OLEH
YESIMIT MERANI INA WARRU
NIM : 1601050001
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Sarjana Program Studi Pendidikan
Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang dalam
ujian skripsi yang telah dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2020
Tempat : Ruang Ujian E-Learning Program Studi Pendidikan Fisika
Dinyatakan : LULUS
DOSEN PENGUJI
1. Ketua Penguji
Dr. Amiruddin Supu, S.Pd.,M.Si (...................................)
NIP: 19670311 199403 1 001
2. Anggota Penguji 1
Yusniati H.M. Yusuf, S.Si., M.Pd. (...................................)
NIP. 19830107 200812 2 003
3. Anggota Penguji 2
Kadek Ayu Astiti, S.Pd., M.Pd. (...................................)
NIP:19880928 201404 2 002
Mengetahui
ii
ABSTRACT
Analysis of the Think Pair Share Type Cooperative Learning Model to Improve
Students Physics Learning Outcomes
Think Pair Share learning model is a learning model that gives students the
opportunity to work alone and collaborate with other students. They can combine answers in
pairs and draw conclusions from discussions that are conducted in pairs. The purpose of this
study was to analyze the Think Pair Share type of cooperative learning model to improve
student physics learning outcomes.
This research is a library research and uses the Chek List research instrument. There
are several things that were studied by researchers in this study, namely the characteristics
of the Think Pair Share learning model, the Syntax of the Think Pair Share learning model
and the influence of the Think Pair Share learning model on student cognitive learning
outcomes. The assessment is carried out through content analysis. The data obtained in the
form of journals / articles / theses / sources relevant to this research are processed through
the editing, organizing and discovery stages of research results. Based on the results of the
study conducted by the researcher, it was found that the ten journals studied had almost the
same characteristics of the Think Pair Share model. The difference lies in the impact of these
characteristics. The Think Pair Share learning model in each journal / source has a clear and
the same syntax, which consists of the Think stage, the Pair stage and the Share stage.
Whether it is applied directly in learning or combined with other alternatives, each of the
sources studied has advantages regardless of the syntax that has been explicitly defined.
Then, all the sources studied were obtained to improve students' cognitive physics learning
outcomes through Think Pair Share learning.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunia-Nya yang teramat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan
dengan berbagai saran sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menimbah ilmu.
2. Dekan FKIP Undana
3. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
4. Bapak Hartoyo Yudhawardhana selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Undana
5. Ibu Yusniati H. M. Yusuf, S.Si.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan
6. Ibu Kadek Ayu Astiti, S.Pd,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan
7. Bapak/Ibu Dosen program studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan
bekal pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan di Undana
8. Papa dan Mama tercinta (Bapak Lende Warru dan Mama Margaretha
Loru), Kaka Yonatan Tonda, Adik tersayang Hildegardis Warru Wora, Isto
Seingo dan semua keluarga tercinta yang telah memberikan doa tulus,
dukungan dan semangat serta dana kepada penulis.
9. Sahabat seperjuangan FIRE’16 yang selalu menemani penulis selama
perkuliahan, memberikan dorongan dan semangat selama penyusunan
skripsi ini, (Fire Girls) : Bety, Ambu, Mega, Thensy, Lony, Helvy, Phrischa,
Vira, Putry Tuati, Linda, Reslin, Ona Aring, Ona Dima, Putry Bethan, Fitri,
Ocha, Jundry, Esa, Tina, Nurul, Indry, Lory, Dea, Mety, Riven, Jein,
iv
Delima, Astry, Ancilla, Anita, Diana, Eny, Novy, Imel, Melan, Inggrid,
Silvy, Ulin, Fitri Teftae, Ivanya, Linda Maimakal. (fire Boys) : Geo, Noris,
Ajos,Sony, Aris, Erwin, Yoga, Anis, Gon, Risky, Argon, Indra,Erik, Migel,
Zua dan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Fisika di KSF.
10. Teman-teman pelayanan pada kelompok Doa El Gibbor : Ka Simon, Ka
Nimang, Ka Yadi, Ka Jufry, Ka Ririn, Ka Milton, Ka Ansy,Ka Tin,Ka
Florin, Ka Yani, Ka Ino, Ka Asry, Ka Randa, Ka Reka, Bety, Anggy, Ambu,
Thensy, Lony, Mega, Geon, Noris, Phrischa, Sofi, Rista dan adik-adik
tersayang yang setia mendoakan dan memotivasi.
11. Rekan-rekan Pelayanan Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI)
terutama Bapak Yes dan Mama Dince sebagai orang tua rohani yang selalu
mendoakan dan memotivasi.
12. Saudara/saudari tercinta kos Ary : Ka Evi, Ka Inar, Ka Fitry, Ka Gusty, Ka
Cha, Ka Umbu, Virgan, Ika, Noncy, Rio, Vin, Yermias, Celi, Gita, Hilde
13. Sahabat terbaik Virgan, Bety, Anggy, Mega, Thensy, Ambu, Lony, Helvy,
Ika Rita, Lita, Dearly, Elda, Ina Mon,Yody, Dinda yang selalu memberikan
dorongan dan motivasi.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi melengkapi dan memperbaiki skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini ini berguna bagi para pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.
Kupang, 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK………………………………………………………………………………..i
ABSTRACT………………………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………4
1.3 Tujuan penelitian…………………………………………………………… 4
1.4 Manfaat penelitian ………………………………………………………….. 4
1.5 Batasan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian …………………………. 5
1.6 Defenisi Operasional………………………………………………………… 5
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Pengaruh model TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa….51
viii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok
perhatian peneliti adalah :
1. Bagaimana analisis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa?
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan
praktis, sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru agar
memperhatikan model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa.
2. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.
4
2. Bagi guru
Untuk menambah pengalaman bagi guru dan kepedulian dalam
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa yang berdampak
pada hasil belajar dan prestasi belajar siswa
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar
2.1.1 Hakikat Belajar
6
Bower (1987) berpendapat bahwa dengan Belajar kita dapat menunjukan
adanya perubahan yang relatif dalam perilaku yang terjadi karena adanya
beberapa pengalaman yang telah dialami dan juga latihan yang sudah dilakukan
dalam waktu sebelumnya. Bower juga menjelaskan bahwa “Learning is a
cognitive process” yang artinya Belajar adalah suatu proses kognitif. Disini
Bower menjelaskan proses merupakan hal yang lebih penting dibandingkan
hasil dari belajar itu sendiri.
7
seseorangyang alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya, anak dengan kakaknya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagan
otaknya sudah siap untuk berfikir, dan lain- lain. (Nurul Rifatun, 2020)
2) Faktor kecerdasan atau inteligensi.
Taraf inteligensi sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa,
di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang
lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya,
siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan
memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak
mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar
yang tinggi, juga sebaliknya. Eva Nauli Thaib (2013).
3) Faktor latihan dan ulangan.
Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang,
kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan
makin mendalam. Selain itu, dengan seringnya berlatih, akan timbul minat
terhadap seauatu yang dipelajari itu. Semakin besar pula perhatiannya
sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya. Sebaliknya, tanpa
latihan, pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi
hilang atau berkurang. (Perpuskampus, 2016)
4) Faktor motivasi.
Dalam kegiatan belajar, motivasi memang berperanan penting karena
motivasi mempunyai fungsi mendorong timbulnya tingkah laku dan suatu
perbuatan, mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dan menggerakkan tingkah laku (Hamalik, 2011)
5) Faktor pribadi.
Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang berbeda
dengan manusia lainnya. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, halus
perasaannya, berkemauan keras, tekun dan sifat sebaliknya. Sifat-sifat
kepribadian tersebut turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai.
8
Termasuk kedalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor fisik kesehatan
dan kondisi badan. .(Perpuskampus, 2016)
Faktor yang di luar individu disebut faktor sosial, meliputi hal-
hal berikut :
1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga.
Yang menjadi faktor dalam lingkungan keluarga yang memiliki
pengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar adalah faktor orang tua
yang meliputi tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya
penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua,
rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya situasi dalam
rumah. Dan faktor keadaan rumah yang meliputi ukuran rumah, peralatan
untuk belajar dan ruang belajar. Dalyono (2007)
2) Faktor guru dan cara mengajarnya.
Saat anak belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting. Sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru bagaimana cara guru
mengajarkan pengetahuan tersebut kepada peserta didiknya turut
menentukan hasil belajar yang akan dicapai. .(Perpuskampus, 2016)
3) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia.
2.2 Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Pembelajaran
Menurut Kimble (Garmezy dalam Thobroni), pembelajaran adalah
suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang
diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus
9
dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau
disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai
subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis,
merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.
2.2.2 Karakteristik Pembelajaran
J. P. Rombepajung (Thobroni dan Mustofa) juga berpendapat bahwa
pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu
keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Brown merinci
karakteristik pembelajaran sebagai berikut :
1) Belajar adalah menguasai atau “memperoleh”.
2) Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
3) Proses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori
dan organisasi kognitif.
4) Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut
peristiwa- peristiwa di luar serta di dalam organisme.
5) Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.
10
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011). Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan strategi, metode
atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-ciri tersebut ialah:
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Trianto, 2009).
11
2) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas peserta didik
dalam pembelajaran.
3) Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku peserta didik
secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.
4) Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran peserta
didik secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah
ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan).
5) Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam
merencanakan pembelajaran dalam rangka memperbaiki atau
menyempurnakan kualitas pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1)Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran
2)Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran
3)Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti
pembelajaran secara penuh
4)Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya
secara objektif.
14
dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan
demikian, karakteristik pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif
FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran
pembelajaran yang ingin dicapai pada
dan memotivasi siswa
mata pelajaran tersebut dan memotivasi
belajar siswa
Fase 2: Guru menyampaikan informasi kepada
Menyajikan infornasi
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacan
Fase 3: Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa ke dalam bagaimana membentuk kelompok
kelompok – kelompok belajar
belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok bekerja dan kelompok belajar siswa pada saat
Belajar
mereka mengerjakan tugas
Fase 5: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
17
▪ Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat
terbuka dan demokratis
▪ Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa.
▪ Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan
keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat.
▪ Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek
belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya
▪ Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari
tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal
bagi kesuksesan kelompoknya.
▪ Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa
yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
18
1981 dan diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran
kooperatif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran
yang kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan
keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini
dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk
merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan
dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek
berpikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama
dengan kelompok kecil dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan
Senduk, 2004).
20
Tabel 2.2 Langkah-langkah model TPS
Tahap Tingkah laku guru dan siswa
Think Guru mengingatkan siswa pada materi prasarat dan memberikan
penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari siswa.
Guru memberikan pertanyaan atau masalah. Setiap siswa
memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih
dahulu.
Pair Kelompok membentuk anggotanya secara berpasangan. Setiap
pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya dan
menggabungkan jawaban.
Share Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa
tersebut menyampaikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari
hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut
dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat kesempatan untuk
melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi
disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
23
belajar dari Benjamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif
24
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan
mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah scenario
yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data
atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan.
▪ Evaluasi (evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi dan sebagainya
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang
ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini meliputi perubahan-
perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran (sikap
dan nilai).
▪ Penerimaan (receiving/attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya satu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
▪ Tanggapan (responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan.
▪ Penghargaan (valueing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada satu
objek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada
internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku.
25
▪ Pengorganisasian (organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan
konflik diantaranya, dan membentuk satu sistem nilai yang
konsisten.
▪ Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (characterization by a
value or value complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.
c. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris adalah aspek tingkah laku yang meliputi
perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik
dan keterampilan. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini meliputi:
▪ Persepsi (perseption)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
membantu gerakan.
▪ Kesiapan (set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan.
▪ Tanggapan Terpimpin (guided response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-
coba.
▪ Mekanisme (mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
▪ Tanggapan Tampak yang Kompleks (complex overt
response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri
dari pola-pola gerakan yang kompleks.
▪ Penyesuaian (adaptation)
26
Keterampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
▪ Penciptaan (origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan
dengan situasi atau permasalahan tertentu.
2.6.3 Indikator Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan pada
suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui prestasinya. Peserta
didik akan dikatakan berhasil apabila prestasinya baik dan
sebaliknya, ia tidak berhasil jika prestasinya rendah.
27
5.1 Dapat menghubungkan materi–
materi,
sehingga menjadi kesatuan yang baru
5.2 Dapat menyimpulkan
5.3 Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
6.1 Dapat menilai,
6.2Dapat menjelaskan dan
menafsirkan
28
Adapun indikator hasil belajar yang hendak digunakan dalam
penelitian ini hanya mencakup Indikator hasil belajar aspek Kognitif, yang
terdiri dari :
1. Pengetahuan (knowledge)
Adapun aspek yang dinilai pada bagian ini yaitu bagaiamana siswa
dapat menyebutkan dan menunjukkan kembali atau
mengungkapkan kembali baik lisan maupun tulisan materi yang
diterimanya.
2. Pemahaman(Comprehension)
Aspek yang dinilai pada bagiam ini yaitu bagaimana siswa dapat
menjelaskan dan dapat mendefenisikan dengan bahasanya sendiri
3. Penerapan (Application)
Aspek yang dinilai pada tahap ini yaitu apakah siswa dapat
memberikan contoh dan dapat menggunakannya secara tepat.
4. Analisis (Analysis)
Aspek yang dapat dinilai pada tahap ini yaitu bagaimana siswa
dapat menguraikan dan dapat mengklasifikasikan atau memilah.
5. Menciptakan
Aspek yang dinilai pada tahap ini yaitu bagaiman siswa dapat
menghubungkan materi–materi sehingga menjadi kesatuan yang
baru, dapat menyimpulkan dan dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
6. Evaluasi (Evaluation)
Aspek yang dinilai pada bagian ini yaitu bagaimana siswa dapat
menilai, dapat menjelaskan dan menafsirkan, serta dapat
menyimpulkan.
29
Tabel 2.4
Hubungan model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar kognitif siswa
33
BAB III
METODE PENELITIAN
35
Tabel 3. 1 Instrumen Penelitian
36
1. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna
antara yang satu dengan yang lain.
2. Organizing yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah diperlukan.
3. Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan
terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-
kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh
kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan
masalah (C.R.Kothari,2004)
37
BAB IV
HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN
Dari tabel 4 diperoleh bahwa ada peningkatan persentase kemampuan kognitif siswa
disetiap level kognitif sehingga dapat diartikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dapat meningkatkan level kognitif.
Kedua, penelitian oleh Pintor Simarora dan Asmidar Dalimunthe, “ Pengaruh model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) berbantu peta konsep terhadap hasil
belajar Fisika Siswa ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa aktifitas belajar siswa
kelas eksperimen meningkat yaitu pertemuan I 63,22% dan pada pertemuan II 71,42%.
Berdasarkan uji-t setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas menunjukkan ada
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan Peta Konsep terhadap aktifitas
dan hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA
Swasta Dharmawangsa Medan T.P 2012/2013.
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh peneliti pada penelitian ini yaitu model
pembelajaran Think Pair Share memiliki karakteristik berupa penekanan terhadap kesadaran
siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, belajar mengaplikasikan pengetahuan
39
dan ketrampilan, serta saling berbagi pengetahuan, konsep dan ketrampilan tersebut kepada
siswa lainnya. yang lainnya. Tingkat pemahaman yang diperoleh siswa lebih besar karena
siswa dilibatkan secara langsung dalam menemukan jawaban terhadap persoalan dan model
pembelajaran ini dikombinasikan dengan media yang sangat menarik bagi siswa yaitu media
pembelajaran peta konsep yang lainnya. Tingkat pemahaman yang diperoleh siswa lebih
besar karena siswa dilibatkan secara langsung dalam menemukan jawaban terhadap
persoalan dan model pembelajaran ini dikombinasikan dengan media yang sangat menarik
bagi siswa yaitu media pembelajaran peta konsep. Pembelajaran kooperatif tipe TPS
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu dengan sesama temannya. Setelah diberikan
perlakuan yang berbeda dimana pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan
model kooperatif tipe TPS berbantuan peta konsep dan pada kelas kontrol diberikan
pembelajaran Konvensional, diperoleh bahwa rata-rata postes kelas eksperimen sebesar
73,05 dan rata-rata postes kelas kontrol sebesar 64,1.
Ketiga, penelitian “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pamekesan
2014/2015”, oleh Sufijati Rifai. Hasil penelitian dari tahapan siklus yang dilaksanakan
terkait dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) pada siklus I
ada peningkatanperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Skor rata-rata aktivitas siswa yang
diperoleh pada siklus I berada pada kategori kurang aktif dengan skor rata-rata 1,80 menjadi
cukup aktif pada siklus II dengan skor 2,01. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbaikan
proses walaupun masih kurang. Semua itu disebabkan antara lain: siswa selalu diberitahu
agar siswa selalu bekerja dalam kelompoknya, melakukan interaksi dengan teman, interaksi
yang terjadi antara siswa dengan guru, siswa yang bertanya dan kegiatan dalam memecahkan
masalah. Untuk hasil belajar siswa berdasarkan analisis ulangan di dapat adanya peningkatan
dari belum tuntas dengan perolehan 77 % pada siklus I menjadi tuntas pada siklus II dengan
perolehan 87%. Berdasarkan hasil yang diperoleh secara umum penelitian ini dapat
menjawab permasalahan dan tujuan yang diharapkan yaitu dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan dapat meningaktkan dari hasil belajar. Tidak hanya itu siswa menemukan
pengetahuan yang dibangun sendiri dan peranan guru sebagai fasilitator dapat ditingkatkan.
40
Sedangkan hasil kajian oleh peneliti terkait karakteristik, sintaks dan keterkaitan
model dengan hasil belajar kognitif yaitu model pembelajaran TPS dalam penelitian ini
memiliki karakteristik berupa mengutamakan berpikir sebagai langkah awal mengumpulkan
konsep atau masalah, diteruskan dengan saling bertukar ide secara berpasangan, kemudian
berbagi dengan seluruh pasangan di kelas. Inilah yang menjadi pemicu terjadinya proses
berpikir dan beraktivitas siswa baik dalam rangka memahami materi maupun memperkaya
ide-ide tentang topik bahasan. Sedangkan sintaks model pembelajaran TPS pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut : a)Thinking (berpikir). Guru memberikan dasar-dasar konsep secara
singkat dan mantap. Penguatan terhadap konsep dilakukan guru dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan. Curah pendapat dilakukan untuk menggali ide-ide sekaligus sebagai
latihan curahan pendapat. Masing-masing siswa diminta untuk memikirkan jawaban
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat kemudian dituangkan dalam
konsep jawaban masing-masing di atas kertas ; b)Pairing (berpasangan), yaitu siswa
membentuk paangan belajar. Ide-ide yang disepakati selanjutnya dikumpulkan atas dasar
masalah yang diajukan oleh guru dan dituangkan dalam selembar kertas sebagai hasil
diskuisi maisng-masing pasangan; c) Sharing (berbagi), yaitu berbagi jawaban kepada kelas.
Berbagi ide ini dilakukan oleh setiap pasangan yang ditunjuk berdasarkan lotting.Pasangan
lain yang dapat menambahkan ide-ide dari pasangan lain baik pada saat presentasi maupun
pada saat lembaran kertas lain dari hasil kerjanya pasangan. Selanjutnya seluruh pasangan
melaporkan hasil kerja pasangannya dan catatan hasil berbagai dengan pasangan lain. . Hasil
analisis hasil belajar Fisika siswa kelas X IPA-B SMA Negeri 1 Pamekasan yang mengikuti
pembelajaran Fisika menggunakan model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk
Kompetensi dasar 8.1 Menguasai hokum fluida statis dapat disajikan pada tabel berikut:
Berdasarkan data pada table 4.2 diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa X IPA-B SMA Negeri 1Pamekasan sebagai berikut. Rata-rata hasilbelajar yang
dicapai besarnya 73,25 dengan ketuntasan klasikal 87% ini menunjukkanadanya peningkatan
41
hasil belajaryangsebelumnya 66,93. Hasil tersebut tergolong sudah mencapai ketuntasan
minimal yang diharapkan.
Keempat, penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (Tps) Disertai Metode Praktikum Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas XI IPA 3 MAN 1 Jember” oleh Mukhammad Irwansyah, dkk.
Berdasarkan Analisis data pada siklus I, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) disertai metode praktikum dalam pembelajaran,
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil
analisis data, skor rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kegiatan pra-siklus
ke siklus I, yaitu dari 6,71 menjadi 35,85. Demikian pula skor rata-rata hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan dari kegiatan pra-siklus ke siklus I, yaitu dari 56,93 menjadi
84,17. Peningkatan aktivitas belajar dari pra-siklus ke siklus 1 sudah baik, hal ini ditunjukkan
dengan nilai Ngain sebesar 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang, hasil belajar sedang
siswa di peroleh nilai N gain sebesar 0,63 yang termasuk dalam kategori sedang. Pada
kegiatan siklus I, beberapa siswa masih kurang mampu melaksanakan praktikum secara
mandiri bersama kelompoknya dan beberapa siswa masih kurang memperhatikan selama
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II, skor aktivitas siswa
mengalami peningkatan dari yang sebelumnya menjadi 44,57. Selain itu, skor rata-rata hasil
belajar siswa juga mengalami peningkatan dari yang sebelumnya 56,93 menjadi 83,68. Skor
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian
tersebut, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) disertai metode praktikum dapat dinyatakan efektif dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di kelas XI IPA 3 MAN 1 Jember.
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh peneliti pada jurnal penelitian ini model
pembelajaran Think Pair Share memilki karakteristik berupa siswa diberikan waktu lebih
banyak untuk berfikir, menjawab,serta membantu satu sama lain. Think (berfikir), Pair
(berpasangan) dan Share(berbagi ). Berdasarkan hasil analisis data, model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair untuk hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukan peningkatan
dari 56,93 menjadi 84,17. Analisis data pada siklus II dilaksanakan dengan model yang sama
dengan siklus I yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) disertai
metode praktikum. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar
42
siswa mengalami peningkatan dari yang sebelumnya 56,93 menjadi 83,68. Skor rata-rata
hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan n. Berdasarkan nilai N-gain
yang diperoleh untuk hasil belajar siswa pada siklus II yaitu sebesar 0,62 maka peningkatan
hasil belajar tersebut termasuk dalam kategori peningkatan sedang.
Kelima, penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Think Pair Share Pada Materi Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI TKR1 SMK Negeri 2 Tarakan” oleh Kule dan Hengki Wijaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) materi pelajaran listrik dinamis dengan kegiatan: (1)
tahap think, siswa diberi peluang menyelesaikan masalah listrik dinamis berupa muatan atom
dalam suatu unsur, (2) tahap pair, siswa bersama pasangannya menalar keterkaitan antara
muatan inti atom dengan elektron, (3) tahap share, siswa bersama-sama kelompok
mengomunikasikan hasil temuannya di depan kelas tentang gerakan elektron dapat
menimbulkan muatan listrik dinamis. Hasil belajar fisika dengan menggunakan Think Pair
Share mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari angka 72,90% pada siklus I
menjadi 81,18% pada siklus II.
Adapun hasil pengkajian yang di lakukan oleh peneliti yaitu model Think Pair Share
pada penelitian ini memiliki karakteristik melatih siswa untuk berinteraksi dan menjalin
keakraban secara lebih dini serta dapat menyesuaikan diri dengan teman kelompoknya,
karena tercipta keakraban di antara anggota kelompok siswa merupakan faktor pendukung
terbentuknya suasana belajar yang dinamis. Sintaks model pembelajaran Think Piar Share
pada penelitian ini yaitu : (1) tahap think, siswa diberi peluang menyelesaikan masalah listrik
dinamis berupa muatan atom dalam suatu unsur, (2) tahap pair, siswa bersama pasangannya
menalar keterkaitan antara muatan inti atom dengan elektron, (3) tahap share, siswa bersama-
sama kelompok mengomunikasikan hasil temuannya di depan kelas tentang gerakan elektron
dapat menimbulkan muatan listrik dinamis.
Keenam, Penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun
Pelajaran 2015/2016” oleh Lidia Kusumawati, dkk. Hasil penelitian yang diperoleh data skor
tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf
kepercayaan α = 0,05, diperoleh thitung(3,056) > ttabel(1,697) Ha diterima dan Ho ditolak.
43
Dimana hasil rata-rata kognitif siswa mencapai 77,25. Ketuntasan siswa 75 % dan tidak
ketuntasan siswa 25 %.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada jurnal ini yaitu, Karakteristik
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu adanya kesempatan bagi siswa
untuk berpikir, menjawab, saling membantu sama lain sehingga dapat mengatasi sifat siswa
yang malas berfikir dan tidak mau bekerja sama yang baik untuk memecahkan suatu
permasalahan dari meteri yang dipelajari dalam pembelajaran. Sintaks model Think Pair
Share dalam penelitian ini diuraikan oleh peneliti yaitu guru menyampaikan materi dan
kompetensi yang ingin dicapai, siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru, siswa diminta berpasangan dengan bangku sebelahnya dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakanhasil diskusinya, berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan
pembicaraan pada kelompok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan
para siswa, selanjutnya guru memberi kesimpulan dan penutup. Dalam kaitannya dengan
hasil belajar kognitif, setelah diberi perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata hasil pre-test
sebesar 31,56 dan rata-rata hasil post-test sebesar 77,25. Hasil posttest mengalami
peningkatan sebesar 45,69 dari hasil pre-test.
Ketujuh, penelitian “Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Kemagnetan pada Peserta Didik Kelas IX di
MTS Madani Alauddin Pao-pao” oleh Ainun Jariah (2016). Hasil analisis data hasil belajar
siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
mencapai nilai rata-rata 46,66, pedoman Depdikbud tentang kategori hasil kognitif siswa
yang menunjukkan persentase yang terbesar ditunjukkan pada kategori rendah yaitu sebesar
12,5% dari 24 siswa. sedangkan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) mencapai nilai rata-rata 76,6, pedoman Depdikbud tentang kategori
hasil kognitif siswa yang menunjukkan persentase yang terbesar ditunjukkan pada kategori
tinggi yaitu sebesar 29,16% dari 24 siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t diperoleh thitung = 13,44 dan nilai ttabel = 2,06. Karena nilai t hitung >
t tabel maka H0 ditolak sehingga Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi kemagnetan.
44
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti dalam jurnal ini, yang
menjadi karakteristik Think-Pair-Share (TPS) memungkinkan pembelajaran bagi siswa
untuk lebih banyak berfikir, merespon dan saling membantu satu sama lain, sehingga siswa
dapat bekerja sama, saling membantu, mempelajari informasi atau keterampilan dan adanya
sistem penilaian dari peningkatan individu dan bekerja sama dalam kelompok. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) sebagai
berikut: Tahap Think (Berpikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan
dengan konsep materi, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu
tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap Pairing (Berpasangan), guru meminta
siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya
pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah
diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap Share (Berbagi). Pada
tahap akhir, guru meminta pasangan berbagi untuk seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan
sampai seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.Pada tahap tes
akhir atau posttest setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think-pair
Share dengan nilai rata-rata sebesar 76,7 dari skor maksimal 100. Hal ini menunjukkan
terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dari sebelumnya. Jika dikategorikan pada
pedoman Dekdikbud, terdapat 41,66% pada kategori sangat tinggi. Dengan Hasil ini juga
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada materi kemagnetan meningkat setelah
mengunakan model pembelajaran dengan memperhatikan persentase yang terbesar pada
kategori sangat tinggi.
Kedelapan, Penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa kelas XI.IPA 1 SMA
Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Baru” oleh Pahri Arifin. Hasil analisis yang diperoleh,
yaitu: (1)Hasil belajar fisika siswa dari Siklus I ke Siklus II dengan kualifikasi sangat tinggi
meningkat dari 38,7% menjadi 58,1%. Kualifikasi tinggi menurun dari 32,3% menjadi
25,8%. Kualifikasi sedang 25,8% menjadi 12,9%. Kualifikasi rendah dari 3,2% menjadi
3,2% dan kualifikasi sangat rendah dari 0% menjadi 0%; (2) aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar fisika melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
45
dari Siklus I ke Siklus II meningkat. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa meliputi
menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, tanggapan, jawaban, kerjasama dalanm
kelompok dan perilaku yang tidak relevan dengan proses belajar mengajar menurun; dan (3)
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas belajar fisika
pada siswa terutama pada siswa aktivitas dan hasil belajar.
Hasil pengkajian yang di lakukan oleh peneliti yaitu karakteristik model
pembelajaran Think Pair Share pada penelitian ini berupa memberi siswa lebih banyak
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain, sehingga siswa dapat berperan
aktif dan menghilangkan kejenuhan pada saat mengikuti pengajaran serta berpikir secara
mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Hasil belajar fisika siswa dari
Siklus I ke Siklus II dengan kualifikasi sangat tinggi meningkat dari 38,7% menjadi 58,1%.
Kualifikasi tinggi menurun dari 32,3% menjadi 25,8%. Kualifikasi sedang 25,8% menjadi
12,9%. Kualifikasi rendah dari Pemikiran Pendidikan dan Penelitian 3,2% menjadi 3,2% dan
kualifikasi sangat rendah dari 0% menjadi 0%.
Kesembilan, penelitian “Penerapan Model Think Pair Share pada Pembelajaran
Fisika” oleh Leo Charli,dkk . Berdasarkan hasil perhitungan uji–t diperoleh thitung (2,05) >
ttabel (1,71), sehingga hasil belajar fisika dengan menggunakan model Think Pair Share
secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,85 dan persentase siswa
yang tuntas sebesar 81,25%. Simpulan, penerapan model think pair share sangatlah tepat
dalam pembelajaran fisika.
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh peneliti yaitu model Think Pair Share dalam
penelitian ini memiliki karakteristik menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat bekerja
sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasi pre-
test dan post-test diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber
Rejo tahun ajaran 2017/2018 setelah penerapan model pembelajaran Think Pair Share secara
signifikan tuntas. Jika dibandingkan dengan pre-test, maka terdapat peningkatan rata-rata
nilai sebesar 67,85 dan peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 81,25%.
Kesepuluh, penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
disertai Metode Guided Note Taking (GNT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif
pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus Di Sma Negeri Rambipuji” oleh
Musa’adatul Rizkiyah, dkk(2017). Pengaruh adanya perlakuan model pembelajaran Think
46
Pair Share (TPS) disertai metode Guided Note Taking (GNT) terhadap aktivitas belajar
Fisika siswa dianalisis dengan uji normalitas dan independent sample t-test. Jika skor
aktivitas belajar fisika siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol , maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar fisika siswa Data
hasil belajar kognitif fisika siswa diperoleh melalui kegiatan post test . Perbedaan nilai hasil
belajar kognitif fisika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis
lebih lanjut untuk memberi keputusan menggunakan uji statistik, dari uji statistik tersebut
diperoleh nilai Sig. (2tailed) sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
disertai metode Guided Note Taking (GNT) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kognitif fisika siswa.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan peneliti terhadap jurnal ini yaitu model
Think Pair Share Model kooperatif tipe Think Pair Share memiliki karakteristik mampu
merealisasikan munculnya unsur kerjasama, adanya interaksi antara pasangan siswa,
tanggung jawab terhadap tugas, memberi dan menerima masukan, serta percaya diri
mengemukakan pendapat selama pembelajaran, karena model ThinkPair Share (TPS)
mampu merancang kegiatan diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir,
keterampilan berkomunikasi siswa dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas . Hasil
belajar siswa yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif fisika siswa. Skor
rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa diperoleh dari hasil post test yang dilakukan
setelah proses pembelajaran gerak lurus selesai pada kelas eksperimen dan 47ystem47. Rata-
rata nilai post test dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan Tabel 4. nilai rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berbeda, namun perbedaan nilai anatar kelas eksperimen dan
kontrol tidak terlalu jauh.
47
4.2 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dimana peneliti tidak terjun
langsung ke lapangan dalam hal ini sekolah untuk memperoleh sumber data yang hendak
dikaji, tetapi melakukan penelitian dengan cara mengkaji hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini. Yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dan variabel terikat berupa hasil
belajar kognitif fisika siswa. Peneliti memilih menggunakan jenis penelitian ini karena
sesuai dengan kondisi dan keadaan yang dialami saat ini, dimana pendemi Covid 19
mengakibatkan kurang memungkinkannya dilakukan penelitian secara langsung di lapangan
secara eksperimen atau metode penelitian lainnya mengingat model pembelajaran Think
Pair Share menuntut siswa untuk saling berinteraksi secara aktif dalam kelompok.
Terdapat 10 hasil penelitian relevan yang dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini.
Adapun beberapa hal yang dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu karakteristik model
pembelajaran Think Pair Share pada setiap jurnal/sumber, sintaks model pembelajaran Think
Pair Share dan pengaruh model pembelajaran TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa.
Pengkajian terhadap ketiga hal ini menggunakan teknik analisis isi. Data yang diperoleh
berupa jurnal/artikel/skripsi/sumber yang relevan dengan penelitian ini diolah melalui tahap
editing, organizing dan penemuan hasil penelitian. Pada tahap editing, peneliti melakukan
pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan dan
keselarasan makna. Pemeriksaan ini tentu saja berdasarkan apa yang menjadi tujuan peneliti
dalam penelitian ini dan hal apa yang hendak di kaji. Sehingga, pada tahap ini peneliti
mengecek kembali apa yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat dari penelitian yang
dijadikan sebagai sumber data relevan, kemudian apakah terdapat karakteristik dan sintaks
model Think Pair Share yang jelas dalam setiap sumber yang relevan dan apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa. Sumber data
bersifat kualitatif berkembang sehingga dapat diganti sumbernya atau ditambahkan hasil
penelitian relevan yang dirasa cocok oleh peneliti. Selanjutnya pada tahap Organising
peneliti mengorganising data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan,
dalam hal ini berdasarkan instrument chek-list yang di muat pada pada Metode penelitian.
Kemudian pada tahap penemuan hasil penelitian, peneliti melakukan analisis lanjutan
terhadap pengorganisasian data berdasarkan instrumen chek-list yang dijadikan acuan untuk
48
memperoleh kesimpulan akhir. Pada tahap ini peneliti dapat menentukan tercapai atau
tidaknya peningkatan hasil belajar kognitif siswa berdasarkan hal-hal yang telah di kaji.
4.2.1. Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa
pada kesepuluh jurnal yang diteliti memiliki karakteristik model Think Pair Share yang
hampir sama. Perbedaannya terletak pada dampak dari karakteristik tersebut. Karakteristik
model Think Pair Share umumnya berupa penekanan terhadap kesadaran siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah, belajar mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilan, serta saling berbagi pengetahuan, konsep dan ketrampilan tersebut kepada
siswa lainnya. Karakteristik dan dampak yang dihasilkan dari karakteristik TPS dapat dilihat
pada tabel berikut :
49
berpasangan, kemudian berbagi
dengan seluruh pasangan di kelas
4 Siswa diberikan waktu Meningkatkan partisipasi
lebih banyak untuk berfikir, siswa, terciptanya pembelajaran yang
menjawab, aktif dan meningkatkan mutu
serta membantu satu sama lain. pembelajaran.
50
10 Merancang kegiatan diskusi yang Merealisasikan munculnya unsur
dapat meningkatkan kemampuan kerjasama, adanya interaksi antara
berpikir, keterampilan pasangan siswa, tanggung jawab
berkomunikasi siswa dan terhadap tugas, memberi dan menerima
mendorong partisipasi mereka dalam masukan, serta percaya diri
kelas. mengemukakan pendapat selama
pembelajaran.
51
Penerapan model TPS berbantuan peta konsep membuat siswa lebih siswa lebih
mudah mengerti materi yang disampaikan guru, karena peta konsep memberikan kemudahan
dalam mengatasi konsep sulit sehingga pelajaran yang diberikan guru dapat terorganisasi
dengan baik dalam ingatan siswa. Peta konsep yang di berikan pada tahap Think akan
memacu siswa untuk memahami dengan baik sesuai kemampuan berpikir mereka dan siswa
punya kesepatan untuk saling menjelaskan apa yagg mereka pahami melalui peta konsep
pada tahap Pair sehingga jawaban mereka dapat dikombinasikan dan dapat di Tarik suatu
kesimpulan pada tahap share.
Perpaduan antar model pembelajaran Think Pair Share dengan metode GNT
menjawab kelemahan dari model pembelajaran TPS dimana kelemahan dari model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang
dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah
sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya . Untuk mengatasi
kekurangan dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah dengan menggunakan
metode Guided Note Taking (GNT). Catatan terbimbing atau Guided Note Taking (GNT)
merupakan ringkasan atau poin-poin penting yang berupa titik-titik kosong yang sengaja
dikosongkan oleh guru untuk diisi oleh peserta didik selama pembelajaran . Pada tahap think
siswa akan mengisi titik-titik kosong berdasarkan pemahaman awalnya kemudian pada tahap
Pair siswa akan mencoba mencocokkan jawaban mereka. Jawaban yang berbeda ataupun
sama akan memacu otak siswa untuk berpikir lebih kritis terlebih pada tahap Share dimana
akan lebih banyak perbedaan jawaban. Perpaduan model TPS disertai metode GNT memacu
siswa berpikir kritis dan aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan model TPS dan menerapkan materi
tertentu seperti listrik dinamis maupun fluida tentu saja juga tetap memiliki keunggulan
karena sintaksnya jelas terdiri dari Think, Pair dan Share. Karena dalam penelitian ini peneliti
hanya hendak menganalisis tanpa bertujuan membandingkan kesepuluh model yang di kaji
maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share ini memang
bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika baik diterapkan secara langsung
materinya atau ingin dipadukan dengan alternative lain, yang terpenting sintaksnya jelas
terdiri dari tahap Think, Pair dan Share.
52
4.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa
Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa semua
sumber yang di kaji dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Think Pair
Share. Hanya saja persentase peningkatkan hasil belajar yang hasilkan dari penerapan model
penerapan pembelajaran TPS tentu saja berbeda-beda pada tiap jurnal. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti perpaduan model pembelajaran TPS dengan alternative lain
,metode yang digunakan, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut
:
Tabel 4.2 Pengaruh model TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa
Jurnal Perpaduan dengan Metode penelitian / Teknik Persentase
alternative lain peningkatan/rata-rata
gain
1 Praktikum Eksperimen semu Rata-rata gain 0,73
2 Peta konsep Eksperimen semu 71,42 %
3 - PTK 87 %
4 Praktikum PTK Rata-rata gain 0,62
5 Materi listrik dinamis PTK 81,18%
6 - Eksperimen Semu 75%
7 Materi kemagnaetan Simple Random Sampling 41,66%
8 Materi fluida PTK 58,1%
9 - Eksperimen semu 81,25%
10 GNT Eksperimen 56,3 %
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa model pembelajaran Think Pair Share
berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif fisika siswa di mana terjadi peningkatan
yang cukup signifikan pada setiap penelitian. Dengan demikian, berdasarkan instrumen
penelitian yang telah dirancang peneliti sebelumnya dan dari hasil pengkajian yang diperoleh
maka dapat dikatakan bahwa apa yang menjadi tujuan peneliti dalam penelitian ini tercapai.
53
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap
seluruh sumber data relevan berupa jurnal dan skripsi mengenai penerapan model
pembelajaran Think Pair Share terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam
hal ini hasil belajar kognitif fisika siswa, yang telah di analisis melalui tahap Editing,
Organising dan Penemuan hasil penelitian, menunjukkan bahwa model pembelajaran
Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, alangkah baiknya bila pendidik
menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran fisika
sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat. Saran bagi peneliti selanjutnya
yaitu mungkin dapat di lakukan pengkajian lebih lajut dan menyeluruh terhadap
ketiga aspek hasil belajar berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor mengingat
batasan penelitian yang di kaji peneliti dalam penelitian ini terbatas pada hasil
belajar kognitif.
54
55
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, P. (2009). Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa kelas XI . IPA 1
Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Baru. 5(2), 38–48.
Asiah, A., Zainuddin, & Sabri, T. (2015). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Ipa Menggunakan Metode Demonstrasi Di Sekolah Dasar.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1–12.
Azra, F., & Jamil, H. (2014). Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Motivasi Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Smk Negeri 1 Solok
Selatan. Economica: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI
Sumatera Barat, 2(2), 85–98. https://doi.org/10.22202/economica.v2i2.221
Charli, L., Amin, A., & Pujiastuti, I. (2018). Penerapan Model Think Pair Share Pada
Pembelajaran Fisika. Joeai( Journal of Education and Instruction), 1, 74–80.
Irwansyah, M., Mahardika, I., & Supriadi, B. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Disertai Metode Praktikum Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xi Ipa 3 Man 1
Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(4), 371-376–376.
1
Khodijah, D. N. (2016). Upaya Meningkatkan Partisipasi Dan Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Di Kelas Xi
Mia7 Sman 1 Muaro Jambi. Jurnal EduFisika, 01(02), 46–54.
Kule, K., & Wijaya, H. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Think Pair Share pada Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI TKR1 SMK Negeri 2 Tarakan. JIPF (Jurnal Ilmu
Pendidikan Fisika), 3(2), 47. https://doi.org/10.26737/jipf.v3i2.452
Kusumawati, L., Yolanda, Y., & Amin, A. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X Sma
Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016.
M. Yus, J., Sugiyono, & Uliyanti, E. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Diskusi Kelas IV Sekolah Dasar.
Maskurin. (2018). Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Materi Sumber Daya
Alam Kegiatan Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Berbantu Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SD 5 Gondosari.
JurnalPrakarsaPaedagogja,1(2),161.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q
=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwic2KSaqYrmA
hWz6nMBHdBzCJgQFjAGegQIChAC&url=https%3A%2F%2Fjurnal.umk.ac.id
%2Findex.php%2FJKP%2Farticle%2Fdownload%2F3430%2F1707&usg=AOv
Vaw1PB_AtjPZUuENWR93Da_3y
Saban, M. (2019). Peningkatan hasil belajar siswa pada materi suhu dan perubahanya
dengan model think pair share pada kelas vii f smp negeri i kota ternate. 1(1).
Said, I., Soekamto, H., & Suharto, Y. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Think
Pair Share Dan Pemberian Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Geografi.
1, 1–12.
Sari, N. H., Sesunan, F., & Nyeneng, I. D. P. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Ditinjau Dari Keterampilan
Berkomunikasi. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1), 68.
https://doi.org/10.24127/jpf.v7i1.1396
Setiawan, I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar Fisika. Gravity Edu ( Jurnal Pendidikan Fisika ), 2(2), 1–
5. https://doi.org/10.33627/ge.v2i2.23
Zulkarnain, I., & Djamilah, S. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Think Pair and
Share terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah
Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1).
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i1.635