Anda di halaman 1dari 217

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPs)


UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
CURIOSITY SISWA PADA PELAJARAN FISIKA

skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

oleh
Fera Ismawati
4201409105

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Conceptual


Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika telah disetujui pembimbing untuk diajukan
ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Juli 2013

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si


NIP 19650107 198901 1 001 NIP 19620301 198901 2 001

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian

hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 29 Juli 2013

Fera Ismawati
4201409105

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul


Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa
pada Pelajaran Fisika
disusun oleh
Fera Ismawati
4201409105
telah dipertahankan di hadapan siding Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 29 Juli 2013.

Panitia :
Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M. Si. Dr. Khumaedi, M.Si.


NIP 19631012 198803 1 001 NIP 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Sunarno, S. Si, M. Si.


NIP 19720112 199903 1 003

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si


NIP 19650107 198901 1 001 NIP 19620301 198901 2 001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan

menuju surga (H.R. Muslim).

Jangan mudah pasrah dan menyerah dengan alasan semua adalah

kehendakNya, sebelum ada ikhtiar dan doa yang maksimal.

Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk

Bapak dan Almarhum Ibu yang selalu menjadi motivasi saya, terimakasih atas

doa dan nasihat yang selalu mendampingi setiap langkah saya.

Adek saya tersayang, terimakasih atas semangatnya.

Segenap keluarga besar, terimakasih untuk semangat dan dukungannya.

Para dosen dan guru saya.

Sahabat-sahabat saya dan teman-teman fisika angkatan 2009 yang berjuang

bersama saya.

Semua pihak yang telah banyak membantu saya.

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga penulis diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi

Muhammad saw.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis juga banyak memperoleh

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa

menyampaikan ucapan terima kasih kepada.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si., Dosen Pembimbing Utama yang penuh

kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si., Dosen Pembimbing Pendamping yang penuh

kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

vi
6. Bapak Isa Akhlis, S. Si, M. Si., Dosen wali yang telah membimbing selama

penulis belajar di Jurusan Fisika UNNES.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu

kepada penulis.

8. H. Muhammad Taufiq, S. Pd, Kepala SMP Negeri 2 Kudus yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Kudus.

9. H. Suwarti, S.Pd., guru mata pelajaran IPA kelas 7A-7D yang telah

memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian di SMP

Negeri 2 Kudus.

10. Pak Agib Setiawan, yang telah memberikan motivasi dan semangat belajar

untuk belajar fisika.

11. Pak Wawan dan Pak Selamet, yang banyak membantu saya demi kelancaran

penelitian di SMP Negeri 2 Kudus

12. Seluruh siswa kelas 7B dan 7B SMP Negeri Negeri 2 Kudus tahun ajaran

2012/2013 yang telah menjadi subyek penelitian.

13. Sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu, terimakasih

untuk bantuan dan semangatnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya. Kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan penulis

terima untuk perbaikan penulis di masa mendatang.

Semarang, Juli 2013


Penulis

vii
ABSTRAK

Ismawati, Fera. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Conceptual


Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. dan Pembimbing
Pendamping Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si.

Kata kunci : model pembelajaran CUPs, pemahaman konsep, curiosity.

Observasi langsung terhadap proses pembelajaran di SMP Negeri 2


Kudus, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode
ceramah dan jarang melakukan eksperimen. Kegiatan ceramah membuat siswa
kurang aktif dan kurang tertarik pada pembelajaran, karena siswa hanya menerima
transfer ilmu dan informasi. Siswa akan lebih mengingat pemahaman konsep yang
diperoleh dari hasil mengkonstruksi pemahamannya sendiri dibandingkan secara
informatif. Curiosity (rasa ingin tahu yang mendalam) siswa harus ditingkatkan
saat kegiatan pembelajaran, agar siswa tertarik pada pelajaran, aktif, komunikatif,
dan lebih mudah memahami konsep. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan curiosity siswa, dan keefektifan model pembelajaran CUPs
dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika.
Sampel penelitian adalah kelas 7B sebagai kelas eksperimen, dan kelas 7D
sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat model pembelajaran CUPs,
dan kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi.
Pengambilan data untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan
curiosity menggunakan metode tes, angket, dan observasi. Teknik analisis data
menggunakan uji gain dan uji-t pihak kiri. Hasil uji gain pemahaman konsep pada
kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,67 dan kelas kontrol sebesar 0,58. Hasil uji
gain curiosity pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,21 dan kelas kontrol
sebesar 0,20. Hasil pengujian hipotesis peningkatan pemahaman konsep dan
curiosity siswa menunjukkan bahwa > , artinya Ho diterima dan Ha
ditolak.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran CUPs terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
curiosity siswa pada pelajaran fisika. Model pembelajaran CUPs juga lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika. Bagi peneliti yang
hendak melakukan penelitian, sebaiknya memperhatikan karakteristik instrumen
yang digunakan, agar diperoleh analisis data yang lebih baik. Guru hendaknya
membiasakan siswa dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan presentasi agar
dapat meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran, sehingga siswa tidak
hanya menerima transfer ilmu dan informasi dari guru.
viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv

MOTTO.............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6

1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

1.6 Penegasan Istilah ............................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure


(CUPs) ............................................................................................ 11

ix
2.2 Pemahaman Konsep ........................................................................ 16

2.3 Curiosity ......................................................................................... 17

2.4 Tinjauan Materi Fisika di SMP ........................................................ 23

2.5 Materi Pemuaian ............................................................................. 26

2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................... 28

2.7 Hipotesis ......................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi .......................................................................................... 32

3.2 Sampel ............................................................................................ 32

3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 32

3.4 Desain Penelitian ............................................................................ 33

3.5 Langkah-langkah Penelitian ............................................................ 33

3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 38

3.7 Instrumen Penelitian ........................................................................ 39

3.8 Analisis Instrumen Penelitian .......................................................... 41

3.9 Metode Analisis Data ...................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep .................................. 54

4.2 Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan


Kelas Kontrol .................................................................................. 55

4.3 Hasil Observasi Peningkatan Curiosity Siswa Selama Kegiatan


Pembelajaran .................................................................................... 56

4.4 Uji Peningkatan Pemahaman Konsep ................................................ 57

4.5 Uji Peningkatan Curiosity ................................................................. 59

x
4.6 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Model Pembelajaran CUPs .............. 61

4.7 Hubungan Curiosity dengan Pemahaman Konsep ............................. 63

4.8 Pembahasan ...................................................................................... 65

4.9 Kendala dan Keterbatasan ................................................................. 82

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 84

5.2 Saran ................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Model Pembelajaran CUPs .............................................................. 14

2.2 Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa ........................................................... 20

2.3 Indikator Rasa Ingin Tahu ............................................................................ 22

2.4 Indikator Curiosity Menurut Harlen ............................................................. 22

2.5 Indikator Pembelajaran Materi Pemuaian ..................................................... 24

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 33

3.2 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ......................................................... 42

3.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ............................................. 43

3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ................................................ 45

3.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep .......................... 47

3.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Curiosity ..................................... 48

3.7 Hasil Perhitungan Uji Varians Tes Pemahaman Konsep ............................... 49

3.8 Hasil Perhitungan Uji Varians Angket Curiosity .......................................... 49

3.9 Deskripsi kualitatif koefisien korelasi ........................................................... 53

4.1 Peningkatan Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Selama
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................. 57

4.2 Hasil Perhitungan Uji Gain Tes Pemahaman Konsep .................................... 58

4.3 Hasil Perhitungan Uji Uji Peningkatan Curiosity .......................................... 60

4.4 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Pemahaman Konsep ................................... 62

4.5 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity .................................................... 63

4.6 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity Selama Kegiatan Pembelajaran ... 63

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Triplet ............................................................................................... 15

2.2 Pelaksanaan Diskusi Kelas ........................................................................... 15

2.3 Curiosity sebagai Pondasi Tiga Tingkatan Berpikir Siswa ............................ 21

2.4 Model Atom Mekanik .................................................................................. 26

2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30

3.1 Alur Penelitian ............................................................................................. 36

4.1 Diagram Hasil Pretest Pemahaman Konsep .................................................. 54

4.2 Diagram Hasil Posttest Pemahaman Konsep ................................................. 55

4.3 Diagram Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Sebelum Pembelajaran ...... 55

4.4 Diagram Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Setelah Pembelajaran ......... 56

4.5 Diagram Hasil Uji Gain Tes Pemahaman Konsep ditinjau dari Setiap
Aspek Kognitif ............................................................................................. 59

4.6 Diagram Perbandingan Peningkatan Curiosity Hasil Observasi pada


Pertemuan Pertama dan Ketiga ..................................................................... 61

4.7 Grafik hubungan peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman


konsep........................................................................................................... 64

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ......................................................................................................... 89

2. Hasil Analisis Soal Uji Coba ........................................................................ 92

3. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ................................................................ 96

4. Soal Pretest dan Posttest .............................................................................. 98

5. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ...................................................... 102

6. Indikator Curiosity ....................................................................................... 107

7. Kisi-kisi Angket Curiosity ............................................................................ 108

8. Pendoman Penilaian Lembar Observasi ........................................................ 109

9. Angket Curiosity .......................................................................................... 112

10. Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal Kelas 7A-7D ....................................... 114

11. Uji Normalitas Nilai UAS ............................................................................ 115

12. Uji Homogenitas Populasi ............................................................................ 119

13. Lembar Kerja Individu Kelas Eksperimen .................................................... 120

14. Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen ................................................. 126

15. Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol ....................................................... 133

16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...................... 139

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ............................ 156

18. Hasil Tes Pemahaman Konsep ..................................................................... 172

19. Hasil Uji Normalitas Pretest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ........... 173

20. Hasil Uji Normalitas Posttest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen .......... 174

21. Hasil Uji Normalitas Pretest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol .................. 175

xiv
22. Hasil Uji Normalitas Posttest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ................ 176

23. Hasil Uji Varians Tes Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ...................... 177

24. Hasil Uji Varians Tes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ............................ 178

25. Hasil Uji Gain Pemahaman Konsep .............................................................. 179

26. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Pemahaman Konsep ................................... 182

27. Hasil Analisis Tingkat Curiosity Sebelum Pembelajaran .............................. 183

28. Hasil Analisis Tingkat Curiosity Setelah Pembelajaran ................................ 185

29. Hasil Analisis Observasi Peningkatan Curiosity Kelas Eksperimen .............. 187

30. Hasil Analisis Observasi Peningkatan Curiosity Kelas Kontrol ..................... 188

31. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity dari Hasil Observasi .................... 189

32. Hasil Uji Normalitas Skor Angket Curiosity Sebelum Pembelajaran ............ 190

33. Hasil Uji Normalitas Skor Angket Curiosity Setelah Pembelajaran ............... 192

34. Hasil Uji Varians Skor Angket Curiosity Sebelum Pembelajaran .................. 194

35. Hasil Uji Varians Skor Angket Curiosity Setelah Pembelajaran ..................... 195

36. Hasil Uji Gain Curiosity ............................................................................... 196

37. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity .................................................... 199

38. Hasil Analisis Korelasi Curiosity dan Pemahaman Konsep ........................... 200

39. Surat Keterangan Ijin Observasi ................................................................... 201

40. Surat Keterangan Ijin Penelitian ................................................................... 202

41. Surat Keputusan Penentuan Dosen Pembimbing ........................................... 203

42. Surat Keterangan Penelitian ......................................................................... 204

43. Dokumentasi ................................................................................................ 205

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang terdapat di alam sekitar secara

sistematis, sehingga IPA tidak hanya berupa kumpulan serangkaian fakta, konsep,

atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan konsep. IPA merupakan ilmu

dasar yang dikembangkan berdasarkan hasil penemuan ilmiah terkait peristiwa

alam yang terjadi dalam keseharian. Sesuai dengan sifatnya maka orientasi

pembelajaran IPA lebih ke arah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep

dasar, pengembangan keterampilan sains, dan pengembangan keterampilan

berpikir, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-

prinsip.

Kelompok mata pelajaran IPA terbagi menjadi beberapa bidang sesuai

dengan perbedaan bentuk dan cara pandang terhadap gejala alam. Fisika termasuk

dalam salah satu mata pelajaran sains yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi

siswa untuk mempelajari diri sendiri dan fenomena yang terjadi di alam sekitar,

serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP/ MTs berdasarkan

KTSP 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan

pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA yang

1
2

bermanfaat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab

itu proses pembelajaran harus lebih ditekankan pada pemahaman konsep.

Pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan masih banyak

yang belum sesuai dengan tujuan KTSP. Observasi yang dilakukan oleh penulis

saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu sekolah di

kabupaten Semarang serta penuturan dari beberapa praktikan lainnya,

menunjukkan bahwa: pertama, pembelajaran fisika yang dilakukan di sekolah

sebagai tempat praktik masih bersifat konvensional, proses pembelajaran

cenderung berpusat pada guru dan lebih bersifat transfer pengetahuan; kedua,

proses pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih sering didominasi oleh guru,

dan kurang memfasilitasi siswa dalam proses penemuan konsep, siswa hanya

mendapatkan pengetahuan konsep-konsep yang bersifat informatif; ketiga, proses

pembelajaran yang terkesan monoton membuat siswa menjadi bosan dan kurang

berminat pada pelajaran fisika, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar

yang masih tergolong rendah. Didukung dari hasil observasi yang dilakukan

penulis di salah satu kelas di sekolah PPL menunjukkan bahwa 67,75% siswa

menginginkan adanya variasi pembelajaran supaya mereka tidak merasa bosan

dan tegang, dan 31,25% siswa memilih pembelajaran fisika dengan kegiatan

ceramah. Basili dan Sanford (1991) sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008),

menyatakan bahwa seorang guru tidak hanya diwajibkan untuk memperhatikan

cara mengajar, tetapi juga harus memperhatikan bagaimana cara belajar siswa.

Guru sains harus memberikan pembelajaran dengan melibatkan proses sains dan
3

memperhatikan isi materi supaya siswa dapat mengkonstruksi pemahamannya

lebih baik daripada pemahaman yang diperoleh dari pemberian ceramah.

Proses pembelajaran fisika dengan metode konvensional masih terjadi di

sekolah lokasi penelitian. Pengamatan oleh penulis saat melakukan observasi

langsung terhadap proses pembelajaran di kelas 7, menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Kegiatan ceramah membuat

siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa hanya menerima

transfer ilmu dan informasi dari guru. Metode pembelajaran konvensional kurang

memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan

berpendapat. Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru mata

pelajaran, diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa untuk bertanya masih

sangat rendah, siswa hanya memperoleh informasi dari guru. Saat guru

memberikan kesempatan bertanya, siswa menjawab sudah paham dan masih

jarang yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Berdasarkan informasi tersebut

penulis menyimpulkan bahwa menumbuhkan curiosity (rasa ingin tahu yang

mendalam) siswa dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa, sehingga

siswa dapat menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam kegiatan pembelajaran.

Pemahaman konsep yang diperoleh siswa secara informatif, kurang

memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan proses penemuan

pemahaman konsep. Novak (1988) sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008),

menyatakan bahwa pengorganisasian proses perbelajaran sangat penting untuk

membangun pemahaman konsep. Proses pembelajaran yang baik tidak hanya

menyampaikan informasi tentang konsep, tetapi juga memperhatikan proses


4

penyampaian konsep. Pengorganisasian proses pembelajaran yang baik dapat

menggunakan model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran.

Cakir (2008) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan hal yang

sangat penting, dan harus menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran

sains, serta lebih diutamakan dibandingkan menghafal. Apabila proses

pembelajaran fisika hanya menekankan pada menghafal, siswa dapat memiliki

anggapan bahwa pelajaran fisika tidak ada keberkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Minat siswa terhadap pelajaran fisika cenderung rendah, untuk itu

yang harus dilakukan oleh guru adalah membangkitkan motivasi siswa dalam

pelajaran fisika. Motivasi siswa akan timbul apabila ditingkatkannya curiosity

dalam diri siswa, karena curiosity adalah pondasi untuk melakukan proses

pembelajaran. Binson (2009) menyatakan bahwa curiosity adalah bahan bakar

yang dapat membangkitkan energi motivasi internal yang berguna dalam proses

pembelajaran dan pemahaman. Ketika siswa tahu bahwa konsep fisika yang

mereka pelajari sangat berguna dan memiliki peranan penting dalam

perkembangan berbagai produk teknologi, maka minat belajar siswa dapat

meningkat. Curiosity siswa terhadap pelajaran dapat membuat siswa akan lebih

termotivasi dan antusias untuk belajar sains, khususnya fisika.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman

konsep siswa pada mata pelajaran fisika adalah Conceptual Understanding

Procedures (CUPs). Gunstone et al., (2009) menyatakan bahwa CUPs merupakan

model pembelajaran yang terdiri atas serangkaian kegiatan pembelajaran dan

bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Tiga fase


5

pembelajaran CUPs adalah, fase kerja individu, fase kerja kelompok, dan fase

presentasi hasil kerja kelompok. Fase pertama diawali dengan penyajian

demonstrasi sederhana oleh guru untuk menumbuhkan curiosity siswa. Salah satu

contoh demonstrasi sederhana yang bisa dilakukan adalah pembuatan roket

alkohol untuk menjelaskan konsep pemuaian gas. Selanjutnya masing-masing

siswa diberi lembar kerja individu. Siswa ditugaskan untuk menjawab dan

memberikan pendapat tentang hasil demonstrasi dan materi yang akan

disampaikan. Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja secara

berkelompok dalam kegiatan eksperimen dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi

kelompok, siswa membahas hasil kegiatan eksperimen kelompok dan

mengerjakan lembar kerja kelompok. Pada fase ketiga, masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan

mengevaluasi hasil kerja kelompok. Hasil kerja kelompok siswa ditempel di

papan tulis, siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil dan siswa yang

lainnya diberi kesempatan untuk memberikan pendapat.

Penggunaan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

(CUPs) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satu penelitian yang

dilakukan oleh Paoki (2012) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang lebih baik bila

dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep siswa melalui

pembelajaran dengan model pembelajaran tradisional.


6

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang implementasi model pembelajaran CUPs untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika.

Penelitian dilakukan dengan mengangkat judul "Penerapan Model Pembelajaran

Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan Pemahaman

Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika".

Materi fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi pemuaian.

Peristiwa pemuaian banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak aplikasinya

dalam kehidupan sehari-hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran

materi pemuaian biasanya berupa penyampaian materi dan pemberian contoh,

jarang pembelajaran yang menjelaskan proses penemuan konsep pemuaian

dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi. Pemahaman konsep yang

diperoleh siswa secara informatif kurang maksimal dibandingkan pemahaman

konsep yang diperoleh dengan mengkonstruksi pemahamannya sendiri.

Penyampaian materi pemuaian dengan model pembelajaran CUPs, bertujuan

untuk menyampaikan konsep pemuaian agar lebih mudah dipahami siswa dan

membuat siswa menikmati kegiatan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah

yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding

Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan

curiosity siswa pada pelajaran fisika?


7

2. Apakah model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

(CUPs) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen

verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap permasalahan dalam

penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-batasan masalah seagai berikut:

1. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah keefektifan model pembelajaran

Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika yang

diberikan pada kelas eksperimen, dan pada kelas kontrol akan diberikan

model pembelajaran eksperimen veirifikasi.

2. Penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya mencakup hasil belajar

kognitif siswa.

3. Curiosity dibedakan menjadi tiga aspek curiosity yaitu physical curiosity,

social curiosity, dan intellectual curiosity, dalam penelitian ini yang akan

dikembangkan hanya intellectual curiosity yaitu sikap ingin tahu yang

timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar.

Peningkatan curiosity pada penelitian ini akan dikembangkan melalui

penerapan model pembelajaran CUPs. Peningkatan curiosity dapat

diketahui dari sikap yang ditunjukkan siswa seperti tidak ragu untuk

bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami serta mau mencari

berbagai informasi dari berbagai sumber.


8

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep dan curiosity

siswa pada pelajaran fisika setelah diberi model pembelajaran Conceptual

Understanding Procedure (CUPs).

2. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Conceptual

Understanding Procedure (CUPs) dibandingkan model pembelajaran

eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

curiosity siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Bagi Siswa:

1. Membantu siswa untuk meningkatkan curiosity dan pemahaman

konsep pada mata pelajaran fisika

2. Memberikan pengalaman belajar yang menarik

3. Meningkatkan motivasi belajar siswa

Bagi Guru:

1. Memberikan informasi tentang alternatif model pembelajaran yang

bisa diterapkan guna meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity

siswa

2. Mengembangkan kreativitas Guru dalam melakukan variasi pada

proses pembelajaran.
9

Bagi Peneliti:

1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding

Procedure.

1.6 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam

penelitian ini, maka dilakukan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs)

merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu

meningkatkan pemahaman konsep yang memiliki prosedur pembelajaran

CUPs meliputi tiga tahapan yaitu, fase kerja individu, fase kerja

kelompok, dan diskusi kelas (persentasi hasil).

2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep

materi yang telah diberikan pada proses pembelajaran. Peningkatan

pemahaman konsep diukur berdasarkan hasil belajar kognitif siswa.

Aspek hasil belajar kognitif diukur menggunakan instrument test yang

berpedoman pada taksonomi Bloom, dalam hal ini hanya dibatasi dari

tahap pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis

(C4). Peningkatan pemahaman konsep diukur dengan hasil belajar

kognitif yang berbentuk tes tulis jenis pilihan ganda.

3. Curiosity merupakan sikap yang harus dikembangkan dalam pendidikan

sains. Curiosity didefinisikan sebagai kecenderungan untuk bertanya,

menyelidiki atau mencari setelah mendapatkan pengetahuan. Hal tersebut


10

merupakan suatu kerangka berpikir mengenai sikap ingin tahu yang lebih

mendalam mengenai sesuatu. Curiosity juga dapat menimbulkan motivasi

internal yang menjadi dasar suatu pendidikan (Binson, 2009). Pada

penelitian ini, curiosity siswa pada pelajaran fisika diukur dengan lembar

angket dan lembar observasi.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Concetual Understanding Procedures


(CUPs)

Conceptual Understanding Procedures atau (CUPs) adalah suatu prosedur

pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa

memahami konsep-konsep sains (Gunstone et al., 1999). Cakir (2008)

menyatakan bahwa setiap kegiatan pembelajaran sains harus mengutamakan

pemahaman. Pembelajaran IPA harus mengutamakan pemahaman konsep, bukan

hanya menghafal teori. Pemahaman konsep yang baik dapat membantu siswa

dalam hal pemecahan masalah (problem solving).

CUPs dikembangkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme,

yaitu model pembelajaran yang didasarkan pada keyakinan bahwa siswa dapat

membangun pemahaman konsep mereka sendiri dengan memperluas atau

memodifikasi pengalaman yang dimiliki siswa. Carin (1997: 17) menyatakan

bahwa konstruktivisme adalah kegiatan hands-on dan minds-on dalam

pembelajaran sains. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri, dan tidak hanya

menerima transfer ilmu dari guru. Model pembelajaran konstruktivisme

memberikan beberapa wawasan tentang mengapa dan bagaimana sesuatu hal

dapat terjadi (Gunstone et al., 1998). Pembelajaran konstruktivisme dapat

dilakukan dengan cara menumbuhkan rasa ingin tahu melalui kegiatan sains yang

dilakukan di dalam kelas. Misalnya dengan melakukan percobaan, siswa dapat

11
12

menghubungkan pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang telah

dimiliki. Pengetahuan awal siswa mungkin dapat menumbuhkan miskonsepsi

yang dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya. Siswa membangun

pemahamannya sendiri, sedangkan guru tidak dapat mengawasi seluruh siswa

dalam kelas. Solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat setiap siswa

membangun pengetahuan yang benar adalah dengan memperhatikan prosedur

pembelajaran. Model pembelajaran CUPs dapat membantu mengembangkan

pemahaman konsep sains dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

konstruktivisme dan kegiatan diskusi.

Correiro et al., (2008) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi

keberhasilan penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu:

(1) memberikan informasi awal sebelum pembelajaran, siswa dikenalkan pada

materi yang akan dibahas; (2) menggali konsep awal yang dimiliki siswa yang

berkaitan dengan materi pelajaran; (3) merancang desain eksperimen yang akan

dilakukan (membuat rancangan kagiatan labolatorium atau pembagian kelompok);

dan (4) kegiatan labolatorium, dapat berupa kegiatan eksperimen dan pembuatan

laporan hasil eksperimen. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran CUPs telah

memenuhi empat faktor tersebut. Di awal pembelajaran siswa diberi demonstrasi

sederhana, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi awal. Kegiatan

demonstrasi membantu siswa menggali pengetahuan yang telah dimiliki tentang

materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, untuk mengetahui konsep awal yang

dimiliki siswa digunakan lembar kerja individu. LKS individu berisi beberapa

pertanyaan, diantaranya ada yang berhungan dengan demonstrasi yang dilakukan


13

guru, sesuai dengan faktor kedua. Tahap berikutnya siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil, sesuai dengan faktor ketiga. Kegiatan terakhir siswa

melakukan diskusi kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sesuai

dengan faktor keempat.

Model pembelajaran CUPs juga memperkuat nilai pembelajarn kooperatif

karena terdapat fase kerja kelompok. Indrawati dan Setiawan (2009: 78)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi

pembelajaran yang mengembangkan hubungan kerjasama di antara peserta didik

dalam mengerjakan tugas-tugas akademik di dalam kelas. Johnson & Johnson

(1999) sebagaimana dikutip oleh Johnson et al., (2000) menyatakan bahwa

cooperative learning dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-

kelompok untuk bekerja sama menyelesaikan suatu permasalahan atau bertukar

pikiran dalam proses belajar. Setiap siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran

apabila kelompok telah mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Salah satu

faktor pendukung keberhasilan pembelajaran kooperatif adalah menekankan

pemahaman konsep pada setiap variasi pembelajaran. Johnson et al., (2000)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah bentuk umun

dari pengorganisasian siswa dalam kelas saat proses pembelajaran. Guru dapat

menerapkan pembelajarn kooperatif, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

kelas.

Pada penerapan model pembelajaran CUPs, siswa dibagi dalam kelompok-

kelompok kecil. Setiap kelompok beranggotakan tiga siswa (triplet), namun

pembagian kelompok dapat menyesuaikan jumlah siswa dalam kelas. Pembagian


14

kelompok dilakukan secara heterogen, artinya setiap kelompok harus

beranggotakan minimal satu siswa putra. Kemampuan kognitif siswa dalam satu

kelompok juga harus konvergen (rendah-sedang-tinggi) (Mariana dan Praginda,

2009: 52). Sintaks model pembelajaran CUPs dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sintaks model pembelajaran CUPs

Tahap
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pembelajaran
Fase 1 Melakukan demonstrasi Memperhatikan
Siswa bekerja sederhana mengenai materi demonstrasi yang
secara yang akan dipelajari dilakukan oleh guru
individu Membagikan lembar kerja Mengerjakan lembar kerja
individu individu
Fase 2 Membagi siswa dalam Melakukan kegiatan
Siswa bekerja kelompok-kelompok kecil eksperimen secara
secara Membagikan lembar kerja berkelompok
berkelompok kelompok Membuat laporan hasil
Membagikan alat dan bahan eksperimen sederhana
untuk kegiatan eksperimen
Fase 3 Memfasilitasi siswa dalam Mempresentasikan hasil
Diskusi kelas mempresentasikan hasil kerja kerja kelompok
kelompok

Kegiatan pokok dalam model pembelajaran CUPs terdiri atas tiga fase

utama, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1. Pembelajaran diawali dengan

demonstrasi sederhana untuk menggali informasi konsep awal yang dimiliki

setiap siswa. Setelah guru selesai menyampaikan demonstrsi, siswa diberi lembar

kerja individu. Siswa diarahkan untuk mengisi LKS individu dan diberi kebebasan

untuk berpendapat. Diperoleh informasi tentang pemahaman konsep awal siswa

terhadap materi pemuaian dari jawaban siswa. Pada tahap pembagian kelompok,

posisi tempat duduk masing-masing kelompok ditentukan seperti ditunjukkan


15

pada Gambar 2.1. Kegiatan kelompok meliputi eksperimen dan diskusi hasil

eksperimen. Hasil diskusi kelompok dibahas pada kegiatan diskusi kelas. Gambar

2.2. menunjukka kondisi kelas saat kegiatan presentasi hasil eksperimen.

5 6 7

2 1 3 4

Siswa Guru

Gambar 2.1. Model Triplet

1 2 3 4

5 6 7

4 3 1 2

7 6 5

Siswa Guru 1 jawaban LKS


Kelompok
Gambar 2.2. Pelaksanaan Diskusi Kelas
16

Saat kegiatan diskusi kelompok, guru memeriksa hasil diskusi kelompok,

membandingkan persamaan dan perbedaan jawaban masing-masing kelompok.

Diskusi kelas dimulai dengan memilih salah satu jawaban yang jawabannya

dianggap mewakili seluruh jawaban yang ada. Guru meminta salah satu anggota

kelompok yang jawabannya diambil untuk menjelaskan jawaban mereka. Jawaban

kelompok lain yang berbeda dengan jawaban kelompok yang dipilih sebelumnya

diminta untuk menjelaskan jawabannya. Berdasarkan kedua jawaban tersebut,

maka diskusi kelas akan berlangsung dan guru harus memperhatikan waktu

pelaksanaannya.

2.2 Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep (conceptual understanding) merupakan hal yang

sangat penting dan harus diutamakan dalam proses pembelajaran dibandingkan

menghafal (Cakir, 2008). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-

aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada hal yang dipelajari oleh peserta

didik. Apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka

perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni &

Rifai, 2009: 85). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep adalah kemampuan memperoleh makna dari suatu pengertian

tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Belajar menurut Slavin sebagaimana

dikutip oleh Anni & Rifai (2009: 82) merupakan perubahan indivdu yang

disebabkan oleh pengalaman.


17

Pemahaman konsep siswa dapat diketahui dari hasil belajar kognitif siswa.

Hasil belajar kognitif siswa diukur dengan menggunakan teknik tes. Penentuan tes

harus menyesuaikan indikator yang telah ditetapkan dalam SK dan KD. Bloom

berpendapat bahwa tingkah laku dapat dibedakan menjadi tiga ranah (domain)

yaitu pengetahuan (cognitive), sikap (afektive), dan psikomotorik

(psychomotoric). Bloom juga membedakan tingkah laku atas tingkatan-tingkatan

kategori yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom (Blooms Taxonomy).

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan

kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation) (Anni & Rifai, 2009:

86). Tingkatan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan SK dan

KD yang akan dicapai melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan

dilakukan. Hasil belajar siswa dapat digunakan untuk mengetahui apakah

pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan SK dan KD yang telah

ditetapkan.

2.3 Curiosity

Binson (2009) memberikan definisi curiosity sebagai kecenderungan

untuk bertanya, menyelidiki dan mencari setelah mendapatkan pengetahuan.

Kecenderungan untuk bertanya, menyelidiki, dan mencari merupakan suatu

kerangka berpikir mengenai sikap ingin tahu yang lebih mendalam mengenai

sesuatu. Curiosity juga dapat menimbulkan motivasi internal yang menjadi dasar
18

suatu pendidikan. Carin (1997: 15) dalam bukunya yang berjudul Teaching

Modern Science menyatakan bahwa

Human urges and needs are the forces that drive all of us to seek answers (some
rational, some irrational) to questions about our world. These force are the
catalysts for development of science.

Keinginan yang tinggi atau antusias seseorang untuk mencari jawaban dari suatu

pertanyaan, adalah katalis untuk mengembangkan kemampuan sains seseorang.

Litmann & Spielberger (2003) sebagaimana dikutip oleh Reio et al., (2006)

menyatakan bahwa curiosity adalah keinginan untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan baru, serta pengalaman sensori baru yang dapat memotivasi perilaku

untuk mencari tahu. Litmann & Spielberger membedakan curiosity menjadi dua

tipe, yaitu: (a) information seeking, atau cognitive curiosity yang dapat distimulasi

dengan informasi visual dan kegiatan eksplorasi, (b) sensory curiosity, yaitu

curiosity yang dapat distimulasi dari kerja indra manusia melalui kegiatan

eksplorasi.

Dewey sebagaimana dikutip oleh Reio, et al., (2006) membedakan

curiosity dalam tiga tipe, yaitu: (a) physical curiosity, merupakan sikap ingin tahu

karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri, (b) social curiosity, pada sikap

ingin tahu tipe sosial adalah rasa ingin tahu ditimbulkan karena stimulus dari

lingkungan sosial, dan (c) intellectual curiosity, adalah sikap ingin tahu yang

timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Tipe intellectual

curiosity adalah tipe yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan minat dalam

penyelesaian masalah dan pengetahuan. Tipe curiosity yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah intellectual curiosity, karena dapat berpengaruh pada motivsi
19

belajar siswa. Curiosity sangat penting, karena curiosity dapat menimbulkan

motivasi intrinsik untuk mencari informasi yang lebih mendalam, sehingga dapat

mengembangkan passion for learning atau keinginan untuk belajar.

Curiosity atau rasa ingin tahu merupakan salah satu sikap ilmiah yang

harus dikembangkan dalam pembelajaran sain (Anwar, 2010). Pengelompokan

sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun kalau ditelaah lebih jauh

hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi pengelompokan terdapat pada

penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang diutamakan. Misalnya, Gega (1977)

memasukkan inventiveness (sikap penemuan) sebagai salah satu sikap ilmiah

utama, sedangkan AAAS (1993) tidak menyebut inventiveness tetapi

memasukkan open minded ( sikap terbuka) sebagai salah satu sikap ilmiah utama.

Gega ( 1977) mengemukakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan

dalam Sains yaitu: (a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, dan (d)

persistence. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu

dengan yang lainnya karena sating melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) dapat

mendorong penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir

kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani

untuk berbeda pendapat. American Association for Advancement of Science

(AAAS: 1993) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat

sekolah dasar yaitu, honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded

(keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan). Harlen (1996) membuat

pengelompokkan yang lebih lengkap dan hampir mencakup kedua


20

pengelompokkan yang telah dikemukakan. Berikut adalah pengelompokan sikap

ilmiah siswa menurut para ahli yang disajikan dalam Tabel 2.2. (Anwar, 2010):

Tabel 2.2. Pengelompokan Sikap Ilmiah Siswa

Gegga (1977) Harlen (1996) AAAS (1993)


Curiosity (sikap
Curiosity (sikap ingin tahu) Honesty (sika jujur)
ingin tahu)
Inventiveness (sikap Respect for evidence (sikap Curiosity (sikap ingin
penemuan) peduli terhadap data) tahu)
Critical Thinking Critical reflection (sikap Open mindedness (sikap
(berpikir kritis) refleksi kritis) pemikiran terbuka)
Presistence (sikap Perserverance (sikap Skepticism (sikap
teguh pendirian) ketekunan) keragu-raguan)
Creativity and inventiveness
(sikap kreatif dan penemuan)
Open mindedness (sikap
pemikiran terbuka)
Cooperation with other (sikap
bekerjasama dengan yang
lain)

Berdasarkan pengelompokan sikap ilmiah tersebut, curiosity menjadi

fokus utama dalam pembelajaran sains, yang harus dikembangkan dalam diri

siswa. Curiosity adalah pondasi dalam proses pembelajaran sains, sebagaimana

ditunjukkan pada diagram tingkatan berpikir (Binson, 2009). Curiosity sebagai

pondasi belajar siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca

dan mengdengar dengan baik, berpikir dengan baik, dan berkomunikasi dengan

baik untuk mengeksplorasi pengalaman yang diperoleh. Curiosity sebagai pondasi

tingkatan berpikir dijunjukkan pada Gambar 2.3.


21

Output
communicate well

Process think well

Input Read & listen well

Curiosity

Gambar 2.3. Curiosity sebagai pondasi tiga tingkatan berpikir siswa (Binson, 2009)

Kegiatan menyimak didukung dengan input read dan listen well. Siswa

dapat menyimak dengan baik jika informasi yang diperoleh dari membaca atau

mendengar dilakukan dengan baik. Hal yang disimak oleh siswa dapat membuat

siswa berpikir dengan baik atau terjadi process think well. Hasil pemikiran yang

baik akan mendukung siswa untuk mengkomunikasikannya dengan baik, atau

output communicating well. Curiosity menjadi landasan dari ketiga tingkat

berpikir siswa untuk memahami objek yang diamati, sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 2.3. Indikator rasa ingin tahu (curiosity) untuk jenjang SMP dan

SMA berdasarkan buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa disajikan pada

Tabel 2.3. sebagai berikut (Kemendiknas, 2010).


22

Table 2.3. Indikator Rasa Ingin Tahu (Kemendiknas, 2010)

INDIKATOR
NILAI
Kelas 7-9 SMP Kelas 10-12 SMA
Rasa ingin tahu: Bertanya kepada guru Bertanya atau membaca
Sikap dan tindakan dan teman tentang sumber di luar buku teks
yang selalu berupaya materi pelajaran. tentang materi yang terkait
untuk mengetahui dengan pelajaran.
lebih mendalam dan Bertanya kepada sesuatu Membaca atau mendiskusikan
meluas dari sesuatu tentang gejala alam yang gejala alam yang baru terjadi.
yang dipelajari, dilihat, baru terjadi.
dan didengar.
Bertanya kepada guru Membaca atau mendiskusikan
tentang sesuatu yang beberapa peristiwa alam,
didengar dari ibu, bapak, sosial, budaya, ekonomi,
teman, radio, atau politik, dan teknologi yang
televisi. baru didengar.

Sumber lain menyebutkan beberapa indikator yang berbeda. Berikut

adalah indikator curiosity oleh Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar

(2010) yang disajikan dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Indikator curiosity menurut Harlen

Sikap Indikator Curiosity menurut Harlen


Rasa ingin tahu (curiosity) - Antusias mencari jawaban
- Fokus pada objek yang diamati
- Antusias pada proses sains
- Menanyakan setiap langkah kegiatan

Sikap antusias mencari jawaban dapat diamati saat siswa menjawab LKS.

Semakin banyak referensi yang digunakan menunjukkan antusias mencari

jawaban semakin tinggi. Sikap fokus pada objek yang diamati dapat ditunjukkan

pada saat siswa melakukan kegiatan eksperimen. Pengamatan objek yang baik
23

dapat mempengaruhi hasil eksperimen yang diperoleh siswa. Sikap antusias pada

proses sains ditunjukkan ketika siswa dapat fokus saat kegiatan eksperimen.

Siswa yang fokus akan memperhatikan prosedur kerja dengan baik dan tidak

banyak bermain-main saat kegiatan eksperimen. Sikap menanyakan setiap

langkah kegiatan dapat diamati ketika siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang

hal yang berhubungan kegiatan yang dilakukan siswa.

Pemilihan indikator curiosity disesuaikan dengan materi pelajaran yang

disampaikan. Indikator curiosity yang digunakan adalah perpaduan indikator

curiosity oleh Harlen dan indikator rasa ingin tahu yang terdapat pada buku

Panduan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.3. dan

2.4. Empat indikator curiosity oleh Harlen digunakan semua. Indikator curiosity

pada buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa yang digunakan adalah bertanya

kepada guru dan teman tentang materi pelajaran, dan bertanya kepada guru

tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televise

Kemendiknas (2010).

2.4 Tinjauan Materi Pemuaian di SMP

Materi pemuaian di SMP termasuk dalam kelompok mata pelajaran IPA.

Standar Kompetensi materi pemuaian di SMP adalah memahami wujud dan

perubahan zat, dan Kompetensi Dasar melakukan percobaan yang berkaitan

dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. Materi pemuaian mencakup

pemuaian zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian adalah proses alam yang banyak

terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran materi pemuaian biasanya
24

berupa penyampaian materi dan pemberian contoh, jarang pembelajaran yang

menjelaskan konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian

terjadi. Proses pembelajaran IPA di SMP seharusnya mengutamakan pemahaman

konsep dan proses penemuan konsep. Penelitian yang dilakukan adalah penerapan

model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) pada pokok

bahasan pemuaian. Alasannya adalah model pembelajaran CUPs dikembangkan

dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif

yang sesuai dengan karakteristik materi pemuaian di SMP. Indikator pembelajaran

materi pemuain dibuat dengan mengacu SK dan KD disajikan dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Indikator pembelajaran materi pemuaian

Standar Kompetensi Indikator


Kompetensi Dasar
3. Memahami 3.3 Melakukan 1. Mengamati proses pemuaian zat padat
wujud zat dan percobaan 2. Mengamati proses pemuaian zat cair
perubahannya yang
3. Mengamati proses pemuaian gas
berkaitan
dengan 4. Melakukan percobaan sederhana untuk
pemuain menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
dalam 5. Melakukan percobaan sederhana untuk
kehidupan menunjukkan terjadinya pemuaian cair
sehari-hari
6. Melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian gas
7. Mengamati perbedaan proses pemuaian
volume pada pemuaian beberapa jenis zat cair
8. Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam
kehidupan sehari-hari
9. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
cair dalam kehidupan sehari-hari
10. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian
zat gas dalam kehidupan sehari-hari
25

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, model pembelajaran CUPs

terdiri atas tiga fase kegiatan. Fase pertama adalah kerja individu, pada fase ini

pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan konstruktivisme.

Hubungan materi pemuaian dengan pembelajaran konstruktivisme, dapat

ditunjukkan dengan menggunakan indikator pertama, yaitu mengamati proses

pemuaian zat padat, seperti yang terdapat pada Tabel 2.5. Proses pemuaian zat

pada banyak terjadi di lingkungan sekitar, namun untuk mengamati prosesnya

dibutuhkan waktu yang lama. Demonstrasi sederhana yang menjelaskan konsep

pemuaian, membantu menjelaskan konsep pemuaian dengan lebih mudah. Siswa

dapat menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki, dengan informasi

yang diperoleh dari demonstrasi pemuaian zat padat. Pembangunan pemahaman

siswa difasilitasi dengan LKS individu. Siswa diarahkan untuk memberikan

jawaban yang dapat membangun pemahaman konsep. Kegiatan demonstrasi juga

dapat meningkatkan curiosity siswa. Curiosity sangat penting dalam suatu proses

belajar, karena dapat menimbulkan motivasi internal siswa untuk lebih mendalami

materi pemuaian.

Fase kedua model pembelajaran CUPs adalah kerja kelompok, kegiatan ini

sesuai dengan indikator keempat. Model pembelajaran CUPs memperkuat nilai

pembelajaran kooperatif dengan kegiatan kelompok. Melakukan percobaan

sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat dilakukan oleh

siswa secara berkelompok. Kegiatan kerja kelompok dapat membantu siswa

mengkonstruksi pemahaman konsep yang telah dimiliki dengan cara bertukar

pikiran dengan teman satu kelompok. Kesimpulannya adalah materi pemuaian di


26

SMP memiliki karakteristik yang bisa disampaikan dengan model pembelajaran

CUPs.

2.5 Materi Pemuaian

Hampir semua benda akan mengalami pertambahan volume ketika

dipanaskan. Pertambahan volume benda akibat dipanaskan disebut dengan

pemuaian termal (thermal expansion). Pemuaian termal adalah suatu akibat dari

berubahnya jarak rata-rata antar atom pada suatu benda. Model atom penyusun zat

padat dapat diilustrasikan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Model atom mekanik.

Atom-atom penyusun zat padat, dihubungkan oleh pegas yang kaku. Pada

temperatur normal, atom-atom berosilasi pada daerah kesetimbangannya dengan

amplitudo getaran mendekati 10 -1 m dan frekuensi getaran mendekati 1013 Hz.

Jarak rata-rata antar atom sekitar 10-10 m. Ketika suhu di sekitar zat padat tersebut

bertambah, atom-atom akan berosilasi dengan amplitudo yang lebih besar,

akibatnya jarak rata-rata antar atom juga bertambah. Pertambahan jarak rata-rata

antar atom menyebabkan volume benda bertambah, sehingga benda mengalami

pemuaian (Halliday, 2001).


27

Sebuah benda memiliki panjang awal pada temperature . Apabila suhu

benda berubah sebesar , perubahan panjang sebesar sebanding dengan

dan panjang awal , maka persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut

= , dengan adalah koefisien muai linier. Besaran ini adalah rasio

perubahan panjang terhadap perubahan temperature atau dapat dituliskan dalam

bentuk persamaan sebagai berikut (Tippler, 1998: 568).

/
=

Koefisien muai linier pada suatu temperature tertentu dapat diperoleh dengan

mengambil limit mendekati nol.

/ 1
= lim =
0

Dimensi linier suatu benda dapat mengalami pemuaian jika dipanaskan,

hal ini juga diikuti dengan perubahan luas dan volume benda ketika dipanaskan.

Perubahan volume pada tekanan tetap sebanding dengan volume awal . maka

persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut = , dengan adalah

koefisien muai volume.

/ 1
= lim =
0

Apabila = 1 2 3 , dapat ditunjukkan bahwa untuk bahan tertentu koefisien

muai volume sama dengan tiga kali koefisien muai panjang. Laju perubahan

volume terhadap temperature adalah,

1 2 3 3 2 1
= = 1 2 + 1 3 + 2 3

28

1 1 3 1 2 1 1
= = + +
3 2 1

Setiap suku menunjukkan besarnya , maka dapat disimpulkan bahwa = 3.

Terdapat zat yang mengalami penyusutan kerika temperaturnya

bertambah. Zat seperti air mengalami penyusutan pada suhu tertentu ketika

dipanaskan. Pada suhu 4oC volume air minimum dan kerapatannya maksimum.

Jadi, bila air dipanaskan dari suhu 0 sampai 4 oC air menyusut. Pada temperatur di

atas 4oC air menjadi lebih rapat jika mengalami pendinginan, sehingga mudah

tenggelam. Pada temperatur di bawah 4oC air menjadi kurang rapat saat

mengalami pendinginan, sehingga tetap berada di permukaan saat mengalami

pendinginan. Oleh sebab itu es akan terbentuk mula-mula di bagian atas danau es

(Tippler, 1998: 570).

2.6 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang

memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam memahami konsep materi yang

diajarkan. Pemahaman konsep yang diperoleh dari kegiatan mengkonstruksi

pengetahuan oleh siswa lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep yang

diperoleh secara informatif. Diperlukan pengorganisasian proses pembelajaran

yang baik agar siswa menikmati kegiatan pembelajaran, sehingga siswa menjadi

aktif serta dapat mengkonstruksi pemahaman konsep dengan baik. Salah satu cara

untuk membuat siswa menjadi aktif adalah dengan meningkatkan curiosity siswa

pada materi pelajaran. Curiosity dapat membuat siswa tertarik dan menikmati
29

proses pembelajaran. Ketertarikan pada materi pelajaran dapat membantu siswa

dalam proses belajar dan siswa lebih mudah memahami konsep.

Pengorganisasian proses pembelajaran dapat menggunakan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Sebelum menentukan desain

pembelajaran yang sesuai, terlebih dahulu dilakukan peninjauan masalah. Materi

pelajaran yang disampaikan juga harus ditinjau dengan mengacu pada SK dan

KD. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi

pemuaian. Karakteristik materi pemuaian di SMP dapat disampaikan dengan

pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan

memperkuat nilai pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

Conceptual Understanding Procedures (CUPs).

Peristiwa pemuaian banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, baik manfaat dan dampak negatif.

Pembelajaran materi pemuaian biasanya berupa penyampaian materi dan

pemberian contoh, jarang pembelajaran yang menjelaskan proses penemuan

konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi.

Penyampaian materi pemuaian dengan model pembelajaran CUPs, bertujuan

untuk menyampaikan konsep pemuaian agar lebih mudah dipahami siswa dan

membuat siswa menikmati kegiatan pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran CUPs pada materi pemuaian

menggunakan RPP dan ditunjang dengan LKS untuk meningkatkan curiosity dan

membantu siswa memahami konsep. LKS yang digunakan pada model


30

pembelajaran CUPs terdiri atas dua macam, yaitu LKS individu dan LKS

kelompok. Kerangka berpikir penelitian ini disajikan dalam Gambar 2.5. sebagai

berikut.

Pembelajaran Pembelajaran Meningkatkan Pemahaman Konsep


Konstruktivisme Kooperatif Curiosity Materi Pemuaian SMP
Siswa

Analisis SK dan
Model Pembelajaran Indikator KD
Conceptual Understanding Procedures Curiosity
(CUPs)
Pembuatan
Indikator

Disain Pembelajaran

Penyusunan Perangkat
dan Instrumen
Pembelajaran

Pelaksanaan
Pembelajaran

Peningkatan Pemahaman
Curiosity Konsep Pemuaian

Gambar 2.5. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran CUPs


31

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

1. Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures

(CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa.

2. Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures

(CUPs) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran

eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan

curiosity siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7A-7D SMP negeri 2

Kudus tahun pelajaran 2012/ 2013. Pemilihan populasi penelitian di sekolah

tersebut disebabkan karena proses pembelajaran fisika di kelas 7A-7D mewakili

rata-rata pelaksanaan pembelajaran fisika di SMP pada umumnya.

3.2 Sampel

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7B dan kelas 7D

SMP Negeri 2 Kudus yang diambil dengan teknik simple random sampling.

Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil UAS semester ganjil, sampel dipilih

secara acak. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kelas 7A-7D memiliki

varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang

diperoleh dari guru mata pelajaran fisika, maka dipilih kelas 7B sebagai kelas

eksperimen yaitu kelas yang diberi model pembelajaran Conceptual

Understanding Procedures (CUPs), dan kelas 7D sebagai kelas kontrol yaitu

kelas yang diberi model pembelajaran eksperimen verifikasi.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures

32
33

(CUPs) dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran eksperimen

verifikasi. Variabel terikat penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa yang

ditinjau dari hasil belajar secara kognitif dan peningkatan curiosity siswa.

3.4 Desain Penelitian

Desai penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group

Design. Terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi

pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menerapkan model pembelajaran CUPs dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan

menerapkan model pembelajaran eksperimen verifikasi. Tabel 3.1. menunjukkan

desain penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 3.1. Desain penelitian pretest-posttest control group

Sampel Kondisi Awal Perlakuan Kondisi Akhir


Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O2 Y O4

Keterangan:

O1 dan O3 : pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

O2 dan O4 : post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X : Perlakuan dengan model pembelajaran CUPs

Y : Perlakuan dengan model Eksperimen verifikasi

3.5 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tujuh

langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan perangkat dan


34

instrumen pembelajaran, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan

data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran

fisika di salah satu SMP negeri di kabupaten Kudus. Studi pendahuluan

dilaksanakan dengan mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dan wawancara

dengan guru fisika. Hasil yang ditemukan, saat proses pembelajaran siswa masih

kurang aktif dan hanya menerima informasi dari guru. Proses pembelajaran

kurang komunikatif dan masih berpusat pada guru, kegiatan eksperimen juga

jarang dilakukan. Diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan bertanya siswa agar pembelajaran lebih komunikatif dan siswa bisa

memahami konsep yang disampaikan. Minat bertanya siswa dapat ditumbuhkan

dengan cara meningkatkan curiosity siswa.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian

sebelumnya, mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator curiosity siswa,

dan pemahaman konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi

dasar (KD) yang sudah ditentukan. SK dan KD dikaji agar diperoleh konsep-

konsep pemuaian yang dituangkan dalam materi pemuaian melalui penjabaran

indikator-indikator. Curiosity siswa dalam proses pembelajaran juga dijabarkan

dalam kriteria-kriteria penilaian. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan

penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs).


35

3. Penyusunan Perangkat dan Instrumen Pembelajaran

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas

eksperimen dan kelas kontrol, lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen dan

kelas kontrol. RPP dan LKS yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing dan guru mata pelajaran fisika. Selanjutnya dari indikator-indikator

hasil belajar kognitif dan curiosity siswa dibuat instrumen penilaian. Instrumen

penilaian pemahaman konsep menggunakan tes pilihan ganda, dan penilaian

curiosity siswa dengan menggunakan angket dan lembar observasi.

4. Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen tes sebelum digunakan, dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan taraf kesukaran. Pengujian Instrumen penelitian berupa tes pilihan

ganda dilakukan uji coba pada siswa kelas 8F SMP negeri 2 kudus. Kelas 8F

dipilih sebagai kelas untuk uji coba soal karena siswa kelas tersebut sudah pernah

menerima materi pemuaian. Berdasarkan hasil uji coba butir soal diambil 20 soal

yang selanjutnya akan digunakan untuk mengambil data.

5. Implementasi

Penerapan model pembelajaran CUPs dilakukan pada kelas 7B dan

sebagai pembanding digunakan model pembelajaran eksperimen verifikasi pada

kelas 7D. Pada saat pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan

menggunakan kriteria penilaian yang disesuaikan dengan indikator curiosity.

Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika dan peneliti. Guru mata
36

pelajaran melakukan observasi pada semua kegiatan pembelajaran. Peneliti

melakukan observasi saat kegiatan eksperimen, sehingga peneliti dapat

mengetahui siswa yang aktif bertanya saat kegiatan eksperimen.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pretest dan

posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pemuaian sebelum

dan sesudah pembelajaran. Angket pretest dan posttest untuk mengetahui

peningkatan curiosity siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Teknik yang

ketiga adalah lembar observasi yang digunakan pada setiap proses pembelajaran

untuk mengamati peningkatan curiosity siswa.

7. Analisis Hasil dan Penyusunan Laporan

Peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah diperoleh.

Selanjutkan data dianalisis untuk memperoleh temuan penelitian dan pembahasan.

Tahap terakhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian. Gambar 3.1.

menunjukkan bagan langkah-langkah penelitian dari kegiatan studi pendahuluan

hingga tahap penyusunan laporan.


37

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur
Model Pembelajaran CUPs, Pemahaman Konsep, dan Curiosity
siswa

Penyusunan Perangkat Penyusunan Instrumen


Pembelajaran

Tes Kognitif Angket

Uji Coba dan Analisis:


validitas, reliabilitas, daya
beda, dan taraf kesukaran

Pretest

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Model Pembelajaran Model Pembelajaran


Eksperimen CUPs (Lembar
Verifikasi (Lembar Observasi Curiosity)
Observasi Curiosity)

Posttest Analisis Data

Kesimpulan

Pembahasan

Gambar 3.1. Alur Penelitian


38

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan peneliti saat melakukan observasi awal.

Narasumber pada kegiatan wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Kegiatan

wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi tentang respon siswa pada saat

pembelajaran fisika. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tidak

terstruktur. Peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada narasumber

tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan penelitian.

3.6.2 Metode Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan curiosity siswa pada pelajaran fisika setelah pembelajaran. Angket

diberikan bersamaan dengan pretest dan posttest pemahaman konsep. Hasil

angket dihitung gain untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa.

3.6.3 Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi

pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk

mengamati paningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan, pada setiap

pertemuan aktivitas siswa diamati menggunakan lembar observasi.

3.6.4 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep

pada materi pemuaian. Tes yang diberikan mencakup aspek kognitif pengetahuan
39

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pemberian tes dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu pretest untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian,

dan posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep materi pemuaian.

Hasil tes dihitung gain agar diperoleh informasi peningkatan pemahaman konsep

siswa.

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Angket

Angket digunakan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. Isi

angket mencakup beberapa indikator curiosity, yaitu: (a) antusias mencari

jawaban; (b) perhatian (fokus) pada objek yang diamati; (c) antusias pada proses

sains; (d) menanyakan setiap langkah kegiatan; (e) bertanya kepada guru dan

teman tentang materi pelajaranl; dan (f) mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi

pemuaian. Angket diberikan setelah pretest dan posttest pemahaman konsep.

Angket awal digunakan untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian, dan

angket akhir digunakan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. Hasil

angket akan dihitung gain agar diperoleh informasi peningkatan curiosity siswa.

Angket terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Bobot untuk jawaban

pernyataan positif adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk jawaban

setuju (S), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak

setuju (STS). Bobot untuk jawaban pernyataan negatif adalah 1 untuk jawaban

sangat setuju (SS), 2 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban tidak setuju (TS),

dan 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).


40

3.7.2 Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui

peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi

yang digunakan terdapat sejumlah daftar kegiatan yang dapat diamati selama

proses pembelajaran. Kriteria penilaian observasi peningkatan curiosity terdapat

pada Lampiran 8.

3.7.3 Soal Tes

Tes digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep

setelah pembelajaran. Gain hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol, digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep

siswa. Nilai posttest digunakan untuk uji hipotesis keefektifan model

pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) dibandingkan dengan

model pembelajaran eksperimen verifikasi, dalam meningkatkan pemahaman

konsep.

3.8 Analisis Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan ke dalam data

kuantitatif. Data yang diperoleh adalah skor tes siswa, skor angket, dan lembar

observasi. Skor tes terdiri atas skor pretest dan posttest, skor angket diperoleh dari

skor pretest dan posttest, dan skor dari lembar observasi pada setiap kegiatan

pembelajaran yang diisi oleh observer. Data angket dan observasi akan dinyatakan

dalam persentase untuk dideskripsikan. Analisis Instrumen meliputi validitas soal,

reliabilitas tes, daya pembeda, dan taraf kesukaran.


41

3.8.1 Validitas

Untuk mengetahui validitas isi digunakan rumus korelasi product moment

dengan angka kasar (Arikunto, 2002: 72):

NXY X Y
=
NX 2 X 2 NY 2 Y 2

dengan :

= koefisien korelasi antara variabel dan variabel

= jumlah siswa

= skor butir soal (item)

= skor total butir soal

Apabila > maka butir soal tersebut valid. Kriteria valid atau

tidaknya butir soal dibandingkan dengan harga r pada table product moment

dengan taraf signifikansi 5% .

Kriteria validitas butir soal (Arikunto, 2002: 75):

a. Antara 0,80 < rxy 1,00 : sangat tinggi

b. Antara 0,60 < rxy 0,80 : tinggi

c. Antara 0,40 < rxy 0,60 : cukup

d. Antara 0,20 < rxy 0,40 : rendah

e. Antara 0,00 < rxy 0,20 : sangat rendah

Perhitungan validitas soal uji coba dengan menggunakan rumus korelasi

product moment, diperoleh 29 soal valid dari total 40 soal. Hasil uji validitas

dikonsultasikan dengan dengan = 5% dan n = 26 diperoleh rtabel = 0,388.


42

Perhitungan validitas ini dilakukan pada setiap butir soal. Hasil analisis validitas

dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut.

Tabel 3.2. Hasil analisis validitas soal uji coba

Uji Validitas Nomor Soal Jumlah Soal


Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 29
12, 14, 16, 17, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 26, 27, 28, 29,
31, 32, 34, 37, 38, 40
Tidak Valid 7, 11, 13, 15, 18, 25, 30, 11
33, 35, 36, 39
Jumlah 40

3.8.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diujikan pada subyek yang

sama. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten.

Untuk menghitung reliabilitas soal, digunakan rumus KR 21 (Arikunto, 2002:

103):


11 = 1
1 2

dengan :
11 = reliabilitas instrument

= jumlah butir soal

= rata-rata skor total

2 = varians skor total

Kriteria pengujian reliabilitas yaitu setelah didapatkan harga r 11, kemudian

harga r11 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel. Jika
43

r11 > rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas

soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7.

3.8.3 Taraf Kesukaran

Untuk mencari daya pembeda dapat digunakan rumus berikut(Arikunto,

2007 : 208):

dengan:

P = indeks kesukaran

= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

= jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 210):

a. soal dengan P= 0,00 sampai P= 0,30 adalah soal sukar


b. soal dengan P= 0,31 sampai P= 0,70 adalah soal sedang
c. soal dengan P= 0,71 sampai P= 1,00 adalah soal mudah

Tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Hasil analisis taraf kesukaran soal uji coba

Taraf Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal


Mudah 2, 23, 24, 31, 37, 38 6
Sedang 1, 3, 4, 6, 9, 12, 14, 16, 16
20, 21, 22, 26, 27, 28, 32,
34
Sukar 5, 8, 10, 17, 19, 29, 40 7
Jumlah 29
44

3.8.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal diperlukan untuk mengetahui seberapa akurat soal

tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai.

Soal dianggap baik apabila siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa

pandai lebih banyak dari siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa

kurang pandai.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal yaitu:


= =

dengan :
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar.

Indeks diskriminasi negatif berarti peserta kelompok bawah yang

menjawab soal dengan benar lebih baik dibandingkan kelompok atas. Berikut ini

klasifikasi daya pembeda (Arikunto, 2002: 218).

a. D : 0,00 0,20 : jelek


b. D : 0,21 0,40 : cukup
c. D : 0,41 0,70 : baik
d. D : 0,71 1,00 : baik sekali
e. D : negatif, semuanya tidak baik,
45

Soal yang mempunyai nilai negatif sebaiknya dibuang saja. Hasil analisis

dapat dilihat pada tabel 3.4. sebagai berikut.

Tabel 3.4. Hasil analisis daya pembeda soal uji coba

Taraf Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal


Jelek 7, 11, 13, 15, 18, 25, 30, 11
33, 35, 36, 39
Cukup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 21
12, 14, 17, 19, 20, 23, 26,
27, 29, 37, 38, 40
Baik 16, 21, 22, 24, 28, 31, 32, 8
34,
Jumlah 40

3.9 Metode Analisis Data

3.9.1 Analisis Data Awal (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel

penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji homogenitas

dilakukan dengan menyelidiki apakah populasi mempunyai varians (2) yang

sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas populasi, digunakan uji Bartlett

dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 263):

( 1)2
2 =
( 1)

B = (log 2 ) ( 1)

2 = ln 10 B 1 log 2

Ho diterima apabila 2 21 (k1)


46

dengan:
2 = chi kuadrat
2 = varians gabungan dari semua sampel
= sampel
B = koefisien Bartlett

Untuk menguji apakah varians tersebut sama atau tidak maka x 2 hitung

dikonsultasikan dengan x 2 tabel dengan = 5% dengan derajat kebebasan (dk)

banyaknya kelas dikurangi 1. Jika 2 < 2 maka H0 diterima. Hal ini

berarti sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.

Data yang di uji homogenitasnya adalah nilai UAS semester ganjil kelas

7A sampai 7D. Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Apabila kelas 7A-7D

dinyatakan homogen, maka peneliti dapat mengambil kelas manapun yang akan

dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan dengan

rumus Bartlett diperoleh nilai chi kuadrat hitung 0,809 dan dk = 4 1 = 3 dengan

= 5%, chi kuadrat tabel adalah 7,815. Diperoleh 2 < 2 maka Ho

diterima. Populasi mempunyai varians yang sama atau homogen. Penentuan kelas

kontrol dan kelas eksperimen dengan teknik simple random sampling. Diperoleh

kelas 7B dan 7D sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.9.2 Analisis Data Akhir

3.9.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diterapkan pada kedua kelas yang telah

dipilih sebelumnya sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.


47

Hipotesis :

Ho = data berdistribusi normal


Ha = data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat.

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 280) :


2
O i Ei
2 =
Ei

dengan:
Oi = banyak data hasil penelitian
Ei = banyak data yang diharapkan
Pengujian hipotesis dengan menggunakan nilai 2 , apabila nilai

2 hitung < 2 tabel , maka Ho diterima, data berdistribusi normal. Data yang diuji

normalitasnya dalah nilai pretest dan posttest pemahaman konsep serta angket

pretest dan posttest. Hasil uji normalitas nilai tes pemahaman konsep dan angket

kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.5. dan 3.6.

Tabel 3.5. Hasil perhitungan uji normalitas tes pemahaman konsep

Nilai Pretest Nilai Posttest


Sumber variasi Kelas Kelas
Kelas Kontrol Kelas Kontrol
Eksperimen Eksperimen
2hitung 8,59 10,70 3,33 2,61
2tabel 11,07 11,07 11,07 11,07
Data Data Data Data
Kriteria berdistribusi berdistribusi berdistribusi berdistribusi
normal normal normal normal
48

Tabel 3.6. Hasil perhitungan uji normalitas angket curiosity

Skor Pretest Angket Skor Posttest Angket


Sumber variasi Kelas Kelas
Kelas Kontrol Kelas Kontrol
Eksperimen Eksperimen
2hitung 4,28 2,48 7,40 8,28
2tabel 11,07 11,07 11,07 11,07
Data Data Data Data
Kriteria berdistribusi berdistribusi berdistribusi berdistribusi
normal normal normal normal

Hasil uji normalitas diperoleh bahwa data tes pemahaman konsep siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal seperti ditunjukkan pada

Tabel 3.2. Angket pretest dan posttest juga berdistribusi normal, seperti

ditujkukkan pada Tabel 3.3.

3.9.2.2 Uji Varians

Uji varians dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan kelas eksperimen

dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Rumus yang digunakan

dalam uji varians adalah.

Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila , maka Ho diterima

dan Ha ditolak. Ho diterima varians homogen (Sugiyono, 2010: 141). Data yang

diuji variansya dalah nilai pretest dan posttest pemahaman konsep serta angket

pretest dan posttest. Hasil uji varians nilai tes pemahaman konsep dan angket

kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.7. dan 3.8.
49

Tabel 3.7. Hasil perhitungan uji varians tes pemahaman konsep

Nilai Pretest Kelas Eksperimen Nilai Posttest Kelas Eksperimen


Sumber variasi
dan Kelas Kontrol dan Kelas Kontrol

2hitung 1,12 1,01


2tabel 1,96 1,96
Kriteria Varians sama Varians sama

Tabel 3.8. Hasil perhitungan uji varians angket curiosity

Skor Pretest Angket Kelas Skor Posttest Angket Kelas


Sumber variasi
Eksperimen dan Kelas Kontrol Eksperimen dan Kelas Kontrol

2hitung 1,26 1,40


2tabel 1,96 1,96
Kriteria Varians sama Varians sama

3.9.2.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan curiosity siswa

kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol, maka dilakukan

pengujian dengan menggunakan uji t satu pihak. Hipotesis yang diajukan adalah

sebagai berikut.

Ho : 1 2 (Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding

Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan

pemahaman konsep dan curiosity siswa)

Ha : 1 2 (Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding

Procedures (CUPs) kurang efektif dibandingkan dengan model


50

pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan

pemahaman konsep dan curiosity siswa.)

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah (Sugiyono, 2010:

138):

1 2
=
12 22
1 + 2

dengan :
X 1 = rata-rata kelas eksperimen

X 2 = rata-rata kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas kontrol


n2 = jumlah siswa kelas kontrol
s12 = varians kelas eksperimen

s22 = varians kelas kontrol

Uji pihak kiri berlaku ketentuan bila harga thitung dengan dk = n1 + n2 2

dan taraf kesalahan 5% jatuh pada daerah penerimaan H o atau > ,

maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3.9.2.4 Uji Gain

Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan curiosity, dilakukan

uji gain pada hasil belajar kognitif dan angket curiosity. Persamaan yang

digunakan adalah (Hake, 1998):


=
100%
51

dengan:

= gain normalisasi (gain normal)

Spost = nilai rata-rata pada hasil posttest

Spost = nilai rata-rata pada hasil pretest

Besarnya faktor <> dikategorikan sebagai berikut :

Tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%

Sedang = 0,3 g 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30% g 70%

Rendah = g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen < 30%

3.9.2.5 Analisis Angket dan Lembar Observasi

Perhitungan data curiosity siswa dilakukan dengan menganalisis lembar

observasi dan angket dengan persamaan:


= 100%

dengan:
P = persentase
S = skor yang diperoleh untuk seluruh aspek

N = skor total

Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut


(Arikunto, 2002: 245):

80% P 100% = baik sekali


66% P 79% = baik
56% P 65% = cukup
40% P 55% = kurang
P 39% = gagal
52

3.9.2.6 Korelasi Product Moment

Uji korelasi product moment digunakan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman konsep.

Curiosity sebagai variabel bebas, dan pemahaman konsep sebagai variabel terikat.

Peningkatan curiosity diperoleh dari angket yang diberikan setelah siswa

mengerjakan soal posttest. Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari nilai

posttest. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010:

228).


=
2 2 2 2

dengan:

= korelasi antara variabel x dan variabel y

= skor peningkatan curiosity

= nilai tes pemahaman konsep

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho = tidak terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep

Ha = terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep

Apabila diperoleh harga > , maka hipotesis nol ditolak dan

hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan antara curiosity dan

pemahaman konsep. Hasil perhitungan koefisien korelasi ditafsirkan dengan

rentang kualitatif, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9. (Sugiyono, 2010: 231):
53

Tabel 3.9. Deskripsi kualitatif koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 0,199 Sangat rendah
0,20 0,399 Rendah

0,40 0,599 Sedang

0,60 0,799 Kuat


Sangat kuat
0,80 1,000
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol

diberi pretest pemahaman konsep pemuaian, untuk mengetahui pemahaman

konsep awal siswa. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberi

perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberi model pembelajaran CUPs dan

kelas kontrol diberi model pembelajaran eksperimen verifikasi. Posttest diberikan

setelah materi selesai disampaikan, tujuannya untuk mengetahui adanya

peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi pemuaian. Hasil pretest dan

posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam bentuk

diagram, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1. dan 4.2.

100.0 85.0
80.0 70.0
Nilai Pretest

60.0 46.3 45.2


Kelas Eksperimen
40.0
20.0 20.0 Kelas Kontrol
20.0
0.0
Nilai Maks Milai
Nilai Min
Min Rata-rata

Gambar 4.1. Diagram hasil pretest pemahaman konsep pemuaian siswa


kelas eksperimen dan kelas kontrol

54
55

100.0 95.0 95.0


82.3
80.0 76.7
65.0 65.0

Nilai Posttest
60.0
Kelas Eksperimen
40.0
Kelas Kontrol
20.0
0.0
Nilai Maks Milai
Nilai Min Rata-rata

Gambar 4.2. Diagram hasil posttest pemahaman konsep pemuaian siswa


kelas eksperimen dan kelas kontrol

Peningkatan rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1. dan 4.2. Analisis

hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap

terdapat pada Lampiran 34.

4.2 Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Kelas Eksperimen


dan Kelas Kontrol

Peningkatan curiosity siswa sebelum dan setelah pembelajaran diukur

dengan menggunakan instrumen angket yang diberikan setelah pelaksanaan

pretest dan posttest pemahaman konsep. Tingkat curiosity siswa kelas eksperimen

dan siswa kelas kontrol, sebelum dan sesudah pembelajaran digambarkan dalam

bentuk diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4.

100.0 87.5
sebelum pembelajaran

81.3
70.474.9
Skor curiosity siswa

80.0
62.5 62.5
60.0
Kelas Eksperimen
40.0
Kelas Kontrol
20.0
0.0
Skor Maks Skor Min Rata-rata

Gambar 4.3. Diagram perbandingan tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebelum kegiatan pembelajaran
56

100.0 93.8
85.9

setelah pembelajaran
76.779.9

Skor curiosity siswa


80.0 65.668.8
60.0
Kelas Eksperimen
40.0
Kelas Kontrol
20.0

0.0
Skor Maks Skor Min Rata-rata

Gambar 4.4. Diagram perbandingan tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, siswa kelas kontrol memiliki curiosity

yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 4.3. Setelah pelaksanaan pembelajaran, diperoleh hasil yang

menunjukkan tingkat curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas

eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.4.

4.3 Hasil Observasi Peningkatan Curiosity Siswa Selama


Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan. Setiap kegiatan

pembelajaran dilakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan

curiosity siswa pada setiap kegiatan pembelajaran. Lembar observasi yang

digunakan terdiri atas beberapa indikator curiosity beserta kriteria penilaiannya.

Kriteria penilaian lembar observasi secara lengkap terdapat pada Lampiran 19.

Hasil pengamatan peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran

disajikan pada Tabel 4.1. sebagai berikut.


57

Tabel 4.1. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
selama kegiatan pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


(%) (%)
No. Aspek yang dinilai
Pertemuan Pertemuan
I II III I II III
1 Antusias mencari jawaban 56,73 66,35 67,31 61,54 64,42 62,50
2 Perhatian (fokus) pada objek yang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
diamati
3 Antusias pada proses sains 96,15 97,12 100,00 98,08 100,00 100,00
4 Menanyakan setiap langkah 55,77 63,46 74,04 70,19 72,12 63,46
kegiatan
5 Bertanya kepada guru dan teman 55,77 60,42 64,42 62,50 61,54 65,38
tentang materi pelajaran
6 Mengajukan pertanyaan kepada 64,42 63,46 66,35 59,62 58,65 66,35
guru mengenai peristiwa yang
pernah diamati yang berhubungan
dengan materi pemuaian
Rata-rata 71,47 75,16 78,69 75,32 76,12 76,28
Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa skor peningkatan curiosity siswa kelas

eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Skor peningkatan curiosity siswa kelas

kontrol lebih tinggi dari siswa kelas eksperimen, namun peningkatan curiosity

siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol.

4.4 Uji Peningkata Pemahaman Konsep

4.4.1 Peningkatan Pemahaman Konsep

Peningkatan pemahaman konsep diperoleh berdasarkan hasil uji gain

terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest hasil belajar kognitif siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji gain, data telah diuji
58

normalitasnya. Hasil uji gain rata-rata nilai pretest dan posttest pemahaman

konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil perhitungan uji gain tes pemahaman konsep

Kelas
Rata-rata skor Kelas Kontrol
Eksperimen
Pretest 46.35 45.00
Posttest 82.31 76.73
Gain <g> 0.67 0.58

Rata-rata nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih

baik dari kelas kontrol. Gain peningkatan pemahaman konsep siswa kelas

eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel 4.2. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang mendapat model

pembelajaran CUPs lebih baik lebih baik dari siswa yang mendapat model

pembelajaran eksperimen verifikasi.

4.4.2 Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Setiap Aspek Kognitif

Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat diperoleh dari hasil uji gain

terhadap skor tes yang diperoleh siswa. Skor tes pemahaman konsep siswa

dikelompokkan berdasarkan pada setiap aspek kognitif. Setelah dikelompokkan

sesuai dengan aspek kognitif, dilakukan uji gain untuk mengetahui peningkatan

pemahaman konsep terhadap hasil tes pada setiap aspek kognitif. Empat aspek

kognitif yang dimaksud adalah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3

(penerapan), dan C4 (analisis). Gain peningatan hasil belajar kognitif siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada setiap tingkatan aspek kognitif ditunjukkan

pada Gambar 4.5.


59

1.00 0.88 0.91


0.79 0.83
0.75
0.80 0.66
0.60
0.40 Kelas Eksperimen
Gain
0.24
0.20 Kelas Kontrol
0.00
-0.20 C1 C2 C3 C4
-0.16
-0.40
Gambar 4.5. Diagram hasil uji gain pemahaman konsep ditinjau dari aspek setiap
kognitif

Penguasaan aspek pengetahuan (C1) siswa kelas kontrol lebih baik dari

kelas eksperimen. Kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada

aspek pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) lebih baik dari kelas

kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.5. Gain soal tipe C3 pada kelas

kontrol menunjukkan hasil yang negatif, artinya tidak terjadi peningkatan. Gain

negatif menunjukkan bahwa hasil posttest lebih rendah dari hasil pretest.

4.5 Uji Peningkatan Curiosity

4.5.1 Peningkatan Curiosity

Peningkatan curiosity siswa diukur berdasarkan hasil uji gain terhadap

skor tingkat curiosity siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tingkat curiosity

siswa diperoleh dengan menggunakan angket yang diberikan setelah pemberian

pretest dan posttest pemahaman konsep. Hasil uji gain peningkatan curiosity

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.3.
60

Tabel 4.3. Hasil perhitungan uji peningkatan curiosity

Kelas
Rata-rata skor Kelas Kontrol
Eksperimen
Pretest 70,43 74,88
Posttest 76,74 79,87
Gain <g> 0,21 0,20

Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa kelas kontrol memiliki

tingkat curiosity lebih tinggi dari kelas eksperimen. Hal tersebut didukung dengan

tingkat curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen,

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.3. Setelah pelaksanaan pembelajaran,

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi angket untuk memperoleh

informasi peningkatan curiosity. Hasil yang diperoleh adalah gain curiosity kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

4.5.2 Peningkatan Curiosity Siswa pada Setiap Indikator

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan untuk

mengetahui peningkatan curiosity siswa dengan menggunakan lembar observasi.

Peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran ditinjau dari pertemuan

pertama dan ketiga, agar diperoleh informasi peningkatan curiosity siswa di awal

dan akhir pembelajaran. Skor peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol diuji gain pada setiap indikator curiosity. Tujuannya adalah untuk

memperoleh informasi peningkatan curiosity pada setiap indikator selama

kegiatan pembelajaran. Gambar 4.6. menunjukkan diagram perbandingan

peningkatan curiosity pada pertemuan pertama dan ketiga antara siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada setiap indikator.


61

1.20
1.00 1.00
pada pertemuan pertama dan
Peningkatan curiosity siswa
1.00
0.80
0.60 0.41
ketiga

0.40 0.24 0.20 0.17


0.20 0.02 0.08 0.05
0.00 0.00
0.00
-0.20 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6
-0.40 -0.23

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 4.6. Diagram peningkatan curiosity siswa pada pertemuan pertama dan
ketiga

Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama,

keempat, dan kelima lebih tinggi dari kelas kontrol. Peningkatan curiosity siswa

kelas eksperimen pada indikator kedua dan ketiga sama dengan siswa kelas

kontrol. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator keenam

lebih rendah dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.8.

4.6 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Model Pembelajaran CUPs

4.6.1 Keefektifan Model Pembelajaran CUPs untuk meningkatan


Pemahaman Konsep

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis

yang menyatakan bahwa model pembelajaran Conceptual Understanding

Procedures (CUPs) lebih efektif dibanding model pembelajaran eksperimen

verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep. Uji hipotesis yang dilakukan

menggunakan uji-t pihak kiri dengan sebesar 5%. Tabel 4.4. menunjukkan hasil

perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil posttest untuk mengetahui

keefektifan model pembelajaran CUPs dalam meningkatkan pemahaman konsep

siswa.
62

Tabel 4.4. Hasil uji hipotesis peningkatan pemahaman konsep

Kelompok
Sumber Data thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26,00 26,00
Jumlah 2140,00 1995,00
Rata-rata 82,31 76,73 2,274 2,009
s2 78,46 77,88
S 8,86 8,83

Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.4. menunjukkan bahwa >

. Berdasarkan aturan pengujian hipotesis pihak kiri, keputusan yang

diambil adalah penerimaan Ho dan penolakan Ha. Artinya model pembelajaran

CUPs lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi

dalam meningkatkan pemahaman konsep pemuaian siswa SMP.

4.6.2 Keefektifan Model Pembelajaran CUPs untuk meningkatan Curiosity

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis

yang menyatakan bahwa model pembelajaran Conceptual Understanding

Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen

verifikasi untuk meningkatkan curiosity. Uji hipotesis yang dilakukan,

menggunakan uji-t pihak kiri pada skor angket dan hasil observasi peningkatan

curiosity, dengan = 5%. Tabel 4.5. menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis

pihak kiri terhadap hasil posttest peningkatan curiosity siswa, dan Tabel 4.6.

menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil observasi

peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran.


63

Tabel 4.5. Hasil uji hipotesis peningkatan curiosity

Kelompok
Sumber Data thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26,00 26,00
Jumlah 1995,31 2076,
Rata-rata 76,74 79,87 1,693 2,009
s2 33,46 55,14
S 5,78 7,43

Tabel 4.6. Hasil uji hipotesis peningkatan curiosity selama kegiatan


pembelajaran

Kelompok
Sumber Data thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26,00 26,00
Jumlah 1952,78 1973,61
Rata-rata 75,11 75,91 0,355 2,009
s2 81,78 50,61
S 9,04 7,11

Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.5. dan 4.6. terhadap skor angket

dan hasil observasi peningkatan curiosity, menunjukkan bahwa > .

Berdasarkan aturan pengujian hipotesis pihak kiri, keputusan yang diambil adalah

penerimaan Ho dan penolakan Ha. Artinya model pembelajaran CUPs lebih efektif

dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan

curiosity siswa SMP.

4.7 Hubungan Curiosity dengan Pemahaman Konsep

Salah satu tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan curiosity siswa pada materi pemuaian dengan

menerapkan model pembelajaran CUPs. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat

diperoleh hubungan antara peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman


64

konsep setelah diberi model pembelajaran CUPs. Digunakan uji korelasi product

moment untuk membuat keputusan apakah curiosity memiliki hubungan dengan

pemahaman konsep atau tidak.

Hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep dapat dicari

korelasinya dengan menghitung nilai atau koefisien korelasi. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh nilai = 0,54045 dan diperoleh 0,95;24 = 0,404 dengan

taraf nyata = 0,05 dan dk = 24 dari daftar distribusi . Gambar 4.7.

menunjukkan grafik hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep.

100.00
90.00
80.00
Pemahaman Konsep

r = 0.54
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Curiosity

Gambar 4.7. Grafik hubungan peningkatan curiosity dengan peningkatan


pemahaman konsep

Diperoleh > , maka Ho ditolak dan hipotesis yang diambil

adalah terdapat hubungan positif antara peningkatan curiosity dan peningkatan

pemahaman konsep. Peningkatan curiosity dapat mempengaruhi peningkatan

pemahaman konsep. Hubungan peningkatan curiosity dan peningkatan

pemahaman konsep ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,540.


65

Peningkatan curiosity memiliki kontribusi sebesar 54% terhadap peningkatan

pemahaman konsep.

4.8 Pembahasan

4.8.1 Peningkatan Pemahaman Konsep

Siswa kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan model CUPs, dan

siswa kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi.

Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur

dengan menggunakan uji gain terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest

pemahaman konsep. Tabel 4.2. menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman

konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Model pembelajaran CUPs memiliki karakteristik pengembangan dari

pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

konstruktivisme bertujuan agar siswa mampu mengkonstruksi pemahamannya

sendiri. Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang hiasanya dilakukan

dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. Banyak penelitian

yang telah dilakukan dengan menggunakan pembelajaran konstruktivisme dan

kooperatif untuk meningkatkan pemahaman konsep. Cakir (2008),

mengemukakan bahwa agar siswa lebih memahami konsep materi yang

disampaikan, siswa harus melalui beberapa prosedur yang dapat memberikan

informasi untuk membantu siswa memahami konsep. Konsep tidak cukup

disampaikan hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan beberapa proses.

Pembelajaran konsep kepada siswa harus didukung dengan kegiatan hands on dan

minds on agar tercipta pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa atau active
66

learning, sehingga siswa mampu mengkonstruksi pemahaman mereka dengan

baik. Prosedur pembelajaran yang terdapat pada model pembelajaran CUPs telah

mencakup kegiatan hands on dan minds on di setiap fase pembelajaran.

Kegiatan hands on pada pembelajarn CUPs terjadi saat proses kerja

kelompok atau saat eksperimen. Siswa akitf melakukan kegiatan eksperimen agar

memperoleh data untuk menjawan LKS kelompok. Kegiatan minds on pada

pembelajaran CUPs hampir dilakukan pada setiap sesi pembelajarn, misalnya

pada saat siswa mengerjakan LKS individu. Siswa dilatih untuk menjawab

pertanyaan sesuai pendapat yang mereka miliki, sebelum diterangkan dan

mendapat materi dari guru. Kegiatan diskusi kelompok untuk menjawab LKS

individu juga melatih siswa untuk aktif berpikir.

Karakteristik lain pembelajaran CUPs adalah meningkatkan nilai

pembalajaran kooperatif, karena pembelajarn kooperatif juga dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian Tanel dan Erol (2008), menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik

untuk membuat siswa lebih mudah memahami materi secara efektif. Pembentukan

kelompok kecil dalam pembelajaran CUPs memudahkan siswa untuk memahami

materi pemuaian. Jadi dapat disimpulkan karakteristik model pembelajaran CUPs

dapat membantuk meningkatkan pemahaman konsep materi pemuaian siswa

SMP.

Penelitian yang senada tentang model pembelajaran CUPs dilakukan oleh

Paoki (2012), pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman


67

konsep siswa. Didukung juga dari hasil penelitian Gunstone et al. (1999),

menyatakan bahwa model pembelajaran CUPs dengan menggunakan pendekatan

cooperative learning memiliki prosedur pembelajarn yang memudahkan siswa

untuk memahami konsep materi.

4.8.2 Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Tinjauan Setiap


Aspek Kognitif

Soal pretest dan posttest yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Setiap

butir soal memiliki tingkat aspek kognitif yang berbeda-beda, yaitu terdiri atas

empat aspek kognitif. Untuk memperoleh informasi peningkatan pemahaman

konsep pada setiap aspek kognitif, setiap soal dikelompokkan dan diuji gain

sesuai dengan aspek kognitifnya. Keempat aspek tersebut mecakup pengetahuan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Hasil uji gain pada

masing-masing aspek kognitif terdapat pada Gambar 4.5.

Gain pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada aspek pengetahuan,

lebih rendah dibandingkan dengan siswa kelas kelas kontrol. Siswa kelas

eksperimen siswa lebih diarahkan untuk lebih mengkonstruksi pemahaman

konsep, meskipun siswa juga diberi informasi mengenai pengetahuan tentang

pemuaian. Pada kelas kontrol, gain untuk tipe soal pengetahuan lebih tinggi dari

kelas eksperimen, disebabkan karena saat kegiatan ceramah siswa banyak

menerima informasi dari guru. Peningkatan pemahaman konsep pada aspek

kognitif pengetahuan dapat menunjukkan perbedaan antara model pembelajaran

CUPs dan eksperimen verifikasi, yaitu kegiatan ceramah lebih baik dalam

meningkatkan pengetahuan siswa. Didukung dengan temuan penelitian Wibowo


68

(2012), menunjukkan bahwa pembelajaran ceramah dapat meningkatkan aspek

pengetahuan dengan kategori tinggi.

Gain aspek pemahaman siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapatkan hal baru

yang bersifat hand on dan minds on, sehingga siswa memperoleh pengalaman

nyata tentang dan lebih memahami materi pemuaian. Kegiatan kerja individu

dapat menimbulkan kesalahan konsep awal siswa, tapi dapat diatasi setelah

dilakukan pembahasan dan pembuktian dengan kegiatan kerja kelompok. Siswa

kelas kontrol lebih banyak menerima informasi dari guru, meskipun pada kegiatan

eksperimen siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep yang telah

diterangkan guru. Kesimpulan dari peningkatan pemahaman konsep pada aspek

pemahaman adalah, model pembelajaran CUPs lebih baik dibandingkan model

pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman siswa. Sesuai dengan pernyataan Gunstone et al., (1999) Conceptual

Understanding Procedures atau (CUPs) adalah suatu prosedur pembelajaran yang

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami konsep-konsep

sains.

Gain aspek penerapan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol. Kemampuan mengaplikasikan atau menerapkan harus

didukung dengan kemampuan memahami soal. Soal-soal tipe C3 biasanya berupa

soal hitungan. Penyelesaian soal hitungan harus disertai dengan kemampuan

mengidentifikasi informasi yang diberikan, agar dapat diperoleh solusi yang tepat.

Kemampuan mencari solusi termasuk dalam kegiatan pemecahan masalah. Syarat


69

agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik adalah dengan memahami konsep.

Grafik pada Gambar 4.5. menunjukkan bahwa gain untuk soal tipe penerapan

pada kelas kontrol diperoleh hasil negatif. Hasil gain negatif pada kelas kontrol

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya saat mengerjakan soal

pretest siswa mengerjakan soal hitungan dengan cara menebak pilihan jawaban,

tetapi jawaban yang dipilih adalah jawaban benar. Saat diberi soal posttest, siswa

kelas kontrol sudah mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal hitungan, tetapi

siswa mengalami kesulitan atau masalah saat mengerjakannya. Faktor lain yang

dapat menyebabkan gain peningkatan aspek penerapan kelas eksperimen dan

kelas kontrol termasuk rendah adalah kesalahan hitung (Karina et al., 2013).

Siswa tidak teliti ketika menjawab soal, kesalah yang dapat terjadi misalnya siswa

menghitung pertambahan pemuaian panjang, padahal yang ditanyakan adalah

panjang akhir setelah pemuaian. Kesimpulan dari data peningkatan pemahaman

konsep pada aspek penerapan adalah, model pembelajaran CUPs lebih baik

dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi, dalam meningkatkan

kemampuan menerapkan atau mengaplikasikan konsep.

Tipe soal C4 atau aspek analisis dapat digunakan untuk mengetahui

pemahaman konsep untuk menganalisis suatu permasalahan dan bagaimana siswa

menjawab permasalahan tersebut. Gain pemahaman konsep siswa untuk soal tipe

analisis lebih tinggi kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa

kelas eksperimen mempunyai kemampuan analisis yang lebih baik dibandingkan

dengan kelas kontrol, karena siswa kelas eksperimen mengalami fase

pembelajaran yang lebih variatif. Pada fase kerja individu, siswa diarahkan
70

mengerjakan LKS dengan menganalisis pertanyaan yang diberikan dan kegiatan

demonstrasi, dan fase kerja kelompok membantu siswa untuk saling bertukar

pikiran. Siswa kelas kontrol memiliki kemampuan analisis yang lebih rendah,

karena kegiatan pembelajaran yang hanya meliputi ceramah dan eksperimen

verifikasi. Berdasarkan analisis gain rata-rata tes pemahaman konsep siswa pada

setiap tipe soal, dapat disimpulkan bahwa model pembalajaran CUPs lebih baik

dibandingkan eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep

pemuaian siswa.

4.8.3 Peningkatan Curiosity Siswa

Siswa kelas eksperimen mendapatkan model pembelajaran CUPs yang

terdiri atas tiga fase pembelajaran. Setiap fase pembelajaran memiliki prosedur

kerja yang tidak biasa bagi siswa. Hal ini dapat membuat peningkatan curiosity

siswa menjadi lebih tinggi. Siswa kelas kontrol mendapat model pembelajaran

eksperimen verifikasi yang terdiri atas kegiatan ceramah dan eksperimen.

Kegiatan eksperimen bertujuan untuk memverifikasi teori yang telah

disampaikan.

Peningkatan curiosity siswa diukur dengan menggunakan uji gain terhadap

rata-rata skor pretest dan posttest curiosity siswa. Hasil perhitungan yang

diperoleh, menunjukkan bahwa peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel 4.4. Didukung dengan temuan penelitian Gunstone et al.,(1999)

menunjukkan bahwa respons ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran sains

setelah diberi pembelajaran CUPs pada kelas pertama 93% menyatakan tertarik,
71

dan 95% siswa kelas kedua menyatakan tertarik. Sikap ketertarikan pada sesuatu

dapat meningkatkan curiosity siswa. Ketertarikan siswa pada materi pelajaran

dapat meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran.

Persamaan model pembelajaran CUPs dan eksperimen verifikasi adalah

terdapat kegiatan eksperimen. Hasil observasi sebelum kegiatan pelaksanaan

penelitian, diperoleh informasi bahwa baik siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen jarang melakukan kegiatan eksperimen. Siswa belum terbiasa dengan

kegiatan eksperimen, hal tersebut membuat siswa banyak mengajukan pertanyaan

saat kegiatan eksperimen. Perbedaan hasil gain tes curiosity siswa kelas

eksperimen tidak terlalu signifikan dengan kelas kontrol. Didukung dengan

kondisi siswa kelas kontrol memiliki curiosity yang lebih tinggi dari siswa kelas

eksperimen, dan dibuktikan dengan hasil pretest curiosity dan hasil observasi.

Rustaman (1995) sebagaimana dikutip oleh Parmin et al., (2012)

menyatakan bahwa kegiatan eksperimen dapat membangkitkan motivasi belajar

sains. Siswa yang termotivasi untuk belajar menjadi bersungguh-sungguh dalam

mempelajari suatu hal. Melalui kegiatan eksperimen, siswa diberi kesempatan

untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Siswa menemukan

pengetahuan baru melalui kegiatan eksplorasi pada kegiatan eksperimen karena

dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Berdasarkan temuan penelitian, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran CUPs dan model pembelajaran

eksperimen verifikasi, dapat meningkatkan curiosity siswa, karena terdapat

kegiatan eksperimen.
72

4.8.4 Peningkatan Curiosity Siswa Berdasarkan Tinjauan setiap Indikator


Curiosity

Curiosity atau rasa ingin tahu yang mendalam, merupakan salah satu sikap

ilmiah yang perlu dikembangkan pada proses pembelajaran fisika. Rasa ingin tahu

termasuk dalam salah satu karakter yang harus dikembangkan dalam proses

bembelajaran. Indikator curiosity atau rasa ingin tahu yang terdapat dalam

pedoman Pengenbangan Budaya dan Karakter Bangsa adalah siswa memiliki

kemampuan bertanya yang baik. Kemampuan bertanya siswa dapat dijadikan

sebagai indikator curiosity, karena dengan bertanya dapat menunjukkan bahwa

rasa ingin tahu yang dimiliki siswa tinggi. Penelitian yang dilakukan

menggunakan beberapa indikator rasa ingin tahu dalam buku Pedoman

Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagai pedoman penilaian

peningkatan curiosity siswa. Selain itu, indikator curiosity yang digunakan

mengambil dari indikator curiosity oleh Harlen (Anwar, 2010).

Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, siswa diberi pretest untuk

mengetahui curiosit siswa sebelum pembelajaran. Saat pelaksanaan pembelajaran,

dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa pada setiap

kegiatan pembelajaran. Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberi

posttest curiosity untuk mengetahui bagaimana peningkatan curiosity siswa. Hasil

analisis pretest dan posttest curiosity ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4. dan

hasil observasi pada setiap pertemuan ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hasil observasi

yang diuji peningkatannya hanya pada pertemuan pertama dan ketiga, agar

diperoleh informasi peningkatan curiosity di awal dan akhir pembelajaran. Secara

umum curiosity siswa kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen, tapi
73

peningkatan curiosity pada setiap indikator siswa kelas eksperimen pada setiap

pertemuan lebih baik dari kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil

observasi yang disajikan pada Tabel 4.1.

Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih

baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas

eksperimen selalu diberi lembar kerja individu pada setiap kegiatan pembelajaran,

kegiatan ini mendorongn antusiasme mencari jawaban siswa kelas eksperimen

lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Hasil observasi peningkatan curiosity kelas

eksperimen menunjukkan bahwa, tingkat curiosity paling tinggi diperoleh saat

pertemuan ketiga (terakhir), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada

pertemuan terakhir materi yang disampaikan adalah pemuaian gas. Demonstrasi

yang diberikan adalah pembuatan roket alkohol dengan menggunakan prinsip

kerja konsep pemuaian gas. Pembelajaran yang menarik membuat antusiasme

siswa untuk mencari jawaban LKS individu menjadi lebih tinggi. Siswa kelas

kontrol hanya diberi LKS kelompok saat kegiatan eksperimen, dan dikerjakan

dengan cara berkelompok. Temuan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan

dalam menyampaikan pembelajaran dengan model pembelajaran CUPs. Kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan dapat mempengaruhi curiosity siswa.

Demonstrasi menggunakan roket alkohol sederhana dapat membuat siswa tertarik

pada materi pelajaran. Litman & Spierlberger (2003) sebagaimana dikutip oleh

Reiro et al., (2006) menyatakan bahwa curiosity siswa dapat distimulasi dengan

memberikan informasi visual. Curiosity siswa dapat ditingkatkan dengan

memberikan informasi visual yang menarik.


74

Hasil uji gain curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada

indikator kedua, menunjukkan hasil yang sama. Observasi peningkatan curiosity

pada indikator kedua, diperoleh informasi bahwa curiosity siswa pada setiap

pertemuan sudah sangat baik. Aktivitas fokus pada objek yang diamati, dapat

diamati observer saat siswa kelas eksperimen memperhatikan demonstrasi, dan

siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Harlen (1996) sebagaimana

dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa fokus atau perhatian pada objek

yang diamati merupakan salah satu indikator curiosity. Fokus pada objek yang

diamati dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang mendalam tentang objek

pengamatan.

Peningkatan curiosity siswa pada indikator ketiga adalah fokus pada

proses sains, pengamatan dilakukan oleh observer saat siswa melakukan

eksperimen. Hasil uji gain curiosity pada indikator ketiga menunjukkan bahwa,

peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen secara keseluruhan sama dengan

kelas kontrol sebagaimana disajikan pada Gambar 4.6. dan berbeda pada setiap

pertemuan. Peningkatan curiosity indikator ketiga siswa kelas eksperimen pada

setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel 4.2. Hasil kegiatan eksperimen kelompok pada kelas eksperimen disajikan

pada kertas A3 untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas, dan hasil kegiatan

eksperimen siswa kelas kontrol disajikan dalam LKS seperti biasanya. Kegiatan

penyajian hasil eksperimen dan diskusi kelompok pada pembelajaran CUPs dapat

memacu antusias siswa pada proses sains, agar hasil yang mereka sajikan

maksimal. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen


75

terkendala dengan keterbatasan waktu. Siswa belum terbiasa menyajikan hasil

kerja kelompok ke dalam kertas A3. Temuan pada penelitian ini dapat dijadikan

koreksi pada penelitian selanjutnya, yaitu instruksi yang diberkan pada setiap fase

pembelajaran CUPs harus jelas, karena model pembelajaran yang tidak biasa akan

membuat siswa menjadi bingung. Nilai positif yang dapat diambil adalah siswa

yang merasa bingung akan berani untuk mengajukan pertanyaan, sehingga dapat

meningkatkan curiosity siswa. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar

(2009), menyatakan bahwa antusias pada proses sains merupakan salah satu

indikator curiosity. Peningkatan fokus siswa saat kegiatan eksperimen dapat

membuat siswa antusias pada proses sains, dan dapat meningkatkan curiosity

siswa.

Peningkatan curiosity siswa pada indikator keempat adalah menanyakan

setiap langkah kegiatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa curiosity siswa pada

indikator menanyakan setiap langkah kegiatan siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dari kelas kontrol. Model pembelajaran CUPs memiliki fase kegiatan yang lebih

banyak dan siswa belum terbiasa dengan model CUPs. Siswa yang belum

mengerti dapat mengajukan pertanyaan agar diperoleh penjelasan. Harlen (1996)

sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa kegiatan bertanya

tentang langkah kegiatan merupakan salah satu indikator curiosity.

Berdasarkan hasil uji gain curiosity pada indikator kelima, tingkat

curiosity siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa kelas

eksperimen mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri, dan guru bertindak


76

sebagai fasilitator. Siswa mengkonfirmasi pengetahuan yang mereka dapat dengan

mengajukan pertanyaan pada guru dan teman tentang materi pemuaian.

Peningkatan curiosity pada indikator keenam lebih tinggi siswa kelas

kontrol dibandingkan kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar

4.6. Siswa kelas kontrol memperoleh konsep dari ceramah yang diberikan guru.

Informasi yang diberikan guru mendorong siswa untuk menanyakan hubungan

materi yang disampaikan dengan proses pemuaian dalam kehidupan nyata.

Indikator curiosity kelima dan keenam adalah bertanya pada guru dan

teman tentang materi pelajaran dan indikator keenam adalah mengajukan

pertanyaan pada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan

dengan materi pemuaian. Kedua indikator tersebut menunjukkan curiosity siswa

yang berhubungan dengan kemampuan menganalisis materi dan peristiwa nyata

tentang pemuaian, yang pernah diamati siswa. Curiosity atau rasa ingin tahu yang

mendalam didefinisikan dalam buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa

sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

(Kemendiknas, 2010). Siswa yang memiliki curiosity tinggi lebih banyak

mengajukan pertanyaan kepada guru, baik tentang materi pelajaran atau peristiwa

lain yang berkaitan dengan materi pelajaran.

4.8.5 Hubungan Curiosity dan Pemahaman Konsep Siswa

Hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep pada penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Tujuannya

adalah agar diperoleh informasi hubungan antara curiosity dan pemahaman


77

konsep. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi, diperoleh informasi

bahwa terdapat hubungan positif antara curiosity dan peningkatan pemahaman

konsep. Pengaruh peningkatan curiosity terhadap peningkatan pemahaman konsep

termasuk dalam kategori sedang. Didukung oleh pernyataan Binson (2010),

mengemukakan bahwa meningkatkan curiosity merupakan metode yang sangat

baik untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Pembelajaran yang menarik dapat

membuat siswa termotivasi untuk belajar. Motivasi belajar sangat dibutuhkan agar

siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa peningkatan

curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih tinggi dari kelas

kontrol. Fase kerja individu pada model pembelajaran CUPs dapat membantu

siswa untuk lebih antusias dalam mencari jawaban. Antusias mencari jawaban

dapat meningkatan curiosity siswa. Apabila siswa memiliki curiosity rendah,

siswa kurang antusias mencari jawaban LKS individu. Kegiatan mencari jawaban

dapat mendorong siswa untuk memperoleh jawaban yang benar serta dapat

meningkatkan pemahaman konsep.

Pada indikator kedua dan ketiga, tidak ada perbedaan antara peningkatan

curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 4.6. Siswa kelas eksperimen fokus memperhatikan demonstrasi, dan

siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Sikap fokus pada objek yang

diamati dan antusias pada proses sains dapat membantu siswa untuk memperoleh

informasi yang lebih baik serta dapat meningkatkan pemahaman konsep.


78

Indikator keempat menyatakan peningkatan curiosity ditinjau dari sikap

siswa yang sering menanyakan setiap langkah kegiatan. Siswa kelas eksperimen

lebih sering bertanya tentang langkah kegiatan dari siswa kelas kontrol,

sedangkan peningkatan pada kelas kontrol adalah negatif. Siswa kelas eksperimen

mendapat pembelajaran yang mendukung peningkatan kemampuan bertanya saat

kegiatan demonstrasi, eksperimen kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Materi

pembelajaran yang menarik saat pertemuan terakhir mendukung siswa kelas

eksperimen untuk lebih sering bertanya. Siswa kelas kontrol sudah merasa bosan

saat pertemuan terakhir, karena tidak ada demonstrasi yang menarik pada

pertemuan terakhir. Jawaban-jawaban yang diperoleh siswa eksperimen dari hasil

bertanya pada setiap kegiatan pembelajaran dapat membantu meningkatkan

pemahaman konsep.

Peningkatan curiosity siswa pada indikator curiosity kelima dan keenam

secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan bertanya. Terdapat dua

kemungkinan yang menyebabkan siswa bertanya. Kemungkinan pertama adalah

siswa sudah memahami materi dan ingin mengkonfirmasi kebenaran pengetahuan

yang sudah dimiliki. Kemungkinan kedua adalah siswa belum memahami materi

dan siswa bertanya agar memperoleh penjelasan yang benar. Curiosity yang

diperoleh dengan cara-cara tersebut termasuk dalam kelompok intellectual

curiosity. Dewey sebagaimana dikutip oleh Reiro et al., (2006) menyatakan

bahwa intellectual curiosity adalah sikap ingin tahu yang timbul karena

diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Intellectual curiosity adalah

tipe curiosity yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Tujuannya adalah


79

membuat siswa termotivasi untuk memperoleh informasi agar dapat

menyelesaikan masalah. Kemampuan memecahkan masalah harus disertai dengan

pemahaman konsep materi yang berkaitan dengan masalah yang akan

diselesaikan, sehingga dapat disimpulkan curiosity dapat membantu

meningkatkan pemahaman konsep.

4.8.6 Perbandingan Keefektifan Model Pembelajaran CUPs dan


Eksperimen Verifikasi dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Curiosity

Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

terbukti lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi

dalam meningkatkan pemahaman konsep pemuaian. Keefektifan CUPs dalam

meningkatkan pemahaman konsep siswa didukung dengan hasil pengujian

hipotesis terhadap nilai posttest hasil belajar kognitif sebagaimana disajikan pada

Tabel 4.4. Siswa kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran CUPs, dan siswa

kelas kontrol mendapatkan pembelajaran eksperimen verifikasi. Model

pembelajaran CUPs dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif. Tujuannya adalah untuk

memudahkan siswa memahami konsep-konsep sains yang berkaitan dengan

kehidupan nyata (Gunstone et al., 1999). Model pembelajaran CUPs terdiri atas

tiga fase pembelajaran, yaitu: (1) fase kerja individu, pada fase ini setiap siswa

dilatih untuk mengemukakan pendapat setelah memperhatikan demonstrasi, guru

memfasilitasi LKS individu agar setiap siswa dapat berpendapat dan memberikan

jawabannya; (2) fase kerja kelompok, pada fase ini siswa melakukan eksperimen

dan diskusi kelompok, siswa dapat bertukan pikiran untuk membangun konsep
80

mereka; dan (3) presentasi hasil kerja kelompok, guru dapat mengetahui sejauh

mana pemahaman konsep siswa berdasarkan jawaban setiap kelompok, sehingga

guru dapat mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok. Pada setiap fase

pembelajaran, siswa kelas eksperimen dilatih untuk mengkonstruksi pemahaman

konsep. Model pembelajaran eksperimen verifikasi terdiri atas kegiatan ceramah

dan praktikum. Konsep yang diperoleh siswa dari pembelajaran eksperimen

verifikasi bersifat informatif, yaitu dari ceramah yang disampaikan oleh guru.

Kegiatan praktikum bertujuan untuk membuktikan teori yang telah diberikan saat

kegiatan ceramah. Pemahaman konsep yang diperoleh dengan cara

mengkonstruksi pemahaman lebih baik dari pemahaman konsep yang diperoleh

secara informatif. Hasil ini didukung dengan rata-rata nilai posttest kelas

eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan oleh grafik

pada Gambar 4.1. dan 4.2 .

Hasil penelitian Dirgantara (2008) menunjukkan peningkatan penguasaan

konsep siswa pada pokok bahasan kalor dengan penerapan model pembelajaran

laboratorium berbasis inkuiri lebih tinggi dari penerapan model pembelajaran

kerja laboratorium verifikasi. Peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen

44% dan kelas kontrol 33%. Pembelajaran inkuiri terimbing membantu siswa

membangun pemahaman konsep mereka sendiri. Karakteristik pembelajaran

inkuiri terbimbing hampir sama dengan model pembelajaran CUPs, yaitu

mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pemahaman konsep sendiri. Gunstone

et al., (1999) menunjukkan bahwa 80% siswa kelas pertama dan 100% siswa

kelas kedua menyatakan bahwa kegiatan kerja kelompok dalam model


81

pembelajaran CUPs sangat membantu dalam proses belajar. Proses belajar yang

baik dapat membuat siswa memahami konsep dengan baik dan tercapainya hasil

belajar yang baik.

Peningkatan curiosity siswa yang diberi model pembelajaran Conceptual

Understanding Procedures (CUPs) terbukti lebih efektif dibandingkan siswa yang

diberi model pembelajaran eksperimen. Keefektifan CUPs dalam meningkatkan

curiosity siswa didukung dengan hasil pengujian hipotesis terhadap posttest

curiosoty dan hasil observasi pada Tabel 4.5. dan 4.6. Mills et al., (1999)

memaparkan bahwa siswa memberikan respon positif setelah mendapat

pembelajaran CUPs. Respon positif yang dimaksud yaitu: (1) siswa sangat antusia

dengan kegiatan pembelajaran CUPs, fase kerja individu dan kerja kelompok

membuat siswa menikmati pembelajaran dan bebas untuk bertanya atau

berpendapat, sikap antusias dapat meningkatkan curiosity; (2) siswa merasa

nyaman saat mengikuti pembelajaran, kegiatan kerja kelompok membuat siswa

tidak merasa tegang; (3) siswa memanfaatkan kegiatan diskusi untuk

memodifikasi pengetahuan yang mereka miliki, kegiatan diskusi memfasilitasi

siswa untuk saling bertukar pikiran dan mengkonstruksi pemahaman konsep

mereka; (4) siswa memiliki kesadaran bahwa pemahaman konsep sangat penting,

pembelajaran sains yang baik adalah yang mengutamakan pemahaman konsep,

siswa yang belum memahami sesuatu dapat bertanya untuk menemukan jawaban,

kegiatan bertanya muncul karena curiosity; (5) siswa memiliki kesadaran untuk

memperbaiki cara belajar sains, khususnya sains fisika yang memiliki banyak

konsep dasar, siswa dapat belajar dari berbagai sumber untuk menambah
82

pemahaman konsep yang sudah dimiliki, kegiatan mencari informasi dari berbagai

sumber dapat meningkatkan curiosity siswa; (6) siswa memiliki kesempatan untuk

mengeksplorasi konsep awal yang sudah dimiliki, siswa dapat bereksplorasi

melalui kegiatan eksperimen untuk mengkonfirmasi konsep yang dimiliki,

kegiatan eksplorasi dan eksperimen dapat meningkatkan curiosity siswa.

4.9 Kendala dan Keterbatasan

Fase pertama adalah penyajian demonstrasi sederhana oleh guru untuk

menumbuhkan curiosity siswa. Selanjutnya masing-masing siswa diberi lembar

kerja individu. Siswa ditugaskan untuk menuliskan menjawab dan memberikan

pendapat tentang hasil demonstrasi dan materi yang akan disampaikan. Kelebihan

fase pertama adalah siswa lebih fokus dan antusias pada proses pembelajaran,

sehingga dapat meningkatkan curiosity siswa dan pemahaman konsep pada materi

pemuaian. Kendala yang ditemukan adalah keterbatasan waktu yang digunakan

untuk demonstrasi.

Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja secara berkelompok

dalam kegiatan eksperimen dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok.

Kelebihannya adalah siswa dapat bertukar pikiran untuk menguatkan pemahaman

konsep mereka. Kendalanya adalah masih banyak siswa yang belum mengerti

tentang penyajian hasil kerja kelompok ke dalam kertas A3. Pada pertemuan

pertama belum semua jawaban dapat ditulis di lembar jawab A3. Banyak siswa

yang belum percaya diri dengan hasil diskusi kelompok. Siswa merasa malu jika

jawaban mereka salah. Hampir semua kelompok menulis hasil kerja kelompok
83

dikertas lain sebelum dipindah ke kertas A3, sehingga melebihi waktu yang

direncanakan.

Pada fase ketiga, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.

Fase diskusi dan presentasi kelas membantu guru untuk mengkonfirmasi dan

mengetahui sejauh mana pemahaman yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan

hasil kerja kelompok. Kendalanya adalah terbatasnya waktu presentasi hasil kerja

kelompok pada pertemuan pertama, karena hampir semua kelompok lebih fokus

untuk menulis hasil diskusi dalam kertas A3. Keterbatasan waktu pada pertemuan

pertama menyebabkan belum semua hasil kerja setiap kelompok dapat dibahas.

Pada pertemuan selanjutnya, kendala-kendala tersebut sudah bisa diatasi.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa SMP pada pelajaran

fisika. Peningkatan pemahaman konsep ditunjukkan oleh hasil uji gain

terhadap nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen, hasil yang

diperoleh sebesar 0,67 yang termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan

curiosity siswa ditunjukkan dengan hasil uji gain terhadap skor posttest

peningkatan curiosity, hasil yang diperoleh sebesar 0,21 atau termasuk

kategori rendah.

b. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti

lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam

meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa. Keefektifan model

pembelajaran CUPs untuk meningkatkan pemahaman konsep didukung oleh

hasil uji t satu pihak terhadap nilai posttest pemahaman konsep. Keefektifan

model pembelajaran CUPs untuk meningkatkan curiosity ditunjukkan oleh

hasil uji t satu pihak terhadap hasil angket dan observasi peningkatan

curiosity. Hasi perhitungan menunjukkan > artinya semua

hipotesis yang diajukan diterima.

84
85

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian tentang peningkatan

curiosity, sebaiknya mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan

yang menarik.

2. Guru hendaknya membiasakan siswa dengan kegiatan diskusi, kerja

kelompok, dan presentasi kelas agar dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak

hanya menerima pengetahuan dari guru. Siswa diharapkan terlibat aktif dan

mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai

fasilitator.

3. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat

membantu siswa memahami konsep dengan lebih mudah dan membuat siswa

lebih menikmati pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran

materi lainnya agar siswa lebih mudah memahami konsep materi.


86

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C.T & RifaI, A. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Anwar, Herson. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal
Pelangi Ilmu, 2 (5): 103-113.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara

Binson, Bussakorn. 2009. Curiosity Based Learning (CBL) program. US-China


Education Review, 12 (6):13-22.

Cakir, Mustafa. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science Their


Implication for Science Pedagogy: A Literature Review. International
Journal of Environmental & Science Education, 3 (4): 193-206.

Carin, Arthur A. 1997. Teaching Modern Science. New Jersey: Merrill


Publishing.

Correiro, Elizabeth E; Griffin, Leanne R; & Hart, Peter E. 2008. A Constructivist


Approach to Inquiry-Based Learning: A TUNEL Assay for thr
Detection of Apoptosis in Check Cell. The American Biology Teacher,
70 (8):457-460.

Dirgantara, Y., S. Redjeki, & A. Setiawan. 2008. Model Pembelajaran


Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTS pada Pokok
Bahasan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 2(1) : 87-97.

Gunstone, R., McKrittrick, B., & Mulhall, P. 1999. Structure Cognitive


Discussions in Senior High School Physics: Student and Teacher
Perceptions. Research in Science Education, 29(4): 527-546.

Gunstone, Dick., McKittrick, Brian., & Milhall, Pam. 2009. CUP - A Procedure
for Developing Conceptual Understanding. Prosiding PEEL
Conference. Australia: Monash University.

Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods: A six-


thousand-student survey of mechanics test data for introductory
physics course. American Association of Physics Teacher, 66(1): 64-
74.

Halliday, David., Robert Resnick, dan Jearl Walker. 2001. Fundamentals of


Physics, Sixth Editions. New York: John Wiley & Sons.
87

Indrawati & Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan


Menyenangkan. Bandung: PPPPTK IPA.

Johnson, DW., Johnson & Stanne. 2000. Cooperative Learning Methods: A Meta-
Analysis. Minneapolis: University of Minnesota

Karina Sulistyorini, A., Pujayanto, P., & Yusliana Ekawati, E. (2013). Analisis
Pencapaian Kompetensi Kognitif Tingkatan Aplikasi (C3) dan Analisis
(C4) dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Program
RSBI. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1): 19-26.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.

Mariana, I Made A., & Praginda Wandy. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.
Bandung: PPPPTK IPA.

Mills, D., McKittrick, B., Mulhall, P., & Feteris, S. (1999). CUP: Cooperative
Learning That Works. Physics Education, 34(1): 11-16.

McKittrick & Mulhall. 2007. Using Conceptual Understanding Procedures


(CUPs) in the Teaching of Motion. Online. Tersedia di
www.education.monash.edu.au/research/groups/smte/projects/cups/
[diakses 20-9-2012].

Paoki, RGT. 2011. Implementasi Model Conceptual Understanding Procedures


(CUPs) dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Fisika Siswa. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Parmin, et al. 2012. Bahan Modul Diklat Lab IPA. Semarang: FMIPA UNNES

Reio, Thomas G, Jr; Petrosko, Joseph M; Wiswell, Albert K & Juthamas


Thongsukmag. 2006. The Measurement and Conceptualization of
Curiosity. The Journal of Genetic Psychology, 167 (2): 117-135.

Sintia. 2008. Eksperinen Berbasis Inkuiri dan Eksperiment Berbasis Verifikasi.


Online. Tersedia www.organisasi.org/eksperimen-berbasis-inkuiri-
dan-eksperimen-berbasis-verifikasi [diakses 8-1-2013]

Slavin, Robert E. 1996. Research on Cooperative Learning and Achievement:


What We Know, What We Need to Know. Contemporary Educational
Psychology. 21 (4): 43-69.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


88

________. 2010. Satistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tanel, Zafer & Erol, Mustafa. 2008. Effects of Cooperative Learning on


Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching
Squence. J. Phys. Educ, 2 (2): 124-136.

Tim Penyusun. 2009. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES


PRESS.

Tim Penyusun. 2011. Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel Ilmiah. Semarang:
FMIPA UNNES.

Tippler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Translate by Prasetyo dan Adi.
1998. Jakarta: Erlangga.

Wasis & Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wibowo, F.C., 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Lampiran 1
SILABUS

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Kelas : VII (Tujuh)
Semester :2
Mata Pelajaran : IPA Fisika

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya


Penilaian
Nilai Budaya
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Materi dan Karakter Indikator Bentuk Contoh
Dasar pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Bangsa Instrumen Instrumen

3.3 Melakukan Pemuaian - Rasa ingin - Mengamati - Mengamati - Observasi - Lembar - Amatilah 4 40 Buku IPA
percobaan Zat tahu proses proses observasi domonstrasi Fisika
yang - Kerjasama pemuaian zat pemuaian zat roket alkohol
berkaitan - Komunikatif padat, cair dan padat, cair, yang
dengan - Mandiri gas dan gas disampaikan
pemuain oleh guru
dalam - Melakukan
kehidupan - Melakukan
percobaan
percobaan - Diskusi, - LKS - Apa yang
sehari-hari pemuaian zat terjadi dengan
sederhana eksperime
padat, zat cair, koin tersebut
untuk n
dan zat gas setelah lubang
menunjukka
n terjadinya kuningan
pemuaian zat dipanaskan?
padat, cair,
dan gas
- Perbedaan apa

89
- Mengamati yang terjadi
perbedaan - Diskusi, - LKS antara botol
- Menganalisis proses eksperime yang berisi
muai volume pemuaian n minyak dan
berbagai jenis volume pada botol yang
zat cair pemuaian berisi air
beberapa biasa?
jenis zat cair

- Menerapan
- Mengaplikasika prinsip
n konsep pemuaian zat - Tes - Pilihan
pemuaian dalam tertulis ganda
padat dalam
kehidupan
sehari-hari kehidupan
sehari-hari

- Menunjukka
n penerapan
prinsip
pemuaian zat
cair dalam
kehidupan
sehari-hari

- Menunjukka
n penerapan
prinsip

90
pemuaian zat
gas dalam
kehidupan
sehari-hari

Kudus, Maret 2013


Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105

91
Lampiran 2 92

Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Reliabilitas
Nomor Soal
No. Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 UC-16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
2 UC-20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
4 UC-13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
5 UC-6 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
6 UC-5 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
7 UC-11 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
8 UC-26 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0
9 UC-23 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1
10 UC-17 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
11 UC-18 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
12 UC-4 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0
13 UC-7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 UC-10 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
15 UC-24 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1
16 UC-2 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1
17 UC-15 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
18 UC-12 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
19 UC-25 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
20 UC-1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
21 UC-22 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
22 UC-8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 UC-9 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1
24 UC-19 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1
25 UC-21 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
26 UC-14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
benar 13 20 9 14 7 10 14 7 8 7 8
rxy 0.524 0.444 0.545 0.403 0.469 0.644 0.33 0.41 0.557 0.634 -0.09
Validitas rtabel 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
kriteria valid valid valid valid valid valid tidak valid valid valid tidak
BA 9 12 6 9 6 7 7 5 6 6 4
BB 4 8 3 5 1 3 7 2 2 1 4
Daya JA 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Pembeda JB 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
D 0.385 0.308 0.231 0.308 0.385 0.308 0 0.231 0.308 0.385 0
kriteria cukup cukup cukup cukup cukup cukup jelek cukup cukup cukup jelek
B 13 20 9 14 7 10 14 7 8 7 8
Taraf P 0.5 0.769 0.346 0.538 0.269 0.385 0.538 0.269 0.308 0.269 0.308
Kesukaran sedan muda sedan sedan sedan sedan sedan sedan
kriteria sukar sukar sukar
g h g g g g g g
r11 0.95
Reliabilitas rtabel 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
kriteria karena r11 > rtabel maka instrumen reliabel
Keterangan pakai pakai pakai pakai pakai pakai buang pakai pakai pakai buang
93

Nomor Soal
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1
0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0
0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
9 11 9 5 16 7 4 4 13 16 10 20 19
0.644 0.161 0.467 0.145 0.4 0.492 -0.31 0.647 0.482 0.551 0.677 0.444 0.511
0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
valid tidak valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid valid valid
7 6 7 3 11 6 1 4 8 11 9 12 13
2 5 2 2 5 1 3 0 5 5 1 8 6
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
0.385 0.077 0.385 0.077 0.462 0.385 -0.15 0.308 0.231 0.462 0.615 0.308 0.538
tidak
cukup jelek cukup jelek baik cukup cukup cukup baik baik cukup baik
baik
9 11 9 5 16 7 4 4 13 16 10 20 19
0.346 0.423 0.346 0.192 0.615 0.269 0.154 0.154 0.5 0.615 0.385 0.769 0.731
sedang sedang sedang sukar sedang sukar sukar sukar sedang sedang sedang mudah mudah

0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388

pakai buang pakai buang pakai pakai buang pakai pakai pakai pakai pakai pakai
94

Nomor Soal
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1
1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0
1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1
1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0
1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
23 8 17 9 7 17 20 16 24 18 13 20 20
0.161 0.398 0.446 0.633 0.41 0.237 0.543 0.389 0.26 0.521 -0.06 0.344 0.456
0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
tidak valid valid valid valid tidak valid valid tidak valid tidak tidak valid
12 6 11 9 5 9 13 11 13 11 6 11 12
11 2 6 0 2 8 7 5 11 7 7 9 8
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
0.077 0.308 0.385 0.692 0.231 0.077 0.462 0.462 0.154 0.308 -0.08 0.154 0.308
tidak
jelek cukup cukup baik cukup jelek baik baik jelek cukup jelek cukup
baik
23 8 17 9 7 17 20 16 24 18 13 20 20
0.885 0.308 0.654 0.346 0.269 0.654 0.769 0.615 0.923 0.692 0.5 0.769 0.769
mudah sedang sedang sedang sukar sedang mudah sedang mudah sedang sedang mudah mudah

0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388

buang pakai pakai pakai pakai buang pakai pakai buang pakai buang buang pakai
95

Nomor Soal Y Y2
38 39 40
1 1 1 35 1225
1 0 1 34 1156
1 1 1 33 1089
1 1 0 32 1024
1 0 1 27 729
1 0 0 24 576
1 1 0 22 484
1 0 0 22 484
1 1 0 21 441
1 1 0 20 400
1 0 0 19 361
0 1 0 19 361
1 0 0 19 361
1 1 0 19 361
1 1 0 18 324
1 1 0 16 256
0 0 1 16 256
1 1 0 16 256
0 1 0 15 225
1 1 0 15 225
1 0 0 14 196
0 0 0 13 169
0 0 0 13 169
0 0 0 11 121
1 0 0 11 121
1 0 0 6 36
20 13 5 510 11406
0.382 0.272 0.624 n 26
0.388 0.388 0.388 M 19.615
tidak tidak valid St2 56.09
12 7 4
8 6 1
13 13 13
13 13 13
0.308 0.077 0.231
cukup jelek cukup
20 13 5
0.769 0.5 0.192
mudah sedang sukar

0.388 0.388 0.388

pakai buang pakai


KISI-KISI SOAL PRETEST & POSTTEST

Lampiran 3
A. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
B. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkatan Berpikir
No. Indikator Jumlah
C1 C2 C3 C4
1 Mengamati proses pemuaian zat padat 1 4, 7 3
2 Mengamati proses pemuaian zat cair 14 1
3 Mengamati proses pemuaian gas 15 1
4 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
13 1
terjadinya pemuaian zat padat
5 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
6 1
terjadinya pemuaian cair
6 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
2 1
terjadinya pemuaian gas
7 Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
9 1
pemuaian beberapa jenis zat cair

96
8 Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam
19 3, 16 8, 10, 11 6
kehidupan sehari-hari
9 Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair
17 20 2
dalam kehidupan sehari-hari
10 Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas
12 18 5 3
dalam kehidupan sehari-hari
Jumlah 2 6 4 8 20
Persentasi 10% 30% 20% 40% 100%

97
Lampiran 4 98
SOAL PRETEST DAN POSTTEST
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pelajaran : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Waktu : 40 menit
Petunjuk Umum :
1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang tersedia
2. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada kolom yang tersedia
3. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal
4. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu
5. Bila kamu menjawab soal salah dan ingin memperbaikinya lakukan
sebagai berikut :
Jawaban : a b c d
Pembetulan : a b c d
Petunjuk Khusus :
Berikan tanda silang () pada jawaban yang paling benar.

1. Musschenbroek adalah alat yang 100cm. Pertambahan panjang


digunakan untuk menunjukkan batang aluminium tersebut jika
terjadinya pemuaian. dipanaskan hingga suhunya menjadi
a. Berbagai macam zat 100 oC ( aluminium = 0,000026/
o
b. Volume cairan C) adalah.
c. Panjang zat padat a. 0,182cm
d. Volume gas b. 100,182cm
2. Perhatikan gambar berikut! c. 0,975cm
d. 0,125cm
4. Perhatikan gambar di bawah!
Botol
kosong a
b
Setelah dipanaskan bimetal menjadi :
Air panas
a
Pernyataan yang sesuai dengan b
fenomena di atas adalah. Pada gambar di atas, dua jenis
a. Balon akan meleleh karena logan dibuat menjadi suatu bimetal.
terkena uap panas Berdasarkan gambar tersebut dapat
b. Balon akan membesar kaena disimpulkan bahwa.
udara dalam balon memuai a. Koefisien muai logan a sama
c. Balon akan membesar karena dengan logam b
terkena uap panas b. Koefisien muai logan a lebih
d. Balon tidak mengalami besar dibanding logam b
perubahan c. Koefisien muai logan a lebih
3. Pada temperatur 30oC sebuah kecil dibanding logam b
batang aluminiun memiliki panjang
99

d. Koefisien muai logan a tidak 7. Perhatikan tabel di bawah ini !


sama dengan logam b
5. Sebuah balon berisi 4000cm3 udara Bahan Panjang Koefisien
berada pada ruangan yang bersuhu awal muai
o
25 C. balon tersebut dibawa ke panjang ()
o
suatu tempat yang bersuhu 40 C. Pyrex 1,5 m 0.000032/ oC
Jika koefisien muai volum udara Aluminium 1,5 m 0.000024/ oC
adalah 0,0036/oC. Berapakah Tembaga 2m 0.000017/ oC
volume balon setelah dipanaskan. Besi 2m 0.000012/ oC
a. 4220cm3 Jika masing-masing bahan
3 o
b. 4216cm dipanaskan dari suhu 0 C hingga
c. 4936cm3 100oC, pertambahan panjang karena
d. 4362cm3 proses pemuaian dari yang paling
besar hingga terkecil adalah.
6. Perhatikan gambar di bawah ini! a. Besi, aluminium, tembaga, dan
pyrex
b. Aluminium, besi, pyrex, dan
tembaga
c. Pirex, aluminium, tembaga, dan
Air besi
biasa
d. Tembaga, aluminium, pyrex,
Air panas dan besi
Pada gambar tersebut, terlihat
8. Perhatikan gambar di bawah ini!
sebuah botol yang diberi sedotan
kecil berisi air biasa, di masukkan
ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar
melalaui sedotan kecil tersebut. Hal
apa yang menyebabkan peristiwa
Dimasukka
tersebut.
n ke dalam
a. Air yang ada di dalam botol
air
memuai
b. Air yang ada di dalam botol
mengembun Apabila bagian bawah botol yang
c. Air yang ada di dalam botol diikat dengan tali dimasukkan ke
dalam air, apa yang akan terjadi
menguap
a. Api akan padam karena
d. Air yang ada di dalam botol dicelupkan ke dalam air
mendidih
b. Sumbu akan putus karena
terbakar oleh api
c. Botol akan terbelah menjadi dua
bagian karena mengalami
pemuaian akibat dipanaskan
d. Tidak terjadi perubahan apapun
100

9. Berdasarkan hasil dari kegiatan 12. Peristiwa yang tidak menunjukkan


eksperimen, diperoleh hasil bahwa terjadinya pemuaian gas jika
minyak goreng akan lebih cepat dipanaskan adalah.
memuai dibandingkan dengan air. a. Balon meletus ketikan
Hal tersebut disebabkan karena. dipanaskan di tengah tanah
a. Minyak goreng suhunya lebih lapang
panas dibandingkan air b. Di dalam ruangan yang tidak
b. Koefisien muai volume minyak ber ac, tubuh kita dapat terasa
goreng lebih besar panas
dibandingkan air c. Laying-layang terbang karena
c. Koefisien muai volume minyak angin
goreng lebih kecil dibandingkan d. Ban sepeda yang meletus ketika
air dijemur seharian di bawah terik
d. Koefisien muai volume minyak matahari
goreng sama dengan air 13. Hal yang dapat dilakukan untuk
10. Perhatikan gambar di bawah ini! memasukkan koin ke dalam lubang
kuningan tanpa menggunakan alat
lainnya adalah.

Rp 100

a. Memanaskan koin
b. Memanaskan lubang kuningan
Gambar tersebut menunjukan c. Mamperkecil ukuran koin
peristiwa. d. Memperbesar ukuran lubang
a. Manfaat pemuaian zat padat kuningan
b. Dampak negatif pemuaian zat 14. Pemuaian zat cair tidak bergantung
padat pada.
c. Dampak negatif pemuaiam gas a. Massa zat cair
d. Tekanan zat padat b. Volume zat cair
11. Pernyataan di bawah ini yang bukan c. Koefisien muai volume zat cair
merupakan solusi dari d. Perubahan suhu
permasalahan akibat pemuaian 15. Pernyataan di bawah ini yang dapat
adalah. memperbesar pemuaian volum
a. Membuat celah di antara rel gas.
kereta api a. Memperbesar massa
b. Membuat celah pada ujung b. Memperkecil massa
jembatan beton c. Memperbesar perubahan suhu
c. Memberi celah antara bingkai d. Memperkecil suhu
pada pemasangan jendela kaca 16. Sebuah lempeng kuningan dengan
d. Mengukur suhu tubuh manusia luas 20cm2 memiliki suhu mula-
101

mula 30oC. Kuningan tersebut 19. Perhatikan gambar berikut!


dipanaskan hingga bersuhu 80 oC.
( kuningan = 0,000018/oC),
berapakah luas kuningan saat ini.
a. 20,014cm2
b. 20,114cm2
c. 20,036cm2
d. 20,336cm2
17. Perhatikan gambar di bawah!

Gambar tersebut adalah sambungan


pada jembatan beton, celah tersebut
bertujuan untuk.
a. Mencegah getaran pada
jembatan
b. Menghubungkan kedua jalan
c. Mencegah pemanasan pada
Gambar tersebut memanfaatkan
prinsip kerja. sambungan
a. Pemuaian zat cair d. Mencegah keretakan jalan pada
b. Pemuaian zat padat jembatan jika terjadi pemuaian
c. Pemuaian gas 20. Minyak goreng memiliki koefisien
d. tekanan muai volume sebesar 0,0012/oC.
18. Roket alkohol menggnakan prinsip pada suhu 30oC volume minyak
kerja. goreng adalah 1 liter. Berapakan
volum minyak goreng setelah
suhunya dinaikkan menjadi 90
o
C. liter.
a. 0,072
b. 1,082
c. 1,076
d. 1,072

Good Luck
a. Pemuaian gas
b. Pemuaian zat padat
c. Pemuaian zat cair
d. Menyublim
Lampiran 5 102
KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST & POSTTEST
No Soal Pembahasan
.
1 Musschenbroek adalah alat yang digunakan Musschenbroek merupakan
untuk mengetahui adanya pemuaian. alat yang digunakan untuk
Jawaban : c. panjang zat padat mengetahui adanya
pemuaian panjang pada zat
padat.
2 Perhatikan gambar berikut! Ketika botol kosong (berisi
udara) dipanaskan, udara
yang ada di dalam botol
Botol akan mengalami pemuaian,
kosong sehingga volume udara
dalam botol akan mengalami
pertambahan dan akan balon
Air panas akan mengembang, sehingga
balon akan bertambah
Pernyataan yang sesuan dengan fenomena volumenya
di atas adalah.
Jawaban : b. balon akan memperbesar
karena udara di dalam balon mengalami
pemuaian
3 Pada temperatur 30oC sebatang aluminium Ditanyakan pertambahan
memiliki panjang 125 cm. berapakan panjang aluminium..
pertambahan panjang aluminium, jika =
suhunya dinaikkan menjadi 100 oC ( =
aluminium = 0,000026/ oC) 125 0.000026 (100
Jawaban : a. 0.2275cm 30)
= 0.2275
4 Perhatikan gambar di bawah! Kedua logam tersebut
a dihubungkan (bimetal), jika
logam tersebut dipanaskan
maka kedua logam tersebut
akan memuai, karena
a koefisien muai panjang
b logam a lebih besar
Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat disbanding logam b,
menjadi suatu bimetal. Berdasarkan gambar sehingga logam a akan lebih
tersebut dapat disimpulkan bahwa. cepat memuai dibandingkan
Jawaban : b. koefisien muai panjang logam logam b, sehingga bimetal
a lebih besar dari logam b tersebut akan melengkung
103

5 Sebuah balon berisi 4000cm3 udara berada Ditanyakan volume balon


pada ruangan yang bersuhu 25oC. balon setelah dipanaskan..
tersebut dibawa ke suatu tempat yang = (1 + )
bersuhu 40oC. Jika koefisien muai volum = 4000(1 +
udara adalah 0,00367/oC, berapakah volume 0.00367 (40 25)
balon saat ini = 4220,23
Jawaban : b. 4220,2cm3
6 Perhatikan gambar di bawah ini! Air panas akan membuat air
yang bersuhu normal yang
berada di dalam botol
mengalami kenaikan suhu,
sehingga air tersebut akan
memuai. Pertambahan
Air volume air yang terjadi akan
biasa membuat air tersebut
tumpah (keluar dari sedotan
Air panas
kecil tersebut)
Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol
yang diberi sedotan kecil berisi air biasa, di
masukkan ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar melalaui
sedotan kecil tersebut. Hal apa yang
menyebabkan peristiwa tersebut
Jawaban : a. Air yang ada di dalam botol
memuai
7 Perhatikan tabel di bawah ini ! Pyrex
=
Bahan Panjang Koefisien =
awal muai panjang 1.5 0.000032 (120 0)
() = 0.00576m
Aluminium
Pyrex 1,5 m 0.000032/ oC
=
Aluminium 1,5 m 0.000024/ oC =
Tembaga 2m 0.000017/ oC 1.5 0.000024 (120 0)
Besi 2m 0.000012/ oC = 0.0045m
Tembaga
Jika masing-masing bahan dipanaskan dari =
suhu 0oC hingga 100oC, pertambahan = 2 0.000017 (120
panjang karena proses pemuaian dari yang 0)
paling besar hingga terkecil adalah. = 0.00408m
Jawaban : c. pyrex, aluminium, tembaga, Besi
besi =
= 2 0.000012 (120
0)
= 0.00288m
104

8 Perhatikan gambar di bawah ini! Saat dimasukkan ke dalam


air, bagian atas botol masih
mengalami pemuaian tetapi
bagian bawah tidak
mengalami pemuaian,
sehingga terjadi perubahan
Dimasukka luas bagian dalam dan luar
n ke dalam botol pada botol bagian atas
air dan bawah, sehingga botol
akan menjadi 2 bagian.
Apabila bagian bawah botol yang diikat
dengan tali dimasukkan ke dalam air, apa
yang akan terjadi
Jawaban : c. Botol akan terbelah menjadi
dua bagian karena mengalami pemuaian
akibat dipanaskan
9 Berdasarkan hasil dari kegiatan eksperimen, Alkohol memiliki koefisien
diperoleh hasil bahwa minyak goreng akan muai volume yang lebih
lebih cepat memuai dibandingkan dengan besar dibandingkan air,
air. Hal tersebut disebabkan karena. sehingga alkohol lebih cepat
Jawaban : b. Koefisien muai volume mamuai dibandingkan
minyak goreng lebih besar dibandingkan air dengan air
10 Perhatikan gambar di bawah ini! Fenomena tersebut
merupakan salah satu
dampak negative pemuaian,
jika gelas kaca mengalami
perubahan suhu secara tiba-
tiba, gelas tersebut akan
mengalami pemuaian secara
cepat (pada bagian dalam
gelas), sehingga luas
permukaan bagian dalam
Gambar tersebut menunjukan peristiwa. akan bertambah lebih cepat
Jawaban : dampak negative pemuaian zat dibandingkan dengan bagian
padat permukaan luar, sehingga
gelas tersebut akan pecah
11 Pernyataan di bawah ini yang bukan Pernyataan a c adalah
merupakan solusi dari permasalahan akibat solusi dari permasalahan
pemuaian adalah. akibat pemuaian, sedangkan
Jawaban : d. mengukur suhu tubuh manusia pernyataan d adalah manfaat
dari pemuaian
12 Peristiwa yang tidak menunjukkan Pada peristiwa terbangnya
terjadinya pemuaian gas jika dipanaskan layang-layang tidak
adalah. menggunakan prinsip kerja
Jawaban: c. layang-layang terbang karena pemuaian
tertiup angin
105

13 Hal yang dapat dilakukan untuk Apabila lubang kuningan


memasukkan koin ke dalam lubang tersebut dipanaskan, maka
kuningan tanpa menggunakan alat lainnya kuningan tersebut akan
adalah. memuai dan uang koin
tersebut dapat memasuki
Rp 100
kuningan gtersebut

Jawaban : b. memanaskan lubang kuningan


14 Pemuaian zat cair tidak bergantung pada. Massa tidak mengalami
Jawaban : a. massa zat cair perubahan saat benda
dipanaskan
15 Pernyataan di bawah ini yang dapat Ketika kenaikan suhunya
memperbesar pemuaian volum gas. diperbesar, maka pemuaian
c. memperbesar perubahan suhu volume akan menjadi lebih
besar
16 Sebuah lempeng kuningan dengan luas = (1 + )
16cm2 memiliki suhu mula-mula 30oC. =
Kuningan tersebut dipanaskan hingga 16[1 + 0,000018 (80
bersuhu 80oC. ( kuningan = 0,000018/oC), 30)]
berapakah luas kuningan saat ini. = 16,0288cm2
Jawaban : c. 16,0288cm2
17 Perhatikan gambar di bawah! Thermometer menggunakan
prinsip kerja pemuaian zat
cair

Gambar tersebut memanfaatkan prinsip


kerja.
Jawaban : a. pemuaian zat cair
18 Roket alkohol menggnakan prinsip kerja. Apabila alkohol dipanaskan,
maka udara dalam botol
akan menjadi panas dan
mengalami pemuaian,
sehingga udara dalam botol
akan mengalami
pertambahan volume dan
menekan keluar, sehingga
botol dapat meluncur

Jawaban : a. pemuaian gas


106

19 Perhatikan gambar berikut! Untuk mencegah dampah


negatif pemuaian zat padat

Gambar tersebut adalah sambungan pada


jembatan beton, celah tersebut bertujuan
untuk.
Jawaban : d. Mencegah keretakan jalan
pada jembatan jika terjadi pemuaian
20 Kerosene(minyak tanah) memiliki koefisien = (1 + )
muai volume sebesar 0,0012/oC. pada suhu = 1[1 + 0,0012 90
30oC volume gliserin adalah 1 liter. 30]
Berapakan volum kerosen setelah suhunya = 1,072liter
dinaikkan menjadi 90 oC. liter
Jawaban : d. 1,072
Lampiran 6 107

INDIKATOR CURIOSITY

C. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
D. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
No. Indikator Curiosity
1 Antusias mencari jawaban pada tahap kerja kelompok
2 Fokus pada objek yang diamati
3 Fokus saat kegiatan eksperimen
4 Menanyakan setiap langkah kegiatan
5 Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pemuaian
6 Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa
yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi
pemuaian
Lampiran 7 108

KISI-KISI LEMBAR ANGKET CURIOSITY SISWA

E. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
F. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
Nomor butir
No. Indikator Curiosity
Positif Negatif
1 Antusias mencari jawaban 4, 13 16
2 Perhatian (fokus) pada objek yang diamati 1, 3, 6 2
3 Antusias pada proses sains 7, 11 5, 8,
4 Menanyakan setiap langkah kegiatan 9 10
5 Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran 12 15
6 Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa
yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi 14
pemuaian
Jumlah 10 6

Keterangan skor pernyataan:


Positif Negatif
SS (Sangat Setuju) :4 SS (Sangat Setuju) :1
S (Setuju) :3 S (Setuju) :2
TS (Tidak Setuju) :2 TS (Tidak Setuju) :3
STS (Sangat Tidak Setuju) :1 STS (Sangat Tidak : 4
Setuju)
Nilai yang diperoleh:
( )
= 100%
( )
Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut (Arikunto, 2002: 245):
80% P 100% = baik sekali
66% P 79% = baik
56% P 65% = cukup
40% P 55% = kurang
P 39% = gagal
KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI CURIOSITY SISWA

Lampiran 8
A. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
No Indikator Curiosity Skor Kriteria
1 Antusias mencari jawaban 4 - Aktif mencari jawaban dari beberapa sumber (LKS sekolah, buku referensi, internet)
pada tahap kerja kelompok dan berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
3 - Mencari jawaban dari beberapa sumber (LKS sekolah, buku referensi) dan jarang
berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
2 - Kurang aktif mencari jawaban dari beberapa sumber (hanya dari LKS sekolah) dan
jarang berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
1 - Tidak mau mencari jawaban dan tidak berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
menemukan jawaban
2 Fokus pada objek yang 4 - Memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil
diamati sesuai dengan yang diharapkan
3 - Memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil
kurang sesuai dengan yang diharapkan

109
2 - Kurang memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan
memperoleh hasil kurang sesuai dengan yang diharapkan
1 - Tidak memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh
hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan
3 Fokus saat kegiatan 4 - Memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok
eksperimen dengan baik/ tidak bermain-main saat melakukan eksperimen
3 - Memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok
dengan kurang baik/ terkadang masih senang bermain saat kegiatan eksperimen
2 - Kurang memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara
berkelompok dengan kurang baik
1 - Tidak memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok
tidak sesuai prosedur
4 Menanyakan setiap langkah 4 - Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman mengenai prosedur kerja kelompok dan
kegiatan pertanyaan yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
3 - Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman mengenai prosedur kerja kelompok dan
pertanyaan yang disampaikan kurang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
2 - Mengajukan pertanyaan hanya pada teman mengenai prosedur kerja kelompok
1 - Tidak pernah mengajukan pertanyaan pada guru maupun teman mengenai prosedur

110
kerja kelompok
5 Bertanya kepada guru dan 4 - Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman untuk memperoleh penjelasan
teman tentang materi pemuaian mengenai materi pemuaian serta pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi
3 - Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman untuk memperoleh penjelasan
mengenai materi pemuaian serta pertanyaan yang diberikan kurang sesuai dengan
materi
2 - Hanya bertanya kepada teman untuk memperoleh penjelasan mengenai materi
pemuaian
1 - Tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada guru maupun teman
6 Mengajukan pertanyaan 4 - Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta apa yang disampaikan tepat baik
mengenai peristiwa yang dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas
pernah diamati yang 3 - Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta apa yang disampaikan kurang tepat
berhubungan dengan materi baik dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas
pemuaian 2 - Kurang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, namun pernah melakukannya
walau hanya sekali.
1 - Tidak aktif bertanya dan tidak pernah mengemukakan pendapat dalam kegiatan
kelompok maupun diskusi kelas

111
Lampiran 9 112

LEMBAR SKALA Nama : Kelas : No. Absen :

SIKAP

Aspek Siswa : Curiosity (Rasa Ingin Tahu)


Waktu : 15 menit
Petunjuk
1. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan
berpengaruh terhadap reputasi maupun nilai Kamu di sekolah ini
(silakan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya
berdasarkan pikiran Kamu dan sesuai dengan yang Kamu alami).
2. Tulislah nama dan nomor urut Kamu di sudut kanan atas pada
lembar jawaban.
3. Bacalah setiap nomor dengan seksama.
4. Tuliskan pendapat Anda terhadap setiap pernyataan dengan cara
memberikan tanda centang/check ( ) pada kolom yang sesuai.
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pertanyaan SS S TS STS


1 Saya merasa materi fisika sangat menarik
dan menumbuhkan rasa ingin tahu
karena banyak berkaitan dengan
kejadian di lingkungan sekitar
2 Saya tidak tertarik pada pelajaran fisika,
karena membosankan dan berupa
rumus-rumus
3 Pembelajaran fisika dengan diawali
demonstrasi membuat saya semakin
tertarik pada pelajaran fisika
4 Pemberian demonstrasi tentang salah
satu materi yang akan disampaikan
dapat membuat saya semakin penasaran
mengenai materi yang akan disampaikan
5 Saya lebih senang diterangkan daripada
kegiatan eksperimen dan kerja kelompok
113

6 Kurang memperharikan kegiatan saat


pelajaran dapat membuat pelajaran fisika
menjadi sulit
7 Saya sangat senang dengan kegiatan
eksperimen karena dapat memperjelas
materi fisika yang sedang dipelajari
8 Kegiatan eksperimen menurut saya
sangat membosankan, karena hanya
membuang-buang waktu saja
9 Saya selalu bertanya kepada guru ketika
tidak mengerti mengenai langkah kerja
saat kegiatan kelompok
10 Saya lebih senang diam dan membiarkan
teman satu kelompok yang melakukan
kerja kelompok
11 Kegiatan diskusi kelas dapat
meningkatkan ketertarikan saya dalam
pembahasan materi fisika
12 Saya selalu ingin bertanya pada guru
mengenai penjelasan guru yang belum
saya mengerti
13 Mencari artikel di internet dapat
menambah wawasan dan informasi saya
mengenai materi pelajaran di sekolah
14 Saya selalu menanyakan penerapan
materi pelajaran yang disampaikan pada
kehidupan sehari-hari
15 Saya lebih senang mengerjakan tugas
sendiri dari pada berdiskusi dengan
teman
16 Saya mencari acara televisi lainnya ketika
channel yang saya saksikan sedang
menayangkan program pengetahuan

terimakasih
Lampiran 10 114

NILAI ULANGAN AKHIR SEMESTER

Mata Pelajaran :IPA


Kelas/Semester : VII/ 1
Tahun Pelajaran : 2012/2013

NILAI UJIAN TENGAH


No. Absen
SEMESTER
7A 7B 7C 7D
1 86 88 87 85
2 86 88 82 90
3 87 87 83 88
4 88 83 87 85
5 89 84 81 88
6 86 90 86 85
7 86 86 83 84
8 80 88 86 91
9 86 85 86 90
10 90 87 86 83
11 84 85 83 84
12 86 85 90 87
13 83 84 83 89
14 87 85 88 82
15 85 90 92 85
16 91 89 84 84
17 85 85 89 90
18 86 87 80 83
19 86 84 84 86
20 86 80 90 85
21 88 90 80 87
22 87 83 86 84
23 91 86 83 85
24 81 80 87 81
25 83 83 89 83
26 90 84 85 80
27 85
28 83
Rata-rata 86.11 85.62 85.38 85.54
Varians 7.28 7.53 10.01 8.50
Lampiran 11 115

UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7A

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 91.00 Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00 Rata-rata 86.11
Rentang 11 s 2.70
Banyak Kelas 6 n 28

Batas Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)


Kelas Interval Ei Oi
Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Ei
80 - 81 79.50 -2.45 0.49 0.03 0.94 2 1.20
82 - 83 81.40 -1.74 0.46 0.11 3.06 3 0.00
84 - 85 83.31 -1.04 0.35 0.22 6.17 4 0.76
86 - 87 85.21 -0.33 0.13 0.28 7.72 12 2.37
88 - 89 87.12 0.37 0.15 0.21 5.99 3 1.49
90 - 91 89.02 1.08 0.36 0.12 3.28 4 0.16
92 - 93 91.50 2.00 0.48 0.48
2 = 5.99

Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh c tabel


= 11.07

5.99 11.07

Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
116
UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7B

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 90.00 Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00 Rata-rata 85.62
Rentang 10 s 2.74
Banyak Kelas 6 n 26

Batas Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)


Kelas Interval Ei Oi
Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Ei
80 - 81 79.50 -2.23 0.49 0.04 1.22 2 0.50
82 - 83 81.26 -1.59 0.44 0.12 3.26 3 0.02
84 - 84 83.03 -0.94 0.33 0.21 5.86 9 1.69
85 - 86 84.79 -0.30 0.12 0.25 7.06 5 0.60
87 - 88 86.56 0.34 0.13 0.20 5.71 4 0.51
89 - 90 88.32 0.99 0.34 0.11 3.09 3 0.00
91 - 91 90.08 1.63 0.45 0.45
2 = 3.32

Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

3.32 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
117

UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7C

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
2 =
i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 92.00 Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00 Rata-rata 85.38
Rentang 12 s 3.16
Banyak Kelas 6 n 26

Z untuk (Oi-
Batas Peluang Luas
Kelas Interval batas Ei Oi Ei)
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
80 - 81 79.50 -1.86 0.47 0.09 2.39 3 0.16
82 - 83 81.62 -1.19 0.38 0.18 5.15 6 0.14
84 - 85 83.73 -0.52 0.20 0.26 7.21 3 2.46
86 - 87 85.85 0.15 0.06 0.23 6.56 8 0.32
88 - 90 87.97 0.82 0.29 0.14 3.88 3 0.20
91 - 92 90.08 1.49 0.43 0.05 1.49 3 1.54
93 - 94 92.20 2.15 0.48 0.48
2 = 4.81

Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel =


11.07

4.81 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
118

UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7D
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 91.00 Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00 Rata-rata 85.54
Rentang 11 s 2.92
Banyak Kelas 6 n 26
Z untuk (Oi-
Batas Peluang Luas
Kelas Interval batas Ei Oi Ei)
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
80 - 81 79.50 -2.07 0.48 0.06 1.70 2 0.05
82 - 83 81.44 -1.41 0.42 0.15 4.19 4 0.01
84 - 85 83.38 -0.74 0.27 0.24 6.74 10 1.58
86 - 87 85.32 -0.07 0.03 0.25 7.07 3 2.34
88 - 89 87.26 0.59 0.22 0.17 4.84 3 0.70
90 - 91 89.20 1.26 0.40 0.08 2.16 4 1.57
92 - 93 91.14 1.92 0.47 0.47
2 = 6.25

Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel =


11.07

6.25 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
Lampiran 12 119

UJI HOMOGENITAS POPULASI

Pengujian Hipotesis
Hipotesis :
Ho : 1 = 2 = 3 =
Ha : 1 2 3

Kriteria :
Ho diterima jika, 2hitung < 2tabel

2(1-)(k-
1)

dk = (dk) (dk) log


Kelas ni ni1 si2 si2 log si2 si2
VIII-A 28 27 7.28 196.68 0.86 23.28
VIII-B 26 25 7.53 188.15 0.88 21.91
VIII-C 26 25 10.01 250.15 1.00 25.01
VIII-D 26 25 8.50 212.46 0.93 23.23

Jumlah 106 102 33.32 847.45 3.67 93.44

(ni 1) si2 B = (log s2) (ni )


s2 =
(ni 1)
B = (log 8,308) (102)
847.45
s2 =
102 B = 93.790

s2 = 8.308

2 = (ln 10) {B (ni 1) log si2}

2 = 0.809
Untuk = 5% dengan dk = k-1 = 4-1 = 3 diperoleh 2tabel = 7.815
Karena 2hitung < 2tabel
Jadi, populasi mempunyai varians yang sama
(homogen)

0.809 7,815
Lampiran 13 120

Lembar Kerja Individu


Pemuaian Zat Padat
Masalah : waktu : 15 menit

Gambar a
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan!
1. Suatu ketika, jika kita ingin memasukkan barang berukuran lebih besar
dibandingkan lubang pada mulut botol, langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan kegiatan pada gambar a. Setelah tali dibakar bagian bawah botol
dimasukkan ke dalam air dan botol akan terbelah. Menurutmu apa yang
menyebabkan peristiwa tersebut? Jelaskan pendapatmu!




2. Pada siang hari yang sangat panas, kabel litrik yang ada di tepi jalan terlihat
melengkung padahal pada malam hari kabel tersebut terlihat lurus. Mengapa
hal tersebut dapat terjadi?


Rp 100

logam
Gambar b
121

3. Dengan memperhatikan gambar b, hal apa yang dapat dilakukan agar koin
tersebut dapat memasuki lubang kuningan tersebut? Berikan pendapatmu!


Rp 100

logam

Gambar c

4. Berdasarkan hal yang dilakukan sesuai dengan gambar c, kemungkinan apa


yang bisa terjadi pada koin ketika dimasukkan ke dalam lubang tersebut?
Kemukakan pendapat kalian!


no success without effort





122

Lembar Kerja Individu


Pemuaian Zat Cair
Masalah : waktu : 15 menit
Perhatikanlah penjelasan yang disampaikan oleh Guru di depan kelas mengenai
termometer!

Gambar a
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan!
1. Apa kegunaan dari thermometer?


2. Zat apa yang ada didalam thermometer?


3. Bagaimana prinsip kerja thermometer? Jelaskan dengan konsep fisika yang
kamu pahami!


Air minyak

Air panas

Gambar b
123

4. Perhatikan gambar b, apa yang akan terjadi pada air dan minyak apabila botol
yang berisi air dan minyak dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air
panas? Kemukakan pendapatmu dan berikan alasannya!



5. Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi air dan botol yang berisi
minyak? Kemukakan pendapatmu dan berikan alasannya!


no success without effort





124

Lembar Kerja Individu


Pemuaian Gas
Masalah : waktu : 15 menit
Perhatikanlah penjelasan yang disampaikan oleh Guru di depan kelas mengenai
roket alkohol!

Gambar a
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan!
1. Setelah memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh Guru dengan roket
alkohol, bagaimana kalian dapat menjelaskan roket tersebut dapat meluncur?
Jelaskan sesuai dengan pengetahuan yang kalian miliki!



2. Apa yang terjadi pada udara yang ada di dalam roket tersebut?

Botol
koson
g
Air panas

Gambar b
125

3. Perhatikan gambar b, apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang
pada botol kosong, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam
baskom berisi air panas?


4. Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Apa yang
terjadi? Kemukakan hipotesis (jawaban sementara) kalian dan berikan
alasannya!


no success without effort





Lampiran 14 126

Lembar Kerja Kelompok


Pemuaian Zat Padat
Kelompok : waktu : 30 menit
Kelas :

Bahan
Kegiatan 1
1. Uang koin 1 buah
2. Lempeng kuningan 1 buah
3. Pembakar spiritus 1 buah
4. Penjepit kayu 1 buah

Kegiatan 2
1. Gambar sambungan pada rel kereta api

Permasalahan
1. Dapatkah kamu memasukkan uang koin kedalam lubang yang lebih sempit tanpa
mengubah ukuran lubang atau koin tersebut?

2. Pada sambungan rel kereta api, mengapa pada sambungan tersebut diberi sedikit celah?

Prosedur Kerja Kelompok
Kegiatan 1
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:

Rp 100

a) Letakkan uang logam diatas lubang kuningan yang telah diberi penjepit kayu, kemudian
coba masukkan koin ke dalam lubang yang lebih sempit tersebut (lihat gambar). Apakah
koin tersebut dapat memasuki lubang logam kuningan tersebut?
(1)
127

b) Ambil koin tersebut dari lubang kuningan, kemudian panaskan kuningan tersebut dengan
pembakar spiritus (pembakaran 2 menit). Masukkan kembali koin tersebut ke dalam
lubang kuningan. (lakukan beberapa kali dan berhati-hatilah).

c) Apa yang terjadi dingan koin tersebut setelah kuningan dipanaskan? Jelaskan
jawabannya!
(2)

Kegiatan 2
Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, amatilah gambar berikut:

a) Mengapa pada sambungan rel kereta api tersebut diberikan sedikit celah?
(3)
b) Menurut kalian, apa yang terjadi jika pada sambungan rel tersebut tidak diberikan sedikit
celah? Jelaskan jawaban kalian menurut konsep fisika yang kalian pahami!
(4)
128

c) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil kegiatan tersebut?


(5)
Pertanyaan diskusi!
- Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut
pada lembar yang telah disediakan!
- Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan satu contoh lain
dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan konsep tersebut serta jelaskanlah
penerapan konsepnya! (6)
129

Lembar Kerja Kelompok


Pemuaian Zat Cair
Kelompok : waktu : 30 menit
Kelas :

Bahan
Kegiatan 1
1. Botol kecil 2 buah
2. Sedotan kecil 2 buah
3. Air 1 botol
4. Minya goreng 1 botol
5. Baskom 1 buah
6. Air panas secukupnya
Kegiatan 2
Peristiwa merebus air
Permasalahan
1. Bagaimana caranya untuk mengeluarkan cairan yang ada di dalam botol tampa harus
membuka botol atau menyedot cairan tersebut?

2. Saat merebus air atau memasak sayur yang terlalu penuh, air dapat tumpah. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi?

Prosedur Kerja Kelompok
Kegiatan 1
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:

Air Minyak
goreng

a) Masing-masing botol yang telah disediakan diisi degan air yng diberi warna merah dan
botol yang lain dengan minyak goreng, tutup kedua botol dengan sumbat karet yang telah
dilubangi bagian tengahnya serta masukkan sedotan kecil ke dalam lubang botol tersebut!
130

Coba balik botol tersebut apakan cairan yang ada di dalam botol dapat tumpah?
(1)
b) Coba letakkan kedua botol ke dalam wadah yang berisi air panas? Amati perubahan yang
terjadi!
(2)
c) Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air
biasa? Berikan pendapat kalian dan tuliskan alasannya!
(3)

Air minyak

Air panas

Kegiatan 2
Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, amatilah peristiwa berikut:
Merebus air dalam keadaan penuh
d) Ketika merebus air atau sayur dalam panci dengan keadan air yang sangat penuh, jika air
telah mendidih maka akan terjadi air tumpah dan membuat tutup terangkat. Menurut
kalian apa yang terjadi pada air tersebut? Kemukakan pendapat kalian dan berikan
alasannya sesuai dengan konsep fisika yang kalian pahami!
(4)
e) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil pegamatan tersebut?
(5)
Pertanyaan diskusi!
- Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut
pada lembar yang telah disediakan!
- Berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip
pemuaian zat cair! (6)
131

Lembar Kerja Kelompok


Pemuaian Gas
Kelompok : waktu : 30 menit
Kelas :

Bahan
Kegiatan 1
7. Botol 1 buah
8. Balon 1 buah
9. Baskom 1 buah
10. Air panas secukupnya
Kegiatan 2
- Balon
Permasalahan
1. Bagaimana caranya untuk meniup balon tanpa kita tiup atau menggunakan pompa?

2. Apa yang akan terjadi pada balon apabila dipanaskan?

Prosedur Kerja Kelompok
Kegiatan 1
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:

Botol
kosong Botol
kosong

Air panas Air panas

a) Perhatikan gambar di atas, apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang pada
botol kosong besar dan kecil, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam
baskom berisi air panas?
(1)
b) Apa perbedaan yang terjadi pada kedua botol setelah direndam dalam air panas selama 2
132

menit?
(2)
c) Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Apa yang terjadi?
Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya!
(3)

Kegiatan 2
Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, perhatikan kegiatan berikut!

Balon

(dilakukan oleh guru/ demonstrasi)


d) Apa yang terjadi jika balon tersebut dipanaskan? Jelaskan mengapa hal tersebut dapat
terjadi!
(4)
e) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil pegamatan tersebut?
(5)

Pertanyaan diskusi!
- Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut
pada lembar yang telah disediakan!
- Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep pemuaian gas serta jelaskanlah
penerapan konsepnya! (sebutkan kerugian dan manfaat dari proses pemuaian gas
dalam kehidupan sehari-hari) (6)
Lampiran 15 133

Lembar Kerja Kelompok


Pemuaian Zat Padat
Kelompok : waktu : 20 menit
Kelas :
Anggota :



Bahan
1. Uang koin 1 buah
2. Lempeng kuningan 1 buah
3. Pembakar spiritus 1 buah
4. Penjepit kayu 1 buah

Prosedur Kerja Kelompok

Rp 100

d) Letakkan uang logam diatas lubang kuningan yang telah diberi penjepit kayu, kemudian
coba masukkan koin ke dalam lubang yang lebih sempit tersebut (lihat gambar). Apakah
koin tersebut dapat memasuki lubang logam kuningan tersebut dengan mudah?
(1)
e) Ambil koin tersebut dari lubang kuningan, kemudian panaskan kuningan tersebut dengan
pembakar spiritus (pembakaran 2 menit). Masukkan kembali koin tersebut ke dalam
lubang kuningan. (lakukan beberapa kali dan berhati-hatilah).

f) Apa yang terjadi dengan koin tersebut setelah kuningan dipanaskan? Jelaskan
jawabannya!
(2)
134

g) Setelah beberapa saat biarkan suhu kuningan kembali ke keadaan awal, kemudian coba
masukkan kembali koin tersebut, apa yang terjadi? Jelaskan pendapat kalian!

(3)
h) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil
pengamatan kalian!

(4)
i) Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep pemuaian zat padat serta jelaskanlah
penerapan konsepnya!


(5)
135

Lembar Kerja Kelompok


Pemuaian Zat Cair
Kelompok : waktu : 20 menit
Kelas :
Anggota :



Bahan
1. Botol kecil 2 buah
2. Sedotan kecil 2 buah
3. Air 1 botol
4. Minya goreng 1 botol
5. Baskom 1 buah
6. Air panas secukupnya

Prosedur Kerja Kelompok

Air Minyak
goreng

a) Isilan dua buah botol, botol pertama air biasa yang telah diberi warna merah, dan botol
kedua dengan minyak goreng.
b) Masing-masing botol yang telah disediakan diisi degan air yang diberi warna merah dan
botol yang lain dengan minyak goreng, tutup kedua botol dengan sumbat karet yang telah
dilubangi bagian tengahnya serta masukkan sedotan kecil ke dalam lubang botol tersebut!
Coba balik botol tersebut apakan cairan yang ada di dalam botol dapat tumpah?
(1)
c) Coba letakkan kedua botol ke dalam wadah yang berisi air panas? Amati perubahan yang
terjadi!
136

Air minyak

Air panas



d) Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air
biasa? Berikan pendapat kalian dan tuliskan alasannya!


(2)
e) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil
pengamatan kalian!


(3)
f) Berikan beberapa contoh penerapan peristiwa yang kalian amati dalam kehidupan sehari-
hari! (sebutkan manfaat dan kerugiannya)


(4)
137

Lembar Kerja Kelompok


Pemuaian Gas
Kelompok : waktu : 20 menit
Kelas :
Anggota :



Bahan
1. Botol 1 buah
2. Balon 1 buah
3. Baskom 1 buah
4. Air panas secukupnya

Prosedur Kerja Kelompok

Botol
kosong
Botol
kosong
Air panas
Air panas

a) Tutupkan balon pada lubang atas botol kosong (botol besar dan kecil).
b) Masukkan botol kosong yang telah ditutup dengan balon tersebut ke dalam wadah yang
berisi air panas.
c) Amati selama beberapa waktu, perhatikan perubahan yang terjadi. Apa yang terjadi pada
balon jika balon tersebut dipasang pada botol kosong, kemudian botol kosong tersebut
dimasukkan ke dalam baskom berisi air panas?

(1)
d) Apakah terjadi perbedaan antara botol kecil dan botol besar? Jika terjadi perbedaan
jelaskan mengapa bisa demikian!
138


(2)
e) Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Perubahan apa yang
terjadi? Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya!

(3)
f) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil
pengamatan kalian!


(4)
g) Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep yang sesuai dengan hasil pengamatan
serta jelaskanlah penerapan konsepnya! (sebutkan kerugian dan manfaat dari proses
pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari)


(5)
Lampiran 16 139

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan :I
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan
demonstrasi yang dilakukan guru
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat padat dari
kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
140

Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk


menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Hampir semua benda akan mengalami pemuaian jika dipanaskan.
Beberapa zat seperti air dan bismuth akan mengalami penyusutan pada
suhu tertentu ketika dipanaskan, tetapi pada umumnya benda ketika
dipanaskan akan mengalamu tiga kemungkinan yaitu, suhunya bertambah,
memuai, dan mengalamu perubahan bentuk. Pemuaian dapat diartikan
sebagai bertambahnya ukuran suatu benda karena dipanaskan tetapi
massanya tetap. Terdapat tiga macam pemuaian yaitu, pemuaian zat
padat, zat cair, dan gas.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Pemuaian Panjang
Alat yang digunakan untuk menghitung pemuaian panjang dinamakan
Mussechenbroek. Pada proses pemuaian panjang, masing-masing
benda memiliki koefisien muai panjang yang berbeda-beda bergatung
pada jenis bahannya. Faktor yang memperngaruhi pertambahan
panjang pada muai panjang adalah
1. Panjang awal
2. Perubahan suhu
141

3. Koefisien muai panjang


Koefisien muai panjang suatu zat didefinisikan sebagai faktor yang
berpengaruh pada pertambahan panjang zat padat ketika
temperaturnya naik sebesar 1oC.

1 = panjang benda sebelum dipanaskan

= panjang benda setelah dipanaskan


2

Keterangan:
Pertambahan panjang:
= panjang awal (m)
= . .
= pertambahan panjang (m)
Panjang akhir setelah dipanaskan:
= koefisien muai panjang(/oC)
= +
= panjang akhir (m)
= 2 1 = perubahan suhu (oC)
1 = suhu awal ( oC)
b) Pemuaian Luas
2 = suhu akhir (oC)
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas

1
2
Keterangan:
Pertambahan luas: = luas awal (m2)
= . . = pertambahan luas (m2)
= 2 = koefisien muai luas(/oC)
= 2 1 = perubahan suhu (oC)
1 = suhu awal ( oC)
2 = suhu akhir (oC)
142

c) Pemuaian Volume
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
Pertambahan luas: Keterangan:
= . . = luas awal (m3)
= 3 = pertambahan luas (m3)
= koefisien muai luas(/oC)
= 2 1 = perubahan suhu (oC)
1 = suhu awal ( oC)
2 = suhu akhir (oC)

F. Model dan Metode Pembelajaran


1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
- Lubang kuningan
- Pembakar spiritus
- Uang logam
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Kegiatan Belajar Mengajar
Alokasi Aspek yang
Kegiatan
Waktu dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL 10 menit
a. Pembuka - Memperhatikan
143

Guru membuka pelajaran dengan guru


mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi : - Menggali
1) Mengapa pemasangan kaca di jendela informasi,
rumah diberi sedikit ruang? Mengapa meningkatkan
ukuran kayu tidak dibuat pas dengan curiosity siswa
ukuran kaca? diawal kegiatan
2) Mengapa kabel listrik pada siang hari pembelajaran
terlihat melengkung?
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
(Fase kerja individu) 15 menit - Memperhatikan
a. Guru memberikan penjelasan awal guru
mengenai materi pemuaian zat padat,
menyampaikan masalah yang harus
diselesaikan secara individu dan
kelompok.
b. Guru membagikan LKS pada masing-
masing siswa yang dikerjakan secara
individu.
Elaborasi
(Fase kerja kelompok) 30 menit - Melatih
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kebersamaan dan
kelompok heterogen yang terdiri dari tiga kerjasama
siswa (triplet) untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai
materi yang disampaikan dan masalah
yang sudah menjadi tugas individu.
d. Guru membimbing siswa belajar, - Akademik Skill
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
(Diskusi kelas) 20 menit
144

e. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil - Mengolah


yang didapat secara berkelompok. Hasil informasi
kerja kelompok ditempel di depan kelas
f. Guru meminta masing-masing kelompok - Menggali
mempresentasikan hasil pengamatan dan informasi
eksperimennya.
g. Guru memberikan kesempatan kepada - Melatih
siswa untuk berdiskusi dan memberikan mengemukakan
komentar atas apa yang sedang pendapat
dipresentasikan.
Konfirmasi
h. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat padat. - Mendengarkan
i. Guru memberikan kesempatan pada siswa guru
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR 5 menit
a. Guru membimbing siswa menarik - Menyimpulkan
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk - Memperhatikan
mempelajari materi selanjutnya. guru
c. Guru memberikan salam penutup. - Menjawab salam

J. Penilaian
1. Teknik penilaian :

a. Tes tulis

2. Bentuk instrumen :

a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi


b. LKS d. Angket
145

3. Instrumen :

Perhatikan gambar di bawah!

a
b
Setelah dipanaskan bimetal menjadi :

a
b

Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal.
Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa.
e. Koefisien muai logan a sama dengan logam b
f. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b
g. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b
h. Koefisien muai logan a tidak sama dengan logam b
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
146

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : II
A. Standar Kompetensi

- Memahami wujud zat dan perubahannya

B. Kompetensi Dasar

- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan


sehari-hari

C. Indikator

1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat cair
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat cair
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Menerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat cair
2. Afektif
c. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
d. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif
147

a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat cair
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat cair
Siswa mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
cair dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi

Pemuaian volume pada zat cair, terjadi apabila zat cair tersebut
dipanaskan. Pemuaian volum zat cair bergantung pada koefisien muai zat
cair.
F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan

1. Botol kecil
2. Sedotan kecil
3. Air
148

4. Minya goreng
5. Baskom
6. Air panas
H. Sumber Belajar

1. LKS
2. Internet
I. Langkah-langkah Pembelajaran

Alokasi Aspek yang


Kegiatan
Waktu dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka 10 menit - Memperhatikan
Guru membuka pelajaran dengan guru
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. - Menggali
b. Motivasi dan apersepsi : informasi,
3) Apa manfaat termometer? meningkatkan
4) Bagaimana prinsip kerja termometer? curiosity siswa
2. KEGIATAN INTI diawal kegiatan
Eksplorasi pembelajaran
(Fase kerja individu)
a. Guru memberikan penjelasan awal
15 menit
- Memperhatikan
mengenai materi pemuaian zat cair,
guru
menyampaikan masalah yang harus
diselesaikan secara individu dan
kelompok.
b. Guru membagikan LKS pada masing-
masing siswa yang dikerjakan secara
individu.
Elaborasi
(Fase kerja kelompok)
- Melatih
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kebersamaan dan
149

kelompok heterogen yang terdiri dari tiga 30 menit kerjasama


siswa (triplet) untuk melaksanakan - Akademik Skill
pengamatan dan eksperimen mengenai
materi yang disampaikan dan masalah
yang sudah menjadi tugas individu.
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
(Diskusi kelas) - Mengolah
a. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil informasi
yang didapat secara berkelompok. Hasil 20 menit
kerja kelompok ditempel di depan kelas - Menggali
b. Guru meminta masing-masing kelompok informasi
mempresentasikan hasil pengamatan dan
eksperimennya.
c. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang - Melatih
dipresentasikan. mengemukakan
Konfirmasi pendapat
d. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat cair.
e. Guru memberikan kesempatan pada siswa - Mendengarkan
untuk melakukan tanya-jawab. guru
3. KEGIATAN AKHIR
d. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja 5 menit
dipelajari. - Menyimpulkan
a. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
b. Guru memberikan salam penutup. - Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
150

J. Teknik Penilaian

1. Teknik penilaian :

a. Tes tulis

2. Bentuk instrumen :

a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi


b. LKS d. Angket
3. Instrumen :

Perhatikan gambar di bawah ini!


Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan

Air
biasa

Air panas

kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa
yang menyebabkan peristiwa tersebut.
a. Air yang ada di dalam botol memuai
b. Air yang ada di dalam botol mengembun
c. Air yang ada di dalam botol menguap
d. Air yang ada di dalam botol mendidih
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
151

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : III
A. Standar Kompetensi

- Memahami wujud zat dan perubahannya

B. Kompetensi Dasar

- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan


sehari-hari

C. Indikator

1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat gas
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat gas
Menerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-
hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat gas
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat gas
152

Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk


menunjukkan terjadinya pemuaian zat gas
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
gas dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat sederhana percobaan pemuaian zat
cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses
pemuaian volum pada zat gas.
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi

Pemuaian gas
F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan

1. Botol
2. Balon
3. Baskom
4. Air panas
H. Sumber Belajar

1. LKS
2. Internet
153

I. Langkah-langkah Pembelajaran

Alokasi Aspek yang


Kegiatan
Waktu dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka 10 menit - Memperhatikan
Guru membuka pelajaran dengan guru
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi : - Menggali
5) Memberikan demonstrasi tentang roket informasi,
alkohol. meningkatkan
6) Mengajukan beberapa pertanyaan curiosity siswa
mengenai prinsip kerja balon udara. diawal kegiatan
2. KEGIATAN INTI pembelajaran
Eksplorasi
(Fase kerja individu) 15 menit - Memperhatikan
a. Guru memberikan penjelasan awal guru
mengenai materi pemuaian zat gas,
menyampaikan masalah yang harus
diselesaikan secara individu dan
kelompok.
b. Guru membagikan LKS pada masing-
masing siswa yang dikerjakan secara
individu.
Elaborasi
(Fase kerja kelompok) 30 menit
- Melatih
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kebersamaan dan
kelompok heterogen yang terdiri dari tiga
kerjasama
siswa (triplet) untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai
materi yang disampaikan dan masalah
yang sudah menjadi tugas individu.
154

b. Guru membimbing siswa belajar,


melakukan pengamatan, dan eksperimen. - Akademik Skill
(Diskusi kelas) 20 menit
a. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
yang didapat secara berkelompok. Hasil - Mengolah
kerja kelompok ditempel di depan kelas informasi
b. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan - Menggali
eksperimennya. informasi
c. Guru memberikan kesempatan kepada
- Melatih
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
mengemukakan
komentar atas apa yang sedang
pendapat
dipresentasikan.
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan - Mendengarkan
tentang pemuaian zat gas. guru
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR 5 menit
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja - Menyimpulkan
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya. - Memperhatikan
c. Guru memberikan salam penutup. guru
- Menjawab salam

J. Teknik Penilaian

1. Teknik penilaian :

a. Tes tulis
155

2. Bentuk instrumen :

c. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi


d. LKS d. Angket

3. Instrumen :

Perhatikan gambar berikut!

Botol
kosong

Air panas

Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah.


e. Balon akan meleleh karena terkena uap panas
f. Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai
g. Balon akan membesar karena terkena uap panas
h. Balon tidak mengalami perubahan

Kudus, Maret 2013


Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Lampiran 17 156

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan :I
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan
demonstrasi yang dilakukan guru
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat padat dari
kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
157

Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk


menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Hampir semua benda akan mengalami pemuaian jika dipanaskan.
Beberapa zat seperti air dan bismuth akan mengalami penyusutan pada
suhu tertentu ketika dipanaskan, tetapi pada umumnya benda ketika
dipanaskan akan mengalamu tiga kemungkinan yaitu, suhunya bertambah,
memuai, dan mengalamu perubahan bentuk. Pemuaian dapat diartikan
sebagai bertambahnya ukuran suatu benda karena dipanaskan tetapi
massanya tetap. Terdapat tiga macam pemuaian yaitu, pemuaian zat
padat, zat cair, dan gas.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Pemuaian Panjang
Alat yang digunakan untuk menghitung pemuaian panjang dinamakan
Mussechenbroek. Pada proses pemuaian panjang, masing-masing
benda memiliki koefisien muai panjang yang berbeda-beda bergatung
pada jenis bahannya. Faktor yang memperngaruhi pertambahan
panjang pada muai panjang adalah
1. Panjang awal
2. Perubahan suhu
158

3. Koefisien muai panjang


Koefisien muai panjang suatu zat didefinisikan sebagai faktor yang
berpengaruh pada pertambahan panjang zat padat ketika
temperaturnya naik sebesar 1oC.
= panjang benda sebelum dipanaskan
1
= panjang benda setelah dipanaskan

Keterangan:
2
= panjang awal (m)

= pertambahan panjang (m)
Pertambahan panjang: = koefisien muai panjang(/oC)
= . . = panjang akhir (m)
Panjang akhir setelah dipanaskan: = 2 1 = perubahan suhu (oC)
= + 1 = suhu awal ( oC)
2 = suhu akhir (oC)
b) Pemuaian Luas
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
Keterangan:

= luas awal (m2)
= pertambahan luas (m2)
= koefisien muai luas(/oC)
1 = 2 1 = perubahan suhu (oC)
2
Pertambahan luas: 1 = suhu awal ( oC)
= . . 2 = suhu akhir (oC)
= 2
c) Pemuaian Volume
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
159

Pertambahan luas: Keterangan:


= . . = luas awal (m3)
= 3 = pertambahan luas (m3)
= koefisien muai luas(/oC)
= 2 1 = perubahan suhu (oC)
1 = suhu awal ( oC)
2 = suhu akhir (oC)
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
- Lubang kuningan
- Pembakar spiritus
- Uang logam
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Kegiatan Belajar Mengajar
Alokasi Aspek yang
Kegiatan
Waktu dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka 10 menit - Memperhatikan
Guru membuka pelajaran dengan guru
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi : - Menggali
1) Mengapa pemasangan kaca di informasi,
jendela rumah diberi sedikit meningkatkan
ruang? Mengapa ukuran kayu curiosity siswa
160

tidak dibuat pas dengan ukuran diawal kegiatan


kaca? pembelajaran
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi 25 menit - Memperhatikan
a. Guru memberikan penjelasan awal guru
mengenai materi pemuaian zat padat,
dengan media power point.
Eksplorasi 20 menit - Melatih
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kebersamaan dan
kelompok heterogen yang terdiri dari kerjasama
empat siswa untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen untuk
melakukan verifikasi teori yang telah
diberikan.
b. Guru membimbing siswa belajar, - Akademik Skill
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil - Mengolah
yang didapat secara berkelompok. Hasil informasi
kerja kelompok ditempel di depan kelas 20 menit
d. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan - Menggali
eksperimen. informasi
e. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan - Melatih
komentar atas apa yang sedang mengemukakan
dipresentasikan. pendapat
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan - Mendengarkan
tentang pemuaian zat padat. guru
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab. - Menyimpulkan
161

3. KEGIATAN AKHIR 5 menit


a. Guru membimbing siswa menarik - Memperhatikan
kesimpulan dari materi yang baru saja guru
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup. - Menjawab salam

J. Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
3. Instrumen :
Perhatikan gambar di bawah!
a
b
Setelah dipanaskan bimetal menjadi :

a
b
Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal.
Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa.
a. Koefisien muai logan a sama dengan logam b
b. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b
c. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b
d. Koefisien muai logan a tidak sama dengan logam b

Kudus, Maret 2013


Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
162

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : II
A. Standar Kompetensi

- Memahami wujud zat dan perubahannya

B. Kompetensi Dasar

- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan


sehari-hari

C. Indikator

1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat cair
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat cair
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Menerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat cair
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif
163

c. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat cair
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat cair
Siswa mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
cair dalam kehidupan sehari-hari
d. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat cair, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat cair
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi

Pemuaian volume pada zat cair, terjadi apabila zat cair tersebut
dipanaskan. Pemuaian volum zat cair bergantung pada koefisien muai zat
cair.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan

1. Botol kecil
2. Sedotan kecil
3. Air
4. Minya goreng
164

5. Baskom
6. Air panas
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Langkah-langkah Pembelajaran

Alokasi Aspek yang


Kegiatan
Waktu dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka 10 menit - Memperhatikan
Guru membuka pelajaran dengan guru
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. - Menggali
b. Motivasi dan apersepsi : informasi,
1) Apa manfaat termometer? meningkatkan
2) Bagaimana prinsip kerja termometer? curiosity siswa
diawal kegiatan
2. KEGIATAN INTI pembelajaran.
Eksplorasi
a. Guru memberikan penjelasan awal
25 menit - Memperhatikan
mengenai materi pemuaian zat cair,
guru
dengan media power point.
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
20 menit - Melatih
kelompok heterogen yang terdiri dari
kebersamaan dan
empat siswa untuk melaksanakan
kerjasama
pengamatan dan eksperimen untuk
melakukan verifikasi teori yang telah
diberikan.
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
- Akademik Skill
c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
165

yang didapat secara berkelompok. Hasil - Mengolah


kerja kelompok ditempel di depan kelas informasi
d. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan 20 menit - Menggali
eksperimen. informasi
e. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
- Melatih
komentar atas apa yang sedang
mengemukakan
dipresentasikan.
pendapat
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat cair.
- Mendengarkan
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
guru.
untuk melakukan tanya-jawab.
- Menyimpulkan
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
- Memperhatikan
dipelajari. 5 menit
guru
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
- Menjawab salam
c. Guru memberikan salam penutup.

J. Teknik Penilaian

1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
166

3. Instrumen :
Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan

Air
biasa

Air panas

kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa
yang menyebabkan peristiwa tersebut.
e. Air yang ada di dalam botol memuai
f. Air yang ada di dalam botol mengembun
g. Air yang ada di dalam botol menguap
h. Air yang ada di dalam botol mendidih
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
167

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus


Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : III
A. Standar Kompetensi

- Memahami wujud zat dan perubahannya

B. Kompetensi Dasar

- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan


sehari-hari

C. Indikator

1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat gas
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat gas
Menerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-
hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat gas
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat gas
168

Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk


menunjukkan terjadinya pemuaian zat gas
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
gas dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat sederhana percobaan pemuaian zat
cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses
pemuaian volum pada zat gas.
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi

Pemuaian gas
F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan

1. Botol
2. Balon
3. Baskom
4. Air panas
H. Sumber Belajar

1. LKS
2. Internet
169

I. Langkah-langkah Pembelajaran

Alokasi Aspek yang


Kegiatan
Waktu dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL 10 menit
a. Pembuka - Memperhatikan
Guru membuka pelajaran dengan guru
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. - Menggali
b. Motivasi dan apersepsi : informasi,
3) Mengajukan beberapa pertanyaan meningkatkan
mengenai prinsip kerja balon udara. curiosity siswa
diawal kegiatan
2. KEGIATAN INTI pembelajaran.
25 menit
Eksplorasi - Memperhatikan
a. Guru memberikan penjelasan awal guru
mengenai materi pemuaian zat gas,
dengan media power point.
20 menit
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa - Melatih
kelompok heterogen yang terdiri dari kebersamaan dan
empat siswa untuk melaksanakan kerjasama
pengamatan dan eksperimen untuk
melakukan verifikasi teori yang telah
diberikan.
b. Guru membimbing siswa belajar, - Akademik Skill
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil - Mengolah
20 menit
yang didapat secara berkelompok. Hasil informasi
kerja kelompok ditempel di depan kelas
- Menggali
d. Guru meminta masing-masing kelompok
informasi
mempresentasikan hasil pengamatan dan
170

eksperimen.
e. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
- Melatih
komentar atas apa yang sedang
mengemukakan
dipresentasikan.
pendapat
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
- Mendengarkan
tentang pemuaian zat gas.
guru
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
- Menyimpulkan
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja 5 menit - Memperhatikan
dipelajari. guru
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup.
- Menjawab salam

J. Teknik Penilaian

1. Teknik penilaian :

a. Tes tulis

2. Bentuk instrumen :

a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi


b. LKS d. Angket
171

3. Instrumen :

Perhatikan gambar berikut!

Botol
kosong

Air panas

Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah.


i. Balon akan meleleh karena terkena uap panas
j. Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai
k. Balon akan membesar karena terkena uap panas
l. Balon tidak mengalami perubahan

Kudus, Maret 2013


Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati


NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Lampiran 18 172

HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

KELAS EKSPERIMEN (VII B) KELAS KONTROL (VII D)


Pre Post Pre Post
No Kode Beda No Kode Beda
test test test test
1 E-01 60 90 30.0 1 K-01 65 70 5.0
2 E-02 40 85 45.0 2 K-02 55 70 15.0
3 E-03 30 70 40.0 3 K-03 55 70 15.0
4 E-04 30 80 50.0 4 K-04 45 85 40.0
5 E-05 30 75 45.0 5 K-05 25 85 60.0
6 E-06 50 90 40.0 6 K-06 25 65 40.0
7 E-07 30 85 55.0 7 K-07 40 85 45.0
8 E-08 55 65 10.0 8 K-08 55 85 30.0
9 E-09 35 70 35.0 9 K-09 40 80 40.0
10 E-10 55 80 25.0 10 K-10 35 65 30.0
11 E-11 50 90 40.0 11 K-11 45 80 35.0
12 E-12 55 90 35.0 12 K-12 55 75 20.0
13 E-13 40 75 35.0 13 K-13 60 95 35.0
14 E-14 65 85 20.0 14 K-14 55 80 25.0
15 E-15 70 90 20.0 15 K-15 35 90 55.0
16 E-16 55 90 35.0 16 K-16 60 80 20.0
17 E-17 55 75 20.0 17 K-17 85 70 -15.0
18 E-18 60 90 30.0 18 K-18 40 80 40.0
19 E-19 45 75 30.0 19 K-19 40 90 50.0
20 E-20 20 65 45.0 20 K-20 40 70 30.0
21 E-21 65 90 25.0 21 K-21 40 65 25.0
22 E-22 45 75 30.0 22 K-22 20 75 55.0
23 E-23 30 90 60.0 23 K-23 55 65 10.0
24 E-24 30 85 55.0 24 K-24 45 80 35.0
25 E-25 55 90 35.0 25 K-25 35 75 40.0
26 E-26 50 95 45.0 26 K-26 25 65 40.0
Jumlah 1205 2140 935 Jumlah 1175 1995 820
Mean 46.35 82.31 35.96 Mean 45.19 76.73 31.54
S2 185.12 78.46 148.04 S2 212.96 77.88 285.54
S 13.61 8.86 12.17 S 14.59 8.83 16.90
Maks 70.00 95.00 Maks 85.00 95.00
Min 20.00 65.00 Min 20.00 65.00
Lampiran 19 173

UJI NORMALITAS NILAI PRETEST PEMAHAMAN KONSEP


KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2
i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 70 Panjang kelas 9
Nilai minimal 20 Rata-rata 46.35
Rentang 50 s 13.61
Banyak Kelas 6 n 26

Luas (Oi-Ei)
Kelas Batas Z untuk Peluang
untuk Ei Oi
Interval Kelas batas kelas untuk Z
Z Ei
20 - 28 19.50 -1.97 0.48 0.07 1.84 1 0.38
29 - 37 28.50 -1.31 0.41 0.16 4.24 8 3.34
38 - 46 37.50 -0.65 0.24 0.25 6.41 3 1.82
47 - 55 46.50 0.01 0.00 0.24 6.37 9 1.09
56 - 64 55.50 0.67 0.25 0.16 4.15 2 1.11
65 - 73 64.50 1.33 0.41 0.07 1.77 3 0.85
74 - 82 73.50 2.00 0.48 0.48
2 = 8.59
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

8.59 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
Lampiran 20 174

UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP


KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2
i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 95 Panjang kelas 5
Nilai minimal 65 Rata-rata 82.31
Rentang 30 s 8.86
Banyak Kelas 6 n 26

Z untuk (Oi-Ei)
Batas Peluang Luas
Kelas Interval batas Ei Oi
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
65 - 69 64.50 -2.01 0.48 0.06 1.47 2 0.19
70 - 75 69.79 -1.41 0.42 0.13 3.34 7 4.00
76 - 80 75.08 -0.82 0.29 0.21 5.36 2 2.11
81 - 85 80.37 -0.22 0.09 0.23 6.09 4 0.72
86 - 90 85.67 0.38 0.15 0.19 4.89 9 3.47
91 - 96 90.96 0.98 0.34 0.11 2.77 2 0.22
97 - 101 96.25 1.57 0.44
2 = 10.70
Untuk = 1%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

10.70 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 21 175

UJI NORMALITAS PRETEST PEMAHAMAN KONSEP


KELAS KONTROL

Hipotesis
data berdistribusi
Ho : normal
Ha : data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2
i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 85 Panjang kelas 11
Nilai minimal 20 Rata-rata 45.00
Rentang 65 s 14.42
Banyak Kelas 6 n 26

Z untuk (Oi-Ei)
Batas Peluang Luas
Kelas Interval batas Ei Oi
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
20 - 30 19.50 -1.77 0.46 0.12 3.09 4 0.27
31 - 41 30.50 -1.01 0.34 0.25 6.42 8 0.39
42 - 52 41.50 -0.24 0.10 0.29 7.65 5 0.92
53 - 63 52.50 0.52 0.20 0.20 5.24 7 0.59
64 - 74 63.50 1.28 0.40 0.08 2.06 1 0.55
75 - 85 74.50 2.05 0.48 0.02 0.47 1 0.61
86 - 96 85.50 2.81 0.50 0.50
2 = 3.33
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

3.33 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
Lampiran 22 176
UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP
KELAS KONTROL

Hipotesis
data berdistribusi
Ho : normal
Ha : data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 95 Panjang kelas 5
Nilai minimal 65 Rata-rata 76.73
Rentang 30 s 8.83
Banyak Kelas 6 n 26

Z (Oi-Ei)
Batas untuk Peluang Luas
Kelas Interval Ei Oi
Kelas batas untuk Z untuk Z
kelas Ei
65 - 69 64.50 -1.39 0.42 0.13 3.46 5 0.69
70 - 75 69.79 -0.79 0.28 0.21 5.46 8 1.18
76 - 80 75.08 -0.19 0.07 0.23 6.09 6 0.00
81 - 85 80.37 0.41 0.16 0.18 4.79 4 0.13
86 - 90 85.67 1.01 0.34 0.10 2.66 2 0.16
91 - 96 90.96 1.61 0.45 0.04 1.04 1 0.00
97 - 101 96.25 2.21 0.49 0.49
2
= 2.16
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel
= 11.07

2.16 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
Lampiran 23 177

UJI VARIANS DATA HASIL PRETEST PEMAHAMAN


KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 2

Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel

Kelompok
Sumber Data Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 1205.00 1170.00
Rata-rata 46.35 45.00 1.124 1.955
s2 185.12 208.00
s 13.61 14.42

1.124 1.955

Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 24 178

UJI VARIANS DATA HASIL POSTEST PEMAHAMAN


KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 2

Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel

Kelompok
Sumber Data Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 2140.00 1995.00
Rata-rata 82.31 76.73 1.007 1.955
s2 78.46 77.88
s 8.86 8.83

1.007 1.955

Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 25 179

UJI GAIN PEMAHAMAN KONSEP


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

KELAS EKSPERIMEN (VII B)

No Kode Pre-test Post-test Gain Kriteria

1 E-01 60 90 0.75 Tinggi


2 E-02 40 85 0.75 Tinggi
3 E-03 30 70 0.57 Sedang
4 E-04 30 80 0.71 Tinggi
5 E-05 30 75 0.64 Sedang
6 E-06 50 90 0.80 Tinggi
7 E-07 30 85 0.79 Tinggi
8 E-08 55 65 0.22 Rendah
9 E-09 35 70 0.54 Sedang
10 E-10 55 80 0.56 Sedang
11 E-11 50 90 0.80 Tinggi
12 E-12 55 90 0.78 Tinggi
13 E-13 40 75 0.58 Sedang
14 E-14 65 85 0.57 Sedang
15 E-15 70 90 0.67 Sedang
16 E-16 55 90 0.78 Tinggi
17 E-17 55 75 0.44 Sedang
18 E-18 60 90 0.75 Tinggi
19 E-19 45 75 0.55 Sedang
20 E-20 20 65 0.56 Sedang
21 E-21 65 90 0.71 Tinggi
22 E-22 45 75 0.55 Sedang
23 E-23 30 90 0.86 Tinggi
24 E-24 30 85 0.79 Tinggi
25 E-25 55 90 0.78 Tinggi
26 E-26 50 95 0.90 Tinggi
Jumlah 1205 2140 17.39
Mean 46.35 82.31 0.67
s2 185.12 78.46 0.02
s 13.61 8.86 0.15
Maksimal 70 95
Minimal 20 65
180

KELAS KONTROL (VII D)


Post-
No Kode Pre-test Gain Kriteria
test
1 K-01 65 70 0.14 Rendah
2 K-02 55 70 0.33 Sedang
3 K-03 45 70 0.45 Sedang
4 K-04 45 85 0.73 Tinggi
5 K-05 25 85 0.80 Tinggi
6 K-06 25 65 0.53 Sedang
7 K-07 40 85 0.75 Tinggi
8 K-08 55 85 0.67 Sedang
9 K-09 40 80 0.67 Sedang
10 K-10 35 65 0.46 Sedang
11 K-11 45 80 0.64 Sedang
12 K-12 55 75 0.44 Sedang
13 K-13 60 95 0.88 Tinggi
14 K-14 55 80 0.56 Sedang
15 K-15 35 90 0.85 Tinggi
16 K-16 60 80 0.50 Sedang
17 K-17 85 70 -1.00 Rendah
18 K-18 45 80 0.64 Sedang
19 K-19 40 90 0.83 Tinggi
20 K-20 40 70 0.50 Sedang
21 K-21 40 65 0.42 Sedang
22 K-22 20 75 0.69 Sedang
23 K-23 55 65 0.22 Rendah
24 K-24 45 80 0.64 Sedang
25 K-25 35 75 0.62 Sedang
26 K-26 25 65 0.53 Sedang
Jumlah 1170 1995 13.47
Mean 45.00 76.73 0.52
s2 208.00 77.88 0.13
s 14.42 8.83 0.36
Maksimal 85 95
Minimal 20 65
181

UJI GAIN PEMAHAMAN KONSEP


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

<Spost> - <Spre>
<g> =
100.00% - <Spre>

<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)


<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)

Kriteria nilai
<g>
<g> > 0,7 tinggi
0,3 <g> 0,7 sedang
<g> < 0,3 rendah

UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN

82.31% - 46.35% = 67%


<g> =
100.00% - 46.35%

Sedang
<g> =

UJI GAIN KELAS KONTROL

<g> = 76.73% - 45.00% = 58%


100.00% - 45.00%

<g> = Sedang
Lampiran 26 182

UJI HIPOTESIS
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP

Hipotesis :
Ho : 1 2
Ha : 1 < 2

Kriteria :
Ho diterima jika, thitung > ttabel

Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan


berikut

Kelompok
Sumber Data thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 2140.00 1995.00
Rata-rata 82.31 76.73 2.274 2.009
s2 78.46 77.88
s 8.86 8.83

-2.009 2.274

Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan


Ho, peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol
ANALISIS ANGKET CURIOSITY AWAL SISWA KELAS EKSPERIMEN

Lampiran 27
No Pernyataan Skor (%)
Kode Skor Ket
. Maks Tanggapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 E-01 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 4 51 64 79.69 baik
2 E-02 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
3 E-03 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 43 64 67.19 baik
4 E-04 4 2 3 2 3 1 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 47 64 73.44 baik
5 E-05 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 40 64 62.50 cukup
6 E-06 4 4 3 3 1 2 2 1 3 3 3 2 4 2 3 1 41 64 64.06 cukup
7 E-07 4 1 2 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 2 3 3 49 64 76.56 baik
8 E-08 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 47 64 73.44 baik
9 E-09 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 43 64 67.19 baik
10 E-10 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 44 64 68.75 baik
11 E-11 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 4 2 3 2 3 3 48 64 75.00 baik
12 E-12 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 52 64 81.25 baik sekali
13 E-13 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 42 64 65.63 cukup
14 E-14 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
15 E-15 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 43 64 67.19 baik
16 E-16 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 64 76.56 baik
17 E-17 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 43 64 67.19 baik
18 E-18 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 50 64 78.13 baik
19 E-19 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 43 64 67.19 baik
20 E-20 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 64 70.31 baik
21 E-21 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 45 64 70.31 baik
22 E-22 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 43 64 67.19 baik
23 E-23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
24 E-24 3 2 2 0 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 40 64 62.50 cukup
25 E-25 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 4 4 41 64 64.06 cukup
26 E-26 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 43 64 67.19 baik
Jumlah 73 63 67 69 68 77 79 72 72 78 80 73 82 67 77 75 1172 1664 70.43 baik
(%) 65.1 68.7 70.5 69.6 71.4 73.2 68.7 66.9
Tanggapan 8 56.25 59.82 61.61 60.71 5 4 64.29 64.29 4 3 65.18 1 59.82 5 6 70.43
cuku cuku cuku cuku cuku cuku cuku cuku cuku
Keterangan baik baik baik baik baik baik baik baik
p p p p p p p p p

183
ANALISIS PRETEST ANGKET CURIOSITY AWAL SISWA KELAS KONTROL

Pernyataan (%)
Skor
No. Kode Skor Tanggap Ket
Maks
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 K-01 4 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 48 64 75.00 baik
2 K-02 4 3 1 3 3 1 4 4 3 4 1 2 4 1 4 1 43 64 67.19 baik
3 K-03 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 49 64 76.56 baik
4 K-04 2 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 46 64 71.88 baik
5 K-05 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
6 K-06 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 4 48 64 75.00 baik
7 K-07 4 1 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 53 64 82.81 baik sekali
8 K-08 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 1 3 4 3 4 4 53 64 82.81 baik sekali
9 K-09 3 3 3 3 1 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 49 64 76.56 baik
10 K-10 3 3 2 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 51 64 79.69 baik
11 K-11 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 47 64 73.44 baik
12 K-12 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 51 64 79.69 baik
13 K-13 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 45 64 70.31 baik
14 K-14 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 56 64 87.50 baik sekali
15 K-15 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 45 64 70.31 baik
16 K-16 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 55 64 85.94 baik sekali
17 K-17 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 0 4 3 4 4 45 64 70.31 baik
18 K-18 3 3 3 3 4 3 3 4 1 3 3 3 3 2 3 2 46 64 71.88 baik
19 K-19 4 2 2 3 4 1 4 4 3 4 4 3 4 3 1 4 50 64 78.13 baik
20 K-20 3 2 2 3 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 1 2 44 64 68.75 baik
21 K-21 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
22 K-22 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 56 64 87.50 baik sekali
23 K-23 4 2 2 0 2 3 4 3 3 4 0 4 3 0 3 3 40 64 62.50 cukup
24 K-24 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 43 64 67.19 baik
25 K-25 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 1 42 64 65.63 cukup
26 K-26 3 2 3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 49 64 76.56 baik
Jumlah 77 66 64 71 67 74 88 85 74 87 72 71 86 64 74 78 1246 1664 74.88 baik
(%) 58.9 78.5 75.8 66.0
Tanggapan 68.75 3 57.14 63.39 59.82 66.07 7 9 7 77.68 64.29 63.39 76.79 57.14 66.07 69.64 74.88
cuku cuku cuku
Keterangan baik cukup cukup baik baik baik baik baik cukup baik cukup baik baik baik
p p p

184
Lampiran 28
ANALISIS POSTTEST ANGKET CURIOSITY AKHIR SISWA KELAS EKSPERIMEN

Pernyataan Skor (%)


No. Kode Skor Ket
Maks Tanggapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 E-01 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 51 64 79.69 baik
2 E-02 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 50 64 78.13 baik
3 E-03 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 45 64 70.31 baik
4 E-04 3 2 2 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 49 64 76.56 baik
5 E-05 4 3 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 3 4 2 2 52 64 81.25 baik sekali
6 E-06 4 3 3 3 1 2 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 45 64 70.31 baik
7 E-07 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 54 64 84.38 baik sekali
8 E-08 3 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 47 64 73.44 baik
9 E-09 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 1 42 64 65.63 cukup
10 E-10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
11 E-11 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 51 64 79.69 baik
12 E-12 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 54 64 84.38 baik sekali
13 E-13 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 46 64 71.88 baik
14 E-14 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
15 E-15 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 45 64 70.31 baik
16 E-16 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
17 E-17 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 46 64 71.88 baik
18 E-18 3 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 54 64 84.38 baik sekali
19 E-19 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 44 64 68.75 baik
20 E-20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 45 64 70.31 baik
21 E-21 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 52 64 81.25 baik sekali
22 E-22 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 51 64 79.69 baik
23 E-23 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 50 64 78.13 baik
24 E-24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
25 E-25 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
26 E-26 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 50 64 78.13 baik
Jumlah 80 71 78 75 77 83 87 82 77 84 85 80 87 73 80 78 1277 1664 76.74 baik
(%) 71. 63.3 69. 66. 68. 74. 77. 73. 68. 75. 75. 71. 77. 65.1 71. 69.
Tanggapan 43 9 64 96 75 11 68 21 75 00 89 43 68 8 43 64 76.74
bai cuku bai bai bai bai bai bai bai bai bai bai bai cuku bai bai
Keterangan baik
k p k k k k k k k k k k k p k k

185
ANALISIS POSTTEST ANGKET CURIOSITY AKHIR SISWA KELAS KONTROL

Pernyataan Skor (%)


No. Kode Skor Ket
Maks Tanggapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 K-01 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 50 64 78.13 baik
2 K-02 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 1 48 64 75.00 baik
3 K-03 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 51 64 79.69 baik
4 K-04 2 2 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 4 2 4 3 48 64 75.00 baik
5 K-05 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
6 K-06 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
7 K-07 4 2 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 57 64 89.06 baik sekali
8 K-08 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 60 64 93.75 baik sekali
9 K-09 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 51 64 79.69 baik
10 K-10 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 52 64 81.25 baik sekali
11 K-11 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
12 K-12 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
13 K-13 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 54 64 84.38 baik sekali
14 K-14 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 57 64 89.06 baik sekali
15 K-15 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 47 64 73.44 baik
16 K-16 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 57 64 89.06 baik sekali
17 K-17 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 1 45 64 70.31 baik
18 K-18 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 44 64 68.75 baik
19 K-19 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 0 3 4 4 52 64 81.25 baik sekali
20 K-20 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 46 64 71.88 baik
21 K-21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
22 K-22 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 59 64 92.19 baik sekali
23 K-23 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 55 64 85.94 baik sekali
24 K-24 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
25 K-25 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 45 64 70.31 baik
26 K-26 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 53 64 82.81 baik sekali
Jumlah 82 75 81 79 75 79 85 89 77 84 83 75 82 71 83 79 1329 1664 79.87 baik
(%) 73.
Tanggapan 21 66.96 72.32 70.54 66.96 70.54 75.89 79.46 68.75 75.00 74.11 66.96 73.21 63.39 74.11 70.54 79.87
bai
Keterangan baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik cukup baik baik baik
k

186
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS EKSPERIMEN

No Observasi I Observasi II Observasi III Skor Skor Persentase


Kode Keterangan
. A B C D E F Perolehan Maks (%)
A B C D E F A B C D E F
1 E-1 3 4 4 4 4 3 22 3 4 4 4 4 4 23 3 4 4 4 4 4 23 68 72 94.44 sangat baik

Lampiran 29
2 E-2 3 4 4 3 4 4 22 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 24 69 72 95.83 sangat baik
3 E-3 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
4 E-4 2 4 3 3 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 3 2 18 51 72 70.83 baik
5 E-5 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 3 3 3 20 2 4 4 3 3 3 19 55 72 76.39 baik
6 E-6 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 4 2 2 19 3 4 4 4 2 3 20 55 72 76.39 baik
7 E-7 2 4 4 2 4 2 18 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 51 72 70.83 baik
8 E-8 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
9 E-9 3 4 4 3 2 3 19 3 4 4 2 3 3 19 3 4 4 3 3 3 20 58 72 80.56 sangat baik
10 E-10 2 4 4 2 2 3 17 2 4 4 4 2 2 18 2 4 4 4 3 4 21 56 72 77.78 baik
11 E-11 2 4 4 2 2 3 17 2 4 4 2 2 4 18 2 4 4 4 3 4 21 56 72 77.78 baik
12 E-12 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
13 E-13 3 4 4 2 2 4 19 3 4 4 2 2 3 18 3 4 4 2 3 3 19 56 72 77.78 baik
14 E-14 2 4 3 2 2 2 15 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 3 2 2 17 47 72 65.28 cukup
15 E-15 2 4 4 2 2 3 17 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 65 72 90.28 sangat baik
16 E-16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
17 E-17 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 3 2 2 18 51 72 70.83 baik
18 E-18 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 50 72 69.44 baik
19 E-19 2 4 4 2 2 3 17 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 2 17 50 72 69.44 baik
20 E-20 2 4 3 2 2 2 15 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 3 2 2 17 47 72 65.28 cukup
21 E-21 3 4 4 2 2 4 19 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 4 4 23 66 72 91.67 sangat baik
22 E-22 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 3 18 3 4 4 3 2 2 18 53 72 73.61 baik
23 E-23 2 4 3 2 2 2 15 2 4 3 2 2 2 15 3 4 4 3 2 2 18 48 72 66.67 baik
24 E-24 2 4 4 2 2 4 18 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 52 72 72.22 baik
25 E-25 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 3 3 2 19 3 4 4 3 3 3 20 55 72 76.39 baik
26 E-26 3 4 4 3 2 3 19 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 4 2 2 19 55 72 76.39 baik
5 10 10 5 5 6 6 10 10 6 6 6 7 10 10 7 6 6
Jumlah 446 469 491
9 4 0 8 8 7 9 4 1 6 3 6 0 4 4 7 7 9 1406 1872 75.11 baik
Persentase 5 10 5 5 6 71. 6 10 6 6 6 75. 6 10 10 7 6 6 78.
(%) 7 0 96 6 6 4 5 6 0 97 3 1 3 2 7 0 0 4 4 6 7

187
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS KONTROL

Lampiran 30
N Observasi I Observasi II Observasi III Skor Skor Persentase
Kode S S S Keterangan
o. A B C D E F A B C D E F A B C D E F Perolehan Maks (%)
1 K-1 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 4 3 3 21 3 4 4 2 2 2 17 58 72 80.56 sangat baik
2 K-2 2 4 4 4 2 2 18 3 4 4 4 3 2 20 2 4 4 3 3 2 18 56 72 77.78 baik
3 K-3 3 4 4 4 2 2 19 3 4 4 3 2 2 18 3 4 4 4 4 4 23 60 72 83.33 sangat baik
4 K-4 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 3 23 4 4 4 2 2 2 18 64 72 88.89 sangat baik
5 K-5 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 3 2 2 18 52 72 72.22 baik
6 K-6 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 4 3 2 20 60 72 83.33 sangat baik
7 K-7 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 3 3 21 68 72 94.44 sangat baik
8 K-8 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 4 19 50 72 69.44 baik
9 K-9 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 4 2 4 20 2 4 4 3 3 4 20 59 72 81.94 sangat baik
10 K-10 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 3 18 51 72 70.83 baik
11 K-11 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 3 18 52 72 72.22 baik
12 K-12 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 3 17 48 72 66.67 baik
13 K-13 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 3 18 50 72 69.44 baik
14 K-14 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 3 3 18 50 72 69.44 baik
15 K-15 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 3 3 2 19 3 4 4 2 3 3 19 58 72 80.56 sangat baik
16 K-16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 3 17 49 72 68.06 baik
17 K-17 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 2 3 2 17 55 72 76.39 baik
18 K-18 3 4 4 3 3 2 19 3 4 4 3 2 2 18 3 4 4 4 4 2 21 58 72 80.56 sangat baik
19 K-19 3 4 4 4 3 2 20 3 4 4 4 4 2 21 3 4 4 3 3 3 20 61 72 84.72 sangat baik
20 K-20 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 3 18 52 72 72.22 baik
21 K-21 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 51 72 70.83 baik
22 K-22 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 2 2 2 16 54 72 75.00 baik
23 K-23 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 3 18 52 72 72.22 baik
24 K-24 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 2 2 16 50 72 69.44 baik
25 K-25 2 4 4 3 3 2 18 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 2 17 52 72 72.22 baik
26 K-26 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 51 72 70.83 baik
6 10 10 7 6 6 6 10 10 7 6 6 6 10 10 6 6 6
Jumlah baik
4 4 2 3 5 2 470 7 4 4 5 4 1 475 5 4 4 6 8 9 476 1421 1872 75.91
Persentase 6 10 7 6 6 6 10 10 7 6 5 6 10 10 6 6 6
(%) 2 0 98 0 3 0 452 4 0 0 2 2 9 457 3 0 0 3 5 6 458

188
Lampiran 31 189

UJI HIPOTESIS
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY

Hipotesis :
1
Ho : 2
1 <
Ha : 2

Kriteria :
Ho diterima jika, thitung > ttabel

Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan


berikut

Kelompok
Sumber Data thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 1952.78 1973.61
-
Rata-rata 75.11 75.91 2.009
0.355
s2 81.78 50.61
s 9.04 7.11

-2.009 -0.355

Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah


penerimaan Ho, peningkatan curiosity siswa berdasarkan hasil
observasi kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan
kelas kontrol
Lampiran 32 190

UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 81.25 Panjang kelas 3
Nilai minimal 62.50 Rata-rata 70.43
Rentang 18.75 s 5.32
Banyak Kelas 6 n 26.00

Z untuk (Oi-
Batas Peluang Luas Ei)
Kelas Interval batas Ei Oi
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
63 - 65 62.00 -1.59 0.44 0.11 2.89 4 0.43
66 - 68 65.31 -0.96 0.33 0.20 5.16 8 1.56
69 - 71 68.61 -0.34 0.13 0.24 6.34 3 1.76
72 - 75 71.92 0.28 0.11 0.21 5.36 6 0.08
76 - 78 75.23 0.90 0.32 0.12 3.11 3 0.00
79 - 81 78.54 1.52 0.44 0.05 1.24 2 0.46
82 - 85 81.84 2.14 0.48 0.48
2
= 4.28
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

4.28 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
191

UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS KONTROL

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi tidak normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 87.50 Panjang kelas 4
Nilai minimal 62.50 Rata-rata 74.88
Rentang 25 s 6.72
Banyak Kelas 6 n 26.00

Z untuk (Oi-Ei)
Batas Peluang Luas
Kelas Interval batas Ei Oi
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
63 - 66 62.00 -1.92 0.47 0.08 1.98 2 0.00
67 - 70 66.41 -1.26 0.40 0.17 4.40 6 0.58
71 - 75 70.82 -0.60 0.23 0.25 6.45 7 0.05
76 - 79 75.23 0.05 0.02 0.24 6.24 4 0.80
80 - 84 79.64 0.71 0.26 0.15 3.98 4 0.00
85 - 88 84.05 1.37 0.41 0.06 1.68 3 1.04
89 - 92 88.46 2.02 0.48 0.48
2
= 2.48
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

2.48 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
Lampiran 33 192

UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 85.94 Panjang kelas 4
Nilai minimal 65.63 Rata-rata 76.74
Rentang 20.3125 s 5.78
Banyak Kelas 6 n 26.00

Z untuk Luas (Oi-


Batas Peluang Ei)
Kelas Interval batas untuk Ei Oi
Kelas untuk Z
kelas Z Ei
66 - 68 65.13 -2.01 0.48 0.06 1.56 1 0.20
69 - 72 68.71 -1.39 0.42 0.14 3.60 7 3.22
73 - 75 72.29 -0.77 0.28 0.22 5.71 4 0.51
76 - 79 75.87 -0.15 0.06 0.24 6.25 4 0.81
80 - 83 79.46 0.47 0.18 0.18 4.71 5 0.02
84 - 86 83.04 1.09 0.36 0.09 2.45 5 2.64
87 - 90 86.62 1.71 0.46 0.46
2
= 7.40
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

7.40 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
193

UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS KONTROL

Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
data berdistribusi tidak
Ha : normal

Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
k
(Oi E i )2
=
2

i =1
Ei

Kriteria
Ho diterima jika 2hitung < 2tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 93.75 Panjang kelas 4
Nilai minimal 68.75 Rata-rata 79.87
Rentang 25 s 7.43
Banyak Kelas 6 n 26.00
Z untuk (Oi-Ei)
Batas Peluang Luas
Kelas Interval batas Ei Oi
Kelas untuk Z untuk Z
kelas Ei
69 - 72 68.25 -1.56 0.44 0.11 2.78 6 3.72
73 - 77 72.66 -0.97 0.33 0.19 4.87 5 0.00
78 - 81 77.07 -0.38 0.15 0.23 6.05 5 0.18
82 - 85 81.48 0.22 0.09 0.21 5.34 2 2.09
86 - 90 85.89 0.81 0.29 0.13 3.35 6 2.11
91 - 94 90.30 1.40 0.42 0.06 1.49 2 0.18
95 - 99 94.71 2.00 0.48 0.48
2
= 8.28
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh tabel = 11.07

8.28 11.07
Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
Lampiran 34 194

UJI VARIANS ANGKET CURIOSITY AWAL


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 2

Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel

Kelompok
Sumber Data Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 1831.25 1946.88
Rata-rata 70.43 74.88 1.262 1.955
s2 28.31 45.10
s 5.32 6.72

1.262 1.955

Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai pretest angket curiosity kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 35 195

UJI VARIANS ANGKET CURIOSITY AKHIR


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 2

Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel

Kelompok
Sumber Data Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 1995.31 2076.56
Rata-rata 76.74 79.87 1.396 1.955
s2 28.31 55.14
s 5.32 7.43

1.396 1.955

Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai posttest angket curiosity kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 36 196

UJI GAIN HASIL ANGKET CURIOSITY

KELAS EKSPERIMEN (VII B)


No Kode Pre-test Post-test Gain Kriteria

1 E-01 80 80 0.00 Rendah


2 E-02 72 78 0.22 Rendah
3 E-03 67 70 0.10 Rendah
4 E-04 73 77 0.12 Rendah
5 E-05 63 81 0.50 Sedang
6 E-06 64 70 0.17 Rendah
7 E-07 77 84 0.33 Sedang
8 E-08 73 73 0.00 Rendah
9 E-09 67 66 -0.05 Rendah
10 E-10 69 75 0.20 Rendah
11 E-11 75 80 0.19 Rendah
12 E-12 81 84 0.17 Rendah
13 E-13 66 72 0.18 Rendah
14 E-14 72 86 0.50 Sedang
15 E-15 67 70 0.10 Rendah
16 E-16 77 75 -0.07 Rendah
17 E-17 67 72 0.14 Rendah
18 E-18 78 84 0.29 Rendah
19 E-19 67 69 0.05 Rendah
20 E-20 70 70 0.00 Rendah
21 E-21 70 81 0.37 Sedang
22 E-22 67 80 0.38 Sedang
23 E-23 75 78 0.13 Rendah
24 E-24 63 75 0.33 Sedang
25 E-25 64 86 0.61 Sedang
26 E-26 67 78 0.33 Sedang
Jumlah 1831.25 1995.313 5.29
Mean 70.43 76.74 0.20
s2 28.31 33.46 0.03
s 5.32 5.78 0.18
Maksimal 81.25 85.9375
Minimal 62.5 65.625
197

UJI GAIN CURIOSITY

KELAS KONTROL (VII D)


No Kode Pre-test Post-test Gain Kriteria

1 K-01 75 78 0.13 Rendah


2 K-02 67 75 0.24 Rendah
3 K-03 77 80 0.13 Rendah
4 K-04 72 75 0.11 Rendah
5 K-05 72 86 0.50 Sedang
6 K-06 75 75 0.00 Rendah
7 K-07 83 89 0.36 Sedang
8 K-08 83 94 0.64 Sedang
9 K-09 77 80 0.13 Rendah
10 K-10 80 81 0.08 Rendah
11 K-11 73 72 -0.06 Rendah
12 K-12 80 86 0.31 Sedang
13 K-13 70 84 0.47 Sedang
14 K-14 88 89 0.13 Rendah
15 K-15 70 73 0.11 Rendah
16 K-16 86 89 0.22 Rendah
17 K-17 70 70 0.00 Rendah
18 K-18 72 69 -0.11 Rendah
19 K-19 78 81 0.14 Rendah
20 K-20 69 72 0.10 Rendah
21 K-21 72 75 0.11 Rendah
22 K-22 88 92 0.38 Sedang
23 K-23 63 86 0.63 Sedang
24 K-24 67 72 0.14 Rendah
25 K-25 66 70 0.14 Rendah
26 K-26 77 83 0.27 Rendah
Jumlah 1946.875 2076.563 5.28
Mean 74.88 79.87 0.20
s2 45.10 55.14 0.04
s 6.72 7.43 0.19
Maksimal 87.5 93.75
Minimal 62.5 68.75
198

UJI GAIN CURIOSITY


KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

<Spost> - <Spre>
<g> =
100.00% - <Spre>

<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)


<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)

Kriteria nilai
<g>
<g> > 0,7 tinggi
0,3 <g> 0,7 sedang
<g> < 0,3 rendah

UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN

76.74% - 70.43%
<g> = = 21.34%
100.00% - 70.43%

<g> = Rendah

UJI GAIN KELAS KONTROL

79.87% - 74.88%
<g> = = 19.86%
100.00% - 74.88%

<g> = Rendah
Lampiran 37 199

UJI HIPOTESIS
PENINGKATAN CURIOSITY

Hipotesis :
Ho : 1 2
Ha : 1 < 2

Kriteria :
Ho diterima jika, thitung > ttabel

Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan


berikut

Kelompok
Sumber Data thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
Jumlah 1995.31 2076.56
Rata-rata 76.74 79.87 -1.693 2.009
s2 33.46 55.14
s 5.78 7.43

-2.009 -1.693

Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan


Ho, peningkatan curiosity siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibanding dengan kelas kontrol
Lampiran 38 200

ANALISIS KOEFISIEN KORELASI ANTARA CURIOSITY DAN PEMAHAMAN KONSEP

Curiosity Pemahaman
No Xi2 Yi2 Xi .Yi Xi - X (Xi - X)2
(X) Konsep (Y)
1 79.6875 90.0000 6350.0977 8100.0000 7171.8750 2.9447 8.6713
2 78.1250 85.0000 6103.5156 7225.0000 6640.6250 1.3822 1.9105
3 70.3125 70.0000 4943.8477 4900.0000 4921.8750 -6.4303 41.3486
4 76.5625 80.0000 5861.8164 6400.0000 6125.0000 -0.1803 0.0325
5 81.2500 75.0000 6601.5625 5625.0000 6093.7500 4.5072 20.3150
6 70.3125 90.0000 4943.8477 8100.0000 6328.1250 -6.4303 41.3486
7 84.3750 85.0000 7119.1406 7225.0000 7171.8750 7.6322 58.2507
8 73.4375 65.0000 5393.0664 4225.0000 4773.4375 -3.3053 10.9249
9 65.6250 70.0000 4306.6406 4900.0000 4593.7500 -11.1178 123.6052
10 75.0000 80.0000 5625.0000 6400.0000 6000.0000 -1.7428 3.0373
11 79.6875 90.0000 6350.0977 8100.0000 7171.8750 2.9447 8.6713
12 84.3750 90.0000 7119.1406 8100.0000 7593.7500 7.6322 58.2507
13 71.8750 75.0000 5166.0156 5625.0000 5390.6250 -4.8678 23.6954
14 85.9375 85.0000 7385.2539 7225.0000 7304.6875 9.1947 84.5427
15 70.3125 90.0000 4943.8477 8100.0000 6328.1250 -6.4303 41.3486
16 75.0000 90.0000 5625.0000 8100.0000 6750.0000 -1.7428 3.0373
17 71.8750 75.0000 5166.0156 5625.0000 5390.6250 -4.8678 23.6954
18 84.3750 90.0000 7119.1406 8100.0000 7593.7500 7.6322 58.2507
19 68.7500 75.0000 4726.5625 5625.0000 5156.2500 -7.9928 63.8847
20 70.3125 65.0000 4943.8477 4225.0000 4570.3125 -6.4303 41.3486
21 81.2500 90.0000 6601.5625 8100.0000 7312.5000 4.5072 20.3150
22 79.6875 75.0000 6350.0977 5625.0000 5976.5625 2.9447 8.6713
23 78.1250 90.0000 6103.5156 8100.0000 7031.2500 1.3822 1.9105
24 75.0000 85.0000 5625.0000 7225.0000 6375.0000 -1.7428 3.0373
25 85.9375 90.0000 7385.2539 8100.0000 7734.3750 9.1947 84.5427
26 78.1250 95.0000 6103.5156 9025.0000 7421.8750 1.3822 1.9105
Jumlah 1995.3125 2140.0000 153962.4023 178100.0000 164921.8750 0.0000 836.5572
Rata-rata 76.7428 82.3077

Koefisien Korelasi dalam Regresi Linier


n (XiYi) (Xi) (Yi)
r
= {n Xi2 ( Xi)2}{(n Yi2 (Yi)

r = 0.540 rtabel = 0.404


Ho
>
rhitung rtabel ditolak

Jadi, terdapat hubungan positif antara curiosity dan pemahaman konsep sebesar 0,540
Lampiran 43 205

DOKUMENTASI PENELITIAN

A. KELAS EKSPERIMEN
206

B. KELAS KONTROL

Anda mungkin juga menyukai