Anda di halaman 1dari 59

Nama : Imroatus Sholihah

NPM : 210102051P
Mata kuliah : Metodologi Penelitian

I. Penelitian Pendahuluan
Pengukuran Variabel
Judul, Nama Populasi dan cara dan alat Teknik
No Independen Dependen Hasil penelitian
dan tahun sampel ukur analisa data
(X) (Y)
Hubungan BBLR 1. Asi Stunting  Populasi :  Cara :  Desain 1. Ada hubungan yang
dan ASI Eksklusif 300 balita wawancara cross bermakna antara berat
Eksklusif dengan 2. BBLR  Teknik  Alat ukur sectional badan lahir rendah (BBLR)
Kejadian sampling : Kuesioner  Analisis dengan kejadian stunting
Stunting di accidental data : uji (p=0.000)
1 Puskesmas Lima sampling chi square 2. Ada hubungan yang
Puluh Pekan baru  Sampel : 75 bermakna antara pemberian
responden ASI Eksklusif dengan
Fitri, Lidia. kejadian stunting
(2018) (p=0.021)

1
Hubungan Status Asi Ekslusif Stunting  Populasi :  Cara :  Desain Ada hubungan pemberian ASI
ASI Eksklusif 63ibu yang wawancara cross Eksklusif dengan kejadian
dengan Kejadian memiliki  Alat ukur sectional stunting pada balita usia 24-36
Stunting pada anak usia 24- Kuesioner  Analisis bulan (p=0.000)
batita usia 24-36 36 bulan dam data : uji
bulan di desa  Teknik microtoice chi square
watugajah sampling :
2 Kabupaten purposive
Gunung Kidul sampling
 Sampel : 44
Handayani, Sri. responden
Kapota, Noviana,
Wiwin.
Oktavianto, Eka.
(2019)
Hubungan 1. Asi Stunting  Populasi :  Cara :  Desain 1. Ada hubungan pemberian
Pemberian ASI Ekslusif 8835 balita wawancara cass ASI Eksklusif dengan
Ekslusif dan MP 2. MP ASI usia 2-5  Format isian control kejadian stunting (p=0.001)
3
ASI Dini dengan Dini tahun dan  Analisis 2. Ada hubungan MP ASI
Kejadian  Teknik microtoice data : uji dengan kejadian stunting
sampling : - chi square (p=0.000)

2
Stunting pada  Sampel : 30
Balita (1:1)
responden
Fitri, Lidia.
Ernita. (2019)
Hubungan 1. IMD Stunting  Populasi :  Cara :  Desain Ada hubungan bermakna IMD
Inisiasi Menyusu 2. Asi baduta usia 7- wawancara cross dan Pemberian ASI Ekslusif
Dini dan ASI Ekslusif 24 bulan  Format sectional dengan Stunting dengan p value
Ekslusif dengan sejumlah 301 pengumpulan  Analisis yang sama yaitu 0.033 (α<0.05)
Stunting pada anak data /ceklis data : uji
baduta usia 7-24  Teknik dan chi square
bulan sampling : microtoice
4
proporsional
Annisa, Nur. random
Sumiaty. sampling
Tondong,  Sampel : 57
Imelda, baduta
Henriaetta.
(2019)
Hubungan Asi Ekslusif Stunting  Populasi :  Cara :  Desain Ada hubungan yang bermakna
5
Pemberian ASI semua ibu wawancara cass antara pemberian ASI Eksklusif

3
Eksklusif dengan balita usia  Alat ukur control dan kejadian stunting pada usia
kejadian stunting 24-26 bulan Kuesioner retrospekif 24-36 bulan (p=<0.000) OR
pada balita usia  Teknik dan  Analisis 29.558 artinya artinya balita
24-36 bulan sampling : - microtoice data : uji yang tidak diberikan ASI
 Sampel : 78 chi square Eksklusif berpeluang 29 kali
Mawaddah, balita lipat mengalami stunting
Sofia.(2019)
Hubungan Asi Ekslusif Stunting  Populasi :  Cara :  Desain Ada hubungan pemberian ASI
Pemberian ASI 219 balita wawancara cass Eksklusif dengan kejadian
Ekslusif dengan  Teknik  Alat ukur control stunting pada balita (p=0,000)
Kejadian sampling : Kuesioner  Analisis < 0.05. OR 61, artinya balita
Stunting pada cluster dan data : uji yang tidak diberikan ASI
balita random microtoice chi square Eksklusif berpeluang 61 kali
6 sampling lipat mengalami stunting
SJMJ, Sampe,  Sampel : 144 dibandingkan balita yang diberi
Anita, Sr. Toban, (1:1) ASI Ekslusif.
Claurita, responden
Rindani. Madi,
Anung, Monica.
(2020)

4
II. DAFTAR PUSTAKA

1. Annisa, Nur. Sumiaty. Tondong, Imelda, Henriaetta. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif dengan Stunting pada
baduta usia 7-24 bulan. Jurnal Bidan Cerdas. Volume 1 nomor 3. E-ISSN 2654-9352. P-ISSN 2715-9965.
2. Fitri, Lidia. (2018). Hubungan BBLR dan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Lima Puluh Pekan baru. Jurnal
Edurance. Volume 3 Nomor 1.
3. Fitri, Lidia. Ernita. (2019). Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dan MP ASI Dini dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal lmu
Kebidanan Al-Insyariah Modwifery. Volume 8, Nomor 1. P-ISSN 2338-2139. E-ISSN 2622-3457.
4. Handayani, Sri. Kapota, Noviana, Wiwin. Oktavianto, Eka. (2019). Hubungan Status ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada batita
usia 24-36 bulan di desa watugajah Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Medika Respati. Volume 14. Nomor 4. ISSN 1907-3887. ISSN
2685-1156 .
5. Mawaddah, Sofia.(2019). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan. Jurnal Berkala
Kesehatan. Volume 5. Nomor 2.
6. SJMJ, Sampe, Anita, Sr. Toban, Claurita, Rindani. Madi, Anung, Monica. (2020). Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian
Stunting pada balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan sandi Husada. Volume 11, Nomor 1. P-ISSN : 2354-6093. E-ISSN 2654-4

5
PROPOSAL PENELITIAN
Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting
Di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Raya Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2021

I. Latar Belakang Masalah


Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka
kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki
postur tubuh tak maksimal saat dewasa (Millenium Challengga Account Indonesia,
2013, dalam SJMJ, 2020).

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun. Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat
menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan
peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan
kemampuan motorik dan mental juga memiliki risiko terjadinya penurunan
kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif.
Anak stunting juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga
berisiko mengalami penurunan kualitas belajar di sekolah dan berisiko lebih sering
absen, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia
(Kartikawati, 2011 dalam Indrawati, 2016, dalam SJMJ, 2020). Stunting disebabkan
oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling menentukan pada 1.000 HPK (1000
Hari Pertama Kehidupan) salah satu diantaranya praktek pengasuhan yang tidak
baik yaitu 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif
(Kementerian Desa PDTT, 2017).

Menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk memastkan kesehatan dan
kelangsungan hidup anak, namun hampir 2 dari 3 bayi tidak disusui secara ekslusif
selama 6 bulan yang direkomendasikan dengan angka yang tidak membaik dalam
2 dekade, jika pemberian ASI ditingkatkan hingga mendekati tingkat universal,

6
sekitar 820.000 nyawa anak akan diselamatkan setiap tahun, secara global hanya
40% bayi di bawah usia enam bulan yang mendapat ASI eksklusif (Victoria. et al.
2016).

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh Stunting dalam jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan metabolisme dalam tubuh
dan gangguan pertumbuhan fisik. Sedangkan dampak dalam jangka panjang adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan
tubuh serta resiko tinggi terkena Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti obesitas,
diabetes, penyakit jantung, stroke, kanker dan disabilitas pada usia lansia yang
akhirnya akanan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia (Kemendes
PDTT, 2017).

Prevalensi Stunting berdasarkan hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2018


menunjukkan angka 30,8% atau sekitar 7 juta balita menderita Stunting, turun
sebanyak 6,4% dari tahun 2013 yaitu sebanyak 37,2%, tetapi hal ini jauh dari target
yang diinginkan Indonesia sebanyak 14% di tahun 2024. Beradasarkan data
Riskesdas 2018 untuk di Propinsi Lampung prevalensi Stunting pada tahun 2013
sebanyak 42,6% mengalami penurunan yang sangat signifikan di tahun 2018
sebanyak 27,28%, dan untuk Lampung Selatan di tahun 2013 mendapat peringkat
ketiga tertinggi untuk prevalensi Stunting yaitu 43,01%, dan peringkat kedua
sebanyak 43,17 di Kabupaten Lampung Tengah, sedangkan peringkat pertama ada
di Lampung Timur sebanyak 52,6% (TNP2K, 2017).

Database global UNICEF, 2020 berdasarkan MICS, DHS dan sumber perwakilan
nasional lainnya, 2014-2019 bahwa persentase bayi usia 0-5 bulan yang mendapat
ASI ekslusif menurut negara dan wilayah adalah wilayah Asia Selatan 57%, Afrika
Timur Dan Selatan 56%, Eropa Timur Dan Asia Tengah 42%, Amerika Latin Dan
Karibia 33%, Amerika Utara 35%, Timur Tengah Dan Afrika Utara 34% , Afrika
Barat Dan Tengah 31%, Asia Timur Dan Fasifik 30% dan Dunia 44%
(data.unicef.org). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2018 bahwa
Proporsi pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi umur 0-5 bulan sudah
mencapai 74,5% (Riskesdas, 2018) dari target Persentase bayi usia kurang dari 6
bulan mendapat ASI eksklusif sebesar 60% (Renstra Kemenkes Ri 2020-2024).

7
Sedangkan proporsi pernah disusui dan masih di susui pada anak umur 0-23 bulan
menurut Riskesdas 2018, untuk Propinsi Lampung mencapai 93,3% pernah disusui
diatas capaian nasioanl hanya 93% dan 81,8% masih disusui diatas capaian nasional
hanya 78,8%. Untuk Kabupaten Lampung selatan sendiri berdasarkan buku Peta
Kesehatan Propinsi Lampung, 2019 bahwa cakupan Asi Ekslusif berada diangka
>75%, sedangkan target capain ASI ekslusif di tahun 2024 minimal mencapai 60%.
Ada beberapa alasan bayi belum mendapatkan atau tidak pernah di beri ASI karena
asi tidak keluar 56,7%,rawat pisah 8,4%, anak tidak bisa menyusui 6,6%, alasan
medis 5,7%, anak terpisah dari ibunya 5,4%, repot 2,2%, ibu meninggal 1,5% dan
lainnya 4,5% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data dari PWS gizi bahwa kasus stunting di Puskesmas Branti Raya
pada tahun 2020 sebanyak 7 kasus balita pendek dan 24 kasus balita sangat pendek.
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan ASI
Ekslusif dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Beranti Raya
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021”

II. Rumusan Masalah


Adakah Hubungan ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Beranti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2021?

III. Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Beranti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2021
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Karakteristik Responden ASI Ekslusif dengan Kejadian
Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Beranti Raya Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Beranti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2021

8
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Beranti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2021
4. Untuk mengetahui hubungan ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Beranti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2021

IV. Definis Operasional


Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
Independen: Pemberian ASI Wawancara Lembar 0 : tidak Nominal
ASI yang diberikan dari ceklis ASI
Ekslusif hari pertama Ekslusif
kelahiran sampai 1 : ASI
usia enam bulan Eksklusif
tanpa tambahan
makanan atau
minuman
Dependen: wawancara Microtoice 0: Nominal
Keadaan gangguan
Stunting pertumbuhan pada stunting
anak yakni tinggi 1 : tidak
badan anak lebih
rendah atau pendek stunting
(kerdil) dari standar
usianya
(Kementerian Desa
PDTT, 2017).

Anak balita
Stunting apabila
nilai z-scorenya
kurang dari -2SD
(standar deviasi)
dan severely
stunted apabila
kurang dari – 3SD
(Permenkes RI
Nomor 2 Tahun
2021 tentang

9
Standar
Antropometri anak)

10
Lampiran Jurnal

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59

Anda mungkin juga menyukai