Anda di halaman 1dari 2

Kita yang Sebatas Pernah

Senja ini kutelusuri kembali cerita yang pernah kita lewati bersama. Sungguh bukan maksudku
ingin menguak kembali kenangan itu apalagi berniat mengulanginya. Aku hanya ingin
memastikan apakah memori itu masih tersimpan rapi dalam ingatanku ataukah ia telah tercerai
berai termakan sang waktu.

Dan sekali lagi harus kuterima kenyataan bahwa ia masih tersimpan sangat rapi dalam
ingatanku.

Masih ku ingat dengan jelas bagaimana kita mengawali semuanya, bagaimana kita meretas
mimpi untuk saling menjaga hingga menua bersama.

Kala itu, waktu seolah akan selamanya berpihak pada kita. Seolah tak akan ada hambatan yang
akan menghalangi perjalanan kita.

Pun masih tergambar dengan jelas, kilasan peristiwa yang kala itu membuat kita terlena.
Sosokmu, senyummu, tawamu lengkap dengan ketidakmenentuan sikapmu...masih dengan
jelas tersimpan dalam ingatanku.

Namun rupanya saat itu kita tengah dibercandai sang waktu. Kita telah dipermainkan semesta,
seolah mereka berpihak pada mimpi-mimpi kita. Ataukah saat itu, kita yang tidak mampu
membaca tanda-tanda semesta sebab terlalu terlena dengan buaian asmara?

Ah sudahlah...

Rasanya akan sangat percuma bila kini kita hadirkan sesal dalam dada. Terlalu terlambat jika
baru sekarang kita menyalahkan semesta. Bukankah kita pernah berjanji bahwa apapun yang
terjadi kita tidak takkan pernah menyesalinya??

Pada akhirnya, kita hanyalah sepasang manusia yang pernah mencoba merajut asa bersama.
Kita ialah aku dan kamu yang kembali menjadi asing manakala semesta tak merestui
kebersamaan kita.
Dan kini, di pesisir manapun kau berada, semoga semesta selalu melindungimu dan
membantumu meleburkan semua kenangan tentang kita.

Anda mungkin juga menyukai