Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian studi literatur ini disajikan secara naratif untuk

menggambarkan hasil penelitian dari 5 artikel/ hasil penelitian yang

relevan dengan topik/ masalah implementasi keperawatan penerapan

teknik tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien demam

thypoid.

Artikel 1 penelitian Aryanti, et al (2016) yang berjudul “

Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge

Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam di

Ruang Alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” yang

dilaksanakan di Ruang Alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung pada tanggal 07 April – 07 Mei 2015.

Artikel 2 penelitian Yunianti, et al (2019) yang berjudul “

Pengaturan Suhu Tubuh dengan Metode Tepid Water Sponge dan

Kompres Hangat pada Balita Demam” yang dilaksanakan di Puskesmas

Abiansemal.

Artikel 3 penelitian Hera Hijriani (2019) yang berjudul “ Pengaruh

Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak

Demam Usia Toddler 1-3 Tahun” yang dilaksanakan di Ruang Perawatan

Anak di RSUD Majalengka tahun 2017”

1
2

Artikel 4 penelitian Rizka, et al(2019) yang berjudul “ Efektifitas

Tindakan Teknik Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada

Anak Mengalami Hipertermia di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Mataram” yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Mataram tahun 2019.

Artikel 5 penelitian Sri Haryani, et al (2015) yang berjudul

“Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu

Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia” yang

dilaksanakan di RSUD Tugurejo pada tanggal 1-17 Januari 2012.


3

Tabel 4.1

Peneliti dan Tujuan Simpulan dan


Sumber Artikel Design Sampling Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Saran
Google Scholar Aryanti Tujuan Desain Sampling ini Univariat Kesimpulan:
(2015-2020) Wardiyah, penelitian ini penelitian ini menggunakan - Sebelum - Terdapat
Setiawati, Umi adalah untuk adalah quasi teknik purposive diberikan pengaruh tepid
Romayati mengetahui eksperiment sampling dengan intervensi sponge
(2016) perbandingan dengan jumlah rerata suhu terhadap
efektifitas rancangan responden 2 tubuh 38,8˚C penurunan suhu
Perbandingan pemberian penelitian pre kelompok - Setelah tubuh anak
Efektifitas kompres hangat test and post test masing-masing diberikan yang
Pemberian dan tepid sponge designs with two 15 orang, total intervensi mengalami
Kompres Hangat terhadap comparison keseluruhan rerata suhu demam
dan Tepid penurunan suhu treatments. responden tubuh 38˚C Saran:
Sponge tubuh anak yang berjumlah 30 - Untuk rumah
Terhadap mengalami orang Bivariat sakit hasil
Penurunan Suhu demam - Hasil uji penelitian ini
Tubuh Anak statistik dapat dijadikan
Yang Mengalami menunjukkan masukan untuk
Demam di (p value < α, standar
Ruang Alamanda 0,003 < 0,05) operasional
RSUD dr. H. prosedur dalam
Abdul Moeloek menurunkan
Provinsi suhu tubuh
Lampung anak yang
mengalami
4

demam secara
non
farmakologis

Google Scholar Yunianti Suntari Tujuan Desain Teknik Univariat Kesimpulan:


(2015-2020) C, Putu Susy penelitian ini penelitian ini pengambilan - Sebelum - Terdapat
Natha Astini, Ni adalah untuk adalah quasi sampel yaitu diberikan perbedaan suhu
Made Desi mengetahui eksperiment dengan non- intervensi suhu tubuh yang
Sugiani perbedaan probability tubuh bermakna
(2019) efektifitas sampling yang responden antara sebelum
metode tepid berjumlah 2 38,6˚C dan setelah
Pengaturan Suhu water sponge kelompok - Setelah 15 dilakukan
Tubuh dengan dan kompres masing- masing menit dilakukan tindakan
Metode Tepid hangat terhadap kelompok 30 tindakan suhu kompres tepid
Water Sponge pengaturan suhu responden tubuh water sponge
dan Kompres tubuh pada anak responden
Hangat Pada usia balita 38,11˚C Saran:
Balita Demam dengan demam - Setelah 30 - Intervensi ini
menit dilakukan bisa menjadi
tindakan suhu masukan bagi
tubuh pemberian
responden asuhan
37,6˚C keperawatan di
fasilitas layanan
Bivariat kesehatan
- Hasil penelitian dalam
diuji dengan menangani
5

paired-samples demam pada


t-test dan anak
independent-
samples t-test
didapatkan
hasil p = 0,0001
(p <0,05)
Google Scholar Hera Hijriani Tujuan Desain Teknik Univariat Kesimpulan:
(2015-2020) penelitian ini penelitian ini pengambilan - Sebelum - penelitian ini
Pengaruh adalah untuk menggunakan sampel ini diberikan adalah adanya
Pemberian Tepid mengetahui quasi menggunakan intervensi rerata pengaruh
Sponge pengaruh eksperimen acidental suhu tubuh pemberian tepid
Terhadap pemberian tepid sampling yang 38,3˚C sponge
Penurunan Suhu sponge terhadap berjumlah 20 - Setelah terhadap
Tubuh Pada penurunan suhu responden diberikan penurunan suhu
Anak Demam tubuh pada anak intervensi rerata tubuh pada
Usia Toddler 1-3 demam usia suhu tubuh anak demam.
Tahun toddler 1- 3 37,6˚C Saran:
tahun - penelitian ini
Bivariat agar dapat
Hasil uji paired t dijadikan
test (t Dependen) tambahan
didapatkan nilai pengetahuan
p value = 0,000 < untuk perawat
nilai α = 0,05 dan orang tua
dengan demikian untuk
Ho ditolak membantu
menurunkan
6

suhu tubuh
pada anak
demam.
Google Scholar Rizka Aprilia Tujuan Desain Teknik Univariat Kesimpulan:
(2015-2020) Safitri, Fitri penelitian ini penelitian ini pengambilan - Sebelum - Teknik tepid
Romadonika, adalah untuk adalah pra- sampel ini diberikan sponge efektif
Hariyani mengetahui eksperimen adalah purposive intervensi suhu untuk
(2019) efektifitas sampling yang tubuh 37,5 - menurunkan
tindakan teknik berjumlah 16 39˚C suhu tubuh
Efektifitas tepid sponge responden - Setelah pada anak yang
Tindakan Teknik untuk diberikan mengalami
Tepid Sponge menurunkan intervensi suhu hipertermi
Untuk suhu tubuh pada tubuh <37,5˚C Saran
Menurunkan anak yang - Teknik tepid
Suhu Tubuh mengalami Bivariat sponge ini
Pada Anak hipertermi Hasil uji statistik dapat dilakukan
Mengalami uji t dengan taraf untuk
Hipertermi di signifikan 0,05 mengatasi
Rumah Sakit didapatkan nilai hipertermi
Umum Daerah p value 0,000 < dengan
Kota Mataram 0,05 yang berarti menggunakan
bahwa Ha sop
diterima dan Ho
ditolak

Google Scholar Ns. Sri Haryani Tujuan Desain Teknik Univariat Kesimpulan:
(2015-2020) S, S.Kep, Ns. penelitian ini penelitian ini pengambilan - Sebelum - Hasil penelitian
Syamsul Arif, adalah untuk adalah quasi sampel ini diberikan menunjukkan
7

S.Kep, M.Kes mengetahui eksperiment adalah total intervensi suhu ada pengaruh
(2015) pengaruh sampling yang tubuh kompres tepid
kompres tepid berjumlah 31 responden sponge hangat
Pengaruh sponge hangat responden yaitu 38,5˚C terhadap
Kompres Tepid terhadap - Setelah penurunan suhu
Sponge Hangat penurunan suhu diberikan tubuh pada
Terhadap tubuh pada anak intervensi suhu anak umur 1-10
Penurunan Suhu umur 1-10 tahun tubuh tahun dengan
Tubuh Pada dengan responden hipertermi
Anak Umur 1-10 hipertermia yaitu 37,1˚C Saran:
Tahun dengan - Bagi pelayanan
Hipertermia Bivariat kesehatan, hasil
- Hasil analisis penelitian ini
uji Wilcoxon dapat dijadikan
menunjukkan sebagai
nilai Z sebesar intervensi
-5,297 dengan mandiri
nilai p=0,0001 keperawatan
(<0,05) dalam
menangani
pasien hipertermi
di rumah sakit
maupun di
layanan
kesehatan yang
lain sehingga
meminimalkan
penggunaan
8

antipiretik pada
pasien
- Bagi ilmu
keperawatan,
hasil penelitian
ini dapat
dijadikan
referensi bagi
ilmu
keperawatan
dalam
menentukan
intervensi
mandiri
keperawatan
dalam
menangani anak
yang mengalami
hipertermi.
9

4.2 Pembahasan

Menurut Potter & Perry (2010),Hipertermi adalah peningkatan

suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk

menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi

terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas

untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi

peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39˚C

selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada

pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan

dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut.

Menurut ( Asmadi, 2011), Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

yang pertama adalah umur, pada bayi sangat dipengaruhi oleh suhu

lingkungan dan harus dihindari dari perubahan yang ekstrim. Suhu anak-

anak berlangsung lebih labil dari pada dewasa. Ada beberapa alasan,

seperti kemunduran pusat panas, diit tidak adekuat, kehilangan lemak

subkutan, penurunan aktivitas dan efisiensi termoregulasi yang menurun.

Selanjutnya diurnal variation, Suhu tubuh biasanya berubah sepanjang

hari, variasi sebesar 1˚C, antara pagi dan sore. Aktivitas juga dapat

mempengaruhi suhu tubuh kerja keras atau latihan berat dapat

meningkatkan suhu tubuh 38,3˚C sampai 40˚C, diukur melalui rectal.

Hormon juga salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu tubuh

Perempuan biasanya mengalami peningkatan hormon lebih banyak

daripada laki-laki. Pada perempuan, sekresi progesteron pada saat ovulasi

menaikan suhu tubuh. Stress Rangsangan pada sistem syaraf dapat


10

meningkatkan produksi epinefrin dan norepinefrin. Dengan demikian akan

meningkatkan aktivitas metabolisme dan produksi panas. Lingkungan

Perbedaan suhu lingkungan dapat mempengaruhi sistem pengaturan suhu

seseorang. Jika suhu diukur didalam kamar yang sangat panas dan suhu

tubuh tidak dapat dirubah oleh konveksi, konduksi atau radiasi, suhu akan

tinggi.

Intervensi yang bisa dilakukan untuk mengatasi hipertermi yaitu

dengan teknik sponge. Tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok

dengan seka. Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya di satu

tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat yang memilik

pembuluh darah besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu

dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang

diterapkan terhadap klien pada teknik ini semakin komplek dan rumit

dibangding dengan teknik lain. Namun, dengan kompres blok langsung

diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke

hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan

mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi

perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin

mempercepat penurunan suhu tubuh. (Reiga, 2010).

Banyak penelitian yang telah membuktikan keberhasilan intervensi

teknik tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh penelitian menurut

Maling (2012) bahwa dimana ada pengaruh pemberian tekni tepid sponge

terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermi.

Tepid sponge dilakukan dengan cara mengelap seluruh tubuh dengan


11

menggunakan washlap lembab hangat selama 15 menit. Efek hangat dari

washlap tersebut dapat memvasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran

darah menjadi lancar. Kulit memiliki banyak pembuluh darah, ketika suhu

tubuh panas kemudian diberikan tindakan tepid sponge panas dari darah

berpindah melalui dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang

ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas sehingga terjadi

penurunan suhu tubuh.

Berdasarkan analisa peneliti yang diperkuat oleh penelitian terkait

dapat disimpulkan bahwa pemberian kompres hangat dapat menurunkan

suhu tubuh pada anak yang mengalami demam. Kompres hangat pada area

tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang

belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus

dirangsang, sistem afektor mengeluarkan sinyal untuk memulai

berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah

diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,

dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi

vasodilatasi, vasodilatasi ini yangmenyebabkan pembuangan atau

kehilangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu

tubuh. Menurut penelitian Hamid (2011), pada tepid sponge pemberian

kompres dapat diberikan sesuai dengan protap tindakan yaitu selama 10-15

menit, kemudian pemberian kompres dihentikan, waslap diambil dan

tubuh dibiarkan terbuka. Hal ini akan memfasilitasi evaporasi melalui kulit

yang telah berdilatasi kelingkungan sekitar menjadi maksimal.


12

Dari ke 5 (lima) artikel ini menjelaskan bahwa terdapat kesamaan

antara pengaruh teknik tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh. Pada

artikel penelitian Aryanti, et al (2016) ada teori menjelaskan bahwa teknik

tepid sponge yaitu suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan

panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan

pada pasien yang mengalami hipertermia (Hidayati, 2014). Pada artikel

penelitian Yunianti, et al (2019) terdapat teori yang menjelaskan bahwa

teknik tepid sponge ini berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh

karena kompres blok langsung dilakukan di beberapa tempat yang

memiliki pembuluh darah besar, sehingga mengakibatkan peningkatan

sirkulasi serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 dalam

darah akan meningkat dan pH dalam darah turun. Tepid water sponge ini

dilakukan dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat,

teknik ini dapat mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di

seluruh tubuh sehingga pengeluaran panas dari tubuh melalui kulit lebih

cepat, teknik ini lebih cepat memberikan rangsangan atau sinyal ke

hipotalamus melalui sumsung tulang belakang. Ketika reseptor yang peka

terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan

sinyal melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh

darah diatur oleh pusat vasometer pada medulla oblongata dari tangkai

otak dibawah pengaruh hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi

vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan

atau kehilangan energi panas melalui kulit meningkat yang ditandai

dengan tubuh mengeluarkan keringat kemudian suhu tubuh dapat menurun


13

atau normal (Hamid, 2011). Pada artikel penelitian Hera Hijriani (2019)

menurut penjelasan Supiyanto (2016) tepid sponge ini akan memfasilitasi

penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu

pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan

memfasilitasi perpindahan panas di tubuh kelingkungan sekitar yang akan

semakin mempercepat penurunan suhu tubuh. Pada artikel penelitian

Rizka Aprialia, et al (2019) ada teori yang menjelaskan mekanisme kerja

tepid sponge ini sama dengan kompres hangat pada umumnya, namun

dengan teknik tepid sponge ini sedikit dimodifikasi ketika pasien diberikan

kompres hangat maka akan ada penyaluran sinyal ke hipotalamus yang

memulai keringat dan vasodilatasi perifer. Karena itulah bloking dilakukan

pada titik-titik yang secara anatomis dekat dengan pembuluh besar.

Vasodilatasi inilah yang menyebabkan peningkatan pembuangan panas

dari kulit (Potter, 2010). Pada artikel penelitian Sri Haryani (2015),

menjelaskan teori menurut Setiawati (2009) bahwa tepid sponge in akan

membantu darah tepi di kulit melebar, sehingga pori-pori menjadi terbuka

yang selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh.

Kesamaan dari ke 5 artikel ini bahwa teknik tepid sponge ini sangat

berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh dengan memberikan teknik

tepid sponge ini karena kompres blok langsung dilakukan di beberapa

tempat yang memiliki pembuluh darah besar, sehingga mengakibatkan

peningkatan sirkulasi serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan

CO2 dalam darah akan meningkat dan pH dalam darah turun. Tepid water

sponge ini dilakukan dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air
14

hangat, teknik ini dapat mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer

di seluruh tubuh sehingga pengeluaran panas dari tubuh melalui kulit lebih

cepat, teknik ini lebih cepat memberikan rangsangan atau sinyal ke

hipotalamus melalui sumsung tulang belakang. Ketika reseptor yang peka

terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan

sinyal melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh

darah diatur oleh pusat vasometer pada medulla oblongata dari tangkai

otak dibawah pengaruh hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi

vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan

atau kehilangan energi panas melalui kulit meningkat yang ditandai

dengan tubuh mengeluarkan keringat kemudian suhu tubuh dapat menurun

atau normal.

Dari ke 5 artikel ini terdapat perbedaan yaitu pada artikel penelitian

Aryanti, et al (2016) sampel yang digunakan yaitu teknik purposive

sampling dan jumlah sampel adalah 30 orang. Dengan rincian 15 orang

sebagai kelompok kompres hangat dan 15 orang sebagai kelompok tepid

sponge. Hasil yang didapat bahwa tepid sponge lebih efektif untuk

menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres hangat karena

disebabkan adanya seka tubuh pada tepid sponge yang akan mempercepat

vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi

panas dari kulit kelingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil

yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan dari

stimulasi hipotalamus, rerata suhu tubuh turun sampai 0,7°C. Pada artikel

penelitian Yunianti, et al (2019) penelitian ini menggunakan jumlah


15

sampel yaitu 60 orang (30 orang untuk kelompok perlakuan dan 30 orang

untuk kelompok kontrol) dan responden dalam penelitian ini adalah balita

yang mengalami demam, rerata suhu tubuh turun sampai 1°C. Pada artikel

penelitian Hera Hijriani (2019) dalam menentukan jumlah sampel dalam

penelitian ini menggunakan Acidental Sampling yaitu mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai

dengan konteks penelitian sampel sebanyak 20 responden dengan usia

toddler 1-3 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam

usia toddler, rerata suhu tubuh turun sampai 0,64°C. Pada artikel penelitian

Rizka Aprilia, et al (2019) jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 16

responden teknik dalam penelitian ini sama dengan tenik pada artikel

penelitian Hera Hijriani (2019). Hasil penelitian ini ada pengaruh teknik

tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh, rerata suhu tubuh pada

penelitian Rizka adalah 1,2°C. Pada artikel Sri Haryani (2015) populasi

dalam penelitian ini adalah anak usia 1-10 tahun yang mengalami

hipertermia, rerata suhu tubuh turun sampai 1,4°C.

Anda mungkin juga menyukai