Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA

OLEH
YESIMIT MERANI INA WARRU
NIM : 1601050001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share untuk meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa
Dipersiapkan dan di susun oleh:

YESIMIT MERANI INA WARRU


1601050001

Telah disetujui dan dinyatakan untuk siap


dipertahankan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing 2

Yusniati H. Muh. Yusuf, S.Si., M.Pd Kadek Ayu Astiti, S.Pd.,M.Pd


NIP : 19830107 200812 2 003 NIP : 19880928 201404 2 002

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Hartoyo Yudhawardana, S.Si.,M.Si


NIP : 19691110 199903 1 003
LEMBARAN PENGESAHAN
ANALISIS PENERAPAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

YESIMIT MERANI INA WARRU


NIM. 1601050001

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Sarjana Program Studi Pendidikan
Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang dalam
ujian skripsi yang telah dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2020
Tempat : Ruang Ujian E-Learning Program Studi Pendidikan Fisika
Dinyatakan : LULUS

DOSEN PENGUJI
1. Ketua Penguji
Dr. Amiruddin Supu, S.Pd.,M.Si (...................................)
NIP: 19670311 199403 1 001

2. Anggota Penguji 1
Yusniati H.M. Yusuf, S.Si., M.Pd. (...................................)
NIP. 19830107 200812 2 003

3. Anggota Penguji 2
Kadek Ayu Astiti, S.Pd., M.Pd. (...................................)
NIP:19880928 201404 2 002

Mengetahui

Wakil Dekan Bidang Akademik Ketua Program Studi


PendidikanFisika

Dr. Moses Kopong Tokan, M.Si. HartoyoYudhawardana, S.Si., M.Si.


NIP. 19631231 199203 1 202 NIP. 19691110 199903 1 003
MOTTO

“EVERYTHING WILL BE OK”

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: “kuatkan dan teguhkanlah hatimu?


Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau,
kemanapun engkau pergi”. Yosua 1:9
ABSTRAK

Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa

(𝐘𝐞𝐬𝐢𝐦𝐢𝐭 𝐌. 𝐈𝐧𝐚 𝐖𝐚𝐫𝐫𝐮𝟏 , 𝐘𝐮𝐬𝐧𝐢𝐚𝐭𝐢 𝐇. 𝐌𝐮𝐡. 𝐘𝐮𝐬𝐮𝐟 𝟐 , 𝐊𝐚𝐝𝐞𝐤 𝐀. 𝐀𝐬𝐭𝐢𝐭𝐢𝟑 )

Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang


memberi siswa kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan siswa yang
lain. Mereka dapat mengkombinasikan jawaban secara berpasangan dan membuat
kesimpulan dari diskusi yang dilakukan secara berpasangan. Adapun tujuan dalam
penelitian ini, yaitu untuk menganalisis model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau library research dan
menggunakan instrumen penelitian Chek List. Adapun beberapa hal yang dikaji
peneliti dalam penelitian ini, yaitu karakteristik model pembelajaran Think Pair
Share, Sintaks model pembelajaran Think Pair Share dan Pengaruh model
pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar kognitif siswa. Pengkajian
dilakukan melalui analisis isi. Data yang diperoleh berupa
jurnal/artikel/skripsi/sumber yang relevan dengan penelitian ini diolah melalui
tahap editing, organizing dan penemuan hasil penelitian. Berdasarkan hasil
pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa pada kesepuluh
jurnal yang diteliti memiliki karakteristik model Think Pair Share yang hampir
sama. Perbedaannya terletak pada dampak dari karakteristik tersebut. Model
pembelajaran Think Pair Share pada setiap sumber memiliki sintaks yang jelas
yaitu terdiri dari tahap Think, tahap Pair dan tahap Share. Baik itu diterapkan
secara langsung dalam pembelajaran maupun dipadukan dengan alternative lain,
masing-masing sumber yang dikaji memiliki keunggulan tanpa terlepas dari
sintaks yng sudah ditetapkan secara eksplisit. Kemudian, semua sumber yang di
kaji diperoleh dapat meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa melalui
pembelajaran Think Pair Share.
i
Kata kunci : Model pembelajaran Think Pair Share, Hasil belajar fisika

ii
ABSTRACT

Analysis of the Think Pair Share Type Cooperative Learning Model to Improve
Students Physics Learning Outcomes

(𝐘𝐞𝐬𝐢𝐦𝐢𝐭 𝐌. 𝐈𝐧𝐚 𝐖𝐚𝐫𝐫𝐮𝟏 , 𝐘𝐮𝐬𝐧𝐢𝐚𝐭𝐢 𝐇. 𝐌𝐮𝐡. 𝐘𝐮𝐬𝐮𝐟 𝟐 , 𝐊𝐚𝐝𝐞𝐤 𝐀. 𝐀𝐬𝐭𝐢𝐭𝐢𝟑 )

Think Pair Share learning model is a learning model that gives students the
opportunity to work alone and collaborate with other students. They can combine answers in
pairs and draw conclusions from discussions that are conducted in pairs. The purpose of this
study was to analyze the Think Pair Share type of cooperative learning model to improve
student physics learning outcomes.
This research is a library research and uses the Chek List research instrument. There
are several things that were studied by researchers in this study, namely the characteristics
of the Think Pair Share learning model, the Syntax of the Think Pair Share learning model
and the influence of the Think Pair Share learning model on student cognitive learning
outcomes. The assessment is carried out through content analysis. The data obtained in the
form of journals / articles / theses / sources relevant to this research are processed through
the editing, organizing and discovery stages of research results. Based on the results of the
study conducted by the researcher, it was found that the ten journals studied had almost the
same characteristics of the Think Pair Share model. The difference lies in the impact of these
characteristics. The Think Pair Share learning model in each journal / source has a clear and
the same syntax, which consists of the Think stage, the Pair stage and the Share stage.
Whether it is applied directly in learning or combined with other alternatives, each of the
sources studied has advantages regardless of the syntax that has been explicitly defined.
Then, all the sources studied were obtained to improve students' cognitive physics learning
outcomes through Think Pair Share learning.

Keywords : Think Pair Share learning model, physics learning outcomes

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunia-Nya yang teramat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan
dengan berbagai saran sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menimbah ilmu.
2. Dekan FKIP Undana
3. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
4. Bapak Hartoyo Yudhawardhana selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Undana
5. Ibu Yusniati H. M. Yusuf, S.Si.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan
6. Ibu Kadek Ayu Astiti, S.Pd,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan
7. Bapak/Ibu Dosen program studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan
bekal pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan di Undana
8. Papa dan Mama tercinta (Bapak Lende Warru dan Mama Margaretha
Loru), Kaka Yonatan Tonda, Adik tersayang Hildegardis Warru Wora, Isto
Seingo dan semua keluarga tercinta yang telah memberikan doa tulus,
dukungan dan semangat serta dana kepada penulis.
9. Sahabat seperjuangan FIRE’16 yang selalu menemani penulis selama
perkuliahan, memberikan dorongan dan semangat selama penyusunan
skripsi ini, (Fire Girls) : Bety, Ambu, Mega, Thensy, Lony, Helvy, Phrischa,
Vira, Putry Tuati, Linda, Reslin, Ona Aring, Ona Dima, Putry Bethan, Fitri,
Ocha, Jundry, Esa, Tina, Nurul, Indry, Lory, Dea, Mety, Riven, Jein,
iv
Delima, Astry, Ancilla, Anita, Diana, Eny, Novy, Imel, Melan, Inggrid,
Silvy, Ulin, Fitri Teftae, Ivanya, Linda Maimakal. (fire Boys) : Geo, Noris,
Ajos,Sony, Aris, Erwin, Yoga, Anis, Gon, Risky, Argon, Indra,Erik, Migel,
Zua dan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Fisika di KSF.
10. Teman-teman pelayanan pada kelompok Doa El Gibbor : Ka Simon, Ka
Nimang, Ka Yadi, Ka Jufry, Ka Ririn, Ka Milton, Ka Ansy,Ka Tin,Ka
Florin, Ka Yani, Ka Ino, Ka Asry, Ka Randa, Ka Reka, Bety, Anggy, Ambu,
Thensy, Lony, Mega, Geon, Noris, Phrischa, Sofi, Rista dan adik-adik
tersayang yang setia mendoakan dan memotivasi.
11. Rekan-rekan Pelayanan Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI)
terutama Bapak Yes dan Mama Dince sebagai orang tua rohani yang selalu
mendoakan dan memotivasi.
12. Saudara/saudari tercinta kos Ary : Ka Evi, Ka Inar, Ka Fitry, Ka Gusty, Ka
Cha, Ka Umbu, Virgan, Ika, Noncy, Rio, Vin, Yermias, Celi, Gita, Hilde
13. Sahabat terbaik Virgan, Bety, Anggy, Mega, Thensy, Ambu, Lony, Helvy,
Ika Rita, Lita, Dearly, Elda, Ina Mon,Yody, Dinda yang selalu memberikan
dorongan dan motivasi.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi melengkapi dan memperbaiki skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini ini berguna bagi para pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.

Kupang, 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK………………………………………………………………………………..i
ABSTRACT………………………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………4
1.3 Tujuan penelitian…………………………………………………………… 4
1.4 Manfaat penelitian ………………………………………………………….. 4
1.5 Batasan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian …………………………. 5
1.6 Defenisi Operasional………………………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….. 6


2.1 Belajar………………………………………………………………………... 6
2.1.1 Hakikat Belajar……………………………………………………….. 6
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi belajar…………………………………… 7
2.2.Pembelajaran………………………………………………………………… 9
2.2.1 Pengertian pembelajaran……………………………………………… 9
2.2.2 Karakteristik pembelajaran…………………………………………... 10
2.3 Model Pembelajaran………………………………………………………….10
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran ……………………………………….10
2.3.2 Manfaat Model Pembelajaran………………………………………… 11
2.4 Model pembelajaran kooperatif…………………………………………….. 12
2.4.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif…………………………… 12
2.4.2 Karakteristik model pembelajaran kooperatif…………………………. 14
2.4.3 Prinsip dasar model pembelajaran kooperatif…………………………..16
2.4.4 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ……………………..16
2.4.5 Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif…………… 17
2.5 Model pembelajaran Think Pair Share………………………………………..18
2.5.1 Pengertian model pembelajaran Think Pair Share……………………… 18
2.5.2 Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share………………. 19
2.5.3 Kelebihan dan kekurangan model Think Pair Share……………………. 21
2.6 Hasil Belajar………………………………………………………………… 22
vi
2.6.1 Pengertian Hasil Belajar…………………………………………………22
2.6.2 Ranah Hasil Belajar……………………………………………………...23
2.6.3 Indikator Hasil Belajar………………………………………………….. 27
2.7 Analisis Hubungan Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap
hasil belajar………………………………………………………………….. 29
2.8 Penelitian yang Relevan……………………………………………………... 30
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………………. 34
3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………………. 34
3.2 SumberData…………………………………………………………………... 34
3.3 Instrumen Penelitian………………………………………………………….. 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….36
. 3.5 Analisis Data…………………………………………………………………. 36
BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ……………………………………. 38
4.1 Hasil Kajian………………………………………………………………….. .38
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………....42
4.2.1 Karakteristik model Think Pair Share…………………………………...49
4.2.2 Sintaks model Think Pair Share…………………………………………51
4.2.3 Pengaruh model TPS terhadap hasil belajar kognitif …………………...54
BAB V KESIMPULAN…………………………………………………………………. 55
DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif………….. 17

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share…… 21

Tabel 2.3 Indikator Hasil Belajar…………………………………………. 27

Tabel 2.4 Hubungan model pembelajaran TPS


terhadap hasil belajar kognitif siswa………………………… 29
Tabel 3. 1 Instrumen Penelitian………………………………………….. 36

Tabel 4.1 Karakteristik dan dampak dari model TPS………………… 49

Tabel 4.2 Pengaruh model TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa….51

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian
bangsa dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Sebagaimana dalam UU
NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disampaikan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Guru sebagai tenaga pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
dapat menarik minat dan antusias siswa serta dapat memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana belajar yang
menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang
optimal. Prestasi belajar siswa merupakan suatu indikasi dari perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Dari
prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami materi suatu
pembelajaran.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh
banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi
kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman.
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu
didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan
metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa
yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif.
Berdasarkan hasil observasi pada saat melakukan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMP N.13 Kupang, sekitar 45% dari 30 siswa tiap kelas
1
mengaku bahwa mereka kurang tertarik untuk belajar fisika karena menurut mereka
fisika itu rumit dan membosankan dengan banyak rumus dan tidak adanya variasi
dalam proses pembelajaran. Siswa hanya bersikap pasif dan hanya mengharapkan
guru menjelaskan seluruh materi tanpa berusaha untuk belajar dan menemukan
sendiri. Bahkan siswa juga enggan untuk bertanya yang padahal materinya tidak
dipahami dengan baik dan masih terdapat banyak miskonsepsi. Hasil belajar PTS
dan PAS juga menunjukkan bahwa tidak lebih dari 25% dari 30 siswa di tiap kelas
yang nilainya mencapai KKM. Masalah kondisi ini diduga dipengaruhi oleh
kurangnya kesempatan peserta didik untuk dapat belajar dan berdiskusi dengan
teman-temannya karena guru masih sering menggunakan model pembelajaran
konvensional. Ini merupakan permasalahan yang harus segera ditemukan solusinya
dan disinilah peran guru harus maksimal untuk memfasilitasi siswanya agar
diperoleh hasil yang maksimal. Perlu diterapkan model, strategi, metode dan teknik
yang inovatif dan menarik dalam proses pembelajaran fisika agar siswa tidak lagi
menganggap bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang rumit dan
membosankan.
Model-model pembelajaran inovatif dapat dijumpai dengan cukup bervariasi
yang dapat digunakan dalam menunjang proses pembelajaran. Salah satunya adalah
model pembelajaran Kooperatif. Pada pembelajaran dengan model kooperatif
peserta didik dilatih untuk bekerja sama atau bergotong royong dengan teman-
temannya. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk mengembangkan interaksi sosial dan keterampilan berkomunikasi.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menarik yang dapat digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa adalah model pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Huda (2013), mengemukakan bahwa
model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang
memberi siswa kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan siswa yang
lain. Jika salah satu siswa mengalami kesulitan maka pasangannya dapat membantu
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Mereka dapat
mengkombinasikan jawaban secara berpasangan dan membuat kesimpulan dari
diskusi yang dilakukan secara berpasangan.
2
Adapun jenis penelitian yang hendak digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini, yaitu Penelitian Kepustakaan. Penelitian kepustakaan itu sendiri merupakan
jenis penelitian yang dilakukan dengan cara tidak terjun langsung ke lapangan
dalam pencarian sumber datanya. Penelitian kepustakaan dilakukan hanya
berdasarkan karya-karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang sudah
maupun yang belum dipublikasikan. Peneliti memilih menggunakan jenis
penelitian ini karena sesuai dengan kondisi dan keadaan yang dialami saat ini,
dimana pandemi Covid 19 mengakibatkan kurang memungkinkannya dilakukan
penelitian secara langsung di lapangan secara eksperimen mengingat model
pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa untuk saling berinteraksi secara
aktif dalam kelompok. Beberapa penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitiaan ini diantaranya penelitian berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Bantuan Praktikum
Terhadap Hasil Belajar Fisika” oleh Yola Allan Sembiring dan Destiniar Zagoto
(2017), berikutnya penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) disertai Metode Praktikum Untuk Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xi Ipa 3 Man 1 Jember “ oleh Mukhammad
Irwansyah, dkk.(2016), penelitian berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Pamekasan 2014/2015” oleh Sufijati Rifai (2016),
dan penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” oleh Pintor
Simorora dan Asmidar Dalimunthe (2014). Sumber data yang ada melalui
bebarapa penelitian-penelitian relevan sebelumya dan referensi lain yang cukup
memadai meyakinkan penulis untuk melakukan pengkajian lebih lanjut.
Hal inilah yang melatarbelakangi rasa tertarik penulis untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa “.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok
perhatian peneliti adalah :
1. Bagaimana analisis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan
praktis, sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru agar
memperhatikan model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa.
2. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi siswa
a. Dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa
b. Memberikan nuansa pembelajaran yang baru dan
tidak membosankan.

4
2. Bagi guru
Untuk menambah pengalaman bagi guru dan kepedulian dalam
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa yang berdampak
pada hasil belajar dan prestasi belajar siswa

1.5 Batasan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Batasan Penelitian


Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian
ini dan mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang tersedia, maka
yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan variabel yang diteliti
adalah hasil belajar kognitif fisika siswa.
1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mencari jawaban atas batasan permasalahan
yang telah dirumuskan yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share dengan variabel yang diteliti adalah hasil belajar kognitif fisika siswa.
1.6. Defenisi Operasional
1. Model Pembelajaran Think Pair Share merupakan Model pembelajaran
Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang memberi siswa
kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan siswa yang lain.
Mereka dapat mengkombinasikan jawaban secara berpasangan dan
membuat kesimpulan dari diskusi yang dilakukan secara berpasangan.
2. Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa
tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor yang dinyatakan dalam simbol, huruf
maupun kalimat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar
2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam


kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-
keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-
orang di sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah
sikap, nilai dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi.
Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja
tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti
mengendarai mobil, berwiraswasta dan menjalin kerja sama dengan orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Menurut Lindgren (1976) belajar sebagai proses perubahan tingkah laku


yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi
individu yang bersangkutan dengan lingkungannya. Heinich (1999)
mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan
pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan
informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan
pemilihan,penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang
sesuai dan melalui interaksi pelajar dengan lingkungannya.

6
Bower (1987) berpendapat bahwa dengan Belajar kita dapat menunjukan
adanya perubahan yang relatif dalam perilaku yang terjadi karena adanya
beberapa pengalaman yang telah dialami dan juga latihan yang sudah dilakukan
dalam waktu sebelumnya. Bower juga menjelaskan bahwa “Learning is a
cognitive process” yang artinya Belajar adalah suatu proses kognitif. Disini
Bower menjelaskan proses merupakan hal yang lebih penting dibandingkan
hasil dari belajar itu sendiri.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya


banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan
ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan
atau menerimanya. Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku
yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan
siswa yang menjadi tujuannya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi
aktifitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal hal-hal
yang telah dipelajarinya. Perlu dipahami bahwa pemerolehan pengetahuan
maupun upaya penambahan pengetahuan hanya salah satu bagian kecil dari
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Belajar dapat pula
dipandang sebagai sebuah proses, dimana guru terutama melihat apa yang
terjadi selama murid-murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk
mencapai sesuatu tujuan.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar


Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya
perubahan atau pembaruan dalam tingkah laku dan kecakapan. Purwanto,
Ngalim (2004) dalam bukunya Psikologi Pendidikan, berhasil atau tidaknya
perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu faktor individual dan faktor sosial. Faktor yang
ada pada diri organisme disebut faktor individual, meliputi hal-hal berikut :
1) Faktor kematangan atau pertumbuhan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan

7
seseorangyang alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya, anak dengan kakaknya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagan
otaknya sudah siap untuk berfikir, dan lain- lain. (Nurul Rifatun, 2020)
2) Faktor kecerdasan atau inteligensi.
Taraf inteligensi sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa,
di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang
lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya,
siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan
memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak
mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar
yang tinggi, juga sebaliknya. Eva Nauli Thaib (2013).
3) Faktor latihan dan ulangan.
Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang,
kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan
makin mendalam. Selain itu, dengan seringnya berlatih, akan timbul minat
terhadap seauatu yang dipelajari itu. Semakin besar pula perhatiannya
sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya. Sebaliknya, tanpa
latihan, pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi
hilang atau berkurang. (Perpuskampus, 2016)
4) Faktor motivasi.
Dalam kegiatan belajar, motivasi memang berperanan penting karena
motivasi mempunyai fungsi mendorong timbulnya tingkah laku dan suatu
perbuatan, mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dan menggerakkan tingkah laku (Hamalik, 2011)
5) Faktor pribadi.
Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang berbeda
dengan manusia lainnya. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, halus
perasaannya, berkemauan keras, tekun dan sifat sebaliknya. Sifat-sifat
kepribadian tersebut turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai.

8
Termasuk kedalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor fisik kesehatan
dan kondisi badan. .(Perpuskampus, 2016)
Faktor yang di luar individu disebut faktor sosial, meliputi hal-
hal berikut :
1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga.
Yang menjadi faktor dalam lingkungan keluarga yang memiliki
pengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar adalah faktor orang tua
yang meliputi tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya
penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua,
rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya situasi dalam
rumah. Dan faktor keadaan rumah yang meliputi ukuran rumah, peralatan
untuk belajar dan ruang belajar. Dalyono (2007)
2) Faktor guru dan cara mengajarnya.
Saat anak belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting. Sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru bagaimana cara guru
mengajarkan pengetahuan tersebut kepada peserta didiknya turut
menentukan hasil belajar yang akan dicapai. .(Perpuskampus, 2016)
3) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia.

Kondisi masyarakat di lingkungan siswa yang kumuh, anak-anak


penganggur dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan
ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-
alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah,
2002 )

2.2 Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Pembelajaran
Menurut Kimble (Garmezy dalam Thobroni), pembelajaran adalah
suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang
diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus
9
dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau
disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai
subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis,
merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.
2.2.2 Karakteristik Pembelajaran
J. P. Rombepajung (Thobroni dan Mustofa) juga berpendapat bahwa
pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu
keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Brown merinci
karakteristik pembelajaran sebagai berikut :
1) Belajar adalah menguasai atau “memperoleh”.
2) Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
3) Proses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori
dan organisasi kognitif.
4) Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut
peristiwa- peristiwa di luar serta di dalam organisme.
5) Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.

6) Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang


ditopang dengan imbalan dan hukum.
7) Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.

Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang


cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut
terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan
organisasi kognitif. Selanjutnya, keterampilan tersebut diwujudkan secara
praktis pada keaktifan siswa dalam merespon dan bereaksi terhadap peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya.

2.3 Model Pembelajaran


2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model

10
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011). Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan strategi, metode
atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-ciri tersebut ialah:
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Trianto, 2009).

Berkenaan dengan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa model


pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang telah didasarkan pada langkah-
langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat membantu peserta didik
untuk belajar aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu
sendiri. Setiap pendidik atau guru hendaknya mengetahui dan menguasai
beberapa teori mengenai model pembelajaran, sehingga guru atau pendidik
tersebut akan dapat menerapkannya di kelas dalam proses pembelajaran.
Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran
nantinya diharapkan akan dapat menghasilkan proses belajar yang
menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik.
2.3.2 Manfaat Model Pembelajaran
Adapun manfaat model pembelajaran ialah :
a. Bagi Guru
1) Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas
langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia,
tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap peserta didik, serta
ketersediaan media yang ada.

11
2) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas peserta didik
dalam pembelajaran.
3) Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku peserta didik
secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.
4) Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran peserta
didik secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah
ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan).
5) Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam
merencanakan pembelajaran dalam rangka memperbaiki atau
menyempurnakan kualitas pembelajaran.

b. Bagi Siswa
1)Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran
2)Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran
3)Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti
pembelajaran secara penuh
4)Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya
secara objektif.

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif


2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Huda, Miftahul (2013 ) Cooperative learning is group learning activity
organized in such a way that learning is based on the socially structured change
of information between learners in group in which each learner is held
accountable for his or her own learning and is motivated to increase the
learning of others (pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus
didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-
kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab
atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain). Artz dan Newman (1994) mendefinisikan
12
pembelajaran kooperatif sebagai small group of learners working together as
a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal
(kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk
mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu
tujuan bersama).
Holubec (Nurhadi, 2003) mengemukakan belajar kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.
Sementara itu.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yaitu terdiri
dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran kooperatif bergantung pada efektifitas kelompok-kelompok
siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk
kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya
dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri
dan pembelajaran teman- teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota
kelompok bertanggungjawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu
teman- teman satu anggota untuk mempelajarinya juga..
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana
siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4
siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan
kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda. Diskusi kelompok kecil adalah
suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi
informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu
13
masalah. Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil selama beberapa minggu atau bulan kedepan untuk
kemudian diuji secara individual pada hari ujian yang telah ditentukan.
Sebelumnya, kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasan/pelatihan
tentang:
1) bagaimana menjadi pendengar yang baik.
2) bagaimana memberi penjelasan yang baik.
3) bagaimana mengajukan pertanyaan dengan baik.
4) bagaimana saling membantu dan menghargai satu sama lain dengan
cara- cara yang baik pula.
Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif
lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif individual.
Elemen-elemen tersebut antara lain:
➢ Interpedensi positif (positive interpedence).
➢ Interaksi promotif (promotive interaction).
➢ Akuntabilitas individu (individual accountability).
➢ Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and
small- group skill).
➢ Pemrosesan kelompok (group processing).
2.4.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Slavin,dkk (2010) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat
dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial,
perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif
motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan
demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan
saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan perkembangan
kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.
Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami

14
dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan
demikian, karakteristik pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini:

a. Pengembangan secara tim


Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap
kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang
memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial
yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar satiap anggota kelompok dapat
saling memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok,
yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi
perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif,
misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa
yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya.
Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang
sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota
kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap
anggota kelompok.

c. Kemauan untuk bekerja sama


Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam
15
proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus
diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga
ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu
membantu yang kurang pintar.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas
dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi
berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberikan
kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
2.4.3 Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model


pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

▪ setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu


yang dikerjakan dalam kelompoknya.
▪ setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
▪ setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
▪ setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
▪ setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
▪ setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.

2.4.4.Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh
16
Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif
FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran
pembelajaran yang ingin dicapai pada
dan memotivasi siswa
mata pelajaran tersebut dan memotivasi
belajar siswa
Fase 2: Guru menyampaikan informasi kepada
Menyajikan infornasi
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacan
Fase 3: Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa ke dalam bagaimana membentuk kelompok
kelompok – kelompok belajar
belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok bekerja dan kelompok belajar siswa pada saat
Belajar
mereka mengerjakan tugas
Fase 5: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.

2.4.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Karli dan Yuliariatiningsih (2002), mengemukakan kelebihan


model pembelajaran kooperatif, yaitu:

17
▪ Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat
terbuka dan demokratis
▪ Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa.
▪ Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan
keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat.
▪ Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek
belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya
▪ Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari
tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal
bagi kesuksesan kelompoknya.
▪ Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa
yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Sedangkan menurut Jarolimek & Parker (Isjoni, 2009),


terdapat beberapa kelemahan dalam model cooperative learning yaitu sebagai
berikut:

▪ Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan membutuhkan


banyak tenaga
▪ Membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai
▪ Selama diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan topik
▪ Permasalahan meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan
▪ Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, sehingga
mengakibatkan banyak siswa yang pasif.

2.5 Model Pembelajaran Think Pair Share


2.5.1 Pengertian Model pembelajaran Think Pair Share
Huda (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran Think Pair Share
merupakan pembelajaran yang memberi siswa kesempatan bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan siswa yang lain. Jika salah satu siswa mengalami kesulitan
maka pasangannya dapat membantu menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru. Mereka dapat mengkombinasikan jawaban secara berpasangan dan
membuat kesimpulan dari diskusi yang dilakukan secara berpasangan.
Think Pair Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan
pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

18
1981 dan diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran
kooperatif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran
yang kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan
keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini
dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk
merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan
dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek
berpikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama
dengan kelompok kecil dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan
Senduk, 2004).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi


kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu
berpikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa
akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan.
Jawaban yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan
lebih berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas
dan karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan
TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan
pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada
pasangannya (Lyman, 2002).
2.5.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share
Menurut Arends ( dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa
langkah langkah dalam penerapan Think Pair Share, yaitu :
➢ Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berfikir sendiri jawaban atau masalah.
➢ Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
19
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal
guru memberikan waktu tidak lebih dari empat atau lima menit untuk
berpasangan.
➢ Berbagi (Sharing)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruh kelas
yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif sampai sekitar sebagaian
pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan. Singkat dan
padatnya aktivitas pada masing-masing tahapan membuat siswa benar-
benar merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahannya, hal ini memberikan nilai yang positif seperti yang
diungkapkan oleh Suardi dalam Sardiman (2005) yang menyatakan bahwa
pembatasan waktu merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi siswa
untuk dapat menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran kooperatif tipe
TPS juga dapat mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan,
serta memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir
untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran
kooperatif tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah
dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran (Trianto, 2007).
Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi
aktifitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat
memunculkan kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada
akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan
untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan
berkomunikasi. Lebih jelasnya langkah-langkah model pembelajaran
Think Pair Share dapat dilihat pada tabel :

20
Tabel 2.2 Langkah-langkah model TPS
Tahap Tingkah laku guru dan siswa
Think Guru mengingatkan siswa pada materi prasarat dan memberikan
penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari siswa.
Guru memberikan pertanyaan atau masalah. Setiap siswa
memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih
dahulu.
Pair Kelompok membentuk anggotanya secara berpasangan. Setiap
pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya dan
menggabungkan jawaban.
Share Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa
tersebut menyampaikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari
hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut
dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat kesempatan untuk
melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi
disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think


Pare Share
a. Kelebihan Model pembelajaran Think Pair Share
Lie (2008) menyatakan kelebihan Think-Pair-Share [TPS]
adalah sebagai berikut:
▪ Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
▪ Menambah wawasan siswa dengan berbaur dalam kelompok
▪ Memberikan kesempatan lebih untuk kontribusi
masing- masing anggota kelompok.
▪ Interaksi antar pasangan lebih mudah.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa dengan


adanya kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi dalam metode
think-pair-share memberi banyak keuntungan. Siswa secara
21
individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing
karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas
jawaban mahasiswa juga dapat meningkat.

Menurut Jones (2002), akuntabilitas berkembang karena


setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-
masing dan berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota
kelompok kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara
aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah bicara
di depan kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada
pasangannya. Keuntungan lainnya adalah pemahaman
mahasiswa akan materi suatu pokok bahasan akan lebih
mendalam.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share


▪ Lebih banyak kelompok yang akan lapor dan
perlu dimonitor.
▪ Jika ada masalah tidak ada penengah

Kekurangan Think Pair Share adalah pada fokus siswa yang


mampu ditangani guru. Sebab dengan banyaknya siswa otomatis
membuat guru harus pandai mengakomodasi semua kendala yang
muncul. Selain itu, perbedaan pendapat yang muncul kadang kurang
dapat diatasi.

2.6 Hasil Belajar Siswa


2.6.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka
siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam
kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi
tersebut.
22
Menurut Hamalik (2004) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap sikap, apresiasi, abilitas, dan
keterampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013) “ hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.
Menurut Hamalik (2004), mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat
penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan, Winkel (2009)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang. Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian
kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam simbol, huruf
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
pada periode tertentu. Menurut Susanto (2013) perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari belajar”.
Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam
Susanto, 2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu. Menurut Sudjana (2009) “mendefinisikan hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa
tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan
yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.
2.6.2 Ranah Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

23
belajar dari Benjamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah aspek tingkah laku meliputi perubahan-


perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan
ketrampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan
pengetahuan tersebut.
Ranah ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama berupa
pengetahuan dan bagian kedua berupa kemampuan dan ketrampilan
intelektual.
▪ Pengetahuan (knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya.
▪ Pemahaman (comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan dan
sebagainya.
▪ Aplikasi (application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan
sebagainya di dalam kondisi kerja..
▪ Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yang rumit.
▪ Sintesis (synthesis)

24
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan
mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah scenario
yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data
atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan.
▪ Evaluasi (evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi dan sebagainya
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang
ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini meliputi perubahan-
perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran (sikap
dan nilai).
▪ Penerimaan (receiving/attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya satu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
▪ Tanggapan (responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan.
▪ Penghargaan (valueing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada satu
objek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada
internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku.

25
▪ Pengorganisasian (organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan
konflik diantaranya, dan membentuk satu sistem nilai yang
konsisten.
▪ Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (characterization by a
value or value complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.
c. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris adalah aspek tingkah laku yang meliputi
perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik
dan keterampilan. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini meliputi:
▪ Persepsi (perseption)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
membantu gerakan.
▪ Kesiapan (set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan.
▪ Tanggapan Terpimpin (guided response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-
coba.
▪ Mekanisme (mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
▪ Tanggapan Tampak yang Kompleks (complex overt
response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri
dari pola-pola gerakan yang kompleks.
▪ Penyesuaian (adaptation)

26
Keterampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
▪ Penciptaan (origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan
dengan situasi atau permasalahan tertentu.
2.6.3 Indikator Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan pada
suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui prestasinya. Peserta
didik akan dikatakan berhasil apabila prestasinya baik dan
sebaliknya, ia tidak berhasil jika prestasinya rendah.

Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom


membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, psikomotorik.
Tabel 2.3
Indikator Hasil Belajar

No Ranah Indikator Hasil Belajar


.
1 Ranah kognitif, Ingatan, 1.1 Dapat menyebutkan
a. Pengetahuan 1.2 Dapat menunjukkan kembali
b. Pemahaman 2.1 Dapat menjelaskan
c. Penerapan 2.2 Dapat mendefinisikan
dengan
d. Analisis bahasa sendiri
e. Menciptakan 3.1 Dapat memberikan contoh
3.2 Dapat menggunakan secara tepat
4.1Dapat menguraikan
4.2 Dapat mengklasifikasikan/
memilah
f f.e

27
5.1 Dapat menghubungkan materi–
materi,
sehingga menjadi kesatuan yang baru
5.2 Dapat menyimpulkan
5.3 Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
6.1 Dapat menilai,
6.2Dapat menjelaskan dan
menafsirkan

6.3 Dapat menyimpulkan


2. Ranah Afektif 1.1 Menunjukkan sikap menerima
a. Penerimaan (Receiving) 1.2 Menunjukkan sikap menolak
b. Sambutan 2.1 Kesediaan berpartisipasi/terlibat
c. Sikap menghargai (Apresiasi) 2.2 Kesediaan memanfaatkan
d. Pendalaman (internalisasi) 3.1 Menganggap penting dan
bermanfaat
e. Penghayatan (karakterisasi)
3.2 Menganggap indah dan harmonis
3.3 Menggagumi
4.1 Mengakui dan menyakini
4.2 Mengingkari
5.1 Melembagakan atau meniadakan
5.2 Menjelmakan dalam pribadi
dan
perilaku sehari-hari.

3 Ranah psikomotor 1.1 Kecakapan mengkoordinasikan


gerak
a. Keterampilan bergerak
mata, telinga, kaki, dan anggota
dan bertindak
tubuh yang lainnya.

28
Adapun indikator hasil belajar yang hendak digunakan dalam
penelitian ini hanya mencakup Indikator hasil belajar aspek Kognitif, yang
terdiri dari :
1. Pengetahuan (knowledge)
Adapun aspek yang dinilai pada bagian ini yaitu bagaiamana siswa
dapat menyebutkan dan menunjukkan kembali atau
mengungkapkan kembali baik lisan maupun tulisan materi yang
diterimanya.
2. Pemahaman(Comprehension)
Aspek yang dinilai pada bagiam ini yaitu bagaimana siswa dapat
menjelaskan dan dapat mendefenisikan dengan bahasanya sendiri
3. Penerapan (Application)
Aspek yang dinilai pada tahap ini yaitu apakah siswa dapat
memberikan contoh dan dapat menggunakannya secara tepat.
4. Analisis (Analysis)
Aspek yang dapat dinilai pada tahap ini yaitu bagaimana siswa
dapat menguraikan dan dapat mengklasifikasikan atau memilah.
5. Menciptakan
Aspek yang dinilai pada tahap ini yaitu bagaiman siswa dapat
menghubungkan materi–materi sehingga menjadi kesatuan yang
baru, dapat menyimpulkan dan dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
6. Evaluasi (Evaluation)
Aspek yang dinilai pada bagian ini yaitu bagaimana siswa dapat
menilai, dapat menjelaskan dan menafsirkan, serta dapat
menyimpulkan.

2.7 Analisis Hubungan Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap


Hasil belajar Kognitif siswa
Hubungan antara model pembelajaran Think Pair Share terhadap
hasil belajar kognitif siswa dapat dijabarkan seperti pada tabel berikut ini :

29
Tabel 2.4
Hubungan model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar kognitif siswa

Sintaks Deskripsi kegiatan Indikator hasil belajar kognitif


model
pembelajaran
TPS
Think  Guru memberikan 1. Pengetahuan
pertanyaan/masalah  Kemampuan
dan siswa menyebutkan/mengingat
memikirkan/menge 2. Pemahaman
rjakannya sendiri-  Kemampuan menjelaskan
sendiri terlebih dan mendefenisikan
dahulu dengan kalimat sendiri

Pair  Kelompok 3. Analisis


membentuk  Kemampuan
anggotanya menguraikan,mengklasif
berpasangan ikasikan/ memilah
 Setiap pasangan 4. Menciptakan(synthesis)
mendiskusikan  Kemampuan
hasil pengerjaan menghubungkan
individunya dan materi–materi sehingga
menggabungkan
menjadi kesatuan yang
jawaban
baru, kemampuan
menyimpulkan,
kemampuan
menggeneralisasikan
(membuat prinsip
umum)
Share  Guru memanggil 5. Evaluasi (evaluation)
kelompok tertentu  Kemampuan menilai,
dan pasanagan menjelaskan/menafsirkan,
siswa membuat kesimpulan
menyampaikan
jawaban pada
seluruh anggota
kelas dari hasil
diskusi

2.8 Penelitian yang Relevan

Penelitian “ Pengaruh model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think


Pair Share (TPS) dengan Bantuan Praktikum Terhadap Hasil Belajar Fisika “
30
oleh Yola A. Sembiring dan Destiniar Zagoto. Dari Penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan bantuan praktikum terhadap hasil
belajar. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan uji
gain pada kelas eksperimen rata-rata gain 0,73 dengan kategori tinggi
sedangkan kelas kontrol rata-rata gain 0,47 dengan kategori sedang.
Penelitian oleh Pintor Simarora dan Asmidar Dalimunthe, “ Pengaruh
model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) berbantu peta
konsep terhadap hasil belajar Fisika Siswa ”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahwa aktifitas belajar siswa kelas eksperimen meningkat yaitu
pertemuan I 63,22% dan pada pertemuan II 71,42%. Berdasarkan uji-t setelah
dilakukan uji normalitas dan homogenitas menunjukkan ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan Peta Konsep terhadap aktifitas
dan hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester
II SMA Swasta Dharmawangsa Medan T.P 2012/2013.
Penelitian “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Pamekesan 2014/2015”, oleh Sufijati Rifai. Hasil penelitian dari
tahapan siklus yang dilaksanakan terkait dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) pada siklus I ada peningkatanperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Skor rata-rata aktivitas siswa yang
diperoleh pada siklus I berada pada kategori kurang aktif dengan skor rata-
rata 1,80 menjadi cukup aktif pada siklus II dengan skor 2,01.
penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share (Tps) Disertai Metode Praktikum Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA 3 MAN 1 Jember” oleh
Mukhammad Irwansyah, dkk. Berdasarkan Analisis data pada siklus I, yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) disertai metode praktikum dalam pembelajaran, menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data,
skor rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kegiatan pra-siklus
31
ke siklus I, yaitu dari 6,71 menjadi 35,85. Demikian pula skor rata-rata hasil
belajar siswa juga mengalami peningkatan dari kegiatan pra-siklus ke siklus
I, yaitu dari 56,93 menjadi 84,17.
Penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Think Pair Share Pada Materi Listrik Dinamis untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas XI TKR1 SMK Negeri 2 Tarakan” oleh Kule dan
Hengki Wijaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) materi pelajaran listrik dinamis dengan kegiatan: (1) tahap think,
siswa diberi peluang menyelesaikan masalah listrik dinamis berupa muatan
atom dalam suatu unsur, (2) tahap pair, siswa bersama pasangannya menalar
keterkaitan antara muatan inti atom dengan elektron, (3) tahap share, siswa
bersama-sama kelompok mengomunikasikan hasil temuannya di depan kelas
tentang gerakan elektron dapat menimbulkan muatan listrik dinamis. Hasil
belajar fisika dengan menggunakan Think Pair Share mengalami peningkatan
rata-rata hasil belajar siswa dari angka 72,90% pada siklus I menjadi 81,18%
pada siklus II.
Penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2
Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016” oleh Lidia Kusumawati, dkk. Hasil
penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan
uji t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05,
diperoleh thitung(3,056) > ttabel(1,697) Ha diterima dan Ho ditolak. Dimana
hasil rata-rata kognitif siswa mencapai 77,25. Ketuntasan siswa 75 % dan
tidak ketuntasan siswa 25 %.
Penelitian “Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Kemagnetan pada Peserta
Didik Kelas IX di MTS Madani Alauddin Pao-pao” oleh Ainun Jariah (2016).
Hasil analisis data hasil belajar siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) mencapai nilai rata-rata
46,66, pedoman Depdikbud tentang kategori hasil kognitif siswa yang
32
menunjukkan persentase yang terbesar ditunjukkan pada kategori rendah
yaitu sebesar 12,5% dari 24 siswa. sedangkan setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) mencapai nilai rata-rata
76,6, pedoman Depdikbud tentang kategori hasil kognitif siswa yang
menunjukkan persentase yang terbesar ditunjukkan pada kategori tinggi yaitu
sebesar 29,16% dari 24 siswa.
Penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa kelas
XI.IPA 1 SMA Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Baru” oleh Pahri Arifin.
Hasil analisis yang diperoleh, yaitu: (1)Hasil belajar fisika siswa dari Siklus I
ke Siklus II dengan kualifikasi sangat tinggi meningkat dari 38,7% menjadi
58,1%. Kualifikasi tinggi menurun dari 32,3% menjadi 25,8%. Kualifikasi
sedang 25,8% menjadi 12,9%. Kualifikasi rendah dari 3,2% menjadi 3,2%
dan kualifikasi sangat rendah dari 0% menjadi 0%; (2) aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar fisika melalui penerapan pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share dari Siklus I ke Siklus II meningkat.
Penelitian “Penerapan Model Think Pair Share pada Pembelajaran
Fisika” oleh Leo Charli,dkk . Berdasarkan hasil perhitungan uji–t diperoleh
thitung (2,05) > ttabel (1,71), sehingga hasil belajar fisika dengan
menggunakan model Think Pair Share secara signifikan tuntas. Rata-rata
hasil belajar siswa sebesar 67,85 dan persentase siswa yang tuntas sebesar
81,25%. Simpulan, penerapan model think pair share sangatlah tepat dalam
pembelajaran fisika.
Penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
disertai Metode Guided Note Taking (GNT) terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Kognitif pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus Di
Sma Negeri Rambipuji” oleh Musa’adatul Rizkiyah, dkk(2017). Dari uji
statistik diperoleh nilai Sig. (2tailed) sebesar 0,001 < 0,05.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Pada penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah
kepustakaan/ library research yaitu mengumpulkan data atau karya tulis
ilmiah yang bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang
bersifat kepustakaan atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan
suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan
mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan (Mahmud, 2008).

3.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berasal dari jurnal, artikel, penelitian terdahulu, maupun data dari situs
internet yang sesuai dengan masalah yang hendak dikaji (Siyoto, Sandu &
M Ali,2015).
Adapun sumber data yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1) Sembiring, Y. A., & Zagoto, D. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Bantuan Praktikum
Terhadap Hasil Belajar Fisika. EduMatSains : Jurnal Pendidikan,
Matematika Dan Sains, Vol.1, No.2
2) Simamora, P. & Asmidar Dalimunthe (2014), "Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Berbantuan Peta
Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa," Jurnal Inpafi , Vol. 2, No.2
3) S. Rifai (2016), "Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Siswa Kelas
X Sma Negeri 1 Pamekasan 2014/2015," Jurnal ∑IGMA, Vol. 1, No. 2
4) M. Irwansyah (2016), "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (Tps) disertai Metode Praktikum Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xi Ipa 3 Man 1 Jember,"
Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 4, No. 4
34
5) Kule, K., & Wijaya, H. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Think Pair Share pada Materi Listrik Dinamis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI TKR1 SMK Negeri 2 Tarakan.
JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 3(2), 47.
https://doi.org/10.26737/jipf.v3i2.452
6) Kusumawati, L., Yolanda, Y., & Amin, A. (2016). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Pembelajaran Fisika
Siswa Kelas X Sma Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran
2015/2016.
7) Jariah, A. (2017). EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
MATERI KEMAGNETAN PADA PESERTA DIDIK KELAS IX DI MTs
ALAUDIN PAO-PAO. In Uin Alauddin Makasar.
https://doi.org/10.1007/s00122-013-2240-4
8) Arifin, P. (2009). Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa
kelas XI . IPA 1 Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Baru. 5(2), 38–48.
9) Charli, L., Amin, A., & Pujiastuti, I. (2018). PENERAPAN MODEL THINK
PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA. JOEAI( Journal of
Education and Instruction), 1, 74–80.
10) Musa’adatul Rizkiyah, Trapsilo Prihandono, B. S. (2016). Pengaruh Model
Pembelajaran Think-Pair- Share (Tps) Disertai Metode Guided Note Taking
(Gnt) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Kognitif Pada Pembelajaran
Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus Di Sma Negeri Rambipuji. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 6(3), 278–284.

3.3 Intrumen Penelitian


Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah daftar Chek-list
klasifikasi bahan penelitian,skema/peta penulisan dan format catatan
penelitian.

35
Tabel 3. 1 Instrumen Penelitian

Identifikasi Hasil Kajian Ketercapaian


hal yang Jurnal Hal yang ditemukan
hendak
dikaji
Ya Tidak
Karakteristik 1
model TPS 2
3
4
5
Sintaks model 1
TPS 2
3
4
5
Pengaruh 1
model TPS 2
terhadap
Hasil belajar 3
Kognitif 4
5

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Dokumentasi,


yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku,
makalah atau artikel, berupa jurnal dan sebagainya. ( Arikunto:2010).

3.5 Analisis Data


Setelah keseluruhan data terkumpul, maka langkah selanjutnya
penulis menganalisa data tersebut sehingga ditarik suatu kesimpulan. Untuk
memperoleh hasil yang benar dan tepat dalam menganalisa data, penulis
menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi atau content analysis adalah
penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi
tertulis dan tercetak di media massa. Data yang ada dalam kepustakaan
tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:

36
1. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna
antara yang satu dengan yang lain.
2. Organizing yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah diperlukan.
3. Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan
terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-
kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh
kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan
masalah (C.R.Kothari,2004)

37
BAB IV
HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kajian


Hasil penelitian kajian pustaka atau library research ini diperoleh dengan
mengumpulkan data dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitin ini, yaitu untuk menganalisis penerapan
model pembelajaran Think Pair Share untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, dan
untuk menghindari penafsiran yang lebih meluas maka peneliti lebih memfokuskan variabel
penelitian yaitu terbatas pada pada hasil belajar kognitif fisika siswa. Dengan demikian,
maka beberapa hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari sumber-sumber data yang relevan
yaitu apa yang menjadi karakteristik dari pembelajaran Think Pair Share pada setiap
jurnal/sumber, bagaimana sintaks model pembelajaran Think Pair Share pada setiap sumber
dan bagaimana keterkaitan model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar
kognitif siswa. Dan berdasarkan permasalahan dan tujuan dalam penulisan ini, penjabaran
teori-teori relavan serta hasil-hasil riset terdahulu, mengenai penerapan model pembelajaran
Think Pair Share(TPS ) untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dan hasil pengkajian
oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
Pertama, penelitian “ Pengaruh model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) dengan Bantuan Praktikum Terhadap Hasil Belajar Fisika “ oleh Yola A.
Sembiring dan Destiniar Zagoto. Dari Penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
bantuan praktikum terhadap hasil belajar. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar
siswa berdasarkan uji gain pada kelas eksperimen rata-rata gain 0,73 dengan kategori tinggi
sedangkan kelas kontrol rata-rata gain 0,47 dengan kategori sedang.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti terhadap jurnal ini yaitu Model
pembelajaran Think Pair Share pada jurnal ini memiliki karakteristik berupa keterampilan
berpikir, landasan berpikir kritis dan definisi keterampilan berpikir kritis. Kemudian sintaks
dari model pembelajaran Think Pair Share dalam jurnal ini terdiri dari tahap think, pair dan
share. Pada tahap think siswa harus berpikir sendiri tentang jawaban atas permasalahan yang
diberikan oleh guru. Ketika berpikir maka ada dialog dengan diri sendiri. Dalam diskusi
38
diperlukan beberapa keterampilan, antara lain mengenal masalah, menemukan cara-cara
yang dapat dipakai untuk menangani masalah tersebut, mengumpulkan dan menyusun
informasi yang diperlukan, memahami, menganalisis dan menarik kesimpulan. Pada tahap
pair, siswa akan berpasangan mendiskusikan hasil pikiran mereka sebelumnya. Sedangkan
pada tahap share, siswa akan berbagi dengan seluruh kelas. Pada tahap ini diperlukan
kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri. Dalam kaitannya dengan
hasil belajar kognitif, dalam penelitian ini menyatakan bahwa kognitif merupakan
kemampuan intelektual siswa. Level kognitif terdiri dari C1(pengetahuan), C2(pemahaman),
C3(penerapan), C4(analisis), C5(evaluasi), dan C6(mencipta). Pada penelitian ini level
kognitif dibatasi pada C1 hingga C4. Dari hasil postes kelas control dan eksperimen dapat
diketahui level kognitif dominan yang dimiliki siswa seperti pada tabel berikut:

Dari tabel 4 diperoleh bahwa ada peningkatan persentase kemampuan kognitif siswa
disetiap level kognitif sehingga dapat diartikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dapat meningkatkan level kognitif.
Kedua, penelitian oleh Pintor Simarora dan Asmidar Dalimunthe, “ Pengaruh model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) berbantu peta konsep terhadap hasil
belajar Fisika Siswa ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa aktifitas belajar siswa
kelas eksperimen meningkat yaitu pertemuan I 63,22% dan pada pertemuan II 71,42%.
Berdasarkan uji-t setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas menunjukkan ada
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan Peta Konsep terhadap aktifitas
dan hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA
Swasta Dharmawangsa Medan T.P 2012/2013.
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh peneliti pada penelitian ini yaitu model
pembelajaran Think Pair Share memiliki karakteristik berupa penekanan terhadap kesadaran
siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, belajar mengaplikasikan pengetahuan

39
dan ketrampilan, serta saling berbagi pengetahuan, konsep dan ketrampilan tersebut kepada
siswa lainnya. yang lainnya. Tingkat pemahaman yang diperoleh siswa lebih besar karena
siswa dilibatkan secara langsung dalam menemukan jawaban terhadap persoalan dan model
pembelajaran ini dikombinasikan dengan media yang sangat menarik bagi siswa yaitu media
pembelajaran peta konsep yang lainnya. Tingkat pemahaman yang diperoleh siswa lebih
besar karena siswa dilibatkan secara langsung dalam menemukan jawaban terhadap
persoalan dan model pembelajaran ini dikombinasikan dengan media yang sangat menarik
bagi siswa yaitu media pembelajaran peta konsep. Pembelajaran kooperatif tipe TPS
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu dengan sesama temannya. Setelah diberikan
perlakuan yang berbeda dimana pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan
model kooperatif tipe TPS berbantuan peta konsep dan pada kelas kontrol diberikan
pembelajaran Konvensional, diperoleh bahwa rata-rata postes kelas eksperimen sebesar
73,05 dan rata-rata postes kelas kontrol sebesar 64,1.
Ketiga, penelitian “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pamekesan
2014/2015”, oleh Sufijati Rifai. Hasil penelitian dari tahapan siklus yang dilaksanakan
terkait dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) pada siklus I
ada peningkatanperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Skor rata-rata aktivitas siswa yang
diperoleh pada siklus I berada pada kategori kurang aktif dengan skor rata-rata 1,80 menjadi
cukup aktif pada siklus II dengan skor 2,01. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbaikan
proses walaupun masih kurang. Semua itu disebabkan antara lain: siswa selalu diberitahu
agar siswa selalu bekerja dalam kelompoknya, melakukan interaksi dengan teman, interaksi
yang terjadi antara siswa dengan guru, siswa yang bertanya dan kegiatan dalam memecahkan
masalah. Untuk hasil belajar siswa berdasarkan analisis ulangan di dapat adanya peningkatan
dari belum tuntas dengan perolehan 77 % pada siklus I menjadi tuntas pada siklus II dengan
perolehan 87%. Berdasarkan hasil yang diperoleh secara umum penelitian ini dapat
menjawab permasalahan dan tujuan yang diharapkan yaitu dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan dapat meningaktkan dari hasil belajar. Tidak hanya itu siswa menemukan
pengetahuan yang dibangun sendiri dan peranan guru sebagai fasilitator dapat ditingkatkan.

40
Sedangkan hasil kajian oleh peneliti terkait karakteristik, sintaks dan keterkaitan
model dengan hasil belajar kognitif yaitu model pembelajaran TPS dalam penelitian ini
memiliki karakteristik berupa mengutamakan berpikir sebagai langkah awal mengumpulkan
konsep atau masalah, diteruskan dengan saling bertukar ide secara berpasangan, kemudian
berbagi dengan seluruh pasangan di kelas. Inilah yang menjadi pemicu terjadinya proses
berpikir dan beraktivitas siswa baik dalam rangka memahami materi maupun memperkaya
ide-ide tentang topik bahasan. Sedangkan sintaks model pembelajaran TPS pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut : a)Thinking (berpikir). Guru memberikan dasar-dasar konsep secara
singkat dan mantap. Penguatan terhadap konsep dilakukan guru dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan. Curah pendapat dilakukan untuk menggali ide-ide sekaligus sebagai
latihan curahan pendapat. Masing-masing siswa diminta untuk memikirkan jawaban
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat kemudian dituangkan dalam
konsep jawaban masing-masing di atas kertas ; b)Pairing (berpasangan), yaitu siswa
membentuk paangan belajar. Ide-ide yang disepakati selanjutnya dikumpulkan atas dasar
masalah yang diajukan oleh guru dan dituangkan dalam selembar kertas sebagai hasil
diskuisi maisng-masing pasangan; c) Sharing (berbagi), yaitu berbagi jawaban kepada kelas.
Berbagi ide ini dilakukan oleh setiap pasangan yang ditunjuk berdasarkan lotting.Pasangan
lain yang dapat menambahkan ide-ide dari pasangan lain baik pada saat presentasi maupun
pada saat lembaran kertas lain dari hasil kerjanya pasangan. Selanjutnya seluruh pasangan
melaporkan hasil kerja pasangannya dan catatan hasil berbagai dengan pasangan lain. . Hasil
analisis hasil belajar Fisika siswa kelas X IPA-B SMA Negeri 1 Pamekasan yang mengikuti
pembelajaran Fisika menggunakan model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk
Kompetensi dasar 8.1 Menguasai hokum fluida statis dapat disajikan pada tabel berikut:

Berdasarkan data pada table 4.2 diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa X IPA-B SMA Negeri 1Pamekasan sebagai berikut. Rata-rata hasilbelajar yang
dicapai besarnya 73,25 dengan ketuntasan klasikal 87% ini menunjukkanadanya peningkatan

41
hasil belajaryangsebelumnya 66,93. Hasil tersebut tergolong sudah mencapai ketuntasan
minimal yang diharapkan.
Keempat, penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (Tps) Disertai Metode Praktikum Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas XI IPA 3 MAN 1 Jember” oleh Mukhammad Irwansyah, dkk.
Berdasarkan Analisis data pada siklus I, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) disertai metode praktikum dalam pembelajaran,
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil
analisis data, skor rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kegiatan pra-siklus
ke siklus I, yaitu dari 6,71 menjadi 35,85. Demikian pula skor rata-rata hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan dari kegiatan pra-siklus ke siklus I, yaitu dari 56,93 menjadi
84,17. Peningkatan aktivitas belajar dari pra-siklus ke siklus 1 sudah baik, hal ini ditunjukkan
dengan nilai Ngain sebesar 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang, hasil belajar sedang
siswa di peroleh nilai N gain sebesar 0,63 yang termasuk dalam kategori sedang. Pada
kegiatan siklus I, beberapa siswa masih kurang mampu melaksanakan praktikum secara
mandiri bersama kelompoknya dan beberapa siswa masih kurang memperhatikan selama
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II, skor aktivitas siswa
mengalami peningkatan dari yang sebelumnya menjadi 44,57. Selain itu, skor rata-rata hasil
belajar siswa juga mengalami peningkatan dari yang sebelumnya 56,93 menjadi 83,68. Skor
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian
tersebut, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) disertai metode praktikum dapat dinyatakan efektif dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di kelas XI IPA 3 MAN 1 Jember.
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh peneliti pada jurnal penelitian ini model
pembelajaran Think Pair Share memilki karakteristik berupa siswa diberikan waktu lebih
banyak untuk berfikir, menjawab,serta membantu satu sama lain. Think (berfikir), Pair
(berpasangan) dan Share(berbagi ). Berdasarkan hasil analisis data, model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair untuk hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukan peningkatan
dari 56,93 menjadi 84,17. Analisis data pada siklus II dilaksanakan dengan model yang sama
dengan siklus I yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) disertai
metode praktikum. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II, skor rata-rata hasil belajar
42
siswa mengalami peningkatan dari yang sebelumnya 56,93 menjadi 83,68. Skor rata-rata
hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan n. Berdasarkan nilai N-gain
yang diperoleh untuk hasil belajar siswa pada siklus II yaitu sebesar 0,62 maka peningkatan
hasil belajar tersebut termasuk dalam kategori peningkatan sedang.
Kelima, penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Think Pair Share Pada Materi Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI TKR1 SMK Negeri 2 Tarakan” oleh Kule dan Hengki Wijaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) materi pelajaran listrik dinamis dengan kegiatan: (1)
tahap think, siswa diberi peluang menyelesaikan masalah listrik dinamis berupa muatan atom
dalam suatu unsur, (2) tahap pair, siswa bersama pasangannya menalar keterkaitan antara
muatan inti atom dengan elektron, (3) tahap share, siswa bersama-sama kelompok
mengomunikasikan hasil temuannya di depan kelas tentang gerakan elektron dapat
menimbulkan muatan listrik dinamis. Hasil belajar fisika dengan menggunakan Think Pair
Share mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari angka 72,90% pada siklus I
menjadi 81,18% pada siklus II.
Adapun hasil pengkajian yang di lakukan oleh peneliti yaitu model Think Pair Share
pada penelitian ini memiliki karakteristik melatih siswa untuk berinteraksi dan menjalin
keakraban secara lebih dini serta dapat menyesuaikan diri dengan teman kelompoknya,
karena tercipta keakraban di antara anggota kelompok siswa merupakan faktor pendukung
terbentuknya suasana belajar yang dinamis. Sintaks model pembelajaran Think Piar Share
pada penelitian ini yaitu : (1) tahap think, siswa diberi peluang menyelesaikan masalah listrik
dinamis berupa muatan atom dalam suatu unsur, (2) tahap pair, siswa bersama pasangannya
menalar keterkaitan antara muatan inti atom dengan elektron, (3) tahap share, siswa bersama-
sama kelompok mengomunikasikan hasil temuannya di depan kelas tentang gerakan elektron
dapat menimbulkan muatan listrik dinamis.
Keenam, Penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun
Pelajaran 2015/2016” oleh Lidia Kusumawati, dkk. Hasil penelitian yang diperoleh data skor
tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf
kepercayaan α = 0,05, diperoleh thitung(3,056) > ttabel(1,697) Ha diterima dan Ho ditolak.
43
Dimana hasil rata-rata kognitif siswa mencapai 77,25. Ketuntasan siswa 75 % dan tidak
ketuntasan siswa 25 %.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada jurnal ini yaitu, Karakteristik
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu adanya kesempatan bagi siswa
untuk berpikir, menjawab, saling membantu sama lain sehingga dapat mengatasi sifat siswa
yang malas berfikir dan tidak mau bekerja sama yang baik untuk memecahkan suatu
permasalahan dari meteri yang dipelajari dalam pembelajaran. Sintaks model Think Pair
Share dalam penelitian ini diuraikan oleh peneliti yaitu guru menyampaikan materi dan
kompetensi yang ingin dicapai, siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru, siswa diminta berpasangan dengan bangku sebelahnya dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakanhasil diskusinya, berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan
pembicaraan pada kelompok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan
para siswa, selanjutnya guru memberi kesimpulan dan penutup. Dalam kaitannya dengan
hasil belajar kognitif, setelah diberi perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata hasil pre-test
sebesar 31,56 dan rata-rata hasil post-test sebesar 77,25. Hasil posttest mengalami
peningkatan sebesar 45,69 dari hasil pre-test.
Ketujuh, penelitian “Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Kemagnetan pada Peserta Didik Kelas IX di
MTS Madani Alauddin Pao-pao” oleh Ainun Jariah (2016). Hasil analisis data hasil belajar
siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
mencapai nilai rata-rata 46,66, pedoman Depdikbud tentang kategori hasil kognitif siswa
yang menunjukkan persentase yang terbesar ditunjukkan pada kategori rendah yaitu sebesar
12,5% dari 24 siswa. sedangkan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) mencapai nilai rata-rata 76,6, pedoman Depdikbud tentang kategori
hasil kognitif siswa yang menunjukkan persentase yang terbesar ditunjukkan pada kategori
tinggi yaitu sebesar 29,16% dari 24 siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t diperoleh thitung = 13,44 dan nilai ttabel = 2,06. Karena nilai t hitung >
t tabel maka H0 ditolak sehingga Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi kemagnetan.
44
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti dalam jurnal ini, yang
menjadi karakteristik Think-Pair-Share (TPS) memungkinkan pembelajaran bagi siswa
untuk lebih banyak berfikir, merespon dan saling membantu satu sama lain, sehingga siswa
dapat bekerja sama, saling membantu, mempelajari informasi atau keterampilan dan adanya
sistem penilaian dari peningkatan individu dan bekerja sama dalam kelompok. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) sebagai
berikut: Tahap Think (Berpikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan
dengan konsep materi, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu
tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap Pairing (Berpasangan), guru meminta
siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya
pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah
diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap Share (Berbagi). Pada
tahap akhir, guru meminta pasangan berbagi untuk seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan
sampai seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.Pada tahap tes
akhir atau posttest setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think-pair
Share dengan nilai rata-rata sebesar 76,7 dari skor maksimal 100. Hal ini menunjukkan
terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dari sebelumnya. Jika dikategorikan pada
pedoman Dekdikbud, terdapat 41,66% pada kategori sangat tinggi. Dengan Hasil ini juga
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada materi kemagnetan meningkat setelah
mengunakan model pembelajaran dengan memperhatikan persentase yang terbesar pada
kategori sangat tinggi.
Kedelapan, Penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa kelas XI.IPA 1 SMA
Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Baru” oleh Pahri Arifin. Hasil analisis yang diperoleh,
yaitu: (1)Hasil belajar fisika siswa dari Siklus I ke Siklus II dengan kualifikasi sangat tinggi
meningkat dari 38,7% menjadi 58,1%. Kualifikasi tinggi menurun dari 32,3% menjadi
25,8%. Kualifikasi sedang 25,8% menjadi 12,9%. Kualifikasi rendah dari 3,2% menjadi
3,2% dan kualifikasi sangat rendah dari 0% menjadi 0%; (2) aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar fisika melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
45
dari Siklus I ke Siklus II meningkat. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa meliputi
menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, tanggapan, jawaban, kerjasama dalanm
kelompok dan perilaku yang tidak relevan dengan proses belajar mengajar menurun; dan (3)
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas belajar fisika
pada siswa terutama pada siswa aktivitas dan hasil belajar.
Hasil pengkajian yang di lakukan oleh peneliti yaitu karakteristik model
pembelajaran Think Pair Share pada penelitian ini berupa memberi siswa lebih banyak
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain, sehingga siswa dapat berperan
aktif dan menghilangkan kejenuhan pada saat mengikuti pengajaran serta berpikir secara
mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Hasil belajar fisika siswa dari
Siklus I ke Siklus II dengan kualifikasi sangat tinggi meningkat dari 38,7% menjadi 58,1%.
Kualifikasi tinggi menurun dari 32,3% menjadi 25,8%. Kualifikasi sedang 25,8% menjadi
12,9%. Kualifikasi rendah dari Pemikiran Pendidikan dan Penelitian 3,2% menjadi 3,2% dan
kualifikasi sangat rendah dari 0% menjadi 0%.
Kesembilan, penelitian “Penerapan Model Think Pair Share pada Pembelajaran
Fisika” oleh Leo Charli,dkk . Berdasarkan hasil perhitungan uji–t diperoleh thitung (2,05) >
ttabel (1,71), sehingga hasil belajar fisika dengan menggunakan model Think Pair Share
secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,85 dan persentase siswa
yang tuntas sebesar 81,25%. Simpulan, penerapan model think pair share sangatlah tepat
dalam pembelajaran fisika.
Adapun hasil pengkajian yang diperoleh peneliti yaitu model Think Pair Share dalam
penelitian ini memiliki karakteristik menggunakan kelompok kecil agar siswa dapat bekerja
sama dalam memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasi pre-
test dan post-test diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Sumber
Rejo tahun ajaran 2017/2018 setelah penerapan model pembelajaran Think Pair Share secara
signifikan tuntas. Jika dibandingkan dengan pre-test, maka terdapat peningkatan rata-rata
nilai sebesar 67,85 dan peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 81,25%.
Kesepuluh, penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
disertai Metode Guided Note Taking (GNT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif
pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Lurus Di Sma Negeri Rambipuji” oleh
Musa’adatul Rizkiyah, dkk(2017). Pengaruh adanya perlakuan model pembelajaran Think
46
Pair Share (TPS) disertai metode Guided Note Taking (GNT) terhadap aktivitas belajar
Fisika siswa dianalisis dengan uji normalitas dan independent sample t-test. Jika skor
aktivitas belajar fisika siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol , maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar fisika siswa Data
hasil belajar kognitif fisika siswa diperoleh melalui kegiatan post test . Perbedaan nilai hasil
belajar kognitif fisika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis
lebih lanjut untuk memberi keputusan menggunakan uji statistik, dari uji statistik tersebut
diperoleh nilai Sig. (2tailed) sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
disertai metode Guided Note Taking (GNT) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kognitif fisika siswa.
Adapun hasil pengkajian yang dilakukan peneliti terhadap jurnal ini yaitu model
Think Pair Share Model kooperatif tipe Think Pair Share memiliki karakteristik mampu
merealisasikan munculnya unsur kerjasama, adanya interaksi antara pasangan siswa,
tanggung jawab terhadap tugas, memberi dan menerima masukan, serta percaya diri
mengemukakan pendapat selama pembelajaran, karena model ThinkPair Share (TPS)
mampu merancang kegiatan diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir,
keterampilan berkomunikasi siswa dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas . Hasil
belajar siswa yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif fisika siswa. Skor
rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa diperoleh dari hasil post test yang dilakukan
setelah proses pembelajaran gerak lurus selesai pada kelas eksperimen dan 47ystem47. Rata-
rata nilai post test dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan Tabel 4. nilai rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berbeda, namun perbedaan nilai anatar kelas eksperimen dan
kontrol tidak terlalu jauh.

47
4.2 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dimana peneliti tidak terjun
langsung ke lapangan dalam hal ini sekolah untuk memperoleh sumber data yang hendak
dikaji, tetapi melakukan penelitian dengan cara mengkaji hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini. Yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dan variabel terikat berupa hasil
belajar kognitif fisika siswa. Peneliti memilih menggunakan jenis penelitian ini karena
sesuai dengan kondisi dan keadaan yang dialami saat ini, dimana pendemi Covid 19
mengakibatkan kurang memungkinkannya dilakukan penelitian secara langsung di lapangan
secara eksperimen atau metode penelitian lainnya mengingat model pembelajaran Think
Pair Share menuntut siswa untuk saling berinteraksi secara aktif dalam kelompok.
Terdapat 10 hasil penelitian relevan yang dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini.
Adapun beberapa hal yang dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu karakteristik model
pembelajaran Think Pair Share pada setiap jurnal/sumber, sintaks model pembelajaran Think
Pair Share dan pengaruh model pembelajaran TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa.
Pengkajian terhadap ketiga hal ini menggunakan teknik analisis isi. Data yang diperoleh
berupa jurnal/artikel/skripsi/sumber yang relevan dengan penelitian ini diolah melalui tahap
editing, organizing dan penemuan hasil penelitian. Pada tahap editing, peneliti melakukan
pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan dan
keselarasan makna. Pemeriksaan ini tentu saja berdasarkan apa yang menjadi tujuan peneliti
dalam penelitian ini dan hal apa yang hendak di kaji. Sehingga, pada tahap ini peneliti
mengecek kembali apa yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat dari penelitian yang
dijadikan sebagai sumber data relevan, kemudian apakah terdapat karakteristik dan sintaks
model Think Pair Share yang jelas dalam setiap sumber yang relevan dan apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa. Sumber data
bersifat kualitatif berkembang sehingga dapat diganti sumbernya atau ditambahkan hasil
penelitian relevan yang dirasa cocok oleh peneliti. Selanjutnya pada tahap Organising
peneliti mengorganising data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan,
dalam hal ini berdasarkan instrument chek-list yang di muat pada pada Metode penelitian.
Kemudian pada tahap penemuan hasil penelitian, peneliti melakukan analisis lanjutan
terhadap pengorganisasian data berdasarkan instrumen chek-list yang dijadikan acuan untuk
48
memperoleh kesimpulan akhir. Pada tahap ini peneliti dapat menentukan tercapai atau
tidaknya peningkatan hasil belajar kognitif siswa berdasarkan hal-hal yang telah di kaji.
4.2.1. Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa
pada kesepuluh jurnal yang diteliti memiliki karakteristik model Think Pair Share yang
hampir sama. Perbedaannya terletak pada dampak dari karakteristik tersebut. Karakteristik
model Think Pair Share umumnya berupa penekanan terhadap kesadaran siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah, belajar mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilan, serta saling berbagi pengetahuan, konsep dan ketrampilan tersebut kepada
siswa lainnya. Karakteristik dan dampak yang dihasilkan dari karakteristik TPS dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik dan dampak dari model TPS


Jurnal Karakteristik Dampak
1 Karakteristik berupa keterampilan Ada kesempatan untuk berdialog dengan
berpikir, landasan berpikir kritis dan diri sendiri, siswa secra langsung dapat
definisi keterampilan berpikir kritis memecahkan maslah, memahami materi
secara kelompok, dan saling membantu.
2 Karakteristik berupa penekanan Tingkat pemahaman yang diperoleh
terhadap kesadaran siswa dalam siswa lebih besar karena siswa dilibatkan
belajar berpikir, memecahkan secara langsung dalam menemukan
masalah, belajar mengaplikasikan jawaban terhadap persoalan
pengetahuan dan ketrampilan, serta
saling berbagi pengetahuan, konsep
dan ketrampilan tersebut kepada
siswa lainnya lainnya
3 Mengutamakan berpikir sebagai Menjadi pemicu terjadinya proses
langkah awal mengumpulkan berpikir dan beraktivitas siswa baik
konsep atau masalah, diteruskan dalam rangka memahami materi maupun
dengan saling bertukar ide secara memperkaya ide-ide tentang topik
bahasan.

49
berpasangan, kemudian berbagi
dengan seluruh pasangan di kelas
4 Siswa diberikan waktu Meningkatkan partisipasi
lebih banyak untuk berfikir, siswa, terciptanya pembelajaran yang
menjawab, aktif dan meningkatkan mutu
serta membantu satu sama lain. pembelajaran.

5 Melatih siswa untuk berinteraksi dan Terbentuknya suasana belajar yang


menjalin keakraban secara lebih dini dinamis
serta dapat menyesuaikan diri
dengan teman kelompoknya
6 Kesempatan pada siswa untuk Dapat mengatasi sifat siswa yang malas
berpikir, menjawab, saling berfikir dan tidak mau bekerja sama yang
membantu sama lain baik untuk memecahkan suatu
permasalahan dari meteri yang dipelajari
dalam pembelajaran.
7 Memungkinkan pembelajaran bagi Siswa dapat bekerja sama, saling
siswa untuk lebih banyak berfikir, membantu, mempelajari informasi atau
merespon dan saling membantu satu keterampilan dan adanya sis
sama lain tem penilaian dari peningkatan individu
dan bekerja sama dalam kelompok
8 Memberi siswa lebih banyak Siswa dapat berperan aktif dan
berpikir, menjawab dan saling menghilangkan kejenuhan pada saat
membantu satu sama lain. mengikuti pengajaran serta berpikir
secara mendalam tentang apa yang telah
dijelaskan atau dialami

9 Menggunakan kelompok kecil Siswa dapat bekerja sama dalam memilih


alternatif terbaik dalam memecahkan
masalah

50
10 Merancang kegiatan diskusi yang Merealisasikan munculnya unsur
dapat meningkatkan kemampuan kerjasama, adanya interaksi antara
berpikir, keterampilan pasangan siswa, tanggung jawab
berkomunikasi siswa dan terhadap tugas, memberi dan menerima
mendorong partisipasi mereka dalam masukan, serta percaya diri
kelas. mengemukakan pendapat selama
pembelajaran.

4.2.2 Sintaks Model pembelajaran Think Pair Share


Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti, model pembelajaran
Think Pair Share pada setiap jurnal/sumber memiliki sintaks yang jelas dan sama yaitu terdiri
dari tahap Think, tahap Pair dan tahap Share. Pada tahap Think siswa diberi kesempatan
untuk berpikir secara mandiri, kemudian saling bertukar pikiran dan melengkapi pada tahap
Pair, selanjutnya berbagi antar kelompok pada tahap Share. Perpaduan model pembelajaran
Think Pair Share dengan alternative lain seperti model pembelajaran TPS dengan metode
praktikum, model TPS berbantuan peta konsep, model TPS dengan metode GNT, masing-
masing memiliki keunggulan tersendiri sebagai dampak positif dari sintaks yang ditetapkan
secara eksplisit berupa Think, Pair dan Share.
Ketika model Think Pair Share dipadukan dengan metode praktikum, siswa diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen atau praktikum menggunakan obyek fisik pada
tahap Think yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya pada tahap Pair dan Share.
Artinya, seseorang akan belajar efektif bila ia melakukan. Pemahaman peserta didik terhadap
materi ajar akan lebih efektif jika ia tidak hanya menerima konsepnya, tetapi ia juga mampu
menemukan konsep itu sendiri dengan bantuan praktikum. Dengan adanya kegiatan
praktikum siswa lebih memahami materi pembelajaran dan kegiatan diskusi yang
dilaksanakan membuat siswa lebih dapat bekerjasama dalam kelompoknya. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) disertai metode praktikum membuat siswa lebih aktif sehingga konsep fisika siswa
dapat lebih dipahami, sehingga juga berdampak pada meningkatnya hasil belajar fisika
siswa.

51
Penerapan model TPS berbantuan peta konsep membuat siswa lebih siswa lebih
mudah mengerti materi yang disampaikan guru, karena peta konsep memberikan kemudahan
dalam mengatasi konsep sulit sehingga pelajaran yang diberikan guru dapat terorganisasi
dengan baik dalam ingatan siswa. Peta konsep yang di berikan pada tahap Think akan
memacu siswa untuk memahami dengan baik sesuai kemampuan berpikir mereka dan siswa
punya kesepatan untuk saling menjelaskan apa yagg mereka pahami melalui peta konsep
pada tahap Pair sehingga jawaban mereka dapat dikombinasikan dan dapat di Tarik suatu
kesimpulan pada tahap share.
Perpaduan antar model pembelajaran Think Pair Share dengan metode GNT
menjawab kelemahan dari model pembelajaran TPS dimana kelemahan dari model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang
dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah
sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya . Untuk mengatasi
kekurangan dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah dengan menggunakan
metode Guided Note Taking (GNT). Catatan terbimbing atau Guided Note Taking (GNT)
merupakan ringkasan atau poin-poin penting yang berupa titik-titik kosong yang sengaja
dikosongkan oleh guru untuk diisi oleh peserta didik selama pembelajaran . Pada tahap think
siswa akan mengisi titik-titik kosong berdasarkan pemahaman awalnya kemudian pada tahap
Pair siswa akan mencoba mencocokkan jawaban mereka. Jawaban yang berbeda ataupun
sama akan memacu otak siswa untuk berpikir lebih kritis terlebih pada tahap Share dimana
akan lebih banyak perbedaan jawaban. Perpaduan model TPS disertai metode GNT memacu
siswa berpikir kritis dan aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan model TPS dan menerapkan materi
tertentu seperti listrik dinamis maupun fluida tentu saja juga tetap memiliki keunggulan
karena sintaksnya jelas terdiri dari Think, Pair dan Share. Karena dalam penelitian ini peneliti
hanya hendak menganalisis tanpa bertujuan membandingkan kesepuluh model yang di kaji
maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share ini memang
bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika baik diterapkan secara langsung
materinya atau ingin dipadukan dengan alternative lain, yang terpenting sintaksnya jelas
terdiri dari tahap Think, Pair dan Share.

52
4.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa
Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa semua
sumber yang di kaji dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Think Pair
Share. Hanya saja persentase peningkatkan hasil belajar yang hasilkan dari penerapan model
penerapan pembelajaran TPS tentu saja berbeda-beda pada tiap jurnal. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti perpaduan model pembelajaran TPS dengan alternative lain
,metode yang digunakan, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut
:

Tabel 4.2 Pengaruh model TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa
Jurnal Perpaduan dengan Metode penelitian / Teknik Persentase
alternative lain peningkatan/rata-rata
gain
1 Praktikum Eksperimen semu Rata-rata gain 0,73
2 Peta konsep Eksperimen semu 71,42 %
3 - PTK 87 %
4 Praktikum PTK Rata-rata gain 0,62
5 Materi listrik dinamis PTK 81,18%
6 - Eksperimen Semu 75%
7 Materi kemagnaetan Simple Random Sampling 41,66%
8 Materi fluida PTK 58,1%
9 - Eksperimen semu 81,25%
10 GNT Eksperimen 56,3 %

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa model pembelajaran Think Pair Share
berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif fisika siswa di mana terjadi peningkatan
yang cukup signifikan pada setiap penelitian. Dengan demikian, berdasarkan instrumen
penelitian yang telah dirancang peneliti sebelumnya dan dari hasil pengkajian yang diperoleh
maka dapat dikatakan bahwa apa yang menjadi tujuan peneliti dalam penelitian ini tercapai.

53
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap
seluruh sumber data relevan berupa jurnal dan skripsi mengenai penerapan model
pembelajaran Think Pair Share terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam
hal ini hasil belajar kognitif fisika siswa, yang telah di analisis melalui tahap Editing,
Organising dan Penemuan hasil penelitian, menunjukkan bahwa model pembelajaran
Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, alangkah baiknya bila pendidik
menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran fisika
sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat. Saran bagi peneliti selanjutnya
yaitu mungkin dapat di lakukan pengkajian lebih lajut dan menyeluruh terhadap
ketiga aspek hasil belajar berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor mengingat
batasan penelitian yang di kaji peneliti dalam penelitian ini terbatas pada hasil
belajar kognitif.

54
55
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, P. (2009). Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa kelas XI . IPA 1
Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Baru. 5(2), 38–48.

Asiah, A., Zainuddin, & Sabri, T. (2015). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Ipa Menggunakan Metode Demonstrasi Di Sekolah Dasar.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1–12.

Azra, F., & Jamil, H. (2014). Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Motivasi Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Smk Negeri 1 Solok
Selatan. Economica: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI
Sumatera Barat, 2(2), 85–98. https://doi.org/10.22202/economica.v2i2.221

Charli, L., Amin, A., & Pujiastuti, I. (2018). Penerapan Model Think Pair Share Pada
Pembelajaran Fisika. Joeai( Journal of Education and Instruction), 1, 74–80.

Darmawan, D. (2019). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

Djamarah. (2003). Hakikat Belajar. Bab2, 15–18.

Enggraini, I. T. (2014). Penerapan Penemuan Terbimbing Dengan Teknik Think Pair


Share(Tps) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematis Siswa
Kelas Vii Smap Negeri 5 Kota Bengkulu.

Irwansyah, M., Mahardika, I., & Supriadi, B. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Disertai Metode Praktikum Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xi Ipa 3 Man 1
Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(4), 371-376–376.

Jariah, A. (2017). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(Tps)


Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Kemagnetan Pada Peserta Didik Kelas Ix Di
Mts Alaudin Pao-Pao. In Uin Alauddin Makasar. https://doi.org/10.1007/s00122-
013-2240-4

Kasmawati, K. (2018). Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams


Achievement Division (STAD) Pada Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Iqra’,
11(1), 1–12. https://doi.org/10.30984/jii.v11i1.578

1
Khodijah, D. N. (2016). Upaya Meningkatkan Partisipasi Dan Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Di Kelas Xi
Mia7 Sman 1 Muaro Jambi. Jurnal EduFisika, 01(02), 46–54.

Kule, K., & Wijaya, H. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Think Pair Share pada Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI TKR1 SMK Negeri 2 Tarakan. JIPF (Jurnal Ilmu
Pendidikan Fisika), 3(2), 47. https://doi.org/10.26737/jipf.v3i2.452

Kusumawati, L., Yolanda, Y., & Amin, A. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X Sma
Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016.

M. Yus, J., Sugiyono, & Uliyanti, E. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Diskusi Kelas IV Sekolah Dasar.

Maskurin. (2018). Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Materi Sumber Daya
Alam Kegiatan Ekonomi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Berbantu Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SD 5 Gondosari.
JurnalPrakarsaPaedagogja,1(2),161.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q
=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwic2KSaqYrmA
hWz6nMBHdBzCJgQFjAGegQIChAC&url=https%3A%2F%2Fjurnal.umk.ac.id
%2Findex.php%2FJKP%2Farticle%2Fdownload%2F3430%2F1707&usg=AOv
Vaw1PB_AtjPZUuENWR93Da_3y

Muka, J. R., & Jhoniwarmansyahgmailcom, J. T. E. (n.d.). Jhoni Warmansyah Paud


PPs Universitas Negeri Jakarta Volume 10 Edisi 1 , April 2016 Matematika adalah
mata pelajaran yang diajarkan di Indonesia sejak bangku Sekolah Dasar ( SD )
hingga perguruan tinggi bahkan peringkat terendah dalam bidang ilmu matemati.
99–120.

Musa’adatul Rizkiyah, Trapsilo Prihandono, B. S. (2016). Pengaruh Model


Pembelajaran Think-Pair- Share (Tps) Disertai Metode Guided Note Taking (Gnt)
Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Kognitif Pada Pembelajaran Fisika Pokok
Bahasan Gerak Lurus Di Sma Negeri Rambipuji. Jurnal Pembelajaran Fisika,
6(3), 278–284.

Oktarina, N. (2008). Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Terhadap Konsep Dasar


Pengantar Ilmu Ekonomi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-
Pair-Share. Dinamika Pendidikan, 3(1), 109–122.
https://doi.org/10.15294/dp.v3i1.436

Prasetya, T. I. (2012). Journal of Educational Research and Evaluation Meningkatkan


Keterampilan Menyusun Instrumen Hasil Belajar Berbasis Modul Interaktif Bagi
Guru-guru IPA SMP N Kota Magelang. Jere, 1(2), 106–112.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere
2
Rifai, S. (2016). Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Siswa Kelas X Sma Negeri 1
Pamekasan 2014 / 2015. ∑Igma, 1(2), 35–40.
http://ejournal.unira.ac.id/index.php/jurnal_sigma/article/view/63

Saban, M. (2019). Peningkatan hasil belajar siswa pada materi suhu dan perubahanya
dengan model think pair share pada kelas vii f smp negeri i kota ternate. 1(1).

Said, I., Soekamto, H., & Suharto, Y. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Think
Pair Share Dan Pemberian Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Geografi.
1, 1–12.

Sari, N. H., Sesunan, F., & Nyeneng, I. D. P. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Ditinjau Dari Keterampilan
Berkomunikasi. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1), 68.
https://doi.org/10.24127/jpf.v7i1.1396

Setiawan, I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar Fisika. Gravity Edu ( Jurnal Pendidikan Fisika ), 2(2), 1–
5. https://doi.org/10.33627/ge.v2i2.23

Syarifuddin, A. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar Dan


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Ta’dib, 16(01), 113–136.

Yaumil, Afri, L. E., & Nurrahmawati. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas VII. Jurnal Pendidikan Matematika, 2–4.

Yuliasri, I. (2013). Cooperative Learning for Undergraduate Translation and


Interpreting Classes. 1st English Language and Literature International
Conference (ELLiC) COOPERATIVE, 2–7.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ELLIC/article/view/2604/2572

Zulkarnain, I., & Djamilah, S. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Think Pair and
Share terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah
Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1).
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i1.635

Anda mungkin juga menyukai