Anda di halaman 1dari 67

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Tata Bahasa


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Ejaan dan Tanda Baca
2. Kata dan Proses Pembentukannya
3. Kalimat dan Proses Pembentukannya
4. Kalimat Efektif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Ejaan dan Tanda Baca
definisi) di modul ini a. Ejaan
1) Huruf Kapital
2) Huruf Miring
3) Huruf Cetak Tebal
4) Gabungan Kata
5) Partikel
6) Singkatan
7) Akronim
8) Penulisan Istilah
b. Tanda Baca
1) Tanda Titik (.)
2) Tanda Koma (,)
3) Titik Koma (;)
4) Titik Dua (:)
5) Tanda Hubung (-)
6) Tanda Tanya (?)
7) Tanda Seru (!)
8) Tanda Petik Tunggal („…‟)
9) Tanda Petik Dua (“…”)
10) Tanda Kurung ( (… ) )
11) Tanda Garis Miring (/)
2. Kata dan Proses Pembentukannya
a. Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang
dapat berdiri sendiri dengan makna yang
bebas.
1) Kata dasar diartikan sebagai dasar dari
pembentukan kata yang lebih besar.
2) Kata berimbuhan adalah kata dasar yang
telah diberi imbuhan
3) Afiksasi merupakan proses yang
mengubah leksem menjadi kata kompleks
a) Prefiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada bagian awal bentuk
kata dasar.
b) Infiks yaitu sisipan yang ditambahkan
pada bagian tengah bentuk kata dasar.
c) Sufiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada akhir bentuk kata
dasar.
d) Konfiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada awal dan akhir
bentuk kata dasar.
4) Reduplikasi adalah proses pembentukan
kata kompleks dengan cara pengulangan
bentuk kata.
5) Pemajemukan adalah penggabungan dua
kata atau lebih dalam membentuk kata.
6) Kosakata adalah kumpulan beragam kata
dalam bahasa Indonesia.
a) Kata verba merupakan kata yang
menyatakan makna perbuatan,
pekerjaan, tindakan, proses atau
keadaan.
b) Kata nomina sering disebut kata benda.
c) Kata adjektiva adalah kata sifat atau
keadaan yang dipakai untuk
mengungkapkan sifat atau keadaan
orang, benda, atau binatang, dalam hal
ini kategori nomina.
d) Kata adverbia atau kata keterangan
merupakan kata yang menjelaskan
verba, adjektiva, atau adverbia lain.
e) Kata preposisi adalah kata penunjuk
arah atau tempat.
f) Kata konjungsi merupakan kategori
yang berfungsi untuk meluaskan
satuan yang lain dalam konstruksi
hipotasis, dan selalu menghubungkan
dua satuan lain atau lebih dalam
konstruksi.
g) Pronomina merupakan kata yang
dipakai untuk mengacu pada nomina
lain.
h) Kata tugas merupakan istilah bagi
kelas kata yang tidak termasuk kelas
kata verba, nomina, adjektiva, dan
numeralia.
i) Kata baku adalah kata yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang telah ditentukan.
j) Kata tidak baku adalah kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang ditentukan.

3. Kalimat dan Proses Pembentukannya


a. Fungtor adalah kata (butir gramatika seperti
penanda jamak-es atau-s dalam bahasa
Inggris) yang tidak mempunyai arti sendiri
dan biasanya hanya mempunyai fungsi
gramatikal dalam sintaksis.
1) Subjek atau pokok kalimat merupakan
unsur utama kalimat. Subjek menentukan
kejelasan makna kalimat.
2) Predikat memperjelas pikiran atau gagasan
yang diungkapkan dan menentukan
kejelasan makna kalimat.
3) Objek dalam kalimat bergantung pada
jenis predikat kalimat dan ciri khas objek
itu sendiri.
4) Keterangan kalimat berfungsi
memperjelas atau melengkapi informasi
pesan-pesan kalimat.
b. Frasa adalah gabungan dua atau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frasa sering disebut
pula gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi kalimat.
1) Frasa endosentris memiliki distribusi
unsur-unsur setara dalam kalimat.
2) Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan
semua unsurnya.
3) Klausa merupakan satuan gramatikal
berupa kelompok kata yang sekurang
kurangnya terdiri atas subjek (S) dan
predikat (P). Klausa berpotensi menjadi
kalimat.
c. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
memuat pikiran secara utuh.
1) Kalimat perintah bertujuan meemberikan
perintah kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu.
2) Kalimat berita merupakan kalimat yang
sekadar memberikan informasi.
3) Kalimat tanya bertujuan memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban).
4) Kalimat seruan adalah kalimat yang
digunakan untuk mengungkapakan
perasaan „yang kuat‟ atau ungkapan untuk
peristiwa mendadak.
d. Penggolongan Kalimat
1) Pengucapan
a) Kalimat langsung adalah kalimat yang
secara cermat menirukan ucapan
orang.
b) Kalimat tak langsung adalah kalimat
yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain.
2) Stuktur Gramatikal (Jumlah Klausa)
a) Kalimat tunggal adalah kalimat yang
memiliki satu klausa dan terdiri atas
satu subjek serta satu predikat.
b) Kalimat majemuk terdiri atas dua atau
lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun
subordinasi.
c) Kalimat majemuk bertingkat terdiri
atas satu suku kalimat bebas dan satu
suku kalimat yang tidak bebas.
3) Unsur Kalimat
a) Kalimat lengkap sekurang-kurangnya
terdiri dari satu subjek dan satu
predikat.
b) Kalimat tidak lengkap adalah kalimat
yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subjek saja, atau predikat
saja, atau objek saja, atau keterangan
saja.
4) Susunan Subjek dan Predikat
a) Kalimat inversi adalah kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya.
b) Kalimat versi adalah kalimat yang
susunan dari unsur-unsur kalimatnya
sesuai dengan pola kalimat dasar
bahasa Indonesia (S-P-O-K).
4. Kalimat Efektif
a. Kalimat efektif merupakan penggunaan
kalimat yang baik dan benar
b. Ciri-ciri Kalimat Efektif
c. Syarat-syarat Kalimat Efektif
1) Sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
2) Sistematis
3) Tidak boros dan bertele-tele
4) Tidak ambigu
d. Prinsip-prinsip Kalimat Efektif
1) Kesepadanan adalah keseimbangan
pikiran dan struktur kalimat yang
digunakan.
2) Keparalelan atau sering dikenal dengan
kesejajaran adalah kesamaan bentuk dan
struktur struktur yang digunakan dalam
kalimat efektif harus paralel, sama, atau
sederajat.
3) Ketegasan adalah penekanan pada ide
pokok kalimat.
4) Kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
5) Kecermatan artinya kalimat yang dibuat
tidak menimbulkan tafsiran ganda
(ambigu).
6) Kepaduan berkaitan dengan keselerasan
pernyataan dalam kalimat agar informasi
yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
7) Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2 Daftar materi yang sulit 1. Frasa
dipahami di modul ini 2. Klausa
3 Daftar materi yang sering 1. Frasa
mengalami miskonsepsi 2. Klausa
3. Kalimat
MODUL 2

Judul Modul Semantik dan Wacana


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan Bentuk dan Makna
2. Eufimisme
3. Wacana
4. Pragmatik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Hubungan Bentuk dan Makna
definisi) di modul ini a. Jenis Makna
1) Makna Leksikal, adalah makna sesungguhnya
mengenai gambaran yang nyata tentang konsep
yang dilambangkan.
2) Makna Gramatikal, diidentifikasi setelah unsur
kebahasaan yang satu digabungkan dengan
unsur kebahasaan yang lainnya.
3) Makna Referensial, berkaitan langsung dengan
sumber yang menjadi acuan.
4) Makna Nonreferensial, makna yang tidak
memiliki acuan.
5) Makna Denotatif, makna yang sesungguhnya,
makna dasar yang merujuk pada makna yang
lugas atau dasar dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat pemakai bahasa.
6) Makna Konotatif, sebagai sebuah leksem,
merupakan seperangkat gagasan atau perasaan
yang mengelilingi leksem tersebut dan juga
berhubungan dengan nilai rasa yang
ditimbulkan oleh leksem tersebut.
7) Makna Literal, makna sebuah satuan bahasa
belum mengalami perpindahan makna pada
referen yang lain.
8) Makna Figuratif, adalah makna yang
menyimpang dari referennya.
9) Makna Primer, makna-makna yang dapat
diketahui tanpa bantuan konteks.
10) Makna Sekunder, Makna satuan kebahasaan
yang baru dapat didentifikasikan dengan
bantuan konteks.
b. Hubungan Bentuk dan Makna
1) Sinonim,
Bentuk sinonim:
a) Antarmorfem
b) Antarkata
c) Kata dengan Frasa
d) Frasa dengan Frasa
e) Kalimat dengan Kalimat
2) Antonim
a) Antonim Mutlak, Antonim mutlak adalah
pertentangan bentuk bahasa yang bersifat
mutlak. Misalnya kata hidup berantonim
dengan mati.
a) Antonim Bergradasi, Pertentangan antonim
jenis ini tidak bersifat mutlak atau relatif.
b) Antonim Relasional, Antonim jenis ini dapat
dilihat berdasarkan kesimetrian dalam
makna setiap pasanangannya. Misalnya kata
suami dan istri. Seseorang baru dikatakan
sebagai suami ketika sudah memiliki istri.
c) Antonim Hierarkial, Antonim jenis ini
terdapat dalam satuan waktu, berat, panjang,
jenjang kepangkatan, dan jenjang yang
lainnya.
d) Antonim Resiprokal, antonim yang bersifat
timbal balik. Contoh antonim ini adalah
mengajar dan belajar, menjual dan membeli,
mengirim dan menerima.
3) Homonim, adalah hubungan antara kata yang
ditulis dan atau dilafalkan dengan cara yang
sama dengan kata yang lain, tetapi maknanya
tidak saling berhubungan.
4) Polisemi, adalah satuan bahasa yang memiliki
lebih dari satu.
5) Ambiguitas, dapat diartikan dengan „makna
ganda‟. Konsep ini mengacu pada sifat
konstruksi penafsiran makna yang lebih dari
satu.
6) Redundansi, sesuatu yang belebih-lebihan,
misalnya berlebihan pemakaian unsur
segmental dalam kalimat.
2. Eufumisme
a. Perubahan Makna, faktor penyebab perubahan
makna disebabkan karena perkembangan bahasa,
Faktor-faktor perubahan itu antara lain sebagai
berikut :
1) Faktor Kebahasaan
2) Faktor Kesejarahan
3) Faktor Sosial
4) Faktor Psikologis
5) Pengaruh Bahasa Asing
6) Kebutuhan Kosakata Baru
b. Jenis Perubahan Makna
1) Perluasan Makna, bahwa makna sekarang lebih
luas daripada makna terdahulu.
2) Penyempitan Makna, terjadi ketika sebuah kata
yang pada awalnya mempunyai makna yang
luas kemudian maknanya berubah menjadi
lebih sempit.
3) Peninggian Makna, atau ameliorasi
berhubungan dengan nilai rasa yang lebih baik
atau sopan.
4) Penurunan Makna, perubahan makna ini dapat
dilihat dari makna kata atau yang mempunyai
makna lebih rendah, kasar, atau kurang sopan.
5) Pertukaran Makna, disebabkan karena
pertukaran tanggapan indra, seperti
pendengaran, pengecapan, dan penglihatan.
6) Persamaan Makna, makna yang berupa
perumpamaan karena kesamaan sifat.
7) Metafora, berkaitan dengan pemakaian kata
kiasan yang memiliki kemiripan makna.
Metafora digunakan untuk menggambarkan
perbandingan analogis pada dua hal yang
berbeda. Kata-kata yang digunakan bukan
makna yang sebenarnya.

c. Eufumisme, bermakna berbicara dengan


menggunakan perkataan yang halus dan sopan
sehingga memberikan kesan yang baik.
1) Referen Eufimisme
a) Nama Binatang
b) Nama Benda
c) Organ Vital Manusia
d) Peristiwa
e) Keadaan
f) Profesi
g) Penyakit
h) Aktivitas
2) Manfaat Eufumisme
a) Menghaluskan Tuturan
b) Sarana Pendidikan
c) Alat Berdiplomasi
d) Merahasiakan Sesuatu
e) Penolak Bahaya

d. Disfemisme, diucapkan oleh penutur untuk


memberikan penilaian negatif tentang sesuatu atau
seseorang.
3. Wacana
a. Konsep Wacana
b. Kohesi
1) Kohesi Leksikal
a) Repetisi (Pengulangan)
b) Kolokasi
2) Kohesi Gramatikal
a) Referensi
b) Substitusi
c) Konjungsi
d) Elipsis
3) Koherensi
4. Pragmatik
a. Konsep Pragmatik
b. Prinsip Kerja Sama
1) Maksim Kuantitas
2) Maksim Kualitas
3) Maksim Relevansi
4) Maksim Pelaksanaan
c. Prinsip Kesantunan
1) Maksim Kearifan (Tact Maxim)
2) Maksim Kedermawanan (Generocity Maxim)
3) Maksim Pujian (Aprobation Maxim)
4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
5) Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement
Maxim)
d. Maksim Simpati (Shympaty Maxim)
2 1. Makna Literal
Daftar materi yang sulit 2. Makna Primer
dipahami di modul ini 3. Makna Sekunder
4. Disfemisme
3 Daftar materi yang sering 1. Polisemi
mengalami miskonsepsi 2. Ambiguitas
3. Perubahan Makna
MODUL 3

Judul Modul Kesastraan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Genre Puisi dalam Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
2. Genre Prosa dalam Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
3. Genre Drama dalam Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
4. Perangkat Pembelajaran Sastra Kurikulum
2013
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Genre Puisi dalam Pembelajaran Sastra
definisi) di modul ini Kurikulum 2013
a. Hakikat Puisi, Menurut Sayuti (2002:3), puisi
adalah sebentuk pengucapan bahasa yang
mempertimbangkan adanya aspek bunyi-
bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan
pengalaman imajinatif, emosional, dan
intelektual penyair yang ditimba dari
kehidupan individual dan sosialnya, yang
diungkapkan dengan teknik pilihan diri
pembaca atau pendengar-pendengarnya.
b. Ciri, Isi, dan Struktur Puisi Rakyat
1. Pantun
a) Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
b) Setiap bait terdiri atas 4 baris.
c) Dua baris pertama (1 dan 2) merupakan
sampiran, sedangkan dua baris berikutnya
(3 dan 4) merupakan isi pantun.
d) Sampiran dan isi pantun membentuk
persajakan atau rima akhir a-b-a-b.
2. Karmina
a) merupakan pantun pendek yang hanya
terdiri dari 2 baris.
b) sering juga disebut pantun kilat.
c) baris pertama merupakan sampiran.
d) baris kedua merupakan isi.
e) jumlah suku kata setiap baris 8-12.
f) Juga memiliki sajak yang terletak di tengah
dan di akhir.
3. Gurindam
a) biasanya berisi nasihat yang bermanfaat
untuk kehidupan.
b) kebanyakan gurindam bersajak sempurna
a-a,
c) ada pula yang bersajak paruh a-b.
4. Syair
a) bait syair terdiri atas 4 baris.
b) setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
c) syair bersajak sama a-a-a-a dan tidak
memiliki sampiran.
d) syair terdiri atas beberapa bait yang
merupakan satu rangkaian cerita yang
utuh.
c. Unsur Pembangun Puisi
a) Unsur fisik puisi
1) Rima (persajakan), merupakan
perulangan bunyi yang sama dalam
puisi.
2) Diksi, merupakan pemilihan kata yang
dilakukan oleh penyair untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan-
perasaan.
3) Gaya Bahasa :
i. Simile, yaitu membandingkan satu
hal dengan hal lain dengan kata-kata
pembanding.
ii. Metafora, yaitu menyatakan sesuatu
sebagai hal yang sebanding dengan
hal lain yang sesungguhnya tidak
sama.
iii. Metonimi, yaitu pemanfaatan ciri
atau sifat suatu hal yang erat
hubungannya.
iv. Sinekdok, yaitu bahasa viguratif
yang menyebutkan suatu bagian
penting dari suatu benda atau hal itu
sendiri.
v. Personifikasi, yaitu
mempersamakan sesuatu benda
dengan manusia.
vi. Repetisi berfungsi sebagai penekan
dan melukiskan keadaan atau
peristiwa yang terjadi secara terus
menerus.
vii. Pertanyaan retoris, merupakan
sarana retorik berbentuk pertanyaan
yang tanpa perlu dijawab karena
jawabannya sudah tersirat.
viii. Ironi, merupakan bentuk
pengucapan kata-kata yang
bertentangan dengan maksud
sebenarnya, dan biasanya
dimaksudkan untuk menyindiri atau
mengejek.
4) Imaji, Gambar yang muncul dalam
angan-angan disebut citra (imaji).
i. Citraan visual (visual imagery),
yaitu citraan yang berhubungan
dengan indera penglihatan.
ii. Citraan auditif (auditory imagery),
yaitu citraan yang berhubungan
dengan indera pendengaran.
iii. Citraan kinestetik/gerak
(kinaesthetic/movement imagery),
yaitu citraan yang berhubungan
dengan indera gerak.
iv. Citraan peraba (thermal imagery),
yaitu citraan yang berhubungan
dengan indera peraba.
v. Citraan penciuman, yaitu citraan
yang berhubungan dengan indera
penciuman.
vi. Citraan pencecapan, yaitu citraan
yang berhubungan dengan indera
pencecapan.
5) Perwajahan, bagian dari wujud visual
puisi terkait dengan pengaturan bait dan
baris dalam puisi.
b) Unsur Batin Puisi, merupakan pikiran
perasaan yang diungkapkan penyairnya.
1) Tema, merupakan gagasan pokok atau
subject matter yang dikemukakan
penyair.
2) Perasaan, merupakan sikap penyair
terhadap pokok persoalan yang
ditampilkannya.
3) Nada, dalam puisi dapat diketahui
dengan memahami apa yang tersurat.
4) Amanat, yaitu pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca.
d. Menulis Puisi dengan Memperhatikan Unsur
Pembangun.
e. Mendemonstrasikan Puisi.
2. Genre Prosa Fiksi Dalam Kurikulum 2013
a. Hakikat Prosa Fiksi
Prosa fiksi sering juga disebut cerita rekaan
atau cerita khayalan, artinya cerita yang tidak
sungguh-sungguh terjadi atau bersifat
imajinatif.
b. Unsur-Unsur Prosa Fiksi
1) Alur, merupakan rangkaian peristiwa yang
disusun berdasar hubungan kausalitas atau
hubungan sebab akibat.
2) Tokoh
3) Latar, merupakan unsur fiksi yang
mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi
sosial cerita itu terjadi.
3. Jenis-Jenis Fiksi dalam Kurikulum 2013
1) Fabel
merupakan prosa fiksi yang menggunakan
tokoh binatang.
2) Legenda Setempat
cerita prosa rakyat yang dianggap sebagai
kejadian yang sungguh-sungguh terjadi.
3) Cerita Rakyat (Hikayat)
karya sastra lama Melayu berbentuk prosa
yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah
bersifat rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat
juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.
4) Anekdot
merupakan cerita singkat yang menarik
karena lucu dan mengesankan, biasanya
mengenai orang penting atau terkenal dan
berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
5) Cerpen, Novelet, dan Novel
cerpen merupakan cerita yang pendek yang
habis dibaca dalam sekali duduk, sedangkan
novelet adalah cerpen yang panjang tetapi
lebih pendek dari novel, sedangkan novel
adalah cerita fiktif yang panjang, dalam arti
fisik (yang kelihatan) dan isi.
6) Cerita Fantasi
menampilkan tokoh, alur, atau tema yang
derajat kebenarannya diragukan, baik dalam
seluruh cerita maupun dalam sebagian cerita.
7) Cerita Sejarah
memanfaatkan teks sejarah sebagai sumber
inspirasi ceritanya.
4. Menulis Prosa Fiksi
Tompkins (2004) menyatakan ada lima
tahapan dalam menulis :
Pertama, tahap pre-writing (pramenulis),
tahap ini penulis menentukan tujuan penulisan,
sasaran pembaca, ide atau gagasan tulisan, dan
kerangka tulisan.
Kedua, tahap menulis draf (drafting), adalah
tahap menulis ide-ide ke dalam bentuk tulisan
yang kasar.
Ketiga, tahap merevisi (revising), adalah
tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-
ide baru terhadap karya.
Keempat, tahap menyunting (editing), tahap
ini kita harus memperbaiki karangan pada aspek
kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
Kelima, tahap publikasi (publishing),
dilakukan dengan mengirim tulisan ke majalah
sekolah, majalah dinding atau media yang lain.
3. Genre Drama dalam Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
a. Hakikat Drama
Suryaman (2010: 10) yang menyatakan drama
sebagai karya sastra yang berupa dialog-
dialog dan memungkinkan untuk
dipertunjukkan sebagai tontonan.
b. Unsur Drama
1) Alur, merupakan jalinan cerita atau
kerangka dari awal hingga akhir yang
merupakan jalinan konflik antara dua tokoh
yang berlawanan (Waluyo, 2001:8).
2) Tokoh, adalah pelaku yang menggerakkan
alur drama. Cara menggambarkan tokoh
disebut penokohan.
3) Latar, Waluyo (2001: 23) menyatakan
bahwa setting atau tempat kejadian cerita
disebut latar cerita.
4) Tema, pikiran pokok yang mendasari lakon
drama, yang dikembangkan sedemikian rupa
sehingga menjadi cerita yang menarik
(Wiyanto, 2002: 23).
5) Amanat, bersifat subjektif. Artinya,
pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan
makna atau amanat karya itu bagi dirinya
(Waluyo, 2003:28).
6) Dialog, dilakukan oleh para tokoh dan harus
mendukung karakter tokoh yang diperankan.
7) Lakuan, proses perwujudan adanya sebuah
konflik di dalam sebuah drama.
8) Teks Samping, memberikan petunjuk teknis
tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara,
musik, keluar masuknya pemain, keras
lemahnya dialog, warna suara, perasaan
yang mendasari dialog, dan sebagainya.
c. Unsur Pementasan Drama
1) Naskah Drama
2) Pemain (Aktor dan Aktris)
3) Sutradara
4) Tata Rias
5) Tata Busana
6) Tata Pentas
7) Tata Lampu
8) Tata Suara
9) Penonton
d. Jenis Drama
1) Drama Tradisional, adalah drama yang lahir
dan diciptakan masyarakat tradisional.
Drama ini digunakan untuk kegiatan sosial
dan keagamaan seperti menyambut
datangnya panen, menyambut tamu, sarana
ritual atau mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan.
2) Drama Modern, adalah drama yang lahir
pada masyarakat industri.
e. Apresiasi Drama
1) menginterpretasi drama,
2) merefleksi nilai-nilai drama,
3) menulis teks drama,
4) mementaskan drama.
4. Perangkat Pembelajaran Sastra
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sebagaimana disebutkan dalam
Permendikbud Nomor 22 Tahun 20016,
RPP harus disusun secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
b. Menentukan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK)
IPK menjadi acuan untuk menentukan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, langkah
pembelajaran, lembar kerja peserta didik,
dan instrumen penilaian. Karena itu,
ketepatan merumuskan IPK menjadi
penentu bagi keberhasilan pencapaian KD.
c. Menentukan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini menunjukkan
kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa.
d. Menyusun Materi Pembelajaran Sastra
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016, materi pembelajaran dalam
RPP harus memuat fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi. Materi
ini relevan dengan dimensi pengetahuan
yang dirumuskan oleh Anderson dan
Krathwoll (Kemdikbud, 2018:6-8).
e. Menentukan Media/Alat Pembelajaran dan
Sumber Belajar
Media ini harus relevan dengan kompetensi
yang ingin dicapai, sehingga media harus
menjadi bagian yang integral dari
keseluruhan proses pembelajaran yang
saling berhubungan dengan komponen
lainnya (Sumiharsono dan Hasanah,
2018:14).
f. Menyusun Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah kegiatan pembelajaran disusun
menyesuaikan dengan KD, IPK, dan metode
pembelajaran. Secara umum langkah
pembelajaran meliputi bagian pendahuluan,
inti, dan penutup.
g. Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) akan
membantu dan mempermudah kegiatan
belajar mengajar sehingga terukur
pencapaian kompetensinya. Karena itu,
LKPD harus disusun dengan memperhatikan
KD dan IPK.
h. Menyusun Penilaian dalam Pembelajaran
Sastra
Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 dijelaskan bahwa penilaian dalam
pembelajaran meliputi penilaian proses dan
penilaian hasil belajar.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Menentukan Indikator Pencapaian
di modul ini Kompetensi.
2. Menyusun Materi Pembelajaran Sastra.
3 1. Karmina
Daftar materi yang sering
2. Gurindam
mengalami miskonsepsi
3. Syair
MODUL 4

Judul Modul Keterampilan Berbahasa Reseptif


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Dasar dan Prinsip Keterampilan Menyimak
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Keterampilan
Menyimak
3. Dasar dan Prinsip Keterampilan Membaca
4. Pembelajaran Keterampilan Membaca di
Sekolah
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Dasar dan Prinsip Keterampilan
definisi) di modul ini Menyimak
a. Pengertian/Hakikat Menyimak
menyimak didefinisaikan sebagai kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-
sungguh, seksama, sebagai upaya untuk
memahami ujaran itu sebagaimana yang
dimaksudkan oleh pembicara dengan
melibatkan seluruh aspek mental kejiwaan
seperti mengidentifikasi, menginterpretasi,
dan mereaksinya.
b. Proses Menyimak
1) Persepsi (Perception), Fase mempersepsi
rangsangan yang ditangkap oleh telinga
dan ditambahkan signal berupa gambar
oleh mata.
2) Segmentasi (Parsing), Dalam fase ini
dimungkinkan terbentuknya pengertian
dan pemahaman terhadap pesan yang
ditangkap pada fase sebelumnya.
3) Pemanfaatan (Utilisation), Fase ini
merupakan fase yang menentukan
pemahaman lebih lanjut karena penyimak
mencoba mencocokkan dan
menghubungkan pemahaman penyimak
yang disusun berdasarkan persepsi
terhadap pesan yang baru saja diperoleh
dengan persepsi yang timbul setelah
dikaitkan dengan pesan yang sudah ada
sebelumnya.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Menyimak
1) Faktor internal yaitu penyimak sebagai
penerima pesan.
2) faktor eksternal berupa segala sesuatu di
luar penyimak yang dapat mempengaruhi
pemahaman terhadap pesan yang
disampaikan di dalam kegiatan menyimak
tersebut yaitu: pembicara, media yang
digunakan dalam menyampaikan pesan
dapat berupa bahasa lisan/audio maupun
gambar/visual, serta lingkungan di sekitar
berlangsungnya proses menyimak.
d. Jenis-Jenis Menyimak
1) Diskriminatif (discriminative), merupakan
menyimak yang bertujuan untuk
membedakan rangsang bunyi atau visual
yang merupakan dasar dari tujuan
menyimak.
2) Komprehensif (comprehensive),
merupakan menyimak yang mendasari
jenis menyimak yang lain yaitu menyimak
terapeutik, menyimak kritis, dan
menyimak apresiatif.
3) Terapeutik (therapeutic), merupakan
menyimak untuk menyediakan kesempatan
untuk berbicara melalui sebuah
pemasalahan.
4) Kritis (critical), merupakan menyimak
yang bertujuan untuk mengevaluasi pesan.
5) Apresiatif (apreciative), merupakan jenis
menyimak yang bertujuan untuk
memperoleh kesenangan melalui karya
atau pengalaman orang lain.
e. Strategi dan Teknik Menyimak
Berikut ini akan dibahas strategi tersebut satu
per satu:
1) Kognitif (cognitive), Untuk konteks
pembelajaran bahasa Indonesia dan lebih
khusus lagi untuk pembelajaran
keterampilan menyimak, beberapa strategi
dapat diterapkan di kelas yaitu strategi
berikut ini:
a) Pembutan Catatan (Note Taking)
b) Penggambaran (Imagery)
c) Kata Kunci (Keyword)
d) Elaborasi (Elaboration)
e) Transfer
2) Metakognitif (Metacognitive), yaitu
strategi yang berfungsi untuk mengelola
dan memfasilitasi proses mental, serta
mengatasi kesulitan selama menyimak
(Goh, 2002:7). strategi metakognitif yaitu
sebagai berikut :
a) Pengatur andal (advance organizers):
membuat rancangan konsep yang
cukup menyeluruh untuk
mengantisipasi aktivitas pembelajaran.
b) Perhatian langsung: memutuskan
untuk mengikuti tugas pembelajaran
dan mengabaikan pengecoh yang tidak
relevan.
c) Perhatian terpilih: memutuskan untuk
mengikuti aspek tertentu dari masukan
pembelajaran atau detil situasional
yang akan menandai retensi masukan
bahasa.
d) Pengelola yang mandiri: memahami
kondisi yang membantu seseorang
belajar dan melibatkan diri dalam
kondisi tersebut.
e) Perencanaan fungsional: membuat
rencana dan melatih komponen bahasa
yang penting untuk membawa tugas
belajar yang selanjutnya.
f) Monitoring secara mandiri:
mengoreksi percakapan seseorang
dalam hal ketepatan, ucapan, tata
bahasa, kosakata, atau hubungan yang
dengan setting atau dengan pembicara.
g) Menunda produksi: secara sadar
memutuskan untuk berhenti berbicara
untuk belajar menandai melalui
menuimak komprehensi.
h) Evaluasi mandiri: mengecek hasil dari
belajar bahasa seseorang, mengukkr
secara internal kelengkapan dan
ketepatan.
3) Sosial-Afektif (Social-Affective),
merupakan strategi menyimak yang
melibatkan pihak lain dalam prosesnya.
Dalam hal ini selama proses menyimak,
penyimak memerlukan bantuan orang lain
untuk membantu pemahaman.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Keterampilan Menyimak
a. Pembelajaran Menyimak dalam Kurikulum
2013
Kata kunci dari kompetensi dasar yang terkait
dengan pembelajaran keterampilan menyimak
adalah : “…teks lisan…”
“…didengar…”
“…ditonton…”
yang muncul dalam kompetensi dasar
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat
SMP/SMA/SMK. Terkait dengan kompetensi
dasar tersebut, sebaiknya guru memahami
prinsip pembelajaran di dalam kelas.
b. Strategi Pembelajaran Menyimak dalam
Kurikulum 2013
1) Perencanaan
a) Pemetaan KD (Kompetensi Dasar),
Indikator, dan Tujuan.
b) Persiapan Perangkat pembelajaran yang
diperlukan.
2) Implementasi
a) Tahap Pramenyimak
b) Menyimak
c) Pascamenyimak
3) Evaluasi
Evaluasi kegiatan menyimak mengikuti
pedoman penilaian menyimak yang dipilih
berdasarkan materi yang disimak dan
berdasar jenis penilaian yang digunakan
yang semuanya menggunakan prinsip
penilaian dalam kurikulum 2013 yang
sudah diatur dalam Permendikbud RI
Nomor 023 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
c. Penilaian Keterampilan Menyimak
Untuk penilaian pembelajaran keterampilan
perlu dirumuskan rubrik penilaian sesuai
dengan kompetensi dasar terkait dengan kata-
kerja operasional, dan jenis teks yang
digunakan dalam proses menyimak/memirsa.
d. Implementasi Keterampilan Menyimak dalam
Pembelajaran.
Implementasi pembelajaran keterampilan
menyimak mengacu pada implementasi
proses pembelajaran yang dirancang dalam
sebuah Rencana Program Pembelajaran (RPP)
yang sudah disusun sebelumnya.

3. Dasar dan Prinsip Keterampilan Membaca


a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang bersifat resepif. Dikatakan
reseptif karena membaca merupakan suatu
kegiatan berbahasa yang bertujuan
memperoleh atau memahami informasi dari
bahan bacaan.
b. Tujuan Membaca
Nurhadi (2016:3-4) mengemukakan berbagai
tujuan membaca :
1) Memahami secara detail dan menyeluruh
isi bacaan.
2) Menangkap ide pokok/gagasan utama
buku secara cepat.
3) Mendapatkan informasi tentang sesuatu.
4) Mengenai makna kata.
5) Ingin mengetahui peristiwa penting yang
terjadi di seluruh dunia.
6) Ingin mengetahui peristiwa penting yang
terjadi di masyarakat sekitar.
4. Pembelajaran Keterampilan Membaca di
Sekolah
a. Pembelajaran Keterampilan Membaca
dalam Kurikulum 2013
Pembelajaran keterampilan membaca
dalam Kurikulum 2013 diimplementasikan
ke dalam berbagai genre teks baik fiksi
maupun nonfiksi, pembelajaran
keterampilan membaca disajikan secara
mandiri, bersama-sama, atau sebagai
alternatif pilihan. Hal ini dapat dicermati di
dalam kompetensi dasar (KD) mata
pelajaran Bahasa Indonesia seperti tertera
pada Permendikbud No.37 Tahun 2018
tetang KI dan KD.
b. Penilaian Pembelajaran Keterampilan
Membaca
Dalam kaitannya dengan penilaian
pendidikan, pendidik/guru menjadi ujung
tombak pelaksanaan penilaian. Penilaian
pendidikan oleh pendidik dilakukan pada
setiap mata pelajaran yang ada pada
jenjang pendidikan.
c. Implementasi Keterampilan Membaca
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam mengimplementasikan
pembelajaran, pendidik/guru dituntut untuk
memahami standar proses pendidikan
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil belajar.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Jenis-jenis menyimak
di modul ini
3 Daftar materi yang sering 1. Penilaian pembelajaran keterampilan
mengalami miskonsepsi membaca.
MODUL 5

Judul Modul Keterampilan Berbahasa Produktif


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterampilan Berbicara
2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
3. Keterampilan Menulis
4. Pembelajaran Keterampilan Menulis
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Keterampilan Berbicara
definisi) di modul ini a. Hakikat Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa
yang bertujuan untuk mengungkapkan ide,
gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai
proses komunikasi kepada orang lain.
b. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara
1. Faktor Kebahasaan
a) Ketepatan Ucapan (Tata Bunyi).
b) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan
Durasi.
c) Pilihan Kata (Diksi).
d) Kalimat Efektif.
2. Faktor Non Kebahasaan
a) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.
b) kontak mata atau pandangan harus
diarahkan kepada audien atau khalayak
pendengar.
c) gerak-gerik dan mimik yang tepat.
d) kenyaringan suara.
e) Kelancaran.
f) relevansi atau penalaran.
c. Persiapan dan Strategi Keterampilan
Berbicara
1. menganalisis tujuan, Sebelum berbicara, kita
harus dapat menentukan tujuan apa yang
akan ditekankan, sehingga audiens dapat
menerimanya dengan baik.
2. menemukan kata kunci, artinya pembicara
menentukan kata kunci secara detail dengan
cara menggarisbawahi setiap kata penting.
3. memahami suasana teks, seperti riang,
sopan, serius, kagum, dan humor harus
dimiliki oleh seorang pembicara.
4. penggunaan bahasa tubuh, Gesture berkaitan
erat dengan nilai rasa, perasaan pikiran, dan
pemaknaan sesuatu.
5. pemilihan metode, pemilihan strategi
berbicara dapat dibedakan berdasarkan ada
dan tidaknya teks.
d. Ragam Keterampilan Berbicara
1. Berbicara Retorika
Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric”
mengemukakan pengertian retorika, yaitu
kemampuan untuk memilih dan
menggunakan bahasa dalam situasi tertentu
secara efektif untuk mempersuasi orang lain.
a) Pidato.
b) Ceramah.
c) Bercerita.
d) Deklamasi.
2. Berbicara Dialektika
Berbicara dialektika adalah ilmu tentang seni
berbicara secara dialog, dimana dua orang
atau lebih berbicara atau mengambil bagian
dalam satu proses pembicaraan.
a) Diskusi
b) Seminar
c) Wawancara
d) Percakapan (talkshow)
e) Debat

2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara


a. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Pembelajaran keterampilan berbicara di
jenjang SMP dan SMA bertujuan membina
dan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi serta melatih peserta didik
agar menguasai aspek-aspek kemampuan
berbahasa secara verbal atau lisan,
diarahkan untuk melatih serta mengajarkan
peserta didik berinterakasi dengan orang lain
dan lingkungan sekitar, juga menuntut
peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif.
b. Metode Pembelajaran Keterampilan
Berbicara
1) Pendekatan Saintifik, adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang supaya peserta
didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum, atau prinsip melalui kegiatan
mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan (Hosnan, 2014).
2) Metode Two Stay Two Stray,
memungkinkan setiap kelompok untuk
saling berbagi informasi dengan kelompok-
kelompok lain (Huda (2014: 140).
3) Metode Bermain Peran (role playing),
Soeparno (2008: 101) yang mengatakan,
bahwa main peran atau role playing
merupakan suatu kegiatan berupa
penampilan tingkah laku, sifat, watak, dan
perangai suatu peran tertentu untuk
menciptakan suatu imajinasi yang dapat
melukiskan peristiwa yang sebenarnya.
4) Media Kartu Bergambar (Flash card),
Daryanto (2010: 124) mengemukakan
bahwa kartu gambar berdasarkan jenisnya
merupakan jenis media visual diam yaitu
media yang mengandalkan indera
penglihatan dan penyajiannya hanya
menampilkan gambar diam.
c. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan
Berbicara
Ada dua jenis penilaian yang digunakan
dalam pembelajaran berbicara, yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk menilai
sikap siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan
berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan
siswa ketika menyajikan kompetensi
berbicara yang dituntut kurikulum atau
mempresentasikan secara individual.
d. Implementasi Keterampilan Berbicara
dalam Pembelajaran
Penyusunan RPP oleh guru disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan
kondisi lingkungan dan budaya di sekolah
masing-masing.

3. Keterampilan Menulis
a. Konsep Dasar Menulis
menulis tidak sekedar melukiskan simbol-
simbol saja, tetapi mengungkapkan pikiran,
masalah, gagasan, dan argumen ke dalam
bahasa tulis berupa susunan kalimat dan
paragraf yang utuh. Oleh karena itu, menulis
merupakan sarana komunikasi untuk
melakukan negosiasi dan transaksi dalam
bentuk bahasa tulis.
b. Ragam dan Faktor-faktor Pendukung
Menulis
Ragam karya tulis dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
1) ragam fiksi (sastra)
2) ragam nonfiksi
Faktor-faktor pendukung seseorang untuk
mampu menulis dengan baik perlu
memperhatikan tiga aspek
1) Isi, erat kaitannya dengan ide, gagasan,
atau temuan yang ingin disampaikan dalam
tulisannya.
2) Bahasa, seorang penulis harus menguasai
diksi, penulisan kalimat, paragraf, ejaan
serta tanda baca.
3) Penyajian, terkait dengan kemampuan
seseorang menguasai sistematika dan
ketentuan penulisan yang disyaratkan.
c. Pendekatan Proses Menulis
1) Pramenulis
2) Menulis
3) Pasca Menulis
d. Penggalian Ide
1) Membaca di perpustakaan
2) Akses internet
3) Fenomena atau kejadian sehari-hari
4) Seminar dan workshop
5) Diskusi
6) Wawancara
7) Pengalaman pribadi

4. Pembelajaran Keterampilan Menulis


a. Pembelajaran Keterampilan Menulis
Kompetensi Dasar 4 (aspek keterampilan
menulis), pengembangan indikator perlu
memperhatikan kata operasional yang
relevan. Kata operasional yang dapat
digunakan seperti menginterpretasi,
mengontruksi, mengembangkan,
menciptakan, menceritakan,
memproduksi, menyusun, menyampaikan,
mengungkapkan, menyaji, dan merancang.
b. Model Pembelajaran Menulis
1) Model Pembelajaran Saintifik, adalah
suatu proses pembelajaran yang dirancang
agar peserta didik secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum, atau
prinsip melalui kegiatan mengamati,
merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan (Hosnan, 2014).
2) Model Pembelajaran Problem Based
Learning, menggunakan pendekatan untuk
memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Model Project Based Learning, merupakan
model pembelajaran yang diorientasikan
untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan belajar siswa melalui
serangkaian kegiatan merencanakan,
melaksanakan penelitian, dan
menghasilkan produk tertentu yang
dibingkai dalam suatu wadah bernama
proyek pembelajaran.
4) Model Pembelajaran Discovery Learning/
Inquiry, didefinisikan sebagai “bertanya
tentang” atau “mencari informasi dengan
cara bertanya”, sedangkan dalam kamus
American Heritage, discovery disebut
sebagai “tindakan menemukan”, atau
“sesuatu yang ditemukan lewat suatu
tindakan”.
5) Strategi Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC), adalah untuk
merancang, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi pendekatan proses menulis
pada pembelajaran menulis dan seni
berbahasa yang akan banyak
memanfaatkan kehadiran teman satu kelas.
6) Strategi Think Pair and Share (TPS),
merupakan sebuah kegiatan pembelajaran
diskusi kelas yang dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk berpikir,
menanggapi dan saling membantu.
c. Penilaian Keterampilan Menulis
Terdapat banyak model penilaian menulis
yang dikemukakan oleh para ahli. Dalam
Kegiatan Belajar ini menggunakan model
penilaian pembobotan tiap komponen.
Model penilaian ini banyak digunakan
pada program ESL (English as a Second
Language) yang terbilang lebih rinci dalam
melakukan penyekoran. Rubrik penilaian
model pembobotan pada setiap komponen
menggunakan model skala interval untuk
tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang
dinilai. Terkait dengan hal itu, model
penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam
memberikan skor, tentunya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Implementasi Keterampilan Menulis dalam
Pembelajaran
Untuk mencapai pengajaran yang optimal
dalam mengimplementaikan Kurikulum
2013, guru berkesempatan menyusun
sendiri Rencana Pembelajaran berdasarkan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) penentuan kompetensi inti, (2)
penentuan kompetensi dasar, (3)
pengembangan indikator, (4) pemilihan
materi pembelajaran, (5) penggunaan
metode & media pembelajaran, (6)
langkah-langkah pembelajaran, dan (7)
penilaian.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Implementasi keterampilan berbicara.
di modul ini 2. Implementasi keterampilan menulis.
3 Daftar materi yang sering -
mengalami miskonsepsi
MODUL 6

Judul Modul Genre Teks dalam Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre
2. Genre Teks Fiksi dalam Kurikulum 2013
3. Genre Teks Nonfiksi dalam Kurikulum 2013
4. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Teks
Berbasis Genre
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre
definisi) di modul ini a. Hakikat Teks Berbasis Genre
1) Genre adalah konsep pengorganisasian
untuk praktik budaya.
2) Setiap bidang genre merupakan
perbandingan dengan berbagai standar atau
parameter.
3) Genre adalah tempat acara, fungsi, perilaku
dan struktur interaksi, bukan hanya
dipandang sebagai 'teks'.
4) Kompetensi budaya mencakup
pengetahuan mengenai kesesuaian apapun
jenis genre, mengetahui baris dan variasi,
serta mengetahui bagaimana mengganti
dari satu jenis teks ke jenis teks yang lain.
b. Berbagai Jenis Teks Berbasis Genre dalam
Kurikulum
bahwa ada beberapa jenis teks yang diberikan
pada kedua jenjang SM/MTs maupun
SMA//MA/SMK. Teks- teks tersebut antara
lain teks laporan hasil observasi, eksposisi,
prosedur, eksplanasi, cerpen, puisi, dan
drama. Jenis teks yang sama ini ditentukan
berdasarkan tingkat kegunaan jenis teks untuk
mendukung pengetahuan dan kecakapan
hidup.

2. Genre Teks Fiksi dalam Kurikulum 2013


a. Struktur Retorik dan Kaidah Kebahasaan
Genre Teks Fiksi dalam Kurikulum 2013
Tingkat SMP/MTs
1) Cerita imaginasi/fantasi, Cerita fantasi
merupakan sebuah karya tulis yang
dibangun menggunakan alur cerita yang
normal, namun memiliki sifat imajinatif
dan khayalan semata.
2) Puisi Rakyat, Puisi rakyat mempunyai
nilai-nilai yang berkembang didalam
kehidupan masyaratakat.
3) Fabel, adalah cerita yang menggambarkan
kehidupan hewan yang memiliki perilaku
layaknya manusia (Rubin, 1993).
4) Puisi
5) Drama
6) Cerpen
7) Cerita inspirasi
b. Struktur Retorik dan Kaidah Kebahasaan
Genre Teks Fiksi dalam Kurikulum 2013
Tingkat SMA/MA/SMK
1) Teks Anekdot, anekdot merupakan salah
satu jenis teks yang dipakai untuk membuat
teks cerita dari pengalaman seseorang,
dimana teks tersebut berisikan cerita
singkat dan juga menghibur.
2) Teks Hikayat, Kata hikayat berasal dari
kata kerja bahasa Arab yang artinya
"memberitahu" dan "menceritakan".
3) Novel, diartikan sebagai „karangan prosa
yang panjang, mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang
di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku‟.

3. Genre Teks Nonfiksi dalam Kurikulum


2013
a. Struktur Retorik dan Kaidah Kebahasaan
Genre Teks Nonfiksi dalam Kurikulum 2013
Tingkat SMP/MTs
1) Teks Deskripsi
2) Teks Prosedur
3) Teks Laporan Hasil Observasi
4) Teks Berita
5) Teks Eksposisi
6) Teks Eksplanasi
7) Teks Pidato Persuasif
b. Struktur Retorik dan Kaidah Kebahasaan
Genre Teks Nonfiksi dalam Kurikulum 2013
Tingkat SMA/MA/SMK
1) Teks Negosiasi
2) Resensi
3) Teks Editorial

4. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Teks


Berbasis Genre
a. Peta KI/KD serta Penyusunan Silabus
Pembelajaran Teks Berbasis Genre
Pemahaman terhadap sebaran genre teks
sangat penting untuk menjadi dasar
pengembangan perangkat pembelajaran yang
sesuai pada tiap level. Learning continuum
pembelajaran juga harus dipahami oleh guru
agar tidak terjadi tumpang tindih materi
karena ada beberapa genre teks yang
tercantum pada kedua jenjang SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK.
b. Penentuan Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) Pembelajaran Teks Berbasis Genre
Dalam menyusun IPK, kata kerja operasional
yang digunakan harus sesuai dengan ranah
kognitifnya Pemahaman terhadap level
kognitif sangat penting untuk menentukan
kata kerja operasional. Higher Order
Thinking skills (HOTs) juga disarankan untuk
selalu dipakai dalam menentukan kata kerja
operasional ini.
c. Komponen dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
1) Format RPP, RPP harus memuat identitas
yang meliputi satuan pendidikan, nama
mata pelajaran, kelas/semester, materi
pokok, dan alokasi waktu.
2) Tujuan Pembelajaran, tujuan pembelajaran
harus dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
3) Materi Pembelajaran, Materi pembelajaran
dalam RPP harus memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi.
4) Pendekatan, Model, dan Metode
Pembelajaran, Jika dalam RPP
pembelajaran teks ulasan menggunakan
pendekatan saintifik maka model
pembelajaran dapat berupa model
pembelajaran saintifik serta metode yang
digunakan dapat dengan diskusi,
presentasi, maupun tanya jawab.
5) Alat dan Media Pembelajaran.
6) Sumber Belajar
7) Langkah-langkah pembelajaran.
d. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
pembelajaran teks berbasis genre.
Hal yang paling utama dalam penilaian adalah
guru harus menciptakan instrumen dan
suasana penilaian yang menghindarkan siswa
dari ketidakjujuran dan plagiarisme siswa
dalam berkarya/berteks.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre.
di modul ini 2. Penyusunan perangkat pembelajaran teks
berbasis genre.
3 Daftar materi yang sering 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre
mengalami miskonsepsi
MODUL 7

Judul Modul Konsep Dasar Ilmu Pendidikan


Judul Kegiatan Belajar 1. Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan Ilmu
(KB) Pendidikan
2. Karakteristik Peserta Didik
3. Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran
4. Kurikulum Pendidikan di Indonesia
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep 1. Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan Ilmu
(istilah dan definisi) Pendidikan
di modul ini
a. Konsep Dasar dan Rasional Imu Pendidikan
b. Landasan Ilmu Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofi pendidikan
adalah
pandangan-pandangan
yang bersumber dari filsafat
pendidikan mengenai
hakikat manusia, hakikat
ilmu, nilai serta perilaku yang
dinilai baik dan dijalankan
setiap lembaga pendidikan.
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan
adalah aspek-aspek hukum
yang mendasari dan melandasi
penyelenggaraan pendidikan
(Arif Rohman, 2013)
a. Pasal 31 UUD 1945 tentang
Pendidikan Nasiona
b. Undang-Undang tentang
pokok pendidikan dan
kebudayaan
c. Peraturan Pemerintah
3. Landasan Empiris
a. Landasan Psikologis
Proses kegiatan pendidikan
melibatkan kegiatan yang
menyangkut interaksi
kejiwaan antara pendidik
dan peserta didik dalam
suasana nilai- nilai budaya
suatu masyarakat yang
didasarkan pada nilia-nilai
kemanusiaan.
b. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis
bersumber pada norma
kehidupan masyarakat yang
dianut oleh suatu bangsa
sehingga tercipta nilai-nilai
sosial yang dalam
perkembangannya menjadi
norma-norma sosial yang
mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus
dipatuhi oleh masing-
masing anggota masyarakat
(Robandi, 2005: 26).
c. Landasan Historis
Landan historis pendidikan
nasional di Indonesa tidak
terlepas dari sejarah bangsa
indonesia itu sendiri.
Bangsa Indonesia terbentuk
melalui suatu proses sejarah
yang cukup panjang sejak
zaman Kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit
sampai datangnya bangsa
lain yang menjajah serta
menguasai bangsa
Indonesia
d. Landasan Religi
Landasan religi adalah
asumsi-asumsi yang
bersumber dari religi atau
agama yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktik
pendidikan dan atau studi
pendidikan (Hasubllah,
2008).

c. Penerapan Landasan Praktik Ilmu Pendidikan


dalam Praktik Pendidikan
a. Landasan Filosofis
b. Landasan Yuridis
c. Landasan Empiris
1) Landasan Psikologis
2) Landasan Sosiologis
3) Landasan Historis
4) Landasan Religius
2. Karakteristik Peserta Didik
a. Pengertian Karakter Peserta didik
Karakteristik peserta didik dapat diartikan
keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan
yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan, sehingga
menentukan aktivitasnya dalam mencapai
cita-cita atau tujuannya
b. Ragam Karakteristik Peserta Didik
1) Etnik
2) Kultural
3) Status Sosial
4) Minat
5) Perkembangan Kognitif
6) Kemampuan/Pengetahuan awal
7) Gaya Belajar
8) Motivasi
9) Perkembangan emosi
10) Pekembangan sosial
11) Perkembangan Moral dan Spiritual
12) Perkembangan Motorik
3. Teori Belajar dan Implikasinya dalam
Pembelajaran
a. Teori belajar behavioristik dan implikasinya
dalam pembelajaran
1) Pandangan Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik dikenal juga
dengan teori belajar perilaku, karena
analisis yang dilakukan pada perilaku yang
tampak, dapat diukur, dilukiskan dan
diramalkan
2) Implikasi Teori Belajar Behavioristik
dalam Pembelajaran
Implikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran,
sifat materi pelajaran, karakteristik peserta
didik, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah
b. Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya
dalam Pembelajaran
1) Pandangan Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Para penganut aliran kognitif mengatakan
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Jika
teori belajar behavioristik mempelajari
proses belajar sebagai hubungan stimulus-
respon, teori belajar kognitif merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perseptual
2) Implikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan
Pembelajaran
kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Peserta didik bukan sebagai orang
dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya
b) Anak usia para sekolah dan awal
sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-
benda konkrit.
c) Keterlibatan peserta didik secara aktif
dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan peserta didik
maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik.
d) Untuk menarik minat dan meningkatkan
retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan
setruktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
e) Pemahaman dan retensi akan meningkat
jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu,
dari sederhana ke kompleks.
f) Belajar memahami akan lebih bermakna
dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus
disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta
didik. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui
peserta didik.
g) Adanya perbedaan individual pada diri
peserta didik perlu diperhatiakan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik.
Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.

c. Teori belajar Konstruktivistik dan


implikasinya dalam pembelajaran

1) Pengertian Belajar Menurut Pandangan


Konstruktivistik
teori belajar konstruktivistik memahami belajar
sebagai proses pembentukan (kontruksi)
pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri.
Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang
sedang mengetahui (Schunk, 1986)

Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang


dikemukakan oleh Driver dan Oldhan (1994)
adalah sebagai berikut:
a) Orientasi, yaitu peserta didik diberik
kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu topik dengan memberi
kesempatan melakukan observasi.
b) Elitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan
idenya denegan jalan berdiskusi, menulis,
membuat poster, dan lain-lain.
c) Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan
ide orang lain, membangun ide baru,
mengevaluasi ide baru.
d) Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu
ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu
diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.
e) Review, yaitu dalam mengapliasikan
pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi
dengan menambahkan atau mengubah

2) Implikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam


Pembelajaran
Saudara mahasiswa dari penjelasan di atas dapat
diketahui bahwa implikasi teori konstruktivistik
jika dikaitkan dengan pembelajaran proses
pembelajaran modern adalah berkembangnya
pembelajaran dengan web (web learning) dan
pembelajaran melalui social media (social media
learning)

Beberapa implikasi teori konstruktivistik dalam


pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke
bagian-bagian dan lebih mendekatkan kepada konsep-
konsep yang lebih luas

b. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan


pertanyaan dan ide-ide peserta didik
c. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada
sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan
d. Peserta didik dipandang sebagai pemikir-peikir yang
dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
e. Pengukuran proses dan hasil belajar peserta didik
terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan
cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan
peserta didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan
f. Peserta didik-peserta didik banya belajar dan beerja di
dalam group proses
g. Memandang pengetahuan adalah non objektif, berifat
temporer, selalu berubah, dan tidak menentu

h. Belajar adalah penyusunan pengetahuan, sedangkan


mengajar adalah menata lingkungan agar peserta didik
termotivasi dalam menggali makna

d. Teori belajar Humanistik dan implikasinya


dalam pembelajaran
1) Teori belajar Humanistik dan
implikasinya dalam pembelajaran
Menurut teori humanistik, proses
belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan
manusia itu sendiri

2) Implikasi Teori Belajar Humanistik


dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori ini dianggap lebih dekat dengan
bidang filsafat, teori kepribadian dan
psikoterapi dari pada bidang
pendidikan, sehingga sukar
meterjemahkannya ke dalam langkah-
langkah yang lebih konkrit dan praktis.
4. Kurikulum Pendidikan di Indonesia
a. Konsep Dasar Kurikulum
1) Kurikulum sebagai daftar mata pelajaran
2) Kurikulum sebagai pengalaman siswa
3) Kurikulum sebagai rencana atau program
belajar
b. Pembaharuan kurikulum di Indonesia
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual,
rasa ingin tahu, kreativitas kerjasama dengan kemampuan
intelektual psikomotor.
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar terencana dimana
peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah
ke amsyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar.
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan
serta menerapkan dalam berbagai situasi di sekolah dan
amsyarakat.
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk komponen inti
kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar
mata pelajaran

6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian


kompetensi dasar di mana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada
prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya
antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan

c. Peran, Fungsi, dan Komponen Kurikulum


1) Peran Konservatif
Peran konservatif menekankan bahwa
kurikulum dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai budaya masa
alalu yang dianggap masih sesuai dengan
masa kini.
2) Peran Kreatif
Melesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
perubahan pada setiap aspek-aspeknya
tidak dapat lagi terbendung sebagai suatu
keniscayaan.
3) Peran Kritis dan Evaluatif
Berangkat dari suatu realita bahwa nilai-
nilai kehidupan dan budaya dalam
masyarakat senantiasa berkembang atau
mengalami perubahan maka peran
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai
dan budaya melainkan juga berperan untuk
menilai dan memilih nilai budaya serta
pengetahuan baru yang akan diwariskan
Isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu
1) fungsi pendidikan umum (common and
general education), 2) suplementasi
(suplementation), 3) eksplorasi dan 4)
keahlian.

1) Fungsi pendidikan umum

Fungsi kurikulum untuk mempersiapkan


peserta didik agar menjadi anggota
masyarakat baik sebagai warga negara dan
warga dunia yang baik dan bertanggung
jawab.

2) Suplementasi

Kurikulum sebagai alat pendidikan


seharusnya dapat memberikan pelayanan
kepada setiap peserta didik sesuai dengan
perbedaan yang dimilikinya.

3) Eksplorasi
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa
kurikulum harus dapat menemukan dan
mengembangkan minat dan bakat peserta
didik

4) Keahlian
Kurikulum berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan peserta
didik sesuai dengan keahliannya yang
didasarkan atas minat dan bakat peserta
didik.

4). Komponen Kurikulum


a.Tujuan
Tujuan dalam kurikulum menggambarkan kualitas
manusia yang diharapkan dapat terwujud dari
suatu proses pendidikan
b.Isi/content
Merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri dari
fakta, konsep, prinsip, nilai dan keterampilan yang
perlu diberikan kepada siswa
c.Aktivitas Belajar
Komponen ini dimaksudkan sebagai strategi
pembelajaran yang berkaitan dengan cara atau
sistem penyampaian dari isi kurikulum agar
mencapai tujuan kurikulum
d.Evaluasi
Komponen ini dimaksudkan sebagai strategi
pembelajaran yang berkaitan dengan cara atau
sistem penyampaian dari isi kurikulum agar
mencapai tujuan kurikulum

5). Hakikat Pengembangan Kurikulum


a. Kurikulum ideal dan kurikulum actual
kurikulum yang terlaksana atau dilaksanakan di
lapangan berdasarkan kurikulum standar itulah
yang dinamakan sebagai kurikulum actual. Atau
dengan kata lain kurikulum ini merupakan hal
yang terlaksana di lapangan
b.Kurikulum Tersembunyi
hidden Curriculum memiliki tingkat dimensi,
yaitu :
Hidden Curriculum dapat menunjukkan suatu
hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru,
peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola
organisasional peserta didik sebagai mikrokosmos
sistem nilai social.
Hidden Curiculum dapat menjelaskan sejumlah
proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah
yang meliputi hal-hal yang memilikinilai tambah,
sosialisasi pemeliharaan struktur kelas.
Hidden Curriculum mencakup perbedaan tingkat
kesengajaan seperti halnya yang dihayati oleh
para peneliti, tingkat yang berhubungan dengan
hasil yang bersifat insidental. Bahkan hal itu
kadang-kadang tidak diharapkan dari
penyususnan kurikulum dalam kaitannya dengan
fungsi social Pendidikan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum
1) Faktor Guru
2) Faktor Peserta didik
3) Faktor sarana dan fasilitas
4) Faktor lingkungan sekolah
5) Faktor budaya dan Ideologi
e. Strategi penerapan kurikulum dan
tantangannya di masa depan
1) Kesiapan guru menerima perubahan
2) Keterbukaan pola pikir

2 Daftar materi yang 1. Karakteristik Peserta Didik


sulit dipahami di 2. Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran
modul ini Kurikulum Pendidikan di Indonesia
3 Daftar materi yang 1. Teori Belajar
sering mengalami 2. Peran, fungsi dan komponen kurikulum
miskonsepsi
MODUL 8

Judul Modul Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21


Judul Kegiatan Belajar 1. Karakteristik Pembelajaran Abad 21
(KB) 2. Profil dan Kompetensi Guru Abad 21
3. Tugas Pokok dan Fungsi Guru Abad 21
4. Strategi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
N Butir Refleksi Respon/Jawaban
o
1 Daftar peta konsep a. Karakteristik Pembelajaran abad 21
(istilah dan definisi) 1). Fenomena Perubahan
di modul ini - Pembelajaran abad 21
Komponen pembelajaran abad 21 yang meningkat
interaksinya satu sama lain, yaitu: (1) aktifitas
instruktur/guru/ mentor/fasilitator, (2) desain pembelajaran
online, (3) data sebagai sumber belajar (big data), dan (4)
strategi pembelajaran online, dan (5) unjuk kerja peserta
didik.
- Beberapa keterampilan penting abad 21
1. Berpikir Kritis dan Penyelesaian Masalah ( Critical
Thinking and Problem Solving )
2. Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Innovation
3. Pemahaman Lintas Budaya (Cross Culture
understanding)
4. Komunikasi, Literasi Informasi dan Media ( Media
Literacy, Information, and Communication Skill)
5. Komputer dan Literasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi
6. Karir dan Kehidupan (Life and Career Skill)

b. Karakteristik Peserta Didik Abad 21


1. Generasi z menyukai kebebasan dalam belajar (self
directed learning) mulai dari mendiagnosa kebutuhan
belajar, menentukan tujuan belajar,mengidentifikasi
sumber belajar, memilih strategi belajar dan mengevaluasi
hasil belajarnya sendiri
2. Generasi z suka mempelajari hal-hal baru yang praktis
sehingga mudah beralih fokus belajarnya meskipun
memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya
3. Merasa nyaman dengan lingkungan yang terhubung
dengan jaringan internet karena memenuhi hasrat
berselancar, berkreasi, berkolaborasi, dan membantu
berbagi informasi sebagai bentuk partisipasi.
4. Generasi z lebih suka berkomunikasi dengan gambar
images, ikon, dan simbol-simbol daripada teks. Generasi z
tidak betah berlama-lama untuk mendengarkan ceramah
guru, sehingga lebih tertarik bereksplorasi daripada
mendengarkan penjelasan guru.
5. Memiliki rentang perhatian pendek (short attention span)
atau dengan kata lain sulit untuk berkonsentrasi dalam
jangka waktu lama. Generasi z terbiasa bersentuhan
dengan teknologi tinggi dengan aksesibilitas cepat
misalnya smartphone. Rentang perhatian manusia semakin
pendek ada di kisaran 8 detik (Glum, 2015).
6. Berinteraksi secara kompleks dengan media seperti
smartphone, televisi, laptop, desktop, dan iPod. Silahkan
Saudara amati adakah fenomena seorang peserta didik
mengetik dengan laptop sambil melacak informasi lewat
smartphone sekaligus menonton televisi
7. Generasi z lebih suka membangun eksistensi di media
sosial daripada di lingkungan nyata dan cenderung memilih
menggunakan aplikasi seperti Snapchat, Secret dan
Whisper daripada whatsapp.
c. Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21
4. Kehadiran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat
diperlukan untuk menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang bermakna, berkarakter, dan memiliki
orientasi pengembangan keterampilan-keterampilan
penting abad 21
5. Lakukan beberapa hal sederhana yang dapat membangun
iklim positif bagi generasi z, yaitu:
1. Kurangi kebiasaan berdiri di depan kelas dan di tengah
kelas sebagai satu-satunya sumber dan pusat perhatian.
Ingatlah teknologi digital adalah infrastruktur belajar yang
digemari bagi generasi z.
2. Guru lebih berperan dan bertindak sebagai mentor
pendamping, pembimbing, dan pelatih dengan
kebijaksanaan, pengetahuan, dan pengalaman
3. Memotivasi peserta didik untuk mencapai tujuan yang
telah dipilih melalui inspirasi-inspirasi baru
4. Peran guru adalah memberikan saran atas proses dan hasil
belajar peserta didik sehingga perlu memfokuskan diri
kepada monitoring proses belajar peserta didik
d. Model-Model Pembelajaran Abad 21
1. Discovery Learning ; belajar melalui penelusuran,
penelitian, penemuan, dan pembuktian. Contoh dalam
pembelajaran guru menugaskan peserta didik untuk
menelusuri faktor penyebab terjadinya banjir di daerah
setempat
2. Pembelajaran berbasis proyek; proyek memiliki target
tertentu dalam bentuk produk dan peserta didik
merencanakan cara untuk mencapai target dengan dipandu
oleh pertanyaan menantang
3. Pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan; belajar
berdasarkan masalah dengan solusi “open ended”, melalui
penelusuran dan penyelidikan sehingga dapat ditemukan
banyak solusi masalah
4. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed
Learning/SDL); SDL merupakan proses di mana insiatif
belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain dilakukan
oleh peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis
kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan,
mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan
strategi belajar, dan mengevaluasi belajarnya sendiri
5. Pembelajaran kontekstual (melakukan); guru mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata peserta
didik sehingga memungkinkan peserta didik menangkap
makna dari yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru
dengan pegetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki
6. Bermain peran dan simulasi; peserta didik bisa diajak
untuk bermain peran dan menirukan adegan,
gerak/model/pola/prosedur tertentu
7. Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk pembelajaran
berdasarkan faham kontruktivistik. Peserta didik
berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling
bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan
bersama
8. Pembelajaran kolaboratif; merupakan belajar dalam tim
dengan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama
9. Diskusi kelompok kecil; diskusi kelompok kecil
diorientasikan untuk berbagai pengetahuan dan
pengalaman serta untuk melatih komunikasi lompok kecil

e. TPACK sebagai Kerangka Integrasi Teknologi


Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan
dikarenakan ada irisan atau sintesa baru, yaitu;
a). Pengetahuan materi (content knowledge/CK) yaitu
penguasaan bidang studi atau materi pembelajaran.
b). Pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK)
yaitu pengetahuan tentang proses dan strategi
pembelajaran.
c). Pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK)
yaitu pengetahuan bagaiamana menggunakan teknologi
digital.
d). Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content
knowledge/PCK) yaitu gabungan pengetahuan tentang
bidang studi atau materi pembelajaran dengan proses dan
strategi pembelajaran.
e). Pengetahuan teknologi dan materi (technological
content knowledge/TCK) yaitu pengetahuan tentang
teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau materi
pembelajaran.
f). Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi
(technological paedagogical knowledge/TPK) yaitu
pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan
mengenai proses dan strategi pembelajaran.
g). Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi
(technological, pedagogical, content knowledge/TPCK)
yaitu pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan
tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan
tentang bidang studi atau materi pembelajaran.
- Ke delapan domain untuk penerapan TPACK secara
praktis adalah:
(1) Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik.
(2) Menggunakan TIK untuk memahami materi pembelajaran
(3) Mengintegrasikan TIK untuk memahami peserta didik
(4) Mengintegrasikan TIK dalam rancangan kurikulum termasuk
kebijakan
(5) Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data
(6) Mengintegrasikan TIK dalam strategi pembelajaran
(7) Menerapkan TIK untuk pengelolaan pembelajaran.
(8) Mengintegrasikan TIK dalam konteks mengajar

a. Profil Guru Efektif Abad 21


Ada beberapa kompetensi esensial bagi para guru
khususnya guru efektif di Indonesia terkait abad 21.
1. Guru efektif berangkat dari pemahaman peserta didiknya
bukan gelas kosong karena generasi z memiliki
aksesibilitas yang lebih baik terhadap sumber belajar
digital/online
2. Aktif memahami konteks berpikir peserta didik dan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan spesifik sebagai
kunci dalam pengembangan kemampuan belajar terkait
penggunaan TIK sekaligus mendorong kemampuan
berpikir tingkat tinggi melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut;.
a. Menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang
memungkinkan dapat mengungkap pemikiran peserta
didik.
b. Menilai perkembangan kemampuan belajar peserta didik
terkait keterlibatannya dalam pembelajaran yang
mengintegrasikan TIK. Guru dapat memberikan bimbingan
apabila peserta didik kebingungan berhadapan dengan
kompleksitas informasi.
c. Memonitor belajar peserta didik atas dasar; (1) peserta
didik kurang efisien dan gagal untuk menemukan nilai
potensial TIK. (2) Berhadapan dengan informasi yang
banyak bisa menyebabkan peserta didik tergoda dari tugas
pembelajarannya.
d. Guru efektif mampu menyediakan tugas pembelajaran
menarik untuk mengamati kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran berbasis TIK.
e. Menyediakan umpan balik selama peserta didik terlibat
dalam proses pembelajaran dilandasi kesadaran umpan
balik akan berharga untuk mengembangkan efektivitas cara
belajar peserta didik.
f. Memiliki pra-konsepsi pemahaman konseptual penting
bagi perkembangan cara belajar berbasis TIK karena
memudahkan transfer pengalaman belajar
3. Guru efektif mengajarkan materi pelajaran secara
mendalam dengan banyak contoh dan memberikan fondasi
yang kuat akan pengetahuan faktual.
4. Guru efektif lebih fokus pengembangan keterampilan
metakognisi dan mengintegrasikan keterampilan
metakognisi dalam kurikulum untuk beragam bidang studi.
5. Guru efektif selain memahami materi (content) juga
menguasai beragam strategi pembelajaran yang
memudahkan peserta didik belajar. Guru efektif memiliki
tingkat melek TIK yang memadai
- Guru abad 21 memiliki karakteristik spesifik dibanding
dengan guru pada era sebelumnya. Karakteristik yang
dimaksud diantaranya:
1. Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi disertai
kualitas keimanan dan ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan
sosial dan budaya di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas
dan menjalankan profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik
dalam memandang berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang
tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
- Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesi maka terdapat lima faktor
yang harus senantiasa dipelihara, yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
2. Sikap memelihara citra profesi
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-
kesempatan profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita
profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi
- Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar seorang guru
terkelompok ke dalam guru yang profesional, yaitu;
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat
peserta didik
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang kuat
4. Sikap profesionalnya berkembang secara
berkesinambungan
5. Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
6. Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran
& pembelajaran)
7. Memahami perkembangan murid-murid dan
menyayangi mereka
8. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive
psychology)
9. Memiliki kemahiran konseling
b. Kompetensi Guru Abad 21
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta
didik dan pengelolaan pembelajaran mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai dengan
mengevaluasi.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhak mulia.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidian,
orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang
menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah
wawasan keilmuan
c. Kompetensi Guru Abad 21 yang memesona
1. Guru harus bisa menjadi teman belajar (co learner)
yang menyenangkan, pandai membuat analogi materi
yang sulit dengan padanan sehingga mudah dipahami.
2. Pandai membuat metafora atau perumpamaan sebagai
strategi sehingga peserta didik mudah menangkap
esensi dari suatu materi
3. Canggih. Guru memesona harus terlihat canggih
sehingga generasi z merasa ada sesuatu yang perlu
dipelajari dari gurunya dan terkagum-kagum.
4. Humoris namun tegas dan disiplin
5. Guru pandai berempati dan menyayangi peserta didik
6. Memiliki rasa kesepenuhhatian dan menyadari apa yang
dilakukan adalah panggilan jiwa.

a. Tugas Pokok Guru Abad 21


6. Profesi Guru dalam Pandangan Yuridis
7. Tugas Pokok Guru Berdasarkan Undang-
Undang
1. Merancang Pembelajaran dan
Pembimbingan
a) Pengkajian Kurikulum
b) Pengkajian Program Tahunan dan
Program Semester
c) Penyusunan Silabus
d) Pembuatan Rencana Pelakasanaan
Pembelajaran (RPP)
2. Melaksanakan Pembelajaran dan
Pembimbingan
a. Kegiatan Intrakurikuler
b. Kegiatan Kokurikuler
c. Kegiatan Ekstrakurikuler
3. Melaksanakan Penilaian
a. Pelaksanaan Penilaian
1) Mengukur pencapaian hasil
belajar setelah pembelajaran
berlangsung (assessment of
learning).
2) Penilaian proses
pembelajaran belajar saat
pembelajaran masih
berlangsung
3) Penilaian saat pembelajaran
berlangsung melibatkan
peserta didik seperti
menentukan kriteria, aspek
yang di nilai, instrumen
penilaian (assessment as
learning),
b. Prinsip Penilaian
1. Sahih, Instrumen mengukur
apa yang seharusnya diukur
2. Objektif, Gunakan pedoman
(agar tidak subjektif),
penilaian konsisten keajegan
(reliabilitas) jika melibatkan
lebih dari 1 penilai
(reliabilitas antar antar
penilai)
3. Adil, Tidak merugikan atau
menguntungkan peserta didik
karena semata-mata
perbedaan capaian
pembelajaran
4. Terpadu, Penilaian
kompetensi tidak boleh lepas
dari aktifitas pembelajaran
dalam mencapainya
5. Terbuka, Transparan dan
dapat diketahui oleh
siapapun
6. Menyeluruh dan
berkesinambungan, Penilaian
dilakukan dengan beragam
cara, sepanjang waktu, dan
focus kepada hasil, proses,
dan pengembangan
partisipasi peserta didik dan
keterampilan belajar
7. Sistematis, Penilaian
mengikuti langkah baku dari
analisis dan identifikasi KD
dan indikator sehingga
diperoleh bentuk, teknik dan
waktu penilaian yang tepat
8. Mengacu kriteria, Penentuan
tuntas dan tidaknya
dibandingkan dengan kriteria
yang ditetapkan (KKM)
9. Akuntabel, Penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya

8. Penyusunan KKM mempertimbangkan 3


aspek(a) karakteristik peserta didik, (b)
karakteristik mata pelajaran (kompleksitas),
dan kondisi satuan pendidikan (daya
dukung).
9. Langkah menghitung KKM adalah:
a. Hitunglah jumlah KD setiap mata
pelajaran setiap tingkat kelas dalam
satu tahun pelajaran.
b. Tentukan nilai aspek karakteristik
peserta didik (intake), karakteristik
mata pelajaran (kompleksitas
materi/kompetensi), dan kondisi
satuan pendidikan (daya dukung).
1) Karakteristik Peserta Didik
(Intake) memperhatikan ratarata
nilai rapor jenjang sebelumnya atau
semester sebelumnya, nilai ujian
sekolah jenjang sebelumnya, nilai
hasil seleksi masuk peserta didik
baru di jenjangnya.
2) Karakteristik Mata Pelajaran
(Kompleksitas). Karakteristik Mata
Pelajaran (kompleksitas) adalah
tingkat kesulitan dari setiap mata
pelajaran bisa ditentukan oleh guru
mata pelajaran melalui forum
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) tingkat sekolah,
memperhatikan hasil analisis jumlah
KD, kedalaman KD, keluasan KD,
dan perlu tidaknya pengetahuan
prasyarat.
3) Kondisi Satuan Pendidikan (Daya
Dukung) meliputi antara lain (a)
kompetensi pendidik (nilai UKG);
(b) jumlah peserta didik dalam satu
kelas; (c) predikat akreditasi
sekolah; dan (d) kelayakan sarana
prasarana sekolah.

c. Menentukan KKM setiap KD


d. Menentukan KKM setiap Mata
Pelajaran
e. Melaksanakan
Remedial/Pengayaan
f. Melaksanakan Tindak Lanjut

4. Membimbing, Mendidik dan


Melatih
a. Mendidik
Mendidik dari segi isi, mendidik
berkaitan dengan pembentukan
kesadaran moral dan kepribadian
b. Membimbing
Membimbing sangat erat dengan
norma dan tata tertib misalnya
memberikan perhatian dan
pendampingan saat siswa sedang
proses menghayati suatu nilai-
nilai
c. Melatih
Melatih dilihat dari isinya berupa
keterampilan atau kecakapan
hidup (life skills)
5. Melaksanakan Tugas Tambahan
Tugas tambahan yang melekat pada
tugas pokok sesuai dengan beban
kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf e meliputi:
a. Wakil kepala satuan pendidikan
atau wakil kepala sekolah
b. Ketua program keahlian satuan
pendidikan
c. Kepala perpustakaan satuan
pendidikan
d. Kepala laboratorium, bengkel,
atau unit produksi/ teaching factory
satuan pendidikan
e. Pembimbing khusus pada satuan
pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusif atau pendidikan
terpadu;
f. Menjadi wali kelas
g. Pembina Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS
h. Pembina ekstrakurikuler
i. Koordinator Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan
(PKB)/Penilaian Kinerja Guru
(PKG) atau koordinator Bursa Kerja
Khusus (BKK) pada SMK
j. Guru piket
k. Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi
Pihak Pertama (LSP-P1)
l. Penilai kinerja Guru
m. Pengurus organisasi/asosiasi
profesi Guru; dan/atau
n. Tutor pada pendidikan jarak jauh
pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. \

d. Fungsi Guru Berdasarkan


Undang-Undang
Pasal 40 Ayat (2) Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional, meliputi;
1. Memelihara dan
Memupuk Persatuan dan
Kesatuan
a) Membiasakan bersifat
teliti
b) Mengecek sumber
atau melakukan
verifikasi
2. Menjunjung tinggi
peraturan perundang-
undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan
etika
3. Menciptakan suasana
pendidikan yang
bermakna,
menyenangkan, kreatif,
dinamis dan dialogis
4. Memelihara komitmen
secara profesional untuk
meningkatkan mutu
pendidikan
5. Memberi teladan dan
menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang
diberikan kepadanya

a. Pengembangan
Profesi Berkelanjutan
Salah satu
kemampuan dan
tantangan guru abad
21 yang penting
adalah kemampuan
beradaptasi
(adaptability),
memahami disiplin
ilmu dari berbagai
konteks, dan peka
terhadap
perkembangan
kebutuhan peserta
didik dan masyarakat.
Guru harus memiliki
daya inovasi dan
kreatifitas yang tinggi
dalam
memformulasikan,
mengkonstruk,
menyusun,
memodifikasi dan
menyajikan informasi
agar mudah dipahami
sebagai suatu
pengetahuan
b. Guru sebagai
Profesional yang
Reflektif
Guru adalah pemikir
yang reflektif
(reflective thinker)
khususnya berkaitan
tugas pokok guru
yang sudah
dijalankan. Kegiatan
refleksi umumnya
melibatkan 3 elemen
yaitu; melihat
pengalaman
sebelumnya,
memahami atau
merasakan situasi
yang direfleksikan,
dan mengevaluasi
pengalaman tersebut.
Guru yang bertindak
reflektif bercirikan
aktif, tekun, penuh
pertimbangan,
menggunakan
pengetahuan (learn),
optimis, dan mampu
menyimpulkan.
Optimis mengandung
pengertian guru perlu
menghargai potensi
diri (pengalaman-
pengalaman sendiri)
dan meyakini pada
dasarnya setiap
manusia memiliki
potensi
mengembangkan
profesionalisme
dirinya
1. Membuat
Deskripsi
2. Cobalah
memahami dan
merasakan situasi
3. Mengevaluiasi
situasi
4. Analisis
5. Kesimpulan
6. Menyusun
Rencana Aksi
a. Guru sebagai
pembelajar
mandiri
b. Keterampilan
belajar
mandiri
c. Strategi Pengembangan
Profesi Guru Abad 21
1. Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan (PKB)
a) Pengembangan
Diri
b) Publikasi Ilmiah
(1) Publikasi
Ilmiah
(2) Publikasi Hasil
Penelitian dan
Gagasan
Inovatif
(3) Publikasi Buku
Teks Pelajaran,
Buku
Pengayaan,
Pedoman Guru,
dan Buku
Bidang
Pendidikan
c) Karya Inovatif
1) Menemukan
Teknologi
Tepat Guna
2) Menemukan/M
encipta Karya
Seni

2 Daftar materi yang 1. Karakteristik Pembelajaran Abad 21


sulit dipahami di 2. Model-model Pembelajaran Abad 21
modul ini 3. Strategi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
3 Daftar materi yang 1. Karakteristik Pembelajaran Abad 21
sering mengalami Model-model Pembelajaran Abad 21
miskonsepsi
MODUL 9

Judul Modul Pembelajaran Inovatif


Judul Kegiatan Belajar 1. Pembelajaran STEAM
(KB) 2. Pembelajaran berbasis Neurosains
3. Pembelajaran Digital
4. Pembelajaran “Blended Learning”
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep 1. Pembelajaran STEAM
(istilah dan definisi) a. Pengertian pembelajaran STEAM
di modul ini STEAM dikenal di Indonesia dengan Sciences
ebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Technology
sebagai ilmu teknologi, Engineering sebagai ilmu
teknik, Art sebagai ilmu seni, seperti seni musik,
seni lukis, dan seni kriya, serta Mathematics
sebagai ilmu matematika
Teknologi adalah inovasi-inovasi manusia yang
digunakan untuk memodifikasi alam agar
memenuhi kebutuhan manusia dalam bentuk
peranti keras maupun cara strategis
Teknik adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk
menyelesaikan permasalahan manusia
Seni adalah adalah segala sesuatu yang diciptakan
oleh manusia yang mengandung unsur keindahan
dan mampu membangkitkan perasaan dirinya
sendiri maupun orang lain
Matematika adalah ilmu tentang pola-pola dan
hubungan-hubungan yang menyediakan bahasa
bagi teknologi, IPA, dan teknik.
b. Tujuan Pembelajaran STEAM
pengajaran STEAM yang efektif untuk
menumbuhkan "keingintahuan, keterampilan
kognitif penalaran berbasis bukti, dan pemahaman
dan apresiasi dari proses penyelidikan ilmiah"
(Sahih, 2015). Pembelajaran STEAM dapat juga
memberikan efek bagi siswa untuk lebih berpikir
kritis, menghargai kearifan lokal, dan leluasa
melakukan eksplorasi (Indri, 2017; Farah, 2017;
Nailul, 2018).
Tujuan pembelajaran STEAM dapat mengasah
tingkat literasi STEAM pada peserta didik. Literasi
STEAM menjadi tujuan yang dapat dicapai oleh
peserta didik maupun pendidik. Bagi peserta didik,
literasi STEAM akan berguna dalam
perkembangan kehidupannya dan bagi pendidik
literasi STEAM bermanfaat menunjang kinerja
mendidik generasi yang kompetitif dan kolaboratif
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran STEAM
1) Prinsip pengetahuan dan motivasi Apa yang
dipelajari dan seberapa banyak yang dipelajari,
dipengaruhi oleh motivasi peserta didik.
Sedangkan motivasi dipengaruhi oleh kondisi
emosional, minat, maupun kebiasaan berpikir
peserta didik (Schunk, 2012).
2) Prinsip Keaktifan
Peserta didik melakukan kegiatan secara sadar
untuk mengubah suatu perilaku.
3) Prinsip keterlibatan langsung Pengetahuan
akan bermakna jika adanya upaya konstruksi
pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik
(Arassh, 2013).
4) Prinsip Pengulangan
Melalui coba (trial) dan gagal (eror) peserta
didik perlu melakukan pengulangan dalam
pembelajaran
5) Prinsip Tantangan
Suatu kondisi yang menantang seperti
mengandung masalah yang perlu dipecahkan,
peserta didik akan tertantang untuk
mempelajarinya (Arassh, 2013).
6) Prinsip balikan dan penguatan
Pemberian respon yang positif secara berulang
dapat memperkuat tindakan peserta didik
sedangkan pemberian respon negatif
memperlemah tindakan peserta didik.
7) Prinsip perbedaan individual
Proses belajar yang terjadi pada setiap individu
berbeda satu dengan yang lain seperti fisik,
maupun kapabilitas belajar (Schunk, 2012).
d. Pembelajaran STEAM menggunakan model
problem based learning
1) Langkah-langkah pembelajaran model problem
based learning
a) Fase 1, orientasi peserta didik kepada
masalaha
b) Fase 2, mengorganisasikan peserta didik
c) Fase 3, membimbing penyelidikan individu
dan kelompok
d) Fase 4, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
e) Fase 5, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
2) Sistem Sosial
Sistem sosial berarti suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran. Sistem sosial dari
Problem Based Learning bersifat kooperatif.
Artinya peserta didik bekerja sama dengan
teman dalam sebuah tim atau kelompok untuk
mendiskusikan masalah yang diberikan pada
saat pembelajaran
3) Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan bagaimana
seharusnya pendidik memandang,
memperlakukan dan merespon peserta didik.
Prinsip reaksi yang berkembang dalam
Problem Based Learning memosisikan
pendidik sebagai fasilitator dalam proses
peserta didik melakukan aktivitas pemecahan
masalah.
4) Sistem Penunjang
Sistem penunjang adalah segala sarana bahan
alat atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran
5) Dampak Instruksional dan Penyerta
Salah satu keberhasilan proses pembelajaran
adalah peserta didik merasa senang dimana
pendidik memampukan diri untuk
memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Dalam Problem
based Learning, pemahaman, transfer
pengetahuan, keterampilan berpikir kritis,
kemampuan memecahkan masalah dan
kemampuan komunikasi ini merupakan
dampak langsung dari pembelajaran.
e. Pembelajaran STEAM berpusat pada Proyek
Pembelajaran STEAM yang berpusat pada proyek
didasarkan pada masalah dunia nyata. Proyek-
proyek ini mengharuskan peserta didik untuk
meneliti, mengusulkan dan memilih solusi, dan
membuat desain. Setelah prototipe atau model
dibuat, peserta didik menguji dan
mempresentasikan temuan mereka, dan jika waktu
memungkinkan, mereka mendesain ulang proyek
dan melakukan perbaikan. Proyek-proyek ini harus
selaras dengan masalah atau kebutuhan lokal,
regional, atau global (Sesuatu yang dapat
dihubungkan dengan peserta didik).Secara garis
besar, pembelajaran STEAM berpusat proyek
dapat dilakukan menggunakan tahapan sebagai
berikut:
(1). Memilih salah satu topik yang memungkinkan
Anda menggabungkan seluruh 5 aspek STEAM;
(2). Menghubungkan topik dengan masalah di
dunia nyata;
(3). Mendefinisikan tantangan (apa tujuan
pembelajaran akan dicapai peserta didik);
(4). Memiliki solusi atas penelitian dan curah
pendapat peserta didik;
(5). Menjelaskan tantangan kepada peserta didik
(gunakan video untuk melibatkan peserta didik);
(6). Menggunakan rencana desain teknik
penyelesaian masalah;
(7). Membimbing peserta didik ketika mereka
memilih gagasan dan membuat prototype;
(8). Menguji prototype yang dihasilkan;
(9). Meminta peserta didik mengkomunikasikan
temuan mereka; (10). Mendesain ulang prototype
yang dihasilkan sehingga memperoleh prototype
sesuai yang diharapkan;

Berikut adalah beberapa contoh strategi


pembelajaran yang dapat Anda lakukan untuk
mengintegrasikan setiap komponen ke dalam
proyek STEAM yang Anda kembangkan:
• Sains: pemilihan masalah, eksperimen
(menggunakan Metode Ilmiah)
• Teknologi: meneliti (menggunakan perpustakaan
online, pencarian web), komunikasi (blogging,
konferensi video, mengirim email)
• Teknik: membangun atau meningkatkan desain /
model
• Seni: menulis, komunikasi, puisi, presentasi
video, membuat model
• Matematika: mengumpulkan data, menganalisis
hasil data, melakukan masalah geometri

f. Tantangan-tantangan pembelajaran STEAM


1. Perbedaan pendekatan/cara dalam menerapkan
pembelajaran STEAM
a. Pendekatan silo: karena diterapkan dengan
memisahkan tiap bidang studi STEAM,
memungkinkan adanya kurang ketertarikan
siswa terhadap salah satu bidang STEAM.
Misalnya perempuan kurang tertarik untuk
berpartisipasi dalam bidang teknik
dibandingkan laki-laki.

b. Fokus dari pendekatan silo ialah konten


materi agar peserta didik menguasai semua
materi. Hal ini dapat membatasi sejumlah
stimulasi lintas disiplin dan pemahaman
peserta didik.

c. Kelemahan dalam pendekatan tertanam


(embedded) adalah dapat mengakibatkan
pembelajaran terpotong-potong
2. Kurangnya Standar yang Jelas

3. Dianggap terlambat saat STEAM hanya


diterapkan pada pendidikan tingkat menengah
2. Pembelajaran Berbasis Neurosains
a. Pengertian Neurosains, Kapasitas dan Fungsi
Bagian Otak Manusia
Neurosains merupakan penelitian tentang
sistem saraf otak dan bagaimana otak berfikir
(Schneider, 2011). Berangkat dari kedua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
neurosains merupakan ilmu yang mempelajari
sistem syaraf otak dengan seluruh fungsinya,
seperti bagaimana proses berfikir terjadi dalam
otak manusia

Bagian pertama, batang otak merupakan


daerah otak yang berfungsi mengendalikan
pertahanan seseorang ketika mendapatkan
suatu ancaman, tekanan, kritikan, atau ketika
diliputi rasa takut

Bagian kedua, sistem limbik terletak di bagian


tengah atau inti dari otak. Sistem limbik terdiri
dari hipokampus, talamus, hipotalamus, dan
amigdala. Sistem limbik merupakan daerah
otak yang berfungsi mengendalikan emosi
seseorang.

Bagian ketiga, korteks merupakan daerah otak


yang berfungsi mengendalikan kemampuan
berfikir atau bernalar seseorang. Bagian otak
ini dikenal juga sebagai bagian “kerja sekolah”
atau “topi berfikir”. berfikir secara logis,
rasional dan analitis, melakukan perencanaan
dan pengorganisasian, mengembangkan
kemampuan berbicara dan berbahasa,
mengarahkan pengelihatan dan
pendengarannya, serta mengembangkan
kreatifitasnya
b. Cara Kerja Otak Kita Belajar
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Neurosains
1) Secara umum, memori jangka pendek otak kita
berada pada kondisi terbaik untuk menyimpan
informasi pada pagi hari dan paling tidak
efektif pada sore hari, sebaliknya memori
jangka panjang kita berada pada kondisi terbaik
untuk menyimpan informasi pada sore hari

2) Otak kita memiliki siklus bio-kognitif terkait


perhatian yang naik turun setiap 90 menit.
Dalam 24 jam otak kita memiliki siklus naik
turun perhatiannya sebanyak 16 kali
3) Pembelajaran akan lebih optimal, apabila
mampu mengembangkan kedua belahan otak
kanan dan kiri secara seimbang

4) Belahan otak kanan dan kiri kita mengalami


siklus efisiensi secara bergantian setiap
sembilan puluh sampai seratus menit, dari
spasial tinggi-verbal rendah-verbal tinggi-
spasial rendah

5) Pembelajaran mencapai hasil terbaik apabila


difokuskan pada pembahasan materi, dipecah
kegiatan lain seperti kerja kelompok, kemudian
difokuskan kembali pada pembahasan materi

6) Pembelajaran akan menarik perhatian otak, jika


memperhatikan perubahan gerakan, cahaya,
kekontrasan, dan warna.

7) Proses pembelajaran agar optimal perlu


memperhatikan beberapa faktor lingkungan

8) Proses pembelajaran akan lebih optimal jika


peserta didik memperoleh asupan gizi dan
nutrisi yang cukup, sehingga anak memiliki
hemoglobin dalam darah (HB) yang tinggi

9) Emosi memicu perubahan zat kimiawi dalam


tubuh yang dapat mengubah suasana hati dan
perilaku peserta didik
d. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Neurosains
(1) persiapan, (2) akuisisi, (3) elaborasi (koreksi
kesalahan & pendalaman), (4) formasi memori
(pembelajaran menggabungkan sandi), dan (5)
integrasi fungsional (penggunaan yang
diperluas). Dari kelima tahapan tersebut,
terdapat tiga tahap yang paling penting, yaitu
akuisisi, elaborasi, dan formasi.
3. Pembelajaran Digital
a. Konsep dan Prinsip Pembelajaran Digital
1) Pengertian Pembelajaran Digital
Pembelajaran digital pada hakekatnya adalah
pembelajaran yang melibatkan penggunaan alat
dan teknologi digital secara inovatif selama
proses belajar mengajar, dan sering juga
disebut sebagai Technology Enhanced
Learning (TEL) atau e-Learning.
2) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Digital
a. Personalisasi
b. Partisipasi Aktif Peserta Didik
c. Aksebilitasi
d. Penilaian
b. Pemanfaatan Pembelajaran Digital
1. Mengkaitkan pembelajaran digital ke
pembelajaran offline
2. Mempelajari aplikasi praktis dari sebuah
pengetahuan (sebuah materi), jika pengetahuan
tidak diterapkan secara praktis, maka
menjejalkan banyak teori dapat menjadi
membosankan dan tidak produktif
3. Mendapatkan umpan balik yang
berkesinambungan dan analisis kemajuan
4. Mengaktifkan keterlibatan sosial (social
engagement)
5. Belajar melalui pendekatan campuran (mix
approach)

Menurut Kenji Kitao (1998), minimal ada 3


potensi atau fungsi pembelajaran digital yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari,
1. Potensi Alat Komunikasi
2. Potensi Akses Informasi
3. Potensi Pendidikan dan Pembelajaran
c. Ragam Pembelajaran Digital
1. Mobile Learning (M-Learning)
a. technology-driven mobile learning
b. miniatur portable e-learning
c. Kelas belajar terhubung
d. informal, personalisasi, terkondisikan
mobile learning
e. Dukungan pelatihan ponsel
f. Remote Mobile Learning

2. Media Sosial (Social Media)


3. Pembelajaran Berbasis Permainan
(Game Based Learning)
4. Pembelajaran Elektronik Berbasis
“Awan” atau Cloud

4. Model Pembelajaran Blended Learning


a. Pengertian Pembelajaran Blended
Learning,
Blended learning dapat diartikan
sebagai campuran atau kombinasi dari
pola pembelajaran satu dengan yang
lainnya.
Ada tiga alasan utama mengapa guru
memilih untuk menggunakan model
pembelajaran blended learning,
diantaranya yaitu:
1. Meningkatkan kualitas belajar
peserta didik
2. Meningkatkan akses dan
fleksibilitas dalam pembelajaran
3. Meningkatkan efisiensi dalam
pembelajaran
b. Karakteristik Pembelajaran Blanded
Learning
1. Model Blanded Learning
2. Model Pembelajaran Blended
Learning
3. Guru dan orang tua memiliki peran
yang sama penting
c. Model-model pembelajaran Blended
Learning
1. Model Rotasi
(a). Model Kelas Station Rotation
(b). Model Kelas Lab/Whole Group
Rotation
(c). Model Kelas Flipped (Flipped
Clasroom)
(d). Model Rotasi Individu
(Individual Rotation).

2. Model Kelas Flex


3. Model Safe Blend
4. Model Enriched-Virtual
5. Memilih model kelas yang sesuai

d. Merancang Model Pembelajaran


„Blended Learning‟
1) Mengintegrasikan pembelajaran
online dengan pembelajaran tatap
muka.
2) Menyusun Aktifitas Pembelajaran
dengan model Blended Learning
Ada tiga komponen penting yang
harus diperhatikan dalam
merancang dan mengembangkan
aktifitas pembelajaran dengan
model blended learning,
diantaranya yaitu:
a. Standar Capaian dan Tujuan
Pembelajaran
b. Penilaian
c. Kegiatan Pembelajaran
3) Evaluasi Pembelajaran Model
Blended Learning
4) Program Aplikasi atau Platform
untuk Pembelajaran Model Blended
Learning
a. Web 2.0
b. Edmodo
c. Google Group
a) Gmail
b) Drive
c) Kalender
d) Dokumen, Spreadsheet,
Slide
e) Formulir
f) Jamboard
g) Sites
h) Hangout Meet
i) Group
j) Vault
2 Daftar materi yang 1. Pembelajaran STEAM
sulit dipahami di 2. Pembelajaran berbasis Neurosains
modul ini 3. Pembelajaran “Blended Learning”
3 Daftar materi yang 1. Pembelajaran STEAM
sering mengalami 2. Pembelajaran Berbasis Digital
miskonsepsi
MODUL 10

Judul Modul Perancangan Pembelajaran Inovatif


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Merancang Pembelajaran Inovatif
2. Merancang Pembelajaran STEAM
3. Merancang Pembelajaran Blended Learning
4. Merancang Pembelajaran Project Based
Learning
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan 1. Perancangan Pembelajaran Inovatif
definisi) di modul ini a. Pengertian Rancangan Pembelajaran
Inovatif
Adapun rancangan pembelajaran
inovatif dalam hal ini dimaknai sebagai
aktivitas persiapan pelaksanaan
pembelajaran yang menerapkan unsur-
unsur pembelajaran terbaru di abad 21
dan terintegrasi dalam komponen
maupun tahapan pembelajaran yang
akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
b. Karakteristik Rancangan Pembelajaran
Inovatif
1. Kolaborasi antara peserta didik dan
guru
2. Berorientasi HOTS
3. Mengintegrasikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (ICT)
4. Berorientasi pada keterampilan
belajar dan mengembangkan
keterampilan abad 21 (4C)
5. Mengembangkan keterampilan
literasi
6. Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK)
c. Penyusunan Rancangan Pembelajaran
Inovatif
1) Unsur-unsur pembelajaran inovatif
seperti TPACK, Neuroscience,
STEAM, PPK, termasuk keterampilan
abad 21-4C, literasi, dan HOTS, bisa
diintegrasikan atau diterapkan dalam
RPP pada komponen IPK, Rumusan
Tujuan, Aktivitas Pendahuluan, Inti,
Penutup Pembelajaran, dan atau
komponen Penilaian Pembelajaran.
2) Saudara harus memahami isi dan
susunan RPP yang Anda tulis sendiri
dengan memuat komponen dan
menerapkan prinsip-prinsip RPP sesuai
Permendikbud No.22 Tahun 2016.
3) Saudara boleh menyusun RPP dalam
kolom atau pun tidak karena tidak ada
format baku dalam menyusun RPP.
RPP juga bisa disusun
4) Disarankan bagi Saudara untuk
mengikuti langkah-langkah
penyusunan RPP berdasarkan Modul
Kurikulum 2013 dari Kemdikbud
sesuai alamat

Adapun teknis menyusun rancangan


pembelajaran inovatif sesuai abad 21
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Identitas sekolah, Kelas/ semester,


tema, sub tema, muatan terpadu
(kalau ada), pembelajaran, dan
alokasi waktu diisi dengan benar.
2. Kompetensi Inti
3. Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi
4. Tujuan Pembelajaran
5. Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK)
6. Materi Pembelajaran
7. Model, Pendekatan dan Metode
Pembelajaran
8. Media dan Bahan
9. Langkah-Langkah Pembelajaran
10. Penilaian
a). Teknik Penilaian
(1) Sikap Spritual dan Sosial
(2) Pengetahuan
(3) Keterampilan

11. Pembelajaran Remedial


12. Pembelajaran Pengayaan

2. Merancang Pembelajaran STEAM


a. Pengertian Rancangan Pembelajaran
Inovatif dengan Pendekatan STEAM
Apa itu rancangan pembelajaran
inovatif dengan pendekatan STEAM?
Yaitu, segala persiapan pelaksanaan
pembelajaran yang menerapkan unsur-
unsur pendekatan STEAM baik secara
tertanam (embedded) maupun
terintegrasi (integrated) dalam
komponen maupun tahapan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan
guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Langkah-langkah Perancangan
Pembelajaran Inovatif dengan
Pendekatan STEAM
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
2. Menganalisis Materi Pembelajaran
3. Menentukan Model dan Metode
yang cocok
4. Menentukan Media, Alat dan
Sumber Belajar
5. Menyusun Langkah-Langkah
Pembelajaran
6. Penilaian Pembelajaran
7. Menyusun Kegiatan Tindak Lanjut
a. Remedial
b. Pengayaan
3. Merancang Pembelajaran Blended
Learning
a. Perencanaan Pembelajaran Blended
Learning
1) Menentukan Model Pembelajaran
„Blended Learning‟
2) Menyusun RPP „Blended Learning‟
a. Kompetensi Dasar dan
Indikator Pencapaian
Kompetensi
b. Menentukan Metode Penilaian
dan kegiatan pembelajaran
“blended learning” untuk
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
c. Menganalisis kegiatan
pelaksanaan pembelajaran pada
RPP konvensional dan
menyusun Rencana Kegiatan
Pembelajaran “Blended
Learning”
3) Menyiapkan Bahan, Alat/Media,
dan Sumber Belajar Tatap Muka
dan Daring
b. Pemanfaatan teknologi untuk
pembelajaran daring (online)
1). Teknologi e-learning dengan
aplikasi cisco webex
(a). Cisco WebEx Meeting Center
(b). Cisco WebEx Meeting Center
(c). Cisco WebEx Event Center
(d). Cisco WebEx Support Center
(e). Cisco WebEx Connect.
(f). Cisco WebEx Mail

2). Teknologi online learning dengan


aplikasi SEVIMA EdLink
3). Teknologi e-learning dengan
aplikasi Google Classroom
4) Kelebihan dan Kekurangan Google
Classroom
5) Teknologi e-learning dengan
aplikasi Zoom Cloud Meeting
6). Teknologi e-learning dengan
aplikasi Edmodo
7). Teknologi e-learning dengan
aplikasi Moodle
8). Teknologi e-learning dengan
aplikasi Schoology

4. Merancang Pembelajaran Project Based


Learning
a. Pengertian dan Karakteristik
Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek intinya
meletakkan pebelajar sebagai subyek
belajar yang aktif, mendorong
munculnya inisiatif dan proses
eksplorasi, memberikan kesempatan
menerapkan apa yang dipelajari,
kesempatan untuk mempresentasikan
atau mengkomunikasikan dan
mengevaluasi kinerjanya.
b. Merancang Pembelajaran Berbasis
Proyek
a. Menuliskan K.I sesuai kelas yang
cocok
b. Menelaah KD
c. Menuliskan kembali identitas RPP
d. Menuliskan Indikator
c. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
b. Pengayaan

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Merancang Pembelajaran STEAM


di modul ini 2. Merancang Pembelajaran Blended
Learning

3 Daftar materi yang sering 1. Merancang Pembelajaran STEAM


mengalami miskonsepsi 2. Merancang Pembelajaran Blended
Learning

Anda mungkin juga menyukai