Anda di halaman 1dari 9

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul 1.Tata Bahsa


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1.Ejaan dan Tanda Baca
2.Kata dan Proses Pembentukannya
3.Kalimat dan Proses Pembentukannya
4.Kalimat Eferktif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah dan KB 1: Ejaan dan Tanda Baca
definisi) di modul ini 1. Ejaan: penggambaran bunyi bahasa dalam
tulisan serta penggunaan tanda baca.
2. Signifie: yang ditandakan. Yang
ditandakan adalah aspek mental dalam
kajian bahasa, yaitu apa yang ada di dalam
pikiran manusia setelah melihat penanda
3. Signifiant: dalam bahasa Indonesia artinya
penanda. Penanda adalah objek material
dalam kajian linguistik, yaitu apa yang
dibunyikan dan didengar, atau apa yang
ditulis dan dibaca.
4. Huruf kapital: huruf yang berukuran dan
berbentuk khusus (lebih besar daripada
huruf biasa) biasanya digunakn sebagai
huruf pertama dalam kalimat
5. Huruf miring: huruf yang letaknya
miring, tetapi tidak memnyerupai tulisan
tangan seperti pada kursif
6. Tanda baca: simbol yang berperan untuk
menunjukkan struktur dan organisasi
suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda
yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
7. Arbitrer: dapat diartikan “berubah-ubah,
tidak tetap, mana suka‟. Arbitrer adalah
tidak adanya hubungan langsung yang
bersifat wajib antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dengan kata lain,
hubungan antara bahasa dan wujud
bendanya hanya didasarkan pada
kesepakatan antara penurut bahasa di
dalam masyarakat bahasa yang
bersangkutan.
8. Lema: kata atau frasa masukan dalam
kamus di luar definisi yang diberikan
dalam entri atau daftar kata. Dengan kata
lain lema merupakan bentuk dasar atau
kata dasar dalam kamus.
9. Sublema: bentuk derivasi lema yang
merupakan kata turunan, kata ulang, dan
gabungan kata.
10. Polisemi: bentuk bahasa (kata, frasa, dan
sebagainya) yang memiliki makna lebih
dari satu.
11. Diakritik: tanda baca tambahan pada
huruf yang sedikit banyak mengubah nilai
fonetis huruf tersebut.

KB 2 Kata dan Proses Pembentukannya


1. Kata: satuan bahasa terkecil yang dapat
berdiri sendiri dengan makna yang bebas.
2. Proses Morfologi: pembentukan kata
berimbuhan/ turunan.
3. Afiksasi: adalah proses yang mengubah
leksem menjadi kata kompleks.
4. Prefiks: yaitu imbuhan yang ditambahkan
pada bagian awal bentuk kata dasar
(awalan).
5. Infiks: yaitu sisipan yang ditambahkan
pada bagian tengah bentuk kata dasar.
6. Sufiks: yaitu imbuhan yang ditambahkan
pada akhir bentuk kata dasar.
7. Konfiks: yaitu imbuhan yang ditambahkan
pada awal dan akhir bentuk kata dasar.
8. Reduplikasi: yaitu proses pembentukan
kata dengan mengulang satuan bahasa baik
secara keseluruhan maupun sebagian
9. Kata Ulang Utuh/dwilingga: adalah
pengulangan seluruh bentuk dasar.
10. Kata Ulang Dwipurwa: adalah
pengulangan sebagian atau seluruh suku
awal sebuah kata.
11. Kata Ulang Fonologis: adalah pengulangan
unsur fonologis, seperti fonem, suku kata,
atau bagian kata yang tidak ditandai oleh
perubahan makna.
12. Kata Ulang Idiomatis: adalah reduplikasi
yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari
bentuk yang diulang.
13. Pemajemukan: adalah penggabungan dua
kata atau lebih dalam membentuk kata.
14. Kata Verba: merupakan kata yang
menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, proses atau keadaan (kata kerja).
15. Verba Asal: merupakan verba yang dapat
berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks
sintaksis.
16. Verba Turunan: adalah verba yang harus
atau dapat memakai afiks
17. Nomina: sering disebut kata benda.
18. Adjektiva: adalah kata yang berfungsi
memberikan keterangan khusus untuk
nomina dalam kalimat (kata sifat).
19. Adjektiva: Predikatif adalah adjektiva
yang dapat menempati posisi predikat
dalam klausa.
20. Adjektiva: Atribut yaitu adjektiva yang
mendampingi nomina dalam frase
nominal.
21. Adverbia: atau kata keterangan merupakan
kata yang menjelaskan verba, adjektiva,
atau adverbia lain
22. Adverbia Kualitatif :yaitu menggambarkan
makna yang berhubungan dengan tingkat,
derajat, atau mutu
23. Adverbia Kuantitatif: yaitu
menggambarkan makna yang berhubungan
dengan jumlah.
24. Adverbia Limitatif: yaitu kata keterangan
yang maknanya berhubungan dengan
pembatasan.
25. Adverbia Frekuentati: yaitu kata yang
maknanya berhubungan dengan tingkat
kekerapan terjadinya sesuatu.
26. Adverbia Waktu: kata yang maknanya
berhubungan dengan waktu terjadinya
peristiwa.
27. Preposisi:merupakan kata penunjuk arah
atau tempat.
28. Konjungsi: merupakan kategori yang
berfungsi untuk meluaskan satuan yang
lain dalam konstruksi hipotasis, dan selalu
menghubungkan dua satuan lain atau lebih
dalam konstruksi.
29. Konjungsi Intrakalimat: yaitu konjungsi
yang menghubungkan satuansatuan kata
dengan kata, frase dengan frase, atau
klausa dengan klausa.
30. Pronomina: kata yang dipakai untuk
mengganti orang atau benda.
31. Kata tugas:istilah bagi kelas kata yang
tidak termasuk kelas kata verba, nomina,
adjektiva, dan numeralia.
32. Interjeksi: kategori yang bertugas
mengungkap perasaan pembicara.
33. Artikula: katagori yang mendampingi
nomina dasar, misalnya si, sang, hang,
dang, para, kaum, umat.
34. Partikel: kata tugas yang tidak dapt
diterjemahkan secara pasti apa maksudnya,
misalnya ah, deh, kan, aduh, kok, halo, hai.
35. Interogatif : kata-kata tanya.
36. Kata baku: kata yang digunakan sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan.
37. Kata tidak baku: kata yang digunakan
tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang ditentukan.

KB 3 Kalimat dan Proses Pembentukannya


1. Fungtor: kata(butir gramatika seperti
penanda jamak-es atau-s dalam bahasa
Inggris) yang tidak mempunyai arti sendiri
dan biasanya hanya mempunyai fungsi
gramatikal dalam sintaksis. Dalam Bahasa
Indonesia, fungtor terdiri dari S-P-O-K-Pel.
2. Frasa: gabungan dua atau lebih yang
bersifat nonpredikatif.
3. Klausa: satuan gramatikal berupa
kelompok kata yang sekurang kurangnya
terdiri atas subjek (S) dan predikat (P).
4. Subjek atau pokok kalimat merupakan
unsur utama kalimat yang menentukan
kejelasan makna kalimat.
5. Predikat: dapat diartikan sebagai bagian
kalimat yang menandai apa yang dikatakan
oleh pembicara tentang subjek.
6. Objek: kata atau hal yang dikenai,
dikerjakan oleh subjek, biasanya
merupakan kata benda yang kehadirannya
dalam kalimat bergantung pada jenis
predikat kalimat dan ciri khas objek itu
sendiri.
7. Keterangan:kata atau kelompok kata yang
dipakai untuk meluaskan atau membatasi
makna subjek atau predikat dalam kalimat.
Keterangan berfungsi memperjelas atau
melengkapi informasi pesan-pesan kalimat.
8. Frasa :gabungan dua atau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frasa sering disebut
pula gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi kalimat. Fungsi yang dimaksud
adalah subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Ramlan (2001: 139)
mengemukakan frasa adalah satuan
gramatik yang terdiri atas satu kata atau
lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau
jabatan.
9. Frasa Endosentris: frasa yang memiliki
distribusi unsur-unsur setara dalam kalimat.
Kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu
dapat digantikan oleh unsurnya.
10. Frasa Endosentris Koordinatif: frasa
yang unsurnya setara, dapat dihubungkan
dengan kata dan, atau.
11. Frasa Endosentris Atributif: frasa yang
unsurnya tidak setara sehingga tidak dapat
disisipi kata dan, atau.
12. Frasa Endosentris Apositif: frasa yang
unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tak dapat dihubungkan dengan
kata „dan/atau‟.
13. Frasa Eksosentris: frasa yang tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan
semua unsurnya.
14. Frase Verba: frasa yang unsur pusatnya
(UP) berupa kata yang termasuk kategori
verba. Frasa ini biasanya menduduki fungsi
predikat.
15. Frasa Nomina: frasa yang unsur pusatnya
berupa kata yang termasuk kategori
nomina.
16. Frasa Ajektiva: satuan gramatik yang
terdiri atas dua kata atau lebih.
17. Frasa Pronomina: dua kata atau lebih
yang intinya pronomina dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat.
18. Frase Numeralia: frasa yang unsur
pusatnya berupa kata yang termasuk
kategori numeralia. Secara semantik,
kategori yang dimaksud menyatakan
bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa
numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu
bilangan: ekor, buah, biji, dll.
19. Frasa Preposisi: frasa yang ditandai
preposisi atau kata depan sebagai penanda
dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan
klausa) sebagai petanda.
20. Frasa Konjungsi: frasa yang ditandai
adanya konjungsi atau kata sambung
sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai
petanda.
21. Klausa: merupakan satuan gramatikal
berupa kelompok kata yang sekurang
kurangnya terdiri atas subjek (S) dan
predikat (P). Klausa berpotensi menjadi
kalimat.
22. Penggolongan klausa berdasarkan
struktur internnya: Klausa terdiri atas S
dan P. Klausa yang terdiri atas S dan P
disebut klausa lengkap, sedangkan klausa
yang tak memiliki S disebut klausa tidak
lengkap.
23. Klausa Positif: klausa yang tidak memiliki
kata negatif yang secara gramatik
menegatifkan P. Kata-kata negatif yaitu
tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
24. Klausa Negatif: klausa yang memiliki
kata-kata negatif.
25. Klausa Nominal: yang P nya terdiri atas
kata atau frasa golongan N. Misalnya:
Rumah-rumah itu rumah dinas Dinas
Kesehatan.
26. Klausa Verbal: klausa yang P nya terdiri
atas kata atau frasa golongan V. Misalnya:
Petani mengerjakan sawahnya dengan
tekun.
27. Klausa Bilangan: klausa yang P nya terdiri
dari kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh: Pensil Diana hanya dua buah.
28. Klausa Depan atau Klausa Preposisional:
klausa yang P nya terdiri dari frasa depan
yaitu frasa yang diawali oleh kata depan
sebagai penanda.
29. Kalimat: satuan bahasa terkecil yang
memuat pikiran secara utuh. Kalimat juga
merupakan satuan terkecil wacana.
30. Kalimat Perintah: kalimat yang bertujuan
memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Secara tertulis,
kalimat ini diakhiri dengan tanda seru (!)
31. Kalimat Berita: merupakan kalimat yang
sekadar memberikan informasi. Dalam
penulisan, kalimat ini diakhiri dengan tanda
titik (.)
32. Kalimat Tanya: merupakan kalimat yang
bertujuan memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban). Kalimat ini diakhiri
dengan tanda tanya (?).
33. Kalimat Seruan: adalah kalimat yang
digunakan untuk mengungkapkan perasaan
„yang kuat‟ atau ungkapan untuk
peristiwa mendadak. Kalimat seruan
biasanya ditandai dengan intonasi yang
tinggi dalam pelafalan dan menggunakan
tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisan.
34. Kalimat Langsung: kalimat yang secara
cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung ditandai dengan tanda petik dua
(“...”).
35. Kalimat Tak Langsung: kalimat yang
menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat ini ditandai
dengan tanda titik.
36. Kalimat Tunggal: kalimat yang memiliki
satu klausa dan terdiri atas satu subjek serta
satu predikat. Kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar.
37. Kalimat Majemuk: kalimat yang terdiri
atas dua atau lebih kalimat tunggal yang
saling berhubungan baik kordinasi maupun
subordinasi.
38. Kalimat Majemuk Setara (KMS) :
kalimat yang terbentuk dari dua atau lebih
kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat, ditandai dengan penggunaan
konjungsi antara lain dan, serta, tetapi,
sedangkan, namun, melainkan, atau,
bahkan, lalu, kemudian, melainkan.
39. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB) :
kalimat majemuk setara yang terdiri atas
satu suku kalimat bebas dan satu suku
kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat
tersebut memiliki pola hubungan yang tidak
sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan
lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai
klausa utama (induk kalimat). Bagian yang
lebih rendah kedudukakannya disebut
dengan klausa sematan (anak kalimat). Ada
beberapa penanda hubungan/konjungsi
yang dipergunakan oleh kalimat majemuk
bertingkat, seperti : ketika, oleh karena itu,
sehingga, dan lain-lain.
40. Kalimat Lengkap: merupakan kalimat
yang sekurang- kurangnya terdiri dari satu
subjek dan satu predikat.
41. Kalimat Tidak Lengkap: merupakan
kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subjek saja, atau predikat saja,
atau objek saja, atau keterangan saja.
42. Kalimat Inversi:kalimat yang predikatnya
mendahului subjeknya. Kalimat ini
biasanya dipakai untuk penekanan atau
ketegasan makna.
43. Kalimat Versi: kalimat yang susunan dari
unsur- unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-
O-K).

KB 4 Kalimat Efektif
1. Kalimat efektif: kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan gagasan-
gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran pembaca atau penulis.
2. Sistematis: memiliki susunan subjek
dan predikta, kemudian ditambahkan
dengan objek, pelengkap, hingga
keterangan yang berurutan.
3. Logis: sesuai dengan logika,
benar menurut penalaran dan
masuk akal.
4. Ambigu: bermakna lebih dari satu
(sehingga kadang- kadang menimbulkan
keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan
sebagainya) atau bermakna ganda.
5. Kesepadanan: keseimbangan pikiran
dan struktur kalimat yang digunakan.
6. Keparalelan: kesamaan bentuk dan
struktur struktur yang digunakan dalam
kalimat efektif harus paralel, sama, atau
sederajat.
7. Ketegasan: penekanan pada ide pokok
kalimat.
8. Kehematan: hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu.
9. Kecermatan: kalimat yang dibuat tidak
menimbulkan tafsiran ganda (ambigu).
10. Kepaduan: berkaitan dengan keselerasan
pernyataan dalam kalimat agar informasi
yang disampaikan tidak terpecah- pecah.
11. Kelogisan: bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Menentukan frase dan klausa


di modul ini 2. Frasa endosentris dan frasa eksosentris
3. pemajemukan
4. Kategorisasi Kata
5. Menentukan jenis-jenis frasa
6. Menentukan kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat

3 Daftar materi yang sering 1.Membedakan antara klausa dengan kalimat


mengalami miskonsepsi 2.Pemahaman tentang konsep frasa dan sejenisnya
3.Pemahaman konsep antara kalimat
pemajemukan

Anda mungkin juga menyukai