1382 3229 1 PB
1382 3229 1 PB
Keywords:
Scholastic; Humanism; modern humanism; renaisance.
__________________________
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk membahas persoalan “seberapa pentingkah Humanisme kehidupan beragama abad ke
21”. Diantara hasil temuanaya adalah kata humanisme jika dilihat dari sejarah sebelum renaisance atau sesudah
masa skolastik, memiliki tujuan yang positif dan dampaknya bisa dirasakan hingga saat ini. Untuk membuat
manusia memiliki harkatnya maka tema humanisme harus diangkat, oleh karena itu tema humanisme berkembang
sebelum abad ke 19 sebagai cikal bakal renaisance. Namun seiring berkembangnya jaman banyak tokoh yang
menafsirkan arti dari humanisme itu sendiri. Penafsiran tertebut ada yang masih dalam kolidor pendekatan sejarah,
ada pula kalangan ekstrime atau yang disebut humanisme sekuler yang menafsirkan humanisme dengan metode
yang mengakibatkan kontradiktif terhadap agama, dan hal ini mengakibatkan terjadinya pro dan kontra terhadap
tema humanisme.
Kata Kunci:
Skolastik; Humanisme; humanisme modern; renaisance.
__________________________
A. PENDAHULUAN sebetulnya lebih merupakan persoalan pers-
Humanisme dan makna agama. Kedua kata pektif dalam menelaah bidang yang dikaji.1
tersebut diatas sangat memiliki arti penting Pada dasarnya istilah humanisme mempu-
bagi kehidupan manusia, khusunya di eropa nyai pemaknaan dan riwatnya yang
pada saat itu. Humanism iyalah istilah dalam kompleks. Humanisme sebuah istilah mulai
sejarah intelektual yang acap kali digunakan dikenal dalam wacana filsafat sekitar abad
dalam bidang filsafat, pendidikan dan literatur. ke 19. Menurut K. Bertens, istilah humanis-
Kenyataan ini menunjukan beragam makna me pertama digunakan dalam literature di
yang terkandung dalam dan diberikan kepada Jerman, sekitar pada tahun 1806 sedangkan di
istilah ini. Meskipun demikian, secara umum Inggris sekitar tahun 1860. Humanisme
kata humanisme ini berkenaan dengan pergu- diawali dari term humanis atau yang
mulan manusia dalam memahami dan memak- manusiawi lebih jauh dikenal, yaitu dimulai
nai eksistensi dirinya dalam hubungan dengan sekitar pada masa akhir zaman skolastik di
kemanusiaan orang lain di dalam komunitas. Italia. Istilah humanis (humanum) itu
Perbedaan interpretasi atas kata humanisme dimaksudkan untuk menggebrak kebekuan
1
Sambho, Bartolomeus . Humansime dan
Humaniora (Editor Bambang Sugiharto), (Bandung:
Matahari, 2013), 17.
Mulyana Humanisme dan Tantangan Kehidupan Beragama Abad
ke 21
dan menolak serta mengabaikan dunia pihak, walaupun tidak murni karena alasan
kekekalan (aeternum)". Pada prinsipnya agama, kita tidak bisa menutup mata bahwa
Humanisme Sekuler adalah paham budaya dan sejarah menampilkan, agama justru menjadi
pemikiran mengenai hidup yang didasarkan sumber, penyebab, dan alasan bagi rusaknya
sikap "menolak Tuhan dan hal-hal yang kemanusiaan.12
bersifat adikodrati”, dan menggantikannya Ketiga Anti Humanisme, Anti Humanisme
dengan “diri sendiri (self), ilmu pengetahuan sebetulnya sudah dimulai sejak strukturalisme
(science), dan kemajuan (progress)". Prancis tampil menyerang modernism.13 Anti
Perspektifnya antara lain: Humanisme menyelidiki berbagai gagasan
tentang subjek dan individu. Salah satu klaim
“Tidak ada Allah yang bisa menyelamatkan penting yang menjadi pusat filsafat anti-
manusia. Manusia harus menyelamatkan humanism adalah bahwa otonomi subjek pada
dirinya sendiri! Akal budi dan kepandaian dasarnya merupakan sebuah ilusi. Dua
adalah alat yang paling ampuh yang dimiliki karakter subjek yang diserang oleh anti
oleh umat manusia.” humanisme adalah kehendak bebas dan
Contoh pandangan Humanisme sekuler kesadaran.14
dapat dilihat dari ucapan para tokohnya yang Berbagai tema anti humanism terutama
dimuat dalam majalah Humanis di Amerika menyerang modernitas dan humanism yang
serikat, misalnya yang diucapkan oleh Kurt terlampau memfokuskan perhatiannya pada
Vonnegut. Berdasarkan perspektif Humanis otonomi subjek. Namun, sebagaimana telah
itu, soal seperti aborsi, kumpul kebo, kami kemukakan diatas, sasaran utama anti
membunuh, ketidak adilan, kejahatan dan humanism adalah wacana humanism itu
penyimpangan-penyimpangan etis lainnya sendiri.15
diakui sebagai urusan kemutlakan di luar
dirinya, baik itu berupa paham agama maupun 2. Agama
peraturan-peraturan social. Bagaimanapun Masalah makna Agama. Apa agama itu?
sikap kita mengahadapi paham itu, ternyata Agama merupakan ciri utama kehidupan
paham itu telah menguasai pemikiran makhluk manusia. Kita semua mengetahui banyak
modern, baik melalui media massa, buku-buku indikasi agama itu setiap hari, dan kita pun
dan pendidikan di universitas, maupun melalui mengetahui agama ketika melihatnya. Akan
pergaulan antarmanusia, baik itu diakui secara tetapi, agama sangat sulit didefinisikan secara
nyata maupun diterima tanpa sadar.11 tepat.16
Humanisme, baik sebagai gerakan maupun Kata agama (religion) menampilkan sejum-
sebagai aliran berpikir, menyimpan cita-cita lah citra, gagasan, praktik, keyakinan, dan
dan usaha mendasar untuk menempatkan dan pengalamansebagian positif, sebagian negatif.
memperlakukan manusia secara lebih Menyatukan unsur-unsur yang berlainan ini
manusiawi. Ada proses humanisasi yang menjadi suatu kerangka acuan yang koheren
hendak dihadirkan. Dalam proses inilah sama sekali bukanlah npekerjaan mudah. Ini
keberadaan agama menjadi penting untuk memaksa kita melangkah mundur dan me-
direfleksikan. Usaha untuk merefleksikan refleksikan semua anggapan kita. Misal-
keberadaan agama dalam proses humanisasi
tentunya merupakan sebuah usaha yang tidak 12
Endar S, Hendrikus. Humansime dan Humaniora,
sederhana. Dikatakan tidak sederhana karena (editor. Bambang Sugiharto). 153.
13
usaha ini mau tidak mau akan menyentuh Sylvester Kanisius Laku, Humansime dan
wilayah-wilayah kontradiktif. Di satu sisi Humaniora, (editor. Bambang Sugiharto). 216.
14
Sylvester Kanisius Laku, Humansime dan
agama diklaim sebagai jalan dan penjamin Humaniora, 217.
keselamatan, cinta, dan pedamaian. Di lain 15
Sylvester Kanisius Laku, Humansime dan
Humaniora, (editor. Bambang Sugiharto),220.
16
Kimbal,Charles, Kala Agama Jadi bencana,
11
http://amronroy.blogspot.com (terjemah), (Bandung: Mizan, 2013), 23.
memapankan tradisi-tradisi pertukaran yang 20, kendati dalam beberapa hal ada
adil, utang dan pembalasan. Sebenarnya, kesamaannya. Humanisme saat itu bertujuan
dalam kisah-kisah Skandanavia kuno dan untuk meningkatkan pertumbuhan yang
dalam mitos-mitos Yunani kuno, hubungan- harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan
hubungan dan harapan-harapan semacam itu alamiah manusia. Pada saat itu para humanis
dipertahankan, bahkan oleh para dewa. Dalam tidak menyangkal adanya Zat yang Maha
tradisi Yahudi, Kristen dan Islam, keadilan Tinggi. Hanya saja mereka berargumen bahwa
dijamin oleh Allah.22 hal-hal yang alamiah dalam diri manusia telah
Pada gilirannya, tema keadilan menandakan memiliki nilai cukup untuk dijadikan sasaran
tuntutan bagi suatu tatanan sosial tertentu. pengenalan manusia. Tanpa wahyu pun,
Setiap agama, tak soal betapapun tidak seseorang dapat berkarya dengan sempurna
mementingkan hal-hal duniawi, namun tetap dan baik. Setelah beberapa abad selanjutnya,
mempunyai hal yang duniawi, yaitu padanan baru lahir gerakan humanisme yang
politisi dalam hidup para pendukungnya.23 melepaskan segala hal yang berkaitan dengan
Keadilan menuntut agar semua orang dalam Tuhan dan akhirat serta hanya menerima
situasi yang sama diperlakukan dengan yang hidup di dunia seperti apa adanya.27
sama. Dalam bidang hukum itu berarti bahwa Berikutnya, Comte telah menciptakan
hokum berlaku umum.24 sebuah agama tanpa percaya pada Tuhan.
Ketiga dan akhirnya, pada dasarnya semua Alih-alih memuja Tuhan ilusi, manusia
agama mempunyai sebuah tema mengenai sekarang dapat sepenuhnya memuaskan selera
kemungkinan adanya essensi personal yang religiusnya dengan mengarahkan pikiran
terus berlanjut sesudah kematian dan perasaan, dan perbuatannya menuju
barangkali, hidup kembali.25 humanitasnya sendiri. Berkaitan dengan
Disamping yang dijelaskan diatas, tak dapat agama humanitasnya, Comte
disangkal, agama mempunyai relasi yang erat mengatakan,”Sementara Protestan dan mereka
dengan moral. Dalam praktek hidup sehari- yang percaya kepada Tuhan selalu menyerang
hari, motivasi kita yang terpenting dan terkuat agama dengan nama Tuhan, kita harus
bagi prilaku moral adalah agama. Atas membuang Tuhan, sekali dan selamanya, demi
pertanyaan "mengapa perbuatan ini atau itu nama agama”.28
tidak boleh dilakukan", hampir selalu Seperti kebanyakan umat ateis sejak
diberikan jawaban spontan ‘karena agama Feuerbach, Nietzsche juga menjelaskan
melarang" atau karena hal itu bertentangan fenomena keagamaan berdasarkan proses
dengan kehendak Tuhan".26 proyeksi yang tak disadari. Manusia, pada
waktu tertentu, demikian Nietzsche, menjadi
3. Agama dan Humanitas sadar akan kekuatan yang terpendam dalam
Humanisme pada awalnya tidak anti agama. dirinya dan kemampuannya untuk mencinta.
Humanisme ingin mengurangi peranan istitusi Karena tak berani mengatakan bahwa
gereja dan kerajaan yang begitu besar, kekuatan dan cinta itu berasal dari dirinya
sehingga manusia sebagai makhluk Tuhan sendiri, manusia menganggap hal-hal tersebut
kehilangan kebebasannya. berasal dari suatu makhluk superhuman (gaib)
Humanisme pada masa awal Renaisans yang berbeda dengan dirinya. Oleh karena itu
berbeda dengan humanisme abad ke-19 dan dia memecah dua aspek dari sifatnya sendiri
menjadi dua lingkungan. Aspek yang biasa
wajar dan lemah menjadi milik lingkungan
22
C.Solomon, Kathleen, Sejarah Filsafat ,163. yang dinamai 'manusia'; aspek yang aneh dan
23
C.Solomon, Kathleen, Sejarah Filsafat , 163.
24
Magnis-Suseno, Franz, Etika Politik, (Jakarta: PT
27
Gramedia, 1999),81. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2,
25
C.Solomon, Kathleen, Sejarah Filsafat ,165. (Yogyakarta: Kanisius, 1995),12.
26 28
Bertens,K. Etika, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Darius Djehanih, , Humansime dan Humaniora,
Utama, 1999), 35. (editor. Bambang Sugiharto),118.
luar biasa dari sifatnya ditempatkan pada gamaan sejati,dan karena itu, siapapun yang
lingkungan lain yang dinamai Tuhan. Jadi, bersikap demikian, meskipun diluar Islam,
dengan menjauhkan segala sesuatu yang akan memperoleh keselamatan”. Suatu penga-
sempurna dari dinnya sendiri, manusia berarti kuan yang dijiwai spirit toleransi beragama
telah menyianyiakan dirinya sendiri. Dengan yang begitu baik, yang juga tersirat dalam
demikian agama adalah suatu proses keputusan Konsili Vatikan II yang mengakui
pencemaran manusia. Agama, demikian bahwa keselamatan juga terdapat dalam ajaran
Nietzsche, telah mengecilkan derajat manusia, lain selain Katolik Roma. Spirit yang intinya
dampaknya segala kebaikan, keagungan, sama, yaitu “Ketulusan batin dan kehidupan
kebenaran bersifat superhuman. dalam kebenaran” sebagai tanda dari
kehadiran Allah dalam hidup manusia.
Untuk membebaskan pikiran manusia atas Memang prinsip “agama-agama
ide tentang Tuhan, menurut Nietzsche, humanisme” ini paling menyentuh dan paling
seseorang tidak harus menyalahkan bukti-bukti cocok dengan jiwa, perasaan, dan pikiran
yang menduga tentang adanya Tuhan. Dia agamaniah manusia, sehingga begitu cepat
harus menyerang nilai-nilai Nasrani yang dapat diterima oleh hampir setiap pimpinan
merendahkan derajat manusia dan agama di dunia. Tidak heran jikalau dengan
menggantikannya dengan nilai yang muha dan prinsip ini, banyak pemimpin Kristenpun
agung. Dengan keinginan yang keras, manusia diam-diam menganggap Mother Theresa,
harus membebaskan dirinya sendiri dari nilai- Sidharta Gautama, Mahatma Gandhi (moralis
nilai Tuhan yang membebani. Ateisme, di India) setara dengan (bukan hanya lebih
mata Nietzsche, bukan lah suatu masalah populer dari) Yesus Kristus. Akar dari
spekulatif, tetapi lebih merupakan suatu semuanya ini adalah spirit “Agama Humanis”
pengukuhan eksistensial. yang telah merasuk dalam jiwa manusia jaman
ini. “ Iman yang Sejati” semakin lama
Untuk menjadi yang benar-benar agung, semakin tidak dikenal lagi, karena intinya
demikian Nietzsche, manusia harus gencar telah diganti dengan dengan “Kebaikan-
mengumandangkan kematian Tuhan. “Kita kebaikan Manusiawi”, dengan realita
telah membunuh Tuhan,” tulis Nietzsche, kehadiran hati yang tulus, batin yang
dalam suatu ketidak-sadaran mistis. “Perbu- mengasihi sesama tanpa pamrih, dan
atan ini terlalu agung bagi kita. Karena itu, perbuatan baik yang betul-betul membangun
tidak perlukah jika sebagai akibat dari keutuhan hidup ini. Begitu juga, John S.
tindakan ini, kita sendiri menjadi dewa- Dunne seorang ahli ilmu agama-agama,
dewa?,” jerit Nietzsche.29 mengatkan bahwa: “Gandhi lebih dari Yesus
Demikianlah jalan pikiran Nietzsche me- Kristus karena ia telah melintasi semua agama
ngenai matinya Tuhan. Dengan kematian itu, dan kembali keagamanya sendiri dengan
maka terbukalah kesempatan bagi manusia kekayaan Ilahi yang baru “ ( John S. Dunne,
untuk menjulangkan dirinya setinggi-tinggi- The Way of All the Earth (New York :
nya, yaitu sebagai pencipta. Dengan matinya Macmillan, 1972, halaman IX).30
Tuhan, maka nista pula apa yang disebut dosa. Uraian diatas kiranya bisa ditarik sebagai
Kebajikan yang utama bagi manusia adalah berikut: Pertama: Humanis religius
mencipta. memandang alam semesta ada dengan
Berbeda, dengan Nurcholish Madjid (Islam, sendirinya dan tidak diciptakan.
Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, Kedua: Humanisme percaya bahwa
1992) juga mengatakan bahwa yang disebut manusia adalah bagian dari alam dan bahwa
Al-Islam adalah “sikap pasrah sepenuhnya
kepada Allah, yang merupakan sikap kea-
30
Sahabat gembala, agama-agama
humanisme,diakses pada januari 2009
29
Bahtiar, Fisafat Agama,86. http://blogspot.com. agama-agama-humanisme.html
dia muncul sebagai hasil dari proses yang Tuhan sudah mati, dan bahwa sejak saat itu
berkelanjutan. agama harus berpusat pada manusia, bukan
Ketiga: Dengan memegang pandangan pada ketuhanan yang transenden; jika
hidup organik, humanis menemukan bahwa kekristenan gagal menyerap nilai-nilai baru
dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad ini, gereja-gereja akan binasa. Kemorosotan
harus ditolak. agama hanyalah salah satu tanda perubahan
Keempat: Humanisme mengakui bahwa budaya yang utama selama dekade ini ketika
budaya religius dan peradaban manusia, banyak diantara struktur kelembagaan
sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh modernitas ambruk.32
antropologi dan sejarah, merupakan produk Kedua, kelompok yang menyeret agama
dari suatu perkembangan bertahap karena sebagai humanis. Kelompok ini mendekatkan
interaksinya dengan lingkungan alam dan humanisme kepada agama dan agama diseret
warisan sosialnya. Individu yang lahir di kedalam lingkaran humanisme.
dalam suatu budaya tertentu sebagian besar Tampilnya sisi gelap agama yang disambut
dibentuk oleh budaya tersebut. berbagai kritik tajam tentunya tidak serta
Kelima: Humanisme menyatakan bahwa merta menghapus harapan besar tehadap
sifat alam semesta digambarkan oleh sains kehadiran agama dalam usaha menciptakan
modern membuat jaminan supernatural atau kehidupan yang lebih manusiawi. Agama
kosmik apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak justru berpotensi untuk menggaris bawahi
dapat diterim. tebal-tebal usaha ini. Agama akan hadir dalam
Keenam: Kita yakin bahwa waktu telah wajah yang humanis manakala agama meman-
berlalu bagi teisme, deisme, modernisme, dan carkan energi-energi yang memekarkan kehi-
beberapa macam “pemikira baru”.31 dupan yang lebih manusiawi.33
Dari penjelasan diatas, menarik untuk Endar, merinci agama yang lebih humanis
dicermati. Pertama, Humanisme berusaha menyangkut; kerendahan hati untuk mela-
menghilangkan agama dari seluruh aspek kukan kritik diri, paradigma kebenaran
kehidupan. Hal ini, membawa umat manusia (agama) yang lebih inklusif, agama sebagai
untuk menjauhkan agama dan Tuhannya. oase bagi kehidupan dan agama yang
Dengan demikian humanisme merupakan bersumber pada cinta.34
bagian dari akar keraguan terhadap agama dan
Tuhan. 4. Wajah Kontradiktif Agama
Sebagai kasus, selama 1960-an, Eropa Kerasnya kritik atas agama dengan
mengalami kehilangan iman yang dramatis. berbagai kontradiksi realnya mendesak agama
Setelah kebangkitan ketaatan beragama selama untuk lebih jujur dan terbuka pada unsur-
tahun-tahun sulit segera pasca-Perang Dunia unsur yang ikut memeliharanya. Beberapa
Kedua, misalnya, jumlah orang Inggris yang unsur berikut ini turut andil memelihara
tidak mau lagi pergi ke gereja mencapai angka kencenderungan-kecenderungan kontradiksi
yang belum pernah terjadi sebelumnya dan real tersebut.35Endar, merinci wajah
penurunannya berlanjut terus dengan mantap. kontradiktif agama diantaranya adalah:
Jajak pendapat baru-baru ini memperkirakan absolutisme kebenaran agama, Mekanisme
bahwa hanya sekitar enam persen Briton yang keatakutan, dan terjebak pada institusi.
menghadiri kebaktian keagamaan secara
teratur. Selama tahun 60-an, di Eropa dan
32
Amerika Serikat, sosiolog memproklamasikan Karen Armstrong, Masa Depan Tuhan,
kemenangan sekularisme. Pada tahun 1965, (Bandung: Mizan, 2013),460.
33
Hendrikus, Humansime dan
The Secular City, buku terlaris karya teolog Humaniora,Sugiharto,62.
Amerika, Harvey Cox, menyatakan bahwa 34
Pendapat hendrikus ini, penulis resume dari
tulisannya Humanisme dan agama, 162-164.
31 35
Humanisme id.wikipedia.org/wiki/Humanisme, Hendrikus, sugihrto, Humansime dan Humaniora,
html. 155.
Berikut dibawah ini, penulis akan meresume bertindak diluar kontrol atau bahkan bertindak
dari pendapatnya.36 destruktif.39
Absolutisme kebenaran agama, muncul Terjebak pada institusi, ketika agama
ketika wahyu Tuhan tersebut menuntut terjebak sibuk mengurusi penghayatan agama
pembenaran tunggal. Sifat kebenaran agama hanya sebagai institusi, sistem organisasi
menjadi satu dan hanya satu; selalu dan sosial-politik, sistem doktrin, hukum dan
dimanapun. Kebenaran agama diyakini ritual, jelas agama akan terus melahirkan
sebagai kebenaran mutlak, tak terbantahkan. kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
Konsekuensinya adalah hanya satu agama Rentannya agama terhadap konflik, dalam
yang paling benar. banyak hal, disebabkan karena agama hanya
Karakteristik pemahaman kebenaran inilah dihayati sebagai sistem organisasi sosial-
yang membentuk agama berwatak kaku, keras, politik. Agama mudah dipolitisir dan disa-
dan cenderung destruktif. Watak inilah, seperti lahgunakan. Ayat-ayat kitab suci menjadi
yang ditegaskan Kimball, membuat agama pragmatis. la banyak dimanfaatkan untuk ke-
menjadi bencana.37 Absolutisme kebenaran pentingan politik maupun kepentingan da-
agama, sekali lagi, muncul ketika wahyu gang. Ayat-ayat kitab suci lantas kehilangan
Tuhan diklaim sebagai kebenaran mutlak, kesuciannya. Agama terjebak hanya meng-
kebenaran yang absolut. Di sinilah letak urusi atribut-atribut lahiriahnya. Celakanya
persoalannya. Bukankah wahyu Tuhan yang inilah yang kerap kali dijadikan sebagai
termuat dalam kitab suci itu terbatas? Ya, pondasi bangunan identitas agama; pondasi
wahyu, bagaimanapun selalu dibatasi oleh yang justru membuatnya kehilangan
40
bahasa yang digunakan, situasi geografis, keluhurannya.
konteks sosio-kulturalnya, maupun oleh parti-
kularitas sejarahnya. Jadi kebenaran wahyu 5. Persoalan Humanisme Abad 21
tidak bisa ditelan mentah-mentah. Bukankah Globalisasi merombak cara hidup manusia
yang absolut itu adalah Tuhan pada dirinya secara besar-besaran. Ia bermula dari Barat,
sendiri dan bukan pada wahyu-Nya. Memang namun akhirnya membawa perubahan
melalui wahyu manusia bisa mengenal Tuhan mendasar pula bagi dunia Barat sendiri. Di
tapi wahyu tidak bisa membeberkan Tuhan semua kelmpok masyarakat kini tradisi,
secara utuh. Sulit untuk membayangkan agama, cara berpikir dan pola tingkah laku
wahyu sebagai cermin Tuhan persis, wahyu berubah secara tak terelakan. Situasi inilah
yang ditulis ribuan tahun yang lalu. Tuhan yang akhirnya melahirkan juga tendensi
tidak bisa direduksi hanya sebatas yang fundamentalisme.
termuat dalam Kitab Suci. Tuhan tentunya Maka abad 21 menjadi arena pertempuran
lebih besar dari apa yang tertulis dalam Kitab antara fundamentalisme serta toleransi kosmo-
Suci. Ini yang mesti disadari oleh agama.38 politan. Dalam dunia yang mengglobal di
Mekananisme ketakutan, penghayatan mana informasi dan gambar secara rutin
agama yang digerakkan oleh mekanisme ditransmisikan ke seluruh muka bumi, kita
ketakutan bisa menjadi beban dan itu tidak semua senantiasa berhubungan dengan mereka
sehat. Secara psikologis justru orang yang yang berbeda pemikiran dan cara hidup
dalam ketakutan atau ancaman berpotensi dengan kita. Kaum cosmopolitan menyambut
baik dan merangkul kompleksitas budaya.
Kaum fundamentalis menganggap hal itu
mengganggu dan berbahaya. Dalam konteks
36
Penulis resume pendapat Endar hendrikus dari
tulisannya, 155-157.
37 39
S. Hendrikus, Sugiharto, Humansime dan S. Hendrikus, Sugiharto , Humansime dan
Humaniora, 155. Humaniora,156.
38 40
S.Hendrikus, Sugiharto ,Humansime dan Hendrikus, Sugiharto. Humansime dan
Humaniora, 155. Humaniora, 157.
ini kita bisa memahami manuver dari berbagai Heidegger atau Anti-humanisme yang
kelompok garis keras agama.41 justru ‘humanis’ versi Foucault. Belum lagi
Manusia sejak lama dibenturkan dengan, Humanisme baru Gereja Katolik versi
harapan, kegelisahan dan kecemasan mendiang Paus Yohannes-Paulus II.
senantiasa mewarnai pola pikir, cara bertindak, Masing-masing sebetulnya memiliki seja-
bahkan sampai merasuki pola hidup sehari- rahnya sendiri, definisinya sendiri centang
hari. Serpihan kegelisahan dan kecemasan itu ideal-ideal kemanusiaan, terminologi atau
kemudian mengkristal di akhir abad ke 20 retorika diskursifnya sendiri, bahkan
sampai memasuki abad ke 21. Namun signal korban-korban ideologisnya sendiri.43
akan adanya harapan baru tetap mengemuka di 2. Identitas kemanusiaan, kini lebih
tengah pergunjingan persoalan ekonomi, bagaikan dalam dunia seni: sosok baru dan
politik, social, budaya dan keamanan. karya baru yangakan tampil tak pernah
Pertanyaan kemudian muncul, apakah harapan terramalkan (Bila terramalkan bukan lagi
dan kegelisahan yang kini dialami hanyalah seni, bukan lagi manusia). Namun segala
salinan dari masa lalu? Apakah dunia tempat kebaruan pun tak punya arti hanya karena
kita hidup sekarang ini sungguh berbeda ia baru. Dan sebaliknya, segala tradisi
dengan waktu-waktu sebelumnya? Kedua bernilai tidak hanya karena ia tradisi.
pertanyaan ini menggambarkan kekalutan Kebermaknaan selalu membutuhkan per-
manusia saat ini memasuki tatanan baru gumulan antara yang lama dan yang baru,
kehidupan yang disebut globalisasi.42 seperti pergumulan identitas antara anak
dan ayah. Konsep kemanusiaan kini tak
C. SIMPULAN lagi cukup dipikir-kan dari sisi metansik
Kesimpulan tulisan ini penulis akan dan kecamuk sosial-politik seperti dahulu.
meresume tulisan Bambang Sugiarto, sebagai Dalam dunia teknologis macam saat ini
berikut: betapa pun juga konsep identitas kema-
1. Persoalan Humanisme, sebenarnya sejak nusiaan banyak ditentukan pula oleh
Humanisme quattrocento (Renaisans di interaksi ketat antara teknologi dan ilmu-
Italia), penggunaan istilah “Humanisme” ilmu Kemanusiaan, dimana manusia adalah
selanjutnya lebih kompleks daripada yang teknisi sekaligus laboratoriumnya, peng-
dilukiskan diatas. Di abad tujuhbelas ada eksperimen serentak bahan ekperi-
Humanisme Protestan, di sekitar Pence- mentasinya. Ilmu-ilmu kemanusiaan saat
rahan abad delapanbelas yang sangat ini adalah konfigurasi baru dari
antusias terhadap rasionalitas modern ada reflektivitas Studia Humanitatis jaman
Humanisme yang rasionalistik, di abad dahulu, yang kini karakter, sudut pandang
Sembilan belas ada Humanisme romantik dan tendensinya lain.44
yang bertegangan dengan Humanisme 3. signifikansi Humanisme, kiranya tidaklah
positivistik, masih ada pula Humanisme bijaksana menafikan signifikansi Huma-
revolusioner yang dijinakkan kemudian nisme yang telah sempat mengegerakan
oleh Humanisme liberal, di abad dua puluh sejarah itu. Kendati air bekas mandi bayi
ada Humanisme versi Nazi dan versi para mungkin memang kotor, kita tak perlu
korbannya. Masih lebih banyak lagi, di membuangnya sekaligus dengan bayinya.
abad dua puluh itu kita menyaksikan Berbagai bentuk Humanisme adalah
Humanisme versi Eksistensialisme, Prag- bermacam upaya dalam berbagai konteks
matisme atau pun Marxisme, lalu juga untuk senantiasa melihat manusia sebagai
Humanisme yang antihumanist versi pusat gravitasi yang tak pernah bisa
diabaikan, bahkan sebagai sumber utama
41
Damianus, Sugiharto, Humansime dan Humaniora,
43
262-263. Sugiharto, Humansime dan Humaniora, 294.
42 44
Damianus, Sugiharto, Humansime dan Bambang Sugiharto Humansime dan Humaniora,
Humaniora, 260. (editor. Bambang Sugiharto), 297-298
45
Bambang Sugiharto Humansime dan Humaniora,
(editor. Bambang Sugiharto). , hal. 296