Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Makna kata dan jenisnya 4
B. Kata Umum dan Kata Khusus 5
C. Perubahan Makna Kata 8
D. Diksi dalam Kalimat 8
E. Homonim 9
F. Kata Konkret dan Abstrak 10
G. Kata Baku dan Non Baku 11
H. Makna Bersinonim 13
I. Penggunaan Kata Secara Tepat 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harus diakui saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama
dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan. Hal itu terjadi
karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya komunikasi yang efektif. Hal itu agar
terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalah pahaman saat
berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas
dariberkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula
ketika sedang berkomunikasi lawan komunikasi saat berkomunikasi mengalami kesulitan
menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat ataupun rancu
sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih
mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.
Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam
bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca
mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari baik. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi saat
berkomunikasi.
1.2 Rumusan masalah
- Pengertian Diksi atau pilihan kata
- Pembagian Diksi atau pilihan kata
1.3 Tujuan
- Mengetahui pengertian diksi
- Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.

BAB II
ISI
DIKSI (PILIHAN KATA)

Memilih kata kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau
ide. Dan menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata kata atau frasa didalam
konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran yang mencakup persoalan
kata kata dalam pengelompokkan atau susunannya atau menyangkut cara cara yang khusus
berbentuk ungkapan ungkapan), ungkapan, dan gaya bahasa.
Menurut keraf:
a. Diksi mencakup kata kata yang dipakai untuk meyampaikan suatu gagasan, cara
menggabungkan kata kaat yang tepat dan gaya yang paling baik Digunakan dalam situasi
tertentu.
b. Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang
banyak[1]
Persyaratan pemilihan kata
1. Bedakan secara cermat kata kata denotatif dan konotatif; bersinonim dan hampir
bersinonim; kata kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa
2. hindari kata kata ciptaan sendiri atau mengutip kata kata terkenal yang belum diterima
imasyarakat
3. waspadalah dalam menggunakan kata kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa
asing, seperti: biologi-biologis
4. gunakan kata kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan
ingat terhadap
5. bedakan kata khusus dan kata umum
6. perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah dikenal
7. perhatikan kelangsungan pilihan kata.

A. Makna kata dan jenisnya


Yang disebut makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang yang di acunya. Ada
bermacam-macam makna, diantaranya :
1. Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam
sebuah struktur (frasa, klausa, kalimat).

Contoh :
Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika
(pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan).
Contoh :
Berumah “mempunyai rumah”
Rumah-rumah ‘banyak rumah’
Rumah makan ‘rumah tempat makan’
Proses morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru.
Misalnya :
a) Sepatu ‘termasuk kata benda’sedangkan bersepatu ‘kata kerja’
b) Bersepatu memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi (a) disebut fungsi gramatikal, fungsi (b) disebut fungsi semantis.

2. Makna denotatif dan makna konotatif


Makna denotatif atau makna referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau
makna dasarntya. Makna konotatif atau makna evaluasi/emotif adalah makna tambahan terhadap
makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh :
Merah ‘warna seperti warna darah’ (denotatif)
Merah ‘berani, dilarang’ (konotasi)
Makan hati ‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif)
Makan hati ‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif)
Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas atau
tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah :
· denotasional, konseptual, ideasional, referensial, proposional :karena makna itu mengacu
pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen.
· Kognitif : karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan, dan
menyangkut rasio manusia.
Makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan. Pertama, hubungan antara
sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan
ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau
makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon
mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya
dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah. Seperti berbalas pantun, peribahasa,
lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Karangan nonilmiah sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh
bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat
itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke akuratan informasi dan kelogisan
makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara
langsung. Hampir sama dengan penyampaian pesan dalam karangan ilmiah. Kedua,
penyampaian pesan secara tidak langsung. Harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-
kata konotataif. Kita tidak kan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin
disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.[2]
Contoh kata-kata denotasi dan konotasi :
ü Selva cantik seperti model (denotatif)
ü Selva cantik bagaikan bunga (konotatif)
3. Makna konstektual
Ialah makna yang ditentukan oleh konstek pemakainnya. Contoh :
Dian sedang belajar. Kehidupan mereka sedang saja. Dia mendapat nilai sedang.
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh panca
indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau
respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk
tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta
berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respon akan
muncul berdsasarkan stimulusnya.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu, yaitu :
· Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada
pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
· Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraannya, hal ini
berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
· Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
· Tujuan yaitu sesuatu yang ingin di capai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan
lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan referen akan
menimbulkan makna ataui referensi.
B. Kata Umum dan Kata Khusus
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Sedangkan makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari
kata yang lain.
Contoh :
1. Kata umum :
a. Ikan
b. Bunga
c. Membawa
d. Melihat
2. Kata khusus :
a. Gurame, lele, tuna dll.
b. Mawar, melati, anggrek dll.
c. Memikul, menjinjing, mengepit, dll.
d. Menatap, menoleh, mengintip, dll.

C. Perubahan Makna Kata


Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang
mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda,
peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yaitu hunungan antara lambing
bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga disebabkan oleh
tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya dikenal oleh masyarakatnya,
tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada suatu wilayah tertentu, sedangkan
masyarakat bahasa pada wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal
yang bersifat ilmiah. Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifat nasional (masalah
tempat), terkenal, dan sementara berlangsung.
Dahulu kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat
kebahagiaan (yang ada pada raja); bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah.” Tetapi pada waktu
revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan
paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulat oleh rakyat; gubernur itu didaulat
oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi kata daulat tidak dipakai lagi,
sehingga kata itu hamper mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang
pemakaiannya.[3]

D. Diksi dalam Kalimat


Adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna,
kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara leksikal
banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan,
pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan dalam
kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan
penelitian sebagai tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang negara di
Kejagung sudah dimulai”.
Kalimat-kalimat tersebut tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar, tidak
akan sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati,
meniggal, gugur, magkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah, dipilih berdasarkan jenis makhluk,
tingkat social, dan waktu. Contoh: Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya
meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat tahun 1452 H. Frase biasa
dipakai dalam pengumuman kematian yang belum lama kira-kira beberapa menit atau jam yang
lalu atau dalam surat kabar, seperti “Innalilahi wa Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke
rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna, kata Islam dan muslim sering salah penggunaanya.
Contoh: “Setelah menjadi Islam dia rajin bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia rajin
bersedekah”. Jika kita ingin menggunakan kata “menjadi” kalimat yang seharusnya adalah
“Setelah menjadi muslim dia sering bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti
lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi tepat dipasangkan
dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya

E. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama.
Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut
Homofon. Ada dua bentuk Homonim :
· Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
Contoh homograf:
1. Apel (buah), Apel (upacara)
Ø Dedi sedang memakan apel
Ø Para TNI sedang mengadakan Apel pagi
2.Bisa(mampu), Bisa( racun ular)
Ø Garuda muda bisa mengaahkan korea selatan
Ø Bisa ular itu sangat mematikan
3.Serang (nama kota), Serang (perang)
Ø Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
Ø Pasukan itu di serang oleh musuhnya.

4.Per(benda), Per(pembagian)
Ø Per sepeda itu bekerja dengan baik.
Ø Mahasiswa harus membayar uang Bpp per semester.
5.Tahu(makanan), Tahu(mengetahui)
Ø Irsan tidak suka makan tahu.
Ø saya tahu tentang pelajaran ini.

· Homofon
Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda
makna. Contoh homofon:

1.Rok(pakaian), Rock(aliran music)


Ø Saya sangat suka music rock.
Ø Ayu memakai rok ke kampus.
2.Djarum(merek rokok), Jarum(alat untuk menjahit)
Ø Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
Ø Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.Tank(kendaraan perang), Tang(alat perkakas)
Ø TNI latihan enggunakan mobil tank.
Ø Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4.Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
Ø Pencuri itu tewas di keroyok massa.
Ø Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan datang.
5.Bank(tempat menyimpan uang), Bang(panggilan untuk kakak)
Ø Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
Ø Bang Toyib masih belum pulang juga.

F. Kata Konkret dan Abstrak


Kata yang acuannyasemakin mudah diserappancaindradisebut kata konkret ,seperti meja, rumah,
mobil, dan lain-lain. Jikasuatu kata tidakmudah diserappancaindramaka kata itu disebut kata
abstrak ,seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifatteknisdankhusus.
Akan tetapi jikadihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar
dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi
objek yang diamati.
Contoh :
· Kata abstrak
Ø Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Ø kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan

· Kata konkret
Ø APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
Ø angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan persen.
Membicarakan membahas, mengkaji

G. Kata Baku dan Non Baku


Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan. sebagai sumber utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata
baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan
secara tepat.[4]
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan berdasarkan beberapa ranah (elemen atau
unsur yang dibatasi; bidang disiplin) seperti:
a. Ranah finologis
Satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, adalah fonem karena
membedakan makna kata harus dan arus, adalah dua fonem yg berbeda karena bara dan para
beda maknanya.[5]

Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :

* penambahan fonem
kata baku kata non baku
himbau imbau
handal andal
hutang utang

* pengurangan fonem

Kata baku kata non-baku


terap trap
terampil trampil
tetapi tapi
tidak tak

*pengubahan fonem

kata baku kata non-baku


telur telor
ubah obah
tampak nampak

b. Ranah morfologis
Kata baku yang memiliki kata non baku karena hasil proses morfologis.

* pengurangam fonem
kata baku kata non-baku
memfokuskan memokukan
memprotes memrotes
memfitnah memitnah
* pengubahan fonem
Kata baku kata non-baku
Mengubah merubah

* penggantian afiks
kata baku kata non-baku
menangkap nangkap
menatap natap
mengambil ngambil
menahan nahan

* kelebihan fonem
kata baku kata non-baku
beracun berracun
beriak berriak
beribu berribu
becermin bercermin

b. Ranah leksikon
1 kosakata; 2 kamus yg sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang disusun menurut abjad dan
dilengkapi dng keterangannya; 4 komponen bahasa yg memuat semua informasi tt makna dan
pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg dimiliki suatu bahasa. Kata (frasa) baku yang
memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Cotoh pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
frasa baku frasa non-baku
tidak terlalu tidak begitu
belum masak belum matang
tidak mau enggak mau
hanya nasi nasi doang

Selain menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contoh nya :

frasa baku frasa non-baku


waktu lain lain waktu
amat besar besar amat
amat mahal mahal amat
pertama kali kali pertama

Dalam kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya redundan.
Artinya,kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna, contohnya :
frasa baku frasa non-baku
sangat pedih amat sangat pedih, amat pedih
paling kaya paling terkaya terkaya
.

H. Makna Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna
yang hampir mirip atau serupa.
Dalam penggunaan kata bersinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal.
Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.

Contoh kata bersinonim :


§ Cerdas = cerdik, hebat, pintar
§ Besar = agung,raya
§ Mati = wafat, mangkat, meninggal
§ Ilmu = pengetahuan
§ Penelitian = penyelidikan
1. Contoh : membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan
menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita
harus memperhitungkan konteksnya kata pahit dan getir berterima pada konstruksi pengalaman
yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2. Contoh : kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi
pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang
digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social
menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
§ Saya sama besar dengan kamu
§ Saya sama besar dengan anda
§ Saya sama besar dengan saudara

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan.
Ø Sinonim mutlak :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubahmakna
struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata /frasa / klausa / kalimat.
Contoh Sinonim mutlak :
kosmetik = alat kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi = perkamusan
kucing = meong
Ø Sinonim semirip :
Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubahmakna
struktural dan leksikal dalam rangkaian kata / frasa /klausa / kalimat tersebut saja.
contoh Sinonim semirip :
melatis = menerobos lahiriah = jasmaniah
Ø Sinonim selingkung :
Kata-kata yang dapat saling menggantidalam satu konteks kebahasaan tertentu saja
secarastruktural dan leksikal.
Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya

I. Penggunaan Kata Secara Tepat


Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal
penggunaan kata depan.
Seperti :
Ø Kata (di) seharusnya digunakan( pada), contoh :
Penggunaan kata secara tepat penggunaan kata yang tidak tepat
Pada siang hari di siang hari
Pada pagi hari di pagi hari
Pada kita di kita
Ø Kata (ke) yang seharusnya seharusnya digunakan (kepada), contoh
Penggunaan kata yang tepat penggunaan kata yang tidak tepat
Kepada kami ke kami
Kepada kita ke kita
Kepada ibu ke ibu
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang sesuai
dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1. Untuk keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2. Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah,
selama, sepanjang.
3. Untuk keterangan alat digunakan kata dengan.
4. Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5. Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6. Untuk keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, beserta.
7. Untuk keterangan perbandinganatau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,
laksana.
8. Untuk keterangan sebab digunakan kata karena, sebab.

Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Penggunaan ketepatan
pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara
efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Indikator ketepatan pilihan kata tersebut adalah
sebagai berikut:[1]

1. Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
2. Menghasilkan penafsiran atau pemaknaan yang tepat, tidak ambigu dan tidak
menyebabkan salah paham
3. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai harapan penulis atau pembicara
4. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun terucap).
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar
atau pun pembacanya.

Fungsi Diksi
Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara
penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang
disampaikan.

Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita, dengan
diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh,
mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.

Secara umum, berikut ini adalah beberapa fungsi diksi:

 Membantu audiens/ pembaca mengerti apa yang disampaikan penulis atau pembicara.
 Menciptakan aktivitas komunikasi yang lebih efektif dan efisien.
 Menyampaikan gagasan atau ide dengan tepat.
 Menjadi lambang ekspresi yang ada pada suatu gagasan.
Baca juga: 4 Pilar Kebangsaan Indonesia

Jenis-Jenis Diksi dan Contohnya

Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan maknanya dan diksi
berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:

I. Diksi Berdasarkan Maknanya

1. Makna Denotatif

Yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat.
Berikut ini contoh diksi bermakna denotatif:

 Ryan sering “kerja keras” untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
 Robby adalah seorang yang “gemar membantu”, dia disukai banyak orang.
 Carla berinvestasi sejak dulu, sekarang ia mendapatkan “keuntungan melimpah”

2. Makna Konotatfi
Konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya. Berikut ini contoh
diksi dengan makna konotatif:

 Rio harus “membanting tulang” untuk menghidupi keluarganya.


 Hanny adalah seorang “kutu buku”, itu sebabnya ia banyak tahu tentang berbagai hal
 Romeo suka berinvestasi sejak dulu, tahun ini ia mendapat “durian runtuh”.

II. Diksi Berdasarkan Leksikal

1. Sinonim

Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain. Berikut ini contoh sinonim,

 Bahagia = Senang
 Matahari = Mentari
 Cantik = Elok
 Lezat = Enak
 Pintar = Pandai

2. Antonim

Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. Berikut contoh antonim:

 Naik x Turun
 Besar x Kecil
 Banyak x Sedikit
 Tinggi x Rendah
 Gelap x Terang
 Cepat x Lambat
 Bagus x Jelek
 Mahal x Murah

3. Homonim

Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya berbeda satu sama
lain. Berikut contoh homonim,
 Bulan itu terlihat bulat penuh malam ini
 Semua karyawan mendapatkan gaji setiap bulan
Kata bulan pada kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun ejaan dan lafalnya
sama.

4. Homofon

Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama. Berikut
contoh homofon,

 Anton menabung uangnya di Bank secara rutin


 Bang Anton bekerja di perusahaan pembiayaan
Kata “Bank” dan “Bang” pada kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun ejaan dan
maknanya berbeda.

5. Homograf

Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama. Berikut
contoh homograf,

 Makanan favorit wanita itu adalah tahu goreng


 Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur
Kata “Tahu” pada kalimat di atas ejaannya sama, tapi memiliki arti yang berbeda.

6. Polisemi

Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti. Berikut contoh polisemi,

 Para nasabah yang menabung di Bank akan mendapat bunga setiap bulan
 Andini adalah salah satu bunga desa yang paling cantik
Kata “Bunga” pada kalimat di atas memiliki arti yang berbeda walaupun menggunakan kata yang
sama.

7. Hipernim dan Hiponim


Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata
yang dapat terwakili oleh kata hipernim.

Berikut contoh hipernim dan hiponim,

 Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya, rusa,
kuda, dan lain-lain.
Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim. Sedangkan kata hiponim gajah, singa,
buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.

Persyaratan dalam Ketepatan Diksi

Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalam ketepatan diksi, diantaranya:

 Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.


 Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
 Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
 Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
 Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar
ketepatan diksi terjamin
 Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
ataupun pidato.

Pengertian Diksi Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa arti diksi, maka kita bisa merujuk kepada pendapat beberapa ahli.
Berikut ini adalah pengertian diksi menurut para ahli:

1. Harimurti

Menurut Harimurti pengertian diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam mengarang.

2. Gorys Keraf
Menurut Gorys Keraf definisi diksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

 Diksi adalah pilihan kata atau mengenai pengertian kata-kata mana yang digunakan
untuk menyampaikan suatu gagasan, penggungkapan yang tepat, dan gaya
penyampaian kata yang lebih baik sesuai situasi.
 Diksi merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi, serta nilai dari suatu rasa yang dimiliki kelompok masyarakat,
pendengar, dan pembaca.

3. Susilo Mansurudin

Menurut Susilo Mansurudin pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian diksi yang tepat,
cermat, dan benar dapat membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan kata yang sesuai dalam
kata lain adalah tepat untuk mencegah kesalahan penafsiran yang berbeda.

4. Widyamartaya

Menurut Widyamartaya definisi diksi adalah kemampuan seseorang dalam membedakan secara
tepat suatu nuansa-nuansa makna yang tepat dengan gagasan yang disampaikannya, dan
kemampuan tersebut yang sesuai dengan kehendak dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.

5. Enre

Menurut Enre, pengertian diksi adalah penggunaan kata yang sesuai dalam mewakili pikiran dan
juga perasaan yang ingin dinyatakan dalam suatu pola untuk kalimat.

6. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Pengertian diksi menurut KBBI adalah pemilihan kata yang memiliki makna tepat dan selaras atau
dalam penggunannya memiliki kecocokan dalam mengungkapkan gagasan dengan pokok
pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata.

C. Manfaat Diksi
Manfaat dari diksi yaitu supaya pembaca/pendengar dapat membedakan secara baik terhadap kata-
kata denotatif, konotatif, sinonim, antonim, dan juga kata yang hampir memiliki ejaan yang mirip.
Bagi penulis sendiri diksi bermanfaat supaya dapat membedakan kata-kata yang di tulisnya sendiri,
dan kata-kata yang dikutipnya dari orang terkenal.

a. Jenis-Jenis Diksi
1. Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya

1.1 Makna Denotatif

Denotatif, yaitu menyetakan makna yang sebenarnya dari suatu kalimat atau kata. Atau disebut
juga dengan makna yang apa adanya.

Contoh:

 Rendi “kerja keras”, bekerja pagi sampai sore untuk menghidupi keluarganya.
 Lutfi seorang yang “gemar membaca”, maka tidak heran jika dia pintar dan berpengetahuan
luas.
 Rizal terlihat senang, mungkin dia sedang mendapat “keuntungan yang melimpah”.

1.2 Makna Konotatif

Konotatif, yaitu menyatakan makna yang mempunyai arti bukan yang sebenarnya dari suatu
kalimat atau kata.

Contoh:

 Rendi “banting tulang”, bekerja pagi sampai sore untuk menghidupi keluarganya. (kata
“banting tulang” diartikan sebagai kerja keras).
 Lutfi seorang “kutu buku”, maka tidak heran jika dia pintar dan berpengetahuan luas. (kata
“kutu buku” diartikan sebagai gemar membaca buku).
 Rizal terlihat senang, mungkin dia sedang mendapat “durian runtuh”. (kata “durian runtuh”
diartikan sebagai mendapat keuntungan melimpah).

2. Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal


2.1 Sinonim, yaitu kata yang mempunyai makna sama.

Contoh:

Bahagia – Senang, Matahari – Mentari, Cantik – Elok, Lezat – Enak, Sedih – Murung, Pintar –
Pandai, dan lain-lain.

2.2 Antonim, yaitu kata yang memiliki makna yang berlawanan.


Contoh:
Naik – Turun, Besar – Kecil, Banyak – Sedikit, Tinggi – Pendek, Gelap – Terang, Cepat – Lambat,
Ganteng – Cantik, Mahal – Murah, dan lain-lain.

2.3 Homonim, yaitu kata yang maknanya berbeda, tapi lafal atau ejaannya sama.

Contoh:

 Pada awal Bulan, ayah selalu menerima upah kerja.


 Bulan purnama saat ini terlihat sangat jelas karena langit tidak berawan.

Dapat di lihat pada kata “Bulan”, pada kalimat pertama dan kedua kata tersebut memiliki lafal dan
ejaan yang sama tapi memiliki makna yang berbeda. Jika pada kalimat pertama menunjukan
tanggal, sedangkan pada kalimat kedua menunjukan bulan di langit.

2.4 Homofon, yaitu kata yang makna dan ejaan berbeda, tapi dengan lafal yang sama.
Contoh:

 Agus rajin menabung di Bank.


 Bang Andi, merupakan saudara Agus.

Dapat di lihat dari kedua kalimat tersebut bahwa kata “Bank” dan “Bang”, memiliki lafal yang
sama tapi ejaan dan maknanya berbeda. Pada kalimat pertama menunjukan tempat, sedangkan
pada kalimat kedua menunjukan arti saudara.

2.5 Homograf, yaitu Kata yang makna dan lafalnya berbeda, tapi ejaannya sama.

Contoh:

 Rizki sedang makan Tahu goreng di warung.


 Rizki tidak Tahu bahwa hari ini hari sabtu.

Dapat di lihat dari kedua kalimat tersebut terdapat kata “Tahu” yang memiliki ejaannya sama.
Kalimat yang pertama merupakan makanan, dan kalimat kedua menunjukan lupa akan hari.

 Rizki memiliki mental yang kuat saat menghadapi permasalahan hidup.


 Handphone rizki terjatuh dan langsung mental ke lantai.

Dapat di lihat dari kedua kalimat tersebut terdapat kata “mental”, kalimat yang pertama merupakan
watak, dan kalimat kedua menunjukan memantul ke lantai.

Baca Juga: Pengertian gaya bahasa atau majas dan jenisnya serta contohnya.

2.6 Polisemi, yaitu kata yang mempunyai banyak pengertian.


Contoh:
 Jika menabung di bank, maka akan mendapatkan Bunga.
 Dia adalah bunga desa tercantik.
 Bunga sakura merupakan bunga yang indah.

Dapat di lihat pada kalimat pertama kata “bunga” merupakan keuntungan jika menabung di bank,
lalu pada kalimat ke dua merupakan perempuan paling cantik, dan pada kalimat ketiga merupakan
bunga pada tanaman. Jadi kata Bunga di sini memiliki banyak sekali pengertian.

2.7 Hipernim dan Hiponim.

Hipernim, yaitu kata yang mewakili banyak kata lain. Jadi suatu kata hipernim dapat menjadi kata
umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan Hiponim, yaitu kata yang terwakili artinya
oleh suatu kata hipernim.

Contoh kalimat yang mengandug kata hipernim dan hiponim:

 Di hutan banyak hidup berbagai macam binatang liar, misalnya seperti harimau, srigala,
macan tutul, rusa, kera, dll.

Kata hipernim: Binatang liar. Sedangkan kata hiponim: harimau, srigala, macan tutul, rusa, kera,
dll.

 Jika mengunjungi akuarium raksasa, maka banyak sekali Jenis Ikan yang dapat kamu lihat
seperti ikan pari, hiu, lumba-lumba, dll.

Kata hipernim: Jenis Ikan. Sedangkan kata hiponim: ikan pari, hiu, lumba-lumba, dll.

 Tadi ibu ke supermarket membeli buah-buahan, diantaranya apel, jeruk, semangka dan
anggur.

Kata hipernim: buah-buahan. Sedangkan kata hiponim: apel, jeruk, semangka dan anggur.

Mungkin itulah penjelasan mengenai pengertian diksi, yang dilengkapi dengan fungsinya, jenis-
jenisnya dan contohnya. Sekian pembahasan kali ini semoga dapat di pahami dan semoga
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai