Anda di halaman 1dari 9

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 1 TATA BAHASA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Ejaan dan Tanda Baca
2. Kata dan Proses Pembentuknya
3. Kalimat dan Proses
Pembentuknya
4. Kalimat Efektif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Ejaan dan Tanda Baca
a. Ejaan terkait dengan kaidah cara
menggambarkan bunyi, seperti kata,
kalimat, frasa, dan sebagainya dalam
bentuk tulisan serta penggunaan tanda
baca. Ejaan diresmikan pada tanggal 16
Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia berdasarkan Putusan Presiden
No. 57, Tahun 1972.
b. Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan
antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf
kapital, huruf miring, huruf cetak tebal.
Penggunaan ejaan yang juga harus
diperhatikan terkait penulisan gabungan
kata, partikel, singkatan, akronim, dan
penulisan istilah.
c. Seorang penulis harus tepat menggunakan
tanda baca dalam tulisannya. Tanda baca
yang dimaksud :
 Penggunaan Tanda Titik (.)
 Penggunaan Tanda Koma (,)
 Penggunaan Titik Koma (;)
 Penggunaan Titik Dua (:)
 Penggunan Tanda Hubung (-)
 Penggunaan Tanda Tanya (?)
 Penggunaan Tanda Seru (!)
 Penggunaan Tanda Petik Tunggal (‘…’)
 Penggunaan Tanda Petik Dua (“…”)
 Penggunaan Tanda Kurung ( (… ) )
 Penggunaan Tanda Garis Miring (/)

2. Kata dan Proses Pembentukannya


a. Kata merupakan satuan bahasa terkecil
yang dapat berdiri sendiri dengan makna
yang bebas. Kata terdiri atas kata dasar
dan kata berimbuhan. Dalam lingusitik,
kata dasar diartikan sebagai jenis kata
yang dapat berdiri sendiri dan tersusun
atas morfem atau gabungan morfem.
Sedangkan kata berimbuhan adalah kata
dasar yang telah diberi imbuhan
b. Pembentukan kata berimbuhan / turunan
terjadi melalui proses morfologis, yaitu :
afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan
1) Afiksasi merupakan proses yang
mengubah leksem menjadi kata
kompleks. Afiksasi terdiri atas :
 Prefiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada bagian awal
bentuk kata dasar.
 Infiks yaitu sisipan yang
ditambahkan pada bagian tengah
bentuk kata dasar.
 Sufiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada akhir bentuk kata
dasar.
 Konfiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada awal dan akhir
bentuk kata dasar.
2) Reduplikasi (pengulangan) adalah
proses pembentukan kata dengan
mengulang satuan bahasa baik secara
keseluruhan maupun sebagian. Jenis
kata ulang ada lima :
 Kata ulang utuh/dwilingga adalah
pengulangan seluruh bentuk dasar.
 Kata ulang sebagian: membaca-baca
 Kata ulang berimbuhan: buah-
buahan
 Kata ulang berubah bunyi: bolak-
balik
 Kata ulang dwipurwa adalah
pengulangan sebagian atau seluruh
suku awal sebuah kata.
 Kata ulang fonologis adalah
pengulangan unsur fonologis, seperti
fonem, suku kata, atau bagian kata
yang tidak ditandai oleh perubahan
makna.
 Kata ulang idiomatis adalah
reduplikasi yang maknanya tidak
dapat dijabarkan dari bentuk yang
diulang.
 Kata ulang morfologis adalah
pengulangan morfem yang
menghasilkan kata.
 Kata ulang sintaksis adalah
pengulangan morfem karena
tuntutan kaidah sintaksis, seperti
pembentukan keterangan.
3) Pemajemukan adalah penggabungan
dua kata atau lebih dalam membentuk
kata yang menimbulkan makna baru.
Ciri-ciri kata majemuk, yaitu :
 Memiliki makna dan fungsi baru
yang tidak persis sama dengan fungsi
masing-masing unsurnya.
 Unsur-unsurnya tidak dapat
dipisahkan baik secara morfologis
maupun secara sintaksis.
c. Pengertian Kategorisasi kata
Kosakata adalah kumpulan beragam kata
dalam bahasa Indonesia. Dalam kajian
morfologis, kata merupakan satuan
terbesar dalam unit analisis, sedangkan
dalam kajian sintaksis, kata merupakan
satuan terbesar dalam unit analisis,
sedangkan dalam kajian sintaksis, kata
merupakan satuan analisis terkecil. Kata
memiliki kedudukan sebagai subjek,
predikat, objek, dan keterangan dalam
suatu kalimat.
1) Kategori verba merupakan kata yang
menyatakan makna perbuatan,
pekerjaan, tindakan, proses atau
keadaan.
Verba dapat diidentifikasi dengan ciri-
ciri berikut :
 Verba memiliki fungsi utama sebagai
predikat atau sebagai inti predikat
dalam kalimat.
 Verba mengandung makna inheren
perbuatan (aksi), proses atau
keadaan yang bukan sifat atau
kausalitas.
 Verba khusus yang bermakna
keadaan, tidak dapat di beri prefiks
ter- yang berarti ‘paling’.
 Pada umumnya, verba tidak dapat
bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan makna kesangatan.
Pada dasarnya, bahasa Indonesia
memiliki dua macam bentuk verba,
yakni:
 Verba asal, yaitu verba yang dapat
berdiri sendiri tanpa afiks. Verba ini
dapat dipakai dalam klausa atau
kalimat, baik bahasa formal maupun
nonformal.
 Verba turunan, yaitu verba yang
dibentuk melalui transposisi,
pengafiksasian, reduplikasi
(pengulangan), atau pemajemukan
(pemaduan).
2) Kategori nomina biasa di sebut kata
benda. Secara umum, nomina dapat
diidentifikasi dengan ciri-ciri berikut:
 Dalam kalimat yang predikatnya
verba, nomina cenderung menduduki
fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
 Nomina tidak dapat diingkarkan
dengan kata tidak. Kata
pengingkarnya adala bukan.
 Nomina umumnya dapat diikuti oleh
adjektiva, baik secara lengsung
maupun dengan di antara oleh kata
yang.
Berdasarkan bentuk morfologisnya,
nomina terdiri atas :
 Nomina dasar, terdiri dari satu
morfem.
 Nomina turunan dapat terbentuk
melalui afiksasi, perulangan, atau
pemajemukan.
3) Kategori adjektiva, adalah kata yang
berfungsi memberikan keterangan
khusus untuk nomina dalam kalimat.
Adjektiva adalah kata sifat atau
keadaan yang dipakai untuk
mengungkapkan sifat atau keadaan
orang, benda, atau binatang. Adjektiva
terdiri atas dua macam :
 Adjektiva predikatif adalah adjektiva
yang dapat menempati posisi
predikat dalam klausa, misalnya
mahal.
 Adjektiva atribut yaitu adjektiva yang
mendampingi nomina dalam frase
nominal.
Berdasarkan pemakaiannya, adjektiva
dapat mengambil bentuk perbandingan.
Perbandingan itu dibagi menjadi empat
yaitu sebagai berikut :
 Tingkat positif yang menerangkan
nomina dalam kondisi biasa
 Tingkat komparatif yang
menerangkan keadaan nomina
melebihi keadaan nomina lain.
 Tingkat superiatif yaitu menerangkan
bahwa keadaan nomina melebihi
keadaan beberapa nomina lain yang
dibandingkannya.
 Tingkat eksesif yaitu menerangkan
bahwa keadaan nomina berlebih-
lebihan.
4) Kategori adverbia/ kata keterangan
merupakan kata yang menjelaskan
verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Berdasarkan perilaku semantisnya.
Adverbia terbagi menjadi berikut ini :
 Adverbia kualitatif yaitu
menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat,
derajat, atau mutu.
 Adverbia kuantitatif yaitu
menggambarkan makna yang
berhubungan dengan jumlah.
 Adverbia limitatif yaitu kata
keterangan yang maknanya
berhubungan dengan pembatasan.
 Adverbia waktu, yaitu kata yang
maknanya berhubungan dengan
waktu terjadinya peristiwa.
 Adverbia cara, yaitu kata keterangan
yang maknanya berhubungan
dengan cara sesuatu peristiwa
berlangsung atau terjadi.
5) Kategori Preposisi merupakan kata
penunjuk arah atau tempat. Secara
sintaksis, preposisi digunakan di depan
kategori lain, terutama nomina. Jika
berada di depan nomina preposisi
membentuk frase eksosentris. Terdapat
tiga jenis preposisi :
 Preposisi dasar yang sebagai
preposisi tidak dapat mengalami
proses morfologis.
 Preposisi turunan terbagi atas
gabungan preposisi dan preposisi,
dan gabungan preposisi dan
nonpreposisi
 preposisi yang berupa kata berprefiks
se-.
6) Kategori Konjungsi merupakan kategori
yang berfungsi untuk meluaskan
satuan yang lain dalam konstruksi
hipotasis, dan selalu menghubungkan
dua satuan lain atau lebih dalam
konstruksi.
Berdasarkan posisinya, konjungsi
terdiri dari :
 Konjungsi intrakalimat, yaitu
konjungsi yang menghubungkan
satuan-satuan kata dengan kata,
frase, atau klausa dengan klausa.
 Konjungsi ekstrakalimat terbagi atas
konjungsi intratekstual dan
konjungsi ekstratektual.
7) Kategori Pronomina merupakan kata
yang dipakai untuk mengacu pada
nomina lain. Jenis-jenis pronomina
sebagai berikut :
 Pronomina persona
 Pronomina penunjuk
 Pronomina penanya
8) Kata Tugas, merupakan istilah bagi
kelas kata yang tidak termasuk kelas
kata verba, nomina, adjektiva, dan
numeralia. Kata tugas terdiri sebagai
berikut :
 Interjeksi adalah kategori yang
bertugas mengungkapkan perasaan
pembicara
 Artikula adalah kategori yang
mendampingi nomina dasar,
misalnya si, sang, hang, dan, para,
kaum, umat.
 Partikel adalah kata tugas yang tidak
dapat diterjemahkan secara pasti apa
maksudnya, misalnya ah, deh, kan,
aduh, kok, halo, hai.
 Interogatif atau kata-kata tanya.
Misalnya apa, siapa, bagaimana.
d. Kosakata baku dan tidak baku
1) Kata baku adalah kata yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang telah ditentukan. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
sumber utama dan menjadi acuan
untuk menentukan kata baku bahasa
Indonesia.
2) Kata tidak baku adalah kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang ditentukan. Kata
tidak baku cenderung lebih sering
digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Penggunaan kata baku dan tidak
baku dihadapkan kepada dua ragam
yaitu ragam resmi dan tidak resmi.
Ragam resmi merupakan keadaan atau
situasi yang bersifat formal seperti
penulisan karya ilmiah, pidato
kenegaraan, dan lain-lain. Ragam tidak
resmi merupakan keadaan atau situasi
yang bersifat tidak formal seperti dalam
percakapan sehari-hari.

3. Kalimat dan Proses Pembentukannya


a. Fungtor adalah kata (butir gramatika
seperti penanda jamak-es atau-s dalam
bahasa Inggris) yang tidak mempunyai arti
sendiri dan biasanya hanya mempunyai
fungsi gramatikal dalam sintaksis. Fungtor
dalam bahasa Indonesia meliputi unsur-
unsur kalimat yaitu subjek, predikat,
objek, keterangan, dan pelengkap (S-P-O-
K-Pel.)
1) Subjek merupakan unsur utama
kalimat. Subjek memiliki ciri-ciri yaitu
jawaban apa atau siapa dalam kalimat.
2) Predikat berfungsi sebagai unsur
penjelas. Ciri-cirinya yaitu jawaban
mengapa dan bagaimana.
3) Objek adalah benda, hal, dan
sebagainya yang dijadikan sasaran
untuk diteliti, diperhatikan, dan
sebagainya. Ciri-cirinya yaitu jawaban
apa atau siapa yang terletak dibelakang
predikat transitif.
4) Keterangan kalimat berfungsi
memperjelas atau melengkapi informasi
pesan-pesan kalimat. Tanpa
keterangan, informasi menjadi tidak
jelas. Ciri-cirinya dapat berupa
keterangan waktu, tujuan, tempat,
sebab, akibat, syarat, cara, posesif
(posesif ditandai kata meskipun,
walaupun, atau biarpun), dan pengganti
nomina (menggunakan kata bahwa).
b. Frasa adalah gabungan dua atau lebih
yang bersifat nonpredikatif. Frasa sering
disebut pula gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi kalimat. Fungsi yang
dimaksud adalah subjek, predikat, objek,
dan keterangan.
Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur
unsurnya, frasa terdiri atas dua jenis,
yaitu:
1) Frasa endosentris adalah frasa yang
memili unsur pusat. Frasa endosentris
terbagai atas tiga jenis, yaitu :
 Frasa endosentris koordinatif
 Frasa endosentris atributif
 Frasa endosentris apositif.
2) Frasa eksosentris adalah frasa yang
tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan semua unsurnya.
Berdasarkan kesetaraan distribusi
dengan golongan atau kategori kata,
frasa terdiri atas :
 Frasa verba
 Frasa nomina
 Frasa adjektiva
 Frasa pronomina
 Frasa numeralia
 Frasa preposisi
 Frasa konjungsi
c. Klausa merupakan satuan gramatikal
berupa kelompok kata yang sekurang
kurangnya terdiri atas subjek (S) dan
predikat (P). Klausa berpotensi menjadi
kalimat.
Berdasarkan kategori tertentu, klausa
dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Penggolongan klausa didasarkan pada :
1) Struktur intern
2) Ada tidaknya kata negative
3) Kategori kata atau frasa yang
menduduki fungsi P.
d. Pengertian kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang memuat pikiran secara utuh
yang memiliki intonasi akhir.
Berdasarkan isi atau fungsinya, kalimat
dibedakan menjadi empat jenis sebagai
berikut :
1) Kalimat perintah bertujuan
meemberikan perintah kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu.
2) Kalimat berita merupakan kalimat yang
sekadar memberikan informasi.
3) Kalimat tanya bertujuan memperoleh
suatu informasi atau reaksi (jawaban).
4) Kalimat seruan adalah kalimat yang
digunakan untuk mengungkapakan
perasaan ‘yang kuat’ atau ungkapan
untuk peristiwa mendadak.
Kalimat dapat digolongkan menjadi
beberapa kategori yaitu sebagai berikut.
1) Penggolongan kalimat berdasarkan
pengucapan yaitu sebagai berikut :
 Kalimat langsung adalah kalimat
yang secara cermat menirukan
ucapan orang.
 Kalimat tak langsung adalah kalimat
yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain.
2) Penggolongan kalimat berdasarkan
stuktur gramatikal (jumlah klausa)
yaitu sebagai berikut :
 Kalimat tunggal adalah kalimat yang
memiliki satu klausa dan terdiri atas
satu subjek serta satu predikat.
 Kalimat majemuk terdiri atas dua
atau lebih kalimat tunggal yang
saling berhubungan baik koordinasi
maupun subordinasi.
3) Penggolongan kalimat berdasarkan
unsur kalimat yaitu sebagai berikut :
 Kalimat lengkap sekurang-kurangnya
terdiri dari satu subjek dan satu
predikat.
 Kalimat tidak lengkap adalah kalimat
yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subjek saja, atau predikat
saja, atau objek saja, atau
keterangan saja.
4) Penggolongan kalimat berdasarkan
susunan subjek dan predikat yaitu
sebagai berikut :
 Kalimat inversi adalah kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya.
Kalimat ini biasanya dipakai untuk
penekanan atau ketegasan makna.
 Kalimat versi adalah kalimat yang
susunan dari unsur-unsur
kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-
O-K).

4. Kalimat Efektif
a. Kalimat efektif merupakan kalimat yang
mampu mengungkapkan pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang
terdapat pada pikiran penulis atau
pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut :
1) Memiliki unsur pokok, minimal
tersusun atas subjek dan predikat.
2) Menggunakan diksi yang tepat.
3) Menggunakan kesepadanan antara
struktur bahasa dan jalan pikiran yang
logis serta sistematis.
4) Menggunakan tata aturan ejaan yang
berlaku.
5) Memperhatikan penggunaan kata, yaitu
penghematan penggunaan kata.
6) Menggunakan variasi struktur kalimat.
7) Menggunakan kesejajaran bentuk
bahasa.
Ada beberapa yang harus di
perhataikan sehingaga kalimat tersebut
menjadi sfektif yaitu kalimat tersebut
sesuai Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), kalimatnya sistematis, tidak
boros dan bertele-tele yang terakhir
adalah tidak ambigu.
b. Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi, yaitu kesepadanan,
kepararelan, kehematan kata, kecermatan,
ketegasan, kepaduan, dan kelogisan
kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif
adalah sebagai berikut :
1) Kesepadanan adalah keseimbangan
pikiran dan struktur kalimat yang
digunakan.
2) Keparalelan atau sering dikenal dengan
kesejajaran adalah kesamaan bentuk
dan struktur yang digunakan dalam
kalimat efektif harus paralel, sama, atau
sederajat.
3) Ketegasan adalah penekanan pada ide
pokok kalimat.
4) Kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu.
5) Kecermatan artinya kalimat yang dibuat
tidak menimbulkan tafsiran ganda
(ambigu).
6) Kepaduan berkaitan dengan
keselerasan pernyataan dalam kalimat
agar informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
7) Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Kalimat dan proses pembentukannya
di modul ini 2. Frasa
3. Klausa
4. Penggolongan kalimat berdasarkan struktur
gramatikal
5. Pronomina, nomina, verba

3 Daftar materi yang sering 1. Kalimat baku dan tidak baku


mengalami miskonsepsi 2. Kalimat efektif

Anda mungkin juga menyukai