Anda di halaman 1dari 152

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN


COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION
(GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS)

(Kuasi Eksperimen di SMP N 10 Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
SIGIT WIBOWO
NIM: 105016100526

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H / 2011 M
Motto

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia akan
mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya.
( Q.S Al-Baqarah : 286 )

Cintailah apa yang engkau cintai sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia akan menjadi
sesuatu yang engkau benci, dan bencilah apa yang engkau benci sekedarnya saja, mungkin
suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang paling engkau cintai.
( H.R Bukhari Muslim )

Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan


Bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama
Kesulitan ada kemudahan
( H.R Tarmidzi )

“ untuk meraih hal yang besar, kita tidak hanya harus bertindak, tapi juga bermimpi;
Tidak hanya merencanakan, tapi juga yakin “
( Anatole France )

Hidupku,matiku agamaku hanya untuk Allah; dan menjadi orang yang bermanfaat bagi
Diriku dan orang lain adalah kebahagiaanku
( penulis )
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:


Allah SWT yang telah mengijinkan aku untuk bisa hidup dan melihat dunia ini
Almarhum Ayahanda tercinta yang selalu ada bagiku mesti telah tiada, dan ibu tercinta atas
cinta dan kasih sayang yang tak terhingga dan atas Doanya.
Ayah , ibu,. Baktiku semasa usiaku mungkin ta kan cukup membalas segala budi baik dan
kasih sayangmu padaku.,tapi aku bercita-cita untuk menjadi penerang dan penyejuk mu
diakhirat kelak.. doaku kan selalu menyertaimu Ayah.,Ibu.,
Tanpamu, aku hanya sebuah bunga yang layu dan ta kan tumbuh..
Cintamu,kasihmu dan sayangmu membuatku tumbuh dan indah merekah..
Love u mom,,dad…

Kakak-kakakku ( Abenk, andri irawan, nina herlina, ade rita Rosita dan yang lainnya )
Yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk cepat menyelesaikan
kuliahku.

Keponakan2 kecilku ( dinda, dafina, salma, nazwa, edria, upi, akmal, Zahra, )
Jangan nakal yaa”…………….

‘’ Seseorang ‘’ yang telah memberikan semangat dan selalu membantuku dalam


penyelesaian skripsi ini.

Teman-teman Biologi khususnya angkatan 2005, terima kasih atas kebaikan


kalian semua

Almameterku tercinta

Para pembaca budiman


SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Sigit Wibowo


NIM : 105016100526
Jurusan : Pendidikan IPA-Biologi
Angkatan Tahun : 2005
Alamat : Dsn. Sukakarya Rt/Rw 02/10 Desa. Telukjambe Kec.
Telukjambe Timur Kab. Karawang 41361

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA


Bahwa skripsi yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Biologi Dengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group
Investigation (GI) Dan Think Pair Share (TPS) adalah benar hasil karya sendiri
di bawah bimbingan dosen:
1. Nama : Nengsih Juanengsih., M.Pd
NIP : 19790510 200604 2 001
Dosen Jurusan : Pendidikan IPA-Biologi
2. Nama : Yuke Mardiati., S.Si
NIP : 19760117 200701 2 013
Dosen Jurusan : Pendidikan IPA-Biologi

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
LEMBARAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN


MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS)

Oleh:
SIGIT WIBOWO
NIM: 105016100526

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Nengsih Juanengsih, M.Pd Yuke Mardiati S.Si


NIP : 19790510 200604 2 001 NIP : 19760117 200701 2 013
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul:” Perbandingan Hasil Belajar Siswa Dengan


Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group
Investigation ( GI ) Dan Think–Pair–Share (TPS) (Quasi Eksperimen Di SMP
N 10 Tangerang Selatan )” disusun oleh Sigit Wibowo, NIM 105016100526,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasyah
tanggal 14 Februari 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPA (Biologi).

Jakarta, Maret 2011


Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Baiq Hana Susanti M.Sc …….…………... ……………...


NIP. 19700209 200003 2 001

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Prodi)

Nengsih Juanengsih M.Pd …….…………... ……………...


NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Drs. Ahmad Sofyan M.Pd …….…………... ……………...


NIP. 19650115 198703 1 020

Penguji II

Dr. Zulfiani, M.Pd …….…………... ……………...


NIP. 19760309 200501 2 002

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK

SIGIT WIBOWO (105016100526). Perbandingan Hasil Belajar Biologi Siswa


Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Group
Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS). Skripsi Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan Metode


Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa. Penelitian ini dilakukan di
SMP Negeri 10 Kota Tanggerang Selatan dengan fokus bahasan materi penelitian
pada konsep sistem pencernaan pada manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan September 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen, dengan desain penelitian tipe Two Group, Pretest posttest design.
Sampel diambil secara Random Sampling dari 72 siswa dibagi menjadi 2 kelas,
yaitu kelas eksperimen I (menggunakan GI) dan kelas eksperimen II
(menggunakan TPS). Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes
berupa soal-soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa pedoman wawancara
dan lembar observasi. Data hasil instrumen tes, dianalisis dengan uji statistik
berupa uji perbandingan nilai pretest dan posttest kedua kelas, sedangkan data
hasil instrumen nontes dianalisis secara kualitatif dan digunakan untuk
mendeskripsikan tingkat keberhasilan penggunaan kedua metode.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh bahwa perbedaan


hasil belajar kedua kelas sangat signifikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada
hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai postest.
Hasilnya adalah nilai thitung = 6,1439 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikan 1%
adalah 2,650 dan taraf signifikan 5% adalah 2.000. Terlihat bahwa nilai thitung >
ttabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan
metode cooperative learning tipe GI dan TPS.

Kata kunci: Metode Cooperative Learning, Group Investigation (GI), Think Pair
Share (TPS), Hasil Belajar Biologi.
ABSTRACT

SIGIT WIBOWO (105016100526). Result Comparasion Student In Learning


Biology Using Cooperative Learning Method Type Group Investigation (GI) and
Think Pair Share (TPS)S1 The skripsi of Biology Education Department, Faculty
of Tarbiya and Teaching Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.

This research is aimed to compare the result of student learning Biology


using cooperative learning, type group investigation (GI) and think pair share
(TPS) methods. Research was carried out in SMP Negeri 10 South Tangerang, on
September 2010. Focusing on subject human digestive system using quaition
experiment methods, with Two Group, Pretest posttest design research.

Sample was collected randomly from 72 students divided into 2 classes,


experiment class I (using GI) and experiment class II (using TPS). Instrument
used in this research is a multiple choice questions test and as a non test
instrument is a interview and observation sheet.Result from the test instrument
then statistically analayzed as a comparasion between pretest and posttest scores
from the two classes. While the result from non test instrument analayzed
qualitatively and is used to describes the successfully level using both methods.

Based on the analyzed data, the differences between both classes were
very significant. The conclusion are taken from the value of hypothesis test using t
test for both posttest scores. The result is to = 6,1439 while ttable at significant level
1 % is 2,650 an at significant and level 5 % is 2,000. Is shows that the value of to
> ttable at both significant level of 1% or 5%. And there fore it shows the
differences in student learning Biology using cooperative learning methods of GI
and TPS type.

Keywords: Method of Cooperative Learning, Group Investigation (GI), Think


Pair Share (TPS), The Learning Biology.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat
sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhluk lain. Syukur
Alhamdulillah penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada
putus dan henti-hentinya. Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga
kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnah-
nya.
Pemilihan judul skripsi “ Perbandingan Hasil Belajar Biologi Dengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group
Investigation (GI) dan Think-Pair-Share (TPS) ” berdasarkan asumsi bahwa
kedua tipe metode tersebut memiliki kelebihan dan ciri khas masing-masing yang
mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga menjadi ketertarikan sendiri
bagi peneliti untuk membandingkan keduanya.
Apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masukan serta pengarahannya dalam penulisan
skripsi ini dan selalu ada saat peneliti kesulitan.
4. Ibu Yuke Mardiati S.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Hj. Elly Wijayanti M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kota
Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian dan memberikan bantuan selama penelitian.

i
6. Ibu Rahayu S.Pd., Guru bidang studi IPA SMP Negeri 10 Kota Tangerang
Selatan, yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada peneliti
selama melakukan penelitian.
7. Ibunda tercinta, Hj. Ecin Kuraesin yang selalu mencurahkan kasih
sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada henti-hentinya, bagaikan oase di
padang pasir yang memberikan kesegaran di saat kekeringan, dan selalu
memberikan senyuman ketenangan dikala datang kegelisahan. Semoga
Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia menyayangi peneliti.
8. Kakak-kakakku khususnya Bambang Irawan dan Andri Irawan yang sabar
menuntun dan memotivasi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, serta
keponakan-keponakanku terima kasih atas do’a dan dukungannya selama
ini baik secara moril maupun materil.
9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2005 yang
memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa (MENWA) Wira Dharma UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan Castrena 06.
11. Keluarga Besar Lembaga Dakwah Kampus KOMDA FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan An-Nahl Danny sudayat,
Welman, Iwan Sasmita.
12. Sahabat-sahabatku, terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari keterbatasan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Jakarta, November 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
D. Rumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN,


KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ..................... 7
A. Teori Konstrukstivisme Dalam Pembelajaran IPA.................. 7
1. Konstruktivisme ......................................................... 7
2. Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme .............. 9
3. Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) ........................... 11
4. Group Investigation (GI) ........................................... 18
5. Think Pair Share (TPS) ............................................. 23
6. Hakikat Metode Pembelajaran .................................... 27
7. Hakikat Hasil Belajar Biologi .................................... 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 34
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 36
D. Hipotesis Penelitian .............................................................. 38

iii
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 39
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 39
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................ 39
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 40
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 40
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 41
F. Kalibrasi Instrumen ............................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ............................................................. 46
H. Hipotesis Statistik ................................................................. 49

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ..................................................................... 50
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ......................................... 52
C. Pembahasan .......................................................................... 57
D. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 61

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Fase-fase Dalam Pembelajaran Kooperatif .................................. 16


2. Tabel 3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 39
3. Tabel 3.2 Pengumpulan Data ...................................................................... 40
4. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen .................................................................... 41
5. Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest ............... 50
6. Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Postest ............... 51
7. Tabel 4.3 Perhitungan Normal Gain ........................................................... 52
8. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelas GI .................................................... 52
9. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas TPS .................................................. 53
10. Tabel 4.6 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................... 53
11. Tabel 4.7 Uji-t Data Pretest Kelas GI dan TPS ......................................... 54
12. Tabel 4.8 Uji-t Data Postest Kelas GI dan TPS ......................................... 54

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Kisi-kisi pretest dan posttest sistem pencernaan


Pada Manusia ............................................................................................68
2. Lampiran 2. Instrumen Tes System Pencernaan Pada manusia ....................71
3. Lampiran 3. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ..............................................77
4. Lampiran 4. Soal pretest dan posttest ..........................................................78
5. Lampiran 5. Lembar Observasi Kuasi Eksperimen
metode Group Investigation .......................................................................81
6. Lampiran 6. Hasil pretest dan posttest kelas 8.1 Materi Sistem Pencernaan
Metode Group Investigation........................................................................83
7. Lampiran 7. Hasi pretest dan posttest kelas 8.2 Materi Sistem Pencernaan
Metode Think Pair Share ............................................................................87
8. Lampiran 8. Uji Normalitas .........................................................................91
9. Lampiran 9. Uji Homogenitas .....................................................................94
10 Lampiran 10. Uji N-Gain GI dan TPS .........................................................96
11. Lampiran 11. Uji Hipotesis .........................................................................98
12. Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode GI ................... 102
13. Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode TPS ................ 114
14. Lampiran 14. LKK GI dan TPS ................................................................. 126
15. Lampiran 15. Hasil Wawancara................................................................. 132

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran seringkali peserta
didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas dititikberatkan kepada kemampuan anak untuk
menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga saat anak didik lulus dari sekolah, mereka
tidak memiliki daya kreatifitas dan inovasi yang tinggi.
Kenyataan ini terjadi pada semua mata pelajaran yang menggunakan
pengajaran konvensional. Mata pelajaran Sains tidak dapat mengembangkan
kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi
pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses
pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak
anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihapal, pendidikan yang ada
tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta
potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan tidak pernah
diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan
memecahkan masalah hidup, serta diarahkan untuk membentuk manusia yang
kreatif dan inovatif.1
Undang–undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa:
“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. ”2

1
Wina Sanjaya.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta
Kencana Prenada Media Group. h. 1
2
Ibid., h. 2

1
2

Konsep pendidikan menurut undang–undang mengarah kepada


pengembangan potensi peserta didik, ini berarti proses pendidikan itu harus
berorientasi kepada siswa ( student active learning). Pendidikan adalah upaya
pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang
sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas
pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan
menejejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat mengahafal
data dan fakta. 3
Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses
belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada
akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal.
Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya fasilitator yaitu
guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang
melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi siswa.4
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan
siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif,
melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan
terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang
sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal
hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut dapat terwujud, Guru
seharusnya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai
cara membelajarkan siswa.
Modalitas belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar,
sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara
membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari
rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan
pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang

3
Ibid., h.2
4
Yuli Purwanti Hasanah. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Jigsaw Dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Di MTs NU Ungaran. (Skripsi
Universitas Semarang). Tersedia dalam : http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi diakses
pada:01-01-2010. h.1
3

memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut.


Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat
merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan
konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.
Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut
kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia harus ditingkatkan, yang dapat
dilakukan melaui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas peserta
didik melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami
disiplin ilmu IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses
pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus
memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek
kemampuan tersebut. 5
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(Scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA disetiap jenjang
pendidikan lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
dengan penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.6
Pendidikan Biologi merupakan bagian dari pendidikan Sains dan sebagai
salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan
pendidikan nasional yang ada. Biologi merupakan wahana untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab
kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami alam dan makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran
Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga
proses penemuan. Selain itu Biologi merupakan salah satu pendidikan dan
langkah awal bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep

5
Efi. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pendekatan
Cooperative Learning Teknik Jigsaw Dengan Teknik STAD. (Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta).
6
BSNP. 2006. hal 484.
4

tentang alam untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar


dapat berperan aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Untuk
merealisasikan hal tersebut maka harus terjadi peningkatan mutu pendidikan
dalam pembelajaran Biologi dan Sains. Namun pada kenyataan yang ada
dalam pendidikan Sains atau Biologi belum adanya peningkatan mutu
pendidikan.
Masalah-masalah pembelajaran Sains atau Biologi di antaranya adalah:
pengajaran Sains hanya mencurahkan pengetahuan (tidak berdasarkan
praktik). Dalam hal ini, fakta, konsep dan prinsip Sains lebih banyak
dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada
hasil kerja praktik. Variasi kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit.
Pada saat ini, guru hanya mengajar dengan ceramah dikombinasi dengan
media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. 7
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan
keuntungan bagi siswa untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
akademik dengan teman-teman sebaya, yang membutuhkan pemikiran lebih
mendalam tentang ide-ide yang terdapat pembelajaran kooperatif adalah
untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerja sama kolaborasi. Dalam
proses pembelajaran Biologi tidak harus belajar dari guru kepada siswa.
Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnya.8
Kegiatan pembelajaran seperti Cooperative Learning turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Menurut Slavin seperti
dikutip Efi, pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok kecil siswa yang
bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kelompoknya.
Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi

7
Iin Anggraini. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS (Think-Pair-Share)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII D Smp Muhammadiyah 2 Surakarta
Tahun Ajaran 2008/2009.( skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta ). Tersedia dalam :
http://etd.eprints.ums.ac.id/42962A420050062/pdf [29-12-09]
8
Ibid.
5

pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk


bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan
belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya.9
Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat orang lain dan bekerja
dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan
menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam
memecahkan masalah. Karena dengan adanya komunikasi antara anggota-
anggota kelompok dalam menyampaikan pengetahuan serta pengalamannya
sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar
serta hubungan sosial setiap anggota kelompok. Kegiatan-kegiatan di dalam
pembelajaran Biologi merupakan upaya untuk bagaimana siswa dapat
memahami konsep-konsep.10
Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada
siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif
dalam proses belajar di kelas, sehingga dapat memberikan alternatif
pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan pada proses
pembelajaran Biologi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul ”
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION ( GI ) DAN THINK–PAIR–
SHARE (TPS) ”

9
Efi. Perbedaan Hasil Belajar Biologi. Op.Cit., hal.5
10
Ibid.
6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan hasil belajar Biologi antara kelas yang
menggunakan metode cooperative tipe GI dengan TPS?
2. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru
3. Bagaimana signifikansi peningkatan hasil belajar Biologi setelah diberikan
perlakuan penggunaan metode cooperative tipe GI dan TPS?

C. PembatasanMasalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian hanya dibatasi pada ”
Perbandingan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan metode
Cooperative Learning tipe GI dan TPS ”

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah
"Bagaimanakah perbandingan hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan
Cooperative Learning tipe GI dan TPS ? ”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan metode
Cooperative Learning tipe Group Investigation dan Think Pair Share
terhadap peningkatan hasil belajar Biologi siswa.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru, dapat meningkatkan motivasi untuk terampil memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.
2. Bagi Siswa, memotivasi untuk meningkatkan pemahaman tentang IPA
3. Bagi Sekolah, menjadi salah satu sumber data untuk pengembangan
pembelajaran di Sekolah.
4. Bagi Peneliti, memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian
pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk
diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA


1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Dalam hal ini pengetahuan terbentuk bukan hanya dari objek semata,
tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang diamati. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua
faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Dengan
demikian, pengetahuan itu tidak bersifat statis tapi bersifat dinamis,
tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.1
Konstruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa sendiri
pengetahuan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan konsep secara
aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses
ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan
pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.2
Pernyataan Piaget seperti dikutip Wina yang menyatakan bahwa pada
dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, artinya pengetahuan yang sangat
bermakna bagi seorang anak ialah pengetahuan yang dirasakan,dihasilkan
dan dibangun berdasarkan pengalaman yang dialaminya secara langsung.
Pengetahuan bagi seorang anak hanya akan dianggap seperti angin lalu

1
Wina Sanjaya.2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group. h. 264
2
Isjoni, Cooperative Learning : Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. 30-31.

7
8

dan dilupakan setelahnya apabila proses dalam memperolehnya


3
berdasarkan pemberitahuan tanpa melalui pengalaman.
Pembentukan kemampuan berfikir seseorang dilakukan melalui proses
asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah
struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi
adalah proses perubahan skema.4
Hakikat pengetahuan yang dituturkan piaget sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. 5
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan
dalam belajar mengajar adalah:
a. Pengetahuan berasal dari siswa sendiri
b. Pengetahuan bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke murid
c. Siswa aktif dalam menalar dan mengkonstruksi
d. Guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah dalam pembelajaran
e. Relevansi masalah dengan siswa
f. Struktur pembelajaran berpikir kritis
g. Penilaian terhadap siswa
h. Ketepatan penggunaan kurikulum. 6

3
Wina. Op.Cit., h. 124
4
Ibid., h. 124
5
Ibid., h. 264
6
Surianto. Teori Pembelajaran Konstruktivisme. Terdapat di :
http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/2007.
diakses tanggal 15-10-10
9

2. Pembelajaran IPA berbasis konstruktivisme


IPA memuat aktivitas mempertanyakan dan meneliti fenomena alam
melalui dua karakteristik, yaitu empiris dan analitis. Karakteristik empiris
diperoleh melalui kegiatan observasi dan mendeskripsikan segala sesuatu
yang ada di sekitar. Sedangkan karakteristik analitis berupa pencarian
makna dari hasil observasinya. Prosedur empiris dan analitis dalam usaha
mengungkapkan dan menjelaskan fenomena tersebut disebut dengan
proses ilmiah, dari deskripsi pengertian IPA inilah, pembelajaran IPA
mencakup aktivitas yang mengembangkan keterampilan–keterampilan
proses, sehingga pembelajaran IPA tidak hanya mencakup produk IPA
tetapi juga proses pembelajaran itu sendiri.7
Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari
pendidik kepada peserta didik, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Dengan
demikian, pembelajaran berarti partisipasi pendidik dan peserta didik
dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. 8
Pendekatan konstruktivis dilandasi oleh dua teori yaitu Teori
Perkembangan Kognitif Piaget, dan Teori Perkembangan Mental
Vygotsky. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam
program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan
pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media
belajar yang lain serta peranan Guru sebagai fasilitator yang
mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh
berbagai pengalaman belajar.9

7
Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajar Melalui
Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw Dengan Teknik STAD. (Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).h.10
8
Ibid., h.10
9
Surianto. Op.Cit., hal.1
10

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:


a. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak,
tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa,
Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar
yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi
kognitif dan hanya jika Guru penuh perhatian terhadap metode
yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu,
barulah dapat dikatakan Guru berada dalam posisi memberikan
pengalaman yang dimaksud.
b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget
menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made
knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong
menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan
dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik,
Guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung
dengan dunia fisik.
c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh
karena itu harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di
dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk
klasikal. Hal ini sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam
pembelajaran khas menerapkan pembelajaran kooperatif secara
ekstensif. 10

10
Yusuf, Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok
Barat NTB, (Skripsi Universitas Negeri Semarang). Tersedia:
http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf [30-12-09]
11

Dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan (Howe &


Jones,1993). Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk
pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di
sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam
pengajaran menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin
bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Vygotsky yakin bahwa
pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas
yang belum dipelajarai namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan
kemampuannya. Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar
dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi
dan diperlukan bantuan Guru terhadap siswa dalam kegiatan
pembelajaran.11
Berarti proses belajar mengajar IPA di SLTP tidak hanya
berlandaskan pada teori pembelajaran perilaku, tetapi lebih menekankan
pada penerapan prinsip-prinsip belajar teori kognitif. Impilikasi teori
belajar kognitif dalam pembelajaran IPA adalah memusatkan kepada
berpikir atau proses mental anak, dan tidak sekedar kepada hasilnya.12

3. Pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran kooperatif


( Cooperative Learning )
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

11
Ibid., h. 21-22
12
Efi. Op.Cit., h.11
12

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi


dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.13
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses Sains.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan
hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan
selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan
pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta
menbgkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan
atau memecahkan masalah sehari-hari. Mata pelajaran Biologi
dikembangkan melalui kemampuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika,
fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya.14
Biologi dapat diartikan sebagai salah satu pendidikan dan langkah
awal bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep tentang
alam untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar dapat
berperan aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Untuk
merealisasikan hal tersebut maka harus terjadi peningkatan mutu
pendidikan dalam pembelajaran Biologi dan Sains. Namun pada kenyataan
yang ada dalam pendidikan sains atau Biologi belum adanya peningkatan
mutu pendidikan, karena pembelajaran yang masih bersifat teacher
center.15

13
Badan Standar Nasional Pendidikan.2006 .Panduan penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. h . 451
14
Ibid., h. 451.
15
Dwi Apriyani. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan
Pendekatan Interaktif Pada Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. (Skripsi Universitas Islam
13

Metode Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu metode


pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan
interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran.16
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
samalainnya sebagai satu kelompok satu tim. Istilah cooperative learning
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan Guru dalam mengaktifkan siswa,yang tidak
dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
orang lain. 17 Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar
dengan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat memaksimalkan
proses belajar pada dirinya sendiri dan siswa lainnya. 18
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran atau
pembelajaran yang didasarkan pada paham konstrutivisme. 19 Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).h.2.Tersedia dalam : http://idb-


4.wikispaces.com/fileviewss4006.pdf. [29-12-09]
16
Yustini Yusuf. dan Mariani Natalina. 2005.Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi
Melalu Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktur Di Kelas I7 SLTP Negeri 20
Pekanbaru. Program studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau : Jurnal
Biogenesis)vol.2(1).Hal 8-12. Tersedia dalam : http://biologi-
fkip.unri.ac.id/karya_tulis/yustini/upayapeningkatan08-12/pdf [29-12-09]
17
Endah sulistyowati.. Tersedia dalam :
http://endahsulistiyowati.wordpress.com/2009/06/01/cooperativelearning/feed/htm [29-12-09]
18
Roger T. Jhonson dan David W. Jhonson, Coopertive Learning. Diakses 21 Januari
2008 dari http//:www.co-operation.org/pages/cl.html.
19
Endah.Op.Cit., h.1
14

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai


jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa keberhasilan peserta didik akan
tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Kelompok dibuat kecil,
biasanya terdiri dari tiga sampai lima orang agar interaksi antar anggota
kelompok menjadi maksimal dan efektif. Selain itu diharapkan dapat
menyelesaikan tugas kolektif tanpa supervisi langsung dan Guru20
Sebenarnya pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Pada awal
abad pertama seorang filosof berpendapat bahwa untuk dapat belajar,
seseorang harus memiliki pasangan/teman. Dari situlah ide pembelajaran
koopertif itu dikembangkan. Herbert Thelan, mengembangkan prosedur
yang lebih tepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Thelan
berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau
miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan
antar pribadi.21
Definisi tentang pembelajaran kooperatif sebenarnya juga sangat
beragam. Beberapa pendapat mengenai pembelajaran kontrukstivisme
dikemukan oleh para ahli pendidikan diantaranya menurut Elliot dalam
Endah pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai satu set dari metode
instruksional, yang mana murid didorong untuk bekerja bersama-sama
dalam mengerjakan tugas akademik. Menurut Slavin seperti dikutip Endah
mengemukakan pengertian Cooperative Learning adalah In Cooperative
Learning methods, students work together infour member teams to master
material initially presented by the teacher. Carolyn Kessler (1992) juga
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar
kelompok yang diatur sehingga kebergantungan pembelajaran pada
struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan

20
Ibid., h.1
21
Desi sadiati. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Investigasi Kelompok Pada Pokok Bahasan Gaya Dan Percepatan Kelas VII SMP N 2
Bukateja Tahun Ajaran 2005/2006. ( Skripsi Universitas Negeri Semarang )
http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi [30-12-09]
15

tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri


dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya. 22
Dua alasan berkenaan dengan pembelajaran kooperatif, pertama,
beberapa hasil penelitian membuktikan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga
diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat
memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. 23
Cooperative learning dilandasi oleh falsafah homo homini socius,
yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan kerja sama
merupakan kebutuhan penting bagi kelangsungan hidup manusia. 24
Metode pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar
belajar kelompok. Ada unsur–unsur dasar pembelajaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning
dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih
efektif.25 Hal yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative
leraning bukan sekadar kerja kelompoknya, melainkan pada
penstrukturannya, termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok,
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.26

22
Endah . Op.Cit., h.1
23
Wina. Op.Cit,. h 242.
24
Anita Lie, Cooperative Learning ( Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas), (Jakarta : Grasindo, 2002), hal. 27
25
Ibid., h.29
26
Ibid., h.18
16

Menurut Slavin seperti dikutip Yusuf, konsep sentral yang menjadi


karakteristik cooperative learning yaitu:
a. Penghargaan kelompok, cooperative learning menggunakan tujuan-
tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.
Keberhasilan kelompok didasarkanpada penampilan individu
sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar
personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling
peduli.
b. Pertanggungjawaban individu, pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes
dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk berhasil, cooperative learning
menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode ini setiap siswa baik yang
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya. 27
Pembelajaran kooperatif mempunyai 6 langkah/fase utama sebagai
berikut :28
Tabel 2.1. Fase-fase dalam pembelajaran kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada
memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada
Menyajikan informasi siswa baik dengan demonstrasi/teks

27
Yusuf. Op.Cit., h 25-26
28
Ibid., h 29-30.
17

Fase Kegiatan Guru


Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa ke bagaiamana caranya membentuk
dalam kelompok – kelompok kelompok belajar agar melakukan
belajar perubahan yang efisien
Fase 4 Guru membimbing kelompok –
Membantu kerja kelompok kelompok belajar pada saat siswa
dalam belajar mengerjakan tugas siswa
Fase 5 Guru mengetes materi pelajaran atau
Mengetes materi kelompok menyajikan hasil-hasil
pekerjaan siswa
Fase 6 Guru memberikan cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional


(individual) yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 29
Berikut ini beberapa tujuan dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran
kooperatif antara lain:
a). Suasana kooperatif meningkatkan motivasi belajar siswa dibandingkan
dengan suasana belajar kompetitif dan individual.
b). Interaksi antar siswa membentuk kemampuan kognitif dan sosialisasi
yang baik, menciptakan aktvitas intelektual yang akan meningkatkan
hasil belajar.
c). Belajar kooperatif dapat meningkatkan kepercayaan terhadap teman,
mengurangi perasaan asing terhadap orang lain dan sikap individual,
serta membangun hubungan yang baik antar siswa.
d). Belajar kooperatif dapat meningkatkan penghargaan terhadap diri
sendiri, hasil dari pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan
hasil belajar tapi juga meningkatkan sikap menghargai, dan peduli
terhadap orang lain dalam diri siswa.
e). Kecakapan bekerjasama meningkat.
29
Yustini Yusuf dan Mariani Natalina. Op.Cit., h.26.
18

Cooperative Learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman


siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerja sama,
menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa
dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi
kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.30
Beberapa model pembelajaran yang dikembangkan dari coopertive
learning menurut Muhamad Surya dalam Endah diantaranya Jigsaw ,
STAD (Student Team Achiement Division), Group Investigation (GI),
Team Games Tornamnet (TGT), Rotating Trio Exchange. Arends dalam
Endah, menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis model yang digunakan
dalam metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: Student Team
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigasi (GI) dan
pendekatan struktural .31 Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer
Kagen yang terdiri dari dua macam struktur yang terkenal yaitu Think–Pair
Share (TPS) dan Numbered–Head Together (NHT).32

4. Group Investigation (GI)


Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang
paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills).33

30
Efi. Op.Cit., h. 15.
31
Endah . Op.Cit., h.1
32
Yusuf, Y. dan Mariani Natalina. Op.Cit., h. 9.
33
Kiranawati. Metode investigasi kelompok ( group investigation ) tersedia dalam :
http://Gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-group-
investigation/feed/htm [29-12-09]. h.1
19

Group investigation adalah penemuan yang dilakukan secara


berkelompok: murid/siswa secara berkelompok mengalami dan melakukan
percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip.34
Investigasi kelompok merupakan pendekatan organisasi yang
memungkinkan kelas untuk bekerja secara aktif dan kolaboratif dalam
kelompok kecil dan memungkinkan siswa untuk mengambil peran aktif
dalam menentukan tujuan belajar siswa selama proses pembelajaran.35
Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Selain itu juga
dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv.
Model ini merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana
para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan
kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif
(Sharan dan Sharan, 1992) dalam Robert E. Slavin.36 Berbeda dengan
STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang
dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan siswa. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada
pendekatan yang lebih terpusat pada Guru.37
Sebuah metode investigasi-kooperatif dari pembelajaran di kelas
diperoleh dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses
pembelajaran sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Group
Investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan
pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak
memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran kelas. Komunikasi
dan interaksi kooperatif di antara teman sekelas akan mencapai hasil

34
Burhanuddin dan Sujoto. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model
Pembelajaran Group Investigation Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari – Mojokerto.
Tersedia dalam : http://ptkGuru.wordpress.com/2008/05/19/penelitian-tindakan-kelas-ptk-upaya-
meningkatkan-minat-belajar-geografi-melalui-model-pembelajaran-group-investigation-kelas-xi-
ips-sma-muhammadiyah-ii-mojongsari/feed/htm [29-12-09]
35
Matthew Q.Bounds and Mc.Donald. The Group Investigation Teaching Model.h.3
36
Robert E, Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2008),diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. h. 24
37
Yusuf. Op.Cit., h. 32
20

terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil di mana pertukaran di


antara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif dapat terus bertahan. 38
Group Investigation sesuai untuk proyek-proyek studi yang
terintegrasi yang berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan,
analisis, dan mensintesiskan informasi sehubungan dengan upaya
menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek. Tugas akademik
haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
memberikan kontribusi dan tidak boleh dirancang hanya sekedar
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat factual. Penting bagi
Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang
dituntut dari siswa. Anggota kelompok mengambil bagian dalam
merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek siswa. Bersama
siswa menentukan apa yang siswa ingin investigasikan sehubungan
dengan upaya siswa untuk “ menyelesaikan masalah yang dihadapi;sumber
apa yang dibutuhkan, siapa akan melakukan apa dan bagaimana
menampilkan proyek hasil investigasi yang sudah selesai ke hadapan
kelas”. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong
tumbuhnya interdependensi yang bersifat positif di antara anggota
kelompok.39
Guru yang menggunakan Investigasi kelompok memiliki sedikitnya
tiga tujuan, yaitu:(1). Investigasi Kelompok membantu siswa belajar
bagaimana menyelidiki suatu topik secara sistematis dan analitis (proses
inkuiri), (2). Pemahaman yang mendalam atas suatu materi, (3). Diskusi
belajar bagaimana bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah. 40
Peran Guru dalam kelas bertindak sebagai narasumber dan fasilitator.
Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan
untuk melihat bahwa siswa dapat mengelola tugasnya, dan membantu tiap
kesulitan yang siswa hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah
dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek
38
Robert E, Slavin. Op.Cit., h.215
39
Ibid. h.215-216
40
Desi Sadiati. Op.Cit., h.16
21

pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah Guru harus membuat


model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para
siswa, seperti dalam diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-
kelompok kecil.41
Guru menerapkan metode investigasi kelompok dengan membagi
kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam
topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada
seluruh kelas.42
Deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok
dapat dikemukakan sebagai berikut:43
a. Seleksi topik
Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh Guru. Para
siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok
yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen
baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Siswa beserta Guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
41
Robert E, Slavin. Op.Cit., h.217
42
Yusuf. Op.Cit., h.32
43
Kiranawati. Op.Cit., h.1
22

untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam


maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh Guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau
kelompok, atau keduanya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, metode Group Investigation
merupakan metode yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran.
Metode pembelajaran Group Investigation ini membantu Guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan siswa. Dengan model pembelajaran ini minat belajar siswa
meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi
siswa.44

44
Burhanuddin.dan sujoto. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model
Pembelajaran Group Investigation Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah. Tersedia dalam:
http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/19/penelitiantindakan-kelas-ptk-upaya-meningkatkan-
inat-belajar-geografi-melalui-model-pembelajaran-group-investigation-kelas-XI-IPS-SMA-
muhammadiyah-II-Mojosari-mojokerto/feed/htm [29-12-2009]
23

5. Think-Pair-Share (TPS)
Teknik Think–Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
45
mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share
berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas
Maryland.46
TPS adalah strategi diskusi yang melibatkan siswa-siswa berpikir
secara individual dan berbagi ke seluruh kelas guna menjawab pertanyaan,
mencari solusi dari suatu masalah atau mengerjakan tugas pelajaran. 47
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-
kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain,
namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana Guru
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban
setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. 48
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa
bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh
penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur
yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada
struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau
keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-
pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh Guru

45
Vera Apnia Handayani.2009.” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan
Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) Pada Konsep Hidrokarbon “
(skripsi UIN Syahid Jakarta).
46
Usman. “ Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model think Pair Share Dalam
Peningkatan Penguasaan Konsep Listrik Statik Pada SLTP Negeri 4 SIGLI “ Jurnal FKIP
Universitas Jabal Ghafur. hal.50
47
Anonim. Think Pair Share. “ Think Sheet”. Think Pair Share. Tersedia di :
http://www.ilstu.edu/helfishe/websitedoc/thinkpairshare.doc. h.1
48
Yusuf. Op.Cit., h.32
24

untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa


terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token,
merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan
keterampilan sosial.49
Menurut Ibrahim seperti dikutip Yusuf, TPS memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak
untuk berpikir, menjawab dan saling memberikan satu sama lain. TPS
adalah sebagai ganti Tanya-jawab seluruh kelas. Model pembelajaran ini
tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal,
berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan
hasil kuis dan berikan reward.50
Pelaksanaan TPS di kelas terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut:51
a. Thinking. Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan
tersebut secara mandiri dalam beberapa saat.
b. Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain
untuk mendiskusikan apa yang telah diperkirakannya, disini
pasangan akan memberikan berbagai jawaban dan berbagai ide jika
persoalan khusus telah diidentifikasi. Dalam tahap ini, setiap
anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil
pemikiran siswa dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap
paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya Guru
memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

49
Ibid., h.33
50
Yusuf, Y. dan Mariani Natalina. Op.Cit., h.9
51
Ibid.
25

c. Sharing. Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan


seluruh kelas tentang hal yang telah siswa bicarakan, dilakukan
bergiliran pasangan demi pasangan sampai lebih kurang
seperempat pasangan yang ada di kelas mendapatkan kesempatan
untuk melaporkannya.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model TPS adalah:52
a. Think
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan Aktifitas : Guru
melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual Aktifitas : Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban
dari permasalahan yang disampaikan Guru. Langkah ini dapat
dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil
pemikiranya masing-masing.
b. Pair
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-
masing dengan pasangan Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa
untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan jawaban yang menurut siswa paling benar atau
paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja
kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS
sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan
secara kelompok.
c. Share
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban didepan kelas.

52
Evi Masluhatun ni’mah. Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dalam
Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 3 Semarang. ( Skripsi Universitas
Negeri Semarang ) Tersedia dalam : http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi [01-01-10]
26

Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan


masalah Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah
didiskusikan.
Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam TPS memberikan
keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya
masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga
kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones seperti dikutip Evi,
akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil
pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya,
kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas.
Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk
terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah
berbicara didepan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena
pasangannya.53
Manfaat TPS adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih
banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama
lain ketika siswa terlibat dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang
mengangkat tangan untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya.
Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu
tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para
Guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir
ketika menggunakan TPS. Guru dapat berkonsentrasi mendengarkan
jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan
tingkat tinggi.54
Keunggulan think pair share dibandingkan metode yang lain adalah
optimalisasi partisipasi siswa, karena kelompok kecil yang heterogen
sehingga siswa lebih terkendali dan optimal dalam penyelesaian masalah

53
Ibid., h.37
54
Ibid., h.38
27

bersama pasangannya.55 Beberapa keunggulan yang lain dari think pair


share adalah:
1. Cepat,karena tidak menghabiskan waktu lama
2. Interaksi perseorangan yang mampu memotivasi siswa dengan sedikit
perhatian khusus dalam pengambilan masalah
3. Siswa dapat mempertanyakan berbagai jenis bentuk pertanyaan
4. Melibatkan anggota kelas dan mengajak siswa dalam menjawab
pertanyaan tanpa harus berpisah dari teman kelasnya
5. Guru dapat menilai pemahaman siswa dari beberapa kelompok selama
kegiatan dan mengumpulkan respo-respon diakhir kegiatan
6. Guru bias melakukan kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi satu atau
beberapa kali selama waktu yang diberikan.56
6. Hakikat Metode Pembelajaran
a. Pengertian metode pembelajaran
Tujuan kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah
komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Dengan memanfaatkan metode secara akurat, Guru akan mampu mencapai
tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.
Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu,
maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.57

55
Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani. “ Penerapan Pendekatan Struktural Think
Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN Pekanbaru
Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati TA. 2002/2003 “ Jurnal Biogenesis Vol.1(1):9-
14,2004
56
Nik Azlina Binti Nik Mahmood Nik Ahmad. “ Collaborative Teaching Environment
System Using Think Pair Share Technique “ Dissertation Faculty Of Computer Science and
Information Technology University Of Malaya Kuala Lumpur 2008.
57
Syaiful bahri djamarah dan aswan zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta. hal 75 dan 77
28

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses membuat orang


melakukan belajar sesuai dengan rancangan. Interaksi timbal balik
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. 58
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran
yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat bergantung pada cara Guru menggunakan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
59
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara atau prosedur yang
digunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan
keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.60 Metode berbeda
dengan strategi, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk
mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of
operation acvhieving something, sedangkan metode adalah a way in
achieving something.61
Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah tidak semua
metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan
pembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung. Semua metode
pembelajaran memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan relevan dengan tujuan
pembelajaran tertentu namun tidak cocok untuk tujuan dan keadaan yang

58
Sulanam. Belajar. Tersedia di: http://sulanam.sunan-ampel.ac.id. h.1 diakses pada: 11-
30-2010.
59
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Op.Cit., h.147
60
Oshman. Konsep Dasar Metode dan Teknik Pembelajaran. Tersedia di:
http://oshman.wordpress.com/2010/01/21/konsep-dasar-metode-dan-teknik-pembelajaran. h.1
diakses pada: 11-30-2010
61
Wina. Op.Cit., h 127
29

lain. Dengan kata lain, semua metode memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. 62
Penjelasan tersebut memberikan suatu kesimpulan metode
pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh pendidik dalam proses
belajar mengajar dengan menggunakan fakta dan konsep–konsep yang
tersusun secara sistematis dalam mencapai tujuan pembelajaran.

7. Hakikat Hasil Belajar Biologi


a. Hakikat belajar.
Belajar adalah proses yang terus–menerus, yang tidak pernah berhenti
dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi
bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada
masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Prinsip belajar sepanjang hayat
tersebut sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang
dirumuskan UNESCO yaitu:63
1) Learning to know, bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya
berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus
berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar siswa
tidak hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, tetapi juga
memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari
yang harus dipelajari itu.
2) Learning to do, bahwa belajar tidak hanya sekedar mendengar dan
melihat, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir
penguasaan kompetensi.
3) Learning to be, bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “
menjadi dirinya sendiri”. Artinya, belajar untuk mengaktualisasikan
dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki
tanggung jawab sebagai manusia.
4) Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama.

62
Oshman. Op.Cit., h.3
63
Herdian. Teori-teori Belajar Piaget, Bruner, Vygotsky. Tersedia di:
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/teori-teori-belajar-piaget-bruner-vygotsky. h.1
30

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat


dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan “ learning is
process by wich an activity originates or changed through tarining
process procedurs (wether in the laboratory or in the naural
environment) as distinguished from changes by factors not atributable to
training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun
dalam lingkungan ilmiah.64
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of
Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,
belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses
memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in
respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu
suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat.65
Belajar menurut kajian di atas merupakan suatu proses yang terjadi
secara internal yang meliputi perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan
sebagainya yang tidak dapat dilihat dengan nyata.
b. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif
Dua aspek yang penting yang mendasari keberhasilan cooperative
learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif.66
1) Teori motivasi
Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran
kooperatif terutama terletak dalam bagaimana bentuk hadiah atau
struktur pencapaian tujuan saat siawa melaksanakan kegiatan.

64
Sulanam. Op.Cit., h.1
65
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan baru, (Bandung: PT
Remaja) Rosdakarya, 2004), h. 91
66
Bahriyatul Azizah. 2006. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Pada Siswa Kelas II MAN Suruh. (Skripsi Universitas Negeri Semarang)
31

Diidentifikasi ada tiga macam struktur pencapaian tujuan yaitu


sebagai berikut:
a) Kooperatif dimana orientasi tujuan masing-masing siswa
turut membantu pencapaian tujuan siswa lain.
b) Kompetitif dimana uapaya siswa untuk mencapai tujuan akan
menghalagi siswa lain dalam pencapaian tujuan.
c) Individualistik dimana upaya siswa untuk mencapai tujuan
tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai
tujuan tersebut.
2) Teori Kognitif
Teori ini mengukur efek-efek dari bekerjasama dalam diri
individu. Teori ini dikelompokkan dalam dua kategori:
a) Teori Perkembangan: Asumsi dasar dari teoti perkembangan
adalah interaksi siswa diantara tugas-tugas yang sesuai
meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
yang sulit. Vygotsky mendefinisikan zone of proximal
development sebagai jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau
melaui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu
b) Teori Elaborasi Kognitif: Teori ini memiliki pandangan yang
berbeda. Penelitian dalam psikologi kognitif telah
menemukan bahwa supaya informasi dapat disimpan didalam
memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada dalam
memori itu, maka siswa harus terlibat dalam kegiatan
restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu materi. Salah satu
elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan
materi itu pada orang lain.
32

c. Faktor-faktor Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor internal dan
faktor eksternal.67
1) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri
antara lain :
a) Kelemahan mental, kecerdasan, intelegensi dan bakat khusus
b) Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, cacat
c) Gangguan yang bersifat emosional
d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang
menyebabkan timbulnya kesulitan belajar antara lain :
a) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk
aktif
b) Kurikulum yang kurang fleksibel
c) Beban studi yang terlalu berat
d) Metode mengajar yang monoton
e) Situasi lingkungan keluarga yang tidak mendukung
Muhibbin Syah menambahkan pendekatan sebaga faktor yang
mempengaruhi belajar. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap
ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya,
biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan
tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi
(faktor internal) dan dapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor
eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil pembelajaran.68

67
Agus Triarso. Faktor-faktor Dalam Proses Belajar. Tersedia di: http://waroeng-
edukasi.blogspot.com/2008/12/faktor-faktor-dalam-proses-belajar.html h.1
68
Muhibbin Syah. Op.Cit., h.132
33

d. Hasil Belajar Biologi


Skiner dengan teori conditioning operan-nya mengatakan bahwa hasil
belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya, respon
baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap,
keterampilan) yang baru. Gagne berpendapat; belajar ialah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi
beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk
memperoleh kapabilitas yang baru. Kapabilitas inilah yang disebut hasil
belajar. Berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku
yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan,
informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah
yang disebut kapabilitas hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.
Sementara itu, Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga
domain atau ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah
sikap.
Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar
menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga
didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya. Secara umum Reigeluth
mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorisasi
menjadi tiga (3) indikator, yaitu: (1) efektivitas pembelajaran, yang
biasanya di ukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai
sudut: (2) efisiensi pembelajaran,yang biasanya diukur dari waktu belajar
dan atau biaya pembelajaran, (3) daya tarik pembelajaran yang selalu
diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Secara
spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang
diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah
diperoleh.69

69
Efi. Op.Cit., h.33
34

Paparan teori dan konsep tentang hasil belajar di atas memberikan


kesimpulan bahwa hasil belajar Biologi ialah perilaku berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi dan strategi kognitif yang
diperoleh oleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dan segala
komponennya yang diimplementasikan dengan perkembangan kinerja
belajar biologinya.

B. Hasil penelitian yang relevan


Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengasah kemampuan berpikir,
berketerampilan memecahkan masalah dan menjadikan siswa sebagai subjek
sehingga siswa mampu berpikir kritis. Dalam aliran konstruktivisme
pengetahuan tidak didapatkan dengan sendirinya, melainkan melalui
pengalaman–pengalaman yang dirasakan oleh siswa sehingga menghasilkan
suatu pengetahuan yang bermakna yang tersimpan dalam long term memory
dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh Cooperative
Learning atau pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode Group
Investigation dan Think-Pair-Share dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Seperti hasil penelitian eksperiman yang berjudul “ Pembelajaran Kimia
Melalui Metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) ditinjau dari
kemampuan awal dan kreativitas siswa” yang dilakukan oleh Banu Kisworo
bahwa metode jigsaw dan GI sangat mempengaruhi prestasi kognitif,
psikomotorik, dan afektif.70
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Penti Handayani bahwa, hasil
belajar siswa yang menggunakan metode GI dan CIRCD sama-sama
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kognitif siswa.71 Penelitian

70
Kisworo, Banu. “ Pembelajaran Kimia Melalui Metode Jigsaw Dan Group
Investigation (GI) ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa “Terdapat di :
http://pasca.uns.ac.id/?p=871 di akses 27 juli 2010 pukul 10.12
71
Handayani, Penti. 2010. “ Pembelajaran Biologi dengan group investigation dan
cooperative integrated reading ditinjau dari minat dan kedisiplinan belajar siswa “Terdapat di :
http://pasca.uns.ac.id/?p=672 diakses tanggal 27 juli 2010 pukul 10.35.
35

tersebut dapat dikatakan memberikan pengaruh positif terhadap hasil dan


prestasi belajar siswa. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Venansia
Avelia Rosari, bahwa hasil prestasi belajar kimia dengan menggunakan
metode GI lebih baik dibandingkan hasil prestasi belajar kimia yang
menggunakan TAI (Teams Assisted Individualization).72 Mun Fie TSOI
,Ngoh Khang GOH dan Lian Sai CHIA dalam penelitiannya pun mengatakan
bahwa guru bisa menggunakan metode GI secara efektif dalam pembelajaran
kimia, karena metode ini mencakup interaksi social, pemecahan masalah dan
investigasi bersama.73
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanta
widyaiswara, menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran TPS
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas interaksi kelas VII F di
kelas. Dalam penelitiannya kelas cukup interaktif ditandai dengan banyaknya
siswa yang bertanya dan berkurangnya kegaduhan selama KBM. Hasil
belajar meningkat dengan rata-rata ketuntasan diatas batas ketuntasan
minimal, distribusi kemampuan semakin merata. 74
Penelitian serupa dilakukan oleh Yustini yusuf dan Mariani Natalina,
bahwa berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa selama proses
pembelajaran siklus pertama ini pelaksanaannya belum sesuai dengan
pendekatan struktural tipe TPS. Masih ada siswa yang bekerja secara
individual, tidak ingin berinteraksi dengan teman kelompok, masih enggan
mengajukan pertanyaan dan menanggapi. 75 Niken Eka Priyani dalam
penelitiannya mengatakan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan
metode TPS lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa yang

72
Rosari, Venansia Avelia. “Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode GI dan
Metode TAI yang dilengkapi LKS Terhadap Prestasi Belajar Kimia Pada Pokok Bahasan Laju
Reaksi Pada Siswa Kelas XI IPA Semester I SMA N 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2008/2009 “.
73
Mun Fie TSOI ,Ngoh Khang GOH dan Lian Sai CHIA. “Using group investigation for
chemistry in teacher education ”. Science and Technology Education Academic Group National
Institute of Education Nanyang Technological University Republic of Singapore.
74
Sugiyanta Widyaiswara. Implementasi model pembelajaran kooperatif Thing-Pair-
Share (TPS) pada pokok bahasan zat dan wujudnya di SMPN 1 Kalasan. Tersedia dalam :
http://lpmpjogja.diknas.go.id [19-12-09]
75
Yusuf, Y dan Mariani Natalina. Op.Cit., hal. 8-12.
36

menggunakan metode NHT.76 Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh


Heny Ariyanti yang menyatakan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan
cooveratif learning model think-pair-share ternyata mampu meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.77
Penelitian yang dilakukan oleh Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani N.L
tentang penerapan metode think pair share menyatakan bahwa, think pair
share mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa dalam
pembelajaran Biologi pokok bahasan keanekaragaman hewan. 78

C. Kerangka Berpikir
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan
proses ini meliputi keteampilan mengamati, mengajukan hipotesis,
menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu
mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan
pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan
hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi
faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan
masalah sehari-hari. Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Oleh karena itu dalam
pengajarannya seorang Guru harus mampu mengoptimalkan semua
kemampuan siswa. Dengan metode pembelajaran kooperatif, Guru menjadi
fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran. Penerapan metode

76
Priyani, Niken Eka. “ Pembelajaran Kimia Model TPS dan NHT ditinjau Dari
Kemampuan Awal dan Aktivitas Belajar “ Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret 2010.
77
Ariyanti. S, Heny. “ Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Sistem
Peredaran Darah Dengan Model pembelajaran Tipe TPS pada Siswa Kelas VIII C SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 “ Universitas Muhammadiyah Semarang
2008.
78
Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani N.L. “ Penerapan Pendekatan Struktural
Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dan Aktivitas Siswa Kelas I.7
SLTPN 20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003 “ Jurnal
Biogenesis Vol. 1(1):9-14, 2004. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. ISSN
: 1829-5460
37

pembelajaran kooperatif di dalam kelas memberikan kesempatan kepada


siswa dan kawan–kawan sebayanya untuk terlibat langsung dan bekerja sama
dalam proses belajar.
Metode Group Investigation memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran dari awal dan mendorong siswa
membuat hubungan antara materi yang yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa. Sedangkan pada
metode Think-Pair-Share siswa diberikan kesempatan untuk menemukan ide
pokok dan membahasnya secara bersama dan dipersentasikan secara
berkelompok. Sehingga penyaluran ilmu pengetahuan bersifat merata. Dalam
kedua metode ini peran Guru dalam proses pembelajaran sebagai fasilitator
dan pendamping saat siswa berdiskusi dalam kelompoknya, sehingga siswa
tidak hanya mempertanggungjawabkan hasil belajar kelompoknya tetapi
berbagai juga dalam pengetahuannya.
Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan
bahwa metode tipe Group Investigation (GI) dan Think-Pair-Share (TPS)
masing-masing memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri yang mampu
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa karena bersifat student center.
Namun dari berbagai teori yang ada GI sedikit sulit untuk dilaksanakan
karena mulai dari awal hingga kegiatan pembelajaran ditentukan oleh siswa.
Selain itu banyak kelompok pada GI pun mempengaruhi kinerja saat
pembelajaran dan penyaluran pengetahuan yang tidak merata. Berbeda
dengan TPS yang mudah dalam penerapannya dan hanya terdiri dari
pasangan-pasangan dalam kelompoknya, sehingga memudahkan dalam
penyaluran pengetahuan yang merata. Berdasarkan hal itu peneliti menduga
terdapat perbedaan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe
GI dan TPS, dengan hasil belajar metode tipe TPS lebih baik daripada
menggunakan metode tipe GI pada konsep sistem pencernaan.
38

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka pikir
adalah sebagai berikut: ” terdapat perbedaan hasil belajar Biologi dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
dan tipe Think-Pair-Share (TPS), dengan hasil penelitian penggunaan metode
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dibandingkan tipe Group
Investigation (GI) “
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 pada semester I
Tahun Pelajaran 2010/2011 di SMP N 10 Kota Tangerang Selatan.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. 1 Penelitian
ini membandingkan dua kelompok hasil belajar Biologi antara yang
menggunakan metode GI dan TPS. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk
ke dalam jenis penelitian kausal komparatif.2 Rancangan penelitian yang
digunakan adalah : Two Group, Pretest posttest design. Rancangan tersebut
berbentuk seperti berikut:
Tabel 3.1
DesainPenelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
KE GI QI XGI QI
KE TPS Q2 XTPS Q2

Keterangan:
KE GI: Kelompok eksperimen metode GI
KE TPS : Kelompok eksperimen metode TPS
X1 : Perlakuan dengan metode GI
X2 : Perlakuan dengan metode TPS
Q1 : Pemberian pretest
Q2 : Pemberian posttest
Observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah
eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (Q1) disebut
pretest dan observasi sesudah eksperimen (Q2) disebut posttest. Perbedaan

1
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 85 – 86.
2
M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001),
h. 92.

39
40

antara Q1 dan Q2 yakni Q1 - Q2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan


atau eksperimen.
Dengan Variabel penelitian:
Variabel X : Pembelajaran Biologi dengan mengggunakan metode GI & TPS
Variabel Y : Hasil belajar Biologi siswa

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. 3 Dari pengertian tersebut peneliti
menentukan populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMPN 10 Kota
Tangerang Selatan. Sedangkan populasi target pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Tangerang Selatan dan yang menjadi
sampel adalah sebagian anggota populasi target yang diambil dengan
menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik Random Sampling
(sampel acak) dengan cara random.

D. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperoleh dari penelitan berupa skor hasil belajar biologi siswa
yang diperoleh melalui tes hasil belajar biologi bentuk PG dan Non tes
melalui wawancara dengan data berupa respon siswa.
Tabel. 3.2
Pengumpulan Data
Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
Respon Siswa Siswa Wawancara
Kognitif Siswa Siswa Tes
Respon Guru Guru Wawancara

3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 108-109
41

E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes berupa tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Di
samping itu, untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan
di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes pedoman wawancara.
1. Tes Objektif
Tes ini berupa pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan 4 option.
Digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam
memahami materi yang telah diberikan.
2. Pedoman Wawancara
Tes wawancara ini berisikan pertanyaan yang diajukan kepada siswa
dan guru setelah peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode GI dan TPS. Data yang diperoleh berupa tanggapan guru dan siswa
setelah peneliti menggunakan pembelajaran dengan metode GI dan
TPS.(terdapat dalam lampiran)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen


Sistem pencernaan pada manusia

No Sub konsep Indikator Aspek kognitif


Jumlah
C1 C2 C3
1 Sistem Mendefinisikan 1 - - 1
pencernaan pencernaan makanan
pada manusia Menyebutkan urutan 3,7 - - 2
saluran pencernaan
yang benar
Menerangkan proses 8 5 - 2
pencernaan dalam
mulut
3 Kerongkongan Menjelaskan proses - - 6 1
pencernaan pada
kerongkongan
4 Lambung Mengidentifikasi - *!10 - 1
fungsi dan kerja
lambung sebagai
organ pencernaan
5 Usus Menjelaskan proses 11,12, 15 - 4
pencernaan di dalam 14
usus
42

No Sub konsep Indikator Aspek kognitif


Jumlah
C1 C2 C3
Menyebutkan bagian- 13 - - 1
bagian usus halus
6 Gizi dan Menjelaskan zat - 16,19, - 2
kalori makanan yang
berguna bagi tubuh
Menjelaskan makanan 20, - - 1
yang mengandung
protein
Menjelaskan fungsi *!24 - - 1
protein,lemak,bagi
tubuh.
Mengidentifikasi dan 34,21 - 37 3
memperkirakan
gangguan kekurangan
gizi atau vitamin dan
solusinya
Mengidentifikasi 27,28, - - 3
fungsi enzim pada 29,
system pencernaan
dan tempat
produksinya
7 Penyakit dan Menjelaskan 39,36 40 - 3
kelainan gangguan atau
system penyakit pada organ
pencernaan pencernaan
Jumlah 17 6 2 25
Keterangan : 1) Klasifikasi Bloom: C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), dan C3 (Aplikasi)
2)*! Soal tidak valid yang diperbaiki kualitas pengecohnya.

F. Kalibrasi Instrumen
Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui
validitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan reliabilitas. Setelah
perangkat tes diuji cobakan, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan
tujuan supaya instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benar-benar
dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi:
43

1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan.
Teknik uji coba validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
valid instrumen dengan menggunakan teknik rumus korelasi point biserial.
Rumus yang digunakan :4

Keterangan :
rpbis = koefisian korelasi biserial
Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjaawab salah ( q = 1 – p )
Dikatan valid jika hasil perhitngan memperoleh koefisien korelasi rxys >
rtabel
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada Lampiran.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 40 soal
yang diujicobakan terdapat 22 soal yang dinyatakan valid dan 3 soal yang
direvisi. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,
13, 16, 19, 20, 21, 27, 28, 29, 34, 36, 37, 39, 40 dan 10, 14, 24. Semua soal
yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang
lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini.

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap.

4
Suharsimi. Ibid., 79
44

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument


cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Mencari reliabilitas instrument dengan
menggunakan rumus KR-20:5
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
p = proporsi siswa yang menjawab betul pada butir
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p)
Vt = varians total
Dari hasil uji coba butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh
reliabilitasnya adalah 0,71 termasuk dalam kriteria tinggi.

3. Tingkat Kesukaran Soal


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar.6

Rumus yang digunakan :


Keterangan :
P = Tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata
“proporsi”. Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P (0,70) sampai 1,00 adalah soal mudah
Taraf kesukaran tiap butir soal dihitung dengan menggunakan model
Anates. Berdasarkan perhitungan diperoleh soal kategori sedang berjumlah 3
yaitu nomor 29,22, dan 10, soal kategori mudah berjumlah 20 yaitu nomor 1,
6, 9, 13, 15, 17, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 37, 38, dan 39, soal
5
Ibid., h.182
6
Ibid., h. 208
45

kategori sangat mudah berjumlah 17 yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 11, 12, 14,


16, 18, 19, 24, 30, 32, 36, dan 40.

4. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi
adalah:7

Keterangan:
D = Daya pembeda soal
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = Bnyaknya peserta kelompok bawah
BA
PA = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
JA
BB
PB = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB
0,00 ≤ D ≤ 0,20 : Jelek
0,21 ≤ D ≤ 0,40 : Cukup
0,41 ≤ D ≤ 0,70 : Baik
0,71 ≤ D ≤ 1,00 : Baik Sekali
D : negatif, semuanya tidak baik, jika semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang.
Dalam penelitian ini, daya pembeda masing-masing butir soal dihitung
dengan Anates. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil daya pembeda
terendah sebesar -0,27 dalam kategori jelek dan tertinggi sebesar 0.55
termasuk dalam kategori baik.

7
Ibid., h. 213-214
46

G. Teknik Analisis Data


1. Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretes, gain menunjukan peningkatan
pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Rumus Uji normal gain menurut Meltzer8:

Dengan kategori:9
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0.3
g rendah : nilai (g) < 0,3

2. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu
liliefors10, dengan rumus:
Lo = F (Zi) – S (Zi)
Keterangan:
Lo = Harga mutlak terbesar
F (Zi) = Peluang angka baku
S (Zi) = Proporsi angka baku
Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar

b. Tentukan nilai dengan :


Zt = Skor Baku
Xi = Skor Data
= Nilai Rata – rata
S = Simpangan Baku

8
David E. Meltzer, Addendum to: The Relationship between Mathematic Preparation dan
Conceptual Learning Gains in Physic: a Possible-hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”,
dari http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
9
Richard R. Hake, “Analyzing Change/Gain Scores”, diakses dari http://List.Asu.Edu/Egi-
bin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera_D&P=R6855,American Educational Research Association’s
Division, Measurement And Research Methodology, 1999, p.1, 2 July 2009
10
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001), hal. 466
47

Tentukan besar peluang untuk masing–masing nilai Zi dan sebut


dengan F (Zi) dengan aturan, jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,57 (nilai
tabel) dan jika Zi > 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel).
c. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, Z3,…, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Z 1, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z1), maka:

d. Hitunglah selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga


mutlaknya.
e. Ambil nilai terbesar antara harga–harga mutlak selisih tersebut ini
kita namakan Lo.
f. Memberikan interpretasi Lo, dengan membandingkan dengan Lt. Lt
adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis Uji Liliefors.
g. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah
didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi
normal.
Kriteria pengujian:
Jika L hit < L tab, berarti data berdistribusi normal
Jika L hit > L tab, berarti data berdistribusi tidak normal
48

3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data ini adalah untuk mengatahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher11,
dengan rumus: F = S12
S 22
Keterangan:
F = Uji Fisher
S12= Variansi Terbesar
S22 = Variansi terkecil
Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
b. Bagi data menjadi kelompok
c. Cari masing–masing kelompok nilai simpangan bakunya.
d. Tentukan F hitung, dengan rumus:

e. Tentukan Kriteria pengujian


1) Jika F Hitung < F Tabel maka Ho diterima, berarti varians kedua
populasi homogen.
2) Jika F Hitung < F Tabel maka Ho ditolak, berarti varians kedua
populasi tidak homogen.

Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus fisher, setelah


dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan analisis
data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya perbandingan hasil belajar Biologi siswa dengan
penggunaan metode GI dan TPS .
Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunaan rumus uji t. yaitu:12

11
Sudjana, Op cit, h.249
12
Suharsimi Arikunto, h. 280
49

Keterangan :
to = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok
Mx = Mean kelompok perlakuan metode GI
My = Mean kelompok perlakuan metode TPS
x = Deviasi setiap x2 dari X1
y = Deviasi setiap y2 dari mean Y1
Nx = Jumlah siswa kelompok GI
Ny = Jumlah siswa kelompok TPS
Kriteria Hipotesis, jika :
to ≥ t-tabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolak
to ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikansi α 0,05

H. Hipotesis Statistik
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : µA = µB
Ha : µA < µB
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil, bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
Group Investigation sama dengan hasil belajar siswa dengan metode Think
Pair Share
Ha = Hipotesis alternatif, bahwa hasil belajar dari siswa yang menggunakan
metode Think Paire Share lebih baik dibandingkan hasil belajar dari siswa
yang menggunakan metode Group Investigation.
µA = Hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan pembelajaran metode
GI
µB=Hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan pembelajaran metode
TPS
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada sub bab ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil pretest,
posttest dan N-Gain dari kedua kelas. Pretest yang dilakukan terhadap kedua
metode bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai
pelajaran Biologi pada konsep sistem pencernaan pada manusia. Setelah setiap
kelas mulai diberlakukan metode yang berbeda, posttest baru dilakukan
dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa
setelah menggunakan metode TPS dan GI. Gambaran umum tentang data-
data ini yang telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai
rata-rata, median, modus, standar deviasi dan varians.

1. Hasil Pretest Kelompok GI dan TPS


Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas GI dan TPS dari
penelitian ini disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest

Kelas
No Pemusatan dan Penyebaran
GI TPS
1 Xmin 24 20
2 Xmax 64 60
3 Rata-rata (mean) 49.71 50.7
4 Median 52 52
5 Modus 52 52
6 Standar Deviasi 13.03 9.94
7 Varians 169.78 98.8

50
51

Perhitungan-perhitungan data pretest tersebut dijelaskan secara


rinci pada lampiran 8 dan 9.

2. Hasil Posttest Kelompok GI dan TPS


Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelompok GI dan
TPS dari penelitian ini disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest

Kelompok
No Pemusatan dan Penyebaran
GI TPS
1 Xmin 20 28
2 Xmax 92 100
3 Rata-rata (mean) 64.84 81.51
4 Median 68 84
5 Modus 68 96
6 Standar Deviasi 18.58 17.90
7 Varians 345.21 320.41

Perhitungan-perhitungan data posttest tersebut dijelaskan secara rinci


pada lampiran 8 dan 9.

3. Deskripsi Normal Gain


Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru dengan cara
menghitung nilai normal gain yang merupakan selisih antara nilai pretest
dan posttest yang dicapai oleh siswa.
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh skor normal gain pada
kelas GI dan TPS sebagai berikut:
52

Tabel 4. 3 Perhitungan Normal Gain

Normal Gain Kelas GI Kelas TPS


Terendah -0.3330 -0.2857
Tertinggi 0.8000 1.0000
Rata-rata 0.3147 0.6393
Standar Deviasi 0.3088 0.3170
Kategori Gain sedang Gain sedang

Masing-masing nilai N-Gain dikelompokkan ke dalam tiga


kategori, yaitu rendah (G < 0,30), sedang (0,30 ≤ G < 0,70), dan tinggi (G
≥ 0,70).

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data


1. Uji Normalitas
Langkah awal sebelum dilakukan pengolahan data, terlebih dahulu
dilakukan pengujian prasyarat analisis data yaitu uji normalitas. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila kriteria
Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.Uji
normalitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Liliefors.
Hasil dari perhitungan normalitas yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kelas GI

Lo (Lhitung)
Α Ltabel Kesimpulan
Pretest Posttest
0.05 0.0106 0.0510 0.1497 Ho diterima

Data di atas menunjukkan bahwa Lo pretest dan posttest atau


(Lhitung)<Ltabel, yaitu 0.0106 dan 0.0510<0.1497, maka (Ho) diterima, dapat
disimpulkan bahwa data sampel kelas GI berdistribusi normal.
53

Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kelas TPS

Lo (Lhitung)
Α Ltabel Kesimpulan
Pretest Posttest
0.05 0.1359 0.1008 0.1456 Ho diterima

Data di atas menunjukkan bahwa Lo pretest dan posttest atau L


hitung<Ltabel, yaitu 0.1359 dan 0.1008<0.1456, maka hipotesis nol (Ho)
diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas
TPS berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat perbedaan skor siswa
yang menggunakan metode Group Investigation dan yang menggunakan
metode Think Pair Share. Uji homogenitas kedua kelas dilakukan dengan
Uji Fisher. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas

Fhitung
α N Ftabel Kesimpulan
Pretest Posttest
0.05 70 1.72 1.077 1.75 Ho diterima

Data di atas menunjukkan bahwa Fhitung<Ftabel, maka hipotesis nol


(Ho) diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel
bersifat homogen.
54

3. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa
kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu,
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t.
a. Pretest
Hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t, dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 4. 7 Uji-t Data Pretest Kelas GI dan TPS

ttabel
Kelas N thitung Kesimpulan
α = 0.05 α = 0.01
GI 35 49.71
0.365 2.000 2.650 Ho diterima
TPS 37 50.70

Karena thitung < ttabel, maka Hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan sebelum menggunakan metode pembelajaran dengan GI dan
TPS pada pelajaran IPA–Biologi konsep sistem pencernaan.
b. Posttest
Hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t, dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 4. 8 Uji-t Data Posttest Kelas GI dan TPS

ttabel
Kelas N thitung Kesimpulan
α = 0.05 α = 0.01
GI 35 64.86
6.14 2.000 2.650 Ho ditolak
TPS 37 81.51

Karena thitung > ttabel, maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas TPS lebih baik
dibandingkan hasil belajar pada kelas GI.
55

4. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti kepada enam orang siswa dan 1
orang guru bidang studi IPA, enam orang itu ialah tiga orang perwakilan
dari kelas yang menggunakan metode Group Investigation dan tiga orang
perwakilan dari kelas yang menggunakan Think Pair Share. Ketiga orang
perwakilan dari masing–masing kelas merupakan siswa yang memiliki
nilai pretest dan post test yang heterogen. Hasil dari wawancara tersebut
berisikan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa siswa merasa senang
mengikuti pelajaran IPA dalam hal ini konsep sistem pencernaan dan lebih
mudah dalam memahaminya. Sebelum diberlakukan metode GI dan TPS,
siswa belajar IPA di kelas hanya dengan memperhatikan guru dan
menerima tugas saja, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada teacher
center dan siswa hanya menjadi objek pembelajaran. Siswa yang
melaksanakan pembelajaran dengan metode GI lebih aktif dibanding
sebelumnya, kebersamaan siswa terbentuk dalam penugasan melalui LKK
secara berkelompok dan siswa pun merasakan kerja sama yang kompak,
sehingga saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan melalui LKK. 1

Metode GI pun dinilai mudah diikuti dan dipelajari oleh siswa


yang melaksanakannya, hal ini terbukti tidak adanya kesulitan yang
dijalani oleh siswa saat belajar dengan menggunakan metode GI, selain itu
tahapan investigasi pada metode ini banyak disukai oleh siswa karena
siswa lebih tertantang untuk bereksplorasi dalam menyelesaikan masalah
secara bersama. Dari hasil wawancara dengan 3 orang siswa yang
menjalankan metode GI dapat disimpulkan bahwa, metode GI
memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami IPA, dalam hal
ini konsep sistem pencernaan. Siswa lebih aktif dan senang belajar IPA
dengan menggunakan metode GI. Hal ini yang sama pun dirasakan oleh
siswa yang menggunakan metode TPS dalam pembelajaran IPA, siswa
jadi mudah mengerti belajar IPA dalam hal ini konsep sistem pencernaan.

1
Hasil wawancara penelitian dengan 6orang siswa, 3 dari kelas GI dan 3 dari kelas TPS,
Dilakukan tanggal 22 september 2010.pukul 09.45.
56

Diakui oleh siswa bahwa metode TPS meningkatkan kepercayaan diri


siswa, Hal ini terbukti siswa aktif dalam bertanya dan menyampaikan
pendapat disaat tahapan presentasi kelompok. Siswa yang awalnya enggan
menyampaikan pendapat menjadi aktif dan berani berbicara dalam kelas.
Selain itu, kebersamaan pun terbangun saat siswa menyelesaikan
permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa sangat senang belajar IPA
dengan metode ini, selain membangun kerjasama, kepercayaan diri,
metode ini mampu membuat siswa berfikir kritis dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh kawan–kawannya saat presentasi. Dari
hasil wawancara dengan siswa yang menggunakan metode TPS, dapat
disimpulkan bahwa metode TPS sangat menyenangkan dan mampu
meningkatkan kepercayaan diri, berfikir kritis dan kebersamaan siswa.2

Kedua metode ini ditanggapi oleh guru bidang studi IPA sebagai
pembaharuan dalam pembelajaran IPA di kelas yang diteliti oleh peneliti.
Saat wawancara beliau menyampaikan bahwa, kedua metode ini sangat
bagus dan menarik. Beliau pun mengakui bahwa selama ini murid lebih
menjadi objek pembelajaran dan hanya sekedar mendengarkan guru
menyampaikan materi saja, selain itu sumber belajar seperti buku paket
pun menjadi kendala dalam pembelajaran IPA, karena tidak semua siswa
memiliki buku paket sebagai sumber belajar. Selain itu, beliau pun
menyampaikan bahwa metode think pair share dan group investigation
memberikan berbagai peningkatan pada siswa, terlihat siswa yang awalnya
malas berbicara dan bertanya menjadi aktif dan nilainya pun meningkat. 3

2
Ibid.
3
Hasil wawancara penelitian dengan 1 orang Guru bidang studi IPA selaku observer,
Dilakukan tanggal 20 september 2010.pukul 12.30.
57

5. Hasil Lembar Observasi


Observasi dilakukan oleh guru bidang studi IPA selaku observer,
dengan melihat apakah setiap tahapan yang dilakukan oleh peneliti benar
dan sesuai atau tidak dengan tahapan masing–masing metode tersebut.
Dari hasil lembar observasi yang diisi oleh guru bidang studi IPA selaku
observer, hasilnya adalah peneliti telah menjalankan masing–masing
metode sesuai dengan tahapannya dengan benar.

C. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas GI dan TPS
menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest. Diketahui
nilai rata-rata pretest kelas TPS lebih besar daripada kelas GI, dari pengujian
normalitas, homogenitas dan uji “t” menghasilkan hipotesis Ho diterima dan
Hi ditolak, yang artinya masing-masing kelas memiliki pengetahuan yang
sama dan tidak ada perbedaan hasil belajar.

Data posttest menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata


dari kelas GI dan kelas TPS setelah diberlakukannya pembelajaran biologi
dengan menggunakan metode cooperative tipe group investigation dan think
pair share. Dari data post test kelas TPS memiliki rata-rata lebih tinggi
dibandingkan kelas GI. Pada data post test telah dilakukan pengujian
normalitas dan homogenitas, dengan hasil semua data berdistribusi normal dan
homogen. Sedangkan dari data uji “t” di dapat hipotesis Ho ditolak dan Hi
diterima, yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa
kelas GI dan siswa kelas TPS.

Pernyataan di atas diperkuat dengan data hasil uji statistik


perbandingan nilai N-gain kedua kelas tersebut, dengan kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas, Dengan hasil nilai N-
gain kelas TPS lebih tinggi daripada kelas GI. Perubahan hasil belajar siswa
ditunjukkan dengan nilai posttest dan peningkatannya ditunjukkan dengan
nilai N-gain.
58

Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kedua metode


tersebut menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, kedua metode memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan
hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil dari wawancara dengan
guru bidang studi selaku observer dan 3 orang perwakilan dari kelas GI dan
TPS, bahwa kedua metode tersebut sangat membantu untuk mudah memahami
pembelajaran IPA-Biologi dalam hal ini konsep sistem pencernaan. Meski
kedua metode tersebut memberikan peningkatan terhadap hasil belajar siswa,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, metode think pair share
memberikan peningkatan yang lebih tinggi terhadap hasil belajar siswa
dibandingkan metode group investigation. Peningkatan tersebut terjadi karena
dalam pelaksanaannya metode think pair share memberikan suasana belajar
yang kondusif dan lebih teratur.

Pada pelaksanaannya, pembelajaran dengan menggunakan metode


TPS siswa dibagi beberapa kelompok yang terdiri dari 2 orang yang saling
berpasangan, sesuai dengan namanya pair (berpasangan), sehingga siswa lebih
fokus dan mudah terkontrol saat pelaksanaan pembelajaran, saat presentasi
pun siswa tidak saling mengandalkan dan saling bekerja sama dalam
menjawab pertanyaan dari siswa lain, sehingga tidak hanya salah satu siswa
saja yang memahami materi pelajaran, tetapi secara merata siswa memahami
semua materi yang disampaikan. Sedangkan pada metode GI, satu kelompok
terdiri dari 5 orang, sehingga terkadang ada siswa yang benar–benar
berdiskusi semua, ada yang tidak. Sehingga dalam pembelajaran sedikit
kurang fokus terkadang kondisi kelas pun menjadi gaduh. Hal ini
mengakibatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan tidak tersebar
secara merata, hanya siswa yang aktif dan serius dalam berdiskusi yang
memiliki pemahaman yang lebih terhadap materi yang disampaikan
dibandingkan siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, sehingga
menimbulkan sifat saling mengandalkan satu sama lain.
59

Perbedaan pun terlihat jelas saat pembagian kelompok dan presentasi,


pada metode think pair share, metode pembelajaran TPS pada saat
penyelesaian masalah siswa lebih tertib dan tidak gaduh dalam
menyelesaikannya, selain itu siswa pun lebih fokus berbagi tugas dalam
menyelesaikan masalahnya, karena setiap kelompoknya hanya terdiri dari 2
orang saja sehingga lebih efektif dalam penyelesaiannya, begitu pula saat
presentasi siswa lebih aktif dan terdorong untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat ketika pelaksanaannya. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh sugiyanta widyaiswara yang menyatakan
bahwa kelas yang menggunakan metode think pair share cukup interaktif
dengan ditandai banyaknya siswa yang bertanya dan berkurangnya kegaduhan
selama KBM. 4

Mengenai metode group investigation, setiap kelompok terdiri dari 5


orang, dan hanya 2-3 orang saja yang tampil saat presentasi, sedangkan
selebihnya membantu anggota kelompok siswa dalam menjawab pertanyaan
dari kelompok lain, walaupun ada beberapa kelompok yang melibatkan semua
anggota kelompoknya untuk presentasi. Pada kenyataannya, banyak siswa
yang tidak memperhatikan ketika sebagian kawannya presentasi, hal ini terjadi
karena masing-masing siswa hanya mengandalkan kawannya saja yang tampil
saat presentasi dalam menjawab pertanyaan dari siswa lain, sedangkan
anggota kelompok yang tidak presentasi hanya duduk saja dan bahkan
terkadang membuat kegaduhan saat menyelesaikan masalah. Hal ini
mengakibatkan hanya siswa yang tampil presentasi dan aktif saja yang benar-
benar memahami dan menguasai materi yang disampaikan, sedangkan siswa
yang tidak aktif hanya menjadi penonton dan pendengar saja saat
pembelajaran berlangsung. Sehingga guru harus lebih ekstra dalam mengelola
kelas.

4
Sugiyanta Widyaiswara. Implementasi model pembelajaran kooperatif Thing-Pair-
Share (TPS) pada pokok bahasan zat dan wujudnya di SMPN 1 Kalasan. Tersedia dalam :
http://lpmpjogja.diknas.go.id [19-12-09]
60

Hal ini pun diungkapkan oleh guru bidang studi IPA sebagai observer
dalam melaksanakan kedua metode tersebut, bahwa saat berada di kelas TPS
beliau melihat keaktifan siswa lebih dominan dibanding di kelas GI, dalam hal
pengelolaan kelas, guru lebih baik pengelolaannya ketika berada di kelas TPS
dibanding di kelas GI. Dari penjelasan tersebut membuktikan bahwa metode
TPS sedikit lebih unggul dan efektif dibanding metode GI. Temuan ini
memperkuat hasil uji hipotesis yang menyatakan perbedaan hasil belajar dan
peningkatannya pada kedua kelas sangat signifikan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa hasil belajar pada kedua kelas dan peningkatannya sejalan dengan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik akan diikuti dengan
hasil belajar yang baik pula.

Kendala yang terjadi ketika penelitian dilaksanakan sangatlah


beragam, diantaranya sumber buku yang dimiliki oleh siswa masih terbatas
karena tidak semua siswa mempunyai sumber buku pelajaran IPA, sehingga
terkadang waktu KBM terpotong untuk meminjam buku sumber ke
perpustakaan. Selain itu, peralihan dari satu mata pelajaran ke pelajaran lain
dalam hal ini pelajaran IPA, terkadang saat bel pergantian pelajaran berbunyi
guru masih mengajar dan tidak tepat waktu, akibatnya waktu untuk jam
pelajaran IPA terpotong dan memaksa peneliti melebihkan jam pelajaran, hal
ini terkadang membuat kondisi semangat belajar siswa menurun karena tidak
jarang waktu istirahat siswa terpotong.

Kedua teknik dari metode pembelajaran kooperatif pada dasarnya


memiliki keunggulan masing-masing, kedua teknik ini dapat mendorong siswa
terlibat secara aktif untuk bekerja sama, berdiskusi dan saling membantu antar
anggota kelompok dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi
pemahaman siswa sendiri secara bersama sama. Seperti hasil penelitian
eksperiman yang dilakukan oleh Banu Kisworo, bahwa metode jigsaw dan GI
sangat mempengaruhi prestasi kognitif, psikomotorik, dan afektif.5 Walaupun,
masih terdapat siswa yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran,

5
Kisworo, Banu. 2010. “ Pembelajaran Kimia Melalui Metode Jigsaw Dan Group
Investigation (GI) ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa “ Terdapat di :
http://pasca.uns.ac.id/?p=871 di akses 27 juli 2010 pukul 10.12
61

seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Yustini Yusuf dan Mariani
Natalina, bahwa berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa selama proses
pembelajaran siklus pertama ini pelaksanaannya belum sesuai dengan
pendekatan struktural tipe TPS. Masih ada siswa yang bekerja secara
individual, tidak mau berinteraksi dengan teman kelompok, masih enggan
mengajukan pertanyaan dan menanggapi.6

Berdasarkan teori-teori beberapa ahli dan hasil penelitian relevan yang


telah dipaparkan di kajian teori, serta berdasarkan perhitungan statistika yang
telah dilakukan terbukti adanya peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Biologi dan perbedaan nilai hasil belajar siswa pada
pembelajaran Biologi kelas GI dan TPS. Hal ini menunjukan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation
(GI) dan Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap hasil belajar biologi
siswa dengan hasil yang cukup jauh berbeda.

D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengakui
bahwa terdapat kelemahan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian ini hanya ditujukan untuk mata pelajaran Biologi dalam konsep
sistem pencernaan sehingga tidak dapat digeneralisasi untuk konsep lain
pada mata pelajaran yang sama ataupun pada mata pelajaran lainnya.
2. Terbatasnya media pembelajaran Biologi di tempat penelitian.

6
Yusuf, Y. dan Mariani Natalina. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalu
Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktur Di Kelas I7 SLTP Negeri 20 Pekanbaru.
Program studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau : Jurnal Biogenesis)vol.2(1).Hal 8-12.
Tersedia dalam : http://biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/yustini/upayapeningkatan08-12/pdf [29-
12-09]
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan pengujian statistik


yang dilakukan menerangkan bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar Biologi
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe
Group Investigation dan tipe Think Pair Share, dengan kesimpulan hasil
belajar Biologi yang menggunakan metode kooperatif tipe Think Pair Share
lebih baik dibandingkan tipe Group Investigation.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.

1. Guru bidang studi khususnya Biologi diharapkan dapat menerapkan


pembelajaran Biologi menggunakan metode Cooperative Learning tipe
Group Investigation dan Think Pair Share.
2. Guru Biologi hendaknya berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas
pembelajarannya, khususnya dengan menggunakan metode Cooperative
Learning tipe Group Investigation dan Think Pair Share dalam proses
belajar mengajar agar siswa senang mengikuti pelajaran yang
disampaikannya.
3. Mengingat hasil penelitian ini masih sangat sederhana, maka apa yang
didapat dari hasil penelitian ini bukan merupakan hasil akhir, adanya
keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakannya
penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel dan pada konsep
materi yang lain. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa dijadikan penelitian
lanjutan yaitu untuk mengetahui hubungan metode Cooperative Learning
tipe Group Investigation dan Think Pair Share terhadap nilai pendidikan
sains.

62
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Iin. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS (Think-


Pair-Share) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII
D Smp Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.( Skripsi
Universitas Muhammadiyah Surakarta) tersedia dalam:
http://idb4.wikispaces.com/fileviewss4006.pdf [28-12-2009]

Anonim. Think Pair Share. “ Think Sheet”. Think Pair Share. Tersedia di :
http://www.ilstu.edu/helfishe/websitedoc/thinkpairshare.doc.

Apriyani, Dwi. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan


Pendekatan Interaktif Pada Konsep System Pernapasan Pada Manusia.
(Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Tersedia
dalam : http://idb4.wikispaces.com/fileviewss4006.pdf [29-12-2009]

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : rineka cipta

Ariyanti, Heny. “ Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Sistem


Peredaran Darah Dengan Model pembelajaran Tipe TPS pada Siswa Kelas
VIII C SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 “
Universitas Muhammadiyah Semarang 2008.

Azizah, Bahriyatul. 2006. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas II MAN Suruh.
(Skripsi Universitas Semarang)

Azlina, Nik Binti Nik Mahmood Nik Ahmad. “ Collaborative Teaching


Environment System Using Think Pair Share Technique “ Dissertation
Faculty Of Computer Science and Information Technology University Of
Malaya Kuala Lumpur 2008

Badan Standar Masional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Bounds, Matthew Q. and Mc.Donald. The Group Investigation Teaching Model

Burhanuddin dan Sujoto. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui


Model Pembelajaran Group Investigation Kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah II Mojosari Mojokerto. Tersedia dalam:
http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/19/penelitiantindakan-kelas-ptk-

63
64

upaya-meningkatkan-minat-belajar-geografi-melalui-model-pembelajaran-
group-investigation-kelas-XI-IPS-SMA-muhammadiyah-II-Mojosari-
mojokerto/feed/htm [29-12-2009]

Dzamarah, Sayiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka cipta.

Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajar Melalui
Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw Dengan Teknik STAD.
(Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Evi Suryawati dan Mariani N.L, Rosmaini S,. “ Penerapan Pendekatan Struktural
Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dan
Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN 20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan
Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003 “ Jurnal Biogenesis Vol. 1(1):9-
14, 2004. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. ISSN :
1829-5460

Hake, Richard R., “Analyzing Change/Gain Scores”, diakses dari


http://List.Asu.Edu/Egibin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera_D&P=R6855,Amer
ican Educational Research Association’s Division, Measurement And
Research Methodology, 1999, p.1, 2 July 2009

Handayani, Penti. 2010. “ Pembelajaran Biologi dengan group investigation dan


cooperative integrated reading ditinjau dari minat dan kedisiplinan belajar
siswa“. Terdapat di http://pasca.uns.ac.id/?p=672 di akses 27 juli 2010
pukul 10 :35

Handayani, Vera Apnia.2009.” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa


Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS)
Pada Konsep Hidrokarbon “ (skripsi UIN Syahid Jakarta).

Hasanah, Yuli Purwanti. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad


Dan Jigsaw Dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Di Mts NU
Ungaran. (skripsi universitas semarang). Tersedia dalam:
http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollecskripsi [30-12-2009]

Herdian. Teori-teori Belajar Piaget, Bruner, Vygotsky. Tersedia di:


http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/teori-teori-belajar-piaget-
bruner-vygotsky

Isjoni, Cooperative Learning : Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:


Alfabeta, 2010)

Jhonson, Roger T. dan David W. Jhonson, Coopertive Learning. Diakses 21


Januari 2008 dari http//:www.co-operation.org/pages/cl.html
65

Kiranawati. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) tersedia dalam :


http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-
group-investigation/feed/htm [29-12-2009]

Kisworo, Banu. 2010. “ Pembelajaran Kimia Melalui Metode Jigsaw Dan Group
Investigation (GI) ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa
“.(studi kasus pembelajaran kimia siswa X semester II materi larutan
elektrolit dan non elektrolit SMA N 5 Magelang) tesis Universitas sebelas
maret prodi pendidikan sains. Terdapat di http://pasca.uns.ac.id/?p=871 di
akses 27 juli 2010 pukul 10:12

Lie, Anita. Cooperative Learning : Memperaktikan Cooperative Learning Di


Ruang Kelas. Jakarta:grasindo

Masluhatun Ni’mah, Evi. 2007. Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share


Dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 3
Semarang. (skripsi universitas negeri semarang) tersedia dalam:
http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollectskripsi [01-01-2010]

Meltzer, David E., Addendum to: The Relationship between Mathematic


Preparation dan Conceptual Learning Gains in Physic: a Possible-hidden
Variable” in Diagnostic Pretest Scores”, dari
http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf

Mun Fie TSOI ,Ngoh Khang GOH dan Lian Sai CHIA. “Using group
investigation for chemistry in teacher education ”. Science and
Technology Education Academic Group National Institute of Education
Nanyang Technological University Republic of Singapore

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian.jakarta : Ghalia Indonesia

Oshman. Konsep Dasar Metode dan Teknik Pembelajaran. Tersedia di:


http://oshman.wordpress.com/2010/01/21/konsep-dasar-metode-dan-
teknik-pembelajaran. h.1 diakses pada: 11-30-2010

Priyani, Niken Eka. “ Pembelajaran Kimia Model TPS dan NHT ditinjau Dari
Kemampuan Awal dan Aktivitas Belajar “ Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret 2010.

Rosari, Venansia Avelia. “Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode GI


( Group Investigation ) Dan Metode TAI ( Teams Assisted
Individualization ) Yang Dilengkapi LKS Terhadap Prestasi Belajar Kimia
Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Pada Siswa Kelas XI IPA Semester I
66

SMA N 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2008/2009 ”( Skripsi Universitas


Sebelas Maret Surakarta Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan )

Sadiati,Desi. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Pada Pokok Bahasan
Gaya Dan Penerapan Kelas Vii Smp N 2 Bukateja Tahun Ajaran
2005/2006. (skripsi universitas negeri semarang) tersedia dalam:
http://digilib/unnes.ac.id/gsdcollecskripsi [30-12-2009]

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.ed.1 cet.6:294

Slavin,Robert E.2010.Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung :


Nusa Media. Diterjemahkan oleh: Narulita Yusron.

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001)

Sudrajat dan M subana. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:Pusaka


Setia.

Sulanam. Belajar. Tersedia di: http://sulanam.sunan-ampel.ac.id. h.1 diakses


pada: 11-30-2010.

Sulistyowati,endah. Cooperative Learning. Tersedia dalam:


http://endahsulistyowati.wordpress.com/2009/06/01/cooperativelearning/fe
ed/htm [29-12-2009]

Surianto. Teori Pembelajaran Konstruktivisme. Terdapat di :


http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-
konstruktivisme/2007. diakses tanggal 15-10-10

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru,


(Bandung: PT Remaja rosdakarya).

Triarso, Agus. Faktor-faktor Dalam Proses Belajar. Tersedia di: http://waroeng-


edukasi.blogspot.com/2008/12/faktor-faktor-dalam-proses-belajar.html

Usman. “ Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model think Pair Share


Dalam Peningkatan Penguasaan Konsep Listrik Statik Pada SLTP Negeri
4 SIGLI “ Jurnal FKIP Universitas Jabal Ghafur.

Widyaiswara, Sugiyanta. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Think-


Pair-Share (Tps) Pada Pokok Bahasan Zat Dan Wujudnya Di SMPN 1
Kalasan. Tersedia dalam: http://lpmpjogja.diknas.go.id [19-12-2009]
67

Yusuf. Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Madrasah Aliyah
Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB, (skripsi Universitas Negeri
Semarang). Tersedia dalam:
http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf [28-12-2009]

Yusuf. Y dan Mariani Natalina. 2005. Upaya peningtan hasil belajar biologi
melalui pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktur kelas 17
SLTP negeri 20 pekanbaru. (Prodi Biologi FKIP Universitas Riau: jurnal
biogenesis) vol.2.(1). Hal 8-12 tersedia dalam :
http://biologifkip.unri.ac.id/karya_tulis/yustini/upayapeningkatan08-12/pdf
[29-12-2009]
LAMPIRAN 1

Tabel Kisi-Kisi Pre test dan Post test


SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

No Sub konsep Indikator No Butir Soal Jumlah

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 Sistem pencernaan Mendefinisikan 1 - - - - - 1


pada manusia pencernaan makanan

Menyatakan organ yang *2 - - - - - 1


tergolong kedalam
organ pencernaan

Menyebutkan urutan 3,7 - - - - - 2


saluran pencernaan
yang benar

2 Mulut Menyebutkan rasa yang *4 - - - - - 1


terdapat pada indera
pengecapan

Menerangkan proses 8 5 - - - - 2
pencernaan dalam
mulut

3 Kerongkongan Menjelaskan proses - - 6 - - - 1


pencernaan pada

68
69

kerongkongan

4 Lambung Menjelaskan alur - *!10 - - - - 1


perjalanan makanan.

Menyebutkan bagian- *9 - - - - - 1
bagian lambung

5 Usus Menjelaskan proses 11,12,14 15 - - - - 4


pencernaan di dalam
usus

Menyebutkan bagian- 13 - - - - - 1
bagian usus halus

7 Gizi dan kalori Menjelaskan zat - 16,*17,*18,19,*25, - - - - 5


makanan yang berguna
bagi tubuh

Menjelaskan makanan 20, - - - - - 1


yang mengandung
protein

Menjelaskan fungsi *!24,*26, - - - - - 2


protein,lemak,bagi
tubuh.
70

Mengidentifikasi dan 34,21, *32,*33,*35, 37,*22,*23 - - - 8


memperkirakan
gangguan kekurangan
gizi atau vitamin dan
solusinya

Mengidentifikasi fungsi 27,28,29, *30,*31 - - - - 5


enzim pada system
pencernaan dan tempat
produksinya

8 Penyakit dan Menjelaskan gangguan *38,39,36 40 - - - - 4


kelainan system atau penyakit pada
pencernaan organ pencernaan

Jumlah 22 14 4 - - - 40

Keterangan : 1) Klasifikasi Bloom: C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), dan C3 (Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi)
2) * Soal tidak valid, *! Soal tidak valid yang diperbaiki kualitas pengecohnya
71

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN TES

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

No Indikator Soal Jenjang Butir Soal Kunci Jawaban


Soal

1 Mendefinisikan pencernaan C1 Apakah pengertian dari pencernaan makanan ? C


makanan a. penghancuran makanan secara mekanik
b. penyerapan makanan oleh jonjot-jonjot usus
c. penghancuran makanan dengan bantuan enzim
d. pemecahan makanan hingga dapat diserap usus
2 Menyatakan yang termasuk ke C1 Manakah berikut ini yang merupakan organ pencernaan? B
dalam organ pencernaan. a. Ginjal
b. Usus halus
c. Hati
d. Jantung
3 Menyebutkan urutan saluran C1 Manakah urutan saluran pencernaan manusia yang benar? B
pencernaan manusia yang a. Mulut, kerongkonngan, usus halus, usus besar dan lambung
benar. b. Mulut,kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar
c. Mulut, lambung, kerongkongan, usus halus, usus besar
d. Mulut, kerongkongan, lambung, usus besar dan usus halus
4 Menyebutkan rasa yang C1 Rasa apa sajakah yang terdapat pada Indera pengecap manusia? B
terdapat pada indera pengecap a. Manis, pahit, pedas dan asin
manusia b. Manis, pahit, asin, dan asam
c. Manis, pedas, asin, dan asam
d. Manis, asam, pedas, dan pahit
5 Menerangkan proses C2 Dimanakah Pencernaan makanan yang bersifat mekanis dan kimiawi terjadi ? C
pencernaan mekanik dan a. Duodenum
kimiawi b. Kerongkongan
c. Mulut
d. Usus
6 Menghubungkan peristiwa C2 Prinsip kerja kerongkongan sama seperti selang yang tersumbat oleh batu, kemudian selang B
gerakan peristaltik itu diberi air sehingga batu tersebut sedikit demi sedikit terdorong keluar karena adanya
tekanan air.
Dari penyataan diatas peristiwa apakah yang terjadi pada kerongkongan disaat menelan
makanan?
a. Proses kimiawi
b. Gerakan peristaltik
72

c. Proses mekanik
d. Berkontraksinya otot kerongkongan
7 Menyebutkan urutan saluran C1 Bagaimanakah urutan saluran pencernaan dari dalam ke luar secara urut? C
pencernan dari dalam ke luar a. usus halus–lambung–usus besar–kerongkongan
tubuh b. kerongkongan–mulut–pankreas–usus 12 jari
c. usus 12 jari–lambung–kerongkongan–mulut
d. anus–usus besar–lambung–usushalus
8 Menyebutkan akibat apabila C1 Apakah yang terjadi apabila kamu mengunyah makanan tidak sempurna ? C
makanan tidak dikunyah secara a. makanan akan makin cepat dicerna
sempurna b. makanan dapat ditelan dengan cepat
c. pencernaan menjadi kurang sempurna
d. makanan akan terasa lezat
9 Menyebutkan bagian-bagian C1 Terdiri dari bagian apakah lambung manusia? A
lambung manusia a. Kardiak, fundus dan pylorus
b. Pylorus, vili, dan fundus
c. Kardiak, fundus dan apendiks
d. Ephitelium, pylorus dan kardiak
10 Menjelaskan alur perjalanan C2 Kemanakah alur jalanannya makanan setelah masuk dari lambung? B
makanan. a. ileum
b. duodenum
c. jejenum
d. hepar
11 Menyebutkan proses C1 Dimanakah proses penyerapan makanan terjadi? B
penyerapan makanan a. Lambung
b. Ileum
c. Kolon
d. Duodenum
12 Menyebutkan saluran C1 Saluran pencernaan apakah yang mengeluarkan enzim lipase ? A
pencernaan yang menghasilkan a. usus halus
enzim lipase b. kerongkongan
c. usus besar
d. anus
13 Menyebutkan bagian dari usus C1 Mankah berikut ini yang merupakan bagian dari usus halus? B
halus a. Jejenum, ileum dan usus buntu
b. Duodenum, ileum dan jejenum
c. Ileum, intestinum dan duodenum
d. Usus 12 jari, usus buntu dan jejenum
73

14 Menunjukkan tempat terjadinya C1 Dimanakah terjadinya proses pembusukan zat-zat makanan? A


proses pembusukan makanan a. Usus besar
b. Usus 12 jari
c. Usus halus
d. Lambung
15 Menjelaskan proses pencernaan C2 Manakah berikut ini yang merupakan proses pencernaan yang terjadi di dalam usus besar? B
yang terjadi di dalam usus besar a. Membunuh kuman-kuman yang masuk dengan makanan
b. Penyerapan air dan pembusukan sisa-sisa makanan
c. Pencernaan karbohidrat dan lemak
d. Pelarutan vitamin yang larut dalam air
16 Menjelaskan zat makanan yang C2 Apakah Zat makanan yang tidak perlu dicerna terlebih dahulu oleh tubuh ? A
tidak perlu dicerna oleh tubuh a. Vitamin dan mineral
b. Karbohidrat dan vitamin
c. Mineral dan protein
d. Lemak dan protein
17 Menjelaskan penyerapan asam C2 Melalui apakah Glukosa, asam amino, mineral dan vitamin diserap ? B
amino, glukosa, mineral dan a. Pembuluh limfa
vitamin yang diserap oleh b. Pembuluh getah bening
tubuh. c. Pembuluh saraf
d. Pembuluh darah
18 Menjelaskan zat yang banyak C2 Pada masa pertumbuhan, zat apakah yang harus banyak dikonsumsi oleh anak-anak ? A
dikonsumsi oleh anak-anak saat a. protein
masa pertumbuhan b. lemak
c. vitamin
d. mineral
19 Menjelaskan bahan makanan C2 Bahan makanan apakah yang akan menghasilkan gula pada pencernaan selanjutnya ? D
yang menghasilkan gula a. garam dapur
b. protein
c. vitamin
d. pati
20 Memilih bahan makanan yang C1 Bahan makanan apakah yang semuanya mengandung protein ? B
mengandung protein a. telur, bayam, ketela pohon, kol
b. ikan, hati ayam, kacang panjang,tempe
c. pisang, bayam, kol, agar-agar
d. ketan hitam, mentimun, kacang polong, kedelai
74

21 Menyebutkan penyakit yang C1 Penyakit apakah yang berhubungan dengan pola makan? D
berhubungan dengan pola a. migren
makan b. masuk angin
c. amandel
d. asam urat
22 Menerapkan langkah yang tepat C3 Bagaimanakah langkah yang paling tepat untuk mengatasi asam urat ? C
untuk mengatasi asam urat a. tidak makan makanan yang mengandung purin sama sekali
b. tidak mempermasalahkan jenis makanan yang dikonsumsi
c. mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi tetapi bukan berarti
tidak memakannya sama sekali
d. mengurangi makanan yang mengandung hidrat arang
23 Menghubungkan sikap yang C3 Anton setiap hari makan 4 kali sehari, dan ia gemar sekali mengkonsumsi goreng-gorengan, D
baik terhadap pola makan jajanan warung dan . Malam harinya Anton suka mengkonsumsi makanan ringan seperti
kerupuk, dan kue kering. Kini berat badannya naik melebihi batas ideal dan ia pun sering
mengeluh sesak pada dadanya.
Bagaimanakah sikap yang menurutmu paling bijak terkait dengan pola makan diatas?
a. hanya makan sayur saja
b. makan makanan yang berlemak tanpa terkendali
c. sama sekali tidak makan semua makanan yang mengandung kolesterol
d. menjaga pola makan yang seimbang
24 Menyebutkan fungsi protein C1 Apakah fungsi protein? B
bagi tubuh a. Penawar racun
b. Menyusun enzim, hormon dan pigmen
c. Mengatur suhu tubuh
d. Mengedarkan darah ke seluruh tubuh
25 Menyebutkan zat makanan C2 Apakah Tiga macam zat makanan yang berfungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh? D
yang berfungsi sebagai a. karbohidrat, protein dan vitamin
penghasil energi b. karbohidrat, lemak dan mineral
c. karbohidrat, vitamin dan lemak
d. protein, karbohidrat dan lemak
26 Menyatakan fungsi lemak bagi C1 Apakah fungsi lemak bagi tubuh? B
tubuh a. Membantu mencerna makanan
b. Cadangan makanan
c. Menghisap sari-sari makanan
d. Pelarut vitamin A, D, E dan K
27 Menyebutkan tempat enzim C1 Dimanakah enzim ptialin di produksi? C
ptialin diproduksi a. Lambung
b. Usus besar
75

c. Air liur
d. Usus halus
28 Menyebutkan enzim yang dapat C1 Enzim apakah yang mengubah lemak menjadi gliserol ? D
mengubah lemak menjadi a. penin
gliserol b. renin
c. amilase
d. lipase
29 Menyebutkan enzim yang C1 Enzim apakah yang bertugas mencerna protein? C
bertugas mencerna makanan a. amilase
b. lipase
c. pepsin
d. maltase
30 Menjelaskan enzim yang C2 Enzim apakah yang dihasilkan oleh pankreas? A
dihasilkan oleh pankreas a. amilase
b. pepsin
c. empedu
d. bilirubin
31 Menjelaskan fungsi enzim C2 Apakah fungsi enzim enterokinase? C
enterokinase a. Mengubah Tripsinogen menjadi peptin
b. Mengubah Pepton menjadi asam amino
c. Mengubah Tripsinogen menjadi tripsin
d. Mengubah Maltosa menjadi glukosa
32 Menjelaskan akibat dari C2 Apakah akibatnya jika Kekurangan vitamin B ? A
kekurangan viamin B a. Gangguan saraf
b. Kulit kasar
c. Gangguan tulang
d. Sariawan
33 Menjelaskan penyebab sel C2 Apakah yang menyebabkan sel darah mudah rusak ? B
darah rusak a. kurangnya zat besi
b. kurangnya vitamin E
c. kelebihan fosfor
d. kelebihan iodium
34 Menunjukkan akibat dari C1 Apakah akibat dari kekurangan karbohidrat? C
kekurangan karbohidrat a. diare
b. sembelit
c. busung lapar
d. tukak lambung
76

35 Meramalkan akibat dari C2 Apakah akibatnya jika terjadi Defisiensi vitamin A ? B


defisiensi vitamin A. a. buta warna
b. rabun senja
c. anemia
d. mandul
36 Menyebutkan penyakit yang C1 Apakah nama lain dari penyakit yang menyerang kelenjar lidah? C
menyerang kelenjar lidah a. Apendisitis
b. Konstipasi
c. Paratitis
d. Sariawan
37 Menghubungkan peristiwa C3 Andi terluka ketika ia terjatuh dari sepedanya. Luka yang dialami andi cukup parah, selain C
dengan kelainan zat makanan memar luka darah ditangannya terus keluar dan sukar membeku, sehingga ia harus dibawa ke
rumah sakit.
Dari peristiwa di atas, apakah yang menyebabkan darah sukar membeku?
a. Kelebihan Vitamin B
b. Kekurangan Vitamin C
c. Kekurangan Vitamin K
d. Kelebihan Vitamin E
38 Menyebutkan istilah lain dari C1 Apakah istilah lain dari Parotitis? C
penyakit parotitis a. Radang dinding lambung
b. Sembelit
c. Gondong
d. Radang tenggorokan
39 Menyebutkan peradangan yang C1 Apakah peradangan yang menyerang usus buntu dan diakibatkan oleh bakteri? A
terjadi pada usus buntu dan a. Apendisitis
disebabkan oleh bakteri b. Ulkus
c. Kolik
d. Kontipasi
40 Menjelaskan penyebab C2 Apakah yang menyebabkan terjadinya radang dinding lambung? B
terjadinya radang dinding a. Penyerapan air yang berlebihan
lambung b. Tingginya produksi HCl
c. Kurangnya asupan makanan
d. Kurangnya vitamin K
77

LAMPIRAN 3
REKAPITULASI ANALISIS BUTIR
SOAL
Reabilitas Soal: 0,71 (tinggi)
No Tingkat Kesukaran Daya Beda Validitas
Keterangan
Soal Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
1 72.50 Mudah 36.36 Cukup 0.389 Valid Digunakan
2 95.00 Sangat mudah 0.00 Buruk 0.051 Tidak valid Tidak digunakan
3 92.50 Sangat mudah 9.09 Buruk 0.323 Valid Digunakan
4 95.00 Sangat mudah 0.00 Buruk -0.049 Tidak valid Tidak digunakan
5 95.00 Sangat mudah 18.18 Buruk 0.854 Valid Digunakan
6 85.00 Mudah 36.36 Cukup 0.416 Valid Digunakan
7 90.00 Sangat mudah 18.18 Buruk 0.385 Valid Digunakan
8 92.50 Sangat mudah 27.27 Cukup 0.759 Valid Digunakan
9 82.50 Mudah 36.36 Cukup 0.269 Tidak valid Digunakan
10 70.00 Sedang 36.36 Cukup 0.063 Tidak valid Digunakan (direvisi)
11 95.00 Sangat mudah 18.18 Buruk 0.854 Valid Digunakan
12 90.00 Sangat mudah 27.27 Cukup 0.658 Valid Digunakan
13 85.00 Mudah 45.45 Baik 0.646 Valid Digunakan
14 87.50 Sangat mudah 0.00 Buruk 0.209 Tidak valid Digunakan (direvisi)
15 82.50 Mudah -27.27 Buruk -0.163 Tidak valid Tidak digunakan
16 90.00 Sangat mudah 27.27 Cukup 0.385 Valid Digunakan
17 82.50 Mudah 18.18 Buruk 0.240 Tidak valid Tidak digunakan
18 90.00 Sangat mudah 18.18 Buruk 0.093 Tidak valid Tidak digunakan
19 90.00 Sangat mudah 36.36 Cukup 0.695 Valid Digunakan
20 75.00 Mudah 36.36 Cukup 0.433 Valid Digunakan
21 80.00 Mudah 36.36 Cukup 0.536 Valid Digunakan
22 67.50 Sedang 36.36 Cukup 0.068 Tidak valid Tidak digunakan
23 80.00 Mudah 18.18 Buruk 0.304 Tidak valid Tidak digunakan
24 92.50 Sangat mudah 0.00 Buruk -0.050 Tidak valid Digunakan (direvisi)
25 80.00 Mudah 9.09 Buruk 0.126 Tidak valid Tidak digunakan
26 80.00 Mudah 27.27 Cukup 0.221 Tidak valid Tidak digunakan
27 75.00 Mudah 36.36 Cukup 0.458 Valid Digunakan
28 75.00 Mudah 27.27 Cukup 0.395 Valid Digunakan
29 67.50 Sedang 36.36 Cukup 0.407 Valid Digunakan
30 87.50 Sangat mudah 9.09 Buruk 0.275 Tidak valid Tidak digunakan
31 82.50 Mudah 9.09 Buruk 0.226 Tidak valid Tidak digunakan
32 92.50 Sangat mudah 9.09 Buruk 0.303 Tidak valid Tidak digunakan
33 80.00 Mudah 9.09 Buruk 0.003 Tidak valid Tidak digunakan
34 82.50 Mudah 45.45 Baik 0.513 Valid Digunakan
35 80.00 Mudah 0.00 Buruk 0.221 Tidak valid Tidak digunakan
36 90.00 Sangat mudah 27.27 Cukup 0.622 Valid Digunakan
37 75.00 Mudah 54.55 Baik 0.571 Valid Digunakan
38 85.00 Mudah 9.09 Buruk -0.044 Tidak valid Tidak digunakan
39 75.00 Mudah 18.18 Buruk 0.369 Valid Digunakan
40 87.50 Sangat mudah 27.27 Cukup 0.325 Valid Digunakan
78

LAMPIRAN 4

SOAL Pretest dan Posttest


MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
NAMA :

KELAS :
Perhatikan petunjuk dibawah ini :

1. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
2. Mulailah dengan menjawab pertanyaan yang mudah menurut kalian
3. Jangan mencontek atau memberikan contekan pada teman kalian
4. Mulialah dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim
Selamat mengerjakan!!

1. Apakah pengertian dari pencernaan Dari penyataan diatas peristiwa apakah


makanan ? yang terjadi pada kerongkongan disaat
a. penghancuran makanan secara menelan makanan?
mekanik
a. Proses kimiawi
b. penyerapan makanan oleh jonjot-
b. Gerakan peristaltik
jonjot usus
c. Proses mekanik
c. penghancuran makanan dengan
d. berkontraksinya otot kerongkongan
bantuan enzim
5. Bagaimanakah urutan saluran pencernaan
d. pemecahan makanan hingga dapat
dari dalam ke luar secara urut ?
diserap usus
a. usus halus–lambung–usus besar–
2. Manakah urutan saluran pencernaan
kerongkongan
manusia yang benar ?
b. kerongkongan–mulut–pankreas–usus
a. Mulut, kerongkonngan, usus halus,
12 jari
usus besar dan lambung c. usus 12 jari–lambung–kerongkongan–
b. Mulut,kerongkongan, lambung, usus
mulut
halus, dan usus besar d. anus–usus besar–lambung–usushalus
c. Mulut, lambung, kerongkongan, usus
6. Apakah yang terjadi apabila kamu
halus, usus besar mengunyah makanan tidak sempurna
d. Mulut, kerongkongan, lambung, usus
?
besar dan usus halus a. makanan akan makin cepat dicerna
3. Dimanakah Pencernaan makanan yang
b. makanan dapat ditelan dengan cepat
bersifat mekanis dan kimiawi terjadi ? c. pencernaan menjadi kurang sempurna
a. Duodenum
d. makanan akan terasa lezat
b. Kerongkongan
7. Makanan yang sudah dicerna oleh
c. Mulut
lambung akan diteruskan menuju?
d. Usus
a. ileum
4. Prinsip kerja kerongkongan sama seperti
b. duodenum
selang yang tersumbat oleh batu,
c. jejenum
kemudian selang itu diberi air sehingga
d. hepar
batu tersebut sedikit demi sedikit
8. Dimanakah proses penyerapan makanan
terdorong keluar karena adanya tekanan
terjadi ?
air.
a. Lambung
b. Ileum
c. Kolon
79

d. Duodenum c. amandel
9. Saluran pencernaan apakah yang d. asam urat
mengeluarkan enzim lipase ? 17. Apakah fungsi protein bagi tubuh?
a. usus halus a. Penawar racun
b. kerongkongan b. Menyusun enzim, hormon dan pigmen
c. usus besar c. Mengatur suhu tubuh
d. anus d. Mengedarkan darah ke seluruh tubuh
10. Manakah berikut ini yang merupakan 18. Dimanakah enzim ptialin di produksi ?
bagian dari usus halus ? a. Lambung
a. Jejenum, ileum dan usus buntu b. Usus besar
b. Duodenum, ileum dan jejenum c. Air liur
c. Ileum, intestinum dan duodenum d. Usus halus
d. Usus 12 jari, usus buntu dan jejenum 19. Enzim apakah yang mengubah lemak
11. Dimanakah terjadinya proses menjadi gliserol ?
pembusukan zat-zat makanan ? a. penin
a. Usus besar b. renin
b. Usus 12 jari c. amilase
c. Usus halus d. lipase
d. Lambung 20. Enzim apakah yang bertugas mencerna
12. Manakah berikut ini yang merupakan protein ?
proses pencernaan yang terjadi di dalam a. amilase
usus besar ? b. lipase
a. Membunuh kuman-kuman yang c. pepsin
masuk dengan makanan d. maltase
b. Penyerapan air dan pembusukan sisa- 21. Apakah akibat dari kekurangan
sisa makanan karbohidrat ?
c. Pencernaan karbohidrat dan lemak a. diare
d. Pelarutan vitamin yang larut dalam air b. sembelit
13. Apakah Zat makanan yang tidak perlu c. busung lapar
dicerna terlebih dahulu oleh tubuh ? d. tukak lambung
a. Vitamin dan mineral 22. Apakah nama lain dari penyakit yang
b. Karbohidrat dan vitamin menyerang kelenjar lidah ?
c. Mineral dan protein a. Apendisitis
d. Lemak dan protein b. Konstipasi
14. Bahan makanan apakah yang akan c. Paratitis
menghasilkan gula pada pencernaan d. Sariawan
selanjutnya ? 23. Andi terluka ketika ia terjatuh dari
a. garam dapur sepedanya. Luka yang dialami andi cukup
b. protein parah, selain memar luka darah
c. vitamin ditangannya terus keluar dan sukar
d. pati membeku, sehingga ia harus dibawa ke
15. Bahan makanan apakah yang semuanya rumah sakit.
mengandung protein ? Dari peristiwa di atas, apakah yang
a. telur, bayam, ketela pohon, kol menyebabkan darah sukar membeku ?
b. ikan, hati ayam, kacang panjang,tempe a. Kelebihan Vitamin B
c. pisang, bayam, kol, agar-agar b. Kekurangan Vitamin C
d. ketan hitam, mentimun, kacang c. Kekurangan Vitamin K
polong, kedelai d. Kelebihan Vitamin E
16. Penyakit apakah yang berhubungan 24. Apakah peradangan yang menyerang
dengan pola makan ? usus buntu dan diakibatkan oleh bakteri ?
a. migren a. Apendisitis
b. masuk angin b. Ulkus
80

c. Kolik
d. Kontipasi
25. Apakah yang menyebabkan terjadinya
radang dinding lambung ?
a. Penyerapan air yang berlebihan
b. Tingginya produksi HCl
c. Kurangnya asupan makanan
d. Kurangnya vitamin K
26. Apakah yang menyebabkan terjadinya
radang dinding lambung ?
a. Penyerapan air yang berlebihan
b. Tingginya produksi HCl
c. Kurangnya asupan makanan
d. Kurangnya vitamin K
81

LAMPIRAN 5
LEMBAR OBSERVASI
Kuasi Eksperimen Metode Group Investigation

Penilaian
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Guru mampu mengkondisikan siswa dan kelas sebelum KBM

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Pada Fase seleksi topik apakah guru bersama siswa memilih topik
pembelajaran
4. Pada Fase perencanaan kooperatif apakah guru membimbing siswa
dalam merencanakan prosedur pembelajaran
5. Pada Fase penerapan apakah guru memberikan tugas kepada siswa
melalui LKK dan memberikan bimbingan kepada kelompok
6. Pada Fase analisis dan sintesis apakah siswa melakukan investigasi dan
analisis tugas atau LKK yang diberikan oleh guru.
7. Pada Fase persentasi kelompok apakah siswa mempersentasikan hasil
investigasinya masing-masing.
8. Akhir Fase Evalusai apakah guru mengevaluasi kontribusi dari masing-
masing siswa secara keseluruhan

Observer

( ………………...)
82

LEMBAR OBSERVASI
Kuasi Eksperimen Metode Think-Pair-Share (TPS)

Penilaian
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Guru mampu mengkondisikan siswa dan kelas sebelum KBM
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Pada Fase thinking 1 guru memberikan pengetahuan awal kepada siswa


tentang materi yang akan didiskusikan dan memberikan permasalahan
4. Pada Fase thinking 2 guru menyajikan informasi tentang materi

5. Pada Fase pairing guru membagi siswa dalam beberapa kelompok


dalam tatanan kooperatif dan membimbing mereka agar bekerja sama
dalam menganalisis permasalahan
6. Pada Fase sharing guru meminta siswa menganalisis permasalahan dan
merencanakan untuk persentasi.
7. Pada Fase sharing guru meminta siswa untuk mempersentasikan hasil
dari diskusi dan mengevaluasi hasik diskusi yang sudah di hasilkan.

Observer

( ………………...)
83

LAMPIRAN 6

HASIL Pretest KELAS 8.1 MATERI SISTEM PENCERNAAN

METODE GROUP INVESTIGATION (GI)

44 64 24 56 40 68 76

28 52 40 44 64 60 72

44 52 52 48 64 40 60

40 28 48 48 40 60 60

52 52 60 48 52 36 24

Berdasarkan data skor hasil pretest siswa diatas, maka dapat dibuat tabel skor hasil pretest
sebagai berikut:

Tabel Skor Hasil Pretest Kelas 8.1


X F X2 FX FX2
24 2 576 48 1152
28 2 784 56 1568
36 1 1296 36 1296
40 5 1600 200 8000
44 3 1936 132 5808
48 4 2304 192 9216
52 6 2704 312 16224
56 1 3136 56 3136
60 5 3600 300 18000
64 3 4096 192 12288
68 1 4624 68 4624
72 1 5184 72 5184
76 1 5776 76 5776
668 35 37616 1740 92272

Langkah-langkah selanjutnya yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :


1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar =
84, dan data terkecil = 24, dengan menggunakan rumus:
R = nilai terbesar – nilai terkecil
= 76 – 24
= 52
2. Menentukan banyaknya kelas interval yang diperlukan dengan menggunakan rumus:
K = 1 + 3.3 log N
= 1 + 3.3 log 35
= 1 + 3.3 (1,54)
= 1 + 5,08
= 6,08 ≈ 6
3. Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus:
84

ren tan g ( R ) 52
i   8 .6  9
banyak kelas ( K ) 6
Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelas 8.1GI
Interval Titik Batas Batas Frekuensi
Kelas Tengah Bawah Atas Absolut Relatif
24 – 33
28.5 23.5 33.5 4 11.4%
34 – 43
38.5 33.5 43.5 6 17.1%
44 – 53
48.5 43.5 53.5 13 37.2%
54 – 63
58.5 53.5 63.5 6 17.1%
64 – 73
68.5 63.5 73.5 5 14.3%
74 – 83
78.5 73.5 83.5 1 2.9%

4. Menentukan mean (rata-rata), yaitu dengan menggunakan rumus:

M
 fX 1  1740  49.71
f 35
5. Menentukan median (nilai tengah), yaitu dengan menggunakan rumus:
N  1 35  1
Posisi Median    18
2 2
Median = 52 (di posisi 18)
6. Menentukan modus, (nilai yang paling sering muncul), yaitu: Mo = 52
7. Standar deviasi :

S=

Dari rumus diatas dapat diketahui standar deviasinya adalah 13.03


85

HASIL Postest KELAS 8.1 MATERI SISTEM PENCERNAAN

METODE GROUP INVESTIGATION (GI)

52 84 36 68 20 68 80

92 36 84 80 44 68 58

60 84 72 84 84 68 48

92 60 92 64 72 52 64

68 40 92 60 44 48 52

Berdasarkan data skor hasil pretest siswa diatas, maka dapat dibuat tabel skor hasil pretest
sebagai berikut:

Tabel Skor Hasil Postest Kelas 8.1


X F X2 FX FX2
20 1 400 20 400
36 2 1296 72 2592
40 1 1600 40 1600
44 2 1936 88 3872
48 2 2304 96 4608
52 3 2704 156 8112
58 1 3364 58 3364
60 3 3600 180 10800
64 2 4096 128 8192
68 5 4624 340 23120
72 2 5184 144 10368
80 2 6400 160 12800
84 5 7056 420 35280
92 4 8464 368 33856
818 35 53028 2270 158964

Langkah-langkah selanjutnya yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :


1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar =
92, dan data terkecil = 20, dengan menggunakan rumus:
R = nilai terbesar – nilai terkecil
= 92 – 20
= 72
86

2. Menentukan banyaknya kelas interval yang diperlukan dengan menggunakan rumus:


K = 1 + 3.3 log N
= 1 + 3.3 log 35
= 1 + 3.3 (1,54)
= 1 + 5,08
= 6,08 ≈ 6

3. Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus:


ren tan g ( R) 72
i   12
banyak kelas ( K ) 6

Tabel Distribusi Frekuensi Postest Kelas 8.1


Interval Titik Batas Batas Frekuensi
Kelas Tengah Bawah Atas Absolut Relatif
20 – 32
26 19,5 32,5 1 2,9%
33 – 45
39 32,5 45,5 5 14,3%
46 – 58
52 45,5 58,5 6 17,1%
59 – 71
65 58,5 71,5 10 28,6%
72 – 84
78 71,5 84,5 9 25,7%
85 – 97
91 84,5 97,5 4 11,4%

4. Menentukan mean (rata-rata), yaitu dengan menggunakan rumus:

M
 fX 1  2270  64,85
f 35
5. Menentukan median (nilai tengah), yaitu dengan menggunakan rumus:
N  1 35  1
Posisi Median    18
2 2
Median = 68 (di posisi 18)
6. Menentukan modus, (nilai yang paling sering muncul), yaitu: Mo = 68
7. Standar deviasi :

S=

Dari rumus diatas dapat diketahui standar deviasinya adalah 18,58


87

LAMPIRAN 7

HASIL Pretest KELAS 8.2 MATERI SISTEM PENCERNAAN

METODE Think – Pair – Share (TPS)

52 56 52 48 32 52 44

40 48 68 76 48 68 64

56 44 64 56 36 56 44

52 40 52 48 48 56 36

36 52 44 64 40 44 52

56 52

Berdasarkan data skor hasil pretest siswa diatas, maka dapat dibuat tabel skor hasil pretest
sebagai berikut:

Tabel Skor Hasil Pretest Kelas 8.2


X F X2 FX FX2
32 1 1024 32 1024
36 3 1296 108 3888
40 3 1600 120 4800
44 5 1936 220 9680
48 5 2304 240 11520
52 8 2704 416 21632
56 6 3136 336 18816
64 3 4096 192 12288
68 2 4624 136 9248
76 1 5776 76 5776
516 37 28496 1876 98672

Langkah-langkah selanjutnya yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :


8. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar =
76, dan data terkecil = 32, dengan menggunakan rumus:
R = nilai terbesar – nilai terkecil
= 76 – 32
= 44
9. Menentukan banyaknya kelas interval yang diperlukan dengan menggunakan rumus:
K = 1 + 3.3 log N
= 1 + 3.3 log 37
= 1 + 3.3 (1,57)
= 1 + 5,18
= 6,18 ≈ 6
88

10. Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus:
ren tan g ( R ) 44
i   7,3  7
banyak kelas ( K ) 6
Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelas 8.2
Interval Titik Batas Batas Frekuensi
Kelas Tengah Bawah Atas Absolut Relatif
32 – 39
35,5 31,5 39,5 4 10,8%
40 – 47
43,5 39,5 47,5 8 21,6%
48 – 55
51,5 47,5 55,5 13 35,2%
56 – 63
59,5 55,5 63,5 6 16,2%
64 – 71
67,5 63,5 71,5 5 13,5%
72 – 79
75,5 71,5 79,5 1 2,7%

11. Menentukan mean (rata-rata), yaitu dengan menggunakan rumus:

M
 fX 1  1876  50,7
f 37
12. Menentukan median (nilai tengah), yaitu dengan menggunakan rumus:
N  1 37  1
Posisi Median    19
2 2
Median = 52 (di posisi 19)
13. Menentukan modus, (nilai yang paling sering muncul), yaitu: Mo = 52
14. Standar deviasi :

S=

Dari rumus diatas dapat diketahui standar deviasinya adalah 9,94


89

HASIL Postest KELAS 8.2 MATERI SISTEM PENCERNAAN

METODE Think – Pair – Share (TPS)

80 84 72 96 32 96 96

96 48 56 72 92 96 96

96 96 76 28 100 100 80

96 100 68 92 84 76 76

72 96 80 84 72 80 72

100 80

Berdasarkan data skor hasil pretest siswa diatas, maka dapat dibuat tabel skor hasil pretest
sebagai berikut:

Tabel Skor Hasil Postest Kelas 8.2


X F X2 FX FX2
28 1 784 28 784
32 1 1024 32 1024
48 1 2304 48 2304
56 1 3136 56 3136
68 1 4624 68 4624
72 5 5184 360 25920
76 3 5776 228 17328
80 5 6400 400 32000
84 3 7056 252 21168
92 2 8464 184 16928
96 10 9216 960 92160
100 4 10000 400 40000
832 37 63968 3016 257376

Langkah-langkah selanjutnya yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :


1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar =
100, dan data terkecil = 28, dengan menggunakan rumus:
R = nilai terbesar – nilai terkecil
= 100 – 28
= 72
2. Menentukan banyaknya kelas interval yang diperlukan dengan menggunakan rumus:
K = 1 + 3.3 log N
= 1 + 3.3 log 37
= 1 + 3.3 (1,57)
= 1 + 5,181
= 6,18 ≈ 6
90

3. Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus:


ren tan g ( R ) 72
i   12
banyak kelas ( K ) 6

Tabel Distribusi Frekuensi Postest Kelas 8.2


Interval Titik Batas Batas Frekuensi
Kelas Tengah Bawah Atas Absolut Relatif
28 – 40
34 27,5 40,5 2 5,4%
41 – 53
47 40,5 53,5 1 2,7%
54 – 66
60 53,5 66,5 1 2,7%
67 – 79
73 66,5 79,5 9 24,3%
80 – 92
86 79,5 92,5 10 27%
93 - 105
99 92,5 105,5 14 37,9%

4. Menentukan mean (rata-rata), yaitu dengan menggunakan rumus:

M
 fX 1  3016  81,51
f 37
5. Menentukan median (nilai tengah), yaitu dengan menggunakan rumus:
N  1 37  1
Posisi Median    19
2 2
Median = 84 (di posisi 19)
6. Menentukan modus, (nilai yang paling sering muncul), yaitu: Mo = 96
7. Standar deviasi :

S=

Dari rumus diatas dapat diketahui standar deviasinya adalah 17,90


91

LAMPIRAN 8

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors, dengan rumus:
Lo = F(Zi) – S(Zi)

Langkah-langkah penghitungan uji Liliefors sebagai berikut:


1. Data diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar
_
Xi  X
2. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus Zi 
SD
3. Nilai Zi dikonsultasikan dengan daftar F (kolom Ztabel)

4. Untuk kolom F(Zi): Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0,5 – Zt; Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0,5 + Zt
Zn
5. Untuk kolom S(Zi) S (Zi ) 
Jumlah responden
6. Kolom F(Zi) – S(Zi) merupakan harga mutlak dari selisih antara F(Zi) – S(Zi)
7. Menetukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut untuk menentukan Lo
8. Jika Lo hitung<Lo tabel maka sampel berasal dari distribusi normal.

A. Hasil Tes Kelas 8.1 GI


1. Pretest
Uji Coba Normalitas Liliefors Kelas 8.1 GI
Xi F Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
24 2 2 -1.97 0.4756 0.0244 0.057 0.0327
28 2 4 -1.67 0.4525 0.0475 0.114 0.0668
36 1 5 -1.05 0.3531 0.1469 0.143 0.0040
40 5 10 -0.75 0.2734 0.2266 0.286 0.0591
44 3 13 -0.44 0.1664 0.3336 0.371 0.0378
48 4 17 -0.13 0.1293 0.3707 0.486 0.1150
52 6 23 0.18 0.0714 0.4286 0.657 0.2285
56 1 24 0.48 0.1844 0.3156 0.686 0.3701
60 5 29 0.79 0.2852 0.2148 0.829 0.6138
64 3 32 1.10 0.3643 0.1357 0.914 0.7786
68 1 33 1.40 0.4192 0.0808 0.943 0.8621
72 1 34 1.71 0.4564 0.0436 0.971 0.9278
76 1 35 2.02 0.4772 0.0228 1.000 0.9772

_
X = 49.71 SD = 13.03 Lo = 0.0040
0.886 0.886
Ltabel =   0.1497
35 5.916
Lo<Ltabel = 0.0040 <0.1497
Kesimpulan: Populasi sampel berdistribusi normal
92

2. Posttest
Uji Coba Normalitas Liliefors Kelas 8.1 GI
Xi F Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
20 1 1 -2.41 0.4920 0.0080 0.029 0.0206
36 2 3 -1.55 0.4394 0.0606 0.086 0.0251
40 1 4 -1.34 0.4099 0.0901 0.114 0.0242
44 2 6 -1.12 0.3686 0.1314 0.171 0.0400
48 2 8 -0.91 0.3186 0.1814 0.229 0.0472
52 3 11 -0.69 0.2549 0.2451 0.314 0.0692
58 1 12 -0.37 0.1443 0.3557 0.343 0.0128
60 3 15 -0.26 0.1026 0.3974 0.429 0.0312
64 2 17 -0.05 0.0199 0.4801 0.486 0.0056
68 5 22 0.17 0.0675 0.5675 0.629 0.0611
72 2 24 0.38 0.1480 0.6480 0.686 0.0377
80 2 26 0.82 0.2939 0.7939 0.743 0.0510
84 5 31 1.03 0.3485 0.8485 0.886 0.0372
92 4 35 1.46 0.4279 0.9279 1.000 0.0721

_
X = 64.86 SD = 18.58 Lo = 0.0510
0.886 0.886
Ltabel =   0.1497
35 5.916
Lo<Ltabel = 0.0510<0.1497
Kesimpulan: Populasi sampel berdistribusi normal

B. Hasil Tes Kelas 8.2 TPS


1. Pretest
Uji Coba Normalitas Liliefors Kelas 8.2 TPS
Xi F Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
32 1 1 -1.88 0.4699 0.0301 0.027 0.0031
36 3 4 -1.48 0.4306 0.0694 0.108 0.0387
40 3 7 -1.08 0.3599 0.1401 0.189 0.0491
44 5 12 -0.67 0.2486 0.2514 0.324 0.0729
48 5 17 -0.27 0.1064 0.3936 0.459 0.0659
52 8 25 0.13 0.0517 0.5517 0.676 0.1240
56 6 31 0.53 0.2019 0.7019 0.838 0.1359
64 3 34 1.34 0.4099 0.9099 0.919 0.0090
68 2 36 1.74 0.4591 0.9591 0.973 0.0139
76 1 37 2.54 0.4945 0.9945 1.000 0.0055
_
X = 50.70 SD = 9.94 Lo = 0.1359

0.886 0.886
Ltabel =   0.1456
37 6.082
Lo<Ltabel = 0.1359<0.1456
Kesimpulan: Populasi sampel berdistribusi normal
93

2. Posttest
Uji Coba Normalitas Liliefors Kelas 8.2 TPS
Xi F Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
28 1 1 -2.99 0.4986 0.0014 0.027 0.0256
32 1 2 -2.77 0.4972 0.0028 0.054 0.0513
48 1 3 -1.87 0.4693 0.0307 0.081 0.0504
56 1 4 -1.43 0.4236 0.0764 0.108 0.0317
68 1 5 -0.75 0.2734 0.2266 0.135 0.0915
72 5 10 -0.53 0.2019 0.2981 0.270 0.0278
76 3 13 -0.31 0.1217 0.3783 0.351 0.0269
80 5 18 -0.08 0.0319 0.4681 0.486 0.0184
84 3 21 0.14 0.0557 0.5557 0.568 0.0119
92 2 23 0.59 0.2224 0.7224 0.622 0.1008
96 10 33 0.81 0.2910 0.7910 0.892 0.1009
100 4 37 1.03 0.3485 0.8485 1.000 0.1515
_
X = 81.51 SD = 17.90 Lo = 0.1008
0.886 0.886
Ltabel =   0.1456
37 6.082
Lo<Ltabel = 0.1008<0.1456
Kesimpulan: Populasi sampel berdistribusi normal
94

LAMPIRAN 9

Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas di sini adalah pengujian mengenai sama atau tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian dilakukan dengan uji homogenitas dua varians.
Rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan rumus:
2
S1
Fhitung  2
S2

Langkah-langkah penghitungan uji Fisher sebagai berikut:


1. Merumuskan hipotesis
Ho : Variansi populasi homogen
Ha : Variansi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel N = 70
3. Derajat kebebasan
Penyebut : dk2 = N – 1 = 37 – 1 = 36
Pembilang : dk1 = N – 1 = 35 – 1 = 34
4. Menetukan Ftabel
Untuk dk penyebut 34 dan dk pembilang 36 pada taraf signifikan α = 0,05 dari daftar tabel
distribusi F tidak didapat. Bila demikian diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih
kecil. Cara ini menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka cara
yang lebih tepat ialah dilakukan interpolasi:
30 36 40

6 4
Dari tabel F diperoleh nilai F(0,05,dk = 30;36) adalah 1,79 dan F(0,05,dk = 40;36) adalah 1,69 (Lihat tabel
frekuensi F), maka:

(6x 1,79) + (4 x 1.69)


Ftabel =
4+6
= 1.75
95

A. Hasil Homogenitas Pretest

Tabel Uji Homogenitas Pretest


GI TPS
N 35 37
49.71 50.70
SD 13.03 9.94
2
SD 169.78 98.8

2
S1 169.78
Fhitung  2
 = 1.718=1.72
S2 98.8
Karena Fhitung<Ftabel ; 1.72<1.75; maka Ho diterima yang berarti bahwa kedua sampel
memiliki variansi populasi yang homogen.

B. Hasil Homogenitas Posttest

Tabel Uji Homogenitas Posttest


GI TPS
N 35 37
X 64.86 81.51
SD 18.58 17.90
SD2 345.21 320.41

2
S1 345.21
Fhitung  2
 = 1.077
S2 320.41
Karena Fhitung<Ftabel ; 1.077<1.75; maka Ho diterima yang berarti bahwa kedua
sampel memiliki variansi populasi yang homogen.
96

LAMPIRAN 10

Nilai normal gain (N-Gain) kelas 8.1 Group Investigation

Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep
siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru, dengan rumus:

N gain =

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut:

a. g-tinggi : nilai G ≥ 0,70


b. g-sedang : nilai G0,30 ≥ G < 0,70
c. g-rendah : nilai G < 0,30

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas 8.1 dan 8.2 disajikan dalam tabel
sebagai berikut:

Tabel Nilai N-Gain Kelas 8.1 Group Investigation

Nilai Nilai
Subjek N-Gain Kategori Subjek N-Gain Kategori
Pretest Postest Pretest Postest
A 44 52 0.1429 Rendah S 64 92 0.7778 Tinggi
B 64 84 0.5556 Sedang T 40 60 0.3333 Sedang
C 24 36 0.1579 Rendah U 60 92 0.8000 Tinggi
D 56 68 0.2727 Rendah V 40 64 0.4000 Sedang
E 40 20 -0.3333 Rendah W 28 72 0.6111 Sedang
F 68 68 0.0000 Rendah X 48 52 0.0769 Rendah
G 76 92 0.6667 Sedang Y 48 68 0.3846 Sedang
H 28 36 0.1111 Rendah Z 40 40 0.0000 Rendah
I 52 84 0.6667 Sedang Aa 60 92 0.8000 Tinggi
J 40 80 0.6667 Sedang Bb 60 60 0.0000 Rendah
K 44 44 0.0000 Rendah Cc 52 44 -0.1667 Rendah
L 64 68 0.1111 Rendah Dd 52 48 -0.0833 Rendah
M 60 60 0.0000 Rendah Ee 60 80 0.5000 Sedang
N 72 84 0.4286 Sedang Ff 48 58 0.1923 Rendah
O 44 72 0.5000 Sedang Gg 52 48 -0.0833 Rendah
P 52 84 0.6667 Sedang Hh 36 64 0.4375 Sedang
Q 52 84 0.6667 Sedang Ii 24 52 0.3684 Sedang
R 48 68 0.3846 Sedang
97

Tabel Nilai N-Gain Kelas 8.2 Think Pair Share

Nilai N- Nilai N-
Subjek Kategori Subjek Kategori
Pretest Postest Gain Pretest Postest Gain
A 52 80 0,583 Sedang T 56 100 1,000 Tinggi
B 56 84 0,636 Sedang U 44 68 0,428 Sedang
C 52 72 0,416 Sedang V 52 92 0,833 Tinggi
D 48 96 0,923 Tinggi W 40 84 0,733 Tinggi
E 32 32 0,000 Rendah X 52 76 0,500 Sedang
F 52 96 0,916 Tinggi Y 48 72 0,461 Sedang
G 44 96 0,928 Tinggi Z 48 96 0,923 Tinggi
H 40 48 0,133 Rendah Aa 56 80 0,545 Sedang
I 48 56 0,153 Rendah Bb 36 84 0,750 Tinggi
J 68 72 0,125 Rendah Cc 36 72 0,562 Sedang
K 76 92 0,666 Sedang Dd 52 80 0,583 Sedang
L 48 96 0,923 Tinggi Ee 44 96 0,928 Tinggi
M 68 96 0,875 Tinggi Ff 64 96 0,888 Tinggi
N 64 96 0,888 Tinggi Gg 40 80 0,666 Sedang
O 56 76 0,454 Sedang Hh 44 76 0,500 Sedang
P 44 28 -0,285 Rendah Ii 52 72 0,416 Sedang
Q 64 100 1,000 Tinggi Jj 56 100 1,000 Tinggi
R 56 100 1,000 Tinggi Kk 52 80 0,583 Sedang
S 36 96 0,937 Tinggi

Dari kedua tabel di atas diperoleh data sebagai berikut:

N-gain Kelas 8.1 GI Kelas 8.2 TPS


Terendah -0.3333 -0.2857
Tertinggi 0,8000 1,000
Rata-rata 0,3147 0,637
Standar deviasi 0,3088 0,317
Kategori Gain sedang Gain sedang
98

LAMPIRAN 11

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat perbedaan hasil tes siswa dari kelas 8.1 yang
menggunakan GI dan kelas 8.2 yang menggunakan TPS. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji-t.
Jika data terdistribusi normal dan homogen, dengan rumus:

1   2
t
1 1
S 
n1 n2
A. Uji Hipotesis Hasil Pretest

Tabel Skor Hasil Pretest Kelas 8.1 GI


X F X2 FX FX2
24 2 576 48 1152
28 2 784 56 1568
36 1 1296 36 1296
40 5 1600 200 8000
44 3 1936 132 5808
48 4 2304 192 9216
52 6 2704 312 16224
56 1 3136 56 3136
60 5 3600 300 18000
64 3 4096 192 12288
68 1 4624 68 4624
72 1 5184 72 5184
76 1 5776 76 5776
668 35 37616 1740 92272

Tabel Skor Hasil Pretest Kelas 8.2 TPS


X F X2 FX FX2
32 1 1024 32 1024
36 3 1296 108 3888
40 3 1600 120 4800
44 5 1936 220 9680
48 5 2304 240 11520
52 8 2704 416 21632
56 6 3136 336 18816
64 3 4096 192 12288
68 2 4624 136 9248
76 1 5776 76 5776
516 37 28496 1876 98672
99

Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan rumus di


atas adalah sebagai berikut:
a. Rata – rata (X1) = ∑ Fi.Xi
n
= 1740/35 = 49.71

b. Rata – rata (X2) = ∑ Fi.Xi


n
= 1876/37 = 50.70

c. S 2 
n1  1S12  n2  1S 22
n1  n 2  2
= ( 35 – 1 ) 169.78 + ( 37 – 1 ) 98.8
35 + 37 - 2
= 133.276

S = √133.276

= 11.54

1   2
d. t
1 1
S 
n1 n 2
= 50.70 – 49.71
11.54√1/35 + 1/37
= 0.99/2.71 = 0.365
Tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasan (db = 37 + 35 – 2 = 70),
diperoleh t tabel didapat t hitung < t tabel (0.365 < 2.00) maka harga t hitung tidak signifikan,
sehingga hipotesis nol (Ho) diterima
100

B. Hipotesis Hasil Posttest

Tabel Skor Hasil Posttest Kelas 8.1 GI


X F X2 FX FX2
20 1 400 20 400
36 2 1296 72 2592
40 1 1600 40 1600
44 2 1936 88 3872
48 2 2304 96 4608
52 3 2704 156 8112
58 1 3364 58 3364
60 3 3600 180 10800
64 2 4096 128 8192
68 5 4624 340 23120
72 2 5184 144 10368
80 2 6400 160 12800
84 5 7056 420 35280
92 4 8464 368 33856
818 35 53028 2270 158964

Tabel Skor Hasil Posttest Kelas 8.2 TPS


X F X2 FX FX2
28 1 784 28 784
32 1 1024 32 1024
48 1 2304 48 2304
56 1 3136 56 3136
68 1 4624 68 4624
72 5 5184 360 25920
76 3 5776 228 17328
80 5 6400 400 32000
84 3 7056 252 21168
92 2 8464 184 16928
96 10 9216 960 92160
100 4 10000 400 40000
832 37 63968 3016 257376

Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan rumus di


atas adalah sebagai berikut:
e. Rata – rata (X1) = ∑ Fi.Xi
n
= 2270/35 = 64.86
f. Rata – rata (X2) = ∑ Fi.Xi
n
= 3016/37 = 81.51
101

g. S 2 
n1  1S12  n2  1S 22
n1  n 2  2
= ( 35 – 1 ) 345.21 + ( 37 – 1 ) 320.41
35 + 37 - 2
= 332.46

S = √332.46

= 18.23

1   2
h. t
1 1
S 
n1 n 2
=81.51–64.86
18.23√1/35 + 1/37
= 16.65/2.71 = 6.14
Tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasan (db = 37 + 35 – 2 = 70),
diperoleh t tabel didapat t hitung < t tabel (6.14>2.00) maka harga t hitung signifikan, sehingga
hipotesis nol (Ho) ditolak

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan sesudah menggunakan mtode pembelajaran GI


dan TPS terhadap hasil belajar biologi pada konsep sistem pencernaan.
102

LAMPIRAN 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( Metode GI )
Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :I
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
I. Indikator
1. Menjelaskan saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan sebagai penyusun sistem
pencernaan pada manusia.
2. Menjelaskan fungsi makanan bagi manusia beserta beserta kandungan zat yang bermanfaat
di dalamnya.
II. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan urutan proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan makanan
2. Menjelaskan fungsi karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan lemak
3. Menyebutkan jenis makanan sesuai kandungan zatnya.
III. Materi Ajar
1. Jenis makanan berdasarkan kandungan zatnya
2. Fungsi vitamin,mineral,lemak,karbohidrat,protein
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
103

IV. Langkah-langkah Pembelajaran


Pertemuan ke-1

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak pertanyaan
o Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa:
“makanan apakah yang sering kalian
konsumsi ? “
o Guru meminta salah satu siswa
menjawab pertanyaan tanpa  Salah satu siswa menjawab
menunjuk pertanyaan dari guru dengan 10
 Guru merespon jawaban siswa dan singkat dan jelas
guru memberikan pertanyaan
menit
kembali ” mengapa kita harus
mengunyah makanan ?”
 Motivasi :
Guru memberi motivasi untuk belajar dengan  Siswa memperhatikan jawaban
semangat mengaitkan materi: yang tepat dari guru
Guru menjelaskan bahwa makanan merupakan
sumber energi bagi tubuh kita dan sebelumnya
harus dicerna terlebih dahulu.
 Memberi acuan:
Guru menyampaikan indikator pembelajaran
Inti  guru menjelaskan dan menyajikan  siswa menyimak dengan baik
informasi kepada siswa mengenai
fungsi karbohidrat, protein, lemak,  siswa dibagi menjadi 7 kelompok
vitamin, mineral dan air yang masing-masing
 guru bersama siswa menentukan beranggotakan 5 orang yang
topik pembelajaran heterogen
(seleksi topik )

 guru membimbing siswa  siswa di masing-masing


(perencanaan
merencanakan prosedur kelompok merencanakan
kooperatif ) pembelajaran dan memanggil ketua-
prosedur pembelajaran dan
ketua kelompok untuk satu materi
mendapatkan beberapa materi
tugas sehingga satu kelompok
soal yang berkaitan dengan
mendapat beberapa soal yang
materi.(protein,lemak,karbohidrat
berkaitan dengan materi yang
dan vitamin)
berbeda dengan kelompok lain.

 Guru meminta siswa mengerjakan


 Masing-masing kelompok
LKK yang dibuat oleh guru. Guru
membahas materi yang sudah ada
secara ketat mengikuti
(penerapan) perkembangan dan kemajuan
secara kooperatif.
masing-masing kelompok dan 60
memberikan bimbingan bilamana menit
diperlukan.

(analisis dan
 Siswa menganalisis dan
sintesis)  Guru meminta siswa untuk mengevaluasi informasi yang
menganalisa setiap informasi yang diperoleh dari kelompok,
diperoleh dalam mengerjakan tugas. merangkum secara bersama-sama
dalam kelompok serta
merencanakan penampilan bagi
anggota kelas.
104

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
(presentasi  Guru meminta siswa untuk  Sebagian atau seluruh kelompok
merangkum hasil diskusi dan di dalam kelas memberikan
kelompok) mempersentasikan untuk presentasi presentasi atas materi yang
dipelajari
Akhir  guru mengevaluasi kontribusi dari  Siswa menerima masukan
masing-masing kelompok terhadap dari guru dan merangkum
kerja kelas secara keseluruhan dan akhir dari materi bersama
(evaluasi) memberikan rangkuman akhir dari guru 10
materi. menit
 Guru meminta masing-masing siswa
untuk meresume hasik diskusi yang
telah dievaluasi guru
 Guru memberikan applause kepada
semua siswa yang telah bekerja sama
dengan baik
V. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Cooperative learning tipe GI (Group Ivestigation)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
VI. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
VII. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)

Mengetahui, Dilaksanakan, ............................

Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )

NIP. ................................ NIP. ................................


105

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( Metode GI )
Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :2
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
I. Indikator
1. Menjelaskan tentang organ-organ pencernaan, mulut, kerongkongan, dan lambung.
2. Membandingkan pencernaan mekanik dan kimiawi.
II. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan seperti mulut, kerongkongan, dan lambung
2. Mengetahui fungsi enzim yang ada dalam organ pencernaan.
III. Materi Ajar
1. Organ-organ pencernaan
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
106

Pertemuan ke-2

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa

Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak


o Guru mengajukan pertanyaan kepada pertanyaan
siswa:
“ organ apa saja yang menyusun sistem
pencernaan ? “  Salah satu siswa menjawab
pertanyaan dari guru
o Guru meminta salah satu siswa dengan singkat dan jelas
menjawab pertanyaan tanpa menunjuk
o Guru merespon jawaban siswa dan
mengarahkan kepada jawaban yang
benar (suhu tubuh tidak terjaga, tidak
dapat merasakan rangsangan, jaringan-  Siswa memperhatikan
jaringan rusak karena tidak ada jawaban yang tepat dari 10
pelindung) guru menit
 Motivasi :
guru memberi motivasi untuk belajar dengan
semangat mengaitkan materi:
guru menjelaskna bahwa sistem pencernaan pada
manusia tersusun atas berbagai organ pencernaan
yang berbeda fungsinya. Organ tersebut mencerna
makanan dengan cara kimiawi dan mekanik.
 Memberi acuan:
Guru menyampaikan indikator pembelajaran

Inti Guru menjelaskan dan menyajikan informasi  siswa menyimak dengan


kepada siswa mengenai organ pencernaan baik
mulut, kerongkongan dan lambung.

 guru bersama siswa menentukan topik  siswa dibagi menjadi 7


(seleksi topik ) pembelajaran kelompok yang masing-
masing beranggotakan 5
orang yang heterogen
 guru membimbing siswa merencanakan  siswa di masing-masing
prosedur pembelajaran dan memanggil kelompok merencanakan
(perencanaan
ketua-ketua kelompok untuk satu materi prosedur pembelajaran dan
kooperatif ) tugas sehingga satu kelompok mendapatkan soal yang
mendapatkan beberapa soal yang berkaitan dengan materi
berkaitan dengan materi. Tiap soal bersangkutan.(organ
berbeda dengan kelompok lain. pencernaan
mulut,kerongkongan,dan
lambung)
 Guru meminta siswa mengerjakan LKK  Masing-masing kelompok
(penerapan) yang dibuat oleh guru. Guru secara ketat membahas materi yang
mengikuti perkembangan dan kemajuan sudah ada secara
masing-masing kelompok dan kooperatif.
memberikan bimbingan bilamana
diperlukan.
 Siswa menganalisis dan
(analisis dan mengevaluasi informasi
 Guru meminta siswa untuk menganalisa yang diperoleh dari
sintesis) setiap informasi yang diperoleh dalam kelompok, merangkum
mengerjakan tugas. secara bersama-sama dalam
kelompok serta
merencanakan penampilan
bagi anggota kelas.
107

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa

(presentasi  Guru meminta siswa untuk merangkum  Sebagian atau seluruh


hasil diskusi dan mempersentasikan kelompok di dalam kelas
kelompok) untuk presentasi memberikan presentasi atas
60
topik yang dipelajari
menit

Akhir  guru mengevaluasi kontribusi dari  Siswa menerima masukan


masing-masing kelompok terhadap kerja dari guru dan merangkum
kelas secara keseluruhan dan akhir dari materi bersama
memberikan rangkuman akhir dari guru
materi.
(evaluasi)  Guru meminta masing-masing siswa
untuk meresume hasik diskusi yang telah
dievaluasi guru
 Guru memberikan applause kepada
semua siswa yang telah bekerja sama
dengan baik
IV. Metode Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan:


1. Cooperative learning tipe GI (Group Ivestigation)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
V. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
VI. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)
Mengetahui, Dilaksanakan, ............................
Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )

NIP. ................................ NIP. ................................


108

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

( Metode GI )

Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :3
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
I. Indikator
1. Menjelaskan organ pencernaan dan proses pencernaannya (usus halus dan usus besar).
2. Mendeskripsikan bagian-bagian organ pencernaan usus halus dan usus besar
II. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan urutan proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan makanan.
2. Menyebutkan bagian-bagian organ pencernaan.
3. Menjelaskan peranan enzim yang terkandung dalam usus.
III. Materi Ajar
1. Organ-organ pencernaan
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
109

Pertemuan ke-3

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak pertanyaan
o Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa:
“makanan yang telah dicerna oleh
lambung akan diteruskan menuju ? “
o Guru meminta salah satu siswa
10 menit
menjawab pertanyaan tanpa menunjuk
 Salah satu siswa menjawab
o Guru merespon jawaban siswa dan guru
pertanyaan dari guru dengan
memberikan pertanyaan kembali ”
proses apa yang terjadi di usus halus singkat dan jelas
dan usus besar?”
 Motivasi :
guru memberi motivasi untuk belajar dengan
semangat mengaitkan materi:
guru menjelaskan bahwa makanan yang sudah  Siswa memperhatikan jawaban
dicerna oleh lambung akan diteruskan menuju yang tepat dari guru
usus halus untuk diubah menjadi feses.

 Memberi acuan:
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran

Inti  guru menjelaskan dan menyajikan  siswa menyimak dengan baik


informasi kepada siswa mengenai
makanan dan fungsinya  siswa dibagi menjadi 7
kelompok yang masing-masing
(seleksi topik )  guru bersama siswa menentukan topik beranggotakan 5 orang yang
pembelajaran heterogen

 guru membimbing siswa  siswa di masing-masing


(perencanaan merencanakan prosedur pembelajaran kelompok merencanakan
dan memanggil ketua-ketua kelompok prosedur pembelajaran dan
kooperatif ) untuk satu materi tugas sehingga satu mendapatkan tugas materi
kelompok mendapat satu tugas materi untuk diselesaikan.
yang berbeda dari kelompok lain.
(penerapan)  Guru meminta siswa mengerjakan  Masing-masing kelompok
LKK yang dibuat oleh guru. Guru membahas materi yang sudah
secara ketat mengikuti perkembangan ada secara kooperatif.
dan kemajuan masing-masing 60 menit
kelompok dan memberikan bimbingan
bilamana diperlukan.
 Siswa menganalisis dan
 Guru meminta siswa untuk
(analisis dan mengevaluasi informasi yang
menganalisa setiap informasi yang
diperoleh dari kelompok,
sintesis) diperoleh dalam mengerjakan tugas.
merangkum secara bersama-
sama dalam kelompok serta
merencanakan penampilan bagi
anggota kelas.

(presentasi  Guru meminta siswa untuk merangkum  Sebagian atau seluruh kelompok
kelompok) hasil diskusi dan mempersentasikan di dalam kelas memberikan
untuk presentasi presentasi atas topik yang
dipelajari
110

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Akhir  guru mengevaluasi kontribusi dari  Siswa menerima masukan dari 10
masing-masing kelompok terhadap guru dan merangkum akhir dari
kerja kelas secara keseluruhan dan materi bersama guru menit
(evaluasi) memberikan rangkuman akhir dari
materi.
 Guru meminta masing-masing siswa
untuk meresume hasik diskusi yang
telah dievaluasi guru
 Guru memberikan applause kepada
senua siswa yang telah bekerja sama
dengan baik
IV. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Cooperative learning tipe GI (Group Ivestigation)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
V. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
VI. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)

Mengetahui, Dilaksanakan, ............................


Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )


NIP. ................................ NIP. ................................
111

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I


( Metode GI )
Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :4
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
I. Indikator
1. Mendata contoh kelainan dan penyakit pada system pencernaan yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari serta upaya mengatasinya
2. Menyebutkan berbagai penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.
II. Tujuan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan contoh penyakit yang terjadi pada sistem pencernaan dan solusinya
2. Mengetahui berbagai penyakit yang terjadi pada system pencernaan
III. Materi Ajar
1. Gangguan pencernaan
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
112

Pertemuan Ke 4
Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak pertanyaan
o Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa:
“apakah kalian pernah mendengar
penyakit gondong ? “
o Guru meminta salah satu siswa
menjawab pertanyaan tanpa menunjuk
 Salah satu siswa menjawab 10
o Guru merespon jawaban siswa dan guru
pertanyaan dari guru dengan
memberikan pertanyaan kembali ” menit
bagaimanakah terjadinya penyakit singkat dan jelas
maag?”

 Motivasi :
guru memberi motivasi untuk belajar dengan
semangat mengaitkan materi:
guru menjelaskan bahwa penyakit yang terjadi
pada berbagai organ pencernaan dapat
mengakibatkan kematian.

 Memberi acuan:  Siswa memperhatikan


Guru menyampaikan indikator pembelajaran jawaban yang tepat dari guru

Inti  guru menjelaskan dan menyajikan  siswa menyimak dengan baik


informasi kepada siswa mengenai
pencernaan dan solusinya  siswa dibagi menjadi 7
kelompok yang masing-
(seleksi topik )  guru bersama siswa menentukan topik masing beranggotakan 5
pembelajaran orang yang heterogen

 guru membimbing siswa merencanakan  siswa di masing-masing


(perencanaan prosedur pembelajaran dan memanggil kelompok merencanakan
ketua-ketua kelompok untuk satu materi prosedur pembelajaran dan
kooperatif ) tugas sehingga satu kelompok mendapat mendapatkan tugas materi
satu tugas materi yang berbeda dari untuk diselesaikan.
kelompok lain.
(penerapan)  Guru meminta siswa mengerjakan LKK  Masing-masing kelompok
yang dibuat oleh guru. Guru secara ketat membahas materi yang sudah
mengikuti perkembangan dan kemajuan ada secara kooperatif.
masing-masing kelompok dan
memberikan bimbingan bilamana
diperlukan.
(analisis dan  Siswa menganalisis dan 60
 Guru meminta siswa untuk menganalisa
sintesis) mengevaluasi informasi yang menit
setiap informasi yang diperoleh dalam diperoleh dari kelompok,
mengerjakan tugas. merangkum secara bersama-
sama dalam kelompok serta
merencanakan penampilan
bagi anggota kelas.

(presentasi  Guru meminta siswa untuk merangkum  Sebagian atau seluruh


kelompok) hasil diskusi dan mempersentasikan kelompok di dalam kelas
untuk presentasi memberikan presentasi atas
topik yang dipelajari
113

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Akhir  guru mengevaluasi kontribusi dari  Siswa menerima
masing-masing kelompok masukan dari guru dan
(evaluasi) terhadap kerja kelas secara merangkum akhir dari
keseluruhan dan memberikan materi bersama guru
rangkuman akhir dari materi.
 Guru meminta masing-masing
siswa untuk meresume hasik
diskusi yang telah dievaluasi guru
 Guru memberikan applause
kepada senua siswa yang telah
bekerja sama denganbaik
IV. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Cooperative learning tipe GI (Group Ivestigation)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
V. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
VI. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)
Mengetahui, Dilaksanakan, ............................
Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )


NIP. ................................ NIP. ................................
114

LAMPPIRAN 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( MetodeTPS )
Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :1
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
VIII. Indikator
1. Menjelaskan saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan sebagai penyusun sistem
pencernaan pada manusia.
2. Menjelaskan fungsi makanan bagi manusia beserta beserta kandungan zat yang bermanfaat
di dalamnya.
IX. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan urutan proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan makanan
2. Menjelaskan fungsi karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan lemak
3. Menyebutkan jenis makanan sesuai kandungan zatnya.
X. Materi Ajar
1. Jenis makanan berdasarkan kandungan zatnya
2. Fungsi vitamin,mineral,lemak,karbohidrat,protein
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
115

III. Langkah-langkah Pembelajaran


Pertemuan ke-1
Kegiatan
Tahap Guru Siswa Waktu

Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak


o Guru mengajukan pertanyaan pertanyaan
kepada siswa:
“ makanan apakah yang sering
kalian konsumsi ? “
o Guru meminta salah satu siswa
menjawab pertanyaan tanpa  Salah satu siswa
(fase-1) menunjuk 10 menit
menjawab pertanyaan
Thinking (guru o Guru merespon jawaban siswa dan
dari guru dengan singkat
guru memberikan pertanyaan
menyampaikan kembali ” mengapa kita harus
dan jelas
pertanyaan aktifitas) mengunyah makanan ?”
o Motivasi :
guru memberi motivasi untuk belajar dengan
semangat mengaitkan materi:
guru menjelaskan bahwa makanan
merupakan sumber energi bagi tubuh kita
dan sebelumnya harus dicerna terlebih  Siswa memperhatikan
dahulu. jawaban yang tepat dari
guru
 Memberi acuan:
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran
Inti  guru menjelaskan dan menyajikan  siswa menyimak dengan
(fase-2) informasi kepada siswa mengenai baik
fungsi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air
Thingking (siswa
berpikir secara
individual aktifitas)

(fase-3)  guru membagi siswa dalam  siswa dibagi menjadi


kelompok kooperatif dan beberapa kelompok
Pairing (setiap siswa mengingatkan kembali kepada dengan masing-masing
mendiskusikan hasil siswa agar duduk pada tatanan terdiri dari 2 orang yang
pemikiran masing- kooperatif saling berpasangan
masing dengan  guru membimbing siswa untuk
pasangan aktifitas) saling bekerjasama dalam satu  siswa di masing-masing
kelompok, menacatat data kelompok mencatat data,
kegiatan, dan menganalisis hasil menganalisis
kegiatan pengamatan yang pengamatan secara
berhubungan dengan fungsi bekerja sama.
karbohidrat,vitamin dan mineral  Masing-masing
(fase-4) lainnya. kelompok membahas
materi secara kooperatif.
Sharing (siswa  Guru meminta siswa untuk
berbagi jawaban menganalisa setiap informasi yang  Siswa menganalisis dan
diperoleh dalam mengerjakan mengevaluasi informasi
dengan seluruh
tugas. yang diperoleh dari
kelas) kelompok, merangkum
secara bersama-sama
(fase-5) dalam kelompok serta
merencanakan
Sharing  Guru meminta siswa untuk penampilan bagi anggota
(menganalisis dan merangkum hasil diskusi dan kelas.
116

Kegiatan
Tahap Guru Siswa Waktu

mengevaluasi hasil mempersentasikan untuk presentasi  Sebagian atau seluruh 60 menit


pemecahan masalah kelompok di dalam kelas
memberikan presentasi
aktifitas) atas topik yang dipelajari

Akhir  guru mengevaluasi kontribusi  Siswa menerima


dari masing-masing masukan dari guru
kelompok terhadap kerja dan merangkum
kelas secara keseluruhan dan akhir dari materi
memberikan rangkuman bersama guru
akhir dari materi. 10 menit
 Guru meminta masing-
masing siswa untuk
meresume hasil diskusi yang
telah dievaluasi guru
 Guru memberikan applause
kepada senua siswa yang
telah bekerja sama dengan
baik
IV. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Think-pair-share (TPS)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
V. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
VI. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)

Mengetahui, Dilaksanakan, ............................


Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )


NIP. ................................ NIP. ................................
117

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( MetodeTPS )
Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :2
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
IV. Indikator
1. Menjelaskan tentang organ-organ pencernaan, mulut, kerongkongan, dan lambung.
2. Membandingkan pencernaan mekanik dan kimiawi.
V. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan seperti mulut, kerongkongan, dan lambung
2. Mengetahui fungsi enzim yang ada dalam organ pencernaan.
VI. Materi Ajar
1. Organ-organ pencernaan

PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
118

VII. Langkah-langkah Pembelajaran


Pertemuan ke-2

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa

Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak pertanyaan


o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa:
“ organ apa saja yang
menyusun sistem
pencernaan ? “
o Guru meminta salah satu
 Salah satu siswa menjawab 10
(fase-1) Thinking siswa menjawab pertanyaan pertanyaan dari guru dengan
(guru tanpa menunjuk singkat dan jelas menit
menyampaikan o Guru merespon jawaban
siswa.
pertanyaan o Motivasi :
aktifitas) guru memberi motivasi untuk belajar
dengan semangat mengaitkan materi:
guru menjelaskna bahwa sistem
pencernaan pada manusia tersusun
atas berbagai organ pencernaan yang
berbeda fungsinya. Organ tersebut
mencerna makanan dengan cara
kimiawi dan mekanik.
 Memberi acuan:  Siswa memperhatikan
Guru menyampaikan indikator jawaban yang tepat dari
pembelajaran guru

Inti  guru menjelaskan dan  siswa menyimak dengan


(fase-2)Thinking menyajikan informasi baik
kepada siswa mengenai
(siswa berpikir organ pencernaan mulut,
secara individual kerongkongan dan
aktifitas) lambung..

(fase-3) Pairing  guru membagi siswa dalam


kelompok kooperatif dan  siswa dibagi menjadi
(setiap siswa beberapa kelompok dengan
mengingatkan kembali
mendiskusikan kepada siswa agar duduk masing-masing terdiri dari 2
hasil pemikiran pada tatanan kooperatif orang yang saling
berpasangan
masing-masing
dengan pasangan  guru membimbing siswa
untuk saling bekerjasama  siswa di masing-masing
aktifitas) kelompok mencatat data,
dalam satu kelompok,
menacatat data kegiatan, menganalisis pengamatan
dan menganalisis hasil secara bekerja sama.
kegiatan pengamatan
mereka secara tepat.
(fase-4) 60
Sharing (siswa  Guru meminta siswa untuk
menganalisa setiap  Masing-masing kelompok menit
berbagi jawaban informasi yang diperoleh membahas materi yang
dengan seluruh dalam mengerjakan tugas. sudah ada secara kooperatif.
kelas)
 Guru meminta siswa untuk  Siswa menganalisis dan
(fase-5) Sharing merangkum hasil diskusi mengevaluasi informasi
dan mempersentasikan yang diperoleh dari
119

Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa

(menganalisis dan untuk presentasi kelompok, merangkum


mengevaluasi hasil secara bersama-sama dalam
kelompok serta
pemecahan merencanakan penampilan
masalah aktifitas) bagi anggota kelas.

 Sebagian atau seluruh


kelompok di dalam kelas
memberikan presentasi atas
topik yang dipelajari
Akhir  guru mengevaluasi  Siswa menerima masukan
kontribusi dari masing- dari guru dan merangkum
masing kelompok terhadap akhir dari materi bersama
kerja kelas secara guru
keseluruhan dan
memberikan rangkuman
akhir dari materi.
 Guru meminta masing-
masing siswa untuk
10
meresume hasil diskusi
 Guru memberikan applause menit
kepada semua siswa yang
telah bekerja sama dengan
baik
VIII. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Think-pair-share (TPS)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
IX. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
X. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)

Mengetahui, Dilaksanakan, ............................


Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )


NIP. ................................ NIP. ................................
120

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( MetodeTPS )

Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :3
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
IV. Indikator
1. Menjelaskan organ pencernaan dan proses pencernaannya (usus halus dan usus besar).
2. Mendeskripsikan bagian-bagian organ pencernaan usus halus dan usus besar
V. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan urutan proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan makanan.
2. Menyebutkan bagian-bagian organ pencernaan.
3. Menjelaskan peranan enzim yang terkandung dalam usus.
VI. Materi Ajar
1. Organ-organ pencernaan
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan

VII. Langkah-langkah Pembelajaran


121

Pertemuan ke-3
Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak pertanyaan
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa:
“makanan yang telah
dicerna oleh lambung
akan diteruskan menuju ?
“  Salah satu siswa menjawab
10
(fase-1) o Guru meminta salah satu pertanyaan dari guru dengan menit
Thinking (guru siswa menjawab singkat dan jelas
pertanyaan tanpa
menyampaikan menunjuk
pertanyaan aktifitas) o Guru merespon jawaban
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
kembali ” proses apa yang
terjadi di usus halus dan
usus besar?”
o Motivasi :
guru memberi motivasi untuk
 Siswa memperhatikan
belajar dengan semangat jawaban yang tepat dari
mengaitkan materi: guru
guru menjelaskan bahwa makanan
yang sudah dicerna oleh lambung
akan diteruskan menuju usus halus
untuk diubah menjadi feses.
 Memberi acuan:
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran
Inti  guru menjelaskan dan  siswa menyimak dengan
(fase-2) menyajikan informasi baik
kepada siswa mengenai
Thinking (siswa makanan dan fungsinya
berpikir secara
individual aktifitas)

(fase-3)  guru membagi siswa  siswa dibagi menjadi


dalam kelompok beberapa kelompok dengan
Pairing (setiap siswa kooperatif dan masing-masing terdiri dari 2
mendiskusikan hasil mengingatkan kembali orang yang saling
pemikiran masing- kepada siswa agar duduk berpasangan
masing dengan pada tatanan kooperatif
pasangan aktifitas)  siswa di masing-masing
 guru membimbing siswa kelompok mencatat data,
untuk saling bekerjasama menganalisis pengamatan
dalam satu kelompok, secara bekerja sama.
menacatat data kegiatan,
dan menganalisis hasil
 Masing-masing kelompok 60
kegiatan pengamatan
membahas materi yang menit
mereka secara tepat.
sudah ada secara kooperatif.
(fase-4)
Sharing (siswa berbagi  Guru meminta siswa
 Siswa menganalisis dan
jawaban dengan untuk menganalisa setiap
mengevaluasi informasi
informasi yang diperoleh
seluruh kelas) yang diperoleh dari
dalam mengerjakan tugas.
kelompok, merangkum
secara bersama-sama dalam
122

(fase-5)  Guru meminta siswa kelompok serta


Sharing (menganalisis untuk merangkum hasil merencanakan penampilan
diskusi dan bagi anggota kelas.
dan mengevaluasi hasil mempersentasikan untuk
pemecahan masalah presentasi  Sebagian atau seluruh
aktifitas) kelompok di dalam kelas
memberikan presentasi atas
topik yang dipelajari
Akhir  guru mengevaluasi  Siswa menerima masukan
kontribusi dari masing- dari guru dan merangkum
masing kelompok terhadap akhir dari materi bersama
kerja kelas secara guru
keseluruhan dan
memberikan rangkuman
akhir dari materi. 10
 Guru meminta masing-
masing siswa untuk menit
meresume hasil diskusi
yang telah dievaluasi guru
 Guru memberikan
applause kepada senua
siswa yang telah bekerja
sama dengan baik
VIII. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Think-pair-share (TPS)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
IX. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
X. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)

Mengetahui, Dilaksanakan, ............................


Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )


NIP. ................................ NIP. ................................
123

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( MetodeTPS )
Kelas : VIII
Pertemuan Ke- :4
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar :1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
IV. Indikator
1. Menjelaskan contoh kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan yang biasa dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari serta upaya mengatasinya
2. Menyebutkan berbagai penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.
V. Tujuan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan contoh penyakit yang terjadi pada sistem pencernaan dan solusinya
2. Mengetahui berbagai penyakit yang terjadi pada system pencernaan
VI. Materi Ajar
1. Gangguan pencernaan
PETA KONSEP
Sistem Pencernaan
124

VII. Langkah-langkah Pembelajaran


Pertemuan ke-4
Kegiatan
Tahap Waktu
Guru Siswa
Awal  Apersepsi:  Siswa menyimak pertanyaan
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa:
“apakah kalian pernah
mendengar penyakit
gondong ? “ 10 menit
o Guru meminta salah satu  Salah satu siswa menjawab
(fase-1) siswa menjawab pertanyaan pertanyaan dari guru dengan
tanpa menunjuk singkat dan jelas
Thinking (guru
o Guru merespon jawaban
menyampaikan siswa dan guru memberikan
pertanyaan pertanyaan kembali ”
aktifitas) bagaimanakah terjadinya
penyakit maag?”
o Motivasi :
guru memberi motivasi untuk belajar
dengan semangat mengaitkan materi:  Siswa memperhatikan
guru menjelaskan bahwa penyakit jawaban yang tepat dari guru
yang terjadi pada berbagai organ
pencernaan dapat mengakibatkan
kematian.
 Memberi acuan:
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran
Inti  guru menjelaskan dan  siswa menyimak dengan baik
(fase-2) menyajikan informasi
kepada siswa mengenai
Thinking (siswa gangguan system
berpikir secara pencernaan dan solusinya
individual aktifitas)

(fase-3)
 guru membagi siswa dalam
Pairing (setiap  siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok kooperatif dan
siswa mengingatkan kembali kelompok dengan masing-
masing terdiri dari 2 orang
mendiskusikan kepada siswa agar duduk
pada tatanan kooperatif yang saling berpasangan
hasil pemikiran
masing-masing  siswa di masing-masing
 guru membimbing siswa
dengan pasangan untuk saling bekerjasama kelompok mencatat data,
aktifitas) dalam satu kelompok, menganalisis pengamatan
menacatat data kegiatan, secara bekerja sama. 60 menit
dan menganalisis hasil
kegiatan pengamatan  Masing-masing kelompok
mereka secara tepat. membahas materi yang sudah
ada secara kooperatif.
(fase-4)
 Guru meminta siswa untuk  Siswa menganalisis dan
Sharing (siswa mengevaluasi informasi yang
menganalisa setiap
berbagi jawaban diperoleh dari kelompok,
informasi yang diperoleh
dengan seluruh dalam mengerjakan tugas. merangkum secara bersama-
sama dalam kelompok serta
kelas)
merencanakan penampilan
bagi anggota kelas.
125

(fase-5)  Guru meminta siswa untuk  Sebagian atau seluruh


Sharing merangkum hasil diskusi kelompok di dalam kelas
dan mempersentasikan memberikan presentasi atas
(menganalisis dan untuk presentasi topik yang dipelajari
mengevaluasi hasil
pemecahan masalah
aktifitas)
Akhir  guru mengevaluasi  Siswa menerima masukan dari
kontribusi dari masing- guru dan merangkum akhir
masing kelompok terhadap dari materi bersama guru
kerja kelas secara
keseluruhan dan
memberikan rangkuman
akhir dari materi.
 Guru meminta masing- 10 menit
masing siswa untuk
meresume hasil diskusi yang
telah dievaluasi guru
 Guru memberikan applause
kepada senua siswa yang
telah bekerja sama dengan
baik
VIII. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan:
1. Think-pair-share (TPS)
Metode pembelajaran yang digunakan:
1. Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
IX. Sumber/Bahan Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
A. Buku Belajar IPA kelas VIII membuka cakrawala alam sekitar, Saeful Karim dkk, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta , 2008.
B. LKK Biologi kelas VIII
C. Internet, lingkungan sekitar dan buku – buku relevan lainnya.
X. Penilaian
Penilaian meliputi:
A. Tes akhir bentuk pilihan ganda
B. LKK Hasil Diskusi (kelompok)

Mengetahui, Dilaksanakan, ............................


Kepala Sekolah Guru Biologi

(___________________) ( SIGIT WIBOWO )


NIP. ................................ NIP. ................................
126

LAMPIRAN 14

LEMBAR KERJA KELOMPOK GI

Tujuan :
Mengetahui daerah yang lebih peka terhadap rasa tertentu pada lidah

Alat dan bahan :


Cotton bud (kapas), beberapa bahan makanan yang memiliki rasa manis, asam, asin, dan
pahit, serta empat buah wadah makanan

Cara kerja :
1. Siapkan beberapa bahan makanan dengan beberapa rasa berbeda, yaitu manis, asam, asin,
dan pahit.
2. Makanan-makanan tersebut disimpan pada beberapa wadah yang berbeda. Setiap wadah
memiliki cotton bud yang berbeda pula.
3. Satu temanmu matanya ditutup. Satu orang lagi yang memberikan rasa pada temanmu yang
matanya ditutup. Rasa diberikan dengan cara mengoleskan cotton bud dari setiap wadah
pada bagian lidah yang berbeda.
4. Catatlah hasil pengamatanmu tersebut.

Pertanyaan :
1. Apakah semua daerah pada lidah memiliki kepekaan yang sama untuk semua rasa?
2. Daerah manakah pada lidah yang peka untuk rasa manis, asam, asin, dan pahit? Tandai hasil
pengamatanmu pada gambar di samping.

3. Mintalah temanmu untuk tetap menutup mata, kemudian olesi lidah dengan sesuatu yang
pedas, misalnya sambal. Pada bagian manakah terasa pedas?
4. Mintalah temanmu untuk tetap menutup mata kemudian olesi kulitnya dengan sambal tadi.
Apakah yang dirasakannya?
127

LEMBAR KERJA KELOMPOK TPS

Tujuan :

Mengetahui proses pencernaan pada organ pencernaan

Pertanyaan :

1. Sebutkan kelenjar ludah yang ada di dalam mulut dan jelaskan fungsinya?!
2. a. Apakah fungsi epiglotis?
b. Jelaskan bagaimana proses pencernaan di dalam kerongkongan?

3. a. Sebutkan struktur anatomi lambung?


b. Enzim apakah yang terdapat dalam lambung? Jelaskan fungsinya!

LEMBAR KERJA KELOMPOK GI

Tujuan :
Mengetahui makanan yang mengandung amilum

Alat dan bahan :


Makanan yang telah dimasak dan belum dimasak (nasi, ubi, singkong, tahu, tempe, dan
daging ayam), larutan iodium atau obat merah/luka, dan pipet tetes

Cara kerja :
1. Ambillah beberapa sampel makanan. Kemudian, sampel makanan tadi digerus hingga halus.
2. Setelah itu, teteskan air menggunakan pipet beberapa tetes.
3. Setelah itu, teteskan iodium. Amatilah perubahan warna yang terjadi.
4. Apabila bahan yang diuji berwarna biru/kehitaman berarti bahan makanan tersebut
mengandung amilum.

Pertanyaan :
1. Bahan makanan apa sajakah yang mengandung amilum ?
2. Adakah bahan makanan yang berasal dari hewan yang mengandung amilum ?
3. Adakah perbedaan warna antara bahan yang belum dimasak dan bahan yang telah dimasak?
4. Kesimpulan apakah yang kamu dapatkan dari kegiatan ini?
128

LEMBAR KERJA KELOMPOK TPS

Tujuan :

Mengetahui berbagai kandungan zat dalam makanan

Pertanyaan :

1. Mengapa vitamin dan mineral digolongkan kedalam makanan yang tidak harus dicerna?
2. Zat apakah yang terkandung dalam wortel,tomat dan gandum?
3. Vitamin apakah yang larut dan tidak larut dalam air?
4. Jelaskanlah fungsi karbohidrat, protein, mineral, lemak dan vitamin?

LEMBAR KERJA KELOMPOK GI

Tujuan :
1. Mengetahui bagian lambung dan proses pencernaan di dalamnya.
2. Mengetahui enzim-enzim dalam lambung,usus dan pankreas.

Cara Kerja :
1. Mintalah 1 orang dari teman kamu untuk menggambar struktur lambung dan bagiannya
2. Diskusikanlah proses pencernaan pada lambung dan usus, catat dan presentasikan!
3. Selanjutnya, lengkapilah tabel dibawah ini!

No Lokasi Enzim Substrat Hasil


1. Lambung Amilase/ptyalin …………………….. ………………………….
2. Usus Halus ………………….. …………………...... Asam amino

………………….. DNA, RNA ………………………….

……., disakarida, …………………….. ………………………….


sukrosa.
3. Pankreas ………………….. Trigliserida ………………………….
129

No Lokasi Enzim Substrat Hasil


………………….. …………………….. Polipeptida rantai pendek

DNAase ……………………. ………………………….


…….………………
RNAase ………………………….

Pertanyaan :
1. Mengapa lambung tergolong kedalam organ yang mengalami proses kimiawi dan mekanik?
2. Jelaskan peranan usus halus dan usus besar dalam proses pencernaan makanan.!
Apakah saat makanan dicerna di dalam lambung kita dapat merasakannya? Jelaskan
alasannya!

LEMBAR KERJA KELOMPOK TPS

Tujuan :

Mengetahui fungsi dari usus dan bagiannya sebagai organ pencernaan

Pertanyaan :

1. Apakah fungsi dari usus halus dan usus besar?


2. Bagaimanakah proses absorbsi pada usus halus?
3. Jelaskanlah fungsi enzim sekretin, lipase dan maltase?
4. Jelaskanlah bagian-bagian usus halus dan fungsinya?
5. Apakah fungsi pylorik pada usus halus?
130

LEMBAR KERJA KELOMPOK GI

Tujuan :
Mengetahui berbagai kelainan pada organ pencernaan

Cara Kerja :
1. Diskusikanlah wacana berikut!

Kemiskinan merupakan hal yang sangat mengerikan bagi seluruh bangsa di berbagai dunia.
Dari sekian banyak Negara di dunia, pernah diliputi oleh kemiskinan, bahkan ada diantaranya
sampai berkepanjangan. India dan Afrika merupakan salah satu Negara yang pernah mengalami
kemiskinan yang sangat berkepanjangan, hampir seluruh masyarkat di daerah masing-masing
mengidap berbagai penyakit yang banyak menimbulkan korban jiwa.
Di daerah Afrika wilayah selatan di dapati seorang anak yang keadaannya sangat
mengenaskan, tubuhnya kurus hanya tinggal tulang, dengan perut membuncit. Selain itu ada
juga seorang yang mengalami apendititis sehingga harus dilakukan operasi kecil. Kurangnya
kebutuhan hidup memaksa mereka untuk tinggal dalam kondisi sangat kekurangan, hingga
malam datang suhu udara semakin dingin sehingga tidak sedikit orang yang menderita kolik
usus. Seorang penderita parotitis pun meninggal dunia karena kurangnya persediaan makanan
dan kesehatan yang tidak memadai.

Pertanyaan :
1. Dari wacana di atas, penyakit apa sajakah yang mungkin menyerang organ pencernaan saat
kemiskinan melanda di daerah tersebut?
2. Apakah solusi yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit yang ada di wacana
tersebut?
3. Apakah yang dimaksud parotitis, kolik usus, dan apendititis? Jelaskanlah penyebab penyakit
tersebut!
131

LEMBAR KERJA KELOMPOK TPS

Tujuan :

Mengetahui berbagai kelainan pada organ pencernaan

Pertanyaan :

1. Jelaskan penyakit parotis yang menyerang kelenjar ludah!


2. Penyakit yang terjadi akibat penyerapan air pada usus besar yang berlebihan disebut?
3. Apakah yang harus kita lakukan untuk menghindari asam urat?
4. Diskusikanlah dengan temanmu mengapa menurut orang tua dulu penyakit gondok bias
disembuhkan oleh blao?! Berikan alasannya!
132

LAMPIRAN 15
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA
YANG MENGGUNAKAN METODE GI

1. Bagaimanakah menurutmu belajar IPA dengan menggunakan metode GI?


Jawab
Ervan : “ asyik, kita bisa mudah dalam memahami IPA. Tapi ada beberapa
soal yang dalam penyelesaiannya waktunya terlalu cepat. “
Mega : “ menyenangkan dan tidak membosankan, sebelumnya kita hanya
lihat bu guru menerangkan materi saja “
Alif : “ bagus, kita jadi tidak bosen , pelajaran IPA jadi mudah dimengerti “

2. Apakah penggunaan metode GI membantumu dalam memahami pelajaran IPA?


Jawab
Ervan : “ ya sangat membantu, kita jadi mudah ngerti “
Mega : “ ya, kita jadi mengerti materi IPA “
Alif : “ya.,membantu banget,”

3. Apakah yang kamu rasakan setelah belajar IPA dengan menggunakan metode GI?
Jawab
Ervan : “ setelah mempelajari IPA terutama sistem pencernaan dengan
menggunakan metode GI kita jadi tahu lebih dalam tentang organ-organ
pencernaan dan solusi dari penyakitnya. “
Mega : “ pelajaran yang awalnya membosankan jadi menyenangkan buat kita,
kita jadi lebih bisa bertukar pikiran,kerja sama, terus bisa
meningkatkan kepercayaan diri karena ada presentasi “
Alif : “ wawasan tentang IPA jadi lebih luas, bisa meningkatkan kerja sama
dan saling menghargai saat menyampaikan pendapat “

4. Apakah kamu kesulitan dalam menjalankan tahapan-tahapan dalam metode GI?


Jawab
Ervan : “ tidak “
Mega : “ biasa saja “
Alif : “ ya, sedikit kesulitan saat tahap investigasi “

5. Dalam pengguunaannya, tahapan manakah yang menurut kamu paling berkesan dalam metode
GI?Mengapa!
Jawab
Ervan : “ saat investigasi kelompok, kita lebih mudah dalam menyelesaikan
soal dan masalah. “
Mega : “ saat presentasi, karena menantang “
Alif : “ saat investigasi kelompok,karena disitu kita bisa saling bertukar
pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
133

6. Saran apa yang kamu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran IPA?


Jawab
Ervan : “ sarannya, agar guru mencoba mengajar dengan metode yang tidak
membosankan, contohnya dengan metode GI “
Mega : “ guru harus mengajar dengan kreatif “
Alif : “ sarannya, agar saat belajar mengajar IPA tidak hanya berpusat pada
guru “

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA


YANG MENGGUNAKAN METODE TPS

1. Bagaimanakah menurutmu belajar IPA dengan menggunakan metode TPS?


Jawab
Devi : “ bagus, menyenangkan dan menarik. “
Jaouty : “ menarik dan tidak membosankan “
Bagas : “ kooperati dan memudahkan kita mengerti sistem pencernaan “

2. Apakah penggunaan metode TPS membantumu dalam memahami pelajaran IPA?


Jawab
Devi : “ ya sangat membantu “
Jaouty : “ ya “
Bagas : “ya, membantu kita dalam memahami pelajaran IPA terutama sistem
pencernaan ”

3. Apakah yang kamu rasakan setelah belajar IPA dengan menggunakan metode TPS?
Jawab
Devi : “ setelah mempelajari IPA terutama sistem pencernaan dengan
menggunakan metode TPS kita jadi tahu lebih dalam dan cepat dalam
menangkap isi materi dari guru. “
Jaouty : “ kita jadi lebih bisa bertukar pikiran,kerja sama, terus bisa
meningkatkan kepercayaan diri karena saat presentasi kita mengutarakan
pendapat dan hasil diskusi di depan kelas “
Bagas : “ wawasan tentang IPA jadi lebih luas, bisa meningkatkan kerja sama
dan saling menghargai saat menyampaikan pendapat “

4. Apakah kamu kesulitan dalam menjalankan tahapan-tahapan dalam metode TPS?


Jawab

Devi : “ tidak “

Jaouty : “ tidak “

Bagas : “ tidak “
134

5. Dalam pengguunaannya, tahapan manakah yang menurut kamu paling berkesan dalam
metode TPS ?Mengapa!
Jawab

Ervan : “ saat berpasangan dan mempresentasikan hasil diskusi, karena saat


itu kita bekerja sama dan berlatih menghargai pendapat orang lain “

Mega : “ saat presentasi, karena bias melatih kepercayaan diri kita di depan
orang banyak “

Alif : “ tahap berpasangan atau berkelompok dengan pasangan kita, karena


bisa bertukar pikiran dan lebih cepat dalam menyelesaikan suatu
masalah “

6. Saran apa yang kamu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran IPA?


Jawab

Devi : “ sarannya, metode TPS patut dicoba untuk materi IPA yang lain “

Jaouty : “ menambahkan lagi kreatif dalam pengajaran “

Bagas : “ siswa harus sering dilibatkan dalam pembelajaran “


135

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU BIDANG STUDI IPA


IBU RAHAYU SELAKU OBSERVER SAAT PENELITIAN

1. Apakah metode GI/TPS pernah digunakan pada pembelajaran IPA di sekolah ibu?
Jawab :

Metode GI dan TPS memang belum pernah digunakan dalam pembelajaran IPA di
SMP N 10 Tangsel ini, selama ini siswa hanya belajar dengan menggunakan metode
konvensional dan observasi lapangan.

2. Bagaimanakah keefektifan penggunaan metode GI/TPS pada pembelajaran IPA?


Jawab :

Pada pembelajaran IPA yang telah dilakukan, terlihat dari keefektifannya metode
TPS lebih efektif dan cocok diterapkan pada pembelajaran IPA khususnya materi
sistem pencernaan dibandingkan metode GI. Pada metode TPS siswa diberikan waktu
tunggu yang cukup lama dan pembentukan kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang
saja, sehingga pentransferan pemahaman isi materi lebih merata dan efisien. Saat
pembelajaran menggunakan TPS siswa lebih berkonsentrasi dan terfokus pada
materi, sedangkan pada kelas yang menggunakan GI, siswa lebih sulit dikendalikan
dan terkadang membuat kegaduhan di dalam kelas, hal ini terjadi akibat jumlah
kelompok yang terlalu banyak dibandingkan TPS, sehingga perlu waktu yang cukup
lama dalam pembentukan kelompoknya yang membuat siswa tidak terfokus.

3. Setelah dilakukannya pembelajaran IPA dengan metode GI/TPS, metode manakah yang
lebih baik dan cocok?
Jawab :

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan fakta saat dilapangan, metode
tipe TPS-lah yang lebih baik dan cocok dalam materi ini. Hal ini dibuktikan oleh nilai
hasil belajar yang lebih tinggi daripada kelas GI, dan saat pembelajaran keaktifan
siswa di kelas TPS lebih aktif dibandingkan di kelas GI. Penguasaan kelaspun lebih
terkontrol saat di kelas TPS dibandingkan kelas GI.

4. Apakah metode GI/TPS mampu melatih kemampuan kognitif dan afektif siswa?
Jawab :

Ya, kedua metode pada dasarnya mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan
afektif siswa. Pada kedua kelas yang digunakan perlakuan terlihat keaktifan saat
pembelajaran, walaupun pada kelas TPS lebih baik. Kedua metode memberikan
pengaruh positif kepada siswa dan mulai memberikan kepercayaan diri dalam
mengungkapkan pendapat atau berbicara di depan kelas.
136

5. Apakah keaktifan siswa meningkat setelah digunakannya metode GI/TPS pada pelajaran
IPA?
Jawab :

Ya, keaktifan siswa di masing-masing kelas mengalami perubahan, saya melihatnya


saat pembelajaran berlangsung. Sebelum dilakukannya perlakuan ini biasanya saat
saya mengajar siswa keaktifannya kurang, bahkan ada yang tertidur atau membuat
kegaduhan yang tidak jelas. Tapi setelah menggunakan kedua metode, siswa di kelas
tersebut mengalami perubahan dalam hal keaktifan bertanya, menjawab, dan
menyanggah.

6. Saran apa yang ibu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran IPA?


Jawab :

Sarannya, setiap agar dalam pembelajaran IPA diusahakan menggunakan metode


yang koopratif dan kreatif, sehingga pembelajaran tidak monoton dan statis.
137

Anda mungkin juga menyukai