Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016
Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016
Laporan Akhir
Rencana Kebutuhan Investasi
Metropolitan BODEBEKKARPUR
2016
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian 10
1.3 Tujuan dan Saran 11
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 11
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 12
2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 12
2.2 Investasi 14
2.2.1 Proses Investasi 17
2.2.2 Daya Tarik Investasi 19
2.2.3 Pendekatan Investasi 21
2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah 26
2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output 27
Marginal (ICOR)
2.5 Penelitian Terdahulu 30
BAB III METODE PENELITIAN 32
3.1 Kerangka Penelitian 32
3.2 Objek Penelitian 34
3.3 Metode Penelitian 34
3.3.1 Metode Pengumpulan Data 34
3.3.2 Metode Analisis Data 35
3.4 Metode Perhitungan 37
3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output 37
Ratio)
3.5.1 ICOR (Incremental Capital Output Ratio) 37
3.5.2 Formula Menghitung Rencana Kebutuhan Investasi 38
i
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 39
4.1 Kondisi Fisik dan Geografis 39
4.2 Rencana Pengembangan wilayah Metropolitan 42
4.2.1 Isu Pengembangan Wilayah 47
4.2.2 Isu Investasi 50
4.3 Kondisi Sosial – Kependudukan 52
4.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk 52
Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025
4.3.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bodebekkarpur 53
Tahun 2010 – 2015
4.3.3 Kondisi Perekonomian 54
4.3.4 Analisis SWOT Kabupaten/Kota di Metropolitan 58
Bodebekkarpur
4.4 Kajian Komparatif Metropolitan Mebidangro, 72
Gerbangkertosusilo, Dan Sarbagita
4.4.1 Metropolitan Mebidangro 72
4.4.2 Analisis SWOT Metropolitan Mebidangro 82
4.4.3 Metropolitan Gerbangkertasusilo 84
4.4.4 Analisis SWOT Metropolitan Gerbangkertosusilo 91
4.4.5 Metropolitan Sarbagita 95
4.4.6 Analisis SWOT Metropolitan Sarbagita 103
BAB V KEBUTUHAN INVESTASI DI WILAYAH 106
BODEBEKKARPUR
5.1 Analisis Investasi Jawa Barat dan Kawasan Metropolitan 106
5.1.1 Analisis Investasi Jawa Barat 106
5.1.2 Analisis Investasi Wilayah Bodebekkarpur 114
5.1.3 Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Jawa Barat 124
dengan Wilayah Bodebekkarpur
5.1.4 Analisis ICOR Kabupaten/Kota Metropolitan 127
Bodebekkarpur
5.2 Analisis SWOT Investasi Bodebekkarpur 133
ii
5.2.1 Strengths (Kekuatan) 134
5.2.2 Weaknesses (Kelemahan) 136
5.2.3 Opportunities (Kesempatan) 137
5.2.4 Threats (Hambatan) 141
5.2.5 Matriks IFAS EFAS 142
5.3 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan 148
Bodebekkarpur
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 151
6.1 Kesimpulan 151
6.2 Rekomendasi Kebijakan 152
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah 6
2.1 Faktor Penarik Investasi 20
2.2 Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa 23
Barat
2.3 Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan) 24
3.1 Kerangka Pemikiran 33
3.2 Proses Penelitian Analisa Deskriptif 36
3.3 Analisa Data Deskriptif 36
4.1 Peta Metropolitan Bodebekkarpur 2010 41
4.2 Tiga Metropolitan di Jawa Barat 43
4.3 Potensi Bodebekkarpur 48
5.1 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2020 116
5.2 Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung 134
DKI Jakarta dan Metropolitan Bandung Raya
5.3 Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur 137
5.4 Jalur Kereta Cepat : Jakarta Sura Baya 138
5.5 Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodebekkarpur 140
ke Jakarta
5.6 Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke 140
DKI Jakarta (Tahun 2011)
5.7 Matrix SWOT Bodebekkarpur 146
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan 55
BodebekkarpurMenurut LapanganUsaha Tahun 2011 – 2015
4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur Menurut 56
LapanganUsaha Tahun 2011 (%)
5.1 Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 119
2011-2015
5.2 Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur 120
Tahun 2011-2015
5.3 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur 121
Tahun 2011 - 2015
5.4 Distribusi PMDN di Bodebekkarpur 122
5.5 Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur 123
5.6 Distribusi PMA di Bodebekkarpur 123
5.7 ICOR Bodebekkarpur 128
5.8 Distribusi Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur 130
v
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DKI 4
Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015
1.3 Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terbesar di 8
Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016)
4.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk 52
Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025
4.2 IPM Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 53
4.3 PDRB Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 54
5.1 Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 108
2015 (Dalam Juta Rupiah)
5.2 Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat 111
Periode Tahun 2011 – 2015
5.3 Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 112
2011 - 2015
5.4 Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah 119
Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015
5.5 Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah 120
BodebekkarpurSelama Periode Tahun 2011 – 2015
5.6 Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah 122
Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015
5.7 Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat 125
dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015
5.8 Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat 126
dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015
5.9 ICOR Kabupaten /Kota di Metropolitan Bodebekkarpur 127
Periode Tahun 2012-2015
5.10 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan 129
vi
Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2020
5.11 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan 130
Bodebekkarpur Periode Tahun 2021-2025
5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) 143
5.13 External Factor Analysis Summary (EFAS) 144
5.14 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan 149
Bodebekkarpur
vii
Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016
BAB I
PENDAHULUAN
mencapai tujuan tersebut yang diskenariokan dalam beragam bentuk serta bauran
daerah lainnya juga berbeda, selain adanya faktor inovasi atau kreativitas masing-
yang ada, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Bappeda Provinsi Jawa Barat
Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama yang
itu, tujuan dari pembangunan ekonomi di semua daerah berorientasi pada faktor-
pada sumber daya yang terbatas, baik itu anggaran pemerintah maupun
ketersediaan sumber daya yang lain seperti: lahan, tenaga kerja, teknologi,
wirausaha, dan modal. Dengan anggaran negara yang terbatas seharusnya mampu
namun demikian hal tersebut tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan.
sedangkan salah satu syarat agar wilayah tersebut memiliki kondisi infrastruktur
dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dengan adanya peningkatan jumlah
investasi yang ditanamkan. Dalam konteks Jawa Barat ada tiga wilayah
Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, dan
Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, sebagian wilayah
bersifat sebagai metropolitan level kedua (2nd tier) dan (hinterland) bagi DKI
Jakarta. Bodebekkarpur saat ini juga cenderung sering dikonotasikan sebagai kota
pertama (1st tier) berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga berperan sebagai
restoran.
Berikut ini kita dapat melihat data laju pertumbuhan ekonomi dan
Bodebekkarpur. Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan
di atas DKI Jakarta. Dimulai pada tahun 2013 sampai pada tahun 2015
Jakarta. Sementara kalau dilihat dari perbandingan IPM, DKI Jakarta masih lebih
Salah satu penentu pertumbuhan ekonomi adalah investasi, maka agar target itu
dapat ditentukan secara realistis diperlukan suatu indikator yang berkaitan dengan
investasi. Indikator yang diperlukan itu adalah Incremental Capital Output Ratio
(ICOR) atau rasio antara tambahan output dan tambahan modal. Jika sebuah
daerah mempunyai angka ICOR, maka daerah tidak akan menemui kesulitan lagi
pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Semakin kecil nilai ICOR semakin besar
APBD setempat tidak dapat menunjang besarnya investasi yang diperlukan, maka
dapat lebih operasional, maka target pertumbuhan harus dibuat lebih dahulu,
produksi. Oleh karena itu memperbaiki iklim investasi merupakan suatu tugas
Infrastruktur
Daya Saing
Wilayah
Pertumbuhan Wilayah
PDRB = C + I + G + (X-M)
Gambar 1.1
Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah
Dari gambar 1.1 diatas kita dapat melihat bagaimana pengaruh investasi
dan juga pendapatan pemerintah. Akan tetapi hal ini juga sangat ditentukan oleh
kondisi infrastruktur dan juga daya saing wilayah itu sendiri. Oleh karena itulah
kebijakan pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan berapa
telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk turut berperan besar dalam
lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah pusat, selanjutnya menjadi lebih dekat
tersebut, langkah awal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat
lebih banyak input ke dalam proses produksi. Oleh karena memperbaiki iklim
investasi merupakan suatu tugas yang penting bagi setiap pemerintah, terutama
negara-negara yang memiliki daya saing investasi yang rendah seperti Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi iklim investasi di Indonesia dinilai masih
bahwa posisi peringkat daya saing investasi Indonesia masih berada pada
kita, seperti Thailand dan Malaysia. Peringkat ini juga cenderung mengalami
harus segera disikapi oleh semua pihak. Di era globalisasi yang bercirikan
segenap sektor ekonomi harus mampu menghasilkan barang dan jasa berdaya
Tabel 1.2
Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja
Terbesar di Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016)
Berdasarkan data tabel 1.2 kita dapat melihat tingginya realisasi investasi
sebesar 28.485 orang. Hal ini menandakan adanya korelasi antara investasi
dengan penyerapan tenaga kerja yang ada, karena dengan adanya tambahan
investasi maka akan dapat menaikan produktivitas barang dan jasa di daerah
Jawa Barat sebesar 1 % maka akan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.772
orang.
implementasi kebijakan yang terstruktur dan terukur. Untuk itu, dalam kerangka
bagian dari pusat penggerak perekonomian Jawa Barat, terutama dilihat dari
dan global.
ini masih memerlukan kalkulasi seberapa besar dan upaya yang dilakukan agar
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Oleh karena itu kajian ini dilaksanakan
Metropolitan Bodebekkarpur.
survey lapangan.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode
tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun
ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak
dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui
Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan
pendekatan pendapatan.
1) Pendekatan Produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan
air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)
2) Pendekatan Pengeluaran
pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5)
3) Pendekatan Pendapatan
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal
langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak
kemakmuran.
2.2 Investasi
kapital. Pengertian kapital secara fisik adalah seluruh barang modal yang
dimaksud kapital adalah harta tetap (fixed assets) suatu badan usaha. Secara
mencakup asset seperti bangunan, mesin, peralatan, dan sejenisnya dan asset
lancar seperti uang serta asset lain yang dapat segera diuangkan. Sedangkan dalam
konsep ekonomi makro, investasi dapat diartikan sebagai penambahan fisik atas
Modal Tetap Bruto (PMTB) identik dengan besarnya investasi fisik (real
perubahan stok. Selanjutnya dalam tulisan ini akan lebih difokuskan pada
komponen PMTB.
PMTB, meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam
negeri/wilayah dan barang modal baru atau bekas dari luar negeri/wilayah. Untuk
lebih jelasnya, cakupan pembentukan modal tetap secara ringkas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan
jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten,hak cipta dan
barang-barang jadi yang belum terjual, barang-barang setengah jadi serta bahan-
bahan yang belum terpakai/digunakan. Stok akhir tahun dikurangi stok awal tahun
dimaksud di atas.
digunakan untuk membei barang – barang modal dan perlengkapan produksi guna
menambah kemampuan produksi barang dan jasa saat ini dengan harapan
berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, commercial paper, dan
sebagainya. Atau dapat juga dilalukan di pasar modal, seperti misalnya berupa
b. Investasi pada real assets, dilakukan dalam bentuk pendirian pabrik, pembelian
dipertimbangkan dalam hal ini, yaitu : tingkat resiko (rate of risk), tingkat
jumlah dana yang diinvestasikan. Umumnya hubungan antara return dan risk
bersifat linier, artinya semakin besar tingkat risiko (rate of risk), maka semakin
b. Melakukan Analisis
efek. Penilaian ini bertujuan salah satunya adalah untuk mengidentifikasi efek
yang salah harga (mispriced), dengan kata lain apakah harganya terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Oleh karena itu ada dua pendekatan yang digunakan untuk
mengetahuinya, yaitu:
1) Pendekatan Fundamental
2) Pendekatan Teknikal
Pada tahap ini akan dilakukan proses identifikasi terhadap efek – efek
mana yang akan dipilih serta berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan
pada masing – masing efek. Efek yang dipilih dalam pembentukan portofolio
portofolio, baik pada tingkat keuntungan yang diharapakan maupun pada risiko
1) Measurement Assets, yaitu penilaian kerja portofolio atas dasar aset yang
of return.
yaitu tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi selanjutnya akan
komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi,
misalkan rate of return-nya lebih rendah dari yang diinginkan. Revisi tersebut
dapat dilakukan secara total maksdunya melakukan likuidasi atas portofolio yang
ada, kemudian membentuk portofolio yang baru. Atau dapat dilakukan secara
terbatas, yaitu melakukan perubahan atas komposisi dana yang dialokasikan pada
daya tarik investasi dalam suatu daerah guna meningkatkan nilai investasi
itu sendiri. Berikut ini adalah daya tarik investasi bagi para investor :
1. Kelembagaan
a. Kepastian hukum
c. Kebijakan daerah
d. Kepemimpinan lokal
a . Keamanan
3. Ekonomi Daerah
b. Struktur ekonomi
4. Tenaga Kerja
5. Infrastruktur Fisik
Gambar 2.1
Faktor penarik investasi
melalui percepatan investasi baik yang dilakukan oleh investor demestik maupun
Investasi dalam hal ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang
kondusif, penguatan daya saing perekonomian baik secara lokal, nasional dan
internasional. Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat empat hal
demografis dan geografis akan menjadi daya dukung investasi atau penanaman
(Renstra SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta
bersifat indikatif. Selain dari itu, RPJMD berfungsi sebagai dokumen publik yang
umum pemerintahan.
Acuan
Rencana
Investasi
RPJPD Provinsi RPJMD Provinsi Pedo Provinsi
Jawa Barat Jawa Barat man Jawa Barat
Gambar 2.2
Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat
telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari skala ekonomi
overhead ( overhead cost ) akan teratasi meskipun dalam skala yang kecil. Lebih
memberikan hasil akhir yang lebih memuaskan seperti dalam penyediaan fasilitas
pelayanan yang mahal harganyadapat dibeli dan dinikmati bersama, seperti pusat
Pemda
Kerjasama
Swasta Masyarakat
Gambar 2.3
Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan)
barang agar dapat menekan biaya karena skala pembelian lebih besar.
publik, seperti pusat pelayanan satu atap yang dimiliki bersama, dimana
tersebut.
pengaturan ini lebih mudah dibuat dan dihentikan, atau ditransfer ke pihak
lain.
memiliki peran sangat penting dalam menyerap tenaga kerja yang dimana tidak
Output adalah hasil yang diperoleh baik berbentuk barang atau jasa dari
pemanfaatan seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, kapital dan
kewirausahaan. Output ini merupakan seluruh nilai tambah neto atas dasar biaya
faktor produksi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan usaha, atau dari sudut
produksi barang/jasa yang diminta disebut sebagai permintaan akhir. Dari segi
ekonomi nasional, output merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang
dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam suatu periode tertentu.
Output nasional ini biasa disebut Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada
tingkat wilayah regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Yang
dimaksud output dalam pengertian ICOR adalah tambahan (flow) produk dari
hasil kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu. Dilihat dari sudut pandang
perusahaan, output mencakup nilai komoditi yang dihasilkan selama suatu periode
Output dinilai atas dasar harga produsen dan nilainya bersifat bruto karena
masih mengandung nilai penyusutan. Konsep nilai tambah berkaitan erat dengan
ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Nilai tambah adalah suatu
tambahan nilai pada nilai input antara yang digunakan dalam proses menghasilkan
barang dan jasa. Nilai input antara tersebut bertambah karena mengalami proses
Sedangkan input antara mencakup seluruh komoditi yang habis atau dianggap
habis dalam suatu proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan
bakar, listrik dan lain sebagainya. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar
harga pasar dari suatu unit produksi adalah output bruto atas dasar harga produsen
dikurangi input antara atas dasar harga pasar. Nilai tambah bruto inilah yang
2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output Marginal (ICOR)
terhadap Output atau Capital Output Ratio (COR), dimana konsep yang sama
dikenal sebagai koefisien nilai modal (pembentukan modal) dengan nilai output.
memproduksi satu unit output. Konsep ini mendasari pemikiran tentang tambahan
modal (investasi) yang diperlukan untuk meningkatkan output sebanyak satu unit
atau satuan. Dalam ilmu ekonomi secara umum dikenal dua konsep rasio modal
output, yaitu :
Rasio yang menunjukkan hubungan antara persediaan modal yang ada dengan
output yang dihasilkan, yang sering dikenal dengan Average Capital Output
akumulasi modal yang digunakan dengan jumlah output yang dihasilkan pada
Perbedaan antara rasio modal dan rasio marginal adalah rasio modal
tambahan atau kenaikan. Maka konsep yang sering digunakan untuk melihat
perilaku investasi (efisiensi) dan kebutuhan investasi yang akan datang adalah
konsep ICOR. Rasio modal output marginal mengacu kepada teori Harrod-
(ΔY).
tentang kebutuhan investasi pada masa yang akan datang, bukan merupakan suatu
hal yang mudah karena keadaan koefisien tidak hanya ditentukan oleh investasi
yang ditanamkan saja tetapi akan dipengaruhi oleh tingkat penerapan dan
perkembangan teknologi dalam proses produksi yang digunakan. Oleh sebab itu
investasi dalam jangka yang tidak terlalu panjang. Secara matematis ICOR
Keterangan : ICOR = ΔK / ΔY
Secara teoritis ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik atau nilai. Namun
Sebenarnya ICOR dapat dibagi ke dalam Net ICOR (ICOR bersih) dan Adjusted
tambahan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan lain sebagainya. Konsep ini
faktor lain. Yang digunakan dalam tulisan ini adalah konsep Net ICOR karena
secara metodologis lebih mudah dan data dasar bagi penyusunan ICOR cukup
tersedia. Namun demikian, itu akan menyesatkan apabila kita menduga bahwa
1. Penelitian yang dilakukan oleh Made Antara (2007) dengan penelitiannya yang
berjudul Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Basis Dan Non Basis Dalam
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa.
2. Nuhfil Hanani dan Iwan Nugroho (2004) dalam penelitiaanya yang berjudul
pangan berkisar dari 1.309 hingga 0.57; sub sektor peternakan berkisar
dari1.338 hingga 1.149; sub sektor perkebunan berkisar dari 1.59 hingga
1.405;dan sub sektor perikanan berkisar 4.798 hingga 3.98. Proyeksi kebutuhan
investasi sektor pertanian selama 1999 hingga 2004 berkisar dari 2127 hingga
2386 triliun rupiah. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
kapasitas produksi dari 31.0 menjadi 43.7 m3. Partisipasiswasta dalam sektor
Air Bersih adalah kunci penting untuk memperbaiki manajemen dan efisiensi,
dan untuk kepentingan pembangunan sektor air bersih dalam jangka panjang.
4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho dan Nuhfil Hanani (2007)
Lampung masing-masing sebesar 0.66, 0.25, 3.04, dan 0.16. Nilai ICOR
tanaman pangan dan perkebunan kurang dari satu menunjukkan bahwa sector
Kabupaten Bangli pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan
Sektor-sektor ini adalah sector yang mampu menyerap tenagakerja lebih dari
BAB III
METODE PENELITIAN
Analisis investasi baik secara makro ataupun mikro harus dilakukan berdasarkan
visi dan misi yang dimiliki oleh setiap kota/kabupaten. Hal ini diperlukan supaya
analisis investasi dapat menjadi dasar yang tepat bagi penyusunan strategi
ekonomi daerah.
output dan tambahan modal akan menjadi alat untuk menentukan produktivitas
dan efisiensi investasi disuatu daerah. Angka ini akan membantu pengambil
maka penyerapan tenaga kerja di tiap daerah akan dapat di perkirakan dan dapat
investasi dalam konteks yang lebh besar. Untuk dapat menyusun hal tersebut
Bodebekkarpur agar dapat diketahui kekuatan dan bahkan kelemahan apa yang
dimilki daerah sehingga dapat disusun strategi investasi yang sesuai dengan
peluang dan ancaman yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan pemahaman
konsep dan teori yang kuat agar apa yang direncanakan lebih terarah dan terukur.
Daerah juga harus membandingkan dengan apa yang sudah dilakukan dan apa
yang akan dilakukan di daerah lain, sehingga dapat mengambil hal-hal positif
yang dapat mendukung strategi investasi yang lebih baik. Dengan begitu
diharapkan analisis kebutuhan investasi yang dilakukan dapat lebih dapat menjadi
dasar yang kuat bagi pelaksanaan strategi investasi guna mendukung pencapaian
Konsep
&
Teori
Konteks
Makro
Analisis
Potensi Kebutuhan Kesimpulan
wilayah Investasi : dan
Visi & Misi
Metropolitan Rekomendasi
Bodebekkarpur 1. Makro
2. Strategi
Konteks investasi
Referensi Mikro:
Komparasi Peluang
dan
Tantangan
SWOT
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
pengumpulan data melalui data primer dengan pendekatan observasi dan dengan
menggunakan kuosioner.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
dilakukan dengan menggunakan data primer ini ialah dengan cara surveike
Tabanan) di Bali.
2. Data Sekunder
resmi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BPS, maupun
instansi-instansi lainnya.
semua data dan informasi berdasarkan data yang bersumber pada data sekunder,
jurnal, artikel, studi literatur, hasil survei, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini
Bodebekkarpur.
Gambar 3.2
Proses Penelitian Analisa Deskriptif
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.3
Analisa Data Deskriptif
Jenis Icor :
g it
tahun berikutnya.
I it 1
100
Yit 1
Rumus : ICORit
g it
Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih
I it 2
100
Yit 1
Rumus : ICORit
g it
BAB IV
Lintang Selatan dan 104 ̊ 48’ – 108 ̊ 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas
wilayah:
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang
kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta
dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10%
dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan
tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan
debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th.
Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota
Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,
Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626
lahan terbangun dan aglomerasi penduduk minimal satu juta jiwa. Wilayah
konsentrasi penduduk (Goheen, 1971; Yeates dan Garner, 1980; Goodman, 1980)
50.000 jiwa; ataudua kota atau lebih yang berintegrasi dengan jumlah
penduduk kota induk min. 50.000 jiwa dan kota kecil min. 15.000 jiwa
1 juta jiwa c. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan No.15 thn
bersifat non pertanian ditandai dengan proporsi lahan terbangun yang lebih tinggi.
Struktur Kawasan, mempunyai satu pusat (monocentric) ataupun lebih dari satu
fungsional
lahan terbangun, dan aglomerasi penduduk mencapai 11,6 juta jiwa terletak di 82
kecamatan dalam 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor,
Purwakarta dengan total luas 314.840 Ha (Sumber : BPS Jawa Barat, 2011).
diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga
wilayah sangat berorientasi pada isu dan permasalahan pokok wilayah yang saling
berkaitan.
8. Fly Over Cibitung, fly over Tegalgede, serta overpass Tegal Danasdi
Kabupaten Bekasi;
Palabuhanratu-Jakarta;
10. Jalan Poros Timur Puncak-Sentul-Kota Bunga dan Simpang Sukamakmur- Cariu;
Sukamakmur;
16. Pembangunan jalan strategis lainnya atas dasar kesepakatan Pemerintah Daerah
dengan Pemerintah dan/ atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur dengan Peraturan
Gubernur.
Bekasi);
Rel ganda kereta api Perkotaan Parung Panjang-Tenjo, rel ganda parsial Purwakarta-
Ciganea;
Gubernur.
metropolitan level 1, setara dengan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang
kegiatan industri manufaktur dalam skala besar. Dalam hal ini, perlu dilakukan
pelabuhan skala regional di wilayah ini. Selain itu, perlu dibangun pusat-pusat
Bobebekkarpur.
pusat kegiatan ekonomi (CBD dan pusat kegiatan lainnya), perumahan, serta
1. Merupakan kawasan industry terbesar dan kawasan cepat tumbuh (saat ini
Cikarang – bekasi )
2. Memiliki letak yang strategis karena berada pada jalur strategis Jakarta –
DKI Jakarta sebagai pusat modal, potensi pasar dan outlet pelabuhan dan
infrastruktur
7. Menjadi bagian dari kawasan global dan pintu gerbang penting dalam
1. Kawasan Bodebekkarpur saat ini masih sebagai hinterland bagi DKI Jakarta
persoalan
metropolitan
Bodebekkarpur
6. Reklamasi Pantura
Provinsi Jawa Barat masih merupakan lokasi yang paling diminati calon
investor selain karena selain dukungan jarak tempuh ke Ibu Kota juga memiliki
potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang
kompeten didukung pula dengan kondisi infrastruktur yang baik. Sebagai tujuan
investasi, Jawa Barat juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang
Jawa Barat terus meningkat dan bahkan dapat melebihi DKI Jakarta dan Jawa
Timur.
Dibalik semua potensi dan prospek investasi yang dimiliki oleh Jawa Barat
ada permasalahan utama yang dihadapi oleh investor di Jawa Barat yaitu :
rendah, masalah kompetensi dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti
kerja, daya tarik investasi dari sisi ketenagakerjaan akan terus menurun.
jika tidak dibarengi dengan produktivutas yang tinggi makan hal tersebut dapat
menyebabkan masalah yakni jumlah pengangguran yang tinggi, akan tetapi jika
jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dioptimalkan dengan baik maka hal
tersebut dapat menjadi suatu keunggulan dan potensi. Jumlah penduduk yang
tinggi jika dibarengi dengan produktivitas yang tinggi maka hal tersebut dapat
ekonomi di wilayah tersebut dapat tumbuh. Akan tetapi hal tersebut tentunya jika
modal.
Kab/Kota IPM
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kab Bogor 64.35 64.78 65.66 66.74 67.36 67.77
Kab Purwakarta 64.93 65.51 66.30 67.09 67.32 67.84
Kab Karawang 64.58 65.21 65.97 66.61 67.08 67.66
Kab Bekasi 67.58 68.66 69.38 70.09 70.51 71.19
Kota Bogor 71.25 71.72 72.25 72.86 73.10 73.65
Kota Bekasi 76.77 77.48 77.71 78.63 78.84 79.63
Kota Depok 76.66 76.96 77.28 78.27 78.58 79.11
Sumber: BPS Jawa Barat 2016
tersebut adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata – rata lama sekolah,
dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Berdasarkan tabel 4.2 diatas kita
dapat melihat ada beberapa kabupaten yang memiliki IPM terendah, yaitu
rata meiliki nilai 67. Sedangkan wilayah lainnya yaitu wilayah Kota Bogor, Kota
Depok, dan Kota Bekasi memiliki IPM diatas 70. Hal ini menandakan bahwa
juga menjadi pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh pemerintah, baik itu
Grafik 4.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur
Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 - 2015
9,00
8,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
2011 2012 2013 2014 2015
Grafik 4.2
Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur
Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 (%)
90,00
78,02
80,00
70,00
59,59
60,00
53,27
50,00 44,27
42,23
40,00 35,30
36,23
27,51 36,08 37,68
30,00
31,14
27,64 25,82 25,86
20,00
19,49
19,34
17,33 18,99 18,62
10,00
10,05
3,74 9,10 8,61 2,33 9,56 0,17 0,80 1,96
0,00
Kab. Bekasi
Kota Bekasi
Kab. Karawang
Kab. Bogor
Kota Bogor
Kota Depok
Kab. Purwakarta
Berdasarkan tabel 4.3 diatas kita dapat melihat PDRB di masing – masing
dipegang oleh tiga daerah, yakni Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan
pencapaian dari ketiga wilayah tersebut. Kabupaten Bekasi dan Karawang sangat
unggul dikarenakan industri manufaktur yang ada di wilayah tersebut, tidak heran
Selain itu luas area untuk daerah – daerah tersebut juga memiliki area yang besar
memadai. Sementara itu berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat pertumbuhan
ekonomi terbesar di tahun 2015 di dominasi oleh Kota Depok, Kota Bogor dan
Kota Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang berbatasan
langsung dengan ibu kota Jakarta dan menjadi kota pendukung Jakarta. Kota ini
sangat berkembang dari berbagai aspek seperti bidang pendidikan, ekonomi dan
penataan kota. Hal tersebut membuat kota Depok menghadapi banyaknya migrasi
penduduk dari daerah lain sehingga membuat kota depok kewalahan dengan
tinggi, polusi udara serta kemacetan masih menjadi hal yang perlu dibenahi.
Selain itu sarana kesehatan masyarakat yang belum proporsional dan memadai
Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa barat yang menjadi mitra
Ibu kota Jakarta. Walaupun kota ini tidak terlalu luas jika dibandingkan kota-kota
lainnya, namun letaknya yang berada di dataran tinggi dan banyak terdapat
pepohonan membuat kota ini menjadi potensial untuk menjadi kota wisata alam.
semakin maju. Walaupun terbatasnya lahan, namun kota ini masih terus dapat
dikembangkan. Selain itu, masih banyak aspek yang perlu dibenahi yaitu dari
aspek transportasi antara lain kemacetan lalu lintas, infrastuktur yang belum
memadai, integrasi angkutan umum massal. Dari aspek sosial yakni kesenjangan
sosial yang cukup tinggi, mutu pendidikan, sanitasi, kesehatan masyarakat. Dari
aspek lainnya yaitu kurangnya supply air bersih yang memadai, penataan ruang
Kota bekasi merupakan kota yang berkembang karena dekat dengan Ibu
kota Jakarta. Kota ini tidak terlalu luas namun pembangunan kota sangat agresif
gedung tinggi. Kota ini strategis karena dilalui oleh jalan tol jakarta-cikampek dan
rel kereta api menuju Surabaya. Kemacetan dan kepadatan penduduk menjadi hal
yang perlu diberikan perhatian lebih. Dari aspek geografis, Ruang terbuka hijau
masih kurang dari 30% yakni hanya 24%. Kota Bekasi juga sering dilanda
bencana banjir. Dari aspek demografis, Laju pertumbuhan penduduk sangat tinggi
sehingga menuntut penyediaan fasilitas dasar yang semakin besar. Dari aspek
sosial kemasyarakatan, angka IPM yang masih dibawah angka 80 belum dapat
membuat kualitas sumber daya manusia Kota Bekasi dapat bersaing di tingkat
global, jumlah penduduk miskin dan pengangguran masih tinggi, serta jumlah
dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai baik untuk mendatangkan
cukup kuat. Selain itu, tersedianya lahan pertanian 82.552.Ha dan lahan pesisir
masih dapat terus berkembang ditambah lagi dengan ketersediaan SDM yang ter-
Sumber daya air yang layak, baik untuk air bersih, pertanian dan industri
kualitas air permukaan dan debit yang tidak merata sepanjang tahun, terutama
untuk kawasan Utara. Dari sisi aksesibilitas, hanya terhubung dengan jalur darat
sebagai jalur keluar masuk barang ( Jalan tol dan jalur kereta api). Dari aspek
aktivitas lainnya.
lainnya. Hal ini juga didukung dengan hubungan bilateral yang harmonis dengan
tetangga wilayah (Kota Bogor). Aspek positif lain yang bisa menjadi kekuatan di
yang tinggi, dan sebagai salah satu daerah dengan tujuan investasi. Akan tetapi
terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang sering muncul di wilayah ini.
pedesaan. Sementara itu untuk hambatan yang terjadi ialah adanya bencana alam
Di dominasi
penduduk usia
produktif
Pertumbuhan
ekonomi yang
baik
Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang MP3EI dan Peraturan Presiden nomor 3
tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Selain itu
wilayah ini juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, didominasi penduduk
usia produktif, dan memiliki potensi basis dalam perekonomian. Potensi lain yang
perekonomian daerah, serta adanya permintaan yang cukup tinggi dari pasar
luput dari beberapa kelemahan dan hambatan yang terjadi. Persentase penduduk
miskin di Kabupaten Karawang yang mencapai 10,15% pada tahun 2014 juga
Karawang juga pada tahun 2015 sebesar 11,88% dari jumlah angkatan kerja. Hal
Barat dengan sumberdaya lokal yang melimpah yang disertai dengan tingkat
sangat strategis karena dilalui oleh jalan menuju Ibukota Negara RI dan Ibukota
Provinsi Jawa Barat. Selain itu Kabupaten ini juga menjadi salah satu daerah
peternakan dan perikanan, pertanian, dan pariwisata juga sangat potensial untuk
merupakan pekerjaan rumah yang harus dituntaskan di wilayah ini. Selain itu
kurangnya infrastruktur yang memadai bagi para investor juga bisa menghambat
ancaman dari sesama pemerintah daerah untuk menarik investor asing dan
baru yang tinggi, serta kondisi ekonomi daerah yang masih belum kuat merupakan
Sarbagita
Serdang, dan Karo (Mebidangro), maka dapat diperoleh beberapa informasi antara
lain:
penguatan dari sisi regulasi ini bersifat strategis mengingat proses pembangunan
sebaiknya melibatkan seluruh pihak dimana salah satunya adalah peran serta
Pemerintah Pusat. Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Pusat adalah berupan
Kawasan Mebidangro telah diatur juga oleh Peraturan Pemerintah Pusat seperti
halnya keberadaan Bandara Udara Polonia yang merupakan bandar udara militer.
Keberadaan bandar udara militer ini juga sebenarnya telah diatur oleh Peraturan
dengan kawasan lain yang telah diatur oleh pusat, maka diperlukan juga Peraturan
dari Pemerintah Pusat yang paling tidak memiliki kesamaan level atau lebih tinggi
agar dapat diberlakukan secara efektif. Selain itu permasalahan yang masih ada
Metropolitan. Sekali daya dorong yang dibutuhkan dalam penentuan lokasi adalah
melalui keberadaan Peraturan Pemerintah Pusat yang dalam hal ini adalah
Peraturan Presiden.
adalah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahin 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo. Adapun ruang
a. Peran dan fungsi rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
Mebidangro;
c. Rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan
sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai
Perkotaan Mebidangro;
Mebidangro;
Mebidangro;
Mebidangro;
meliputi:
sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu
perkotaan dan pedesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tamping
lingkunngan;
e. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya
Perkotaan Mebidangro;
perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara
Lintas Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan serta bandar udara sebagai
Perkotaan Mebidangro;
lingkungan;
internal.
perkotaan yang seimbang dan terpadu antara Jaringan jalan, jalur pedestrian,
jalur sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan massal yang berbasis moda
jalan, Jaringan jalur kereta api, transportasi laut, dan transportasu udara yang
tidak mengganggu keutuhan kawasan lindung dan ekosistem yang bersifat unik
Perkotaan Mebidangro;
Mebidangro;
dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengolelolaan wilayah sungai
antara perkotaan dan pedesaan sesuain dengan daya dukukng dan daya tampupng
dan jasa, serta industry secara terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya
tamping lingkungan;
pertanian berkelanjutan;
k. Mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang berbasis mitigasi
Selain itu, strategi peningkatan fungsi, kualitas, dan kualitas RTH dan kawasan
a. Mewujudkan RTH paling sedikit 30% dari kawasan fungsional perkotaan dan
mewujudkan hutan paling sedikit 30% dari setiap DAS dengan sebaran yang
sekitarnya.
Mebidangro;
Mebidangro;
Thailand; dan
Perkotaan Mebidangro.
Sumatera Utara, maka dapat diambil kesimpulan yang relevan dengan rencana
regulasi yang tidak saja terbatas pada Peraturan Daerah, namun juga hingga
Peraturan Presiden yang memiliki hierarki lebih tinggi. Selain itu, strategi yang
Bodebekkarpur seperti halnya apa yang telah tercakup, namun tidak menutup
Mebidangro yang meliputi penetapan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang,
pusat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan
menjadi kawasan strategis dalam perekonomian nasional, hal ini diperkuat dengan
dan infrastruktur yang baik, serta sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan
pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan
tersebut masih terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang ada. Kelemahan
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Sementara itu untuk hambatan yang mungkin
akan terjadi ialah adanya perubahan fungsi lahan yang cepat, migrasi yang besar,
dikaji karena perkembangannya sudah mulai dilakukan dan sudah meulai terlihat
memiliki Luas Wilayah 47.154 Km2 dengan kepadatan penduduk 807 jiwa/km2,
salah satu Provinsi yang terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar
bagi Jawa Timur. Tanjung Perak sebagai akses kapal-kapal petikemas untuk
Papua. Konektivitas antar wilayah yang baik juga cluster-cluster yang terbagi atas
cluster industri gempol dan cluster industri kalibaru. Perluasan Pusat Pertumbuhan
bagian timur yang ketiga perluasan tersebut terfokus pada pertumbuhan berbasis
Agribisnis.
Makro Ekonomi Jawa Timur dilihat dari segi LPE tahun terakhir sebesar
5,44 % berada di atas LPE nasional dan LPE Jawa Barat. Dengan nilai ekspor
yang didominasi oleh ekspor antar daerah sebesar 452,954 triliun rupiah dan
4/1996 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No. 47/1996 tentang RTRW
Pusat Urban Metropolitan dan GKS. Pusat Urban Metropolitan Utara dengan
Bangkalan. Surabaya sebagai Pusat Urban Utama, Pintu gerbang dan citgra
dan Jombang dengan hubungan kuat dengan Jombang dan Surabaya melalui jalan
Metropolitan Urban dengan fungsi utama untuk industri dan perdagangan jasa,
pendidkan, kesehatan dan pariwisata, dengan hubungan kuat dengan Surabaya dan
yang terdiri dari dua/lebih daerah otonom, terdiri dari 1 kota otonom (inti) dan
menjadi ekonomi unggulan dalam negeri dengan dasar GKS akan menuju
perkembangan nasional yang lebih adil dan merata dan GKS dilengkapi potensi
pertumbuhan yang memadai serta sumber daya yang dapat menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi.
merupakan salah satu konsep yang harus diterapkan karena tidak hanya
ekonomisnya, sehingga pada konten yang seperti itu ruang tata kota masih terasa
nyaman, mobilitas juga masih tinggi kemudian industri yang ada di sekitarnya
dikembangkan)
sebagai faktor penghambat adalah area konservasi, area tangkap air, hutan
yang termasuk sebagai faktor potensial adalah akses terhadap transportasi berbasis
rel, akses terhadap pusat-pusat perkotaan, akses terhadap jalan, akses terhadap
kebijakan-kebijakan khusus.
tambang garam dan wilayah semburan lumpur Lapindo, harus dilindungi dari
d. Konversi lahan dari Area Irigasi : menjadi laha utnuk keperluan kota harus
menambang para wirausaha untuk memiliki akses ke luar pasar Jawa Timur,
ketika ekspor harga perjalanan dapat di bagi dua dengan Pewakilan Dagang.
komoditas jatim yang terdistribusi ke KPD Papua dan KPD NTT diekspor ke
Australia seperti palm oil, australia dapat pula mengekspor langsung ke jatim
seperti Sapi.
Selain itu Tahura R. Soerjo merupakan kawasan rawan bencana kebaran hutan.
menetapkan lokasi pada Rencana Rinci Tata Ruang. Keriteria lahan yang
ditetapkan sebagai LP2B yaitu seluruh hamparan lahan penghasil tanaman pangan
(tidak hanya sawah padi) Ladang, Sawah Pasang Surut, Sawah Lahan
Fasilitasi Penyediaan Peta dasar 1 : 5.000 sebagai basis penetapan LP2B dan
internasional dengan pemantapan kawasan perdagangan dan jasa yang telah secara
Gerbangkertasusila.
Jatim sedang mengoptimalkan modal sosial sama seperti Jawa Barat dengan
Jawa Timur sudah secara rinci dalam perhitungannya hingga tahun 2030.
yakni adalah ketersediaan lahan disana tersediaa kepastian rencana tata ruangnya,
ukur bagaimana kemudahan perizinan investasi itu ditindak lanjut dan tidak boleh
ada pungutan biaya dalam perizinannya, Jawa Timur memiliki unit reaksi cepat
listrik karena faktor ini merupakan faktor kendala yang paling besar.Jawa Timur
memiliki peta produk sehingga jika ada investor yang masuk sudah tau dimana
daerah yang tepat melakukan investasi tersebut. Dalam perizinan mimiliki standar
paling lama 3 hari dan dari luar negeri maximal 1 minggu, tidak untuk menutup
pertanian. pertanian,
industri dan
aktivitas
perkotaan
Ketersediaan Terdapat
SDM yang ter- banyak daerah
edukasi dan rawan bencana
tenaga kerja alam seperti
yang terampil banjir dan tanah
pada industri longsor
cottage
Kebijakan Secara
khusus dari keseluruhan, air
pemerintah tanah
untuk terdegradasi
ketentuan dikarenakan
infrastruktur kurangnya
sistem
pembuangan
limbah
Lemahnya
peran
pemerintah
dalam
penegakan
hukum dan
administrasi
investasi
kekuatan yang tinggi di bidang agrikultur dan perikanan dengan irigasi yang luas.
Faktor lain yang menjadikan kekuatan dari metropolitan ini adalah ketersediaan
SDM yang ter-edukasi dan tenaga kerja yang terampil pada industri cottage, dan
yang dikenal dunia dan menarik investor baik dalam maupun luar negeri, menjadi
area terdepan untuk industry supply makanan, agrobisnis, dan pengolahan produk
pertanian, menjadi pusat SDM untuk mendukung nilai tambah ekonomi melalui
pelabuhan Asia, sebagai pelabuhan laut dalam yang berfungsi dengan baik untuk
diantaranya ialah sumberdaya air yang rentan, banyak daerah rawan bencana alam
seperti banjir dan tanah longsor, kemacetan di Surabaya dan sekitarnya yang
menyebabkan kerugian ekonomi setiap hari yang cukup besar, fungsi pelabuhan
maksimum dan pasokan listrik yang tidak stabil, serta lemahnya peran pemerintah
kapasitas sumber daya air dan krisis pasokan air pada kegiatan pertanian, industri
dan aktivitas perkotaan, konversi lahan illegal dari hutan dan lahan agrikultur
menjadi perumahan dan penggunaan lahan perkotaan, laju urbanisasi yang cepat
"aglomerasi".
Struktur sosial budaya masyarakat yang dipengaruhi tata kehidupan agama Hindu
Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dalam
tersebut.
oleh subak yaitu organisasi kemasyarakatan yang secara khusus mengatur sistem
kompetitif dibandingkan dengan Provinsi Bali, yaitu tercatat sekitar 38,69 persen
masing kota yang ada di dalamnya menjadi PKN, Berdasarkan Peraturan Daerah
(Perda) No. 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bali, terdapat
aturan yang menyebutkan bahwa bangunan yang terdapat di Bali tidak boleh lebih
tinggi dari pohon kelapa, yang dalam hal ini diasumsikan menjadi 15 meter.
danau, gunung, dan sungai, dan tempat suci yang mencakup tempat ibadah agama
Hindu. Selain itu harus ada strategi yang tegas dalam peningkatan pelaksanaan
sangat kental di Bali.Role Sharing swasta dan masyarakat dalam mengisi ruang
KSN.
adanya kegiatan perkotaan yang secara fisik menyatu akibat kedekatan pusat-
pusat perkotaan di Denpasar, Gianyar dengan pusat perkotaan Gianyar dan Ubud,
Badung dengan kawasan Kuta dan Kota Semarapura yang akan dikembangkan,
juga Tabanan dengan pusat perkotaan Kediri. Tampilan fisik dan aktivitas
internasional, yang berjati diri budaya Bali dan berlandaskan Tri Hita Karana.
Mengingat karakteristik budaya Bali yang yang sangat kuat, maka ada hal-
hal non-teknis yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan ini. Karena
umum untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan berjati diri budaya Bali.
a. Penerapan konsep cathus patha, hulu – teben, tri mandala, sebagai dasar
c. Penerapan konsep karang bengang atau ruang terbuka berupa lahan pertanian
tradisional Bali.
pemantapan Pelabuhan
tak luput dari pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita itu sendiri. Pengelolaan
Pembentukan tugas, susunan organisasi, dan tata kerja, serta pembiayaan badan
zonasinya yang didasarkan pada rencana tata ruang kawasan perkotaan Serbagita
Bentuk, nilai, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif ditetapkan
sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai
tidak sesuai dengan peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota beserta rinci tata ruang dan peraturan zonasinya yang didasarkan
dan lain-lain.
mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan baik ke seluruh areal persawahan.
wargayang elok dan indah dijadikan pemandangan bagi sejumlah restoran, cafe
danhotel, tetapi petani yang memiliki sawah yang indah tersebut tidak
dijanjikan.
yaitukeberlanjutan alam, sosial dan budaya, dan ekonomi. Konsep ini secara
biaya oleh investor dari jepang, yang akan mengahbiskan biaya sekitar 2-3 triliun,
stadion.
reklamasi teluk benoa, Project Nusa Benoa berlokasi di sisi selatan Bali, yang
mangrove dan salah satu pusat wisata bahari terpopuler di Bali menjadikan
membuat saranan transportasi bus trans sarbagita selain itu akan membuat akses
Bertambah Menjadi
majunya tingkat metropolitan
sosial ekonomi dengan
masyarakat karakteristik
setempat tersendiri
sesuai kondisi
sosial budaya
masyarakat
setempat
Kegiatan
pariwisata
bertaraf
internasional
dan pertanian
yang berjati diri
Budaya Bali
merupakan sisi positif yang bisa dimanfaatkan dari Metropolitan Sarbagita. Selain
dengan Provinsi Bali. Metropolitan Sarbagita juga menjadi salah satu pusat
bertaraf internasional dan pertanian yang berjati diri budaya Bali juga merupakan
salah satu kekuatan yang ada di wilayah metropolitan ini. Selain itu potensi lain
yang dapat mendukung juga adalah sebagai kota satelit untuk Kota Denpasar dan
kota lainnya.
belum adanya transportasi massal yang memadai dan modern, sering terjadinya
sarana transportasi massal merupakan hal yang pokok yang harus ada. Sementara
itu untuk hambatan yang mungkin akan terjadi di Metropolitan Sarbagita ialah
terjadinya perubahan fungsi lahan yang cepat, serta dapat meningkatkan jumlah
BAB V
Bodebekkarpur
sehingga akan menyerap faktor produksi baru, yaitu menciptakan lapangan kerja
baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan
Oleh sebab itu, setiap daerah harus selalu mengoptimalkan pengelolaan sumber
dampak ekonomi cukup luas, yaitu terjadinya peningkatan jumlah barang dan
jasa, penciptaan nilai tambah, peggunaan tenaga kerja, dan sumber daya ekonomi
daerah berupa pajak dan retribusi daerah. Peningkatan investasi di daerah, selain
Provinsi Jawa Barat masih merupakan lokasi yang paling diminati calon
investor asing maupun domestik, selain karena dukungan jarak tempuh ke Ibu
Kota juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya
manusia yang kompeten didukung pula dengan kondisi infrastruktur yang cukup
investasi nasional, hal ini dapat dilihat dari besarnya rasio perkembangan investasi
di Jawa Barat baik dilihat dari besarnya PMA maupun PMDN terhadap total PMA
Bila dilihat dari Tabel 5.1, nilai komulatif realisasi investasi selama
periode 2011 – 2015 yang bersumber dari PMDN dan PMA yang direalisasikan
425.361.573 juta rupiah yang terdiri dari realisasi PMDN sebesar 137.038.167
juta rupiah dan realisasi PMA sebesar 288.323.406 juta rupiah. Dilihat dari rata-
rata porsi pertahun, porsi PMA terhadap total investasi sebesar 66,5% sementara
porsi PMDN hanya 33,5%. Besarnya porsi PMA terhadap total investasi di Jawa
Barat memposisikan minat investasi PMA Jawa Barat merupakan yang tertinggi
di Indonesia.
Kabupaten Purwakarta. Lokasi yang paling besar jumlah investasi PMA dan
dengan realisasi PMA sebesar 96.076.061 juta rupiah dan PMDN sebesar
periode tersebut pertumbuhan realisasi investasi terbesar terjadi pada tahun 2013
dengan total investasi 67.500.904 juta rupiah atau meningkat sebesar 77,52% dari
PMA sebesar 84, 14% dan pertumbuhan PMDN 62,37%. Sementara pertumbuhan
investasi terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu hanya sebesar 8,06%. Rendahnya
11,56%.
Tabel 5.1
Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 2015
(Dalam Juta Rupiah)
Pertumbuhan Proporsi
Total
Tahun PMDN PMA (%) (%)
Investasi
Total PMDN PMA Total PMDN PMA
Investasi Investasi
2012 52.680.541 16.023.987 36.656.554 8,06 119,34 11,56 100,00 30,42 69,58
2013 93.518.910 26.018.005 67.500.905 77,52 62,37 84,14 100,00 27,82 72,18
2014 108.893.993 37.907.605 70.986.388 16,44 45,70 5,16 100,00 34,81 65,19
2015 121.516.953 49.783.024 71.733.929 11,59 31,33 1,05 100,00 40,97 59,03
Meskipun sebagian besar nilai investasi dalam bentuk PMA, namun dilihat
dari jumlah proyek investasi di Jawa Barat lebih banyak pada proyek PMDN
dibandingkan dengan PMA. Seperti dilihat pada tabel 5.2, selama periode tahun
2011 – 2015 jumlah proyek investasi dan tenaga kerja pada investasi PMDN
sebanyak 85.046 proyek dan 491.584 tenaga kerja sedangkan jumlah proyek
investasi dan tenaga kerja pada investasi PMA sebanyak 10.449 proyek dan
1.477.702 tenaga kerja. Artinya nilai investasi dari setiap proyek PMDN lebih
kecil dari nilai investasi dari setiap proyek PMA. Oleh karena rata-rata nilai
investasi proyek PMA lebih besar dari rata-rata nilai investasi proyek PMDN
maka jumlah tenaga kerja yang terserap di proyek PMA lebih besar dari tenaga
kerja bagi masyarakat. Bila dilihat dari korelasi atau hubungan antara besarnya
mempunyai hubungan yang linier, tetapi bila dilihat dari perkembangan nilai
investasi dengan penyerapan tenaga kerja tidak memiliki hubungan yang linier.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat dari fakta yang ada menunjukkan bahwa pada tahun
2012 pertumbuhan investasi hanya 8,06% dengan nilai total investasi sebesar
52.680.540 juta rupiah dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak
448.619 orang, sementara pada tahun 2013 pertumbuhan investasi tertinggi yaitu
77,52% dengan total investasi 93.518.909 juta rupiah hanya hanya menyerap
Tabel 5.2
Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat
Periode Tahun 2011 – 2015
Jenis usaha yang paling diminati investor baik PMA maupun PMDN di
Jawa Barat adalah sektor sekunder. Dari tabel 5.3 menunjukkan pada tahun 2015
saja porsi investasi sektor sekunder mencapai 53,75%, sektor tersier 44,42% dan
sektor primer hanya 1,83%. Investasi terbesar pada sektor sekunder adalah
investasi pada jenis sektor atau lapangan usaha industri kertas dan percetakan
Tabel 5.3
Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat
Periode Tahun 2011 - 2015
Sektor
(%) 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah PMA dan PMDN terbesar pada sektor sekunder setiap tahunnya
terjadi perubahan. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah realisasi investasi terbesar
dan jumlah tenaga kerja terbanyak berada pada sektor industri logam, mesin dan
elektronik, selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 jumlah realisasi investasi
terbesar dan jumlah tenaga yang terserap paling banyak pada sektor industri
kendaraan bermotor dan industri logam, mesin dan elektronik. Pada tahun 2015
sektor industri logam, mesin, elektronik dan sektor industri kendaraan bermotor,
investasi dan jumlah tenaga kerja terbesar pada tahun 2015 terjadi pada sektor
kegiatan usaha. Pola optimum investasi sebagian besar tergantung pada iklim
investasi yang tersedia di daerah tersebut dan pada produktivitas marginal sosial
dari berbagai jenis investasi, sehingga jenis investasi apapun yang masuk harus
mengacu kepada perencanaan dan kebijakan yang sudah dibuat, dan sedapat
produksi.
stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur
sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu perburuhan), regulasi
dan perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good
2005) terdapat lima indikator yang menentukan daya tarik investor untuk masuk
Politik Sosial Budaya, Ekonomi Daerah, Tenaga Kerja, dan Infrastruktur Fisik.
Indonesia menurut World Bank yang terbagi dalam sepuluh kriteria, yaitu sebagai
merupakan salah satu tolok ukur para pengusaha khususnya pengusaha dunia
metropolitan, berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga merupakan 1st tier
pemukiman lanjutan) dengan zona lingkaran urban dan memang dekat dengan
pusat perkantoran atau perdagangan. Zona-zona ini juga dikenal sebagai lingkaran
komuter, dan dapat meluas melewati lingkaran urban tergantung definisi yang
digunakan. Hal itu dapat dilakukan antara lain dengan memperkuat kawasan
metropolitan tersebut.
dan tentunya akan diikuti oleh perkembangan aktivitas ekonomi, luas lahan dan
tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan DKI Jakarta, tetapi juga
tentunya harus diantisipasi sejak dini. Untuk antisipasi isu-isu tersebut diperlukan
perencanaan dan kebijakan serta anggaran yang memadai oleh para provider baik
area yang sangat luas dengan kontur yang relative datar serta berdekatan dengan
daerah khusus ibu kota, serta memiliki lokasi yang relative dekat pelabuhan
uadara maupun laut. Posisi ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi
keuangan dan jasa. Oleh karena itu untuk mendukung terwujudnya konsep
Infrastruktruk yang baik merupakan salah satu factor penentu minat investor
pada khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Dengan semakin
dari dunia usaha, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
Seperti yang disajikan dalam tabel 5.4, total realisasi investasi selama lima
tahun dalam periode waktu tahun 2011 - 2015, total investasi di wilayah
87,117 trilyun dan PMA sebesar 238,983 trilyun. Total investasi terbesar,
sebesar Rp 120,581 trilyun dan Rp 111,823 trilyun. Bila dilihat dari besaran
fluktuatif dan tren yang menurun, walaupun dari sisi nilai investasi menunjukkan
peningkatan. Dalam periode tersebut pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 yaitu
sebesar 75,58% sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu
periode tersebut dapat menciptakan proyek investasi sebanyak 42.764 proyek dan
investasi disetiap kaputen dan kota, jumlah tenaga kerja yang terserap paling
Tabel 5.4
Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur
Selama Periode Tahun 2011 – 2015
Investasi (dalam juta Rp) Total Distribusi
No. Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kota Bogor 304.319 832.230 110.531 152.087 3.104.314 4.503.481 1,38%
2 Kabupaten Bogor 4.113.607 1.995.887 2.660.938 7.037.162 9.782.250 25.589.844 7,85%
3 Kota Depok 4.647.097 1.948.374 1.698.926 4.296.777 2.552.310 15.143.485 4,64%
4 Kota Bekasi 869.555 2.365.780 2.392.114 5.353.083 6.703.612 17.684.145 5,42%
5 Kabupaten Bekasi 13.205.148 18.695.748 22.198.438 31.356.360 35.126.038 120.581.732 36,98%
6 Kabupaten Karawang 5.332.613 14.253.793 41.073.102 25.710.487 25.453.641 111.823.636 34,29%
7 Kabupaten Purwakarta 1.267.366 3.692.093 6.739.910 13.605.011 5.470.279 30.774.659 9,44%
Total 29.739.705 43.783.905 76.873.959 87.510.968 88.192.445 326.100.982 100,00%
Pertumbuhan (%) 47,22% 75,58% 13,84% 0,78% 269,76%
Sumber: BPMPT Jawa Barat
47,22%
50,00%
13,84%
0,78%
0,00%
2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan Investasi per Tahun
Tahun
Grafik 5.2
Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur
Periode Tahun 2011 – 2015
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 75,58%, sementara
pertumbuhan investasi PMDN terbesar terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar
110,5%. Sedangkan bila dilihat dari pola distribusinya anatara total investasi
dengan PMDN tidak ada perbedaan, dimana distribusi terbesar didominasi oleh
Kabupaten Bekasi. Sedangkan distribusi atau share PMDN terendah terhadap total
Tabel 5.5
Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah Bodebekkarpur
Selama Periode Tahun 2011 – 2015
PMDN (dalam juta Rp) Total Distribusi
No. Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015
120,00% 110,50%
100,00% 83,71%
Persentase
80,00%
60,00% 43,76%
40,00%
20,00% 9,45%
0,00%
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Pertumbuhan PMDN per Tahun
Grafik 5.4
Distribusi PMDN di Bodebekkarpur
Tabel 5.6
Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah Bodebekkarpur
Selama Periode Tahun 2011 – 2015
60,00%
32,74%
40,00%
20,00% -0,07%
0,00% -14,95%
-20,00%2011 2012 2013 2014 2015
-40,00%
Tahun
Grafik 5.5
Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur
Wilayah Bodebekkarpur
merupakan daerah yang diminati para investor domestic (PMDN) maupun asing
tahun 2013 sebesar 75,58%, dan pertumbuhan terrendah terjadi pada tahun 2015
yaitu hanya sebesar 0,78%. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat mengalami
terjadi pada tahun 2013 sebesar 77,52%, dan pertumbuhan terrendah terjadi pada
tahun 2015 yaitu hanya sebesar 11,59%. Dengan demikian pola atau fluktuasi
pertumbuhan investasi Jawa Barat sama dengan pola atau fluktuasi pertumbuhan
investasi Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 72,58%. Porsi terbesar terjadi
pada tahun 2013 dengan besaran kontribusinya sebesar 83,11%. Sedangkan rata-
rata porsi investasi Jawa Barat terhadap nasional hanya sebesar 21,58%. Porsi
terbesar terjadi pada tahun 2014 yakni sebesar 23,53%. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.7
Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat dengan
Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015
Bila dilihat dari besarnya total investasi dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 total investasi PMDN Jawa Barat sebesar 137.038 milyar rupiah, dari
Bodebekkarpur. Jumlah tenaga kerja yang terserap 491.584 orang, dari jumlah
orang. Dilihat secara sektoral, bidang usaha yang paling diminati oleh investor
Total investasi PMA Jawa Barat dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2015 jauh lebih besar total investasi PMDN yaitu sebesar 288.323milyar rupiah,
dari total PMA tersebut sebesar 238.983 milyar rupiah di investasikan di wilayah
1.073.374 orang. Dilihat secara sektoral, bidang usaha yang paling diminati oleh
bahwa total realisasi investasi maupun jumlah proyek dan tenaga yang terserap,
wilayah lain baik dalam ruang lingkup Provinsi maupun nasional. Untuk lebih
jelasnya mengenai perbandingan nilai investasi, jumlah proyek dan tenaga kerja
yang terserap di wilayah Jawa Barat dan wilayah Bodebekkarpur dapat dilihat
Tabel 5.8
Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat dengan Bodebekkarpur
Periode Tahun 2011 – 2015
pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu daerah. Untuk melihat berapa besarnya
oleh penambahan investasi (∆K). Dengan kata lain, nilai ICOR menunjukkan
seberapa besar ekonomi daerah dapat tumbuh dengan penambahan investasi yang
telah dan akan ditanamkan. Berikut ini adalah nilai ICOR di Metropolitan
Tabel 5.9
ICOR Kabupaten/Kota di Metropolitan Bodebekkarpur
Periode Tahun 2012-2015
ICOR
No. Kabupaten/Kota
2012 2013 2014 2015 Rata-Rata
1 Kota Bogor 0,66 0,09 0,11 2,10 0,74
2 Kabupaten Bogor 0,34 0,42 1,06 1,32 0,79
3 Kota Bekasi 0,80 0,84 1,92 2,29 1,46
4 Kota Depok 0,85 0,81 1,80 1,09 1,14
5 Kab Purwakarta 1,81 2,99 7,18 3,02 3,75
6 Kab Karawang 2,72 4,63 3,98 4,47 3,95
7 Kab Bekasi 1,74 1,98 2,98 3,93 2,66
8 Bodebekkarpur 1,44 2,21 2,73 2,88 2,31
ICOR Bodebekkarpur
Tahun 2012-2015
3,5
2,88
3 2,73
2,5 2,21
2
1,44
1,5
1
0,5
0
2012 2013 2014 2015
ICOR
sejak tahun 2012 sampai tahun 2015. Pada tahun 2012 nilai ICOR di
(investasi) sebesar 1,44 unit atau untuk meningkatkan tambahan output sebesar
Rp 1.000,- diperlukan tambahan modal sebesar Rp. 1.400,-. Pada tahun 2013 nilai
dibandingkan tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2014 dan 2015 nilai ICOR
2012 - 2015 diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,31. Nilai ICOR Metropolitan
nilai ICOR yang menunjukkan produktivitas investasi yang baik antara 3–4,
Tabel 5.10
Rencana Kebutuhan Investasi
Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur
Periode Tahun 2016-2020
Tabel 5.11
Rencana Kebutuhan Investasi
Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur
Periode Tahun 2021-2025
Kebutuhan Investasi (Juta Rupiah)
No. Kabupaten/Kota
2021 2022 2023 2024 2025 Total
1 Kota Bogor
1.592.303 1.687.841 1.789.112 1.896.459 2.010.246 8.975.961
2 Kabupaten Bogor
8.332.104 8.832.030 9.361.952 9.923.669 10.519.089 46.968.844
3 Kota Bekasi
6.901.446 7.315.533 7.754.465 8.219.733 8.712.917 38.904.094
4 Kota Depok
3.635.814 3.853.963 4.085.200 4.330.312 4.590.131 20.495.420
5 Kab Purwakarta
12.094.165 12.819.815 13.589.004 14.404.344 15.268.605 68.175.933
6 Kab Karawang
44.518.128 47.189.216 50.020.569 53.021.803 56.203.111 250.952.827
7 Kab Bekasi
46.575.105 49.369.611 52.331.787 55.471.695 58.799.996 262.548.194
8 BODEBEKKARPUR
121.980.315 129.299.134 137.057.082 145.280.507 153.997.338 687.614.376
Sumber: hasil pengolahan data
1% 7%
6%
3% Kota Bogor
38%
10% Kabupaten Bogor
Kota Bekasi
Kota Depok
Kab Purwakarta
36%
Kab Karawang
Kab Bekasi
Grafik 5.8
Distribusi Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur
Nilai ICOR dan indikator PDRB merupakan salah satu data dan informasi
pertumbuhan ekonomi dan inflasi dengan besaran tertentu, maka dengan dasar
nilai rata-rata ICOR yang ada, kebutuhan investasi pada tahun-tahun mendatang
dapat ditentukan. Berdasarkan data tabel 5.10 dan 5.11 diatas kita dapat melihat
harus memiliki target atau sasaran tingkat pertumbuhan ekonomi dengan suatu
Bodebekkarpur pada tahun 2015 sebesar 5,45 persen, maka jika target rata-rata
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 – 2025 ditetapkan 6 persen setiap tahun
persen dan nilai ICOR konstan, maka pada tahun 2016 kebutuhan riil investasi di
asumsi–asumsi yang sama, maka pada tahun 2017 investasi yang dibutuhkan
mencapai Rp. 96,619 triliun. Hingga pada tahun 2020 nanti, tingkat kebutuhan
dengan asumsi pertumbuhan 6 persen dan tingkat inflasi 4 persen. Dengan asumsi
tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan nilai ICOR yang sama kita juga
2025 yaitu sebesar Rp 153,997 triliun rupiah. Dengan demikian jika kita
jumlahkan total kebutuhan investasi dari tahun 2016 sampai tahun 2025 dengan
asumsi yang sama, maka dibutuhkan investasi sebesar Rp 1.201,439 triliun rupiah.
Berdasarkan tabel 5.10 dan 5.11 diatas kita juga dapat melihat bahwa
tahun 2015 sebesar Rp 9,782 triliun, dan pada tahun 2016 sebesar Rp 6,226
sebesar 6,09 persen dan tingkat inflasi sebesar 2,70. Sementara asumsi
pertumbuhan ekonomi yang dipakai di Kabupaten Bogor pada tahun 2016 sebesar
6 persen, dan tingkat inflasi sebesar 4 persen. Jadi wajar seandainya nilai
untuk wilayah yang kebutuhan investasinya mengalami kenaikan dari tahun 2015
Purwakarta.
Metropolitan dari DKI Jakarta, maka rencana kebutuhan investasi merupakan hal
yang sangat penting untuk dikaji agar konsep metropolitan mandiri yang berbasis
Opportunities dan Threats (SWOT) Analysis, meliputi dua bentuk matriks, yaitu
Internal Factor Analysis Summary (IFAS) untuk mengetahui faktor internal yang
yang memiliki aksesibiltas tinggi dan kedekatan lokasi dengan DKI Jakarta
sebagai pusat modal, potensi pasar dan outlet pelabuhan dan Bandara berskala
Internasional.
Gambar 5.2
Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung DKI Jakarta dan
Metropolitan Bandung Raya
lain
Keanekaragaman obyek wisata, mulai dari wisata alam sampai wisata kuliner
dan belanja
Barat
dan sehingga secara tidak langsung wilayah ini sudah berkarakter kota. Hal ini
sendiri
PDRB terbesar di wilayah metropolitan ini dipegang oleh tiga daerah, yakni
periode tahun 2012-2013. Pada tahun 2012 dan 2013 Indeks Gini mencapai
0,41. Kondisi secara umum distribusi pendapatan semakin tidak merata dalam
Pemasaran hasil industri sangat bergantung kepada DKI Jakarta karena tidak
Bodebek Karpur sebagai 1st tier berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga
st st
DKI Jakarta sebagai 1 Bodebek Karpur sebagai 1
tier tier
Wilayah BODETABEK Berdampingan dengan DKI
nd st
sebagai 2 tier Jakarta yang juga 1 tier
Gambar 5.3
Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur
Surabaya.
Gambar 5.4.
Jalur Kereta Cepat : Jakarta-Surabaya
Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung.Kereta
dalam dua puluh tahun mendatang, total perjalanan diperkirakan akan tumbuh
secara lebih cepat. Total perjalanan yang akan dilakukan di Jabodetabek pada
tahun 2020 akan meningkat 40 persen dibanding tahun 2002. Kinerja sistem
seluruh wilayah Jabodetabek akan turun dari 34,8 km per jam pada tahun 2002
menjadi 24,6 km per jam pada tahun 2020. Berdasarkan data JAPTraPIS
Study Team pada tahun 2011 jumlah perjalanan dari Bodetabek ke DKI
Gambar 5.5
Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodetabek ke Jakarta Tahun 2011
Gambar 5.6
Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke DKI Jakarta (Tahun 2011)
(sumber: JAPtraPIS study team)
Dengan produktivitas yang masih rendah, masalah kompetensi dan upah yang
perusahaan dan tenaga kerja, daya tarik investasi dari sisi ketenagakerjaan
manusia
Lahan pertanian sawah di Jawa Barat terus menurun. ada 2015 luasan lahan
sawah sekitar 23,49 persen, menurun dari 26 persen pada 2010 dari total
luasan Jawa Barat. Pada 2010, dari olahan data berbagai sumber, lahan sawah
masih 961.833,48 hekktare. Pada 2015 menjadi 868 ribu hektare lebih.
Penurunan luas lahan sawah itu seiring dengan berkurangnya produksi padi
juga disebabkan alih fungsi lahan untuk perindustrian dan perumahan. Hal ini
Analisis data faktor lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki Metropolitan
EFAS).
0,0 hingga 1,0 (tidak penting hingga sangat penting) pada kolom kedua,
pada kolom ketiga. Rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 tersebut
EFAS).
Hasil dari perhitungan analisa faktor internal dan eksternal dari kajian investasi
IFAS
Internal Weight Rating Value
Factors
Strengths
S1 Letak yang strategis 0.22 4 0.889
Weakness
W1 Ketimpangan perkembangan Bodebek 2
Karpur dengan DKI Jakarta dan
ketimpangan perkembangan antar
wilayah yang berada dalam lingkup
kawasan Bodebek Karpur 0.06 0.111
Faktor Eksternal
EFAS
External Weight Rating Value
Factors
Opportunity
O1 Konsep twin metropolitan bodebek 4
karpur – dki jakarta 0.25 1.000
O4 Pengembangan pembangunan KA 2
super-cepat: Jakarta-Surabaya 0.14 0.286
Threat
T1 Kurang kondusifnya pasar tenaga 4
kerja 0.04 0.143
Hasil gabungan total skor terbobot dari faktor-faktor internal dan eksternal
diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sedang berjalan atau sedang
Nilai yang diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor strategi internal dan
menggunakan matrik internal eksternal (IE) sebagai berikut, nilai IFAS yang
diperoleh adalah 3,028 dan nilai EFAS 3,393, sehingga strategi investasi
Gambar 5.7
Matrix SWOT Bodebekkarpur
Integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama
untuk daerah yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share)
vertikal yang dapat dicapai dengan dukungan sumber daya internal maupun
Beberapa keuntungan dari integrasi vertikal ini adalah turunnya biaya serta
meningkatnya koordinasi dan kontrol. Hal ini merupakan cara terbaik bagi
belanja modal APBD bidang infrastruktur serta melalui kekayaan negara yang
investasi yang dikelola oleh pemerintah daerah diharapkan dapat sejalan dengan
program dan kegiatan yang termuat dalam peta jalan (road map) kebutuhan
Tabel 5.14
Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur
INDIKATOR DESKRIPSI
ARAH INDIKATOR
NO SASARAN KINERJA PROGRAM KEGIATAN OUTPUT
KEBIJAKAN KINERJA PROGAM
SASARAN KEGIATAN
1 Perencanaan Terpetakannya Menyediakan Program Tersedianya Lahan Pembangunan Tersedianya Kawasan
Pengembangan Investasi Detail Kawasan Rencana Kawasan Pengembangan Untuk Kebutuhan Infrastruktur Pengembangan
di Kawasan Metropolitan (Lokasi) atau Lokasi Kawasan Investasi Kawasan dan Investasi dan
Bodebekkarpur (2016 – Pengembangan Pengembangan Investasi Bodebekkarpur Pendukung Meningkatnya Kualitas
2020) Investasi Investasi Bodebekkarpur Transportasi Jalan dan Infrastruktur
Metropolitan Metropolitan Kawasan Investasi Pendukung
Bodebekkarpur Bodebekkarpur Transportasi Kawasan
Investasi
Terpetakannya Menyediakan SOP Program Meningkatnya Jumlah Penyederhanaan Kejelasan SOP
Insentif Proses Pengurusan Promosi dan Nilai Investasi Ijin dan Percepatan Perijinan serta Insentif
Kemudahan Ijin Investasi Kemudahan Kawasan Proses Perijinan Yang Diberikan
Perijinan Kawasan Kawasan Investasi Bodebekkarpur Pemerintah Daerah dan
Investasi Metropolitan Bodebekkarpur Pusat
Bodebekkarpur
Meningkatnya Mempertemukan Program Meningkatnyanya Workshop dan Adanya Kerjasma Antar
Kerjasama Calon Investor Bodebekkarpur Jumlah Investor di Pameran Peluang Investor di Kawasan
Investasi Swasta, Kawasan Investment Kawasan Investasi Kawasan Metropolitan
Antar Pelaku Metropolitan Expo Bodebekkarpur Metropolitan Bodebekkarpur
Investasi Maupun Bodebekkarpur Bodebekkarpur
Dengan Investor
Swasta Dengan
BUMD
BAB VI
6.1 Kesimpulan
di Jawa Barat.
sebesar 2,31, dengan nilai ICOR terkecil pada tahun 2012 yaitu sebesar
1,44.
triliun.
sebesar 36 persen.
wilayah ini.
mempertahankan investasi.
Perhitungan ICOR
Perhitungan ICOR Bodebekkarpur
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 656.373.773 695.756.200 737.501.572 781.751.666 828.656.766
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 878.376.172 931.078.742 986.943.467 1.046.160.075 1.108.929.680
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 26.813.298 28.422.096 30.127.421 31.935.067 33.851.171
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 35.882.241 38.035.175 40.317.286 42.736.323 45.300.503
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 132.120.921 140.048.176 148.451.066 157.358.130 166.799.618
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 176.807.595 187.416.051 198.661.014 210.580.675 223.215.516
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 39.776.614 42.163.211 44.693.004 47.374.584 50.217.059
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 53.230.083 56.423.888 59.809.321 63.397.880 67.201.753
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 58.790.490 62.317.919 66.056.994 70.020.414 74.221.639
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 78.674.937 83.395.433 88.399.159 93.703.109 99.325.295
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 218.313.733 231.412.557 245.297.311 260.015.149 275.616.058
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 292.153.022 309.682.203 328.263.135 347.958.923 368.836.459
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 140.392.758 148.816.323 157.745.303 167.210.021 177.242.622
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 187.877.180 199.149.810 211.098.799 223.764.727 237.190.610
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 40.165.958 42.575.915 45.130.470 47.838.298 50.708.596
PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 53.751.112 56.976.179 60.394.749 64.018.434 67.859.541