Anda di halaman 1dari 22

Bab.

1
Pengetahuan Dasar Geografi

A. Ruang Lingkun Pengetahuan Geografi

1. Perkembangan Geografi
Istilah geografi dikemukakan pertama kali oleh Erasthosthenes (276-195 SM), yang
berarti geo = bumi dan graphein = gambaran, jadi geografi adalah gambaran
tentang bumi. Sejarah perkembangan ilmu geografi dibedakan menjadi 5 pandangan
sesuai dengan zamannya yaitu:

1. Geografi Klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Romawi kuno dan pengetahuan tentang bumi pada
masa itu masih dipengaruhi oleh mitologi dan cerita rakyat. Pada awalnya ruang muka
bumi banyak digambarkan oleh para pelancong, mereka menjelaskan pengalaman
mereka ketika menemukan daerah yang berbeda dengan daerah asalnya. Beberapa
tokoh geografi klasik antara lain: Amaximandaros, Thales, Herodotus, Erasthosthenes,
Ptolomeus.

2. Geografi Abad Pertengahan


Pada akhir abad pertengahan, uraian-uraian tentang geografi masih berisikan laporan
perjalanan, baik hasil perjalanan darat maupun laut. Pada abad ini motif para
pelancong sudah meliputi gold, glory, gospel. Pada masa ini banyak ditemukan wilayah-
wilayah baru. Masa ini sering disebut juga dengan Revolusi Geografi. Beberapa tokoh
geografi abad pertengahan antara lain: Marcopolo, Bartholomeus Diaz, Vasco Da
Gama, Columbus, Amerigo Vespucci dan Copernicus, Ibnu Khaldun.

3. Geografi Akhir abad ke 19- abad ke 20


Ciri pandangan geografi akhir abad ke 19 adalah terhadap iklim, tumbuhan, hewan serta
terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli geografi pada periode ini memperdalam
geologi pada penelitiannya dan kajian geografi manusia semakin berkurang. Beberapa
tokoh geografi zaman ini adalah Fiederich Ratzel, Ferdinand Von Ritchoften,
Hartshorne, Vidal De la Blache, Preston E. James, Frank Debbenham.

4. Geografi Mutakhir
Perkembangan geografi saat ini lebih mengarah pada upaya pemecahan masalah yang
dihadapi manusia. Geografi tidak bisa lepas dari ilmu lainnya dan sudah menggunakan
metode kuantitatif dan peranti komputer dalm penyelidikannya. Tokohnya antara lain
Wrigley, Peter Hagget.

Dalam perkembangannya ilmu geografi dibagi menjadi dua paham yaitu fisis determinis
dan posibilism. Fisis determinis beranggapan bahwa kehidupan manusia ini
sepenuhnya dikendalikan oleh faktor alam seperti iklim, cuaca dan lain sebagainya.
Artinya paham fisis determinis menganggap manusia sebagai mahluk yang pasif.
Possibilism beranggapan bahwa faktor manusia lah yang paling dominan dalam
kehidupan ini sehingga faktor alam dapat diantisipasi oleh perkembangan teknologi
manusia. Artinya possibilsm menganggap manusia sebagai mahluk yang aktif.

2. Objek Studi Geografi


1. Objek Material
Objek material ini meliputi letak dan gejala atau fenomena yang terdapat dan terjadi di
geosfer. Untuk letak geografi ini dibedakan menjadi letak fisiografi dan letak sosiografi.
Contoh letak geografi ialah letak astronomis, maritime, klimatologi dan letak
geomorfologi, contoh letak sosiografi ialah letak sosial, ekonomi, politik dan letak
kultural.

Objek material berkaitan dengan bentang lahan fisik dan bentang lahan manusia
(budaya). Bentang lahan fisik atau lingkungan alam meliputi atmosfer (meteorologi dan
klimatologi), litosfer (geologi, geomorfologi dan pedologi), hidrosfer (oseanografi dan
hidrologi), serta biosfer (botani dan zoology). Bentang lahan budaya atau lingkungan
manusia meliputi geografi sosial, geografi penduduk, geografi kota, geografi ekonomi
dan lain-lain.

2. Objek Formal
Dalam objek ini merupakan cara pandang dan cara piker terhadap objek material dari
sudut geografi, cara pandang dan cara piker terhadap objek material dilihat dari segi
keruangan, kelingkungan dan konpleks wilayah, serta waktu.

- Sudut Pandang Keruangan


Dalam sudut ini melalui sudut pandang keruangan, objek formal ditinjau dari segi nilai
suatu tempat dari berbagai kepentingan. Dari hal ini kita dapat mempelajari tentang
letak, jarak, keterjangkauan (aksesibilitas) dan sebagainya.

- Sudut Pandang Kelingkungan


Sudut pandang ini diterapkan dengan cara mempelajari suatu tempat dalam kaitannya
dengan keadaan suatu tempat beserta komponen-komponen di dalamnya dalam satu
kesatuan wilayah. Komponen-komponen tersebut terdiri atas komponen abiotik dan
biotik.

- Sudut Pandang Kewilayahan


Pada sudut pandang ini, objek formal dipelajari kesamaan dan perbedaannya antar
wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas. Dari sudut pandang ini kemudian muncul
pewilayahan seperti kawasan gurun, yaitu daerah-daerah yang memiliki ciri-ciri serupa
dalam komponen atmosfer.
- Sudut Pandang Waktu
Objek formal dipelajari dari segi perkembangan dari periode ke periode waktu atau
perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Contoh: perkembangan wilayah
dari tahun ke tahun dan kondisi garis pantai dari waktu ke waktu.
3. Aspek-aspek Geografi
Berikut merupakan macam 2 aspek ilmu geografi meliputi aspek geografi fisik dan
aspek geografi sosial lengkap beserta jenis-jenis tiap aspek dan penjelasannya.

1. Aspek Fisik
Aspek geografis yang pertama adalah aspek fisik. Pengertian aspek fisik secara umum
adalah aspek geografis yang mengkaji segala fenomena geosfer yang memengaruhi
keberlangsungan hidup manusia. Aspek fisik meliputi aspek kimiawi, biologis,
astronomis, dan semua fenomena alam yang langsung dapat diamati. Terdapat 3
macam aspek fisik yakni aspek topografi, aspek biotik dan aspek non-biotik. Berikut
merupakan macam macam aspek fisik dan penjelasan lengkapnya.

- Aspek Topografi
Pengertian aspek topografi adalah aspek geografi fisik yang berkaitan dengan letak atau
lokasi suatu wilayah. Secara umum aspek topografi membahas mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan letak daerah dan negara, bentuk muka buminya, luas area dan batas-
batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu.

- Aspek Biotik
Pengertian aspek biotik adalah aspek geografi fisik yang berkaitan makhluk hidup.
Secara umum aspek biotik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur
tumbuhan (flora), binatang (fauna) serta kajian penduduk.

- Aspek Non-Biotik
Pengertian aspek non-biotik adalah aspek geografi fisik yang berkaitan dengan tanah
dan air suatu wilayah. Secara umum aspek non-biotik membahas mengenai hal-hal
yang berkenaan dengan unsur kondisi tanah, hidrologi baik perairan darat maupun laut
dan kondisi iklim dari suatu wilayah.

2. Aspek Sosial
Selain aspek fisik, juga ada aspek geografis lain yaitu aspek sosial atau aspek non-fisik.
Pengertian aspek sosial secara umum adalah aspek geografi yang membahas fenomena
yang terjadi di geosfer yang masih berhubungan dengan kegiatan manusia. Tujuan
aspek sosial adalah mengetahui pola hubungan manusia dan lingkungannya. Aspek
sosial meliputi kegiatan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Berikut merupakan macam
macam aspek sosial dan penjelasannya lengkap.

- Aspek Sosial
Pengertian aspek sosial adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur-unsur
sosial. Secara umum aspek sosial membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
unsur tradisi, adat-istiadat, komunitas, kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga
sosial.
- Aspek Ekonomi
Pengertian aspek ekonomi adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan hal-hal
ekonomis. Secara umum aspek ekonomi membahas mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan unsur pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan,
transportasi dan pasar.

- Aspek Budaya
Pengertian aspek budaya adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur
sosial-budaya. Secara umum aspek budaya membahas mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan unsur pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan ragam budaya lain.

- Aspek Politik
Pengertian aspek politik adalah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan unsur
politik. Secara umum aspek politik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan unsur kepemerintahan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

4. Konsep-konsep Geografi
Konsep Geografi adalah unsur penting dalam memahami fenomena ataupun kejadian
geografi baik alam maupun sosial.

Penjelasan Konsep Geografi berkaitan dengan persebaran, hubungan, fungsi, bentuk,


dan proses terjadinya. Konsep Geografi terdiri atas 10 konsep, yaitu:

1. Lokasi
Lokasi merupakan letak ataupun tempat dimana fenomena geografi terjadi. Konsep
lokasi dibagi menjadi dua bagian yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.

a. Lokasi Absolut adalah letak ataupun tempat yang mapu dilihat dari garis lintang dan
garis garis bujur atau garis astronomis. Lokasi absolut keadaannya tetap dan tidak bisa
berpindah karena berpedoman pada garis astronomis bumi.

b. Lokasi Relatif adalah letak ataupun tempat yang dapat dilihat dari daerah lain di
sekitarnya. Lokasi relatif bisa berganti-ganti sesuai dengan objek yang terdapat di
sekitarnya.

Contoh Lokasi Relatif yaitu Indonesia ada di antara 2 benua dan 2 samudera. Lokasi
Indonesia menurut lokasi relatifnya adalah terletak di antara 2 benua yaitu Asia dan
Australia, dan ada di antara 2 samudera yaitu Hindia dan Pasifik. Letak relatif ini bisa
berubah-ubah sesuai dengan sudut pandang penggunanya sebab lokasi relatif
digambarkan melalui objek yang dinamai manusia yaitu contohnya nama benua,
samudera, pulau, laut, dsb.

2. Jarak
Jarak merupaka ruang atau sela yang dapat menghubungkan antara dua lokasi ataupun
dua objek yang dihitung melalui hitungan panjang dan waktu. Konsep Jarak
mempunyai peranan penting di kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Konsep jarak
dibagi menjadi dua, yaitu jarak mutlak serta jarak relatif.

a. Jarak Mutlak adalah ruang ataupun sela antara dua lokasi yang digambarkan maupun
dijelaskan melalui ukurang panjang pada satuan ukuran meter, kilometer, dsb. Jarak
mutlak adalah jarak yang tetap dan tak bisa berubah-ubah.

Contoh jarak mutlak adalah Jarak antara Jakarta ke Bandung yaitu 150 km. jarak itu
diukur memanjang dari titik A (Jakarta) dan titik B (Bandung) serta dihitung dengan
satuan ukuran kilometer.

b. Jarak Relatif adalah ruang ataupun sela antara dua lokasi yang dinyatakan dalam
lamanya perjalanan waktu.

Contoh jarak relatif adalah jarak antara Jakarta ke Bandung bisa ditempuh dalam waktu
2 jam melewati Tol. Tentu jarak relatiif tersebut bisa berbeda jika keadaan jalan tol
macet atau perjalanan ke Bandung tidak melalui jalan tol.

3. Morfologi
Morfologi yaitu konsep yang menjelaskan tentang struktur luar dari batu-batuan yang
menyusun bentuk morfologi pada permukaan bumi (pantai, dataran rendah, dataran
tinggi, pegunungan, lembah, dsb).
Contoh konsep morfologi yaitu:
– Jakarta adalah dataran rendah, sedangkan Bandung dataran tinggi.
– Perjalanan Jakarta ke Bandung melalui daerah yang bergelombang dan perbukitan.
– Daerah selatan D.I. Yogyakarta adalah daerah perbukitan kapur (karst).

4. Keterjangkauan
Keterjangkauan merupakan jarak yang bisa dicapai dengan maksimum dari satu
wilayah ke wilayah lainya. Keterjangkauan tidak tergantung pada jarak saja, Tetapi juga
tergantung pada sarana serta prasarana penunjang.
Contoh konsep keterjangkauan:
– Harga lahan di persimpangan jauh lebih mahal dari pada lahan dalam gang
– Bantuan bencana sukar mencapai lokasi disebabkanmedan yang berat
– Kepulauan Seribu mampu ditempuh dengan kapal dari pelabuhan Muara Angke

5. Pola
Pola yaitu bentuk, struktur, dan persebaran fenomena ataupun kejadian di permukaan
bumi baik gejala alam dan gejala sosial.
Contoh konsep pola:
– Pemukiman yang memanjang di sepanjang jalan raya pantura Jawa
– Pemukiman pada kota besar seperti Jakarta dibangun dengan berhimpitan
– Aliran air di sungai berbentuk sudut siku-siku merupakan aliran sungai rectangular.

6. Aglomerasi
Aglomerasi ialah adanya suatu fenomena mengelompok yang menjadi satu bentuk
ataupun struktur.
Contoh konsep aglomerasi:
– Pasar Senin, pasar rabu, pasar minggu adalah pengelompokan tempat berjualan
berdasarkan pada hari pasaran.
– Kegiatan industri pusatnya dikawasan Jababeka, Pulogebang, dan Tangerang.
– Di perkotaan terjadi pemusatan penduduk berdasarkan dari status sosial dan
ekonomi yang melalui kawasan slum area, menengah, dan kawasan elit.

7. Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan yaitu konsep yang berkaitan antara nilai guna pada suatu wilayah yang
mampu dikembangkan menjadi potensi yang menunjang perkembangan pada suatu
wilayah.
Contoh konsep nilai kegunaan:
– Kawasan perbukitan kapur seperti di Wonosari, Gunug Kidul mempunyai banyak goa
dan sumber mata air bawah tanah yang sangat cocok dijadikan objek wisata alam.
– Pulau Madura yang memiliki cuaca panas dan tanah yang tak subur sangat tidak
cocok sebagai lahan pertanian, Namun dari lokasi geografisnya banyak yang dijadikan
sebagai kawasan tambak garam.

8. Interaksi / Interpendensi
Interaksi / Interpendensi yaitu konsep yang menunjukkan keterkaitan dan
ketergantungan pada satu daerah dengan daerah lain dan untuk saling memenuhi
kebutuhannya.
Contoh konsep Interaksi:
– Desa adalah sebagai pemasok tenaga kerja dan kota menjadi pemasok bahan produksi
desa.
– Tanaman bawang banyak tumbuh subur di Brebes dan diangkut ke Jakarta untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di kota.

9. Diferensiasi Areal
Diferensiasi areal yaitu konsep yang membandingkan pada dua wilayah untuk
menunjukkan adanya perbedaan antara suatu wilayah dengan wilayah lainya karena
tiap wilayah mempunyai karakteristik khas masing-masing.
Contoh konsep Diferensiasi areal:
– Di dearah pantai penduduk yang bermata pencaharian nelayan, sedangkan di
pegunungan penduduk bermata pencaharian petani.
– Pakaian dari bahan katun cocok dipakai di daerah panas seperti misalnya kota
Jakarta, sedangkan pakaian dari bahan woll cocok di pakai untuk di daerah dingin.
– Bentuk rumah penduduk asli Sulawesi memiliki bentuk panggung, sedangkan bentuk
rumah penduduk asli Jawa tak berbentuk panggung.

10. Keterkaitan Ruang


Keterkaitan ruang yaitu konsep yang menunjukkan akan tingkat keterkaitan wilayah
dan mendorong terjadinya sebab-akibat antarwilayah.
Contoh konsep keterkaitan ruang:
– Lalu-lintas Jakarta selalu macet sebab adanya mobilitas pekerja yang rumahnya di
pinggiran Jakarta (Bodetabek) akan tetapi bekerja di Jakarta.
– Kabut asap melanda Singapura merupakan hasil dari pembakaran lahan di kota Riau,
Palembang, dan sekitarnya yang kemudian terbawa angin.

5. Prinsip-Prinsip Geografi
Prinsip geografi – Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena fisik dan
manusia di atas bumi. Terdapat banyak cabang ilmu geografi dimana ruang lingkup
geografi mencakup banyak bidang dan aspek geografi. Dalam ilmu geografi juga
terdapat 4 prinsip geografi. Prinsip-prinsip geografi yang ada meliputi prinsip distribusi
(penyebaran), interelasi (keterkaitan), deskripsi (penggambaran) dan korologi
(gabungan).

Prinsip Geografi dan Contohnya


Secara umum ada 4 prinsip prinsip geografi yang ada, meliputi prinsip distribusi,
prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi. Berikut merupakan
pembahasan dan penjelasan prinsip geografi beserta contohnya, definisi, pengertian
dan ruang lingkup geografi lengkap.

1. Prinsip Distribusi (Penyebaran)


Prinsip distribusi atau penyebaran merupakan salah satu dari 4 prinsip ilmu geografi
yang paling utama. Fungsi prinsip persebaran ini digunakan untuk menelaah gejala dan
fenomena geografi yang tersebar di permukaan bumi secara tidak sama dan tidak
merata. Fenomena geografi yang diteliti bisa berupa bentang alam, tumbuhan, hewan
dan manusia.

Tujuan lain penggunaan prinsip penyebaran ini juga dapat mengungkap hubungan
antara satu fenomena dengan fenomena yang lainnya secara menyeluruh. Selain itu
adanya prinsip distribusi dapat digunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang
akan datang.

Contoh prinsip distribusi (penyebaran):


- Persebaran flora dan fauna di wilayah Indonesia
- Persebaran potensi air yang berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya
- Persebaran total penduduk transmigran di Indonesia yang tidak merata

2. Prinsip Interelasi (Keterkaitan)


Prinsip geografi berikutnya adalah prinsip interelasi atau keterkaitan. Fungsi prinsip
interelasi ini digunakan untuk menelaah hubungan yang saling terkait antara gejala
yang satu dengan gejala geografi yang lain dalam suatu ruang. Tujuan prinsip ini juga
berfungsi untuk menguraikan hubungan yang ada di dalam ruangan tersebut antara
satu gejala dengan gejala yang lainnya.

Adanya hubungan yang saling terkait antara alam dan manusia menyebabkan
dibutuhkannya prinsip keterkaitan atau sebab-akibat ini. Interelasi dapat terjadi antara
alam dengan alam, manusia dengan manusia, maupun alam dengan manusia.
Contoh prinsip interelasi (keterkaitan):
- Kekeringan yang terjadi sebagai dampak adanya fenomena La Nina
- Fenomena banjir akibat adanya penebangan hutan di wilayah hulu
- Kondisi iklim di Indonesia yang dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia
- Penduduk pesisir pantai banyak yang menjadi nelayan karena dekat dengan wilayah
lautan

3. Prinsip Deskripsi (Penggambaran)


Prinsip deskripsi atau penggambaran menjadi salah satu prinsip geografi berikutnya.
Fungsi prinsip deskripsi digunakan untuk memberikan penjelasan lebih jauh tentang
gejala-gejala yang terjadi di muka bumi yang dapat diamati. Prinsip deskripsi ini pada
intinya memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai karakteristik yang
spesifik pada gejala-gejala geografi.

Geografi menganut prinsip ini ditujukan untuk menggambarkan fenomena geosfer yang
memerlukan deskripsi baik melalui tulisan, tabel, gambar dan grafik yang disajikan
melalui fakta, gejala dan masalah sebab-akibat secara kualitatif atau pun kuantitatif.

Contoh prinsip deskripsi (penggambaran):


- Tabel angka pengangguran di provinsi Jawa Timur
- Grafik peta lempeng tektonik di dunia
- Peta wilayah lautan di kawasan Asia Tenggara
- Gambar persebaran curah hujan di Indonesia

4. Prinsip Korologi (Gabungan)


Contoh prinsip geografi yang terakhir adalah prinsip korologi atau gabungan yang
memadukan dari gabungan 3 prinsip geografi yang sudah dibahas sebelumnya. Fungsi
prinsip korologi ini bertujuan untuk menelaah gejala, fakta maupun permasalahan yang
ada di suatu tempat yang ditinjau dari persebarannya, interelasinya, interaksinya dan
integrasinya dalam ruang tertentu.

Prinsip korologi ini merupakan prinsip geografi yang komprehensif karena memadukan
prinsip-prinsip lainnya yaitu prinsip distribusi, prinsip interelasi serta prinsip deskripsi
dalam satu prinsip yaitu prinsip korologi. Prinsip ini juga termasuk sebagai ciri-ciri
geografi modern.

Contoh prinsip korologi (gabungan):


- Untuk meneliti masalah hujan harus diteliti mengenai persebaran curah hujan di
Indonesia, penyebab kenapa adanya perbedaan curah hujan di berbagai daerah serta
dampak yang ditimbulkan dari tingginya curah hujan di wilayah tertentu.
- Untuk meneliti masalah suhu udara maka harus diteliti mengenai perbedaan suhu
udara di pedesaan dan perkotaan, penyebab timbulnya pedesaan serta pengaruh
banyaknya pepohonan di desa terhadap suhu udara di wilayah pedesaan dibanding
perkotaan
6. Pendekatan Geografi
Ada tiga pendekatan geografi yaitu pendekatan keruangan (spasial), pendekatan
lingkungan (ekologi) dan pendekatan kompleks wilayah (regional). Berikut akan
dijelaskan pendekatan geografi dan contohnya secara lengkap.

1. Pendekatan Spasial (Keruangan)


Pendekatan keruangan atau spacial analysisi merupakan salah satu dari 3 pendekatan
geografis. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang khas dalam geografi karena
merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-
masing aspek-aspek keruangannya.

Dalam pendekatan ini peneliti akan mengkaji kesemaan atau perbedaan suatu
fenomena geosfer lewat aspek keruangan. Aspek-aspek ruang dan spasial geografi
meliputi faktor lokasi, kondisi alam dan kondisi sosial budaya masyarakat. Peneliti juga
harus memperhatikan distribusi/persebaran, interelasi dan interaksinya.

Pada akhirnya, diharapkan akan didapatkan manfaat bagi manusia terkait dengan
pendekatan spasial geografis ini baik dalam aspek hidrologi, pedologi dan klimatologi.
Contoh pendekatan keruangan atau spasial misalnya sebidang tanah berharga mahal
karena tanahnya bersifat subur dan terletak di tempat yang strategis. Peneliti menilai
nilai tanah berdasarkan produktivitas pertanian dan nilai ruangnya yaitu letak yang
strategis.

2. Pendekatan Ekologi (Lingkungan)


Pendekatan ekologi didasarkan pada prinsip ilmu biologi yaitu interelasi yang menonjol
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Tujuan dilakukan pendekatan ini adalah
untuk mengkaji fenomena geosfer dengan memperhatikan interaksi antara organisme
dengan lingkungannya.

Aspek yang diteliti dalam pendekatan lingkungan antara lain adalah interaksi
komponen fisikal (alamiah) dan nonfisik (sosial). Selain itu, pendekatan geografi ini
juga berfokus pada perilaku organisme dan perubahan fenomena lingkungan yang
terjadi secara mandiri tanpa keterkaitan.

Contoh pendekatan ekologi dapat dilihat pada fenomena banjir di suatu daerah.
Fenomena ini bisa diidentifikasi melalui tahapan-tahapan dalam pendekatan ekologi
yang hasilnya kemudian dapat dianalisa untuk menemukan solusi masalah.
Identifikasi yang dilakukan meliputi identifikasi kondisi fisik, identifikasi sikap dan
perilaku masyarakat serta analisis interaksi. Pertama dilakukan identifikasi fisik untuk
menemukan kondisi fisik lingkungan yang mendorong terjadinya fenomena banjir,
misalnya seperti topografi, jenis tanah, curah hujan dan kondisi bangunan di daerah
banjir tersebut.

Kemudian dilakukan identifikasi sikap dan perilaku masyarakat untuk menemukan


sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi tersebut, misalnya alih
fungsi lahan pertanian, penggundulan hutan, kebiasaan membuang sampah dan pola
pemukiman yang dibangun di daerah tersebut.
Terakhir dilakukan analisa interaksi ekologi terkait hubungan antara identifikasi fisik
dan sikap yang dianalisa untuk menemukan alternatif pemecahan masalah.

3. Pendekatan Regional (Kompleks Wilayah)


Pendekatan regional atau analisis kompleks wilayah dilakukan dengan membandingkan
berbagai kawasan di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan
lingkungan secara komprehensif. Secara umum, pendekatan ini merupakan gabungan
antara pendekatan spasial dan ekologi.

Analisis ini menekankan adanya diferensiasi areal atau perbedaan karakteristik pada
tiap-tiap wilayah di bumi. Hal ini kemudian mendorong adanya interaksi antara suatu
wilayah dengan wilayah lain. Nantinya hasil pendekatan studi wilayah kemudian
tertuang menjadi peta dan dipelajari melalui disiplin ilmu kartografi.

Contoh pendekatan regional adalah dalam membangun rumah atau bangunan harus
dilihat dari karakteristik wilayahnya. Misalkan membangun rumah di daerah rawan
banjir atau dekat pantai maka fondasi akan lebih ditinggikan untuk mengantisipasi
terjadinya banjir atau pasang air laut.

============================================================

Bab. 2
Pengetahuan Dasar Pemetaan

1. Dasar Pemetaan

1. Pengertian Peta
Peta adalah gambar muka bumi sebagian atau seluruhnya pada bidang datar, yang
diperkecil menggunakan skala. (International Cartographic Association (ICA). Peta
dengan globe dan denah memiliki persamaan yaitu sama-sama menggambarkan muka
bumi, perbedaannya peta dan denah pada bidang datar globe pada bidang bola, peta
dan globe memiliki skala sedang denah tidak.

2. Komponen Peta
Beberapa komponen yang ada pada peta digunakan untuk memperjelas informasi peta
antara lain:

1. Judul Peta, judul peta menggambarkan informasi tentang isi peta, dan peruntukan
pembuatan peta.

2. Tanda Orientasi untuk menunjukkan arah mata angin, biasanya arah utara ke atas
dengan simbol tanda panah.
3. Skala peta, ada tiga jenis skala peta, (1) skala angka, (2) skala grafis, dan (3) skala
verbal.
4. Lettering, atau tulisan pada peta.

5. Legenda, berisi keterangan simbol yang digunakan pada peta.

6. Simbol peta, ada tiga jenis simbol peta, (1) simbol titik, biasanya digunakan untuk
menandai suatu lokasi (2) simbol garis, untuk menunjukkan bentuk-bentuk objek yang
linier, seperti jalan, sungai, atau batas wilayah, (3) simbol area, untuk menandakan
wilayah yang memiliki luas.

7. Garis koordinat untuk menunjukkan lokasi absolute suatu tempat pada garis lintang
(paralel) dan garis bujur (meridian) bumi.

8. Lembaga pembuat, data ini penting untuk menunjukkan kredibelitas sebuah peta
Peta inset adalah peta lain dengan sekala yang berbeda yang dimunculkan pada peta
induk.

9. Sumber peta, biasanya peta disusun atas berbagai sumber informasi.


Garis tepi, salah satu perbedaan peta dengan lukisan adalah peta selalu menggunakan
garis tepi.

10. Tahun pembuatan, data ini untuk menunjukkan aktualitas peta.

3. Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah metode untuk menggambar bentuk muka bumi dari bidang
lengkung ke bidang datar. Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa
hal yang tidak boleh terabaikan, yaitu: (1) peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai
dengan luas sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. (2) peta
harus equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak
sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. (3) peta harus konform,
yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan sesuai dengan
bentuk sebenarnya di permukaan bumi.

Ada tiga jenis proyeksi dasar dalam menggambar peta, yaitu:

1. Proyeksi Azimutal/ Proyeksi Zenital


Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar, zenital (normal) bila
bidang datar menyentuh bola bumi pada titik kutub bumi. zenital (transversal) jika
bidang datar menyentuh bumi pada salah satu titik di ekuator. zenital (obliq) jika
bidang datar menyentuh bumi pada salah satu titik di lintang tengah.
Proyeksi zenital normal sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub, namun akan
mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk menggambarkan daerah
yang berada di sekitar khatulistiwa.

2. Proyeksi Kerucut
Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Kerucut (normal) bila garis
tengah kerucut menyentuh bola bumi pada salah satu garis lintang tengah bumi.
Kerucut (transversal) jika garis tengah kerucut menyentuh bumi pada salah satu garis
meridian bumi. Kerucut (obliq) jika kerucut menyentuh bumi pada secara menyilang.
Proyeksi kerucut normal sesuai digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada
pada lintang tengah seperti pada negara-negara di Eropa.

3. Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Silinder (Normal) jika
lingkaran tengah silinder menyentuh bumi pada equator, Silinder (transversal) jika
lingkaran tengah silinder menyentuh bumi pada garis meridian. Silinder (obliq) bila
lingkaran tengah silinder ditempatkan menyilang dari garis lintang dan bujur bumi.
Proyeksi silinder normal sangat baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah
khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah yang berada di
lintang sedang hingga sekitar kutub.

4. Jenis Peta
Berdasarkan isi data yang disajikan:

Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam
atau budaya.

Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema
tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta
persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.
Peta umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan
reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk
garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
yang mempunyai ketinggian yang sama.

2. Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan
bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang.

3. Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan
wilayah yang sangat luas.

Peta Berdasarkan Sumber Datanya


1. Peta turunan (Derived Map) yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang
sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
2. Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

Peta berdasarkan skala


1. Peta kadaster (sangat besar) adalah peta yang berskala > 1: 100 sampai > 1: 5000.
Contoh: Peta pertanahan, Peta Pertambangan

2. Peta besar adalah peta yang berskala > 1: 5000 sampai > 1: 250.000. Contoh: peta
kecamatan/kabupaten

3. Peta sedang adalah peta yang berskala > 1: 250.000 sampai > 1: 500.000. Contoh:
peta provinsi

4. Peta kecil adalah peta yang berskala > 1: 500.000 sampai > 1: 1.000.000. Contoh:
peta negara

5. Peta geografis (sangat kecil) adalah peta yang berskala > 1: 1.000.000 ke bawah.
Contoh: Peta benua/dunia

Peta berdasarkan tingkat kedetailan


1. Peta detail, peta yang skalanya > 1:25.000

2. Peta semi detail, peta yang skalanya > 1:50.000

3. Peta tinjau, peta yang skalanya > 1:250.000

2. Dasar Pengindraan Jauh

1. Pengertian Pengindraan Jauh


Menurut LILLESAND dan KIEFER, 1986 Pengindraan jauh adalah ilmu untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, wilayah atau gejala dengan cara
menganalisis data-data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa berhubungan langsung
dengan objek, wilayah yang dikaji.
Penjelasan lain menerangkan bahwa pengindraan jauh adakah ilmu untuk medapatkan
informasi mengenai permukaan bumi yang diambil dari jarak jauh CAMPBEL, 1994.

2. Komponen Penginderaan Jauh


Ada lima komponen pengindraan jauh. Yaitu:

1. Sumber tenaga
Dalam pengindraan jauh harus ada tenaga untuk memantulkan atau memancarkan
objek di permukaan bumi. Tenaga yang digunakan adalah tenaga elektromagnetik,
dengan sumber utamanya adalah matahari. Tenaga lain yang bisa digunakan adalah
sumber tenaga buatan, sehingga dikenal adanya pengindraan jauh sistem pasif dan
pengindraan jauh sistem aktif.

Pengindraan Jauh Sistem Pasif, Pada pengindraan jauh sistem pasif, tenaga yang
menghubungkan perekam dengan objek di bumi dengan menggunakan tenaga alamiah
yaitu matahari (dengan memanfaatkan tenaga pantulan), sehingga perekamannya
hanya bisa dilakukan pada siang hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Pengindraan
Jauh Sistem Aktif, Pada pengindraan jauh sistem aktif, perekamannya dilakukan
dengan tenaga buatan (dengan tenaga pancaran), sehingga memungkinkan
perekamannya dapat dilakukan pada malam hari maupun siang hari, dan di segala
cuaca.

2. Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar
matahari yang datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang). Tidak semua
spektrum elektromagnetik mampu menembus lapisan atmosfer, hanya sebagian kecil
saja yang mampu menembusnya. Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap
air, dan gas. Hambatan atmosfer ini berupa serapan, pantulan, dan hamburan.
Hamburan adalah pantulan ke segala arah yang disebabkan oleh benda-benda yang
permukaannya kasar dan bentukannya tidak menentu, atau oleh benda-benda kecil
lainnya yang berserakan. Bagian dari spektrum elektromagnetik yang mampu
menembus atmosfer dan sampai ke permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela
atmosfer yang paling banyak digunakan adalah spektrum tampak yang dibatasi oleh
gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.

3. Sensor
Sensor berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu objek.
Kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan resolusi spasial.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.

1) Sensor Fotografik
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film sebagai
detektornya yang bekerja pada spetrum tampak. Hasil dari penggunaan sensor
fotografik adalah bentuk foto udara.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang
beroperasi pada spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar X sampai gelombang radio
dengan pita magnetik sebagai detektornya. Keluaran dari penggunaan sensor elektrik
ini adalah dalam bentuk citra.

- Objek
Setiap objek mempunyai sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga
ke sensor. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak
lebih cerah, sedangkan objek yang pantulan atau pancarannya sedikit akan tampak
gelap.

Interaksi antara tenaga dengan objek dibagi menjadi tiga variasi, yaitu:
1. Variasi Spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah
dan gelap.
2. Variasi Spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk,
ukurun, tinggi, serta panjang, dan
3. Variasi Temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.

Pengguna
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh
pengguna data. Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil pengindaraan
jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu masing-
masing maupun cara pengumpulan data dari sistem pengindraan jauh. Data yang sama
dapat digunakan untuk mencari info yang berbeda bagi pengguna (user) yang berbeda
pula. Berdasarkan kerincian, keandalan, dan kesesuaian data dari sistem pengindaraan
jauh akan menentukan dapat diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh
pengguna (user).

3. Jenis-jenis Citra Foto


Citra Foto, merupakan gambaran suatu objek dari hasil proses pemotretan udara yang
biasanya menggunakan pesawat udara. Hasil ini lebih sering kita sebut sebagai foto
udara. Citra foto sendiri dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, yakni:

Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang digunakan:


1. Foto Ultraviolet merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum
gelombang ultraviolet dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Foto ini akan
menghasilkan warna yang sangat kontras sehingga cocok untuk membedakan antara
dua zat, misalnya untuk melihat tumpahan minyak di laut, mengetahui jaringan jalan
aspal dll.

2. Foto Ortokromatik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum


gelombang tampak disekitar warna biru hingga sebagian warna hijau (sekitar 0,4 – 0,56
mikrometer). Dari sini banyak objek yang bisa nampak jelas dan bisa melihat objek di
bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Foto ini sangat cocok
untuk mempelajari daerah pantai.
3. Foto Pankromatrik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum
cahaya tampak sehingga kepekaan dalam menangkap objek akan sama dengan
kepekaan mata. Foto pankromatik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
pankromatik hitam-putih dan foto infra merah.

4. Foto pankromatik hitam-putih akan menghasilkan warna objek sama seperti warna
aslinya. Biasanya digunakan untuk memantau lalu lintas, sumber kebakaran hutan (titik
api), perencanaan kota dll.

5. Foto Infra Merah merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum
gelombang infra merah. Biasanya digunakan dalam dunia militer, pertanian atau
perkebunan (untuk membedakan tumbuhan yang sehat dengan yang sakit).

4. Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh


Pada saat ini, pemanfaatan jasa penginderaan jauh cenderung meningkat. Kebutuhan
manusia terhadap pentingnya data dan informasi yang akurat tentang permukaan bumi,
telah menjadi pemicu bagi perkembangan dan kemajuan teknologi penginderaan jauh
tersebut.

Pemanfaatan jasa penginderaan jauh dalam berbagai sektor kehidupan dewasa ini,
antara lain sebagai berikut.

1. Bidang meteorologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan untuk hal-hal berikut:
- mengamati iklim suatu daerah, yaitu melalui pengamatan tingkat perawanan dan
kandungan air dalam udara.
- membantu analisis cuaca dan peramalannya, yaitu dengan menentukan daerah
tekanan tinggi dan daerah tekanan rendah.
- mengamati sistem pola angin permukaan.
- memetakan data meteorologi dan klimatologi.

2. Bidang hidrologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
- pemantauan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.
- pemetaan luas daerah dan intensitas banjir.
- mengamati kecepatan aliran sungai.
- mengamati arah aliran sungai.
3. Bidang oceanografi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut:
- pengamatan pasang surut dan gelombang air laut;
- studi perubahan pantai, abrasi, dan sedimentasi;
- pemetaan potensi sumber daya laut.

4. Bidang geologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
- penentuan struktur batuan suatu wilayah;
- pemantauan wilayah bencana;
- pemetaan daerah gunung api.

5. Bidang geomorfologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
- mengamati bentuk, panjang, dan arah lereng;
- mengamati kekasaran lereng;
- mengamati gerak massa batuan;
- mengamati beda ketinggian;
- mengamati bentuk lembah.

6. Bidang pertanian
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
- mengetahui jenis tanah;
- mengetahui sifat fisik tanah;
- mengetahui tanaman yang terserang hama;
- mengetahui kandungan air dalam tanaman.

7. Bidang perencanaan
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
- menentukan arah pengembangan suatu wilayah;
- menentukan lokasi pembangunan;
- menentukan model pengembangan suatu wilayah.

3. Dasar Sistem Informasi Geografi

1. Pengertian SIG
Menurut sumber Esri (1990), bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah
kumpulan terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi
dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan,
mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi
yang bereferensi geografis (Prahasta, Eddy. 2006)

SIG adalah sistem untuk mendayagunakan dan menghasil gunakan pengolahan dan
analisis data spasial (keruangan) serta data non- spasial (tabular), dalam memperoleh
berbagai informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi
ilmiah, komersil, pengelolaan maupun kebijaksanaan.

Berikut adalah beberapa keuntungan penggunaan SIG (Hanafi. 2011)


SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang diinginkan,
menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan
perbaikan data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu
keputusan. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan
untuk menampilan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat
dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-
atributnya. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di
permukaan bumi menjadi beberapa layer data spasial, dengan layer permukaan bumi
dapat direkonstruksi kembali.

2. Komponen-komponen SIG
Ada lima komponen SIG, masing-masing memiliki peranan yang vital bagi berjalannya
SIG. Antara lain:

1. Daya Manusia (user), Komponen manusia memegang peranan yang sangat


menentukan, karena tanpa manusia maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan
dengan baik. Jadi manusia menjadi komponen yang mengendalikan suatu sistem
sehingga menghasilkan suatu analisa yang dibutuhkan.

2. Software merupakan sistem modul yang berfungsi untuk mengoperasikan sistem


informasi geografis. Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang
mampu melakukan penyimpanan data analisis dan menampilkan informasi geografis.
Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah
tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis, sistem manajemen basis
data, tools yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi, Geographical User
Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tools geografi.

3. Hardware, Sistem informasi geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware


yang sedikit lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal
ini disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya
membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory
yang besar dan processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam
sistem informasi geografis adalah personal komputer, mouse, digitizer, printer, plotter
dan scanner.

4. Aplikasi sistem informasi geografis dalam proses perencanaan, Sistem informasi


geografis sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan
manajemen sumber daya alam, parawisata, geologi, perencanaan, dan lain sebagainya.
keunggulan sistem informasi geografis sehingga digunakan pada bidang-bidang
tersebut adalah karena kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data
atribut sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks.

5. Data, Hal yang merupakan komponen penting dalam sistem informasi geografis
adalah data. Secara fundamental sistem informasi geografis bekerja dengan dua tipe
data yaitu data vektor dan data raster. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan
bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan
penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi
pengambilan sampel, dan sebagainya. Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
data grafis dan data atribut atau tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan
bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi, sedangkan data tabular adalah data
deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut (Pahlevy. 2010.)
3. Data SIG
Data dalam SIG terdiri dari dua jenis data, yaitu data spasial dan data atribut.

1. Data spasial
Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi obyek di bumi.
Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interprestasi dan proyeksi
seluruh fenomena yang berada di bumi. Fenomena tersebut berupa fenomena alamiah
dan buatan manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi yang ada di peta
merupakan representasi dari obyek di muka bumi. Adapun data spasial ini memiliki tiga
bentuk data yaitu: (1) Titik (dot) Titik merupakan representasi grafis yang paling
sederhana pada suatu obyek. Titik tidak mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan
dalam bentuk simbol baik pada peta maupun dalam layar monitor. Contoh: Lokasi
Fasilitasi Kesehatan, Lokasi Fasilitas Kesehatan, dll. (2) Garis (polyline). Garis
merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan
merepresentasikan obyek dalam satu dimensi. Contoh: Jalan Raya, Sungai, dll. (3) Area
(polygon) Area merupakan representasi obyek dalam dua dimensi. Contoh : Danau,
Wilayah Kecamatan, dll.

2. Data Atribut
Data atribut merupakan data yang mempresentasikan aspek-aspek deskripsi/penjelasan
dari suatu fenomena di permukaan bumi dalam bentuk kata-kata, angka, atau tabel.
Data atribut berfungsi untuk menggambarkan gejala topografi karena memiliki aspek
deskriptif dan kualitatif. Oleh karena itu, data atribut sangat penting dalam
menjelaskan seluruh objek geografi. Contohnya, atribut kualitas tanah terdiri atas status
kepemilikian lahan, luas lahan, tingkat kesuburan tanah dan kandungan mineral dalam
tanah.

Data atribut bisa berupa data kuantitatif (angka) seperti data jumlah penduduk dan
dapat berupa data kualitatif (mutu) seperti data tingkat kesuburan tanah.

4. Simtem Kerja SIG


Dalam menyusun sebuah sistem, kita memerlukan beberapa tahapan. Tak terkecuali
dalam menyusun sistem informasi geografis ini. Diperlukan beberapa tahapan untuk
dapat menghasilkan suatu hasil yang dituju. Dalam menyusun sistem informasi
geografis, setidaknya melewati 5 tahapan yang terdiri atas tahap memasukkan data,
tahap pengelolaan data, tahap manipulasi dan analisis data, tahapan keluaran data, dan
tahap penggunaan data. Tahapan- tahapan ini akan kita jelaskan lebih jelasnya satu per
satu.

1. Tahap memasukkan data


Tahap pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sistem informasi geografis
adalah tahap memasukkan data. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa data
merupakan kumpulan dari informasi- informasi yang diperlukan. Maka dari itulah sifat
data adalah sangat penting. Data perlu dimasukkan agar terekam dalam sistem
sehingga dapat diolah dan menghasilkan suatu output yang dapat digunakan. Data yang
dimasukkan dalam tahapan ini terdiri atas akuisisi data dan proses awal. Data awal
yang dibutuhkan disebut dengan database. Database merupakan data yang
dikumpulkan selama survei dimasukkan dalam komputer atau peta- peta yang telah ada
dilarik secara optik dan dimasukkan dalam komputer. Database ini bisa digunakan lebih
lanjut, dan dapat diperoleh dari penelitian lapangan, kantor pemerintahan, peta, serta
data citra penginderaan jauh. Sementara bentuk datanya sendiri telah kita bahas dalam
komponen data diatas, yakni data spasial dan data atribut. Dalam tahap memasukkan
data terdapat proses yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:

- Digitatasi
- Editing
- Pembangunan topologi
- Transformasi proyeksi
- Konversi format data
- Pemberian atribut

Dalam melakukan proses input data, tentu sifat yang diperlukan adalah kehati- hatian
dan juga kejelian supaya tidak ada yang keliru. Kekeliruan dalam proses ini kelak akan
menjadi hal yang sangat rumit dan bahkan bisa berakibat fatal karena tahap ini
merupakan proses atau tahap paling awal dimana langkah- langkah selanjutnya akan
sangat bergantung terhadap hasil dari tahap ini.

2. Tahap pengelolaan data


Tahapan yang kedua adalah tahapan pengelolaan data. Tahapan pengelolaan data ini
dilakukan ketika data sudah berhasil dimasukkan. Tahapan kedua ini merupakan
pengelolaan tahapan dasar. Dalam tahapan yang kedua ini, kita akan menjumpai proses
pengarsipan data dan juga proses pemodelan.

3. Tahapan manipulasi dan analisa data


Tahapan yang ketiga adalah tahapan manipulasi data dan juga analisis data. Melalui
proses pemasukkan data, peta- peta dasar tersebut diubah menjadi data digital. Setelah
dilakukan proses editing, peta siap digunakan untuk proses analisa. Sebagai salah satu
contoh analisis yang bisa dilakukan oleh sistem informasi geografis adalah buffer. Ada
beberapa proses yang dilakukan dalam tahap ini, antara lain sebagai berikut:
- Operasi pengukuran
-Analisis daerah penyangga atau buffering
- Analisis tumpang susun atau overlay

Ketiga proses tersebut akan kita lakukan pada tahapan yang ketiga ini yakni tahapan
manipulasi dan analisa data. Pada beberapa tahapan yang dilakukan, tahapan
manipulasi data dan analisa data ini seolah menjadi tahapan yang inti seperti halnya
jantungnya pada tahapan ini. Tahapan kedua ini juga disebut dengan tahapan proses.
Dalam tahapan proses, analisis yang digunakan ini terdiri dari beberapa jenis antara
lain sebagai berikut:

- Analisis lebar
Analisis lebar merupakan analisis yang mengolah data dalam komputer yang kemudian
menghasilkan daerah tepian sungai yang lebar.
- Analisis penjumlahan aritmatika
Analisis penjumlahan aritmatika merupakan analisis yang mengolah data dalam
komputer, kemudian menghasilkan penjumlahan. Analisis ini dapat dipakai untuk peta
berklasifikasi yang akan menghasilkan klasifikasi baru.

- Analisis garis bidang


Analisis garis bidang merupakan analisis pengolahan data yang dapat dipakai untuk
menentukan region atau wilayah dalam radius tertentu. Sebagai contoh adalah untuk
menentukan daerah rawan gempa, rawan bajir dan juga rawan penyakit.
Nah itulah beberapa jenis analisa yang terdapat dalam sistem informasi geografis.
Jenis- jenis analisa ini dibutuhkan sesuai dengan kebutuhannya masing- masing.

4. Tahap pengeluaran data


Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengeluaran data. Tahap pengeluaran data
merupakan tahapan yang masuk ke dalam dua tahapan terakhir dalam tahapan sistem
informasi geografis. Tahapan pengeluaran data berarti termasuk ke dalam output
proses tersebut. Data yang telah diolah kemudian dikeluarkan, kemudian ditampilkan
atau disajikan. Suatu skala peta sering ditentukan berdasarkan kebutuhan pengguna
peta dan juga media cetak peta. Proses penentuan skala ini bisa dilakukan dengan
mengunakan software tertentu. Dalam tahapan ini terdapat beberapa proses yang harus
dilakukan, antara lain sebagai berikut:
- Transformasi skala
- Generalisasi
- Tampilan perspektif.

Data yang telah melalui proses analisa oleh sistem informasi geografis akan
memberikan informasi pada pengguna data sehingga dapat dipakai untuk berbagai
kepentingan seperti pengambilan keputusan. Bentuk output atau keluaran dari sistem
informasi geografis ini dapat berbentuk peta cetakan atau hard copy, rekaman atau soft
copy dan juga tayangan atau display.

4. Manfaat SIG
SIG dengan segala kemampuannya dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai
bidang. Beberapa contoh penerapan dan pemanfaatan SIG adalah sebagai berikut.

1. Bidang Sumber Daya Alam


Dalam bidang sumber daya alam SIG mempunyai peranan untuk menginventarisasi,
manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perencanaan tata guna lahan, menganalisis daerah persebaran tambang, dan
sebagainya.

2. Bidang Perencanaan Ruang


Dalam bidang perencanaan ruang SIG dapat digunakan untuk merencanakan
pemukiman penduduk, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota,
perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar, menganalisis daerah rawan bencana,
dan sebagainya.

3. Bidang Kependudukan
Dalam bidang kependudukan SIG berperanan untuk penyusunan data pokok,
penyediaan informasi kependudukan dan sosial ekonomi, sistem informasi untuk
pemilihan umum, dan sebagainya.

4. Bidang Pertanahan
Dalam bidang pertanahan SIG digunakan untuk mengetahui persebaran dan jenis-jenis
tanah, manajemen pertanahan, dan sejenisnya.

5. Bidang Pariwisata
Dalam bidang pariwisata SIG dapat digunakan untuk inventarisasi daerah pariwisata
dan analisis daerah unggulan untuk pariwisata.

6. Bidang Telekomunikasi
Dalam bidang telekomunikasi SIG dapat digunakan untuk inventarisasi jaringan
telekomunikasi, perizinan lokasi jaringan telekomunikasi, dan analisis perluasan
jaringan telekomunikasi dan sebagainya.

7. Bidang Kelautan
Dalam bidang kelautan SIG dapat digunakan untuk inventarisasi dan pengamatan
daerah pasang surut, daerah pesisir pantai/laut, taman laut dan sejenisnya.

8. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan SIG berguna untuk penentuan kesesuaian lokasi pendidikan,
sistem informasi kependidikan, alat bantu pemahaman dan pembelajaran untuk
masalah-masalah geografi bagi peserta didik.

9. Bidang Transportasi dan Perhubungan


Dalam bidang transportasi dan perhubungan SIG berguna untuk inventarisasi jaringan
transportasi dan pembuaatan jalur alternatif baru untuk kelancaran arus transportasi.

10. Bidang Kesehatan


Dalam bidang kesehatan SIG berguna untuk penyediaan data atribut dan data spasial
yang menggambarkan distribusi atau pola spasial penyebaran penyakit, dan lain-lain.

11. Bidang Militer


Dalam bidang militer SIG berguna dalam penyediaan data spasial untuk analisis rute-
rute perjalanan logistik, peralatan perang, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai