Rencana diajukan :
Moderator : dr.Robby Tjandra,SpKFR
Oleh:
dr. Ayu Lidya Rahmah
PROGRAM STUDI
ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
2021
Elektrodiagnosis pada Motor Neuron Disease
Kata Kunci
Poin Penting
ALS adalah gangguan upper motor neuron dan lower motor neuron yang progresif
dan merupakan bentuk motor neuron disease yang paling banyak. ALS disini
diperiksa sebagai model untuk elektrodiagnosis dari semua motor neuron disease.
Pemeriksaan elektrodiagnosis pada ALS harus dipandu dengan gejala klinis yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Kriteria paling sensitif dan spesifik untuk diagnosis ALS merupakan prinsip dari
kriteria revisi El Escorial yang dikombinasikan dengan modifikasi Awaji untuk
kategori diagnosis dari kriteria revisi El Escorial.
Pemeriksaan konduksi saraf dan elektromiografi jarum tetap menjadi pemeriksaan
diagnosis terpenting untuk ALS. Pemeriksaan konduksi saraf utamanya digunakan
untuk menyingkirkan gangguan lain dan kemudian untuk menegakkan bukti adanya
denervasi aktif yang luas dan reinervasi kronis.
2
40 tahun dan secara tidak jelas menurun pada populasi lansia.2 Sekitar 10% kasus
bersifat familial dan meliputi pola resesif autosom, X-linked dan dominan autosom,
dengan dominan autosom yang paling banyak.3 Penyebab kematian pertama kali dilapor
kan karena adanya mutasi poin dalam gen yang menyandi SOD1; sejak penemuannya di
tahun 1993, lebih dari 75 mutasi lain telah ditemukan juga.4,5 Akhir-akhir ini, sebuah
ekspansi ulang heksanukleotida dari gen chromosome 9 open reading frame 72
(C9orf72) telah ditemukan, dan cenderung merupakan mutasi terbanyak pada kasus
familial dengan atau tanpa demensia frontotemporal.6 Total 90% kasus ALS sporadik
atau idiopatik.
Satu-satunya faktor risiko nyata adalah bertambahnya usia, tetapi ini tidak
terlalu spesifik dalam kegunaannya secara klinis. ALS sporadik berhubungan dengan
merokok, pelayanan militer, pekerjaan agrikultural atau pabrik, dan periode penggunaan
otot untuk kerja berat, tetapi hubungan penyebab yang pasti dengan salah satu faktor
tadi masih belum jelas.7,8 Berbagai faktor risiko genetik telah diidentifikasi pada ALS
sporadik, termasuk duplikasi gen survival motor neuron 1 dan ekspansi ulang
trinukleotida dari gen ataxin 2.9-12 Ekspansi ulang heksanukleotida dari gen C9orf72
tidak hanya berhubungan dengan ALS familial, tetapi bisa juga ditemukan sekitar 5-7%
pada kasus-kasus sporadik.13,14
3
u-baru ini menyebabkan mutasi dalam gen untuk fused in sarcoma (FUS), TAR DNA
binding protein-43 (TDP-43) dan kemungkinan C9ord72 ternyata menimbulkan protein
abnormal yang disimpan dalam sitoplasma motor neuron.19,20 Karena gen-gen ini
memiliki peran besar dalam lalu lintas RNA, sehingga gangguan fungsi ini disebutkan s
ebagai penyebab potensial dari ALS.21
Gambaran klinis ALS cukup bervariasi, dikarenakan jumlah segmen tubuh dan
predominansi gejala UMN vs LMN dan tanda-tanda yang memungkinkan. Kami memb
ahas ALS yang menyerang empat segmen tubuh, merujuk pada motor neuron yang
terlibat dalam distribusi kraniobulbar, servikal, torakal, atau lumbosakral. Kualitas men
dasar ALS adalah adanya temuan UMN dan LMN yang menyebar tanpa remisi hingga
akhirnya melibatkan banyak segmen tubuh, sering dalam pola yang dapat diprediksi.
Temuan UMN meliputi spastisitas otot, didefinisikan sebagai peningkatan tonus otot
yang membuatnya sulit diregangkan dan menimbulkan kekakuan dan gerakan yang
lambat dengan sedikit kelemahan, dan peningkatan refleks tendon dalam. Gambaran
menarik dari disfungsi UMN adalah efek pseudobulbar. Hal ini bermanifestasi dengan
ledakan tawa atau tangis mendadak yang sering berlebihan atau tidak sesuai dengan
mood/suasana hati, disebabkan oleh hilangnya inhibisi kortikal volunter terhadap pusat
batang otak yang menghasilkan fungsi wajah dan respirasi yang berhubungan dengan
perilaku tersebut, melalui lesi kortikobulbar bilateral, atau melalui gangguan kontrol
kortikoserebelar terhadap tampilan afektif.24
Gambaran klinis akibat hilangnya LMN adalah kelamahan flacid, atrofi otot,
hiporefleksia, kram otot dan fasikulasi, yang bisa terlihat sebagai kedutan singkat
dibawah kulit atau di lidah. Hilangnya LMN di otot aksial bisa menimbulkan
protuberansia abdominal atau gangguan kemampuan untuk menahan badan atau kepala
4
keatas melawan gravitasi. Hilangnya LMN di diafragma menimbulkan dispnea atau
ortopnea yang biasanya mengganggu tidur. Kelamahan flacid yang menyerang otot
bulbar bisa muncul sebagai bicara pelo, nasal atau sengau; disfagia atau berliur/ngeces.
Gejala klinis awal pada ALS bisa muncul pada segmen tubuh manapun dan bisa
bermanifestasi sebagai UMN, LMN atau keduanya dengan pola penyebaran dari satu
segmen tubuh ke lainnya dan seringnya dapat diprediksi. Terkadang, temuan UMN dan
LMN muncul di segmen tubuh yang sama, jika mereka tidak memulai secara
bersamaan. Kelemahan tungkai asimetri, sering disebelah distal dengan kelemahan
tangan atau drop foot, merupakan gambaran awal pada 80% pasien, dengan gejala
bulbar, seperti disartria atau disfagia, yang paling sering terjadi saat istirahat,
Extraocular motor neuron akan terhindar hingga fase akhir penyakit. Gejala
otonom tidak khas, tetapi konstipasi multifaktorial dan urgensi urinaria dari kandung ke
mih yang spastik bisa terjadi di akhir proses penyakit. Gejala sensoris, seperti parestesi
tungkai distal, dapat terjadi pada 20% pasien, tetapi biasanya dengan pemeriksaan
sensoris klinis yang normal. Gejala kognitif dalam bentuk demensia atau disfungsi
frontotemporal bisa muncul pada 15-50% pasien.25 Hal ini bisa bermanifestasi sebagai
gangguan kecil pada bahasa, pertimbangan atau kepribadian.26 Mutasi yang melibatkan
gen-gen tertentu, termasuk TDP-43, FUS dan C9orf72, berhubungan dengan
kecenderungan yang lebih tinggi terjadinya gangguan kognitif.27-29
Elektrodiagnosis
5
yang serupa (Tabel 1) dan menemukan hilangnya LMN subklinis, yang bisa
mempercepat waktu diagnosis dan meningkatkan sensitivitas diagnosis.
6
benigna ng, difus atau lokal; neurologis normal EMG selain
kram potensial fasikulasi
Neuropati motor Kelemahan tungkai Bukan miotomal, Blok konduksi pada
multifokal dengan LMN, sering pada sering pada pasien lokasi non-
blok konduksi ekstremitas atas kurang dari 45 tahun penyempitan saraf
motorik NCS
Miopati inflamasi Kelemahan tungkai IBM: fleksor jari, Potensial fibrilasi/p
LMN, disfagia kelemahan ositive sharp waves;
quadriceps amplitudo kecil dan
Polimiositis atau potensial motor unit
dermatomiositis; berdurasi pendek
kelemahan otot dan kadang MUP
proksimal neuropatik (IBM
saja) dengan
rekrutmen normal
atau dini
Singkatan: IBM, inclusion body myositis; MUPs, motor unit potentials
Meskipun tidak ada perubahan yang diusulkan terhadap prinsip dasar revisi
kriteria El Escorial (lihat Tabel 2), kriteria Awaji menetapkan bahwa kategori
diagnostik ALS harus ditentukan melalui bukti klinis atau elektrofisiologi adanya
disfungsi LMN dan disfungsi UMN, pada jumlah segmen tubuh yang ditentukan.
Khususnya, ini berarti bahwa dalam menggunakan kriteria Awaji, otot individu yang
menunjukkan denervasi aktif dan kronis dengan reinervasi secara elektrofisiologi bisa
digunakan untuk membantu mendiagnosis ALS dalam hubungannya dengan
pemeriksaan klinis, tanpa perlu melakukan perubahan EMG jarum di seluruh tungkai.
Satu perubahan lain dari kriteria EL Escorial adalah bahwa menggunakan kriteria
Awaji, dengan adanya temuan neurogenik kronis di EMG pada pasien dengan riwayat
klinis yang mengarah ke ALS, potensial fasikulasi setara dengan potensial fibrilasi dan
positive sharp waves dalam menunjukkan denervasi akut, khususnya jika potensial
7
fasikulasi memiliki morfologi yang tidak stabil atau kompleks. Studi yang mengevaluasi
manfaat dari modifikasi Awaji dibandingkan dengan revisi kriteria El Escorial untuk
diagnosis ALS menyebutkan peningkatan sensitivitas dari 28% ke 61% tanpa perubahan
spesifisitas, yang tetap di 96%.32-35
8
UMN lebih ke a
tas daripada tan
da LMN
Clinically 1 + 1 + Denervasi akut
probable Setidaknya 1 ATAU 0 + dan kronis pada
Didukung dari + setidaknya dua
laboratorium tungkai dengan
EMG
Clinically 1 + 1
possible Setidaknya 2 ATAU 0
Definite 1 + 1 + Temuan mutasi
familial genetik
Didukung dari
laboratorium
Tabel 4. Modifikasi Awaji pada kategori diagnostik dari revisi kriteria El Escorial
Bukti denervasi akut dalam bentuk potensi fibrilasi dan positive sharp waves
DAN
Bukti reinervasi kronis dalam bentuk voluntary motor unit potential dari peningkatan
amplitudo, peningkatan durasi, atau polifasia, yang mungkin menunjukkan
9
penurunan rekrutmen (jika ada disfungsi UMN yang bersamaan, pola rekrutmen
yang menurun mungkin tidak jelas)
ATAU
Bukti reinervasi kronis seperti di atas, dengan bukti denervasi akut dalam bentuk
potensial fasikulasi, morfologi kompleks, atau instabilitas ketika diperiksa dengan hi
gh band pass filter dan trigger delay line, yang menunjukkan tempat asalnya dari
motor unit reinervasi.
Bukti demielinisasi atau blok konduksi pada konduksi saraf motorik. Bukti dem
ielinisasi menandakan patologi pada tingkat akson bermielin daripada di motor
neuron. Demielinisasi ditandai dengan pemanjangan latensi distal atau
perlambatan kecepatan konduksi, dengan perhatian bahwa hilangnya motor ak
son yang lebih besar dan lebih cepat dapat menyebabkan prolongasi ringan dari l
atensi distal (tetapi tidak lebih dari 130% dari batas atas nilai normal) atau perla
mbatan ringan dari kecepatan konduksi (tetapi tidak kurang dari 75% dari batas
bawah normal). Blok konduksi saraf motorik di area yang tidak berhubungan
dengan penyempitan, dengan saraf sensorik yang masih baik, menandakan
neuropati motorik multifokal dengan blok konduksi, neuropati demielinisasi yan
g diperantarai oleh imun yang responsif terhadap imunoglobulin intravena. 36
Blok konduksi yang dibedakan dari dispersi temporal normal, didefinisikan
sebagai penurunan area compound muscle action potential (CMAP) lebih dari
50% antara lokasi stimulasi proksimal dan distal.
Kelainan konduksi saraf sensorik. Saraf sensorik biasanya tidak terkena pada
ALS. Kelainan konduksi saraf sensorik pada pasien dengan motor neuron
disease menandakan diagnosis X-linked bulbospinal muscular atrophy, yang
juga dikenal sebagai penyakit Kennedy. Penyakit Kennedy merupakan bentuk
atrofi otot spinal dengan progresifitas lambat, ditemukan pada pria di dekade
ketiga hingga kelima dengan degenerasi LMN di tungkai proksimal dan otot-
10
otot bulbar. Tidak seperti penyakit motor neuron lainnya, penyakit Kennedy
berhubungan dengan amplitudo rendah atau tidak adanya sensory nerve action
potentials (SNAP) yang disebabkan oleh degenerasi dorsal root ganglia.
Kelainan SNAP juga harus segera dipertimbangkan dengan diagnosis lain,
seperti pleksopati dan saraf perifer dan neuropati jebakan multipel. Ini juga
memungkinkan bagi pasien dengan ALS untuk menderita neuropati perifer atau
neuropati jebakan yang tidak saling terkait.
Gambaran pada NCS yang konsisten dengan diagnosis ALS meliputi berikut ini:
11
Rekomendasi untuk NCS
Setidaknya, NCS seorang pasien dengan suspek ALS meliputi pemeriksaan setidaknya
satu saraf motorik dengan pemeriksaan gelombang F dan satu saraf sensorik di
ekstremitas atas dan bawah dari sisi paling berat/simptomatis. Jika kecurigaan tinggi
adanya neuropati motorik multifokal dengan blok konduksi, maka harus dilakukan
pemeriksaan saraf ekstremitas atas dan bawah, dengan stimulasi seproksimal mungkin.
EMG Jarum
Ciri khas ALS pada EMG jarum adalah hilangnya LMN yang menginervasi otot secara
kronis dan aktif dengan inervasi dari root multipel dan menyebar dalam segmen tubuh
awal dan ke segmen tubuh lainnya. Meskipun NCS digunakan utamanya untuk
menyingkirkan penyebab lain dari gejala klinis yang sama, seperti neuropati dan
radikulopati, EMG jarum utamanya digunakan untuk menegakkan bukti berlangsungnya
denervasi dan reinervasi kompensatorik kronik. EDX khususnya berguna dalam mengun
gkap bukti subklinis proses ini, sehingga EMG jarum sebaiknya tidak terbatas pada
pemeriksaan otot atau segmen tubuh dimana disfungsi LMN paling nyata secara klinis.
Bukti adanya denervasi akut di ALS pada EMG jarum meliputi berikut ini:
Fibrilasi dan positive sharp waves. Pada ALS, gelombang ini mencerminkan
depolarisasi spontan dari serabut otot denervasi saat istirahat. Meskipun
patologis, tetapi juga ditemukan pada kelainan denervasi lainnya, seperti
radikulopati dan neuropati aksonal, dan miopati dimana terjadi nekrosis otot,
seperti polimiositis.
Potensial fasikulasi. Potensial ini mencerminkan pelepasan spontan dan
involunter dari satu motor unit tunggal, dan ini bisa muncul dari motor neuron
atau aksonnya, dan dianggap sebagai ciri khas ALS. Namun, ini mungkin
merupakan temuan yang aman pada otot normal, pada kasus pemeriksaan
neurologis serial yang normal dan tidak ada temuan lain yang mengarah ke
denervasi akut atau kronis pada EMG, seperti pada kasus sindroma fasikulasi
benigna (lihat Tabel 1). Sayangnya, tidak ada cara definitif untuk membedakan
12
antara potensial fasikulasi patologis dan benigna. Namun, potensial fasikulasi
patologis biasanya memiliki frekuensi aktivasi yang lebih reguler dan morfologi
motor unit potentials (MUPs) yang ditandai dengan peningkatan amplitudo,
polifasia dan durasi. Potensial fasikulasi patologis biasanya kompleks dan tidak
stabil, dengan puncak yang muncul atau hilang dengan observasi yang lama. Pel
epasan yoked yang muncul 10 milidetik setelah pelepasan awal juga mengarah
ke suatu proses patologis. Dengan demikian, potensial fasikulasi yang kompleks
dan tidak stabil ini dianggap setara sebagai tanda denervasi seperti fibrilasi dan
positive sharp waves ketika ditemukan dalam konteks perubahan neurogenik
kronis pada EMG, di kriteria modifikasi Awaji untuk diagnosis ALS (lihat Tabel
4).
Bukti adanya denervasi kronis di ALS pada EMG jarum meliputi perubahan morfologi
MUP seperti berikut ini:
13
sebuah akson berpenyakit sesaat sebelum kematian akson tersebut.
Penurunan rekrutmen. Penurunan rekrutmen motor unit mencerminkan
hilangnya MUP dan bermanifestasi sebagai peningkatan pelepasan MUP dalam
jumlah rendah ketika otot diminta untuk menghasilkan gaya kontraksi yang
lebih besar. Dengan hilangnya motor neuron, temuan yang umum adalah
penurunan jumlah pelepasan motor unit dengan cepat akan terlihat ketika subyek
mengeluarkan kekuatan maksimum atau mendekati maksimum. Ini merupakan
temuan subyektif, tetapi sering sensitif dan merupakan indikator dini adanya
perubahan neurogenik. Penurunan rekrutmen motor unit sering merupakan
indikator dini dan sensitif pada abnormalitas LMN.
Instabilitas MUP. Ini sering mencerminkan hilangnya motor unit dengan cepat
dan tidak selalu terlihat. Ini bisa mencerminkan sebuah penyakit yang lebih
agresif. Instabilitas MUP dicatat secara subyektif ketika sebuah unit yang
teraktivasi secara volunter berubah terkait jumlah puncak atau amplitudo puncak
individu dari potensial ke potensial. Ini bisa ditandai secara lebih obyektif
dengan mengukur jitter dan memblok MUP dengan trigger delay line.
Instabilitas MUP, meskipun umum, tidak spesifik untuk diagnosis ALS.
Setidaknya, pemeriksaan EMG jarum pasien dengan suspek ALS harus meliputi
pemeriksaan tiga tungkai, pengambilan sampel otot yang diinervasi oleh setidaknya dua
root berbeda, dan saraf perifer dan otot proksimal dan distal. Selain itu, pemeriksaan
sebaiknya dilakukan pada setidaknya satu otot bulbar, seperti otot wajah, otot maseter
atau lidah. Terakhir, EMG jarum sebaiknya dilakukan pada setidaknya dua otot
paraspinal torakal.
14
Motor unit number estimation (MUNE) merupakan teknik sensitif untuk
mengidentifikasi hilangnya lower motor unit sebelum onset kelemahan klinis. Metode
ini belum digunakan secara luas dan utamanya digunakan pada penelitian. MUNE bisa
digunakan sebagai marker untuk progresi penyakit pada ALS, karena bisa dikaitkan
dengan hasil penting, seperti kelangsungan hidup.39-41 Akhir-akhir ini dijelaskan teknik
standar untuk MUNE inkremental multipoin telah menghasilkan data yang sangat dapat
direproduksi, dan dapat dengan cepat diterapkan ke peralatan EDX dasar dengan
ketidaknyamanan minimal pada pasien melalui penggunaan intensitas stimulus rendah.42
Ketika diperiksa sebagai perubahan persen dari nilai awal, pengukuran penurunan pada
ALS ini lebih baik dibandingkan dengan Amyotrophic Lateral Sclerosis Functional
Rating Scale-Revised yang lebih banyak digunakan.
15
TMS bisa digunakan untuk mengukur short interval intracortical inhibition
(SICI) dan menunjukkan penurunan inhibisi pada ALS, menandakan hipereksitabilitas
kortical dari disfungsi kanal ion. SICI adalah peningkatan stimulus TMS yang
dibutuhkan untuk menghasilkan potensial motorik yang konstan, ketika diberikan
stimulus yang mewakili sejumlah persentase dari ambang batas motorik saat istirahat.
Penurunan SICI pada berbagai stimulus berhubungan dengan penurunan ambang batas
motorik saat istirahat dan peningkatan rasio motor evoked potential/CMAP,
menandakan bahwa penurunan inhibisi sentral yang diakibatkan dari hipereksitabilitas
kortikal ternyata diperantarai melalui penurunan hambatan interneuron kortikal dan
eksitasi intrakortikal yang berlebih.50,51
16
Rangkuman
ALS merupakan penyakit yang utamanya didiagnosis pada ranah klinis, karena ketidakn
ormalan pencitraan spesifik atau biomarker lainnya belum jelas ditemukan.
Neurofisiologi klinis, sebagai pemanjangan dari pemeriksaan neurologis, telah terbukti
berguna dalam membantu penegakan diagnosis, dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang serupa dan memberikan bukti abnormalitas di area tubuh yang
mungkin belum terkena secara klinis. Elektrodiagnosis dimulai dengan pemahaman ga
mbaran klinis penyakit, karena korelasi klinis penting untuk interpretasi temuan
elektrofisiologi yang akurat. Untuk meningkatkan sensitivitas evaluasi elektrofisiologi,
kriteria Awaji telah diusulkan sebagai modifikasi dari kriteria El Escorial, yang kini
diterima sebagai standar baku untuk diagnosis ALS. Kriteria Awaji menerapkan temuan
EMG jarum akan adanya denervasi dan reinervasi yang sedang berlangsung di LMN
dengan cara yang serupa seperti di kriteria El Escorial tetapi menekankan pentingnya pe
ningkatan kemunculan potensial fasikulasi. NCS utamanya digunakan untuk membantu
menyingkirkan penyakit yang bisa menyerupai ALS, seperti multifocal motor
neuropathy. Meskipun banyak teknik telah dikembangkan untuk mengevaluasi kelainan
corticomotor neuron dan untuk mengkuantifikasi hilangnya LMN, mereka hanya
sebatas alat penelitian dan belum mempengaruhi praktik klinis.
17