Anda di halaman 1dari 117

Imunologi Dasar dan Imunologi

Reproduksi

Utami M

dr. Zainuri Sabta Nugraha, M.Sc


Tujuan Belajar
• Menjelaskan Karakteristik sistem imun
nonspesifik
• Menjelaskan tahap respon imun nonspesifik
• Menjelaskan interaksi patogen-reseptor
• Menjelaskan mekanisme respon imun seluler:
fagositosis, sel NK
• Menjelaskan mekanisme respon imun humoral:
komplemen,
• Menjelaskan respon imun spesifik seluler
• Menjelaskan respon imun spesifik humoral

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Lingkungan hidup
manusia dikelilingi oleh
berbagai mikroba dan
agen /substansi
berbahaya lainnya

Sistem
perlindungan

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Fungsi sistem Imun

• Pertahanan terhadap serangan


patogen (virus, bakteri, parasit,
jamur)
• Membuang sel-sel yang sudah
“tua” (contoh: eritrosit tua) &
debris jaringan (produk dari
trauma atau penyakit)
• Mengidentifikasi dan
menghancurkan sel-sel yang
abnormal/sel-sel yang mutasi
(mutan)  pertahanan I thd
keganasan
• Menolak sel-sel “asing” (e.g.,
organ transplant)
Sistem Pertahanan Tubuh
(Sistem Imun, Body
Defense)
SISTEM IMUN NON SPESIFIK
(Innate Immunity System)
• Berfungsi sbg barier terdepan pada awal
terjadinya infeksi/ penyakit  Natural / native
immunity
• Meliputi :
1. Pertahanan Fisik / Biokimiawi /Biologi  1st line
2. Pertahanan Seluler  2nd line
3. Pertahanan Humoral  2nd line
The Body’s First Line of Defense

• Struktur/molekul fisik, kimia, dll serta proses


yang berfungsi mencegah patogen masuk ke
dalam tubuh
• Kulit, membran mukosa (sal. respiratori,
digesti, urin, sistem reproduksi)
Fisik/Mekanik
Sistem/Organ Tipe sel Mekanisme
Kulit Epitel skuamosa Barier fisik
Deskuamasi
Membran Epitel nonsilia (Co: sal.cerna) Peristalsis
mukosa
Epitel bersilia (Co: saluran Elevasi mukosiliaris
pernapasan)

Epithelium (e.g. Bilasan air mata,


nasopharynx) saliva, mukus, urin

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Biokimia
Sistem/Organ Komponen Mekanisme

Kulit Keringat Asam lemak : antimikroba

Membran HCl (sel parietal), air mata pH rendah


mukosa & saliva Lysozyme & phospholipase
A

Defensins (respiratory & Antimikroba


GI tract)

Surfaktan (paru) Opsonin

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Biologi
Sistem/Organ Komponen Mekanisme
Kulit dan membran Flora normal Substansi antimikroba
mukosa
Berkompetisi untuk
mendapatkan nutrisi &
kolonisasi

Lokasi Bakteri Total


Kulit 103/cm2 1012
Kulit kepala 106/cm2
Mukus nasal 107/g
Saliva 108/g
Mulut - 1010
Feses >108/g
Saluran cerna >1014
The Body’s Second Line of Defense

• Bekerja ketika patogen telah berhasil


masuk/penetrasi melalui kulit membran
mukosa
• Terdiri dari komponen selular dan humoral
(antimicrobial chemicals)
• Sebagian besar komponen tersebut
terkandung atau berasal dari darah
Komponen seluler sistem imun
Schematic representation of hematopoiesis
Komponen seluler nonspesifik
Sel Mekanisme
Netrofil Fagositosis dan intracellular killing
Inflamasi dan kerusakan jaringan
Makrofag Fagositosis dan intracellular killing
Extracellular killing of infected or altered self targets
Perbaikan jaringan
APC pada respon imun spesifik
Sel NK Memusnahkan sel yang terinfeksi virus
Eosinofil Memusnahkan parasit tertentu
Komponen Humoral Nonspesifik
Komponen Mekanisme
Komplemen Lisis bakteri dan virus (tertentu)
Opsonin
Meningkatkan permeabilitas vaskular
Merekrut & mengaktivasi fagosit
Sistem Koagulasi Meningkatkan permeabilitas vaskular
Merekrut sel fagosit
B-lysin dari platelets – a cationic detergent
Lactoferrin dan Berkompetisi dengan bakteri dlm menggunakan Fe
transferrin
Lysozyme Memecah dinding sel bakteri
Sitokin Efek bervariasi
Karakteristik Sistem Imun Nonspesifik
• Jika terpajan patogen yang sama, responnya tetap
sama/tidak berubah
• Mengenali struktur yang sama dari berbagai patogen,
struktur tersebut tidak dijumpai pada sel normal pejamu
• Struktur patogen yang dikenali sistem imun nonspesifik pada
umumnya merupaka struktur yang punya peran penting bagi
patogen
• Tidak mengalami mutasi
• Dapat mengenali molekul yang dilepas oleh jaringan yang
rusak/nekrosis
• Reseptor sistem imun nonspesifik dikode di dalam germline
• Sistem imun nonspesifik tidak bereaksi terhadap sel tubh
pejamu
Respons Imun
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi
Konsep pengenalan

• Secara normal, • Mikroba (virus, bakteri,


komponen self bebas parasit)
dari komponen mikroba
invasif
• Sel atau protein tubuh
• Bebas dari komponen
abnormal
sel abnormal tubuh (sel
kanker) • Protein asing
• Bebas dari sel individu
• Sel individu lain dari
lain dari spesies yang spesies yang sama
sama (organ transplant) (organ transplant)

18
Peran reseptor dalam sistem imun
• Peran reseptor : mengenali dan
membedakan komponen non self atau
self
• Komponen self mempunyai tanda (self
indicator) yang dapat dikenali oleh sel
imun tubuh.
• Molekul yang berinteraksi dengan
reseptor disebut dengan ligand

19
Respon Imun Nonspesifik

• Respon Inflamasi
• Fagositosis
• Sel NK (Natural Killer)
• Komplemen dan sitokin
Fagositosis dan
Intracellular killing

Netrofil dan Makrofag


Respon fagosit terhadap infeksi
• Sinyal SOS
• N-formyl methionine-
containing peptides
• Clotting system peptides
• Complement products
• Cytokines released by tissue
macrophages
• Respon fagosit
• Vascular adherence
• Diapedesis
• Chemotaxis
• Activation
• Phagocytosis and killing
Source: SOM PathMicro online textbook
Mekanisme kerja sel fagosit
• Makrofag dan netrofil mengenali patogen
melalui reseptor yang ada di permukaan
makrofag, monosit atau netrofil
• Ikatan patogen dan sel fagosit akan :
1.Memacu terjadinya fagositosis melalui
pembentukan fagolisosom
2.Memacu sekresi produkt toksik
3.Memacu sekresi cytokine (sitokin) dan
chemokine (kemokin)
4.Menginisiasi respon inflamasi
Fagositosis
A A. Attachment via receptors
• FcR, complement R,
scavenger R, Toll-like
B R
B. Pseudopod extension
C C. Phagosome formation
D. Granule fusion and
Phagolysosome
D
formation
Fagositosis
Sel NK (Natural Killer)
• Sel NK, mempunyai 2 macam reseptor:
1. KAR : killer activation receptor  mengenali sel
yang terinfeksi virus atau sel kanker  sel NK
akan membunuhnya
2. KIR : killer inhibition receptor (killer cell
immunoglubulin-like receptors)  mencegah sel
NK untuk membunuh sel normal, yakni sel yang
mengekspresikan MHC kelas I atau tidak
mempunyai penanda sel abnormal lainnya

26
Activated NK cells express killer activating
and killer inhibitory receptors

27
NK cells kill when MHC-I expression is impaired

Some types of tumor cells have down-regulated MHC-I expression


28
Inflamasi/ Peradangan

• Merupakan respons lokal tubuh thd infeksi


atau perlukaan
• Tidak spesifik hanya untuk infeksi mikroba,
tetapi respons yg sama juga terjadi pada
perlukaan akibat suhu dingin, panas, atau
trauma
• Pemeran utama: fagosit, a.l: neutrofil,
monosit, & makrofag
Peran inflamasi

• Sinyal inflamasi diperantarai oleh sel


mast  melepas histamin.
• Histamin menyebabkan penumpukan
cairan di sekitar jaringan yang rusak 
mengencerkan toksin  bengkak
(edema)
• Suhu pada jaringan lokal meningkat 
dapat membunuh mikroba yang tidak
tahan panas
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran UII
Tahap inflamasi
1. Masuknya bakteri ke dalam jaringan
2. Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksi
meningkatkan aliran darah (RUBOR/kemerahan &
CALOR/panas)
3. Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap
protein meningkat  difusi protein & filtrasi air ke
interstisial (TUMOR/bengkak & DOLOR/nyeri)
4. Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke
interstisial
5. Penghancuran bakteri di jaringan  fagositosis (respons
sistemik: demam)
6. Perbaikan jaringan
KOMPLEMEN (C)
• Sejumlah protein yg jika diaktifkan akan memberi
proteksi thd infeksi & berperan dlm respon
inflamasi.
• Diproduksi o/ Monosit & hepatosit
• Di serum normal C bersama Antibodi mampu
membunuh bakteri gram negatif
• Berperan dalam imunitas alami dan adaptif
Nomenklatur komplemen

• C1 s.d. C9, B, D, P adalah komponen


nativ dari protein komplemen
• Fragmen dari komponen komplemen,
ditulis huruf kecil. Jika fragmen berukuran
kecil, ditulis sebagai “a” dan jika besar,
ditulis sebagai “b”. Misal C5b, Bb, C3a

34
3 Jalur aktivasi komplemen

35
Biological properties of C-
activation products

Produk Efek Biologis Regulasi

C2b
(prokinin) edema C1-INH

C3a mast cell degranulation; carboxy-


(anaphylatoxin) enhanced vascular peptidase- B
permeability; anaphylaxis (C3-INA)

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Biological properties of C-activation
products

Produk Efek biologis Regulasi


C3b (opsonin) opsonization; factors H & I
phagocyte activation

C4a as C3, but less (C3-INA)


(anaphylatoxin) potent

C4b (opsonin) opsonization; C4-BP,


phagocytosis factor I

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Biological properties of C-
activation products

Produk Efek Biologis Regulasi

C5a anaphylactic as C3, but carboxy-


(chemotactic much more potent; peptidase-B
factor) attracts & activates PMN (C3-INA)
causes neutrophil
aggregation, stimulation
of oxidative metabolism
and leukotriene release

C5b67 chemotaxis, attaches protein-S


to other membranes
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran UII
Fungsi Komplemen (C)
• Lisis sel bakteri dan virus
• Opsonisasi dg meningkatkan fagositosis Ag
• Immune complex clereance

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Proses opsonisasi oleh komplemen

C5a (anafilatoksin) meningkatkan fagositosis 41


Komplemen menginduksi inflamasi
lokal

C5a lebih aktif daripada


C3a, C3a lebih aktif
daripada C4a

Inflamasi lokal, karena


efek:
-Chemoattractive
-Aktivitas anafilaktif

42
SITOKIN
• Sitokin (sito= sel ; kinos= pergerakan) : suatu
molekul signaling yg digunakan komunikasi sel.
• Berupa peptida, protein atau glikoprotein yg
diproduksi sbg respon thd mikroba /Ag lain yg
memperantarai & mengatur sistem imun.
• Sitokin memperantarai reaksi inflamasi dan
berperan sebagai stimulator hematopoiesis

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
SITOKIN
• Sitokin disekresikan oleh sel imun yg terpapar
patogen.
• Semua sel berinti khususnya sel endo/epitel dan
makrofage potensial memproduksi IL-1, IL-6, and
TNF-α
• Sitokin berperan dalam pertahanan spesifik maupun
non spesifik.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
SITOKIN
• Aksi Sitokin adalah
- autocrine :
bekerja pd sel yg memproduksi dirinya
- paracrine,
bekerja pd sel tetangga
- endocrine.
difusi ke bagian tubuh melalui aliran plasma
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran UII
Klasifikasi SITOKIN
• Berdasarkan fungsinya, sel yg mensekresi /target
aksinya
• Klasifikasi dari Sitokin :
-Lymphokine (cytokines made by lymphocytes),
-Monokine (cytokines made by monocytes),
-Chemokine (cytokines w/ chemotactic activities)
-Interleukin (cytokines made by one leukocyte & acting
on other leukocytes).

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran UII
Sitokin dan kemokin yang diproduksi oleh
fagosit yang teraktivasi
Sitokin/kemokin Target sel Mekanisme aksi
Interleukin (IL)-1 Endotel vaskuler Meningkatkan
permeabilitas
vaskuler endotel
Stimulasi sekresi
IL-6
IL-6 Liver Produksi protein
fase akut
(efek:demam)
IL-8 Endotel vaskuler Aktivasi endotel
vaskuler
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran UII
cont
Sitokin/kemokin Target sel Mekanisme aksi

IL-12 Sel NK Mengaktifkan sel


NK
Mempengaruhi
diferensiasi
llimfosit
TNF alfa Endotel vaskuler Meningkatkan
perabilitas
endotel vaskuler

Program Studi Pendidikan Dokter 48


Fakultas Kedokteran UII
49
Vaksinasi/Imunisasi: Mitos vs Fakta
Jika kebersihan dan sanitasi terjaga
baik, kuman dan virus penyakit MITOS
otomatis hilang, sehingga vaksin tak
lagi diperlukan.
Anak lebih baik mendapatkan
kekebalan tubuh dari penyakitnya MITOS
sendiri daripada lewat vaksin.

Vaksin menyebabkan autisme.


MITOS

Vaksin tidak memberikan jaminan


FAKTA
100 persen seseorang tak akan pernah
sakit.
05/09/19
Mengapa sistem imun nonspesifik saja tidak cukup?

• “Kelemahan” sistem imun nonspesifik:


 Nonspecific
Mempunyai pola respon imun yang sama u/ semua
patogen
 Poor amplification
Kekuatan respon untuk semua infeksi sama
 Short duration
Durasi respon singkat
 No memory
Tidak punya sistem memori
The enemies are
different…
BAKTERI - Jamur -
Clostridium Epidermophyt
difficile on floccosum
(Menyebabkan
colitis dan
diare)

VIRUS-
Polio

PARASIT
-
Cacing pita
….therefore responses
must be tailored for specific
enemies.
Successful immune response is a
huge investment!! Hence: you need
to remake it:
Faster
Larger
More specific
Less damaging to self
KARAKTERISTIK SISTEM IMUN SPESIFIK

SPESIFISITAS MEMORI
Ag berbeda  respon Respon meningkat pada
spesifik paparan berulang dg ag
yang sama.

KERAGAMAN SPESIALISASI
Mampu berespon Respon yang timbul
terhadap berbagai optimal
macam ag

EKSPANSI HOMEOSTASIS
KLONAL Memberi respon
Meningkatkan jumlah terhadap ag yang baru
ditemui
Limfosit spesifik dari sel
naif

TIDAK BEREAKSI
THD SELF

05/09/19
Pemeran sistem imun spesifik
Antigen presenting cells Limfosit:
(APCs)
• Limfosit Th: mensekresi
• Sel dendritik limfokin, yang akan
mengaktivasi sel B dan sel Tc
• Makrofag
• Limfosit Tc: membunuh
• Limfosit B (melisiskan) sel terinfeksi
atau sel kanker
memfagosit patogen dan
mempresentasikan Ag kpd • Limfosit B: berproliferasi dan
sel Th berdiferensiasi menjadi sel
plasma yang menghasilkan
antibodi
Limfosit
• Limfosit imatur yang dilepaskan/dikeluarkan dari sumsum
tulang merupakan limfosit yang identik
• Pematangan limfosit menjadi sel B atau sel T bergantung
kepada lokasi tubuh tempat sel tersebut menjadi
imunokompeten
• Sel T : pematangan di timus
- proses clonal selection
• Sel B : pematangan di sumsum tulang
- mengalami clonal selection , anergi atau editing reseptor
T Cell Receptors for Antigens
Antigen-

• Setiap Binding site

reseptor Variable

sel T
regions

– Terdiri Constant

dari 2
regions
V V

rantai C C Transmembrane
polipetid region

a
berbeda Plasma
α chain β chain
membrane
Disulfide bridge
T cell
Cytoplasm of T cell

(b) A T cell receptor consists of one


 chain and one β chain linked by
a disulfide bridge.

05/09/19
B Cell Receptors for Antigens
• Reseptor sel B Antigen-
binding
Antigen-
binding site

– Berikatan dengan Ag site Disulfide


bridge

spesifik Light
chain
Variable
regions

– Sering disebut sbg Constant

membrane antibodies C C regions

Transmembrane
atau membrane region

immunoglobulins
Plasma
membrane
Heavy chains

B cell Cytoplasm of B cell

(a)A B cell receptor consists of two identical heavy


chains and two identical light chains linked by
several disulfide bridges.

05/09/19
05/09/19
T-cell mediated immunity
Macam-macam Sel T
• Sel T naif : sel T yang belum bertemu dengan
antigen spesifik
• Armed effector T cell : sel T yang sudah
tersensitisasi antigen dan sudah berproliferasi
dan berdiferensiasi

05/09/19 60
Tahapan respon
imun seluler

05/09/19
1. Prosesing dan Presentasi Antigen

05/09/19
2. Aktivasi sel T naif
memerlukan 2 sinyal:
Ag dan molekul
kostimulatori

05/09/19 63
Peran molekul kostimulatori

Interaksi B7:CD28 Interaksi CD40:CD40L

05/09/19
Substansi bakteri
dapat menginduksi
ekspresi molekul co-
stimulatory,
sehingga mampu
menginduksi
proliferasi dan
diferensiasi sel T

Komponen bakteri
sebagai adjuvan

05/09/19
Respon fungsional limfosit T terhadap Ag
dan molekul kostimulatori

• Sekresi sitokin dan ekspresi reseptor


sitokin
• Ekspansi klonal limfosit T
• Diferensiasi sel T naif menjadi sel T
efektor
• Pembentukan sel T memori

05/09/19
Sekresi IL-2 dan ekpresi reseptor IL-2

Aktivasi sel T naif,


menginduksi
ekspresi dan
sekresi IL-2 dan
reseptor IL-2
dengan afinitas
kuat. Ikatan IL-2
dan reseptor
tersebut,akan
merangsang
pertumbuhan sel T
secara autokrin

05/09/19 67
Reseptor IL-2

Sel T yang
teraktivasi,
menginduksi sintesis
rantai alfa (warna
biru), sehingga
mempunyai
kemampuan
mengikat IL-2 lebih
kuat

05/09/19 68
Ekspansi klonal sel T

05/09/19
Diferensiasi sel T
CD4+

05/09/19
70
Pengembangan sel T memori
• Suatu fraksi limfosit T teraktivasi akan
berdiferensiasi menjadi sel memori berumur Panjang
• Faktor yang menentukan diferensiasi sel T menjadi
sel efektor maupun sel memori belum diketahui
• Karakteristik sel memori:
 Tetap hidup meskipun infeksi sudah diatasi dan
antigen tidak ada lagi  dengan stimuli dari IL-7
dan IL-15 yang diproduksi sel-sel stromal
jaringan
 Cepat diinduksi dalam menghasilkan sitokin atau
membunuh sel yang terinfeksi, saat terpapar
antigen yang sudah dikenali
 Ditemukan dalam organ limfoid perifer

05/09/19
Sel T memori

05/09/19
3. Fase efektor

Sel T efektor:
1. Sel T CD8 sitotoksik : membunuh sel target yang
mempresentasikan patogen sitosolik melalui MHC
kelas I
2. Sel T CD4 helper 1 dan helper 2, sama-sama
mengenali fragmen antigen yang didegradasi di
vesikel intraseluler yang dipresentasikan melalui
MHC kelas II
a. Th1: mengaktifkan makrofag dan sel B (Ab
opsonisasi/IgG)
b. Th2: menginduksi proliferasisel B dan produksi Ab
(humoral immunity)

05/09/19
c. Th17: stimulasi pengerahan netrofil dan monosit
sehingga mencetuskan inflamasi
Mekanisme efektor sel T CD8+

05/09/19
74
Sel efektor Th

05/09/19
Mekanisme efektor sel Th1

05/09/19
76
Respon imun terhadap bakteri intraseluler
dikoordinasikan oleh TH1

05/09/19 77
Mekanisme efektor sel Th2

05/09/19
Mekanisme efektor sel
Th17

05/09/19
05/09/19
Fase Respon Imun Humoral

05/09/19 81
Pengenalan antigen
• Sel B mengenali dan teraktivasi oleh berbagai jenis
Ag dengan struktur kimia yang berbeda
• Berdasarkan kebutuhan terhadap bantuan dari sel T,
respon antibodi (Ab) dibagi menjadi:
 T-dependent
 T-independent

05/09/19
Aktivasi sel B oleh sinyal respon imun
alami
 Sistem komplemen:
Sel B
mengekspresikan
reseptor CR2 untuk
komponen
komplemen C3d
 Aktivasi langsung
oleh produk mikroba
melalui TLR

05/09/19 83
Aktivasi sel B oleh sel Th

Sel Th mengenali antigen


peptida yang disajikan oleh
sel B dan kostimulator
pada sel B.
Sel Th diaktifkan untuk
mengekspresikan ligan
CD40 (CD40L) dan
mensekresi sitokin,
kemudian keduanya
mengikat reseptor mereka
pada sel B yang sama dan
mengaktifkan sel B.

05/09/19
Perubahan isotipe (kelas) rantai berat Ig

05/09/19
Peran sitokin dalam ekspresi isotype Ig

05/09/19
Fase efektor sel B

05/09/19
Distribusi Imunoglobulin

05/09/19 88
Fungsi antibodi (IgG) : netralisasi toksin

05/09/19 89
Fungsi antibodi : netralisasi virus

05/09/19 90
Fungsi antibodi : inisiasi aktivasi
komplemen

05/09/19 91
Fungsi antibodi : opsonisasi dan fagositosis

05/09/19
Fungsi antibodi: mekanisme ADCC
(antibody-dependent cell-mediated
immunity)

05/09/19
Referensi
• Abbas, A.K., Lichtman, A.H., 2016. Basic
Immunology: Functions and Disorders of the
Immune System. Philadelphia: Saunders.
• Baratawidjaja, K.G., Iris Rengganis, 2018.
Imunologi dasar, edisi ke-12. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
• Delves, P.J., Martin, S.J., Burton, D.R., Roitt, I.M.,
2017. Roitt’s Essential Immunology 13th edition. UK:
Wiley Blackwell.
• Murphy, K., Weaver, C., 2017. Janeway’s
Immunobiology 9th edition. USA: GarlandScience
• Male, D., Brostoff, J., Roth, D.B., Roitt, I., 2014.
Immunology 7th edition, International edition,
Mosby- Elsivier

05/09/19
Pertahanan Adaptif :

Ciri – ciri umum :


Pertahanan Adaptif (acquired/specific):
1. Ada/terbentuk setelah ada induksi
2. Proteksi (jangka) ‘panjang/lama”
3. Memiliki sistem memory, memiliki self regulation
system, mampu meningkatkan fungsi efektor imunitas
natural
4. Spesifik, respon meningkat meningkat dengan
paparan
yang berulang.
Transplantasi

• Pengetahuan tentang penolakan transplan telah


diketahui sejak perang dunia ke II, sewaktu skin
graft banyak dilakukan.
• Jenis transplantasi : autograf (memakai jaringan
sendiri), Isograf (kembar monozigotik), Allograf
(spesies sama), Xenograf (spesies berbeda, mis :
tikus dan manusia)
• Autograf dan isograf biasanya akan memberi
hasil baik
lanjutan
• Allograft dan xenograft sering ditolak.
• Penolakan disebabkan limfosit dan
produknya. Reaksi tersebut terjadi dengan
memori sehingga jaringan ke dua yang
dicangkokkan pada donor yang sama akan
memberi reaksi lebih cepat.
• Histokompatibilitas : kemampuan seseorang
untuk dapat menerima transplan orang lain
• Gen histokompatibilitas yang terpenting
adalah MHC
Hasil pemeriksaan sperma yang normal
menurut WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan
untuk analisa sperma/air mani yang normal, sebagai berikut :

1. Volume total cairan lebih dari 2 ml

2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml

3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal

4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25%


bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi

5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml

6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel


ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)
Respon Imun
• Hormon, jaringan dan cairan sekresi yg
berhubungan dg traktus genitalia bersifat
antigenik dan mampu menimbulkan respon
imun
• Antigen sperma menyebabkan timbulnya
antibodi thdp antigen spesifik sperma atau
permukaan sperma (pada wanita)
• Autoimun thdp semen dan komponen
sperma pada laki-laki yg mengalami proses
pada genitalianya (vasektomi da mumps)
Imunologi Kehamilan
• Peranan utama dari sistem imun adalah untuk
melindungi tubuh dari invasi organisme asing dan produk
toksin mereka. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk
mendiskriminasikan antara self antigen dan nonself
antigen, sehingga sistem imun dapat merusak
organisme yang menyerang dan bukan jaringan normal.
• Dalam kehamilan, janin yang merupakan antigen asing
bertumbuh didalam ibunya selama 9 bulan (janin
tersebut memiliki antigen yang berasal dari ayahnya),
tidak terancam oleh sistem imun ibu.
• Adaptasi imun harus terjadi pada kehamilan yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup janin sambil
mempertahankan kemampuan ibu untuk melawan infeksi
• Konsep: janin memiliki genom yang berasal sebagian dari
ayah dan sebagian dari ibu sehingga janin akan
mempresentasikan antigen yang terdapat pada ayah dan ibu
(semi-alogenik)
• Janin adalah suatu jaringan yang bersifat alogenik dan
berada di dalam tubuh seorang ibu yang memiliki
imunokompeten untuk menimbulkan suatu reaksi penolakan
• Ekspresi antigen paternal janin di dalam tubuh ibu tentu
dapat memicu reaksi penolakan sistem imun maternal
berdasarkan hukum transplantasi
• dalam bidang kedokteran reaksi penolakan sistem imun
resipien terhadap aloantigen jaringan donor saat ini dapat
dicegah dengan pemberian obat-obatan imunosupresi
• Billingham dan Medawar membuat beberapa hipotesis yang
mencoba untuk menjelaskan mengapa sistem imun maternal
tidak bereaksi terhadap janin yang bersifat semi-alogenik,
sebagai berikut;
• (1). Hipotesis mengenai pemisahan secara anatomis antara
maternal dan janin;
• (2). Hipotesis mengenai imunogenisitas dari janin yang
rendah karena masih bersifat imatur;
• (3). Hipotesis mengenai kelambanan atau kemalasan sistem
imun maternal untuk bereaksi terhadap antigen-antigen dari
janin
• Sistem imun maternal menunjukkan toleransi terhadap antigen-antigen yang
terdapat pada jaringan.

• Kehamilan ditandai oleh toleransi maternal dari paternal major


histocompatibility antigens sambil mempertahankan kompetensi imunitas
terhadap infeksi.

• Hal ini dapat tercapai dengan beberapa mekanisme, yang mencakup: fetal
trophoblastic evasion of maternal immune detection (minimal dengan
kegagalan untuk mengeluarkan molekul antigen histocompatibilitas mayor
kelas I atau II); pengeluaran ligand Fas trofoblast; pengeluaran complement
regulatory protein CD46, CD55, dan CD59 (yang memiliki efek
perlindungan); sel sitotrofoblas ekstravilli yang mengeluarkan gen
histokompatibilitas mayor non-klasik yang mengkodekan HLA-G
(menurunkan fungsi sel natural killer); dan produksi sitokin desidua.
Perubahan ini berefek pada timus dan sel B, yang berperan terhadap
penekanan respon autoimun serta perubahan pada sel T yang bersirkulasi
dan lokal
• Fungsi limfosit mengalami perubahan pada saat
kehamilan, tidak terdapat penekanan respon imun
maternal yang meluas
• Saat ini perhatian berpusat pada keterkaitan antara sel
natural killer dan kegagalan reproduktif.
• Analisis micro-assay yang dikombinasikan
dengan flow cytometric dan penelitian RT-PCR telah
memperlihatkan bahwa fenotip sel NK uterus berbeda
dari sel NK dalam darah perifer.
Yang terbaru, ahli imunologi telah menyatakan apakah paparan
terhadap protein dalam cairan semen dapat membantu agar sistem
imun wanita dapat bersiap untuk konsepsi dan kehamilan. Tremellen
dan rekannya telah meneliti sebuah protein yang disebut TGF, yang
ditemukan dalam kadar yang cukup tinggi dalam semen. Mereka
menyuntikkan TGF kedalam uterus tikus yang disertai dengan
beberapa protein asing, dan menemukan bahwa injeksi protein yang
sama di bawah kulit tidak mengurangi kekuatan reaksi imun.
Tremellen percaya bahwa ‘imunisasi’ dengan TGF melalui hubungan
seksual membantu sistem imun maternal belajar untuk mentolerir
antigen dalam semen dengan merubah produksi molekul peradangan
yang disebut sitokin. Dia telah menunjukan bahwa fertilisasi in vitro
jauh lebih berhasil jika pasangan telah melakukan hubungan seksual
sebelum dilakukannya IVF
Mekanisme toleransi imunologi janin harus bekerja pada penghubung
janin-ibu untuk mencegah penolakan pada janin. Sekitar 30% wanita
primipara atau multipara membentuk antibody terhadap HLA janin
paternal yang diwariskan. Persistensi dari antibody-antibodi ini tidak
tampak membahayakan janin. Sel fetal yang persisten dalam ibu
dapat memainkan peranan dalam persistensi antibodi-antibodi ini,
karena pada beberapa wanita antibodinya menetap, sedangkan pada
ibu yang lain antibody ini tidak tampak. Pembentukan antibody IgG
terhadap antigen HLA paternal yang diwariskan berkaitan dengan
adanya limfosit T sitotoksik yang spesifik untuk antigen HLA ini.
Limfosit T maternal yang spesifik untuk antigen janin juga muncul
pada saat hamil, tetapi kurang responsive
Karena distribusinya yang unik pada jaringan
trofoblastik janin, HLA-G diperkirakan menjadi
komponen yang penting dalam toleransi janin.
Meskipun fungsi pasti dari HLA-G masih belum
diketahui, bukti menunjukkan bahwa HLA-G
melindungi sitotrofoblast invasif agar tidak
dibunuh oleh sel NK-uterus. HLA-G, yang
berinteraksi dengan sel NK-U, kemungkinan
berperan pada pemeliharaan toleransi imun pada
penghubung maternal-fetal dan kehamilan yang
normal
Respon Imun
Antigen dlm sperma :
1. Molekul yg dibentuk saat miosis
2. Autoantigen spesifik testis pada saat
spermiogenesis
3. Pada membran plasma stlh stadium
midspermatid speratogenesis
4. Permukaan sperma pada perjalanan sperma di
epididimis
5. Antigen fertilisasi-1 (AF-1) pada sel germinal laki-
laki (bereaksi kuat dg semen laki-laki &
perempuan infertil)
Respon Imun
Respon imun reproduksi wanita thdp sperma melalui
sel-sel yg memfagositosis spermatozoa, dg dibantu
faktor-faktor :
1. Jumlah sperma yg banyak/berlebihan
2. Sperma juga difagosit oleh sel-sel somatik
sebagaimana makrofag dan semen secara
kemotaktik mempengaruhi makrofag dan netrofil
3. Antigen asing lain mempunyai efek ajuvan thdp
saluran reproduksi, misal infeksi vagina
4. Limfosit pada semen mengakibatkan sterilitas
pada wanita
Respon Imun

Pada keadaan normal, reaksi imun dihalangi


sel sertoli dg cara :
1. Mempertahankan lingkungan intralumen
bebas dari komponen serum
2. Membentuk barier imunologik yg
memfagositosis dan menghancurkan
sisa-sisa produk spermatogenesis
Pemeriksaan Imunologi
1. SAA (Sperm aglutination antibodi)
2. SIA (Sperm-immobilizing antibody)
3. IgA
Deteksi langsung thdp antibodi yg terikat
sperma atau tidak langsung mengukur antibodi
dlm cairan
* Uji Isojima, kremer&jager, indirect
immunobead binding (IBD), Mix antiglobulin
reaction (MAR), ELISA, Tray Aglutination Test,
Gelatin aglutination test, imunofluoresens, flow
cytometry
Pemeriksaan Imunologi
Jones Guideline’s :
1. Tes imobilisasi sperma tepat untuk skrining adanya antibodi suami
atau isteri, dpt digunakan utk pemeriksaan lendir serviks
2. Tes kontak sperma-lendir serviks utk melihat faktor imunologis
lokal. Dapat ditentukan aktivitas antibodi apakah berasal dari
suami atau isteri
3. Tes aglutinasi dg gelatin cocok utk suami, interpretasi harus teliti
4. Atibodi lokal (SIgA) tidak dpt dideteksi pd ledir serviks dan plasma
semen dg tes konvensional utk antibodi antisperma serum
5. Tes mikroaglutinasi sperma sebaiknya dihindari
6. Tes menggunakan mikroskop imunofluoresens tak langsung
bukan merupaka tes rutin, tapi mungkin bermanfaat untuk menilai
sifat reaksi antigen antibodi dlm penelitian
Referensi
• Abbas, A.K., Lichtman, A.H., 2014. Basic
Immunology: Functions and Disorders of the
Immune System.
• Baratawidjaja, K.G., Iris Rengganis, 2010.
Imunologi dasar, edisi ke-9. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
• Janeway, C.A., Travers, P., Walport, M.,
Shlomchick, M.J. 2007. Immunobiology: the
immune system in health and disease, 6th ed.
New York: Garland Publishing
• Male, D., Brostoff, J., Roth, D.B., Roitt, I.,
2007. Immunology 7th edition, International
edition, Mosby- Elsivier

Anda mungkin juga menyukai