETAP. Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT. Y
yang sebagian besar aktivitas operasionalnya pasti menggunakan aset tetap.

Universitas Indonesia
43

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum


4.1.1. Gambaran Umum PT. Y

PT. Y merupakan perusahan swasta yang bergerak dalam bidang


perdagangan minyak pelumas di Indonesia. berdiri pada tahun 2007, Pada tahun
2010, PT. Y mendirikan Lube Oil Blending Plant (LOBP) produk pelumas.
Semua produk PT. Y Lubricant telah dirancang dan diformulasikan untuk
memenuhi setiap detil kebutuhan yang berbeda pada berbagai industri di seluruh
indonesia maupun asia. PT. Y juga telah lulus sertifikasi ISO 9001:2015 dan
OHSAS 18001:2007 yang menjadikan jaminan atas kualitas produk berstandar
international.

Bidang usaha PT. Y termasuk dalam pengolahan pelumas dengan bahan


dasar yang dibeli dari Pertamina, kemudian ditambahkan dengan bahan aditif
pelumas hingga siap dijual ke pasaran. Wilayah kerja PT. Y berlokasi di
komplek Alam Sutera, Tangerang. Sedangkan pabriknya berada di Kawasan
Industri Milenial, Cikupa, Tangerang. Adapun konsumen tetap PT. Y berasal
dari berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

4.1.2. Gambaran Umum PT. X


PT. X merupakan perusahaan publik di Indonesia yang bergerak dalam
bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan
kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan
(onshore drilling), MEPD Co, yang didirikan oleh AP pada tanggal 9 Juni
1980.
Bidang Usaha PT. X termasuk dalam bidang eksplorasi dan pengolahan
minyak dan gas bumi, industri hilir: produksi LPG, distribusi bahan bakar disel
dan pembangkit tenaga listrik. Cakupan operasi PT. X saat ini terdapat di 10
wilayah kerja minyak dan gas di Indonesia dan operasi internasional di Oman,
Yaman, Libya dan Amerika Serikat.

Universitas Indonesia
44
4.2.Pembagian Aset Tetap
Untuk lebih jelasnya, perbandingan pembagian aset tetap antara PT. X dan
PT. Y dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1
Perbandingan Pembagian Aset Tetap
PT. X dan PT. Y

Pembagian Aset Tetap Pembagian Aset Tetap


Pada PT. X Pada PT. Y
Tanah -
Bangunan dan Prasarana Gedung
Mesin Peralatan
Peralatan dan Perlengkapan -
Pengeboran
Kendaraan Bermotor Kendaraan
Peralatan Kantor dan Inventaris Kantor
Lainnya
Leasehold Improvement -
Pesawat Terbang -
Aset Sewa Guna Usaha -
Aset Tetap dalam -
Pembangunan

(Sumber: data diolah, PT. X 2016, PT. Y 2017)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, PT. X membagi aset tetapnya menjadi tanah,
bangunan dan prasarana, mesin, peralatan dan perlengkapan pengeboran, kendaraan
bermotor, peralatan kantor dan lainnya, leasehold improvement, pesawat terbang,
aset sewa guna usaha, dan aset tetap dala pembangunan. Pembagian yang dilakukan
oleh PT. X terhadap aset tetapnya sudah sesuai atau tidak ada perbedaan dengan
PSAK 16, sedangkan pembagian aset tetap yang dilakukan oleh PT. Y masih belum
sesuai dengan SAK ETAP, karena PT. Y tidak memisahkan Tanah dan Bangunan.
Padahal Tanah dan Bangunan merupakan aset yang dapat dipisahkan, dan harus
dicatat secara terpisah berdasarkan SAK ETAP Bab 15 paragraf 5.

Universitas Indonesia
45

4.2.1. Pengakuan Akuntansi Aset Tetap


4.2.2.1 Pengakuan Akuntansi Aset Tetap PT. X

Berdasarkan PSAK 16, pada saat pengakuan awal, suatu aset tetap yang
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap diukur sebesar biaya
perolehannya. Suatu biaya perolehan aset tetap dapat diakui sebagai aset jika
kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik di masa yang akan
datang dari aset tersebut dan biaya perolehan dapat diukur secara andal.
PT. X mengakui adanya biaya perolehan aset tetap termasuk biaya
penggantian bagian dari aset tetap pada saat terjadinya biaya, jika kriteria
pengakuannya terpenuhi. Demikian pula, ketika pemeriksaan utama dilakukan,
biaya pemeriksaan diakui sebagai nilai tercatat aset sebagai penggantian jika kriteria
pengakuan terpenuhi. Semua biaya perbaikan dan perawatan yang tidak memenuhi
kriteria pengakuan diakui pada laporan laba rugi pada saat terjadinya.
PT. X yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas
mengklasifikasikan aset tetapnya kedalam 10 kategori, yaitu:

Tabel 4.2
Daftar Aset Tetap PT. X
Aset Tetap
No. Jenis Aset Nilai (US$)
1. Tanah 102.427
2. Bangunan dan prasarana 4.822.553
3. Mesin 79.906
4. Peralatan dan perlengkapan -
pengeboran
5. Kendaraan bermotor 3.404.819
6. Peralatan kantor dan lainnya 7.702.617
7. Leasehold improvements 1.109.262
8. Pesawat terbang 15.865.596
9. Aset sewa guna usaha -
10. Aset tetap dalam pembangunan -
Total Aset Tetap 33.087.180

(sumber: Data diolah 2016)

Rincian daftar aset tetap yang diperoleh dari catatan atas laporan

Universitas Indonesia
46
keuangan PT. X terdiri atas:
1. Tanah
Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan.
Biaya pengurusan legal hak atas tanah dalam bentuk Hak Guna Bangunan
(“HGB”) yang dikeluarkan ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai
bagian dari biaya perolehan tanah pada akun “Aset Tetap” PT. X dan tidak
diamortisasi. Sementara biaya pengurusan perpanjangan atau pembaruan legal
hak atas tanah diakui sebagai aset tak berwujud dan diamortisasi sepanjang
umur hukum hak atau umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek. Total
nilai asset tetap tanah milik PT. X US$ 102.427 yang terdiri dari:
a. Saldo awal tanah sebesar US$ 406.118.
b. Tanah yang direklasifikasi US$ 29.170.
c. Tanah yang milik entitas anak yang dimiliki untuk dijual sebesar US$
332.861.
2. Bangunan dan Prasarana
Jumlah bangunan dan prasarana yang dimiliki oleh PT. X adalah sebesar
US$ 4.822.553, yang dengan rincian:
a. Saldo awal tahun 2016 sebesar US$ 10.570.005.
b. Penambahan di 2016 sebesar US$ 9.732.
c. Pengurangan sebesar US$ 1.933.080.
d. Aset entitas anak yang dimiliki untuk dijual sebesar US$ 3.824.104.
3. Mesin
Jumlah mesin yang digunakan untuk kegiatan operasi adalah sebesar US$ 52.045
yang nilainya terdiri atas:
a. Saldo awal sebesar US$ 29.689.630 yang diperoleh tahun 2015 dan tahun-
tahun sebelumnya.
b. Pembelian mesin di tahun 2016 sebesar US$ 3.769.658.
c. Penghentian pemakaian mesin sebesar US$ 15.871.765.
d. Reklasifikasi yang dilakukan terhadap mesin sebesar US$ 6.711.657.
e. Mesin pada entitas anak yang dimiliki untuk dijual sebesar US$ 10.823.821.

(sumber: CaLK PT. X 2016)

Universitas Indonesia
47
4. Peralatan dan Perlengkapan Pengeboran
Peralatan dan perlengkapan pengeboran merupakan aset tetap yang digunakan
PT. X, dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya minyak dan gas.

5. Kendaraan Bermotor
PT. X mengakui biaya perolehan awal kendaraan bermotor yang terdiri dari biaya
pembelian, maupun biaya-biaya lain sehingga kendaraan siap digunakan oleh
PT. X maupun entitas anak. Adapun kendaraan bermotor yang dimiliki PT. X
adalah sebesar US$ 3.404.819 yang terbagi atas:
a. Saldo awal sebesar US$ 21.984.352 yang diperoleh tahun 2015 dan tahun-
tahun sebelumnya.
b. Pembelian kendaraan bermotor di tahun 2016 sebesar US$ 121.796.
c. Penghentian pemakaian kendaraan bermotor sebesar US$ 338.579.
d. Reklasifikasi yang dilakukan terhadap kendaraan bermotor sebesar US$
1.189.289.
e. Kendaraan bermotor pada entitas anak yang dimiliki untuk dijual sebesar
US$ 19.552.039.

6. Peralatan Kantor dan lainnya


Peralatan kantor dan lainnya yang dimiliki PT. X umumnya terdiri atas
komputer, furniture, alat-alat cetak, alat telekomunikasi, dan lain-lain. Jumlah
peralatan kantor dan lainnya yang dimiliki PT. X adalah sebesar US$
7.702.617, atau setara dengan 23,28% dari total aset tetapnya.

7. Leasehold Improvements
Leasehold improvements merupakan perbaikan maupun pengembangan yang
menambah nilai aset sewa guna usaha PT. X. Jumlah leasehold improvements
yang dimiliki PT. X adalah sebesar US$ 1.109.262.

8. Pesawat Terbang
Biaya perolehan pesawat terbang milik PT. X diukur berdasarkan biaya nilai
wajar pada saat pengakuan awal, adapun nilainya adalah sebesar US$
15.865.596.

Universitas Indonesia
48
9. Aset Sewa Guna Usaha
Aset sewa guna usaha yang dimiliki oleh PT. X merupakan aset yang disewa
dari lessor untuk kegiatan operasional, aset sewa guna usaha yang
diklasifikasikan sebagai bagian dari aset tetap merupakan aset dengan perjanjian
sewa pembiayaan (finance lease).
Dalam sewa pembiayaan, PT. X mengakui aset dan liabilitas dalam laporan
posisi keuangan konsolidasian pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset
sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini
lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang
merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas
sewa. Beban keuangan dialokasikan setiap periode selama masa sewa, sehingga
menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas.

10. Aset Tetap dalam Pembangunan


Aset tetap dalam pembangunan adalah aset yang dibangun PT. X dengan tujuan
untuk dijual kembali. Aset yang dibangun PT. X selama tahun 2016 adalah
sebesar US$ 6.236.065.

4.2.2.2 Pengakuan Akuntansi Aset Tetap PT. Y


Terkait pengakuan aset tetapnya, PT. Y mengakui adanya biaya perolehan
untuk setiap aset tetap yang dimilikinya. Biaya perolehan aset tetap PT. Y
dihitung berdasarkan komposisi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset
tersebut. PT. X menggunakan jasa audit untuk melakukan evaluasi dan
pengecekan bukti dokumen terkait biaya yang dikeluarkan sebagai biaya
perolehan aset tersebut.Tabel 4.3
Daftar Aset Tetap PT. Y

Aset Tetap
No. Jenis Aset Nilai (Rp)
1. Gedung 46.679.180.734
2. Kendaraan 3.782.186.000
3. Peralatan 5.094.159.728
4. Inventaris kantor 1.653.985.272
Total Aset Tetap 57.209.511.734

(sumber: Data diolah 2017)

Universitas Indonesia
49

Adapun rincian aset tetap yang dimiliki PT. X adalah sebagai berikut:
1) Gedung
Gedung yang dimiliki oleh PT. Y berupa 3 Gudang yang terletak di kawasan
industri, 1 unit gudang senilai Rp11.158.796.000 diperoleh pada 15 Februari
2015. Sedangkan 2 unit gudang lainnya dengan nilai masing-masing
Rp23.120.384.734 dan Rp12.400.000.000 diperoleh pada tahun 2017. Biaya
perolehan tersebut diukur berdasarkan harga beli ditambah biaya penyerahan
awal dan balik nama.
2) Kendaraan
Kendaraan di PT. Y terdiri dari kendaraan untuk operasional pabrik,
kendaraan untuk pengangkutan oli, dan kendaraan untuk operasional kantor.
Jumlah kendaraan yang dimiliki PT. Y adalah sebesar Rp3.782.186.000.
Jumlah tersebut diukur berdasarkan nilai tunai pada tanggal pengakuan aset
untuk kendaraan yang dibeli tunai, atau nilai tunai semua pembayaran masa
akan datang untuk kendaraan yang dibeli secara kredit ditambah biaya
pengurusan STNK. Sedangkan biaya perawatan dan penggantian oli
dibebankan pada periode berjalan.
3) Peralatan
Biaya yang dicatat sebagai biaya perolehan peralatan adalah biaya pembelian
peralatan tersebut, ditambah biaya angkut, biaya pemasangan, serta pajak
terkait pembelian.
4) Inventaris kantor
Biaya yang dicatat sebagai biaya perolehan inventaris kantor adalah biaya
pembelian aset tersebut, biaya angkut dan biaya pemasangannya.

4.3 Pengukuran Aset Tetap

Setelah melakukan pengakuan awal atas perolehan aset tetap, entitas harus
melakukan pengukuran, yaitu dengan memilih model biaya atau model revaluasi
sebagai kebijakan akuntansi aset tetapnya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
PT. X memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi aset tetapnya,
dimana aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Jadi setelah mengukur biaya

Universitas Indonesia
50
perolehan awal, PT. X harus melakukan penghitungan terkait beban penyusutan
dan penurunan nilai atas seluruh aset tetap yang dimiliki.
Sama seperti PT. X, PT. Y juga menerapkan model biaya sebagai kebijakan
akuntansi aset tetapnya, dikarenakan SAK ETAP tidak memperkenankan
menggunakan model revaluasi.

4.3.1 Penyusutan Aset Tetap PT. X

Dalam melakukan penghitungan atas beban penyusutan, PT. X


menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat ekonomis
aset tetapnya. Berikut adalah pengelompokkan masa manfaat aset tetap pada PT.
X:
Tabel 4.4
Pembagian masa manfaat aset tetap PT. X
Masa
JENIS ASET TETAP Manfaat
(tahun)
Bangunan dan prasarana 20
Mesin 8 – 20
Peralatan panel pengendali 4 – 20
Peralatan dan perlengkapan
pengeboran 8 – 16
Peralatan telekomunikasi 5
Kendaraan bermotor 4 - 10
Leasehold improvements 3 -8
Peralatan kantor dan lainnya 3-5
Pesawat terbang 20

(Sumber: CaLK PT. X)

Pada tahun 2016, PT. X membeli mesin untuk keperluan pertambangan


dengan harga perolehan US$ 3.253.824 tanpa nilai sisa. Mesin tersebut memiliki
masa manfaat selama 8 tahun dan disusutkan dengan menggunakan metode garis
lurus. Arus kas PT. X memungkinkan untuk membeli mesin secara tunai, sehingga
jurnal pembelian mesin (asumsi tunai) yang dicatat oleh PT. X adalah:
Dr. Mesin $ 3.253.824
Cr. Bank $ 3.253.824

Universitas Indonesia
51
Perhitungan penyusutan mesin per tahun:
Biaya perolehan mesin $ 3.253.824
÷
Masa manfaat 8 tahun
Penyusutan per tahun 406.728
Penyusutan selama tahun 2016 406.728
( x ) umur aset di tahun 2016 9 bulan
( : ) jumlah bulan di tahun 2016 12 bulan

Penyusutan tahun 2016 305.046

Jurnal yang dicatat PT. X:


Dr. Beban Penyusutan $ 305.046
Cr. Akumulasi Penyusutan Mesin $ 305.046

Beban penyusutan penambahan mesin selama tahun 2016 adalah sebesar


$305.046, sehingga pada awal tahun 2017, aset tersebut memiliki nilai buku :
Biaya perolehan $ 3.253.824
( - ) akumulasi depresiasi sampai 31 Des 2016 305.046

Nilai buku per 1 Januari 2017 $ 2.948.778

Pada tahun 2017 PT. X melakukan penyusutan kembali terhadap


aset tetap mesin tersebut sebesar $ 138 dengan pencatatan sebagai
berikut:
Dr. Beban Penyusutan $406.728
Cr. Akumulasi Penyusutan Mesin $406.728
Beban penyusutan sebesar $406.728 akan dicatat dalam laporan laba rugi
sebagai beban operasi oleh PT. X dan akumulasi penyusutan per 31 Desember 2017
akan bertambah menjadi $ 711.774. Nilai buku aset tetap per 31 Desember 2017
akan menjadi:

Biaya perolehan $ 3.253.824


( - ) akumulasi depresiasi sampai 31 Des 2014 711.774

Universitas Indonesia
52
Nilai buku per 31 Desember 2014 $ 2.542.050

4.3.2. Penysutan Aset Tetap PT. Y

Sama seperti PT. X, PT. Y pun menggunakan metode garis lurus untuk
menyusutkan semua jenis aset tetapnya. Berikut adalah pengelompokkan masa
manfaat aset tetap pada PT. Y:
Tabel 4.5
Pembagian masa manfaat aset tetap PT. Y
Masa
JENIS ASET TETAP Manfaat
(tahun)
Gedung 20
Kendaraan 5-8
Peralatan 3-8
Inventaris kantor 3-8

Pada tahun 2017, PT. Y membeli Gedung di kawasan industri milenial


untuk keperluan produksi dengan harga perolehan Rp35.520.384.734 tanpa nilai
sisa. Gedung tersebut memiliki masa manfaat selama 20 tahun dan disusutkan
dengan menggunakan metode garis lurus.
Jurnal pembelian Gedung secara kredit:
Dr. Gedung Rp35.520.384.734

Cr. Utang Rp35.520.384.73

Perhitungan penyusutan gedung per tahun:


Biaya perolehan gedung Rp35.520.384.734
÷
Masa manfaat 20 tahun
Penyusutan per tahun Rp1.776.019.237

Penyusutan selama tahun 2017 Rp1.776.019.237


( x ) umur aset di tahun 2017 6 bulan
( : ) jumlah bulan di tahun 2017 12 bulan

Penyusutan tahun 2017 Rp888.009.618

Jurnal yang dicatat PT. Y:

Universitas Indonesia
53

Dr. Beban Penyusutan Rp888.009.618

Cr. Akumulasi Penyusutan Gedung Rp888.009.618

Beban penyusutan penambahan mesin selama tahun 2017 adalah sebesar


Rp888.009.618, sehingga pada awal tahun 2018, aset tersebut memiliki nilai buku:
Biaya perolehan Rp35.520.384.734
( - ) akumulasi depresiasi sampai 31 Des Rp888.009.618
2017
Nilai buku per 1 Januari 2018 Rp34.632.375.116

4.4. Revaluasi Aset Tetap


Baik PT. X maupun PT. Y sama-sama tidak menerapkan model revaluasi dalam
pengukuruan aset tetapnya, hal ini dilakukan untuk efisiensi pembukuan dan biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan revaluasi.

4.5. Penurunan Nilai Aset Tetap


4.5.1 Penurunan Nilai Aset Tetap PT. X
Pada setiap akhir periode pelaporan, PT. X akan melakukan penilaian apakah
terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi
tersebut, atau pada saat pengujian tahunan penurunan nilai aset (yaitu aset
takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas, aset takberwujud yang belum
dapat digunakan, atau goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis)
diperlukan, maka PT. X membuat estimasi jumlah terpulihkan aset tersebut.

Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang
lebih tinggi antara nilai wajar aset atau UPK (unit penghasil kas), dikurangi dengan
biaya untuk menjual dan nilai pakainya, serta ditentukan untuk aset individual
kecuali, aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar
independen dari aset lain atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih besar
daripada nilai terpulihkannya, maka aset tersebut mengalami penurunan nilai dan
nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Rugi penurunan
nilai dari operasi yang dilanjutkan diakui pada laporan laba rugi sebagai “kerugian

Universitas Indonesia
54
atas penurunan nilai aset”.

Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan neto
didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak
yang menggambarkan penilaian pasar terkini atas nilai waktu dari uang dan risiko
spesifik dari aset. Jika tidak terdapat transaksi yang dapat teridentifikasi, PT. X
menggunakan model penilaian yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset.
Perhitungan-perhitungan ini dihitung dengan metode multiple valuation atau
indikasi nilai wajar yang tersedia lainnya.

Dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, PT. X


mempertimbangkan harga penawaran pasar terakhir, jika tersedia. Kerugian
penurunan nilai dari operasi yang dilanjutkan, jika ada, akan diakui pada laporan
laba rugi PT. X dalam kategori beban yang konsisten dengan fungsi dari aset yang
diturunkan nilainya.

Penilaian dilakukan oleh PT. X pada akhir setiap periode pelaporan, untuk
melihat apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam
periode sebelumnya untuk aset selain goodwill, mungkin tidak ada lagi atau mungkin
telah menurun. Jika terdapat indikasi tersebut, maka PT. X mengestimasi jumlah
terpulihkan aset tersebut.

Kerugian penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya oleh
PT. X untuk aset selain goodwill, dipulihkan hanya jika terdapat perubahan asumsi-
asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak
rugi penurunan nilai terakhir diakui. Dalam hal ini, jumlah tercatat aset dinaikkan ke
jumlah terpulihkannya. Pembalikan tersebut dibatasi sehingga jumlah tercatat aset
tidak melebihi jumlah terpulihkannya maupun jumlah tercatat, setelah dikurangi
penyusutan, seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset
tersebut pada tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai diakui dalam
laporan laba rugi. Setelah pembalikan tersebut, penyusutan aset tersebut disesuaikan
di periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi,
dikurangi nilai sisanya, dengan dasar yang sistematis selama sisa umur manfaatnya.

Universitas Indonesia
55

Pada akhir tahun 2016, aset tetap PT. X mengalami penurunan nilai sebesar
US$ 9.431.662, maka jurnal yang dibuat oleh PT. X adalah:
Kerugian penurunan nilai aset US$ 9.431.662
Akumulasi penurunan nilai US$ 9.431.662

Kerugian penurunan nilai aset disajikan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain konsolidasian PT. X dan entitas anaknya sebagai
beban operasi yang dilanjutkan, sedangkan akumulasi penurunan nilai diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Sehingga, aset tetap PT. X yang disajikan di
laporan posisi keuangan konsolidasian disajikan neto setelah dikurangi akumulasi
penyusutan dan penurunan nilainya.
Berdasarkan keterangan di atas, kebijakan akuntansi penurunan nilai PT. X
sudah sesuai PSAK 16, yaitu melakukan pengujian penurunan nilai setiap akhir
tahun dengan membandingkan nilai tercatat aset dengan nilai terpulihkannya.

4.5.2 Penurunan Nilai Aset Tetap PT. Y


Manajemen tidak melakukan uji penurunan nilai aset tetap, sehingga
berdasarkan laporan keuangan PT. Y tahun 2017, tidak mencatat adanya penurunan
nilai aset tetapnya. Padahal bab 22 paragraf 7 SAK ETAP menegaskan entitas harus
menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa ada aset yang
turun nilainya. Jika terdapat indikasi tersebut, entitas harus melakukan estimasi nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjualnya.

4.6. Penghentian dan Pelepasan Pengakuan Aset Tetap

4.6.1. Penghentian dan Pelepasan Pengakuan Aset Tetap PT. X


Pada akhir tahun 2016, jumlah aset tetap PT. X mengalami pengurangan
sebesar US$ 18.948.344, terdiri dari bangunan dan prasarana US$ 1.933.080, mesin
US$ 15.871.765, peralatan dan perlengkapan pengeboran US$ 794.201, kendaraan
bermotor US$ 338.579, serta peralatan kantor dan lainnya US$ 10.719. Kemudian
akumulasi penyusutan aset yang mengalami pelepasan berkurang sebesar US$
18.731.944 dengan rincian bangunan dan prasarana US$ 1.933.080, mesin US$
15.871.765, peralatan dan perlengkapan pengeboran US$ 580.452, kendaraan

Universitas Indonesia
56
bermotor US$ 335.928, serta peralatan kantor dan lainnya US$ 10.719. Berdasarkan
keterangan tersebut, jurnal yang dibuat PT. X adalah:

Akm. Peny. Bangunan dan prasarana US$ 1.933.08


Akm. Peny. Mesin US$ 15.871.765
Akm. Peny. Peralatan dan perlengkapan pengeboran US$ 580.452
Akm. Peny. Kendaraan bermotor US$ 335.928
Akm. Peny. Peralatan kantor dan lainnya US$ 10.719
Rugi tahun berjalan dari operasi yang dihentikan US$ 216.400
Bangunan dan prasarana US$ 1.933.080
Mesin US$ 15.871.765
Peralatan dan perlengkapan pengeboran US$ 794.201
Kendaraan bermotor US$ 338.579
Peralatan kantor dan lainnya US$ 10.719

Hal ini sudah sesuai dengan paragraf 67 PSAK 16, yaitu jumlah tercatat atau
nilai buku aset dihentikan pengakuannya apabila aset tersebut dilepaskan atau ketika
tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan
ataupun pelepasannya.
Selanjutnya, berdasarkan CaLK PT. X 2016, terdapat aset entitas anak PT. X
yang dimiliki untuk dijual dan operasinya dihentikan sebesar US$ 124.658.327
dengan total akumulasi penyusutan US$ 59.139.178. Adapun rinciannya seperti
tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Daftar rincian aset dimiliki untuk dijual PT. X 2016

Universitas Indonesia
57

Berdasarkan CaLK, aset tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjual.

Sebagai ilustrasi, nilai wajar dikurang biaya untuk menjual lebih tinggi daripada
nilai tercatat aset. Maka jurnal yang dibuat PT. X untuk mereklasifikasikan aset
tetapnya menjadi aset yang dimiliki untuk dijual adalah:

Aset dimiliki untuk dijual 65.519.149


Akm. Penyusutan 59.139.178
Aset tetap 124.658.327

PT. X telah menjual seluruh aset tersedia untuk dijual tersebut seharga US$
99.000.000, maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
Bank 99.000.000
Aset dimiliki untuk dijual 65.519.149
Rugi (laba) tahun berjalan dari operasi yang dihentikan 33.480.851

4.6.2 Penghentian dan Pelepasan Pengakuan Aset Tetap PT. Y


Berdasarkan laporan keuangan dan rincian aset tetap PT. Y untuk tahun yang
berakhir sampai dengan 31 Desember 2017, tidak terdapat pengurangan karena
penghentian pemakaian maupun aset tetap yang disediakan untuk dijual. Pada saat

Universitas Indonesia
58
penulis melakukan cek fisik aset tetap ke PT. Y, semua aset tetap yang telah dilakukan
sampling ada di PT. Y. Sehingga penulis meyakini bahwa tidak terdapat pelepasan
aset tetap di tahun 2017.
Paragraf 27 bab 15 SAK ETAP menegaskan entitas harus menghentikan
pengakuan aset tetap pada saat aset tersebut dilepaskan, atau saat tidak terdapat
manfaat ekonomi masa depan diekspektasikan dari penggunaan maupun
pelepasannya. PT. Y tidak melanggar ketentuan tersebut, karena memang tidak ada
pelepasan maupun asaet tetap yang mengalami kerusakan di tahun 2017.

4.7. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap


4.7.1 Penyajian Aset Tetap PT. X
Dalam menyajikan nilai aset tetap pada laporan keuangannya, PT. X
menghitung harga perolehan aset tetap awal tahun 2016 ditambah penambahan aset
selama tahun berjalan dan dikurangi dengan penjualan aset. Harga perolehan
tersebut kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi
penurunan nilai akhir tahun 2016, sehingga aset tetap PT. X disajikan secara neto di
laporan posisi keuangan.
Penyajian aset tetap dalam laporan keuangan PT. X, disajikan seperti berikut
ini:
Tabel 4.8
Penyajian aset etetap PT. X
Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan PT. X
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (dalam USD)
2016 2015
ASET TIDAK LANCAR
Aset Tetap 5.170.315 68.961.789

Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian


2016 2015
Operasi yang dilanjutkan
Beban Usaha 1.199.151 1.194.790

Operasi yang tidak dilanjutkan


Beban pokok penjualan 10.554.238 11.622.476
Beban usaha 22.037 167.993

Universitas Indonesia
59
Nilai bersih aset tetap PT. X per 31 Desember 2016 adalah US$ 5.170.315,
kemudian PT. X juga menyajikan beban penyusutan dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian. Beban penyusutan tersebut juga merupakan beban
peyusutan yang telah dikonsolidasi dengan anak perusahaan. PT. X melakukan
pembebanan penyusutan tersebut ke dalam beban pokok penjualan dan beban usaha.
Sehingga pada saat penyajian, beban penyusutan tersebut disajikan dalam beban
pokok penjualan sebesar US$ 10.554.238 dan US$ 1.221.188 dalam beban usaha.

4.7.2. Penyajian Aset Tetap PT. Y

PT. Y menyajikan aset tetapnya dalam bentuk bruto, dimana aset tetap
disajikan sebesar biaya perolehannya, kemudian akumulasi penyusutan disajikan
dibawahnya. Adapun penyajian aset tetap PT. Y dapat dilihat seperti tabel berikut:

Tabel 4.9
Penyajian aset etetap PT. Y

(Sumber: LK PT. Y diolah kembali)

PT. Y mengelompokkan asetnya menjadi gedung, kendaraan, peralatan, dan


inventaris kantor. Kemudian akumulasi penyusutan tiap kelompok aset juga
dipisahkan di neraca PT. Y. Hal ini sudah cukup sesuai dengan SAK ETAP, dimana
aset tetap setelah pengakuan awalnya diukur pada biaya perolehan kemudian

Universitas Indonesia
60
dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Hanya saja PT. Y tidak melakukan uji penurunan nilai aset tetapnya.

4.7.3. Pengungkapan Aset Tetap PT. X


Kebijakan akuntansi atas aset tetap diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan PT. X sebagai berikut:

Sesuai dengan PSAK 16 (Penyesuaian 2015), Grup telah memilih model biaya untuk
pengukuran aset tetapnya. Aset tetap diakui sebesar biaya perolehannya termasuk
pajak yang berlaku, bea masuk, biaya pengangkutan, biaya penanganan, biaya
penyimpanan, biaya penyediaan lokasi, biaya pemasangan, biaya upah tenaga kerja
internal, estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset tetap.

Setelah pengakuan awal, aset tetap dipertanggungjawabkan dengan menggunakan


model biaya. Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Tanah tidak di depresiasi. Penyusutan
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straght-line method) berdasarkan
taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Tahun

Bangunan dan prasarana 20


Mesin 8 - 20
Peralatan panel pengendali 4 - 20
Peralatan dan perlengkapan pengeboran 8 – 16
Peralatan telekomunikasi 5
Kendaraan bermotor 4 – 10
Leasehold improvements 3–8
Peralatan kantor dan lainnya 3–5
Pesawat terbang 20
Tanah dinyatakan pada harga perolehan dan tidak disusutkan. Biaya legal awal untuk
mendapatkan hak legal diakui sebagai bagian biaya akuisisi tanah, biaya biaya tersebut
tidak diamortisasikan. Biaya terkait dengan pembaruan hak atas tanah diakui sebagai
aset tak berwujud dan diamortisasi sepanjang umur hukum hak atau umur ekonomis
tanah, mana yang lebih pendek.

Universitas Indonesia
61

Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan langsung ke laporan laba rugi


komprehensif konsolidasian saat terjadinya biaya-biaya tersebut. Grup melakukan
evaluasi atas penurunan nilai aset tetap apabila terdapat peristiwa atau keadaan yang
mengindikasikan bahwa nilai tercatat aset tetap tersebut kemungkinan tidak dapat
dipulihkan. Bila nilai tercatat suatu aset melebihi estimasi jumlah terpulihkan, nilai
aset tersebut diturunkan menjadi sebesar estimasi jumlah terpulihkan, yang ditentukan
berdasarkan nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai
jika aset digunakan.

Apabila suatu aset tetap tidak lagi digunakan atau dijual, nilai perolehan dan akumulasi
penyusutan aset tersebut dikeluarkan dari pencatatannya sebagai aset tetap dan
keuntungan atau kerugian yang terjadi diperhitungkan dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian periode bersangkutan. Nilai sisa aset, estimasi umur
ekonomis dan metode penyusutan ditelaah dan disesuaikan secara prospektif setiap
tanggal pelaporan keuangan, jika memadai. Aset dalam penyelesaian dinyatakan
sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan direklasifikasi ke akun aset tetap
yang bersangkutan pada saat pembangunan selesai dan aset tersebut telah siap untuk
digunakan.

Dari kebijakan akuntansi perusahaan tersebut terlihat bahwa kebijakan yang


dimiliki PT. X sudah sesuai dengan PSAK 16. Untuk rincian nilai aset tetap, PT. X
mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangannya seperti yang terlihat dalam
gambar berikut:

Universitas Indonesia
62

Gambar 4.1
Rekonsiliasi jumlah tercatat aset tetap PT. X
(Sumber: CaLK PT. X 2016)

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, PT. X mengungkapkan saldo awal tahun,


penambahan dan pengurangan di tahun berjalan, reklasifikasi, dampak akuisisi
entitas anak, aset entitas anak yang dimiliki untuk dijual, serta saldo akhir aset
tetapnya.

Universitas Indonesia
63

4.7.4. Pengungkapan Aset Tetap PT. Y

Berikut merupakan rincian rekonsiliasi jumlah tercatat aset tetap PT. Y:

Gambar 4.2
Rekonsiliasi jumlah tercatat aset tetap PT. Y
(Sumber: LK PT. Y diolah kembali)

Berdasarkan data di atas, PT. Y mengelompokkan aset tetapnya menjadi


gedung, kendaraan, peralatan, dan inventaris kantor. Sedangkan tanah tidak
disajikan dalam laporan keuangan PT. Y.

Universitas Indonesia
4.8. Perbandingan Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PSAK 16 (PT. X) dengan SAK SAK ETAP (PT. Y)

Tabel 4.10
Perbandingan Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PSAK 16 (PT. X) dengan SAK SAK ETAP (PT. Y)
Kesesuaian

Kebijakan PSAK 16 SAK ETAP PT. X PT. Y Ketera-


PSAK 16 SAK ETAP
Akuntansi ngan
PT. X PT. Y PT. X PT. Y
a. Kemungkinan besar entitas a. Kemungkinan bahwa manfaat a. Aset tetap diakui jika a. Pengakuan aset     .
Pengakuan akan memperoleh manfaat ekonomi yang terkait dengan pos kemungkinan besar tetap terjadi jika    
ekonomik di masa depan dari tersebut (aset tetap) akan entitas akan memperoleh kemungkinan besar
aset tersebut. mengalir dari atau ke dalam manfaat ekonomik di aset yang dimiliki
entitas. masa depan dari aset memberikan
tersebut. manfaat ekonomi
bagi entitas di
masa yang akan
datang.
b. Biaya perolehan dapat diukur b. Pos aset tetap tersebut b. Biaya perolehannya b. Biaya    
secara andal. mempunyai nilai atau biaya dapat diukur secara perolehannya dapat    
perolehan dapat diukur secara andal Contoh: biaya diukur secara andal
andal. pengurusan legal hak Contoh: bukti
atas tanah dalam bentuk pengeluaran kas,
HGB (Hak Guna faktur, dan lain-lain.
Bangunan).
Kesesuaian

Kebijakan PSAK 16 SAK ETAP PT. X PT. Y Ketera-


PSAK 16 SAK ETAP
Akuntansi ngan
PT. X PT. Y PT. X PT. Y
c. Masa manfaat lebih dari satu c. Masa manfaat lebih dari 12 c. Masa manfaatnya lebih c. Suatu aset diakui    
periode (dua belas) bulan atau satu dari 1 tahun. sebagai aset tetap    
periode akuntansi. apabila masa
manfaatnya lebih
dari 12 bulan.

d. Digunakan dalam d. Digunakan dalam proses d. Digunakan untuk d. Tidak dimaksudkan    


proses produksi atau penyediaan produksi atau penyediaan barang aktivitas eksplorasi, untuk dijual tetapi    
barang atau jasa, untuk disewakan atau jasa, untuk disewakan ke pertambangan, dan digunakan untuk
ke pihak lain, atau untuk tujuan pihak lain, atau ntuk tujuan administrasi kantor serta operasi normal entitas.
administrastif. administrastif. tidak ditujukan untuk
normal entitas. dijual.

Pengukuran a. Biaya perolehan suatu aset a. Aset tetap dinilai dengan biayaa. a. Biaya perolehan aset a. Biaya perolehan
meliputi harga belinya dan perolehan. Biaya perolehan suatu tetap termasuk biaya asset tetap meliputi
termasuk bea impor dan aset tetap terdiri dari harga penggantian bagian dari harga beli aset tetap    
pajak pembelian yang tidak belinya , termasuk bea impor dan aset tetap pada saat serta biaya-biaya
dapat dikreditkan setelah setiap biaya yang dapat terjadinya biaya, jika yang dikeluarkan
dikurangi dengan diskon diatribusikan secara langsung kriteria pengakuannya sampai aset yang
pembelian dan potongan dapat membawa asset tersebut ke terpenuhi. bersangkutan siap
lain. kondisi siap pakai. untuk digunakan.
b. Satu atau lebih asset tetap b. Jika aset tetap diperoleh melalui b. Aset tetap yang b. Aset tetap yang    
mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan aset diperoleh melalui diperoleh melalui    
transaksi nonmoneter, biaya nonmoneter, maka biaya transaksi non-moneter transaksi non-
perolehannya diukur pada nilai perolehannya diukur pada nilai pencatatannya moneter
wajar dari aset tersebut. wajar. didasarkan atas nilai pencatatannya
wajar. didasarkan atas nilai
wajar dari aset yang
diserahkan.

c. Biaya Perolehan suatu aset c. SAK ETAP tidak mengatur c. Biaya perolehan suatu c. Aset tetap yang    
yang dibangun sendiri mengenai aset yang dibangun aset yang dibangun dibangun sendiri,    
ditentukan dengan sendiri. sendiri ditentukan pencatatannya
menggunakan prinsip yang dengan menggunakan didasarkan atas
sama sebagaimana perolehan prinsip yang sama seluruh biaya yang
aset dengan pembelian. sebagaimana perolehan terjadi berkenaan
aset dengan pembelian, dengan pembangunan
ditambah bunga yang aset yang
yang dapat dikapitalisasi bersangkutan hingga
jika terdapat pinjaman aset siap digunakan.
yang ditujukan untuk
konstruksi aset.

lanjutan…
Pengelua- a. Pengeluaran setelah perolehan a. Pengeluaran setelah perolehan Pengeluaran setelah a. Pengeluaran untuk    
ran setelah aset tetap yang memperpanjang aset tetap yang memperpanjang perolehan aset tetap yang pemeliharaan dan    
pengakuan masa manfaat di masa yang akan masa manfaat di masa yang akan memperpanjang masa perbaikan aset tetap
awal datang dalam bentuk datang dalam bentuk peningkatan manfaat di masa yang yang menambah masa
peningkatan kapasitas, standar kapasitas, mutu produksi, atau akan datang dalam bentuk manfaat, kapasitas dan
kinerja, atau mutu produksi harus peningkatan standar kinerja harus peningkatan kapasitas, mutu pelayanan aset
ditambahkan pada jumlah ditambahkan pada jumlah standar kinerja, atau mutu tetap yang
tercatat pada aset bersangkutan. tercatat aset. produksi harus bersangkutan untuk
ditambahkan pada jumlah beberapa tahun dikapi-
tercatat pada aset talisasi dengan
bersangkutan. mendebet aset yang
bersangkutan ataupun
mendebet akumulasi
penyusutannya.
b. Pengeluaran untuk perbaikan b. Biaya pemeliharaan dan reparasi b.Semua biaya perbaikan b. Pengeluaran untuk    
atau perawatan aset tetap untuk sehari-hari diakui sebagai beban dan perawatan yang tidak pemeliharaan dan    
menjaga manfaat ekonomi masa dalam laporan laba rugi pada memenuhi kriteria perbaikan aset tetap
yang akan datang yang periode terjadinya. pengakuan diakui pada diakui sebagai beban
diharapkan perusahaan untuk laporan laba rugi pada saat pada periode berjalan.
mempertahankan standar kinerja terjadinya.
semula atas suatu aset, diakui
dalam laba rugi saat terjadinya.
Penyusutan a. Jumlah tersusutkan dari a. Beban penyusutan harus a. Penyusutan dihitung a. Beban penyusutan    
suatu aset dialokasikan diakui dalam laporan laba rugi dengan menggunakan dialokasikan secara    
secara sistematis sepanjang periode berjalan, dan metode garis lurus sistematis selama
umur manfaatnya. Beban mengalokasikan jumlah aset berdasarkan estimasi masa manfaatnya dan
penyusustan untuk setiap yang dapat disusutkan secara masa manfaat ekonomis diakui dalam laporan
periode harus dikui dalam sistematis selama umur aset tetap. Nilai sisa aset, laba rugi setiap akhir
laba rugi kecuali jika beban manfaatnya. estimasi umur ekonomis periode pembukuan,
tersebut dimasukkan dalam dan metode penyusutan serta mengurangi nilai
jumlah tercatat aset lain. ditelaah dan disesuaikan tercatat aset.
secara prospektif setiap
tanggal pelaporan
keuangan, jika memadai.
b. Setiap bagian dari aset tetap b. Setiap bagian dari aset b.Perusahaan   SAK ETAP
yang memiliki biaya perolehan tetap yang memiliki biaya memisahkan beban   - - tidak
cukup signifikan terhadap total perolehan cukup signifikan penyusutan dari setiap mengatur
biaya perolehan seluruh aset terhadap total biaya kelompok aset tetap. mengenai
harus disusutkan secara terpisah. perolehan seluruh aset pemisahan
disusutkan secara terpisah. beban
penyusutan
setiap
kelompok
aset tetap.
c. Mengalokasikan jumlah yang c. Mengalokasikan jumlah yang c. Mengalokasikan jumlah c.Perusahaan    
disusutkan secara sistematis dari disusutkan secara sistematis yang disusutkan secara menggunakan metode    
suatu aset selama umur dari suatu aset selama umur sistematis dari suatu aset garis lurus untuk
manfaatnya antara lain, metode manfaatnya antara lain, metode selama umur manfaatnya menyusutkan semua
garis lurus, metode saldo garis lurus, metode saldo menu- dengan metode garis lurus. jenis aset tetapnya.
menurun, metode jumlah unit run, metode jumlah unit
produksi. produksi.
Penghentian a. Jumlah tercatat aset tetap a. aset tetap dihentikan a. Jumlah tercatat aset tetap a. Aset tetap dihentikan    
dihentikan pengakuannya pada pengakuannya saat dilepaskan dihentikan pengakuannya pengakuannya saat    
saat dilepas atau ketika tidak atau ketika tidak terdapat lagi pada saat dilepas atau tidak digunakan lagi
terdapat lagi manfaat ekonomi manfaat ekonomi masa depan ketika tidak terdapat lagi atau saat aset tersebut
masa depan yang diharapkan yang diharapkan dari penggunaan manfaat ekonomi masa dijual.
dari penggunaan maupun maupun pelepasannya. depan yang diharapkan
pelepasannya. dari penggunaan maupun
pelepasannya.

b. Keuntungan atau kerugian b. Keuntungan atau kerugian b. Aset tetap dihentikanb. Perusahaan mengakui    
yang timbul dari penghentian yang timbul dari penghentian pengakuannya dari adanya keuntungan    
pengakuan aset tetap ditentukan pengakuan aset tetap ditentukan laporan posisi keuangan atau kerugian yang
sebesar selisih antara jumlah sebesar perbedaan antara jumlah konsolidasian pada saat timbul dalam laporan
hasil pelepasan neto, jika ada, hasil pelepasan neto, jika ada, dan penjualan atau saat tidak laba rugi berkaitan
dan jumlah tercatat dari aset jumlah tercatat dari aset tersebut. ada manfaat masa depan dengan pelepasan aset
tersebut. dari penggunaan atau tetap yang
penjualan aset tersebut. bersangkutan.
Segala keuntungan dan
kerugian yang timbul dari
penghentian pengakuan
aset (dihitung sebagai
perbedaan hasil penjualan
neto dan nilai tercatat dari
aset) diakui dalam laporan
laba rugi pada saat aset
dihentikan pengakuannya.
c. Pelepasan aset tetap dapat c. Pelepasan aset tetap c. Aset yang sudah   SAK ETAP tidak
dilakukan dengan berbagai cara umumnya dilakukan melewati masa manfaat   memberikan
(misalnya: dijual, disewakan dengan dijual, dan tidak lagi contoh pelepasan
berdasarkan sewa pembiayaan, direklasifikasi sebagai digunakan oleh aset tetap.
atau disumbangkan). properti investasi yang perusahaan bisa
disewakan berdasarkan dilepaskan perusahaan.
sewa pembiayaan, atau Adapun cara pelepasan
disumbangkan). aset tetap yang
dilakukan oleh
perusahaan, yaitu
dengan cara dijual,
dibesi-tuakan, maupun
disumbangkan.
71
Lanjutan Tabel 4.10 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap

Penyajian a. Aset Tetap disajikan dalam a. Aset Tetap disajikan dalam a. Aset Tetap disajikan a. Penyajian aset    
dan laporan posisi keuangan sebesar neraca sebesar nilai perolehan secara neto dalam tetap dinyataan    
pengungka- nilai perolehan dikurangi dengan dikurangi dengan akumulasi laporan posisi sebesar biaya
pan akumulasi penyusutan dan penyusutan dan akumulasi keuangan, dimana nilai perolehan aset yang
akumulasi rugi penurunan nilainya. rugi penurunan nilai perolehan dikurangi bersangkutan,
dengan akumulasi akumulasi
penyusutan dan penyusutan
akumulasi rugi disajikan
penurunan nilainya. dibawahnya sebagai
akun kontra.
b. setiap jenis aset seperti tanah, b. tanah dan bangunan b. setiap jenis aset b. setiap jenis aset     PT. Y tidak memisahkan
bangunan, mesin, perabotan, merupakan aset yang dapat seperti tanah, tetap dinyatakan     tanah dan bangunan,
peralatan kantor dan lain dipisahkan dan harus disajikan bangunan, mesin, dalam neraca secara sehingga tidak sesuai
sebagainya harus dinyatakan dalam secara terpisah. perabotan, peralatan terpisah dengan PSAK 16 maupun
laporan posisi keuangan secara kantor dan lain berdasarkan kelas SAK ETAP.
terpisah dan diungkapkan dalam sebagainya telah aset, kecuali tanah
catatan atas laporan keuangan. dinyatakan dalam yang nilainya
laporan posisi digabungkan
keuangan dengan bangunan.
secara terpisah dan
diungkapkan dalam
catatan atas laporan
keuangan.
c. umur manfaat atau tariff c. umur manfaat atau tarif c. Perusahaan c.perusahaan    
penyusutan yang digunakan. penyusutan yang digunakan. menggunakan metode menggunakan    
penyusutan garis lurus metode penyusutan
untuk semua jenis aset garis
72
tetapnya, dengan masa lurus untuk semua
manfaat 3 – 20 tahun. jenis aset tetapnya,
dengan masa
manfaat 3 – 20
tahun.
d. Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat d. Rekonsiliasi jumlah tercatat d. Rekonsiliasi jumlah d. laporan keuangan    
pada awal dan akhir periode pada awal dan akhir periode tercatat aset yang perusahaan    
(penambahan, aset yang (penambahan, pelepasan, diungkapkan terdiri mengungkapkan
diklasifikasikan dimiliki untuk kerugian penurunan nilai yang atas saldo awal, rekonsiliasi jumlah
dijual, perolehan melalui diakui atau dipulihkan, penambahan, tercatat yang
kombinasi bisnis, peningkatan atau penyusutan, ataupun pengurangan, menunjukkan
penurunan akibat revaluasi, rugi perubahan lainnya. reklasifikasi, dampak mutasi penambahan
penurunan nilai dan ekuisisi entitas anak, dan pengurangan
pembalikannya, dan perubahan aset entitas anak yang asset tetap.
lain). dimiliki untuk dijual,
serta saldo akhir aset
tetap.
e. Jumlah pengeluaran yang diakui d. Aset dalam e.tidak terdapat aset  SAK ETAP tidak
dalam jumlah tercatat aset tetap penyelesaian tetap yang dibangun  - - - mengatur pengungkapan
yang sedang dalam proses dinyatakan sebesar sendiri. atas aset yang dibangun
konstruksi. biaya perolehan. sendiri, dan PT. Y sendiri
Akumulasi biaya tidak memiliki aset tetap
perolehan yang dalam proses
direklasifikasi ke akun konstruksi maupun
aset tetap yang dibangun sendiri.
bersangkutan pada saat
pembangunan selesai
dan aset tersebut telah
siap untuk digunakan.
73
Kapitalisasi dari biaya
pinjaman dihentikan
pada saat konstruksi
atau instalasi sebagian
besar telah selesai dan
aset sudah siap
digunakan sesuai
tujuannya.
74

Berdasarkan pembahasan di atas, terdapat beberapa hal yang tidak sesuai


dengan PSAK 16 dan dan SAK ETAP dalam kebijakan akuntansi aset tetap PT. Y
yaitu tidak dilakukannya pemisahan pencatatan atas tanah dan bangunan. Selain itu
manajemen PT. Y juga tidak melakukan uji penurunan nilai aset tetap saat akhir
tahun pembukuan.

4.9. Pengaruh Metode Penyusutan yang Digunakan Terhadap Pajak Perusahaan


4.9.1 Pengaruh Metode Penyusutan yang Digunakan Terhadap Pajak PT. X
Berikut perbandingan besarnya beban penyusutan jika PT. X
menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun ganda:

Tabel 4.10
Perbandingan Beban Penyusutan PT. X

(Sumber: CaLK PT. X 2016)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat dilihat perbandingan beban penyusutan PT. X
jika menggunakan metode garis lurus dibandingkan dengan metode saldo menurun ganda.
Beban penyusutan metode saldo menurun ganda dua kali lebih besar dibanding garis lurus,
sehingga dapat menambah beban fiskal PT. X yang mengurangi penghasilan kena pajak.
Sehingga pajak kini yang dibayar lebih kecil dibandingkan jika menggunakan metode garis
lurus. Namun jika menggunakan metode saldo menurun ganda, beban penyusutan hanya
besar di awal-awal periode dan semakin mengecil di periode berikutnya. Sehingga pajak
kini yang dibayar di tahun berikutnya kemungkinan membesar.

Universitas Indonesia
75
4.9.2. Pengaruh Metode Penyusutan yang Digunakan Terhadap Pajak PT. Y
Berikut perbandingan besarnya beban penyusutan jika PT. Y menggunakan
metode garis lurus atau saldo menurun ganda:

Tabel 4.11
Perbandingan Beban Penyusutan PT. Y

(Sumber: LK PT. Y diolah kembali)

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat dilihat perbandingan beban penyusutan PT. Y jika
menggunakan metode garis lurus dibandingkan dengan metode saldo menurun ganda. Laba
bersih sebelum pajak dan beban penyusutan PT. Y untuk tahun yang berakhir sampai dengan
31 Desember 2017 adalah sebesar Rp12.576.340.366. Jika PT. Y menggunakan metode garis
lurus dan dianggapn tidak terdapat perbedaan temporer, maka penghasilan kena pajak PT. Y
adalah sebesar Rp9.746.911.375. Sehingga pajak penghasilan yang terhutang adalah:

Peredaran usaha PT. Y di tahun 2017 adalah sebesar Rp99.101.068.553, sehingga yang
mendapat fasilitas diskon tarif pajak 50% adalah sebesar Rp472.095.561. Adapun penghasilan
kena pajak PT. Y menjadi sebesar Rp2.377.715.899 jika menggunakan metode penyusutan
garis lurus.

Sedangkan jika PT. Y menggunakan metode saldo menurun ganda, maka pajak penghasilannya
akan menjadi:

Universitas Indonesia
76

Berdasarkan perbandingan di atas, dapat dilihat pajak penghasilan PT. Y lebih kecil jika
menggunakan metode saldo menurun ganda, hal ini karena beban penyusutannya besar di awal
periode namun semakin mengecil di tahun- tahun berikutnya.

Universitas Indonesia
77

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbandingan yang dilakukan oleh penulis, maka kesimpulan
yang adalah dapat ditarik sebagai berikut:
1. Kebijakan akuntansi aset tetap yang dilakukan oleh PT. X sudah sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Sedangkan kebijakan akuntansi PT. Y
masih terdapat beberapa ketidaksesuaian atau penyimpangan dari SAK ETAP.
2. Pengakuan aset tetap PT. X telah sesuai dengan PSAK 16, namun pengakuan aset
tetap PT. Y masih ada ketidaksesuaian dengan SAK ETAP. PT. Y tidak
memisahkan nilai tanah dan bangunan yang dimilikinya.
3. PT. X maupun PT. Y menyusutkan seluruh aset tetapnya kecuali tanah
menggunakan metode garis lurus. Dalam melakukan penncatatan penyusutan atas
aset tetap PT. X telah sesuai dengan PSAK 16 dan PT. Y telah sesuai SAK ETAP.
Kedua perusahaan tersebut telah memisahkan beban penyusutan setiap aset yang
nilai perolehannya cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset.
4. Di PT. X, aset tetap umumnya dilepaskan untuk dijual, sehingga akan
direklasifikasikan sebagai aset tersedia untuk dijual. Sedangkan pada PT. Y tidak
terdapat pelepasan aset di tahun 2017.
5. PT. X dalam menyajikan dan mengungkapkan aset tetapnya, secara umum telah
sesuai dengan yang disyaratkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,
Sedangkan PT. Y yang belum sesuai SAK ETAP yaitu tidak adanya pengungkapan
mengenai aset yang mengalami penurunan nilai.
78

5.2 Saran
5.2.1. Saran Kepada PT. X dan PT. Y
1. PT. Y hendaknya memisahkan akun tanah dan bangunan agar sesuai dengan
pengakuan yang disyaratkan SAK ETAP.
2. Manajemen PT. Y seharusnya melakukan uji penurunan nilai aset tetap setiap akhir
tahun, agar laporan keuangan yang dibuat menyajikan secara wajar dan akurat.
3. Pengujian atas penurunan nilai aset yang dilakukan PT. X setiap akhir tahun lebih
baik jika terus dipertahankan.
4. PT. X hendaknya menerapkan model revaluasi untuk aset tetapnya agar jika terdapat
kenaikan nilai aset dapat memulihkan dan membalik penurunan nilai.

5.2.2. Saran Kepada KAP QWERTY


Berdasarkan pengalaman yang didapatkan penulis selama masa magang, saran baik
untuk KAP QWERTY adalah:
1. Senior in charge hendaknya memberikan penjelasan yang lebih mendalam agar
peserta magang memiliki pemahaman yang cukup dalam melakukan prosedur audit
sebelum dilepas ke klien.
2. KAP QWERTY sebaiknya fokus hanya ke satu klien dalam sehari, untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan maupun tertukarnya informasi klien.
3. Review terhadap hasil pekerjaan anggota tim audit sebaiknya dilakukan setiap
minggu oleh senior in charge , agar pekerjaan yang harus diperbaiki oleh anggota
tim tidak menumpuk dalam jumlah yang banyak sekaligus.

5.2.3. Saran Kepada Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia


Berdasarkan pengalaman penulis selama masa magang, saran untuk Program Pendidikan
Vokasi Universitas Indonesia adalah:
1. Akan lebih baik jika periode magang tidak melebihi bulan maret untuk yang magang
di semester genap, tujuannya agar mahasiswa memiliki waktu lebih untuk
menyelesaikan tugas karya akhir.
2. Tempat magang sebaiknya lebih bervariasi, terutama untuk bidang organisasi sektor
publik maupun pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai