Anda di halaman 1dari 13

Nama : Andika Aprianto

Program Studi : Bahasa Indonesia


Modul : 1 Profesional

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul TATA BAHASA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Ejaan dan Tanda Baca
2. Kata dan Proses Pembentukannya
3. Kalimat dan Proses Pembentukannya
4. Kalimat Efektif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Ejaan dan Tanda Baca
Di Indonesia, ejaan yang pernah berlaku
adalah 1) Ejaan van Opuijsen (1901), 2) Ejaan
Soewandi (1947), dan 3) Ejaan Yang
Disempurnakan (1972). Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) atau Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) digunakan sampai saat ini.
Peraturan terbaru mengenai EYD tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015.
Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan
antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf
kapital, huruf miring, huruf cetak tebal.
Penggunaan ejaan yang juga harus diperhatikan
terkait penulisan gabungan kata, partikel,
singkatan, akronim, dan penulisan istilah.
2. Kata dan Proses Pembentukannya
Kata merupakan satuan bahasa terkecil
yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang
bebas. Kata terdiri atas kata dasar dan kata
berimbuhan.
Pembentukan kata berimbuhan/ turunan
terjadi melalui proses morfologis. Terdapat tiga
proses morfologis yaitu proses afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan. Afiksasi
merupakan proses yang mengubah leksem
menjadi kata kompleks. Afiksasi terdiri atas
prefiks, infiks, sufiks, konfiks. Reduplikasi
adalah proses pembentukan kata dengan
mengulang satuan bahasa, baik secara
keseluruhan maupun sebagian. Pemajemukan
adalah penggabungan dua kata atau lebih dalam
membentuk kata yang menimbulkan makna
baru. Penggabungan dua morfem bebas atau
lebih membentuk kata kompleks (kata
majemuk).
Berdasarkan deskripsi sintaksis, kata
dikategorisasi menjadi sembilan, yaitu: 1)
verba, 2) nomina, 3) adjektiva, 4) numeralia, 5)
adverbia, 6) preposisi, 7) konjungsi, 8)
pronomina, dan 9) kata tugas

3. Kalimat dan Proses Pembentukannya


Kalimat adalah gabungan dari beberapa
kata dan frasa yang terdiri dari satu struktur
atau lebih. Frasa sering disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi kalimat.
Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-
unsurnya, frasa terdiri atas dua jenis, yaitu frasa
endosentrik dan frasa eksosentrik. Berdasarkan
kesetaraan distribusi dengan golongan atau
kategori kata, frasa terdiri atas frasa nominal,
verbal, adjektival, pronominal, dan numeralia.
Fungtor dalam bahasa Indonesia meliputi
unsur-unsur kalimat yaitu subjek, predikat,
objek, keterangan, dan pelengkap (S-P-O-K-
Pel).
4. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat singkat, padat,
jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan
informasi secara tepat (Widjono, 2012: 205).
Ciri kalimat efektif adalah memiliki unsur
pokok, minimal tersusun atas subjek dan
predikat; menggunakan diksi yang tepat;
menggunakan kesepadanan antara struktur
bahasa dan jalan pikiran yang logis serta
sistematis; menggunakan tata aturan ejaan
yang berlaku; memperhatikan penggunaan
kata yaitu penghematan penggunaan kata;
menggunakan variasi struktur kalimat; serta
menggunakan kesejajaran bentuk bahasa.
Kalimat efektif memiliki beberapa syarat,
yaitu sesuai Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), sistematis, tidak boros dan bertele-tele,
serta tidak ambigu. Kalimat efektif memiliki
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu
kesepadanan, kepararelan, kehematan kata,
kecermatan, ketegasan, kepaduan, dan
kelogisan kalimat.

2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Fungtor dalam bahasa Indonesia.


di modul ini
3 Daftar materi yang sering 1. Fungtor dalam bahasa Indonesia.
mengalami miskonsepsi 2. Kalimat efektif.
Nama : Andika Aprianto
Program Studi : Bahasa Indonesia
Modul : 2 Profesional

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul SEMANTIK DAN WACANA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 5. Hubungan Bentuk dan Makna
6. Eufimisme
7. Wacana
8. Pragmatik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Hubungan Bentuk dan Makna
Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa
setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur,
yaitu signifie dan signifiant. Signifie mengacu
pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi,
sedangkan signifiant mengacu pada bunyi-
bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem dalam
bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu,
setiap bentuk kebahasaan terdiri dari dua unsur,
yaitu bentuk dan makna.
a. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang makna
sesungguhnya, sesuai dengan referennya,
sesuai dengan penglihatan pancaindra.
b. Makna Gramatikal
Makna gramatikal baru dapat diidentifikasi
setelah unsur kebahasaan yang satu
digabungkan dengan unsur kebahasaan
yang lainnya. Makna gramatikal muncul
karena adanya proses gramatikal
c. Makna Referensial
Makna referensial berkaitan langsung
dengan sumber yang menjadi acuan. Makna
ini mempunyai hubungan dengan makna
yang telah disepakati bersama.
d. Makna Nonreferensial
Yaitu makna yang tidak memiliki acuan.
Misalnya, kata dan, atau, karena termasuk
dalam makna nonreferensial karena tidak
memiliki acuan atau referen.
e. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang
sesungguhnya, makna dasar yang merujuk
pada makna yang lugas atau dasar dan
sesuai dengan kesepakatan masyarakat
pemakai bahasa
f. Makna Konotatif
Konotasi sebagai sebuah leksem,
merupakan seperangkat gagasan atau
perasaan yang mengelilingi leksem tersebut
dan juga berhubungan dengan nilai rasa
yang ditimbulkan oleh leksem tersebut
g. Makna Literal
Makna literal berhubungan dengan makna
harfia atau makna lugas.
h. Makna Figuratif
Makna figuratif adalah makna yang
menyimpang dari referennya. Contoh:
lintah darat
i. Makna Primer
Makna-makna yang dapat diketahui tanpa
bantuan konteks disebut makna primer.
Makna primer misalnya terdapat pada kata
lantai, tembok, jendela yang mengacu pada
bagian dari sebuah rumah
j. Makna Sekunder
Makna satuan kebahasaan yang baru dapat
didentifikasikan dengan bantuan konteks
disebut makna sekunder.
2. Eufemisme
Secara etimologi, eufemisme berasal dari
bahasa Yunani eu bermakna ‘bagus’ dan
phemeoo bermakna ‘berbicara’. Dengan
demikian, eufemisme bermakna berbicara
dengan menggunakan perkataan yang halus
dan sopan sehingga memberikan kesan yang
baik. Konsep eufemisme mengacu pada
penggantian suatu bentuk yang bernilai rasa
kasar dengan bentuk yang dirasa lebih halus
dan sopan. Dengan kata lain, eufemisme
digunakan dalam berkonumikasi agar tuturan
menjadi sopan dan halus sehingga dapat
memberikan kesan yang baik (Fromklin dan
Rodman melalui Ohuiwutun, 1997: 96).
Banyak hal yang menjadi referen eufemisme
diantaranya adalah nama binatang, nama
benda, organ vital manusia, peristiwa,
keadaan, profesi, penyakit, dan aktifitas.
Adapun manfaat dari eufemisme menurut
Wijana dan Rohmadi (2008) adalah
menghaluskan tuturan, sarana pendidikan, alat
berdiplomasi, merahasiakan sesuatu, dan
penolakan bahaya.
Selain eufemisme ada juga difemisme,
yaitu kebalikan dari eufemisme. Jika
eufemisme menghaluskan bahasa sedangkan
difemisme membuat bahasa menjadi kasar.
3. Wacana
Wacana adalah satuan gramatikal
tertinggi, terbesar, dan yang paling lengkap.
Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan
utuh. Selain itu, wacana memiliki amanat yang
lengkap. Unsur-unsur pembentuk wacana
dapat berupa kata, kalimat, dan paragraf.
4. Pragmatik
Kajian pragmatik berkaitan erat dengan
fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat
komunikasi. Pengetahuan mengenai prinsip
kerja sama dan kesantunan menjadi salah satu
bahasan yang penting dalam kajian pragmatik,
terutama dalam tindak ujar (speech act).
Terdapat empat aturan percakapan atau
empat maksim yang secara umum dipandang
sebagai prinsip atau dasar kerja sama, yaitu 1)
maksim kuantitas berkaitan dengan informasi
yang diberikan harus sesuai dengan yang
dibutuhkan, 2) maksim kualitas berkaitan
dengan informasi yang diberikan harus benar
atau sesuai fakta, 3) maksim relevansi
berkaitan dengan informasi yang diberikan
memiliki hubungan atau relevansi dengan
topik, dan 4) maksim cara berkaitan dengan
informasi yang diberikan mudah dimengerti.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 2. Materi Pragmatik
di modul ini
3 Daftar materi yang sering 3. Materi Pragmatik
mengalami miskonsepsi
Nama : Andika Aprianto
Program Studi : Bahasa Indonesia
Modul : 3 Profesional

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul PEMBELAJARAN SASTRA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Genre Puisi Dalam Kurikulum 2013
2. Genre Prosa Fiksi Dalam Kurikulum 2013
3. Genre Drama Dalam Kurikulum 2013
4. Perangkat Pembelajaran Sastra Dalam
Kurikulum 2013
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Genre Puisi Dalam Kurikulum 2013
Puisi menggunakan medium bahasa.
Bahasa dalam konteks ini tidak selalu dalam
bentuk kata, frase, kalimat, atau paragraf.
Bahasa juga bisa berupa simbol tipografi yang
bermakna. Puisi memiliki unsur bunyi,
termasuk di dalamnya rima atau persamaan
bunyi dalam puisi. Puisi mengungkapkan
pengalaman imajinatif, emosional, dan
intelektual penyair.
Satu diantara genre puisi adalah puisi
rakyat. Puisi rakyat merupakan salah satu
bentuk kesusastraan lama. Puisi rakyat terikat
oleh jumlah suku kata, jumlah bait dan baris,
dan persajakan. Jenis-jenis 23 puisi rakyat di
antaranya adalah pantun, karmina, gurindam,
dan syair. Setiap jenis puisi rakyat tersebut
memiliki ciri dan struktur yang berbeda-beda.

2. Genre Prosa Fiksi Dalam Kurikulum 2013


Prosa fiksi merupakan genre sastra yang
berbentuk prosa. Prosa fiksi bersifat
imajinatif. Unsur-unsur pembangun prosa
yang merupakan fakta cerita adalah alur,
tokoh, dan latar. Adapun jenis fiksi yang
dipelajari dalam kurikulum 2013 tingkat
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yaitu fabel,
legenda setempat, cerita rakyat (hikayat),
anekdot, cerpen, novelet, novel, cerita fantasi,
dan cerita sejarah.

3. Genre Drama Dalam Kurikulum 2013


Drama merupakan genre karya sastra yang
berbentuk cerita dengan dialog sebagai ciri
khasnya. Unsur drama terdiri dari alur, tokoh,
latar, tema, amanat, dialog, lakuan, dan teks
samping. Unsur pementasan drama terdiri dari
naskah 63 drama, sutradara, pemain
(aktor/aktris), tata rias, tata busana, tata pentas,
tata lampu, tata suara, dan penonton.
Menurut Siswanto (2008:165), berdasarkan
masanya, drama dapat dibagi menjadi dua,
yaitu drama tradisional dan drama modern.
Menurut Siswanto (2008:165), drama
tradisional atau drama rakyat (folk drama)
adalah drama yang lahir dan diciptakan
masyarakat tradisional. Sedangkan drama
modern adalah drama yang lahir pada
masyarakat industri.

4. Perangkat Pembelajaran Sastra Dalam


Kurikulum 2013
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016, materi pembelajaran dalam RPP
harus memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi.
Berdasarkan dimensi pengetahuan tersebut,
materi pembelajaran harus dirumuskan dalam
materi faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif.
Sebagai contoh, disajikan materi
pembelajaran sastra untuk KD dan IPK untuk
KD 4.15 menginterpretasi drama (tradisional
dan modern) yang dibaca dan
ditonton/didengar. Pembelajaran tersebut
dapat ditampilkan video pementasan drama
dan contoh naskah drama.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 3. Genre Prosa Fiksi Dalam Kurikulum 2013
di modul ini
3 Daftar materi yang sering 4. Genre Prosa Fiksi Dalam Kurikulum 2013
mengalami miskonsepsi
Nama : Andika Aprianto
Program Studi : Bahasa Indonesia
Modul : 4 Profesional

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul KETERAMPILAN BERBAHASA RESEPTIF


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Dasar dan Prinsip Keterampilan Menyimak.
2. Prinsip - Prinsip Pembelajaean Keterampilan
Menyimak.
3. Dasar dan Prinsip Pembelajaran
Keterampilan Membaca.
4. Pembelajaran Keterampilan Membaca di
Sekolah.
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Dasar dan Prinsip Keterampilan Menyimak.
Satu diantara keterampilan dalam
berbahasa adalah keterampilan menyimak.
Menyimak didefinisikan sebagai kegiatan 16
mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-
sungguh, seksama, sebagai upaya untuk
memahami ujaran itu sebagaimana yang
dimaksudkan oleh pembicara dengan
melibatkan seluruh aspek mental kejiwaan
seperti mengidentifikasi, menginterpretasi,
dan mereaksinya.
Wolvin & Coakely menggolongkan jenis
menyimak dalam lima tipe yaitu: diskriminatif
(discriminative), komprehensif
(comprehensive), terapeutik (therapeutic),
kritis (critical), dan apresiatif (apreciative)
(Goh:2002).
Chamot menyampaikan bahwa terdapat
tiga kategori strategi di dalam pembelajaran
menyimak yaitu kognitif, metakognitif, dan
sosial-afektif (Goh, 2002: 7).

2. Prinsip – Prinsip Pembelajaean Keterampilan


Menyimak.
Pembelajaran menyimak dalam
kurikulum 2013 terkemas dalam pembelajaran
teks yang beragam. Kata kunci dari
kompetensi dasar yang terkait dengan
pembelajaran keterampilan menyimak
tersebut adalah: ‘teks ..lisan’, “..didengar..”,
dan ..ditonton…”. yang muncul dalam
kompetensi dasar pembelajaran Bahasa
Indonesia baim untuk tingkat
SMP/SMA/SMK.
3. Dasar dan Prinsip Pembelajaran Keterampilan
Membaca.
Satu di antara keterampilan berbahasa
yang berperan penting bagi kehidupan
seseorang sebagai sarana komunikasi serta
informasi dalam rangka pengembangan
pengetahuan adalah membaca. Membaca
merupakan proses kognitif yang berupaya
untuk menemukan informasi yang terkandung
dalam tulisan. Ada beberapa jenis membaca
dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca
di Sekolah yaitu: (1) Membaca cepat; (2)
Membaca pemahaman; (3) Membaca kritis;

4. Pembelajaran Keterampilan Membaca di


Sekolah.
Pembelajaran keterampilan membaca
dalam Kurikulum 2013 diimplementasiikan ke
dalam berbagai genre teks baik fiksi maupun
nonfiksi. Pembelajaran keterampilan
membaca disajikan secara mandiri, bersama-
sama, atau sebagai alternatif pilihan. Hal ini
dapat dicermati di dalam kompetensi dasar
(KD) mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti
tertera pada Permendikbud No.37 Tahun 2018
tentang KI dan KD. Pembelajaran
keterampilan membaca disajikan secara
mandiri, bersama-sama, atau sebagai alternatif
pilihan.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 4. Prinsip – Prinsip Pembelajaean Keterampilan
di modul ini Menyimak.

3 Daftar materi yang sering 5. Prinsip – Prinsip Pembelajaean Keterampilan


mengalami miskonsepsi Menyimak.
Nama : Andika Aprianto
Program Studi : Bahasa Indonesia
Modul : 5 Profesional

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul KETERAMPILAN BERBAHASA PRODUKTIF


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterampilan Berbicara
2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
3. Keterampilan Menulis
4. Pembelajaran Keterampilan Menulis
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan
berbahasa yang bertujuan untuk
mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan
secara lisan sebagai proses komunikasi kepada
orang lain. Dalam proses berbicara, seseorang
akan mengalami proses berpikir untuk
mengungkapkan ide dan gagasannya secara
luas (divergent thinking).
Kemampuan berbicara seseorang sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penguasaan
kebahasaan dan non kebahasaan. Adapun
faktor-faktor kebahasaan yang harus dikuasai
tersebut antara lain adalah: ketepatan ucapan
(tata bunyi), penempatan tekanan, nada, sendi,
dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi),
dan kalimat efektif. Sedangkan faktor non
kebahasaan (1) sikap yang wajar, tenang, dan
tidak kaku, (2) kontak mata atau pandangan
harus diarahkan kepada audien atau khalayak
pendengar, (3) gerak-gerik dan mimik yang
tepat, (4) kenyaringan suara, (5) kelancaran,
dan (6) relevansi atau penalaran.

2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Keterampilan berbicara sangat penting
peranannya untuk mendukung kesuksesan
pembelajaran di sekolah. Beberapa metode
dan media yang ditawarkan untuk dapat
diimplementasikan dalam pendekatan
saintifik, metode two stay two stray, bermain
peran, dan media kartu bergambar.

3. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan kemampuan
seseorang menuangkan ide, gagasan atau
gambaran yang ada di dalam pikiran manusia
dalam bentuk karya tulis yang dapat dibaca,
dipahami dan dimengerti orang lain.
Keterampilan menulis, menuntut
penguasaan aspek bahasa yang meliputi (a)
penguasaan secara aktif sejumlah besar
perbendaharaan kata, (b) penguasaan kaidah-
kaidah sintaksis secara aktif, (c) kemampuan
menemukan gaya (genre) yang paling cocok
untuk menyampaikan gagasan, dan (d) tingkat
penalaran atau logika yang dimiliki seseorang
(Keraf, 2004:35).
Pendekatan proses menulis melalui
beberapa fase. Yaitu prapenulisan (persiapan)
, penuyang meliputi lisan (pengembangan isi
karangan) dan pasca penulisan (telaah dan
revisi atau editing).

4. Pembelajaran Keterampilan Menulis


Terdapat empat model pembelajaran yang
direkomendasikan kemendikbud sesuai
Kurikulum 2013 yang dapat digunakan untuk
mengajarkan keterampilan menulis seperti (1)
Model pembelajaran saintifik, (2)
Pembelajaran Berbasis Masalah, (3)
Pembelajaran Berbasis Proyek, dan (4)
Discovery Learning/Inquiry.

2 Daftar materi yang sulit dipahami 5. Model pembelajaran keterampilan berbicara


di modul ini
3 Daftar materi yang sering 6. Model pembelajaran keterampilan berbicara
mengalami miskonsepsi
Nama : Andika Aprianto
Program Studi : Bahasa Indonesia
Modul : 6 Profesional

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul GENDRE TEKS DALAM BAHASA


INDONESIA
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre
2. Genre Teks Fiksi Dalam Kurikulum 2013
3. Genre Teks Nonfiksi Dalam Kurikulum 2013
4. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Teks
Berbasis Genre
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre
Genre dengan tipe teksnya
diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yakni
menggambarkan (describing) dengan tipe teks
laporan serta deskripsi, menjelaskan
(explaining) dengan tipe teks eksplanasi,
memerintah (instructing) dengan tipe teks
instruksi/prosedur, berargumen (arguing)
dengan tipe teks eksposisi dan diskusi, serta
menceritakan (narrating) dengan tipe teks
rekon (recount), narasi, dan puisi.

2. Genre Teks Fiksi Dalam Kurikulum 2013


Gendre teks fiksi yang terdapat dalam
K13 terdiri dari cerita imajinasi/fantasi, puisi
rakyat, fabel, puisi, drama, cerpen, serta cerita
inspirasi.

3. Genre Teks Nonfiksi Dalam Kurikulum 2013


Terdapat beberapa pelajaran yang
relevansi teks nonfiksi dalam K13.
Contoh gendre nonfiksi tingkat SMP/MTs
dalam K13; teks deskripsi, teks prosedur, teks
laporan hasil observasi, dan teks ekplanasi.
Contoh gendre nonfiksi tingkat
SMA/MA/SMK dalam K13; teks laporan hasil
observasi, teks eksposisis, teks negosiasi, teks
prosedur, teks eksplanasi, resensi, dan teks
editorial.

4. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Teks


Berbasis Genre
Dalam membuat Perangkat Mengajar guru
hendaknya memilih genre pembelajaran yang
tepat. Di dalam RPP termuat Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK) yang
dirumuskan dari KD. IPK menjadi acuan
untuk menentukan Tujuan Pembelajaran,
Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
123 Alat dan Media Pembelajaran, Sumber
Belajar, Langkah-langkah Pembelajaran,
Penilaian Proses dan Hasil Belajar yang
sesuai.
Sebagai contoh
KD 3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan
teks ulasan (film, cerpen, puisi, novel, dan
karya seni daerah) yang diperdengarkan dan
dibaca.
KD 4.12 Menyajikan tanggapan tentang
kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel,
karya seni daerah, dll.) dalam bentuk teks
ulasan secara lisan dan tulis dengan
memperhatikan struktur, unsur kebahasaan,
atau aspek lisan.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Teks
di modul ini Berbasis Genre.

3 Daftar materi yang sering 7. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Teks


mengalami miskonsepsi Berbasis Genre.

Anda mungkin juga menyukai