Anda di halaman 1dari 17

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 1 TATA BAHASA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Ejaan dan Tanda Baca
2. Kata dan Proses
Pembentukannya
3. Kalimat dan Proses
Pembentukannya
4. Kalimat Efektif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah 1. Dalam setiap bahasa ragam tulis, setiap
dan definisi) di modul ini bahasa memiliki aturan ejaan. Aturan dalam
ejaan terkait dengan kaidah cara
menggambarkan bunyi, seperti kata, kalimat,
frasa, dan sebagainya dalam bentuk tulisan
serta penggunaan tanda baca. Sejak tahun
1972, ejaan yang digunakan adalah Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD).
2. Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan
antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf
kapital, huruf miring, huruf cetak tebal,
gabungan kata, partikel, singkatan, akronim,
dan penulisan istilah
3. Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang
dapat berdiri sendiri dengan makna yang
bebas. Kata terdiri atas kata dasar dan kata
berimbuhan.
4. Pembentukan kata berimbuhan/ turunan
terjadi melalui proses morfologis. Terdapat
tiga proses morfologis yaitu proses afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan.
5. Kosakata adalah kumpulan beragam kata
dalam bahasa Indonesia
6. Berdasarkan deskripsi sintaksis, kata
dikategorisasi menjadi sembilan, yaitu: 1)
verba, 2) nomina, 3) adjektiva, 4) numeralia,
5) adverbia, 6) preposisi, 7) konjungsi, 8)
pronomina, dan 9) kata tugas.
7. Kata baku adalah kata yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
telah ditentukan
8. Kata tidak baku adalah kata yang digunakan
tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang ditentukan.
9. Fungtor dalam bahasa Indonesia meliputi
unsurunsur kalimat yaitu subjek, predikat,
objek, keterangan, dan pelengkap (S-P-O-
KPel.)
10. Frasa adalah gabungan dua atau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frasa sering disebut
pula gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi kalimat. Fungsi yang dimaksud
adalah subjek, predikat, objek, dan
keterangan.
11. Klausa merupakan satuan gramatikal berupa
kelompok kata yang sekurang kurangnya
terdiri atas subjek (S) dan predikat (P).
Klausa berpotensi menjadi kalimat.
12. Penggolongan klausa didasarkan pada 1)
Struktur intern, 2) Ada tidaknya kata
negative, dan 3) Kategori kata atau frasa
yang menduduki fungsi P.
13. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
memuat pikiran secara utuh.
14. Kalimat efektif merupakan ‘senjata’ dalam
kegiatan berbahasa, baik lisan maupun tulis.
Efektif artinya padat dan jelas, tidak bertele-
tele, dan langsung pada maksud yang
diinginkan.
15. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain sebagai
berikut. 1. Memiliki unsur pokok, minimal
tersusun atas subjek dan predikat. 2.
Menggunakan diksi yang tepat. 3.
Menggunakan kesepadanan antara struktur
bahasa dan jalan pikiran yang logis serta
sistematis. 4. Menggunakan tata aturan
ejaan yang berlaku. 5. Memperhatikan
penggunaan kata yaitu penghematan
penggunaan kata. 6. Menggunakan variasi
struktur kalimat. 7. Menggunakan
kesejajaran bentuk bahasa.
16. Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi yaitu kesepadanan,
kepararelan, kehematan kata, kecermatan,
ketegasan, kepaduan, dan kelogisan kalimat.
2 Daftar materi yang sulit 1. Kapan singkatan harus memakai titik?
dipahami di modul ini 2. Bagaimana pedoman penulisan atas nama
yang menggunakan tanda garis miring
3. Pemajemukan kata apakah sama dengan
frase?
4. Pemahaman terhadap kalimat majemuk
3 Daftar materi yang sering 1. Mengidentifikasi kata yang termasuk
mengalami miskonsepsi adverbia dan adjektiva
2. Perbedaan antara kalimat padu dan kalimat
efektif
3. Kaidah penggunaan tanda titik pada
singkatan, akronim, dan penulisan gelar
4. Kelaziman perincian yang biasanya tidak
memakai tanda baca, justru terkadang
memakai titiik
Judul Modul MODUL 2 SEMANTIK DAN
WACANA
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan Bentuk dan Makna
2. Eufimisme
3. Wacana
4. Pragmatik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah 1. Objek kajian semantik adalah makna,
dan definisi) di modul ini Bentuk-bentuk kebahasaaan akan
berhubungan dengan makna yang
dimilikinya
2. Bentuk kebahasaan berhubungan dengan
konsep dalam pikiran manusia yang dikenal
dengan istilah makna.
3. Makna leksikal dapat diartikan sebagai
makna yang bersifat leksikon, leksem, dan
kata. Makna leksikal adalah makna
sesungguhnya mengenai gambaran yang
nyata tentang konsep yang dilambangkan.
4. Makna gramatikal muncul karena adanya
proses gramatikal. Makna ini terjadi karena
adanya hubungan antarunsur bahasa dalam
satuan yang lebih besar, misalnya kata
turunan, frasa, atau klausa.
5. Makna referensial berkaitan langsung dengan
sumber yang menjadi acuan. Makna ini
mempunyai hubungan dengan makna yang
telah disepakati bersama.
6. Relasi bentuk dan makna ini dapat berkaitan
dengan kesamaan makna (sinonim),
kebalikan makna (antonim), perbedaan
makna 23 (homonim), kegandaan makna
(polisemi atau ambiguitas), ketercakupan
makna (hiponim), dan kelebihan makna
(rudundansi).
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
makna adalah sebagai berikut: 1) faktor
kebahasaan, 2) faktor kesejarahaan, 3) faktor
sosial, 4) faktor psikologis, 5) pengaruh
bahasa asing, dan 5) kebutuhan kosakata
baru.
8. Jenis-jenis perubahan makna, yaitu: 1)
perluasan makna, 2) penyempitan makna, 3)
peninggian makna, 4) penurunan makna, 5)
pertukaran makna, dan 6) metafora.
9. Konsep eufimisme mengacu pada
penggantian suatu bentuk yang bernilai rasa
kasar dengan bentuk yang dirasa lebih halus
dan sopan. Referen eufimisme adalah sebagai
berikut: 1) nama binatang, 2) nama benda, 3)
organ vital manusia, 4) peristiwa, 5) keadaan,
6) profesi, 7) penyakit, 8) aktivitas. Manfaat
eufimisme, yaitu 1) menghaluskan tuturan,
2) sarana pendidikan, 3) alat berdiplomasi, 4)
merahasiakan sesuatu, 5) penolakan bahaya.
10. Disfemisme berhubungan dengan
pengasaran, tuturan yang dapat menyakitkan
mitra tutur. Pengasaran ini terjadi ketika
seorang penutur berada dalam situasi yang
50 tidak ramah atau situasi yang tidak
diinginkan.
11. Agar menjadi wacana yang baik, aspek kohesi
dan koherensi harus diperhatikan.
12. Hubungan kohesif dalam wacana ditandai
dengan penggunaan piranti formal, yaitu
piranti kohesi. Piranti tersebut antara lain
piranti leksikal dan piranti gramatikal.
Piranti leksikal terdiri dari reiterasi dan
kolokasi, sedangkan piranti gramatikal terdiri
dari referensi, substitusi, konjungsi, dan
elipsis.
13. Koherensi terwujud ketika terjadi pertalian
antarkata, klausa, atau kalimat dalam
sebuah teks. Proposisi-proposisi dapat
membentuk wacana yang koheren dengan
memanfaatkan piranti kohesi.
14. Kajian pragmatik berkaitan erat dengan
fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat
komunikasi.
15. Terdapat empat aturan percakapan atau
empat maksim yang secara umum dipandang
sebagai prinsip atau dasar kerja sama, yaitu
1) maksim kuantitas berkaitan dengan
informasi yang diberikan harus sesuai
dengan yang dibutuhkan, 2) maksim kualitas
berkaitan dengan informasi yang diberikan
harus benar atau sesuai fakta, 3) maksim
relevansi berkaitan dengan informasi yang
diberikan memiliki hubungan atau relevansi
dengan topik, dan 4) maksim cara berkaitan
dengan informasi yang diberikan mudah
dimengerti.
2 Daftar materi yang sulit 1. Penggolongan makna menjadi literal, leksikal,
dipahami di modul ini referensial, dan denotatif apa pembedanya?
2. Penggolongan makna konotatif dan figuratif
apakah ada pembedanya? Ataukah sama?
3. Apakah hierarkial adalah antonim?
4. Faktor sejarah pada perubahan makna
sebenarnya juga dipengaruhi faktor sosial,
apakah keduanya sama dan terikat?
5. Bagaimana membedakan kohesi dan
koherensi pada ranah semantis?
6. Bagaimana membedakan kohesi referensi dan
subtitusi?
7. Halaman 71, koherensi tidak memerlukan
pemarkah kohesi, apakah benar demikian?
3 Daftar materi yang sering 1. Pembeda makna leksikal sama dengan
mengalami miskonsepsi makna denotatif dan makna referensial?
2. Sinonim dipahami hanya persamaan makna
pada sebuah kata, padahal bukan hanya
kata, namun dapat juga morfem, frasa, dan
kalimat
3. Permasalahan dalam mengidentifikasi
antonim seringkali terjadi kerancuan, misal
hitam dan putih apakah berantonim? Lalu
bagaimana dengan merah dan hijau? Apakah
pagi dan sore berantonim? Gunung dan laut
antonim?
4. Membedakan hubungan kata termasuk
homonim atau konotatif/figuratif seringkali
terjadi kerancuan, atau bahkan bisa jadi
termasuk polisemi
5. Seringkali terjadi kerancuan saat
membedakan asosiasi dengan metafora
6. Maksim cara yang masih rancu dengan
maksim kuantitas
7. Terjadi kontradiksi antara maksim kuantitas
pada prinsip kerja sama dengan maksim
kearifan pada prinsip kesantunan tentang
kelugasan.

Judul Modul MODUL 3 KESASTRAAN


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Genre Puisi dalam
Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
2. Genre Prosa dalam
Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
3. Genre Drama dalam
Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
4. Perangkat Pembelajaran
Sastra Kurikulum 2013
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah 1. Genre puisi meliputi
dan definisi) di modul ini a. Hakikat Puisi
b. Puisi Rakyat
c. Unsur Pembangun Puisi
d. Unsur Fisik Puisi
e. Unsur Batin Puisi
f. Menulis Puisi dengan Memperhatikan
Unsur Pembangun
g. Mendemonstrasikan Puisi
2. Genre prosa meliputi
a. Hakikat Prosa Fiksi
b. Unsur Pembangun Prosa Fiksi
c. Jenis Fiksi dalam Kurikulum 2013
1) Fabel
2) Legenda Setempat
3) Cerita Rakyat (Hikayat)
4) Anekdot
5) Cerpen, Novelet, dan Novel
6) Cerita Fantasi
7) Cerita atau Novel Sejarah
8) Menulis Prosa Fiksi
3. Genre drama meliputi
a. Hakikat Drama
b. Unsur Drama
c. Unsur Pementasan Drama
d. Jenis Drama
e. Drama Tradisional
f. Drama Modern
g. Apresiasi Drama
4. Perangkat Pembelajaran Sastra
Kurikulum 2013
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
b. Menentukan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK)
c. Menentukan Tujuan Pembelajaran
d. Menyusun Materi Pembelajaran
Sastra
e. Menentukan Media/Alat
Pembelajaran dan Sumber Belajar
f. Menyusun Langkah Kegiatan
Pembelajaran
g. Mengembangkan Lembar Kerja
Peserta Didik
h. Menyusun Penilaian Pembelajaran
2 Daftar materi yang sulit 1. Apa pentingnya mempelajari syair?
dipahami di modul ini 2. Apa relevansi pembelajaran puisi
dengan konteks kekinian?
3. Bagaimana mengajar sastra pada
anak yang tidak gemar sastra?
4. Konsistensi tokoh pada saat proses
mencipta sebuah prosa fiksi dimana
dimensi fisiologis, psikologis,
sosiologis harus diperhatikan

3 Daftar materi yang sering 1. Sajak seringkali hanya dipahami


mengalami miskonsepsi sebagai perulangan bunyi akhir
2. Citraan perasaan seringkali muncul di
dalam soal dan pembahasan materi
3. Apakah ada latar suasana? Seringkali
suasana terdistraksi oleh konflik
batin tokoh yg sedang menjadi fokus
cerita
4. Apakah cerpen harus bertema
realitas, bolehkah cerpen
menggunakan cerita fantasi? Lalu
apakah bisa fabel dan cerita fantasi
dikategorikan sbg cerpen, melihat
pendeknya naskah keduanya
Judul Modul MODUL 4 KETERAMPILAN
BERBAHASA RESEPTIF
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Dasar dan Prinsip
Keterampilan Menyimak
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Keterampilan Menyimak
3. Dasar dan Prinsip
Keterampilan Membaca
4. Pembelajaran Keterampilan
Membaca di sekolah

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Daftar peta konsep (istilah 1. Proses Menyimak
dan definisi) di modul ini a. Fase persepsi (Perception)
b. Fase segmentasi (Parsing)
c. Fase pemanfaatan (Utilisation)
2. Jenis – jenis menyimak
a. Menyimak diskriminatif
(discriminative)
b. Menyimak komprehensif
(comprehensive)
c. Menyimak terapeutik (therapeutic)
d. Menyimak kritis (critical)
e. Menyimak apresiatif (apreciative)
3. Strategi dan teknik menyimak
a. Strategi kognitif (cognitive)
1) Pembuatan catatan (note taking)
2) Pengambaran (imager)
3) Kata kunci (keyword)
4) Elaborasi (elaboration)
5) Transfer
b. Strategi metakognitif (metacognitive)
1) Pengaturan andal (advance
organizers)
2) Perhatian langsung
3) Perhatian terpilih
4) Pengelola yang mandiri
5) Perencanaan fungsional
6) Monitoring secara mandiri
7) Menunda produksi
8) Evaluasi mandiri
c. Strategi sosial – afektif (social –
affective)
4. Strategi pembelajaran menyimak
dalam kurikulum 2013
a. Perencanaan
1) Pemetaan KD (Kompetensi Dasar),
indikator, dan tujuan
2) Persiapan perangkat pembelajaran
yang diperlukan
b. Implementasi
1) Tahap pramenyimak
2) Menyimak
3) Pascamenyimak
c. Evaluasi
5. Membaca
a. Membaca nyaring
b. Membaca dalam hati
1) Membaca ekstensif
2) Membaca intensif
6. Jenis membaca dalam pembelajaran
keterampilan membaca di sekolah
a. Membaca cepat
b. Membaca pemahaman
c. Membaca kritis
7. Metode dan strategi membaca
a. DRTA (Directed reading – thinking
activity)
b. Strategi K – W – L (Know, Want to
Know, Learned)
c. Strategi 3H (Here, Hidden, In my
Head)
d. Strategi PQRS
2 Daftar materi yang sulit 1. Bagaimana membedakan
dipahami di modul ini menyimak persepsi dengan
segmentasi?
2. Bagaimana roses pengaplikasian
kemampuan menyimak kritis dan
apresiatif?
3. Bagaiamana proses pengaplikasian
proses menyimak secara
metakognitif?
4. Bagaiamana proses pengaplikasian
proses menyimak secara sosio-
afektif?
5. Bagaimana mengaplikasikan
metode pembelajaran (saintifik,
Problem Based Learning, Project
Based Learning) pada kemampuan
membaca, apakah dapat
dipadukan dengan staregi
pembelajaran membaca semisal
KWL, DRTA, atau 3H?
3 Daftar materi yang sering 1. Kategori MOTS seperti apa?
mengalami miskonsepsi 2. Lisan seringkali diindentifikasikan
dengan kompetensi menyimak,
padahal bergantung pada
indikator yang diukur
3. Identifikasi proses kegiatan belajar
yang dapat dilakukan pada fase
premenyimak
4. Sulitnya membedakan antara
faktor teknik dan metode baca
dengan faktor fleksibilitas
membaca sebagai sebuah faktor
yang memengaruhi pembaca
5. Membedakan antara metode
pembelajaran dan strategi
pembelajaran bahasa
6. Bagaimana penilaian otentik
dilakukan di dalam PJJ?
7. Penyesuaian sintak metode
pembelajaran dan alur strategi
pembelajaran apa harus sesuai?

Judul Modul MODUL 5 Keterampilan


Berbahasa Produktif
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterampilan berbicara
2. Pemelajaran keteramilan
berbicara
3. Keterampilan menulis
4. Pembelajaran keterampilan
menulis
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah 1. Hakikat keterampilan berbicara
dan definisi) di modul ini a. Divergen thingking
2. Audience
3. Public speaking
4. Faktor kebahasaan
a. Ketepatan ucapan (tata bunyi)
b. Penempatan tekanan, nada, sendi,
durasi
c. Pilihan kata (diksi)
5. Kalimat efektif
6. Mimik
7. Relevansi/penalaran
8. Gesture
9. Strategi berbicara
a. Impromptu (spontan)
b. Hafalan
c. Naskah
d. Ekstemporan (tanpa teks)
10. Ragam keterampilan berbicara
a. Berbicara retorika
b. Berbicara dialektika
11. Jenis keterampilan berbicara
retorika
a. Pidato
b. Ceramah
c. Bercerita
d. Deklamasi
12. Jenis keterampilan berbicara
dialektika
a. Diskusi
b. Seminar
c. Wawancara
d. Percakapan (talkshow)
e. Debat
13. Metode pembelajaran keterampilan
berbicara
a. Pendekatan saintifik
b. Metode two stay two stray
c. Metode bermain peran (role playing)
d. Media kartu bergambar (Flash card)
14. Implementasi keterampilan
berbicara dalam pembelajaran
a. Silabus
b. RPP
15. Konsep dasar menulis
16. Ragam dan faktor – faktor
pendukung menulis
a. Esai
b. Makalah
c. Artikel
d. Proposal
e. Laporan
17. Ragam karya tulis faktual
a. Teks deskripsi
b. Teks narasi
c. Teks eksposisi
d. Teks eksplanasi
e. Teks prosedur
18. Syarat memahami keefektifan
kalimat
a. Kesatuan kalimat
b. Kepaduan kalimat (koherensi)
c. Kesejajaran atau keparalelan
d. Ketepatan
e. Kelogisan
19. Paragraf efektif
20. Syarat sebuah paragraf
a. Kalimat pokok
b. Kalimat penjelas
21. Pendekatan proses menulis
a. Pramenulis
b. Kegiatan menulis
c. Pasca menulis
22. Model pembelajaran menulis
a. Syntax
b. Social system
c. Principles of reaction
d. Support system
e. Instructional dan nurturant effects
23. Model pembelajaran yang
direkomendasikan kemendikbud sesuai
kurikulum 13
a. Model pembelajaran saintifik
b. Model pembelajaran Problem based
learning
c. Model pembelajaran Project based
learning
d. Model pembelajaran Discovery
learning/inquiry
e. Strategi Cooperative intergrated
reading and composition (CIRC)
f. Strategi Think pair and share (TPS)
2 Daftar materi yang sulit 1. Apakah kata berona dan figuratif tepat
dipahami di modul ini untuk dipergunakan dalam forum resmi?
2. Apakah untuk menjadi pembicara yang
baik dapat sepenuhnya dilatih atau
harus memiliki bakat?
3. Bagaimana penyelesaian masalah dalam
pembelajaran dari faktor internal dan
eksternal?
4. Ragam berbicara dialektika dalam
menungkan ide dari ranah tesis, sintesis,
antitesis?
5. Adakah pedoman tertentu mengenai jenis
debat?

3 Daftar materi yang sering 1. Ilmu retorika terus berkembang, teknis


mengalami miskonsepsi yang dipakai dapat berubah
menyesuaikan zaman, penggunaan
bahasa tak baku dalam pidato sangat
mungkin dilakukan, misalnya.
Bagaimanakah posisi guru bahasa
menyikapi perubahan ini?
2. Apakah metode dan model pembelajaran
sama? Misal metode saintifik dengan
model two stay two stray?
3. Bagaimana membedakan penilaian pada
aspek pengetahuan, penguasaan
kosakata, ketelitian, dan kelancaran
pada penilaian kompetensi berbicara?
Padahal kemunculan keempatnya
nampak dari kelancaran berbicara dari
peserta didik.
4. Esai yang termasuk ragam tulis karya
ilmiah apakah harus tetap mematuhi
ragam bahasa baku, padahal esai lebih
condong pada pengungkapan gagasan
pribadi?
5. Apakah batasan pembeda antara
makalah dan artikel jika keduanya
merupakan bentuk hasil pemikiran dan
penelitian yang disajikan secara
sistematis?
6. Seringkali terjadi tumpang tindih antara
model, strategi, dan metode baik dari segi
definisi maupun penggunaannya.
Misalnya, apakah saintifik, PBL, discovey
learning, inquiri merupakan metode atau
model? Apakah two stay two stray, role
playing, KWL, jigsaw, dan sebagainya
termasuk strategi atau model?
Kerancuan penyebutan ini tidak hanya
terjadi di kalangan pengajar, tapi juga
dalam naskah-naskah akademis.

Judul Modul MODUL 6 Genre teks dalam


bahasa indonesia
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterampilan berbicara
2. Pemelajaran keteramilan
berbicara
3. Keterampilan menulis
4. Pembelajaran keterampilan
menulis
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah 1. Hakikat teks berbasis genre
dan definisi) di modul ini a. Ideologi
b. Narratives
c. Recount
d. Information reports
e. Instruction
f. Explanation
g. Expository teks
2. Siklus belajar mengajar menggunakan
pendekatan genre
a. Modelling a text
b. Join construction of a text
c. Independent construction of text
3. Jenis teks berbasis genre dalam
kurikulum
a. Menggambarkan (describing)
b. Menjelaskan (explaining)
c. Memerintah (instructing)
d. Berargumen (arguing)
e. Menceritakan (narrating)
4. Jenis teks yang diberikan pada kedua
jenjang yaitu SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK
a. Teks laporan hasil observasi
b. Teks eksposisi
1) Teks eksposisi definisi
2) Teks eksposisi proses
3) Teks eksposisi ilustrasi
4) Teks eksposisi laporan
5) Teks eksposisi perbandingan
6) Teks eksposisi pertentangan
c. Teks prosedur
1) Teks prosedur sederhana
2) Teks prosedur kompleks
3) Teks prosedur protokol
d. Teks eksplanasi
e. Cerpen
1) Berdasarkan panjang pendek
cerita
 Cerpen sangat pendek atau
cerpen mini
 Cerpen dengan panjang sedang
atau cerpen contoh bentuk
 Cerpen panjang biasa
2) Berdasarkan banyaknya kata
3) Berdasarkan tema dan isi
 Cerpen anak
 Cerpen remaja
 Cerpen keluarga
f. Puisi
g. Drama
1) Unsur – unsur drama
 Alur
 Amanat
 Tokoh
 Penokohan
 Tema
 Dialog
 Latar
 Bahasa
5. Tokoh
a. Tokoh utama (berdasarkan peran)
b. Tokoh pembantu (berdasarkan peran)
c. Tokoh berkembang (berdasarkan
perwatakan)
d. Tokoh statis (berdasarkan
perwatakan)
e. Tokoh serbabisa (berdasarkan
perwatakan)
6. Elemen dalam dialog
a. Tokoh
b. Wawancang
c. Kramagurg
7. Teks fiksi dalam kurikulum 2013
tingkat SMP/MTs
a. Cerita imaginasi/fantasi
b. Puisi rakyat
c. Fabel
d. Puisi
e. Drama
f. Cerpen
g. Cerita inspirasi
8. Struktur teks cerita imaginasi/fantasi
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
9. Struktur pembangun fabel
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
d. Koda
10. Unsur kebahasaan teks fabel
a. Kata kerja (verb)
d. Kata kerja aktif transitif
e. Kata kerja aktif intransitif
f. Kata sandang si dan sang
g. Keterangan tempat dan waktu
h. Konjungsi
11. Strktur fisik puisi
a. Tipografi
b. Diksi
c. Imaji
d. Kata konkret
e. Gaya bahasa
f. Irama/rima
g. Tema
h. Nada
i. Amanat
12. Unsur kebahasaan cerpen
a. Ragam bahasa sehar-hari atau tidak
resmi
b. Kosakata
c. Majas (gaya bahasa)
d. Kalimat deskriptif
13. Teks fiksi dalam kurikulum 2013
tingkat SMA/MA/SMK
a. Teks ankedot
1) Struktur teks anekdot
 Bagian abstraksi
 Bagian orientasi
 Bagian event
 Bagian krisis
 Bagian reaksi
 Bagian koda
b. Teks hikayat
c. Novel
14. Genre teks nonfiksi dalam
kurikulum 2013 tingkat SMP/MTs
a. Teks deskripsi
1) Struktur teks deskripsi
 Identifikasi
 Klasifikasi
 Deskripsi bagian
 Penutup
2) Kaidah kebahasaan teks deskripsi
 Kata benda
 Frasa mengandung kata benda
 Kata sifat
 Kata kerja transitif
 Kata argumen
 Kata keterangan
 Bahasa kiasan
b. Teks prosedur
1) Bagian teks prosedur
 Tujuan
 Material
 Langkah-langkah
2) Kaidah kebahasaan teks prosedur
 Konjungsi temporal
 Kata kerja imperatif
 Verba material dan tingkah
laku
c. Teks laporan hasil obervasi
1) Struktur teks laporan hasil
observasi
 Definisi umum
 Definisi bagian
 Definisi manfaat
 Penutup
2) Kaidah kebahasaan teks laporan
hasil observasi
 Frasa nomina
 Verba relasional
 Verba aktif alam
 Kata penghubung
 Paragraf dengan kalimat utama
 Kata keilmuan atau teknis
d. Teks berita
1) Struktur teks berita piramida
terbalik
 Lead/prioritas utama penting
 Neck/sangat penting
 Body/penting
 Body lanjutan/kurang penting
2) Kaidah kebahasaan teks berita
 Verba transitif
 Verba pewarta
 Adverbia atau kata keterangan
 Konjungsi temporal
 Kalimat langsung
 Kalimat tidak langsung
e. Teks eksposisi
1) Struktur teks eksposisi
 Judul
 Pernyataan umum atau tesis
 Argumentasi atau alasan
 Penegasan ulang pendapat
(simpulan)
2) Kaidah kebahasaan teks eksposisi
 Pronomina
 Nomina dan verba
 Konjungsi
f. Teks eksplanasi
1) Struktur teks eksplanasi
 Pernyataan umum
(pembukaan)
 Deretan penjelas (isi)
 Interpretasi/penutup (opsional)
2) Kaidah kebahasaan teks eksposisi
 Fokus pada hal umum
“generic”
 Menggnakan istilah ilmiah
 Menggunakan kata kerja
material dan relasional
 Konjungsi waktu dan kausul
 Kalimat pasif
g. Teks pidato persuasif
15. Genre teks nonfiksi dalam
kurikulum 2013 tingkat SMA/MA/SMK
a. Teks negosiasi
1) Struktur reyorik teks negosiasi
 Negosiator
 Pembuka
 Isi
 penutup
2) Struktur kompleks teks negosiasi
 Orientasi
 Permintaan
 Pemenuhan
 Penawaran
 Persetujuan
 Pembelian
 Penutup
3) Kaidah kebahasaan teks negosiasi
 Bahasa yang santun
 Ungkapan persuasif
 Pasangan tuturan
 Kalimat kesepakatan
 Kalimat perintah
 Kalimat argumen atau
pendapat
b. Resensi
1) Jenis resensi
 Resensi informatif
 Resensi deskriptif
 Resensi kritis
2) Struktur teks resensi
 Identitas
 Orientasi
 Sinopsis
 Analisis
 Evaluasi
c. Teks editorial
1) Struktur teks editor
 Pernyataan pendapat
 Argumentasi
 Penegasan ulang pendapat
(simpulan)
2) Kaidah kebahasaan teks eksposisi
 Adverbia
 Konjungsi
 Verba material
 Verba rasional
 Verba mental
2 Daftar materi yang sulit 1. Pembagian unsur puisi yang dipakai
dipahami di modul ini di pembelajaran menggunakan
struktur batin/fisik atau
ekstrinsik/intrinsik?
2. Struktur dalam cerpen di modul dan
buku teks siswa berbeda?
3. Melihat fenomena penggunaan
bahasa tidak baku di media masa
kekinian di sosial media, apakah
dalam pembelajaran bahasa berbasis
teks harus menggunakan bahasa
baku?

3 Daftar materi yang sering 1. Apakah teks eksposisi proses sama


mengalami miskonsepsi dengan teks prosedur?
2. Dimana letak perbedaan teks
observasi dan teks eksposisi?

Anda mungkin juga menyukai