Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan menjadi suatu kebutuhan dalam hidup manusia yang harus
dipenuhi oleh negara. Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai unit pelaksana teknis dalam
pembangunan kesehatan mempunyai salah satu fungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat dalam memberikan
pelayanan harus selalu menyesuaikan kebutuhan masyarakat, mengacu kepada standar
mutu pelayanan, dan selalu menjaga peningkatan mutu serta kinerja pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaan fungsi dari Puskesmas tersebut, maka Puskesmas Sidamulya
perlu membuat suatu pedoman yang mengatur pelaksanaan kegiatan administrasi dan
pengelolaan kepegawaian Puskesmas Sidamulya. Sehingga, Puskesmas Sidamulya
dalam segala proses kegiatannya akan mengacu pada pedoman administrasi pengelolaan
kepegawaian, yang bersumber dari peraturan pemerintah nomor 11 tahun 2017 tentang
manajemen pegawai negeri sipil
Pedoman administrasi dan pengelolaan kepegawaian di Puskesmas Sidamulya ini
disusun untuk menjelaskan Sistem kepegawaian yang diimplementasikan di Pusat
Kesehatan Masyarakat Sidamulya tahun 2019. Sistem administrasi dan pengelola
kepegawaian di Puskesmas Sidamulya, akan mencakup segala yang berkenaan dengan
kepegawaian mulai dari perhitungan kepegawaian hingga pemberhentian pegawai
(pensiun).
A. Latar Belakang
1. Profil Organisasi
a. Gambaran Umum Organisasi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP)
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Nomor
441/4070/-SK/Sekretariat/IX/2018 tentang Struktur Organisasi dan Kategori
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Cirebon.
Puskesmas Sidamulya mempunyai wilayah kerja terdiri dari 4 Desa dengan
luas wilayah 1.139.979 ha :
Gambar.1

Desa-desa tersebut berada di dataran tinggi dan rendah, sebagian berlokasi


di wilayah perbukitan, dan sebagian wilayahnya berupa sawah dan
perkebunan.
Wilayah Kerja Puskesmas Sidamulya terletak di Desa Sidamulya Kecamatan
Astanajapura Kabupaten Cirebon, memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Berbatasan dengan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Mundu
Barat : Berbatasan dengan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Nanggela
Selatan : Berbatasan dengan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Sindang Laut
Timur : Berbatasan dengan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Astanajapura

Tabel. 2.1
DATA WILAYAH DAN FASILITAS PELAYANAN
DI UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA
TAHUN 2018

Jarak Waktu JUMLAH


Luas
ke Tempuh Jumlah Jumlah
No. Desa Wilayah
Puskesmas ke RT RW Rumah KK
(m 2)
(km) Puskesmas
1. Buntet 267.539 5 10 menit 27 7 1.399 2.103
2. Sidamulya 316.140 4 10 menit 18 5 1.208 1.601
Mertapada
3. 114.000 8 20 menit 18 7 1.222 1.465
Kulon
4. Munjul 442.300 7 15 menit 27 8 1.757 2.682
Jumlah 1.139.979 90 27 5.586 7.851
Sumber : Demografi Kecamatan th. 2018

TABEL 2.2
DATA FASILITAS PELAYANAN
DI UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA
TAHUN 2018

Jumlah Fasilitas Pelayanan


Jumlah Sekolah
Kesehatan
No. Desa Po Pos Pus Lain-lain
SD/ SMP/ SLTA/ PT
TK Pontren Pustu Lin Kes Kes BP
MI Mts MA (AKPER) Dokter Bidan
Des des Mas Swasta
1. Buntet 2 3 1 1 - - - - - - - 1 - - 1 2
2. Sidamulya 2 1 1 1 - 1 - - - - - - 1 - 1 1
Mertapada
3. 2 3 5 2 5 - 5 2 56 - - 1 - 1 1 3
Kulon
4. Munjul 2 2 1 - 1 - 1 - 1 - - 1 - - 1 -
JUMLAH 8 9 8 4 6 1 6 2 57 - - 3 1 1 4 6
Sumber : Demografi Puskesmas th. 2018

Keadaan hidrografi, wilayah kerja UPTD Puskesmas Sidamulya dilalui oleh


aliran sungai dan ber muara ke laut Jawa. Sebagian besar sungai ini
dipergunakan masyarakat untuk keperluan pengairan, persawahan dan
sebagian kecil untuk keperluan MCK.
b. Program – program upaya kesehatan puskesmas sidamulya
Upaya-upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas
Sidamulya dalam penyelenggaraannya terdiri dari :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat esensial, meliputi :
a) Promosi Kesehatan termasuk Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b) Kesehatan Lingkungan
c) KIA-KB yang bersifat UKM
d) Gizi masyarakat bersifat UKM
e) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
f) Keperawatan Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi :
a) Kesehatan Jiwa
b) Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGMD/UKGS)
c) Kesehatan Indera
d) Kesehatan Olahraga
e) Kesehatan Kerja
f) Pengobatan Tradisional Komplementer
g) Kesehatan Haji
3. Upaya Kesehatan Perorangan, meliputi :
a) Pelayanan Gawat Darurat
b) Pelayanan MTBS/Anak
c) Pelayanan BP Umum
d) Pelayanan BP Gigi
e) Pelayanan Kesehatan KIA/KB
f) Pelayanan Farmasi
g) Pelayanan Labolatorium
h) Pelayanan IVA Test
i) Pelayanan konseling terpadu, meliputi :
1) Konseling Penyakit Kronis
2) Konseling Tidak Merokok
3) Konseling Sanitasi
4) Konseling Reproduksi
5) Konseling Gizi Balita, Anak, Dewasa
j) Pelayanan TBC Paru
k) Pelayanan Kusta

c. kegiatan penilaian kinerja puskesmas


Secara garis besar lingkup kegiatan penilaian kinerja Puskesmas
sidamulya berdasarkan pada upaya-upaya Puskesmas Sidamulya dalam
penyelenggaraannya meliputi :
1. Cakupan Pelayanan Kesehatan, terdiri dari :
a) Upaya Kesehatan Wajib
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
2. Manajemen Pelayanan, terdiri dari :
a) Manajemen Operasional
b) Manajemen Alat dan Obat
c) Manajemen Keuangan
d) Manajemen Ketenagaan
e) Program Pengamatan dan Pencegahan Penyakit

B. Tujuan
Tujuannya adalah menjadi acuan bagi pelaksanaan administrasi dan pengelolaan
kepegawaian di UPTD Puskesmas Sidamulya, sehingga menghasilkan pelayanan
yang bermutu dan terukur.

C. Sasaran Pedoman
Seluruh Pegawai UPTD Puskesmas Sidamulya

D. Ruang Lingkup
Lingkup Pedoman administrasi dan pengelola kepegawian ini disusun berdasarkan
standar manajemen pegawai negeri sipil yang meliputi :
1. Penatausahaan Dosir Pegawai
2. Usulan Kenaikan Pangkat
3. kenaikan Gaji Berkala
4. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
5. Cuti Pegawai
6. Cuti Yang Dijalankan Di Luar Negeri Dan Izin ke Luar Negeri
7. Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai
8. Penegakan Disiplin Pegawai
9. Pemberhentian dan Pemensiunan Pegawai
10. Pengusulan Penganugerahan Penghargaan Satyalancana Karya Satya
11. Kesejahteraan Pegawai
12. Tugas Belajar/Beasiswa
13. Ijin Melanjutkan Pendidikan Atas Inisiatif Sendiri

14. Pelaksanaan Tugas Kepegawaian Lainnya (Kartu PNS, Karis/Karsu, Sumpah


PNS, Hari Libur Pilkada, LP2P dan Laporan Gratifikasi)
15. Pegawai Yang Diperkerjakan/Diperbantukan

E. Batasan Oprasional
1. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada disuatu wilayah.
2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan Pelanggan adalah Suatu tanggapan prilaku pelanggan terhadap
pelayanan yang telah diterima dibandingkan dengan harapan pelanggan.
3. Pasien
Pasien adalah individu yang menerima perawatan kesehatan.
4. Tindakan Koreksi
Tindakan Koreksi adalah suatu kegiatan perbaikan, pemeriksaan dan pembetulan.
5. Pedoman Mutu
Pedoman mutu adalah panduan sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki
keluaran yang dihasilkan atau untuk memastikan keluaran sesuai standar yang
diharapkan.
6. Dokumen
Dokumen adalah acuan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan.
7. Rekaman
Rekaman adalah hasil dokumentasi dari kegiatan atau proses yang disimpan
8. Proses
Proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi yang
mengubah input menjadi output.
9. Sasaran Mutu
Sasaran mutu adalah target dari masing-masing Tim yang ingin dicapai dalam
jangka waktu tertentu.
10. Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu adalah aktivitas pengembangan produk dan proses yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengendalian mutu merupakan
proses yang terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi kinerja;
b. Membandingkan kinerja mutu dengan tujuan mutu;
c. Bertindak berdasarkan perbedaan.
11. Kebijakan Mutu
Kebijakan mutu adalah kebijakan resmi dan tertulis dari manajemen perusahaan
tentang komitmen perusahaan dalam memperhatikan dan mempertimbangkan
aspek-aspek mutu dalam aktifitas keseharian organisasi atau perusahaan.
12. Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk
mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi.
13. Prasarana
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya produksi. Misal lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja, dan lain-
lain.
14. puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah sarana unit fungsional kesehatan
terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di
wilayah kerjanya. Pemanfaatan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan
dasar yang disediakan pemerintah.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Di Puskesmas Sidamulya Tahun 2019


YANG ADA
SEKARANG
No JENIS KETENAGAAN STATUS KEPEGAWAIAN KETERANGAN
Tugas/ Pendidik
Profesi an
I. PUSKESMAS INDUK
1. Kepala Puskesmas 1 - 1 PNS
2. Dokter 2 - 1 PTT, 1 Sukwan
3. Dokter Gigi - - -
4. Bidan 14 - 6 PNS, 8 Sukwan
5. Perawat 8 - 3 PNS, 1 CPNS, 1 PKD, 3
6. Perawat Gigi 2 - Sukwan
7. Sanitarian 1 - 1 CPNS, 1 Sukwan
8. Tenaga Laboratorium 1 - 1 PNS
9. Tenaga Gizi 1 - 1 Sukwan
10. Pengelola Obat -
11. Administrasi -
12. Penjaga Malam 2 - 1 Sukwan
13. Supir 6 - 1 PNS, 2 Sukwan
1 3 PNS, 3 Sukwan
II JENIS PENDIDIKAN 1 1 Sukwan
1. SKM/ S 1 Kedokteran/ 2/ 2/ 4 1 Sukwan
S1 Kep 4
2. Akademi Keperawatan - 2
3. Akademi Keperawatan - 10 5 PNS, 1 CPNS, 1 PKD, I
Gigi - 4 PTT, 1 Sukwan
4. Akademi Kebidanan - 1 1 PNS, 3 sukwan
(D3) - - 1 CPNS, 1 sukwan
5. Akademi Kebidanan - - 3 PNS, 7 sukwan
(D4) - 2 3 PNS, 1 sukwan
6. Akademi Gizi - 1 1 Sukwan
7. Akademi Kesehatan - 1 -
Lingkungan - 3 -
8. Akademi Farmasi - 1 PNS, 1 sukwan
9. S1 Farmasi - 1 PNS
10. Sarjana Non -
Kesehatan 3 Sukwan
11. Sekolah Perawat
Kesehatan
12. SLTA
40 - PNS : 16, CPNS : 2, PTT : 1, PKD: 1.
JUMLAH
Sukwan : 20

B. Distribusi Ketenagaan
1. Distribusi ketenagaan di Upaya Kesehatan Masyarakat
No Program Pemegang Program Keterangan
1. Promosi Ani Rokhmatul Hikmah, S.ST
Kesehatan
2. KIA KB a) Yuyun Sri Rahayu, STr.Keb a. Bidan Desa Buntet :
b) Yayah Juhriyah, STr.Keb Elok Faikoh, Wiwid
c) Suci Hentriesa, Amd.Keb dan Intan
d) Lina, Amd.Keb b. Bidan Desa
Mertapada Kulon :
Rani Afrianti dan
Wiwin
c. Bidan Desa
Sidamulya: Barkah
Khulaili, dan Vivi
d. Bidan Desa Munjul:
Eti Damayanti,
Marpuah dan
Nurkhodijah
3. Gizi Masyarakat Ani Rokhmatul Hikmah, S.ST
4. Pencegahan a) Antik Athiah, S.Kep
dan b) Muhamad Ibrohim
Pengendalian c) Muhaemin
Penyakit : d) Tarsini

a. Program
TBC Paru
b. Program
Imunisasi
c. Program
Kusta
d. Program
ISPA dan
Diare
5. Keperawatan Tarsini
Kesehatan
Masyarakat
6. Kesehatan Jiwa Antik Athiyah, S.kep
7. Kesehatan Gigi Khusnul chotimah, AMKG
Masyarakat
(UKGMD/UKGS)
8. Kesehatan Wiwin Nurhaeni, Amd.Keb
Indera
9. Kesehatan Olah Abdullah
Raga
10. Kesehatan Kerja Muhamad Ibrohim
11. Pengobatan Novi Meliyanti
Tradisional
Komplementer
12. Kesehatan Haji Muhaemin

2. Distribusi Ketenagaan di Upaya Kesehatan Perorangan

No Ruang Jumlah Ket


1 Cs 1 Setiap hari kerja
2 Pendaftaran 3 Setiap hari kerja
3 Rekam Medik 2 Setiap hari kerja
4 IGD 1 Setiap hari kerja
5 BP Umum 2 Setiap hari kerja
6 BP Usila 2 Setiap hari kerja
7 KIA 3 Setiap hari kerja
8 MTBS 2 Setiap hari kerja
9 LAB 1 Setiap hari kerja
10 Farmasi 3 Setiap hari kerja
11 Imunisasi 1 Rabu
12 TB dan Kusta 1 Selasa dan Jumat
13 Konseling Terpadu 1 Setiap hari kerja
C. Jadwal Kegiataan Kepegawaian
2019 Ket.
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Mengetik surat menyurat sesuai Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4
dengan konsep yang diberikan
2 Menerima, mencatat dan memberi Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4
nomor agenda atau kode surat, baik
surat masuk maupun surat keluar
dengan menulis nomor dan tanggal
penerimaan, perihal isi surat serta
permasalahannya untuk
memudahkan pengecekan
3 Mendistribusikan surat masuk Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4
kepada unit yang dituju dan
membuat tanda terima untuk
melacak keberadaan surat
4 Menerima dan memeriksa buku Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4
ekspedisi yang telah ditandatangani
oleh penerima surat untuk
mengetahui kesesuaian
5 Menerima dan mengecek Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4
kelengkapan dokumen, surat,
naskah blangko dan bahan lainnya
dari atasan langsung
6 Melaksanakan penggandaan Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
dengan cara foto copy atau stensil 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4 1- 4

dan menghitung kembali jumlah


yang digandakan agar sesuai
denngan jumlah yang dibutuhkan
7 Menyusun laporan sesuai dengan Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4
pelaksanaan kegiatan sebagai
pertanggungjawaban kepada
pimpinan
8 Melaksanakan tugas kedinasan lain V V V V V V V V V V V V Bila ada
yang diperintahkan pimpinan
11 Mengumpulkan kelengkapan V V V V V V V V V V V V Bila ada
berkas pegawai / karyawan baru
12 Membuat draft usulan pemberian V V V V V V V V V V V V Bila ada
surat tugas dari Kepala Dinas
Kabupaten untuk tenaga
Sukarelawan / Sukwan
13 Memeriksa dan merekapitulasi Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg Mg
daftar hadir mingguan dan bulanan 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
14 Menyusun daftar pegawai untuk Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3 Mg3
memperoleh tunjangan jabatan
15 Melakukan updating (pembaruan) Mg3
data kepegawaian Unit Kerja/UPT
melalui aplikasi kepegawaian
16 Membuat draft usulan mutasi - - - - - - - - - - - - Bila ada
kepegawaian kepada unit pembina usulan
kepegawaian
17 Memeriksa dan meneliti keabsahan - - - - - - - - - - - - Bila ada
dokumen yang berkaitan dengan
mutasi anggota keluarga pegawai
18 Mencatat dokumen ke dalam buku
pengendalian dan mencocokkan
daftar informasi kepegawaian
secara periodik
19 Membuat draft usulan kenaikan gaji Mg1 - Mg1 - - - - - Mg1 - - -
berkala kepada unit pembina
kepegawaian
20 Membuat draft usulan tugas belajar Bila ada
dan ijin belajar kepada unit pembina
kepegawaian
21 Menyusun, memelihara, dan Mg2
merasionalisasikan Tata Naskah
(Takah)
22 Menyusun usulan penetapan
Karpeg/Karis/Karsu
23 Menyiapkan usulan pegawai yang Mg1
akan memperoleh penghargaan
24 Membuat draft usulan pegawai Bila ada
yang akan berhenti/pensiun
25 Menyusun laporan pelaksanaan Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4 Mg4
tugas sebagai pertanggungjawaban
kepada Pimpinan
26 Melakukan tugas kedinasan lain Bila ada
yang diperintahkan Pimpinan
BAB III
STANDAR FASILITAS

a) Denah Ruang
PAGAR TEMBOK
DENAH RUANG PUSKESMAS SIDAMULYA
PAGAR TEMBOK PAGAR TEMBOK
EDISI
DESEMBER
2018 U
KM.
/WC R. RAPAT

PAKIR
MOTOR
PASIEN
PAGAR
KM LK WC R. VAKSIN BP UMUM R. GIGI R. BP USILA BAJA
R. TUNGGU
TAMPUNGAN GUDANG R.
LIMBAH CAIR
WASTAFEL
WC
KM
R.TB /
KUSTA
6 7 8 9 10 OBAT RACIK OBAT TAMAN

TAMPUNGAN
PR/JOMP
O
OBAT LUAR
LIMBAH RT DARI
WC
11
R. TUNGGU PIO PLANG
A R.
LAB KONSELING K T M P R. TUNGGU PKM
5
E
A TERPADU E N
O D A L
D
R D O
A
L A M K
F
N APAR I
WC GUDANG . R E
T
KM
A N A E T
A
R. ADM R
O
KARY
M N C A R. TUNGGU CS
O
N R.
G T.
WUD TIND. PAKIR
T LU BAJA
A UMU MOTOR
N 4 R. M
R. SUI PASIEN
P T. WUDLU
GIZI
A M
U R. KAPUS R. MTBS R. BERSALIN
P
A S B
MUSH R. DATA DAN 2 TAMAN
G
A
R
H
O
L
A
R
U
OLLA ADMINISTRASI KM R. KIA 3 1 LUAR
WC R. KB
L
A T. PARKIR MOTOR
KARYAWAN

PARKIR AMBULAN

LAHAN KOSONG
T.
T. PARKIR MOTOR
T. PARKIR MOTOR
PEMBU
ANGAN
KARY KARY
SAMPA
WAHANA
H
PADAT
BERMAIN ANAK
Cat :
atau : PINTU
: Wastafel
PAGAR TEMBOK : WC
b) Standar Fasilitas

Tahun
c) Sarana Tersedia Kondisi
Pendirian Renovasi
PUSKESMAS        
  RUANG KANTOR        
Ruangan Administrasi
    Kantor/Tata Usaha Ada 2007 2015, 2018 Baik
    Ruang Kepala Puskesmas Ada 2007 2015 Baik
Ruang Rapat/Diskusi dialihkan
    menjadi Ruang Data Ada 2007 2016 Baik
Ruang Rapat / Diskusi Ada 2018 Baik
 RUANG PELAYANAN
    KM/WC Petugas Ada 2007 2015 Baik
Ruangan Pendaftaran dan 2015,
    rekam medik Ada 2007 2018, 2018 Baik
Ruangan Pemeriksaan
    Umum/BP Umum Ada 2007 2015 Baik
    Ruangan Tunggu Ada 2007 2015, 2018 Baik
    Ruangan Gudang Umum Ada 2007 2015 Baik
KM/WC Pasien (Laki dan
  -  Wanita Terpisah) Ada 2018   Baik

Ruangan Gawat Darurat(RI) / 2015,


2007 Baik
Tindakan(NRI) 2018
    Ruangan Kes Gigi & Mulut Ada 2007 2015 Baik
    Ruangan ASI / Laktasi Ada 2018   Baik
Ruangan Promosi Kesehatan,
    difungsikan dari yang Ada 2018 Baik
sebelumnya Ruang TU
    Ruangan Farmasi/Kamar Obat Ada 2007 2015 Baik
    Gudang Obat Ada 2007 2015 Baik
Ruangan Istirahat Petugas
    -     -
persalinan
Tempat/Area Penyimpanan
    Ada 2007 2015 Baik
Vaksin
    KM/WC Untuk Persalinan -     -
    Ruangan Persalinan dan -     -
Resusitasi Bayi
Ruangan Rawat Pasca
    -     -
Persalinan
    Ruangan KIA, KB & Imunisasi Ada 2007 2015 Baik
    Laboratorium Ada 2007 2015 Baik
    Ruangan Cuci Linen -     -
Ruangan Sterilisasi dan ruang
    PI, difungsikan dari yang Ada  2007 2018  Baik
sebelumya Musholla

Ada 2007 2018  Baik

Ruangan Penyelenggaraan
Makanan / Dapur, difungsikan
dari yang sebelumnya tempat
wudlu

  PENDUKUNG        
Rumah Dinas Tenaga
    Kesehatan II -     -
Rumah Dinas Tenaga
    Kesehatan I -     -
    Parkir Kendaraan Roda 4 Ada 2007 2015 Baik
    Parkir Kendaraan Roda 2 Ada 2007 2015 Baik
    Parkir Ambulance Ada 2007 2015 Baik
    Parkir Pusling Darat -     -
Sumber : Data Up Date ASPAK Bln Desember 2018

BAB. IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Penatausahaan Dosir Pegawai
2. Usulan Kenaikan Pangkat
3. kenaikan Gaji Berkala
4. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
5. Cuti Pegawai
6. Cuti Yang Dijalankan Di Luar Negeri Dan Izin ke Luar Negeri
7. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Pernyataan Pelantikan, dan
Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan
8. Penunjukan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian
9. Pedoman Administrasi Kehadiran Pegawai
10. Pedoman Penyusunan Laporan Kepegawaian
11. Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Laporan
Perkawinan dan Perceraian Dan Laporan Pegawai Meninggal Dunia
12. Prosedur Teknis Izin Perceraian dan Surat Keterangan Untuk Melakukan
Perceraian
13. Penegakan Disiplin Pegawai
14. Pemberhentian dan Pemensiunan Pegawai
15. Mutasi Pegawai Mengikuti Suami
16. Evaluasi dan Penilaian Jabatan dan Peringkat Bagi Pelaksana
17. Pengusulan Penganugerahan Penghargaan Satyalancana Karya Satya
18. Kesejahteraan Pegawai
19. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
20. Tugas Belajar/Beasiswa
21. Ijin Melanjutkan Pendidikan Atas Inisiatif Sendiri
22. Standar Kompetensi Jabatan
23. Pelaksanaan Tugas Kepegawaian Lainnya (Kartu PNS, Karis/Karsu,Sumpah
PNS, Hari Libur Pilkada, LP2P dan Laporan Gratifikasi)
24. Pegawai Yang Diperkerjakan/Diperbantukan
B. Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengelola kepegawaian puskesmas
adalah sebagai berikut :
1. P1 atau perencanaan
Kegiatan awal dari sebuah proses pekerjaan adalah perencanaan, proses
perencanaan ini memegang peranan penting dalam mutu suatu pekerjaan
kedepannya.
Yang termasuk dalam perencanaan kegiatan kepegawaian adalah:
a. Rencana Kegiatan Pegawai
Adalah rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh pengelola kepegawaian
selama satu tahun di UPTD Puskesmas Sidamulya.
b. Rencana pengajuan kebutuhan pegawai puskesmas
Adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun dalam
mendukung terpenuhinya ABK sesuai PMK 75
c. Rencana usulan kenaikan pangkat
Adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
untuk pendapatakan kenaikan pangkat
d. Rencana usulan kenaikan gaji berkala (KGB)
Adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
untuk pendapatakan kenaikan gaji berkala
e. Rencana usulan pensiun pegawai
Adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pegawai Negeri Sipil ( PNS)
setelah selesai masa bakti nya untuk mendapatkan pensiun pegawai

2. Penggerakan dan pelaksanaan


Segala kegiatan dari administrasi dan pengelola kepegawaian dilaksanakan
sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya dengan
mengacu pada pedoman ini dan peraturan yg berlaku dilingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Cirebon.
3. Pengawasan, pengendalian dan penilaian
a. Pengawasan
Dilakukan Puskesmas sendiri, baik oleh Kepala Puskesmas dan
penanggungjawab Tata Usaha ( TU )
b. Pengendalian
Menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah
ditetapkan dan dilakukan secara terus menerus. Jika terdapat
ketidaksesuaian dilakukan upaya perbaikan
c. Penilaian
Dilaksanakan oleh Puskesmas dan hasil penilaian diverifikasi oleh dinas
kesehatan kabupaten
C. Langkah Kegiatan
1. Penatausahaan Dosir Pegawai
a. Kearsipan
Fungsi arsip bagi organisasi sangat strategis, sebab dalam sebuah lembaga,
segala sesuatunya dimulai dengan surat sebagai alat komunikasi tertulis
resmi. Arsip bukan saja sebagai sarana komunikasi dan informasi belaka,
tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengelola arsip itu berguna
dalam mendukung dan menyusun perencanaan dan kebijakan organisasi.
Agar kegiatan administrasi dapat berjalan lancar dan teratur maka diperlukan
sistem kearsipan yang baik. Arsip-arsip yang dimiliki tidak semuanya akan
terus digunakan. Ada arsip- arsip tertentu yang harus dimusnahkan atau
dipindah menjadi arsip inaktif. Dalam kegiatan pengarsipan, terutama dalam
proses penyimpanan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Tenaga- tenaga
profesional juga dibutuhkan dalam kegiatan pengarsipan supaya arsip
dapat dengan mudah ditemukan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Jika sistem kearsipan berjalan dengan baik maka kegiatan administrasi akan
berjalan dengan lancar. Dan sebaliknya jika sistem kearsipan kurang
diperhatikan, maka kegiatan adminstrasi akan sedikit terhambat. Hal ini
dikarenakan arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang sulit ditemukan atau
bahkan tidak diketahui keberadaannya.
Menurut Drs. The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern,
arsip adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis
karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara
cepat ditemukan kembali. Menurut kamus administrasi, kearsipan adalah
suatu bentuk pekerjaan tata usaha yang berupa penyusunan dokumen-
dokumen secara sistematis sehingga bilamana diperlukan lagi, dokumen-
dokumen itu dapat ditemukan kembali secara cepat.
Arsip menurut fungsinya terbagi menjadi :
1) Arsip Statis, yaitu arsip yang dihasilkan oleh kementerian atau unit
organisasi karena memiliki nilai guna kesejarahan, yang telah diverifikasi
secara langsung maupun tidak langsung oleh Lembaga Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI). Contoh Arsip Statis :
Arsip Pendirian, Arsip Mantan Pimpinan, Arsip Pembangunan Gedung
Kantor, Arsip Bantuan Pemerintah untuk pembangunan masjid, dsb.
2. Arsip Dinamis, yaitu arsip yang masih dipergunakan dalam proses
penyelenggaraan administrasi pada unit-unit organisasi dan disimpan
selama jangka waktu tertentu. Contoh Arsip Dinamis : Laporan Bulanan th.
2009 – 2010, Surat Edaran th. 2009 – 2010, dll.
Arsip Dinamis dibedakan lagi menjadi Arsip Aktif dan Arsip Inaktif.
Pengelompokkan arsip menurut subjek dan isinya dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Arsip Keuangan. Arsip keuangan adalah arsip yang berhubungan
dengan masalah keuangan. Contoh : laporan keuangan, bukti
pembayaran, daftar gaji, bukti pembelian, surat perintah membayar, dsb.
2. Arsip Kepegawaian. Arsip kepegawaian adalah arsip yang berhubungan
dengan masalah- masalah kepegawaian. Contoh : data riwayat hidup
pegawai, surat lamaran, surat pengangkatan pegawai, rekaman presensi,
dsb.
3. Arsip Pemasaran. Arsip pemasaran adalah arsip yang berhubungan
dengan masalah-masalah pemasaran. Contoh : surat penawaran, surat
pesanan, surat perjanjian penjualan, daftar pelanggan, daftar harga,
surat perjanjian sewa,dsb.
4. Arsip Pendidikan. Arsip pendidikan adalah arsip yang berhubungan
dengan masalah-masalah pendidikan. Contoh : kurikulum, satuan
pelajaran, daftar hadir siswa, rapor, transkrip mahasiswa, dsb.

b. DOSIR PEGAWAI
Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan atau
kegiatan. Dalam kegiatan administrasi yang dilakukan, pasti dihasilkan produk-
produk kantor seperti surat, formulir, dan laporan. Jadi, kegiatan administrasi
pada dasarnya adalah menghasilkan, menerima, mengolah, dan menyimpan
berbagai surat, formulir laporan dan lain sebagainya. Kata "dosir" sendiri berasal
dari istilah Belanda "dossier" yang berarti kumpulan dokumen.
Penyelenggaraan tata usaha kepegawaian dapat diartikan merupakan segala
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan, penelitian,
pencatatan, penyimpanan, pengolahan, penyusunan dan pemeliharaan setiap
berkas mutasi kepegawaian perorangan pegawai sesuai dengan Nomor Induk
Pegawai.
Sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara Nomor 01/SE/1975 tentang Petunjuk Permintaan,
Penetapan dan Penggunaan Nomor Induk Pegawai dan Kartu Pegawai Negara
Sipil, antara lain ditentukan bahwa satu NIP hanya untuk satu pegawai negeri
dan tidak boleh dialihkan, diantaranya berfungsi sebagai dasar penyusunan dan
memelihara Tata Usaha Kepegawaian.

Dengan fungsi tersebut, penyimpanan, pemeliharaan, dan pembinaan segala


mutasi kepegawaian, harus dicantumkan NIP untuk mempermudah pengelolaan
data kepegawaian. Dalam hal ini mutasi kepegawaian merupakan setiap
perubahan mengenai seseorang pegawai negeri, sejak pengangkatan pertama
kali sampai pegawai negeri tersebut berhenti, yang dituangkan dalam suatu
keputusan resmi dan sah, baik yang menyangkut kedinasan maupun pribadi
beserta keluarganya, yang pada hakekatnya adalah berupa perkembangan data
kepegawaian.
Dosir Kepegawaian adalah himpunan arsip dari seorang pegawai yang disusun
secara kronologis dari mulai lamaran sampai dengan pemberhentiannya. Dosir
kepegawaian dapat dikemas dalam sebuah map atau odner. Kadang-kadang, isi
dosir diklasifikasi menurut kelompok-kelompok, misalnya kelompok surat
keputusan, kelompok DP3, dan sebagainya.
Untuk keseragaman, keindahan dan untuk mempermudah dalam proses
pencarian, odner dosir pegawai agar diberi label dengan mencantumkan data-
data, seperti : nama pegawai, NIP, tanggal lahir, tmt. CPNS dan tanggal pensiun
serta ditempelkan foto pegawai.
Dokumen-dokumen kepegawaian yang harus ada dalam dosir pegawai, terdiri
dari :
1. Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi
Pegawai Negeri Sipil;
3. Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala;
4. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat;
5. Surat Keputusan Inpassing Gaji;
6. Surat Keputusan Pengangkatan/Pembebasan/Mutasi Jabatan;
7. Surat Keputusan Pemberhentian dan Pensiun;
8. Surat Keputusan Pemberian Uang Tunggu;
9. Surat Keputusan Hukuman Disiplin/Surat Peringatan;
10. Surat Tanda Lulus Pendidikan Formal & Sertifikat Diklat;
11. Surat Ijin Tugas Belajar/Surat Ijin Melanjutkan Pendidikan AIS;
12. Surat Nikah/Cerai;
13. Surat Izin Pernikahan/Perceraian/Melaksanakan perceraian;
14. Surat Kematian Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya;
15. Akte Kelahiran Anak;
16. KP4 2 tahun terakhir;
17. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil;
18. Sumpah Jabatan/Surat Pernyataan Pelantikan/menduduki jabatan dan
SPMT;
19. DP3;
20. Tanda Penghargaan;
21. Surat izin cuti dan atau Surat Izin ke luar negeri;
22. Surat Keputusan Pengangkatan kembali untuk cuti di luar tanggungan
negara;
23. Surat Keputusan Pelimpahan/Pencabutan perbantuan/dipekerjakan;
24. KARPEG, KARIS/KARSU, Kartu Taspen;
25. Surat Keputusan Peringkat Jabatan/Grading;
26. Evaluasi Kinerja terkait penilaian Peringkat Jabatan/Grading;
27. dan lain-lain yang menyangkut kepegawaian.
2. Usulan Kenaikan Pangkat
a. Jenis – Jenis Kenaikan Pangkat
Berdasarkan PP Nomor 99 Tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002 kenaikan
pangkat dibagi menjadi 5 jenis yaitu : Pilihan, Reguler, Anumerta, Pengabdian
dan Prajurit Wajib.
1) Kenaikan Pangkat Pilihan
Jenis Kenaikan Pangkat Pilihan :
a. PNS yang menduduki jabatan struktural
b. PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu
c. PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya
d. PNS yang menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara
e. PNS yang diangkat menjadi pejabat Negara
f. PNS yang memperoleh STTB/Ijazah
g. PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu
h. PNS yang telah selesai dan lulus tugas belajar
i. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi
induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan
persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu
j. PNS yang menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
berdasarkan Keputusan Presiden

a. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Struktural


Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan dapat diberikan
dalam batas jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan ybs. Jenjang
Pangkat dalam Jabatan tsb adalah sbb :
No Ijazah Golongan
1 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II II/b
2 Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III II/c
3 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/a
4 Dokter, Ijazah Apoteker atau Ijazah Spesialis I dan III/b
Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara
5 Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II III/c
1) PNS mempunyai pangkat yg masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat
terendah suatu jabatan dapat dinaikkan pangkatnya apabila :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
b) Telah 1 tahun dalam jabatan struktural yang didudukinya terhitung sejak
pelantikan, dan bersifat kumulatif tetapi tidak terputus dalam tingkat
jabatan struktural yang sama.
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) PNS telah mencapai jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk suatu
jabatan, dapat diberikan kenaikan pangkat apabila :
a) Sekurang-kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 tahun terakhir.
3) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK pangkat terakhir;
b) copy sah SK jabatan terakhir;
c) Surat Pernyataan Pelantikan
d) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir
b. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Menduduki Jabatan
Fungsional tertentu
1) Syarat :
a) Telah 2 tahun dalam pangkat terakhir
b) Memenuhi angka kredit yang ditentukan
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
d) Asli penetapan angka kredit
c. Kenaikan Pangkat PNS Yang Menunjukkan Prestasi Kerja Luar Biasa
Baiknya
1) Syarat :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 bernilai amat baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Yang dimaksud perestasi kerja luar biasa baiknya adalah prestasi
kerja yang menonjol baiknya yang secara nyata diakui dalam
lingkungan kerjanya, sehingga PNS yang bersangkutan secara nyata
menjadi teladan bagi pegawai lainnya.
3) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar
biasa baiknya diberikan tanpa terikat ketentuan ujian dinas.
4) Kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar
biasa baiknya dapat melampaui pangkat atasan langsungnya.
5) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir apabila menduduki jabatan
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) Tembusan keputusan yang ditandatangani asli oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian tentang penetapan prestasi kerja luar
biasa baiknya
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir.
d. Kenaikan Pangkat Pilihan bagi PNS Yang Menemukan Penemuan Baru
Yang Bermanfaat Bagi Negara
1) Kenaikan pangkat dapat diberikan :
a) tanpa terikat dengan jenjang pangkat
b) tanpa terikat pada jabatan dan ketentuan ujian dinas.
c) dapat melampaui pangkat atasan langsungnya.
2) Syarat :
a) 1 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 dalam 1 tahun terakhir rata-rata bernilai baik dengan
ketentuan tidak ada unsur penilaian prestasi kerja yang bernilai
kurang.
3) Kriteria penemuan baru dan kriteria kemanfaatan terhadap Negara
diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1981 dan
peraturan pelaksanaannya diatur dengan SE Kepala BAKN dan
Ketua LIPI Nomor 15/SE/1982 dan Nomor 704/KEP/J.10/1982
tanggal 27 Oktober 1982.
4) Kelengkapan Administrasi:
a) copy sah SK jabatan terakhir apabila menduduki jabatan
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan tentang penemuan baru yang bermanfaat
bagi Badan/ Lembaga yang ditetapkan oleh Presiden;
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir.
e. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS Yang Menjadi Pejabat Negara
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi:
a) copy sah SK sebagai pejabat negara;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
d) copy sah keputusan pemberhentian dari jabatan organiknya;
3) PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara tetapi tidak diberhentikan
dari jabatan organiknya, kenaikan pangkatnya dipertimbangkan
berdasarkan jabatan organiknya.
4) Kelengkapan Administrasi:
a) Bagi yang menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu :
• copy sah SK jabatan terakhir;
• copy sah SK pangkat terakhir;
• copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
• Asli penetapan angka kredit bagi PNS yang menduduki jabatan
fungsional.
b) Bagi yang tidak menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu :
• copy sah SK pangkat terakhir;
• copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
f. Kenaikan Pangkat PNS yang Memperoleh STTB/Ijazah/ Diploma PNS
yang memperoleh ijasah dapat dinaikkan pangkatnya sehingga menjadi

:
No Bagi yang mempunyai Ijazah Golongan
Tertinggi
1 SD atau yang setingkat I
I
/
a
2 SLTP atau yang setingkat I
I
/
c
3 Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama I
I
/
d
4 SLTA, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (3 tahun), Sekolah II
I/
b
Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (4 tahun), Diploma I, Diploma II
5 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa , Diploma III, Sarjana Muda, II
I/
c
Akademi, Ijasah Bakaloreat
6 Sarjana (S1) atau Diploma IV II
I/
d
7 Dokter, Ijazah Apoteker dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang I
setara V
/
a
8 Doktor (S3) I
V
/
b
1) Kenaikan pangkat diatas, dapat diberikan apabila :
a) Diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan pengetahuan/keahlian yang
sesuai Ijazah yang diperoleh;
b) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;
c) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir;
d) Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang
menduduki jabatan fungsional
e) Lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah STTB/Ijazah/Diploma;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
d) Asli Penetapan Angka Kredit bagi PNS yang menduduki jabatan
fungsional
e) Surat Keterangan Pejabat Pembina Kepegawaian serendah-
rendahnya pejabat eselon II tentang uraian tugas yang dibebankan
kepada PNS yang bersangkutan kecuali bagi yang menduduki
jabatan fungsional tertentu;
f) copy sah surat tanda lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian
ijazah kecuali bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu.
g. Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang Melaksanakan Tugas
Belajar dan Sebelumnya Menduduki Jabatan Struktural Atau Jabatan
Fungsional Tertentu
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kenaikan pangkat di atas, diberikan dalam batas jenjang pangkat yang
ditentukan dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu
yang terakhir didudukinya sebelum melaksanakan tugas belajar.
3) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan/perintah tugas belajar;
d) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
h. Kenaikan Pangkat Pilihan Bagi PNS yang Telah Selesai Mengikuti dan
Lulus Tugas Belajar
PNS yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan
memperoleh ijasah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi :
No Ijazah Golongan
1 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II II/b
2 Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III II/c
3 Sarjana (S1) atau Diploma IV III/a
4 Dokter, Ijazah Apoteker atau Ijazah Spesialis I dan III/b
Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara
5 Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II III/c
1) Syarat :
a) Telah 1 tahun dalam pangkat terakhir;dan
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
2) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy SK pangkat terakhir;
c) copy sah kepututusan/perintah untuk tugas belajar;
d) copy sah DP-3 dalam 1 tahun terakhir;
e) copy sah Ijazah/Diploma yang diperolehnya.
i. Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar
Instansi Induknya dan diangkat dalam jabatan pimpinan
1) Syarat :
a) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir;
b) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
2) Kenaikan pangkat sebagaimana tersebut di atas dapat dipertimbangkan
sesuai jenjang pangkat yang ditetapkan untuk eselon jabatannya.
3) Kenaikan Pangkat Bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di
luar Instansi Pemerintah hanya dapat diberikan sebanyak-banyaknya 3
kali kecuali bagi yang dipekerjakan atau diperbantukan pada lembaga
kependidikan, sosial, kesehatan, dan perusahaan jawatan.
4) PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu yang dipekerjakan di
luar instansi induknya, dapat diberikan kenaikan pangkat setiap kali
setingkat lebih tinggi.
5) Kelengkapan Administrasi :
a) copy sah SK jabatan terakhir;
b) copy sah SK pangkat terakhir;
c) copy sah keputusan tentang penugasan di luar instansi induknya;
d) Tembusan penetapan angka kredit bagi yang menduduki jabatan
fungsional
e) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir.
2. Kenaikan Pangkat Reguler
a. Syarat kenaikan pangkat reguler :
1) Telah 4 tahun dalam pangkat terakhir;dan
2) DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
3) Tidak melampaui pangkat atasan langsungnya
b. Batas tertinggi kenaikan pangkat reguler yang dapat dicapai berdasarkan
ijasah yang dimiliki PNS adalah sbb :
No Bagi yang mempunyai Ijazah Golongan Tertinggi
1. SD atau yang setingkat II/a
2. SLTP atau yang setingkatII/c
3. Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama II/d
4. SLTA, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (3 tahun), Sekolah III/b
Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas (4 tahun), Diploma I, Diploma II
5. Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa , Diploma III, Sarjana Muda, III/c
Akademi, Ijasah Bakaloreat
6. Sarjana (S1) atau Diploma IV III/d
7. Dokter, Ijazah Apoteker dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara
IV/a
8. Doktor (S3) IV/b
c. PNS yang Kenaikan Pangkat Regulernya mengakibatkan pindah golongan
dari golongan II menjadi golongan III dan golongan III menjadi golongan IV,
harus telah mengikuti dan lulus ujian dinas yang ditentukan, kecuali bagi
PNS yang :
1) Telah mengikuti dan lulus Sepada/Adum/Sepala/Diklatpim Tingkat IV
untuk ujian dinas Tingkat I;
2) Telah mengikuti dan lulus Sepadya/Spama/Diklatpim Tingkat III untuk
ujian dinas Tingkat II;
3) Telah memperoleh Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk ujian
dinas Tingkat I;
4) Telah memperoleh Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan
Ijazah lain yang setara atau Doktor (S3), untuk ujian Dinas Tingkat I
atau Ujian Dinas Tingkat II.
d. Kelengkapan Administrasi :
1) copy sah SK pangkat terakhir;
2) copy sah DP-3 dalam 2 tahun terakhir;
3) copy sah STTB/Ijazah/Diploma bagi yang memperoleh peningkatan
pendidikan;
4) copy sah SK mutasi lainnya apabila terjadi perubahan data
kepegawaian (misalnya SK Pindah Kerja, SK Alih Status, dan
sebagainya).
5) copy sah surat perintah tugas belajar (Bagi PNS yang Melaksanakan
Tugas Belajar dan Sebelumnya Tidak Menduduki Jabatan Struktural
atau Fungsional Tertentu)
6) Surat penugasan dipekerjakan/diperbantukan di luar instansi
induknya. (bagi PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara
penuh di luar Instansi Induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan
yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu)

3. Kenaikan Pangkat Anumerta


PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat
lebih tinggi. yakni :
a. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
b. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
c. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani
atau cacat rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya.
d. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu
4. Kenaikan Pangkat Pengabdian
Kenaikan pangkat pengabdian diberikan bagi PNS yang meninggal dunia
atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena
mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi, apabila :
a. Memiliki masa bekerja sebagai PNS selama :
1) 30 tahun secara terus-menerus dan telah 1 bulan dalam pangkat
terakhir.
2) 20 tahun secara terus-menerus dan telah 1 tahun dalam pangkat
terakhir.
3) 10 tahun secara terus-menerus dan telah 2 tahun dalam pangkat
terakhir.
b. DP3 bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1
tahun terakhir.
Kenaikan pangkat pengabdian juga diberikan kepada PNS yang oleh Tim
Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja
lagi dalam semua jabatan negeri.
5. Kenaikan Pangkat Prajurit Wajib
PNS selama menjalani dinas prajurit wajib tidak diberikan kenaikan pangkat.
Pemberian pangkatnya dapat dipertimbangkan pada saat pengangkatan
kembali pada instansi induknya setelah ia selesai menjalankan dinas prajurit
wajib dengan memperhitungkan penuh masa kerja selama menjalankan dinas
prajurit wajib dan dengan memperhatikan pangkat yang dimilikinya sebagai
prajurit wajib.

C. KELENGKAPAN TAMBAHAN USUL KENAIKAN PANGKAT


Untuk internal Ditjen Perbendaharaan, sesuai dengan Surat Sekretaris Ditjen
Perbendaharaan No. S-77/PB.1/UP.10/2010 tanggal 28 Januari 2010, terdapat
tambahan kelengkapan untuk usul kenaikan pangkat, yaitu:
1. copy sah surat keputusan jabatan terakhir atasan langsung pegawai yang
diusulkan kenaikan pangkatnya;
2. copy sah surat keputusan/surat/nota dinas penempatan terakhir pegawai yang
diusulkan kenaikan pangkatnya.
Bagi PNS yang lokasi pada saat memperoleh ijazah berbeda dengan tempat
tugas saat pengusulan kenaikan pangkat, maka usul kenaikan pangkat disertai
pula dengan surat keterangan kronologis penempatan yang dibuktikan dengan
SK mutasi.
3. Kenaikan Gaji Berkala
a. Kenaikan gaji berkala
1. Kepada pegawai negeri sipil yang diangkat dalam suatu pangkat
diberikan gaji pokok berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan
untuk pangkat tersebut. Gaji calon pegawai negeri sipil sebesar 80%
dari gaji pokoknya;
2. Kenaikan gaji berkala adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada
pegawai negeri sipil yang telah mencapai masa kerja golongan yang
ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu setiap
2 (dua) tahun sekali dan apabila telah memenuhi persyaratan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Kenaikan gaji berkala untuk pertama kali bagi seorang pegawai
negeri sipil yang diangkat dalam golongan I, II, III diberikan setelah
mempunyai masa kerja 2 (dua) tahun sejak diangkat menjadi calon
pegawai negeri sipil dan selanjutnya 2 (dua) tahun sekali, kecuali
untuk pegawai negeri sipil yang pertama kali diangkat dalam
golongan II/a diberikan kenaikan gaji berkala pertama kali setelah
mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun dan selanjutnya setiap 2 (dua)
tahun sekali;
4. Pegawai Negeri Sipil mendapatkan kenaikan gaji berkala apabila :
a. telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk
kenaikan gaji berkala
b. penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurang-
kurangnya “cukup”
5. Pemberian kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat
pemberitahuan oleh kepala kantor/satuan organisasi yang
bersangkutan atas nama pejabat yang berwenang dan diterbitkan 2
(dua) bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku;
6. Keputusan kenaikan gaji berkala tidak dapat berlaku surut lebih dari 2
(dua) tahun;
7. Sebelum diterbitkan surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, agar
dilakukan proses penilaian dengan Nota Rahasia.
b. Penundaan kenaikan gaji berkala
1. Seorang Pegawai Negeri Sipil yang belum memenuhi syarat (nilai
rata-rata DP-3 kurang dari “cukup”), maka kenaikan gaji berkalanya
ditunda paling lama untuk waktu 1 (satu) tahun;
2. Apabila dalam waktu penundaan 1 (satu) tahun tersebut Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan belum juga memenuhi syarat maka
kenaikan gaji berkalanya ditunda lagi tiap- tiap kali paling lama untuk
1 (satu) tahun;
3. Apabila tidak ada alasan lagi untuk penundaan, maka kenaikan gaji
berkala tersebut diberikan mulai bulan berikutnya dari masa
penundaan itu;
4. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan
pejabat yang berwenang;
5. Masa penundaan kenaikan gaji berkala dihitung penuh untuk
kenaikan gaji berkala berikutnya;
6. Penundaan kenaikan gaji berkala dimaksud bukan merupakan
hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil melainkan sebagai akibat
tidak dipenuhinya persyaratan.
c. Dokumen yang dibutuhkan untuk kenaikan gaji berkala
1. Foto copy sah keputusan dalam pangkat terakhir;
2. Foto copy sah berkala terakhir;
3. DP-3 1 (satu) tahun terakhir.
4. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
A. UMUM
1. Unsur-unsur yang dinilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) adalah:
a. Kesetiaan;
b. Prestasi kerja;
c. Tanggung jawab;
d. Ketaatan;
e. Kejujuran;
f. Kerjasama;
g. Prakarsa; dan
h. Kepemimpinan.
Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku
suatu jabatan.
2. Pejabat penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan,
apabila telah membawahi PNS yang bersangkutan sekurang-kurangnya
6 bulan.
3. Apabila PNS yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam DP3, maka dapat
mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya, kepada atasan
pejabat penilai melalui hirarkis dalam jangka waktu 14 hari sejak
diterimanya DP3 tersebut.

B. PEJABAT PENILAI DP3


1. Pejabat penilai baru dapat memberikan penilaian apabila telah
membawahi PNS yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 bulan.
2. Apabila DP3 diperlukan, sedang pejabat penilai belum 6 bulan
membawahi PNS yang dinilai, maka pejabat penilai tersebut dapat
melakukan penilaian dengan menggunakan bahan-bahan yang
ditinggalkan pejabat penilai yang lama.

3. Pejabat yang berwenang membuat DP3 wajib membuat dan memelihara


catatan tentang PNS di lingkungannya.
4. Jangka waktu penilaian adalah mulai bulan Januari s.d bulan Desember
dalam tahun yang bersangkutan.

C. DP3 CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), DP3 hanya dibuat dalam tahun
yang bersangkutan apabila sampai dengan bulan Desember telah
mencapai 6 bulan menjadi CPNS. Apabila CPNS dalam tahun yang
bersangkutan belum 6 bulan menjadi CPNS, penilaian DP3 dilakukan
dalam tahun berikutnya.
2. Contoh: seorang CPNS diangkat pada awal bulan Agustus 1980. Dalam
hal ini, ia tidak dapat dinilai dalam tahun 1980, tetapi baru dapat dinilai
pada tahun 1981.
3. Bagi CPNS yang akan diangkat menjadi PNS, penilaian pelaksanaan
pekerjaan dilakukan setelah sekurang-kurangnya 1 tahun menjadi CPNS
terhitung mulai melaksanakan tugas secara nyata.
4. CPNS yang telah dibuat DP3-nya untuk kepentingan pengangkatan
menjadi PNS, tidak usah lagi dibuat DP3nya pada bulan Desember tahun
yang bersangkutan.
5. Contoh: seorang diangkat menjadi CPNS terhitung mulai tanggal 1
Agustus 1980. Untuk pengangkatan sebagai PNS, maka DP3 dibuat
tanggal 1 September 1981. Dalam hal ini, DP3 tersebut berlaku untuk
tahun 1982 atau DP3nya tidak usah dibuat lagi pada bulan Desember
1981.
6. Pada saat seseorang yang diangkat menjadi PNS tetapi DP3-nya belum
1 tahun, maka pengangkatannya sebagai PNS tidak sah.

5. CUTI
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu
tertentu. Tujuan pemberian cuti adalah dalam rangka usaha untuk
menjamin kesegaran jasmani dan rohani.
1. Hak Cuti Tahunan
a. Merupakan hak PNS, termasuk CPNS yang telah bekerja secara terus
menerus selama 1 (satu) tahun.
b. CPNS hanya berhak atas cuti tahunan, kecuali ditentukan lain oleh
pejabat yang berwenang memberikan cuti berdasarkan pertimbangan
kemanusiaan.
c. Selama menjalankan cuti tahunan, PNS/CPNS yang bersangkutan
memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Tahunan
a. Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama,
dengan jumlah paling sedikit menjadi 3 (tiga) hari kerja.
b. Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit
perhubungannya dapat ditambah untuk paling lama 14 hari termasuk
hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku apabila cuti tahunan yang diambil
kurang dari 12 hari.
c. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan
berdasarkan surat tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS.
3. Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau kurang tetap
menjadi hak PNS yang bersangkutan.
b. Cuti tahunan yang tersisa lebih dari 6 (enam) hari kerja harus
dimintakan penangguhan oleh PNS/CPNS kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti, agar penangguhan dimaksud dapat
dilaksanakan tahun berikutnya.
c. Pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat menangguhkan cuti
tahunan paling lambat akhir bulan Desember tahun yang berjalan.
d. Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti untuk paling lama 1 tahun, apabila
kepentingan dinas mendesak.
4. Penggunaan Cuti Tahunan yang Tersisa
a. Cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya
dengan cuti tahunan tahun yang sedang berjalan, dapat diambil
untuk paling lama:
● 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang
berjalan; dan
● 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang
sedang berjalan, apabila cuti tahunan tidak diambil secara penuh
dalam beberapa tahun.
b. Pengajuan permohonan cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan
penggunaannya dengan cuti tahunan yang sedang berjalan harus
mencantumkan jumlah cuti tahunan yang tersisa dari cuti tahunan
pada masing-masing tahun yang bersangkutan.
c. Tanpa adanya persetujuan penangguhan dari pejabat yang
berwenang memberikan cuti, lamanya cuti tahunan yang dapat
diambil dalam tahun yang sedang berjalan menjadi paling lama 18
(delapan belas) hari kerja.
d. Cuti tahunan yang ditangguhkan dapat diambil dalam tahun
berikutnya selama 24 hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun
yang sedang berjalan.

B. CUTI BESAR
1. Hak Cuti Besar
a. Merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang 6 (enam) tahun
secara terus menerus.
b. PNS yang akan/telah menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti
tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
c. Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan tidak berhak
atas tunjangan jabatan dan tidak memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Besar
a. PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun.
b. Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk
● Memenuhi kewajiban agama;
● Persalinan anaknya yang keempat apabila PNS yang bersangkutan
mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan; atau
● Keperluan lainnya sesuai pertimbangan pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
c. PNS yang telah melaksanakan cuti tahunan dan akan mengambil cuti
besar pada tahun yang bersangkutan harus mengembalikan TKPKN
yang diterimanya selama melaksanakan cuti tahunan.
d. PNS yang akan/telah menggunakan cuti besar berhak atas:
● Cuti bersama;
● Cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar;
● Cuti sakit;
● Cuti bersalin untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan
ketiga;
● Cuti karena alasan penting.
e. Apabila kepentingan dinas mendesak cuti besar dapat ditangguhkan
pelaksanaannya pejabat yang berwenang untuk paling lama 2 tahun,.
f. Selama menjalankan cuti besar, PNS menerima penghasilan penuh
namun tunjangan jabatan tidak dibayarkan.
g. Cuti besar yang tidak diambil PNS yang bersangkutan tepat pada
waktunya, dapat diambil pada tahun-tahun berikutnya tetapi
keterlambatan pengambilan cuti besar itu tidak dapat diperhitungkan
untuk pengambilan cuti besar yang berikutnya. Seseorang diangkat
sbg CPNS pada 1 April 2000. Pada tanggal 1 April 2001 ia diangkat
menjadi PNS. Pada tanggal 1 April 2006, PNS yang bersangkutan
baru berhak atas cuti besar.

C. CUTI SAKIT
1. Hak Cuti Sakit merupakan hak PNS dan/atau PNS/CPNS wanita yang
mengalami gugur kandungan.
2. Penggunaan Cuti Sakit
a. PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari harus melampirkan
surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah/puskesmas.
b. PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan telah aktif bekerja kembali,
berhak atas:
● Cuti bersama;
● Cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan
yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti sakit;
● Cuti besar;
● Cuti bersalin;
● Cuti karena alasan penting.
c. PNS yang sakit selama 1 atau 2 hari berhak atas cuti sakit, dengan
ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya.
d. Cuti sakit lebih dari 2 hari sampai dengan 14 hari dapat diajukan
dengan melampirkan surat keterangan dokter
e. Cuti sakit lebih dari 14 hari dapat diajukan dengan melampirkan surat
keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
f. Cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1 tahun dan dapat
ditambah untuk paling lama 6 bulan apabila dipandang perlu
berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan.
g. PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana tersebut di atas, harus diuji kembali kesehatannya oleh
dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Apabila berdasarkan
hasil pengujian yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya,
maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit
dengan mendapat uang tunggu.
h. PNS wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit
untuk paling lama 1 ½ bulan. Permohonan cuti harus dilampiri surat
keterangan dokter atau bidan.
i. PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga ia perlu mendapat
perawatan berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari penyakitnya.
Selama menjalankan cuti sakit, PNS yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh.

D. CUTI BERSALIN
1. Hak Cuti Bersalin
a. Merupakan hak PNS/CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang
pertama, kedua, dan ketiga.
b. Cuti bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan
anaknya yang pertama akan mengurangi hak cuti persalinan
setelah yang bersangkutan menjadi PNS.
2. Penggunaan Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Bersalin
a. PNS yang telah menggunakan cuti bersalin, berhak atas:
● Cuti bersama;
● Cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan
yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti bersalin;
● Cuti besar;
● Cuti sakit;
● Cuti karena alasan penting.
b. PNS wanita dapat diberikan cuti besar untuk persalinan anaknya
yang keempat, apabila yang bersangkutan mempunyai hak cuti
besar menjelang persalinan.
c. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar untuk
persalinan anaknya yang keempat tidak berhak lagi atas cuti
tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
d. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar tersebut berhak
atas:
● Cuti bersama;
● Cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar;
● Cuti sakit;
● Cuti karena alasan penting.
e. PNS wanita dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara untuk
persalinan anaknya yang kelima dan seterusnya.
f. PNS wanita yang telah menggunakan cuti di luar tanggungan
negara tersebut, berhak atas:
● Cuti bersama;
● Cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan
yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti di luar
tanggungan negara;
● Cuti besar setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun
secara terus- menerus;
● Cuti sakit;
● Cuti karena alasan penting.
g. Lamanya cuti bersalin adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah
persalinan.
h. Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.

E. CUTI KARENA ALASAN PENTING


1. Hak Cuti Karena Alasan Penting
a. Merupakan hak PNS.
b. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang
bersangkutan tidak memperoleh TKPKN.
2. Penggunaan Cuti Karena Alasan Penting
a. Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena:
● ibu, bapak, Isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit
keras atau meninggal dunia;
● salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a
meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS
yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya
yang meninggal dunia itu;
● melangsungkan perkawinan yang pertama;
● alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Presiden
b. Selain karena alasan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur cuti PNS, PNS juga berhak atas cuti karena
alasan penting karena terjadinya kondisi force major, misalnya banjir,
tanah longsor, kebakaran, dan gempa bumi.
c. PNS yang telah menggunakan cuti karena alasan penting, berhak atas:
● cuti bersama;
● cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan
yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti karena alasan
penting;
● cuti besar;
● cuti sakit;
● cuti bersalin.
d. Cuti paling lama 2 bulan.
e. Selama menjalankan cuti menerima penghasilan penuh yakni gaji
pokok dan penghasilan lain yang berhak diterimanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku kecuali tunjangan
jabatan pimpinan.

F. PENGAJUAN PERMOHONAN HAK CUTI


1. Permohonan cuti yang akan dijalankan di dalam negeri dan sudah
mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti,
harus disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan surat
izin cuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pelaksanaan
cuti, kecuali permohonan:
a. cuti sakit;
b. cuti karena alasan penting.
2. Cuti yang akan dijalankan di luar negeri harus mendapatkan izin dari
Menteri Keuangan.
3. Permohonan cuti yang akan dijalankan di luar negeri dan izin ke luar
negeri dibuat sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan dan diajukan kepada Menteri Keuangan
melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan secara hirarkis.

G. IZIN CUTI KURANG DARI 3 HARI


1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS menyatakan
bahwa cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang
kurang dari tiga hari kerja. Terkait hal tersebut, Surat Edaran Menteri
Keuangan Nomor : SE-3559/MK.1/2009 tentang Pelaksanaan Cuti di
Lingkungan Kementerian Keuangan, juga menyatakan bahwa penggunaan
cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah
paling sedikit menjadi tiga hari kerja.
2. Untuk itu, pelaksanaan cuti tahunan agar berpedoman pada ketentuan
tersebut. Adapun ijin cuti tahunan kurang dari tiga hari dapat diberikan
kepada pegawai yang :
a. memang sisa hak cuti pada tahun berkenaan dengan jumlah kurang dari
tiga hari
b. cuti tahunan tersebut disambung dengan cuti bersama, sehingga jumlah
cuti tahunan ditambah cuti bersama jumlahnya minimal 3 hari.
Contoh : Badu masih memiliki hak cuti 6 hari kerja. Cuti bersama idul fitri
tahun 2011 adalah 3 hari yaitu 29 Agustus, 1 dan 2 September
2011. Dalam hal ini Badu dapat diberikan ijin cuti satu hari pada
tanggal 26 Agustus 2011 atau pada tanggal 4 September 2011.
Atau dapat pula diberikan ijin cuti dua hari pada tanggal 26
Agustus dan 4 September, atau 25 – 26 Agustus, atau 4 – 5
September.
3. Untuk kepentingan dinas yang mendesak, pegawai yang sedang
menjalankan cuti tahunan dapat dipanggil untuk kembali masuk kerja. Sisa
cuti yang belum dijalani tetap menjadi hak pegawai yang bersangkutan dan
dapat diambil kembali pada kesempatan selanjutnya.

E. PERMOHONAN CUTI YANG DIJALANKAN DI LUAR NEGERI DAN IZIN KE


LUAR NEGERI
Dalam hal cuti yang dijalankan di luar negeri untuk kepentingan pribadi atau di
luar kedinasan, pengajuan permohonan dimaksud diatur dengan ketentuan
sebagaimana dibawah ini :
1. Permohonan dimaksud agar mencantumkan keperluan cuti, tanggal
pelaksanaan dan jenis cuti yang digunakan (sesuai ketentuan mengenai
cuti PNS yang berlaku) dengan contoh format terlampir.
4. Permohonan tersebut diajukan sedini mungkin dengan maksud agar pada
saat keberangkatan ke luar negeri yang bersangkutan sudah menerima
surat izin dimaksud.
5. Berkas permohonan tersebut agar sudah diterima di Dinas Kesehatan
paling lambat 20 hari kerja sebelum saat pelaksanaan keberangkatan ke
luar negeri (usulan dalam keadaan lengkap), kecuali permohonan cuti sakit
dan cuti karena alasan penting.
6. Permohonan dalam rangka ibadah haji dapat diajukan dengan
menggunakan cuti besar (maksimal 50 hari kalender) dan tidak
diperkenankan menggunakan cuti karena alasan penting.
8. Permohonan dalam rangka ibadah haji dapat diajukan dengan
menggunakan cuti tahunan apabila jangka waktu pelaksanaannya tidak
melebihi jumlah maksimal hak cuti tahunan yang diperkenankan pada tahun
berkenaan dan pemohon masih memiliki hak tersebut.
9. Dalam hal di kemudian hari terjadi perbedaan atau perubahan jadwal
pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji dari Kementerian Agama,
agar tanggal pelaksanaan cuti pegawai yang bersangkutan disesuaikan
oleh Kepala Kantor masing-masing dengan jumlah hari cuti sesuai
permohonan awal;
10. Surat izin cuti besar untuk keperluan ibadah keagamaan yang dijalankan di
luar negeri lingkup Ditjen Perbendaharaan ditetapkan oleh Dirjen
Perbendaharaan setelah surat izin ke luar negeri berkenaan ditetapkan
Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan cuti (kecuali cuti besar untuk
keperluan ibadah keagamaan) yang dijalankan di luar negeri termasuk cuti
tahunan untuk keperluan ibadah keagamaan, surat izin cuti akan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan bersama dengan surat izin ke luar negerinya.
11. Dalam hal keadaan yang memaksa yakni hal-hal yang di luar rencana atau
darurat dan mengharuskan PNS yang bersangkutan ke luar negeri, segera
memberitahukan dan mengajukan izin kepada pejabat yang berwenang
melalui saluran hirarkis.
6. Administrasi Kehadiran Pegawai
Salah satu kewajiban pegawai yang terkait dengan peningkatan disiplin Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah mematuhi
tata tertib mengenai jam masuk kerja, istirahat, pulang kantor, dan pemanfaatan
jam kerja sesuai dengan ketentuan.
Dalam rangka penegakan disiplin, mendorong profesionalitas, dan meningkatkan
kinerja pegawai telah diatur ketentuan mengenai penegakan disiplin dalam
kaitannya dengan pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara
kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan sebagaimana
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.01/2011
tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Tunjangan
Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kementerian Keuangan.
A. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. Tugas dan Tanggung Jawab Penanggung Jawab
Penanggung Jawab, bertugas dan bertanggung jawab di lingkungan unit
kerja masing- masing, untuk:
a. Melakukan koordinasi proses perekaman, registrasi, dan pemutakhiran
data Pegawai pada database Mesin Kehadiran Elektronik pada
masing-masing kantor;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap LH.1 dan LH.2, apabila ditemukan
Pegawai yang terlambat masuk kerja (TL) dan/atau pulang sebelum
waktunya (PSW) atau tidak melakukan pengisian daftar hadir
masuk/pulang kerja, segera memberitahukan kepada atasan langsung
Pegawai berkenaan untuk ditindaklanjuti;
c. Melakukan pemeriksaan LB.1 untuk perhitungan pembayaran TKPKN;
d. Melakukan pemeriksaan LB.2 untuk disampaikan kepada Bagian
Administrasi Kepegawaian;
e. Menyampaikan informasi mengenai akumulasi penghitungan terhadap
Pegawai yang tidak masuk kerja, terlambat masuk bekerja, dan/atau
pulang sebelum waktunya tanpa alasan sah kepada atasan langsung
Pegawai berkenaan;
f. Melakukan perawatan terhadap Mesin Kehadiran Elektronik secara
berkala.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Penanggung Jawab
dibantu oleh seorang Operator.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Operator
a. Melakukan perekaman data setiap Pegawai pada database Mesin
Kehadiran Elektronik pada masing-masing kantor;
b. Melakukan registrasi pegawai (enroll) ke dalam Mesin Kehadiran
Elektronik seluruh Pegawai di lingkungan masing-masing pada awal
pelaksanaan dan atau setiap ada Pegawai yang baru melaksanakan
tugas karena mutasi dan/atau sebab lainnya;
c. Melakukan pemutakhiran data Pegawai pada Sistem Kehadiran
Elektronik;
d. Mencetak dan melakukan pengarsipan LH.1 dan LH.2 di lingkungan unit
kerja masing- masing secara harian dan disampaikan kepada
Penanggung Jawab untuk dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya laporan
tersebut ditandatangani oleh pimpinan unit kerja;
e. Melakukan pemeriksaan terhadap LH.1 dan LH.2, apabila ditemukan
Pegawai yang terlambat masuk kerja (TL) dan/atau pulang sebelum
waktunya (PSW) atau tidak melakukan pengisian daftar hadir
masuk/pulang kerja, segera memberitahukan kepada Penanggung
Jawab untuk ditindaklanjuti;
f. Melakukan pengarsipan dan perekaman bukti ketidakhadiran pegawai,
berupa: Surat Tugas, Surat Izin Cuti, Surat Pernyataan, Surat
Keterangan, dan Surat Permohonan Izin/Pemberitahuan pada Sistem
Kehadiran Elektronik;
g. Mencetak dan memeriksa LB.1 untuk perhitungan pembayaran TKPKN;
h. Mencetak dan memeriksa LB.2 untuk disampaikan kepada Bagian
Administrasi Kepegawaian;
i. Membuat dan mencetak akumulasi penghitungan terhadap Pegawai
yang tidak masuk kerja, terlambat masuk bekerja, dan/atau pulang
sebelum waktunya tanpa alasan sah.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian
Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian bertugas dan bertanggung jawab
untuk:
a. Melakukan koordinasi pelaksanaan Sistem Kehadiran Elektronik pada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
b. Menatausahakan dan melakukan verifikasi atas Laporan Bulanan
Ketertiban Pegawai (LB.2).
c. Melakukan monitoring pelaksanaan Sistem Kehadiran Elektronik dan
pemeriksaan Laporan Absensi Pegawai pada unit kerja secara periodik.

B. ADMINISTRASI KEHADIRAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM


KEHADIRAN ELEKTRONIK
Pegawai wajib mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja dengan menggunakan
Mesin Kehadiran Elektronik dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Hari dan jam kerja normal di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan mengacu pada ketentuan hari dan jam kerja yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:
a. Jam masuk kerja adalah pukul 07.30 waktu setempat;
b. Jam istirahat pada hari Senin sampai dengan hari Kamis adalah pukul
12.15 sampai dengan pukul 13.00 waktu setempat;
c. Jam istirahat pada hari Jumat adalah pukul 11.30 sampai dengan
pukul 13.15 waktu setempat;
d. Jam pulang kantor adalah pukul 17.00 waktu setempat.
2. Hari dan jam kerja pada bulan Ramadhan mengacu pada ketentuan yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan yang diatur dengan
peraturan tersendiri.
3. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dilakukan sebanyak 2 (dua) kali
yaitu pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja.
4. Setiap Pegawai wajib mengisi daftar hadir masuk/pulang kerja meskipun
datang terlambat dan/atau pulang sebelum waktunya.
5. Pencatatan pada Mesin Kehadiran Elektronik dimulai pukul 06.00 dan
berakhir pada pukul 19.00 waktu setempat.
6. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja, baik pada waktu masuk kerja
maupun pulang kerja cukup dilakukan satu kali input. Apabila dilakukan
lebih dari satu kali, maka data masuk kerja yang dipakai adalah input yang
terakhir sedangkan data pulang kerja yang dipakai adalah input yang
pertama.
7. Pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja dapat dilakukan secara manual
dalam hal:
a. Sistem Kehadiran Elektronik mengalami kerusakan/tidak berfungsi;
b. Pegawai belum terdaftar dalam Sistem Kehadiran Elektronik;
c. Dimensi telapak tangan tidak terekam dalam Sistem Kehadiran
Elektronik;
d. Terjadi keadaan kahar (force majeure).
8. Apabila diperlukan, pada jam sebelum dan sesudah istirahat, Pegawai
dapat diperintahkan untuk melakukan pengisian daftar hadir manual di
hadapan atasan Pegawai bersangkutan.
9. Pegawai yang mendapat tugas detasering, melakukan pengisian daftar
hadir masuk/pulang kerja di unit kerja tempat tugasnya.
5. Mengingat tanggung jawab dan kewenangannya, kewajiban melakukan
pengisian daftar hadir masuk/pulang kerja tidak berlaku untuk pejabat
eselon I dan pejabat eselon II, dengan ketentuan tetap menjaga kode etik
pegawai.
6. Penyusunan Laporan Kepegawaian
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyampaian Laporan
Kepegawaian serta untuk meningkatkan akurasi dan validitas informasi
kepegawaian guna memenuhi kebutuhan penyusunan data kepegawaian yang
mutakhir, maka diperlukan petunjuk penyusunan Laporan Kepegawaian
lingkup UPTD Puskesmas Sidamulya dalam suatu Sistem Informasi Laporan
Kepegawaian.
7. Penegakan Disiplin Pegawai
A. PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI
1. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan
PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan
ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar
jam kerja.
2. Tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian
keputusan hukuman disiplin sebagai berikut:
a. Umum
1) Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, atasan langsung wajib
memeriksa lebih dahulu PNS yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin;

2) Untuk ancaman hukuman disiplin sedang dan berat dapat


dibentuk Tim Pemeriksa yang terdiri dari atasan langsung, unsur
pengawasan, dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang
ditunjuk;
3) Tim Pemeriksa dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
(Menteri) atau pejabat lain yang ditunjuk (Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan);
4) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah PNS
yang bersangkutan benar atau tidak melakukan pelanggaran
disiplin, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong
atau menyebabkan PNS yang bersangkutan melakukan
pelanggaran disiplin serta untuk mengetahui dampak atau akibat
dari pelanggaran disiplin tersebut;
5) Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan obyektif,
sehingga pejabat yang berwenang menghukum dapat
mempertimbangkan dengan seksama tentang jenis hukuman
disiplin yang akan dijatuhkan kepada PNS yang bersangkutan.
b. Pemanggilan Pemeriksaan
1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, dipanggil
secara tertulis untuk diperiksa oleh atasan langsung atau Tim
Pemeriksa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal
pemeriksaan;
2) Apabila PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin pada
tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak
hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan
diperiksa pada pemanggilan pertama;
3) Apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukan dalam surat
pemanggilan kedua PNS yang bersangkutan tidak hadir juga,
maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan
hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang
ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

c. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP);
2) BAP setidaknya memuat fakta 5 W dan 1 H, yaitu Who, What,
When, Where, Why, dan How :
a. Siapa yang melakukan pelanggaran disiplin;
b. Apakah pelanggaran disiplin yang dilakukan;
c. Kapan terjadinya;
d. Dimana terjadinya;
e. Mengapa pegawai tersebut melakukan pelanggaran disiplin
(factor yang mendorong);
f. Bagaimana pelanggaran disiplin tersebut terjadi (modusnya);
3) Apabila diperlukan, untuk mendapatkan keterangan yang lebih
lengkap dan dalam upaya menjamin obyektifitas dalam
pemeriksaan, atasan langsung, tim pemeriksa atau pejabat yang
berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang
lain;
4) BAP harus ditandatangani oleh atasan langsung atau Tim
Pemeriksa dan PNS yang diperiksa;
5) Apabila PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani
BAP, maka BAP tersebut cukup ditandatangani oleh pemeriksa,
dengan memberikan catatan dalam BAP, bahwa PNS yang
diperiksa tidak bersedia menandatangani BAP dan BAP tetap
dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin;
6) PNS yang telah diperiksa berhak mendapat foto kopi BAP;
d. Penjatuhan hukuman disiplin
1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan
keputusan pejabat yang berwenang menghukum dan dalam
keputusan hukuman disiplin dimaksud harus disebutkan
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang
bersangkutan;
2) Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang
diberi wewenang menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS
yang melakukan pelanggaran disiplin sesuai Pasal 16 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010;
3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, ternyata kewenangan untuk
menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan
kewenangan :
a) atasan langsung yang bersangkutan, maka atasan langsung
tersebut wajib menjatuhkan hukuman disiplin;
b) pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsungnya wajib
melaporkan secara hirarkis disertai dokumen sebagai berikut:
 Surat Panggilan Pemeriksaan I dan II;
 Berita Acara Pemeriksaan (BAP);
 Laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin dari
atasan langsung;
 Salinan sah keputusan CPNS dan pangkat terakhir;
 Bukti-bukti pelanggaran disiplin
Contoh : Daftar Kehadiran Pegawai dan lain lain.
e. Penyampaian hukuman disiplin
1) Keputusan hukuman disiplin disampaikan secara tertutup oleh
pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang
ditunjuk paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
keputusan ditetapkan, dengan ketentuan bahwa pejabat yang
ditunjuk dimaksud jabatan dan pangkatnya tidak boleh lebih
rendah dari PNS yang bersangkutan;
2) PNS yang bersangkutan dipanggil secara tertulis untuk hadir
menerima keputusan hukuman disiplin;
3) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada
saat penyampaian keputusan, maka keputusan hukuman
disiplin dikirim kepada yang bersangkutan melalui alamat
terakhir yang diketahui dan tercatat di unit kerjanya.

B. KETENTUAN MASUK KERJA DAN MENAATI KETENTUAN JAM


KERJA
1. Pegawai yang tidak masuk bekerja, terlambat masuk bekerja (TL),
dan/atau pulang sebelum waktunya (PSW) tanpa alasan yang sah
dikenakan sanksi yang diatur sebagai berikut:
a. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya
Dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan
Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian
Keuangan, yaitu:

Lamanya tidak masuk kerja tanpa


Peringatan No. Jenis Sanksi
alasan yang sah
Tertulis 1. Selama 4 hari kerja Peringatan Tertulis
diberikan
oleh atasan langsung pegawai yang Bersangkutan.
b. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu:

Lamanya tidak masuk


No. kerja tanpa alasan Jenis Hukuman Disiplin
yang sah
Hukuman Disiplin Tingkat Ringan
1. Selama 5 hari kerja Teguran lisan
2. Selama 6 s.d. 10 hari kerja Teguran tertulis
3. Selama 11 s.d. 15 hari Pernyataan tidak puas secara tertulis
kerja
Hukuman Disiplin Tingkat Sedang
4. Selama 16 s.d. 20 hari Penundaan kenaikan gaji berkala
kerja selama 1 (satu) tahun
5. Selama 21 s.d. 25 hari Penundaan kenaikan pangkat
kerja selama 1 (satu) tahun
6. Selama 26 s.d. 30 hari Penurunan pangkat setingkat lebih
kerja rendah selama 1 (satu) tahun
Hukuman Disiplin Tingkat Berat
7. Selama 31 s.d. 35 hari Penurunan pangkat setingkat lebih
kerja rendah selama 3 (tiga) tahun
8. Selama 36 s.d. 40 hari Pemindahan dalam rangka
kerja penurunan jabatan setingkat lebih
rendah
9. Selama 41 s.d. 45 hari Pembebasan dari jabatan
kerja
10. Selama 46 hari kerja atau Pemberhentian dengan hormat tidak
lebih atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS

2. Alasan yang sah adalah alasan yang dapat dipertanggungjawabkan


yang disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam surat
keterangan serta disetujui oleh atasan langsung (contoh format
nomor 1).
3. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan
jam kerja sebagaimana tersebut pada huruf a di atas, dihitung secara
kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan. Keterlambatan masuk
kerja dan/atau pulang kerja sebelum waktunya tanpa alasan sah
dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam
sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.
4. Pegawai yang tidak mengisi daftar hadir masuk kerja atau daftar hadir
pulang kerja tanpa alasan sah, diperhitungkan sebagai keterlambatan
masuk bekerja atau pulang sebelum waktunya selama 3 ¾ (tiga tiga
per empat) jam.

8. Pemberhentian dan Pemensiunan Pegawai


A. Pemberhentian Dan Pemensiunan Pegawai
1. Pemberhentian karena Batas Usia Pensiun (BUP)
a. Batas usia pensiun adalah 56 tahun dan dapat diperpanjang bagi PNS
yang memangku jabatan tertentu.
b. Hak atas pensiun pegawai diatur dalam Undang – Undang Nomor 11
Thn.1969 pasal 9. Pegawai yang diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS berhak menerima pensiun pegawai, jika ia pada saat
pemberhentiannya sebagai pegawai :
1) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan
mempunyai masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20
Tahun.
2) Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh
badan / pejabat yang oleh departemen kesehatan berdasarkan
peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri,
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga
karena keadaan jasmani atau rohani yang tidak disebabkan oleh
dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya.
c. PNS diberhentikan dengan hormat sebagai PNS karena mencapai
BUP, berhak atas pensiun apabila ia telah memiliki masa kerja
pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun
d. PNS yang akan mencapai BUP dapat dibebaskan dari jabatannya
(Masa Persiapan Pensiun/MPP) untuk paling lama 1 tahun dengan
mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku kecuali tunjangan jabatan
2. Daftar kelengkapan administrasi pensiun pegawai atau pensiun
janda/duda pegawai negeri sipil dan kenaikan pangkat pengabdian atau
anumerta
a. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun pegawai karena
mencapai batas usia pensiun (BUP) :
1) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP);
2) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama Model A (SP4-
A);
3) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara
(SKPPS);
4) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipil;
5) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji
Berkala terakhir;
6) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran
anak kandung;
7) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-
BMN);
8) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5
(lima) lembar.
b. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun janda/duda
Pegawai Negeri Sipil :
1) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) yang
ditandatangani janda/duda pegawai bersangkutan;
2) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama Model B
(SP4-B);
3) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara
(SKPPS);
4) Surat Keterangan Kejandaan/Kedudaan dari Kepala
Kelurahan/Desa;
5) Surat Keterangan Kematian dari Kepala Kelurahan/Desa;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipil;
7) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji
Berkala terakhir;
8) Salinan sah Daftar Susunan Keluarga, Akta Nikah/Akta
Perkawinan, dan Akta Kelahiran anak kandung;
9) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-
BMN);
10) Pas foto janda/duda pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6
sebanyak 5 (lima) lembar.
Dalam hal pegawai yang mencapai batas usia pensiun atau
meninggal dunia memenuhi syarat untuk diberikan kenaikan
pangkat pengabdian, maka usulan pensiun diajukan sekaligus
dengan usulan kenaikan pangkat pengabdian. Berkas usulan
pensiun pegawai atau janda/duda pegawai bersangkutan perlu
dilengkapi dengan :
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;
2) Surat Pernyataan Tidak Pernah Dikenakan hukuman Disiplin
Tingkat Sedang / Berat Dalam 1 (Satu) Tahun Terakhir;
3) Surat Keterangan Telah Bekerja Terus Menerus Tidak Pernah
Terputus dilengkapi dengan Daftar Riwayat Pekerjaan (DRP).
Apabila pegawai yang meninggal dunia dinyatakan tewas dan
memenuhi syarat untuk diberikan kenaikan pangkat anumerta,
maka usulan pensiun janda/duda diajukan sekaligus dengan
usulan kenaikan pangkat anumerta. Berkas usulan pensiun
janda/duda dimaksud dilengkapi dengan :
1) Berita Acara dari pejabat yang berwajib tentang kejadian
yang mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia;
2) Visum et repertum dari dokter;
3) Salinan sah surat perintah penugasan atau surat keterangan
yang menerangkan bahwa CPNS/PNS tersebut meninggal
dunia dalam rangka menjalankan tugas kedinasan;
4) Laporan dari pimpinan unit kerja serendah-rendahnya eselon
III kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri) tentang
peristiwa yang mengakibatkan pegawai bersangkutan tewas;
dan
5) Salinan sah Surat Keputusan Sementara Kenaikan Pangkat
Anumerta.
c. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun karena telah
memenuhi syarat usia 50 tahun dan masa kerja pensiun 20 tahun
(pensiun dini):
1) Surat permohonan pensiun dari pegawai bersangkutan kepada
Menteri Keuangan (Gol. IV/b ke bawah) atau kepada Presiden
R.I. (Gol. IV/c ke atas);
2) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) khusus
bagi Gol. IV/c ke atas;
3) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP4-A);
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara
(SKPPS);
5) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipil;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji
Berkala terakhir;
7) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran
anak kandung;
8) Daftar Riwayat Pekerjaan;
9) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-
BMN);
10) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima)
lembar.
d. Kelengkapan administrasi permohonan pensiun karena keuzuran
jasmani/rohani :
1) Surat permohonan pensiun karena uzur dari pegawai
bersangkutan kepada Menteri Keuangan (Gol. IV/b ke bawah)
atau kepada Presiden R.I. (Gol. IV/c ke atas);
2) Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP) khusus
bagi Gol. IV/c ke atas;
3) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP4-A);
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Sementara
(SKPPS);
5) Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil;
6) Salinan sah Surat Keputusan Pangkat dan Kenaikan Gaji
Berkala terakhir;
7) Salinan sah Akta Nikah/Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran
anak kandung;
8) Daftar Riwayat Pekerjaan;
9) Surat Keterangan dari Tim Penguji Kesehatan;
10) Surat Pernyataan Pengembalian Barang Milik Negara (SPP-
BMN);
11) Pas foto pegawai bersangkutan ukuran 4 x 6 sebanyak 5 (lima)
lembar.

b. Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi


Apabila ada penyederhanaan suatu satuan organisasi Negara yang
mengakibatkan adanya kelebihan PNS, maka PNS yang kelebihan itu
disalurkan kepada satuan organisasi lainnya.
Apabila penyaluran tidak mungkin dilaksanakan, maka PNS yang kelebihan itu
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau dari Jabatan Negeri dengan
mendapat hak- hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yakni :
a. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, apabila
telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa
kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun;
b. diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negeri dengan mendapat uang
tunggu, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dari masa kerja
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
c. Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran/Tindak
Pidana/Penyelewengan
PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS
karena :
a. melanggar Sumpah/Janji PNS,Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau
Peraturan Disiplin PNS; atau
b. dihukum penjara, berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena dengan sengaja
melakukan suatu tindakan pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara setinggi-tingginya 4 tahun, atau diancam dengan pidana yang
lebih berat.
PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila dipidana
penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena :
a. melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan; atau
b. melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 104 sampai dengan Pasal 161 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila ternyata
melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau
Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan
kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah.

d. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani atau Rohani


PNS diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila
berdasarkan surat keterangan Team Penguji Kesehatan dinyatakan :
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatanya,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, dengan
ketentuan :
 tanpa terikat pada masa kerja pensiun, apabila oleh Team Penguji
Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan
Negeri, karena kesehatannya yang disebabkan oleh dan karena ia
menjalankan kewajiban jabatan;
 jika telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 4 tahun,
apabila oleh Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja
lagi dalam semua Jabatan Negeri, karena kesehatannya yang bukan
disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan.
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan
atau lingkungan kerjanya, kepada pegawai tsb :
 diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun,
apabila telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki
masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun;
 diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negeri dengan mendapat
uang tunggu, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dari masa
kerja sebagaimana dimaksud dalam hruf a.
c. setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.
e. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia Atau Hilang
a. PNS yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS.
b. PNS yang hilang selama 12 bulan, dianggap sebagai PNS yang masih
tetap bekerja, oleh sebab itu gaji dan penghasilan lainnya yang berhak
diterimanya diterimakan kepada keluarganya, yaitu: isteri, suami, atau
anak yang sah. Apabila setelah jangka waktu l2 bulan PNS yang hilang
itu belum juga diketemukan, maka ia dianggap telah meninggal dunia
pada akhir bulan kedua belas dan kepada keluarganya diberikan uang
duka wafat atau uang duka tewas dan hak-hak kepegawaian lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pernyataan
hilang dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan surat
keterangan atau berita acara dari pejabat yang berwajib.
c. PNS yang dinyatakan hilang kemudian diketemukan kembali dan masih
hidup,diangkat kembali sebagai PNS, dan gajinya dibayar penuh
terhitung sejak dianggap meninggal dunia dengan memperhitungkan
hak-hak kepegawaian yang telah diterima oleh keluarganya. Hak-hak
kepegawaian yang diperhitungkan tidak termasuk uang duka wafat atau
uang duka tewas.

f. Ruang Tunggu
a. Uang tunggu diberikan paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang tiap-
tiap kali paling lama 1 tahun.
b. Pemberian uang tunggu tidak boleh lebih dari 5 tahun.
c. Besarnya uang tunggu adalah :
 80% dari gaji pokok, untuk tahun pertama;
 75% dari gaji pokok untuk tahun selanjutnya.
d. PNS yang menerima uang tunggu, diwajibkan :
 melaporkan diri kepada pejabat yang berwenang, setiap kali
selambat-lambatnya sebulan sebelum berakhirnya pemberian uang
tunggu;
 Senantiasa bersedia diangkat kembali pada suatu jabatan Negeri;
 Meminta izin lebih dahulu kepada pimpinan instansinya, apabila mau
pindah alamat diluar wilayah pembayaran.
e. PNS yang menerima uang tunggu, diangkat kembali dalam suatu Jabatan
Negeri Apabila ada lowongan.
f. PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali
dalam suatu Jabatan Negeri, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
pada akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat kembali.
g. PNS yang menerima uang tunggu yang diangkat kembali dalam suatu
jabatan Negeri,dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak
menerima penghasilan penuh kembali sebagai PNS.
h. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS
yang bersangkutan telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun
dan telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun,
maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun.
i. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS
tersebut telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10
tahun, tetapi belum mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun, maka
ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dan pemberian pensiunnya
ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun
j. Apabila pada waktu berakhirnya masa pemberian uang tunggu, PNS
tersebut belum memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10
tahun, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS tanpa hak
pensiun.
k. Penerima uang tunggu masih tetap berstatus sebagai PNS,oleh sebab itu
kepadanya diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga,
tunjangan pangan, dan tunjangan lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penilaian pelaksanaan pekerjaan yang
digunakan sebagai dasar untuk pemberian kenaikan gaji berkala adalah
penilaian pelaksanaan pekerjaan terakhir sebelum PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri.
l. Gaji Pokok terakhir setelah mendapat kenaikan gaji berkala digunakan
sebagai dasar pemberian uang tunggu.
m. Penghasilan yang diterima adalah semua penghasilan sebagai PNS,
kecuali tunjangan jabatan.
g. Pemberhentian Sementara

a. Untuk kepentingan peradilan seorang pegawai negeri yang didakwa telah


melakukan suatu kejahatan/pelanggaran jabatan atau hukum pidana yang
tidak menyangkut jabatan dan berhubung dengan itu oleh pihak yang
berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus
dikenakan pemberhentian sementara.
b. Selama PNS yang bersangkutan dikenakan pemberhentian sementara, ia
menerima bahagian gajinya.
c. PNS yang dikenakan pemberhentian sementara, pada saat ia mencapai
batas usia pensiun, dihentikan pembayaran gajinya.
 jika ternyata tidak bersalah berdasarkan keputusan Pengadilan yang
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS dengan mendapat hak-hak kepegawaian,
terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia pensiun.
 jika dipidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena
melakukan suatu tindak pidana melanggar sumpah janji atau penjara
s.d 4 th, apabila diberhentikan dengan hormat sebagai PNS, mendapat
hak-hak kepegawaian, terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia
pensiun.
9.Pengusulan Penganugerahan Penghargaan Satyalancana Karya Satya
A. PENGERTIAN
Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan yang
dianugerahkan Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran dan
kedisiplinan, yang dibedakan dalam:
a. Satyalancana Karya Satya sepuluh tahun apabila telah bekerja secara
terus-menerus sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. Satyalancana Karya Satya dua puluh tahun apabila telah bekerja secara
terus-menerus sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun;
c. Satyalancana Karya Satya tiga puluh tahun apabila telah bekerja secara
terus-menerus sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.

B. PERSYARATAN UMUM
Pegawai yang diusulkan untuk menerima tanda kehormatan Satyalancana Karya
Satya wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin baik tingkat ringan, sedang ataupun
berat;
2. tidak pernah melanggar kode etik pegawai direktorat jenderal perbendaharaan;
3. memiliki kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan;
4. memiliki moralitas yang tinggi;
5. memiliki budi pekerti yang dapat diteladani;
6. nilai rata-rata dp3 tahun terakhir minimal 76 (baik), dengan nilai unsur
kesetiaan minimal 91 (amat baik) dan nilai unsur kejujuran minimal 76
(baik).

C. PERSYARATAN KHUSUS
Persyaratan khusus dalam penilaian calon penerima sekaligus sebagai
dokumen yang diperlukan dalam pengusulan penerima penghargaan tanda
kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah sebagai berikut:
1. Daftar Riwayat Hidup Singkat dimana kolom Riwayat Pekerjaan diisi
secara kronologis dimulai sejak diangkat sebagai pegawai bulanan/calon
pegawai (Contoh Format 1 );
2. Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai pegawai bulanan/calon
pegawai;
3. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Terakhir;
4. Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan/mutasi terakhir (bila menjabat);
5. Fotokopi Piagam Satyalancana Karya Satya atau penghargaan lain yang
pernah diterima, baik dari dalam atau luar organisasi Kementerian
Keuangan sehubungan dengan pekerjaan atau pengalaman/pengabdian di
masyarakat (apabila ada);
6. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir;
7. Surat Pernyataan yang menyatakan kelayakan seorang pegawai untuk
dijadikan calon penerima penghargaan dari pimpinan unit organisasi
(Contoh Format 2);
8. Surat Rekomendasi dari atasan langsung dan rekan sejawat (Contoh
Format 3a & Format 3b);
9. Surat Pernyataan bahwa calon penerima tidak menggunakan/menguasai
barang milik negara secara tidak sah (Contoh Format 4);
10. Salinan Laporan Ketertiban Pegawai tiga bulan terakhir;
11. Kritik yang membangun dan usulan/ide/gagasan bagi kemajuan Ditjen
Perbendaharaan maksimal dua halaman dengan format terlampir (Contoh
Format 5).

D. PROSES PENGUSULAN
1. Usulan calon penerima penghargaan merupakan kewajiban pihak atasan
untuk mengusulkan pegawai yang memenuhi persyaratan di lingkungannya
masing-masing.
2. Usulan calon penerima penghargaan dikirimkan oleh unit kerja kepada unit
eselon II yang membawahinya. Khusus untuk Bagian-Bagian lingkup
Setditjen Perbendaharaan agar dikoordinasikan dengan Bagian
Administrasi Kepegawaian. Usulan yang tidak melalui jalur hirarkis tidak
akan diproses.
3. Unit Eselon II kemudian berkewajiban melakukan seleksi administrasi
terhadap daftar usulan di lingkungan kerjanya dalam hal kelengkapan
dokumen yang dipersyaratkan. Untuk
menjamin kecermatan dan ketelitian, maka setiap satu usulan agar
dimasukkan dalam satu map tersendiri dan diperiksa kelengkapannya
menggunakan lembar pengawasan/check list.
4. Hasil seleksi administrasi di tingkat eselon II kemudian dibuatkan Daftar
Calon Penerima yang disusun berdasarkan jenis tanda kehormatan
Satyalancana Karya Satya dan diteruskan bersama-sama dengan surat
pengusulan ke Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat Ditjen
Perbendaharaan.
5. Selanjutnya Bagian Administrasi Kepegawaian, Sekretariat Ditjen
Perbendaharaan melakukan penilaian terhadap usulan tersebut dan
meneruskannya ke Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.

E. LAIN-LAIN
1. Dalam pelaksanaan penilaian ini, Sekretaris Ditjen Perbendaharaan akan
membentuk suatu tim penilai. Penilaian oleh tim dimaksud berdasarkan
kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
2. Keputusan Tim Penilai baik di tingkat daerah maupun pusat bersifat mutlak
dan tidak dapat diganggu gugat.

10. Kesejahteraan Pegawai


A. TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
1. Kepesertaan
Kepesertaan program THT dimulai sejak yang bersangkutan diangkat
sebagai pegawai/pejabat negara sampai dengan pegawai/pejabat negara
tersebut berhenti.
2. Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil (PNS) dan
keluarganya dengan memberikan jaminan keuangan pada waktu mencapai
usia pensiun atau bagi ahli warisnya (suami/isteri/anak/orang tua) pada waktu
peserta meninggal dunia sebelum usia pensiun.
3. Peserta
 PNS ( tidak termasuk PNS di lingkungan Kementerian Hankam)
 Pejabat negara
 Pegawai BUMN / BUMD yang terdaftar
4. Masa Kepesertaan
 Sejak diangkat sebagai calon pegawai/pegawai tetap/pejabat negara.
 Bagi PNS yang diangkat sebelum 1 Juli 1961 dihitung sejak 1 Juli 1961.
 Bagi PNS daerah Propinsi Irian Jaya yang diangkat sebelum 1 Januari
1971, dihitung sejak Januari 1971.
 Bagi Eks PNS Propinsi Timor Timur yang diangkat sebelum 1 April
1979, dihitung sejak April 1979.
 Bagi pegawai BUMN/BUMD/BHMN sesuai dengan perjanjian kerja sama
masing- masing.
5. Kewajiban Peserta
 Membayar iuran 3,25% dari penghasilan sebulan (gaji pokok +
tunjangan keluarga) setiap bulan berdasarkan Kepres No.8 tahun 1977.
 Memberi keterangan data diri pribadi dan keluarganya.
 Melaporkan perubahan data penghasilan, kenaikan pangkat/golongan
dan perubahan gaji pokok.
6. Pengurusan Hak
Untuk memperoleh hak THT dan pensiun pertama, diperlukan
persyaratan sebagai berikut:
a. Mengisi formulir SP4A (asli), difotokopi 1 lembar
b. Asli petikan SK Pensiun berpas foto dan 1 lembar fotokopinya.
c. Asli tembusan SK Pensiun berpas foto untuk PT Taspen (Persero)
d. Asli SKPP yang diterbitkan untuk unit kerja yang disahkan oleh KPPN
atau Pemda berikut lembar kedua dan 1 lembar fotokopinya
e. Fotokopi SK pengangkatan pertama/Capeg/Karpeg/Kartu Peserta
Taspen sebanyak 1 lembar
f. Pas foto pemohon 4× 3 xm sebanyak 3 lembar
g. Pas foto istri/suami pemohon 3×4 cm sebanyak 2 lembar
h. Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku sebanyak 2 lembar
i. Fotokopi buku rekening bank/giro pos sebanyak 2 lembar (khusus yang
menghendaki haknya dibayar melalui bank/giro pos)
j. Asli surat keterangan sekolah/kuliah bagi anak tertanggung yang
masih sekolah/kuliah dan belum bekerja yang telah berusia 21 hingga
25 tahun.
k. Mengisi formulir SP3R (asli) difotokopi sebanyak 1 lembar (khusus
pembayaran melalui bank/giro pos)
7. Yang berhak menerima Pensiun (Jenis Pensiun)
 Diri pensiun yang bersangkutan.
 Janda/duda pensiunan.
 Yatim-piatu pensiunan.
 Orang tua (bagi PNS yang tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami/
anak).
8. Kartu TASPEN
Pencairan dana Taspen sesuai tujuannya sebagai tabungan dan asuransi,
baru dapat dicairkan ketika anggotanya memasuki masa
pensiun/meninggal dunia yaitu dengan menunjukan kartu anggota dan
bukti-bukti Pensiun PNS yang bersangkutan. Syarat-syarat pembuatan
kartu anggota TASPEN:
 Surat pengantar dari unit kerja;
 Fotocopi KARPEG;
 Fotocopi SK CPNS;
 Fotocopi SK PNS.

11. Tugas Belajar/Beasiswa


A. PENGERTIAN
1. Tugas belajar
Merupakan tugas yang diberikan kepada pegawai untuk menuntut ilmu,
mendapat pendidikan atau pelatihan keahlian, baik di dalam, maupun di luar
negeri, dengan biaya negara atau dengan biaya oleh instansi pemerintah
lainnya, Pemerintah Negara Asing, atau Badan Internasional, atau Badan
Swasta Nasional/ Internasional, Lembaga Pendidikan Nasional/Internasional
yang meliputi program DIII, DIV, S1, S2 dan S3.
2. Laporan Perkembangan Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh Pegawai Negeri Sipil yang sedang
mekaksanakan tugas belajar mengenai perkembangan studi dan nilai studi setap
akhir semester.
3. Laporan Telah Selesai Studi
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh PNS yang telah selesai
melaksanakan tugas belajar dengan dilampiri fotocopy legalisisr ijazah dan
nilai studi.

B. PENGAJUAN CALON PESERTA


1. Tawaran dari penyelenggara kepada Kementerian Keuangan;
2. Permintaan dari unit Eselon I;
3. Secara mandiri yang diajukan secara hirarkis kepada Kepala Biro SDM
sepanjang jurusan/ program yang ditempuh sesuai dengan kebutuhan
organisasi.

C. PERSYARATAN CALON PESERTA PROGRAM TUGAS BELAJAR


1. Berstatus pegawai negeri sipil;
2. Syarat administrasi umum:
Katego Masa
ri Gol Kerja Program
No Ijazah Surat
Usia (min) dlm Pendidikan Tugas
(≤..tah Gol
un) (min..t
h)
1 2 II/a 2 SLTA/D1 DIII/ Pej Es II
5 Sederajatnya
2 3 II/c 2 SLTA/D1/ DIV/S1/ Pej Es II
2 DIII (DIV)
Sederajatnya
dan
Sekretaris
Unit Es I
(S1)
3 4 III/ 2 S1/DIV S2 Sekretaris
0 a Unit
Es I
4 4 III/ 2 S2 S3 Pej Es I
2 b
3. Masa kerja minimal dua tahun sejak selesai mengikuti program tugas belajar
sebelumnya;
4. Tidak sedang melanjutkan pendidikan S1 bagi lulusan DIII yang akan
mengikuti program tugas belajar DIV;
5. Tidak sedang dicalonkan dalam program beasiswa lainnya;
6. Memiliki DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam satu tahun terakhir;
7. Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter pemerintah;
8. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin/ tidak sedang dalam proses
pemeriksaan terkait dengan pelanggaran disiplin dan tidak pernah dijatuhi
hukuman disiplin dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
9. Memenuhi persyaratan umum yang telah ditentukan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional dan penyelenggara;
10. Untuk calon peserta beasiswa mandiri juga harus memenuhi syarat berupa
ijin tertulis dari Karo SDM.

D. MATERI SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM TUGAS BELAJAR


1. Seleksi administratif;
2. Tes Potensial Akademik;
3. Psikotes;
4. Tes kemampuan bahasa asing.
E. HAK-HAK PEGAWAI DENGAN STATUS TUGAS BELAJAR
1. Diberikan gaji secara penuh;
2. TKPKN sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Masa kerja dihitung secara penuh;
4. Diberikan kenaikan pangkat sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Diberikan perpanjangan masa tugas belajar paling lama 6 bulan apabila
setelah masa tugas belajar berakhir namun belum menyelesaikan program
studinya;

6. Bantuan tambahan baik untuk tugas belajar dalam negeri maupun luar
negeri sesuai ketentuan yang berlaku.

F. KEWAJIBAN PEGAWAI DENGAN STATUS TUGAS BELAJAR


1. Sebelum menjalankan tugas belajar, wajib menandatangani surat perjanjian
sesuai ketentuan yang berlaku;
2. Selama menjalankan tugas belajar, wajib membuat laporan perkembangan
studi;
3. Setelah menyelesaikan masa tugas belajar :
4. Menjaga kehormatan dan nama baik Kementerian Keuangan;
 wajib membuat laporan telah selesai studi;
 wajib segera kembali bekerja pada unit semula satu bulan setelah
kelulusan.

5. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku baik sebagai PNS maupun


sebagai mahasiswa di lingkungan universitas yang bersangkutan;
6. Pegawai yang telah dinyatakan lulus seleksi dan memperoleh surat tugas
belajar wajib melaksanakan tugas belajar, namun apabila pegawai ybs
tidak melaksanakan tugas belajar diberikan sanksi berupa tiga thun sejakk
pengumuman lulus seleksi tidak boleh mendaftar program beasiswa dan
dijatuhi hukuman disiplin ringan berupa tegoran tertulis dikecualikan
apabila pembatalan berasal dari pejabat yang berwenang menetapkan
surat tugas belajar.

12. Ijin Melanjutkan Pendidikan Atas Inisiatif Sendiri


A. PENDIDIKAN ATAS INISIATIF SENDIRI
1. Pendidikan atas inisiatif sendiri adalah pendidikan yang diikuti di luar
pendidikan yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan/Kedinasan
yang tidak mengganggu tugas/ pekerjaan dinas sehari-hari baik atas biaya
sendiri atau sumber lain.
2. Pegawai yang diperkenankan mengikuti pendidikan atas inisiatif sendiri
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS);
b. Telah ditempatkan secara definitif pada kantor/unit kerja Ditjen
Perbendaharaan (tidak sedang magang atau penempatan sementara);
c. Tidak sedang menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. Khusus bagi pegawai yang berasal dari lulusan program diploma
(Prodip) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) minimal telah 2 (dua)
tahun lulus dari pendidikan sebelumnya;
e. Minimal golongan III/a atau telah lulus UPKP V bagi pegawai yang akan
mengambil program magister (S2), dan III/b atau telah lulus UPKP VI
bagi program doktor (S3);
f. Para pegawai yang akan mengambil pendidikan atas inisiatif sendiri
sebaiknya menghindari perguruan tinggi yang status izin
penyelenggaraan program studinya masih dipermasalahkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional, seperti pendidikan/program/kelas
jarak jauh.
g. Pegawai yang mendapatkan ijazah/gelar yang tidak memenuhi
ketentuan di atas, tidak diberikan dampak kepegawaian (civil effect).
h. Pegawai yang ingin melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan memperhatikan ketentuan diantaranya sebagai berikut:
1) Perkulihan dilaksanakan pada hari kerja (Senin s.d Jum’at) dan di luar
jam kerja;
2) Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan harus berada ditempat
(kota) dimana pegawai yang bersangkutan ditempatkan, kecuali
Universitas Terbuka;
3) Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan harus sudah mendapat
izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan Nasional.
3. Jurusan/program studi pada perguruan tinggi yang diikuti harus sesuai
dengan bidang tugas pokok dan fungsi Ditjen Perbendaharaan dengan
konsentrasi pada bidang Ekonomi, Keuangan Sektor Publik, Hukum,
Teknologi Informasi, Administrasi, dengan ketentuan:
a. Telah memiliki akreditasi program studi dari Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT) Kementerian Pendidikan Nasional yang
masih berlaku; dan/atau
b. Telah memiliki izin penyelenggaraan program studi dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang
masih berlaku.
4. Kepada pegawai yang mengikuti pendidikan atas inisiatif sendiri yang
memenuhi persyaratan akan diterbitkan Surat Izin Belajar, yang diatur
sebagai berikut:
a. Pendidikan jenjang Sarjana (S1) ke bawah, diterbitkan oleh atasan
pegawai bersangkutan dengan jabatan serendah-rendahnya Eselon II
baik untuk Kantor Pusat maupun untuk Kantor Wilayah dan KPPN;
b. Pendidikan jenjang pascasarjana, program magister (S2) dan doktor
(S3), diterbitkan oleh Sekretaris Ditjen Perbendaharaan;
c. Izin belajar harus diajukan sebelum mengikuti pendidikan atau di awal
pendidikan pada tahun pertama.
5. Pegawai yang mengikuti pendidikan atas inisiatif sendiri berkewajiban untuk:
a. Mengajukan permohonan izin dengan melampirkan dokumen sebagai
berikut:
1) Surat Permohonan Izin Belajar;
2) Surat Pernyataan;
3) Daftar Melanjutkan Pendidikan Pertama Kali;
4) Fotokopi hasil akreditasi BAN-PT dan/atau surat izin
penyelenggaraan program studi dari Kementerian Pendidikan
Nasional yang masih berlaku, yang dilegalisir oleh pejabat Perguruan
Tinggi yang berwenang;
5) Surat keterangan telah diterima atau lulus seleksi sebagai mahasiswa
dari perguruan tinggi dimana pegawai akan mengikuti pendidikan.
6) Berkas ini kemudian disampaikan kepada Sekretaris Ditjen
Perbendaharaan c.q. Bagian Pengembangan Pegawai secara
hirarkis.
b. Melaporkan perkembangan studinya secara rutin (per tahun akademik)
kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan c.q. Bagian Pengembangan
Pegawai secara hirarkis.
c. Melaporkan kepada Sekretaris Ditjen Perbendaharaan c.q. Bagian
Pengembangan Pegawai secara hirarkis setelah menyelesaikan
pendidikannya dengan melampirkan :
1) Fotokopi Surat Izin Belajar yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;
2) Fotokopi Ijazah dan Transkrip Nilai Akademik yang yang telah
dilegalisasi oleh pejabat Perguruan Tinggi yang berwenang.
6. Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Izin Belajar berkewajiban untuk:
a. Meneliti surat permohonan penerbitan Surat Izin Belajar yang diajukan
oleh pegawai bersangkutan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan,
dengan memperhatikan lokasi perguruan tinggi dan tempat tugas;
b. Menerbitkan Surat Izin Belajar;
c. Memonitor penyelesaian tugas/pekerjaan sehari-hari yang menjadi
tanggung jawab pegawai bersangkutan. Kegiatan belajar atas inisiatif
sendiri (AIS) tidak boleh mengurangi konsentrasi, energi, dan waktu
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan tugas/pekerjaan dinas
sehari-hari.
A. KARTU PEGAWAI NEGERI SIPIL
1. Dasar Hukum :
a. Keputusan Kepala BAKN No. 066/KEP/1974;
b. Keputusan Kepala BAKN No.1 Tahun 1994.
2. Tujuan :
a. Sebagai kartu identitas;
b. Berlaku selama yang bersangkutan menjadi pegawai negeri;
c. KARPEG diberikan kepada mereka yang berstatus Pegawai Negeri Sipil;
d. Untuk kenaikan pangkat pertama.
3. Persyaratan untuk mendapatkan KARPEG :
a. SK Pegawai Negeri Sipil;
b. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan
kedua telinga sebanyak 2 lembar.
4. Persyaratan untuk penggantian KARPEG :
a. Surat kehilangan dari kepolisian;
b. Lampiran X SE. BAKN Nomor : 01/SE/1975
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan
kedua telinga sebanyak 2 lembar.
5. Persyaratan untuk perbaikan / ralat KARPEG
a. Foto copy SK CPNS;
b. Asli KARPEG;
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan
kedua telinga sebanyak 2 lembar.

B. KARTU ISTRI / SUAMI (KARIS/KARSU)


1. Dasar Hukum :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983;
b. Keputusan Kepala BAKN No.1158A/KEP/1983.
2. Hal Penting Tentang KARIS/KARSU:
a. Karis/karsu adalah identitas istri/suami pegawai negeri sipil;
b. Karis/karsu berlaku selama yang bersangkutan menjadi istri/suami
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;
c. Apabila Pegawai Negeri Sipil berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil
tanpa hak pensiun, maka karis/karsu yang telah diberikan tidak berlaku
lagi;
d. Apabila suami/istri PNS bercerai maka Karis/karsu tidak berlaku lagi;
e. Apabila suami/istri PNS yang bercerai rujuk/kawin kembali dengan
bekas istri/suami maka Karis/karsu berlaku kembali;
f. Apabila PNS berhenti dengan hormat dengan hak pensiun, maka
Karis/karsu yang telah diberikan kepada istri/suami tetap berlaku;
g. KARIS/KARSU yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara
dikirim kepada instansi yang bersangkutan untuk disampaikan kepada
istri/suami PNS yang bersangkutan;
h. KARIS/KARSU disampaikan kepada istri/suami PNS yang bersangkutan
secara tertulis.
3. Persyaratan untuk mendapatkan KARIS/KARSU :
a. Akte nikah;
b. Laporan Perkawinan Pertama;
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan
kedua telinga sebanyak 3 lembar.
4. Persyaratan untuk penggantian KARIS/KARSU:
a. Surat laporan kehilangan dari kepolisian;
b. Istri/Suami PNS yang kehilangan KARIS/KARSU wajib lapor tertulis
kepada atasan langsung istri/suami serendah-rendahnya pejabat eselon
IV;
c. Pas foto hitam putih satu lembar ukuran 2 x 3 cm dengan kelihatan
kedua telinga sebanyak 2 lembar.

BAB V LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk peningkatan mutu pelayanan ditentukan


bersama antara pihak managemen dengan pengelola upaya kesehatan. Hal ini
karena berhubungan dengan logistik dan keperluan pemenuhan kebutuhan anggaran
ditiap tiap upaya kesehatan.
Dalam upaya peninngkatan mutu dan kinerja puskesmas sidamulya maka
diperlukan adanya beberapa sarana dan prasarana. Sarana dan pra sarana tersebut
adalah sebagai berikut :
1. ATK
2. Media elektronik
3. Lemari Kearsipan
4. Data analisis beban kerja
BAB VI KESELAMATAN PASIEN DAN SASARAN

Pedoman ini dibuat sebagai bahan acuan dalam penerapan langkah langkah
kerja dan pencapaian mutu pada tiap tiap sasaran pedoman yaitu :
1. Menentukan indicator mutu klinis puskesmas
2. Menentukan indicator mutu upaya kesehatan masyarakat
3. Menentukan indicator mutu Kinerja Puskesmas
4. Menentukan indocator mutu Administrasi Puskesmas

BAB VII KESELAMATAN KERJA

Pedoman ini dibuat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat
sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Pedoman ini dibuat untuk sebagai bahan untuk mengatur cara kerja dan
mengevaluasi hasil kerja kepegawaian Puskesmas, Tim Administrasi
Puskesmas.

BAB IX PENUTUP

Pedoman mutu merupakan dokumen yang memberikan informasi yang konsisten


tentang sistem manajemen mutu. Sehingga, Pedoman Mutu ini disusun untuk
menjelaskan sistem Manajemen Mutu yang diterapkan di Puskesmas Sidamulya yang
mencakup Kebijakan, Sasaran Mutu, komitmen dan Manajemen Puskesmas. Oleh
karena itu, dalam penyelenggaraan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas Sidamulya
kegiatan yang dilakukan diantaranya yaitu peningkatan akses, peningkatan mutu dan
regionalisasi rujukan. Sehingga, untuk meningkatan mutu pelayanan puskesmas perlu
adanya alat ukur untuk pencapaian standar pencapaian mutu yaitu dengan akreditasi
Puskesmas (FKTP). Akreditasi ini merupakan pengakuan terhadap Puskesmas yang
memenuhi standar pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama oleh lembaga
independen yang ditetapkan oleh menteri.
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Mutu dilakukan melalui suatu proses yaitu
proses penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi kejelasan
penanggung jawab, penyediaan sumber daya, penyelenggaraan pelayanan dari mulai
perencanaan yang berdasar terhadap kebutuhan masyarakat atau pelanggan secara
berkesinambungan. Penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penyelenggara
Upaya Pelayanan Klinis/perorangan harus melalui suatu Perencanaan anggaran
maupun Perencanaan Program kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai