Anda di halaman 1dari 50

IMUNOLOGI

DASAR
Imunitas : Daya tahan tubuh untuk melawan penyakit /
melawan infeksi.

Semua sel dan molekul yang terlibat dalam imunitas tubuh,


merupakan suatu kesatuan fungsional disebut :
sistem imun.

Tanggap (respon) terhadap substansi asing (antigen) yang


masuk ke dalam tubuh, secara kolektif disebut respon imun .

Definisi spesifik :
Imunitas adalah reaksi untuk melawan substansi asing yang
masuk ke dalam tubuh seperti mikroorganisme (bakteri, virus,
parasit) & molekul besar (protein, polisakharida).
Perkembangan imunologi
1. Edward Jenner (1878), penggunaan vaksin cacar sapi avirulen untuk proteksi infeksi
cacar.
2. Metchnikoff (1883), peranan fagosit dalam proses kekebalan.
3. Von Behring (1890), penemuan antibody terhadap toksin difteri dalam serum.
4. Erlich (1897), teori reseptor “rantai samping” tentang sintesis antibody.
5. Bordet (1899), peranan komplemen sebagai sitolitik.
6. Landsteiner (1900), golongan darah ABO manusia dan isohemaglutinin.
7. Richet dan Portier (1920), mengemukakan proses anafilaksis.
8. Wright (1903), aktivitas opsonin dalam fagositosis.
9. Von Pirquet (1906), interaksi antara imunitas dan hipersensitivitas.
10.Fleming (1922), penemuan lisosim.
11.Zinsser (1925), perbedaan hipersensitivitas tipe lambat dan cepat.Heidelberger dan
Kendall (1935), reaksi antigen antibody prinsip presipitasi.
12.Portar dan Edelman (1959), penemuan struktur immunoglobulin.
FUNGSI PERTAHANAN

• PERTAHANAN THD INVASI


MIKROORGANISME
• BILA HIPERAKTIF : HIPERSENSITIF  ALERGI
• BILA HIPOAKTIF : DEFISIENSI IMUN
Fungsi homeostatis

■Memenuhi kebutuhan umum organisme multiseluler untuk mempertahankan keseagaman jenis sel
■Berhubungan dengan fungsi degernerasi dan katabalik normal tubuh melalui pembersihan elemen sel yang rusak (eritrosit,
leukosit, sel tua)

■Penyimpangan: Autoimun

Fungsi pengawasan

■Memonitor pengenalan sek yang abnormal dalam tubuh


■Sel abnormal / mutan:
– Terjadi spontan
– Pengaruh invasi Virus
– Pengaruh zat kimia
SISTEM IMUN
Terdiri dari :
1) sistem kekebalan tubuh bawaan/ innate immune system
- non-spesifik
-
sudah ada saat lahir
-
perlindungan non-spesifik terhadap
2) sistemmikroba
kekebalan tubuh adaptif/ adaptive immune system
- spesifik
- memberikan perlindungan spesifik mikroba
terhadap
Terdiri dari 3 mekanisme pertahanan :
1. lini I
2. lini II
3. lini II
Meknisme pertahanan lini I

■Sistem pertahanan tubuh terluar

■ Merupakan sistem pertahan tubuh eksternal (terluar)


terdiri dari:
■barier fisik (kulit,mukosa, ginggiva, silia)
■barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim, enzim
pencernaan, laktoferin, urin)
.
■bioflora
SISTEM IMUN NON SPESIFIK (PERTAHANAN FISIK, KIMIAWI DAN
BIOLOGIS)
Fisik
• dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa: untuk menghalangi
jalan masuknya patogen ke dalam tubuh.
• Berasal dari sel prekursor multipoten dalam sumsum tulang

Kulit
Membran mukosa
- Barier fisik (tersusun atas epitel rapat, -
• Barier fisis
- Barier kimiawi (ada keratin, sedikit air)
• Barier kimiawi
- Flora bakterial
Saluran cerna
Saluran pernapasan • Membran mukosa
• Membran mukosa • Asam dan basa
• Epitel bersilia • Flora bakterial
Barier fisik, kimia dan bioflora
Mukosa gingiva sebagai barrier fsik
Sistem Pertahanan Lini ke II
■ Merupakan Sistem Kekebalan Tubuh Nonspesifik Internal akan
menyerang semua patogen yang mampu lolos dari perlawanan
sistem kekebalan tubuh luar atau eksternal (kulit dan membran
mukosa). Sistem pertahanan internal ini merupakan pertahanan
yang dilakukan oleh dalam tubuh itu sendiri yang diperankan
oleh sel fagosit dan protein antimikroba.
1. Sel Fagosit
Sel fegosit terdiri dari beberapa jenis sel darah putih yakni neutrofil dan monosit yang
membunuh mikroba dengan cara fagositosis yaitu memakan mikroba yang masuk ke
dalam tubuh
Terdapat 2 sel fagositik
2. Granulosit (Eosinofil, neutrophil, basophil)
3. Agranulosit (Monosit, makrofag)
Eosinofil (2-4%)
• sel imun non-spesifik
• Berperan terhadap alergen dan parasit

Basofil (0,5-1% )
• beredar dalam darah
• melepaskan histamin pada trauma, dan respon
infeksi
• alergi.
histamin vasodilatasi
darahmeningkatnya darah  rekrutmen
aliranpembuluh
leukosit
Neutrofil (55-65% )
• Sel imun non-spesifik
• Proteksi terhadap material asing
• Sel yang pertama sampai pada tempat trauma atau infeksi
• Fungsi utama dari neutrofil adalah untuk fagosit dan
mencerna
• mikroba menyerang
berumur pendek 3-8 hari  pembentukan pus (pyogen) 
Streptococcus pyogenes
Monosit dan Makrofag
• agranular, sel imun non-spesifik
• Monosit beredar dalam darah  migrasi ke jaringan
makrofag
• Fungsi Makrofag pada sistem kekebalan tubuh non-spesifik:
- fagositosis (fagosit professional)
- memproduksi mesenger kimia (sitokin) untuk signal terhadap
sel imun lain
- menyajikan informasi tentang mikroba asing (antigen) pada sel T
• APC
Makrofag yang bermigrasi ke jaringan tertentu diberi nama untuk lokasi mereka dalam tubuh.

- alveoli makrofag alveolar


- hepar sel Kuppfer
- kulit/mukosasel dendritik, sel langerhans - -
------------- otakmikroglia
Lanjutan...
Kandungan sel fagosit
■ Lisosom : enzim yang mencerna dan merusak bahan yang dimakan
■ Fagolisosom : gabungan fagosom + lisosom  menurunkan pH dan mengaktifkan protease
■ Granul : lisosom khusus dari granulosit  berisikan berbagai protein bakterisidal
■ Lisozim : enzim yang mencerna ikatan proteoglikan dalam dinding bakteri Gram Positif
■ Protein kationik : merusak lapisan lipid bagian luar bakteri Gram Negatif
■ Defensin : sitotoksik dan bersifat antibakterial luas dan antimikotik
■ Laktoferin : mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri
2. Sel Nol
■ Sel-sel limfoid yang tidak mengandung petanda seperti yang ditemukan pada sel T dan B
■ Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL)
■ Dibagi menjadi 2 yaitu : Sel NK (Natural Killer) dan Sel K (Killer)
■ Sel NK : membunuh sel tumor dan sel yang mengandung virus dengan cara non spesifik tanpa bantuan antibodi
■ Sel K : merupakan efektor dari ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity) yg dapat membunuh sel
secara non spesifik  hanya terjadi bila sel sasaran dilapisi antibodi

3. Sel Mediator
■ Basofil dan mastosit : mediator yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi serta
mengerutkan otot polos bronkus
■ Trombosit : agregasi dinding vaskuler yang rusak, respon inflamasi, dan sitotoksik
4. Sel assesori
■ Eosinofil, basofil, sel mastosit, trombosit, dan sel APC
Proses fagositosis
Terdiri dari :
1. Kemotaksis  gerakan sel fagosit ke tempat infeksi
2. Menelan
3. Memakan (fagositosis)  dgn pembentukan fagosom
4. Membunuh  lisozom, H2O2, mieloperoksida
( membentuk fagolisosom)
5. Mencerna
Fagositosis

2
1
Chemotaxis/bergerak Pathogen Fagosit/memakan

3 4 5
Menyerangan Membunuh Mencerna
b. Protein Antimikroba
■ Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik , disebut protein
komplemen.
■ Protein komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding
sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca 2+ keluar dari
sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan
menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.
■ Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat virus
memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat
dicegah.
» Komplemen
- Komplemen meningkatkan fagositosis dgn cara :
1. Menghancurkan membran bakteri
2. Melepas bahan kemotaktik  makrofag >> ke tempat bakteri
3. Opsonisasi  memudahkan makrofag mengenali dan memakan bakteri
- Td 9 komponen  C1 – C9
- C3 >>  kadar C3 serum ~ gamb biologik konsentrasi C
- Aktivasi  interaksi Ag-Ab  kontak dg dinding sel sasaran
- Jalur reaksi komplemen:
a. Jalur klasik/intrinsik
b. Jalur alternatif/ekstrinsik
1. Jalur klasik
C1qrs (esterase) pengenalan

C4  C4b & C4a

C2  C2a & C2b

C4b2a + Mg  C3 konvertase aktivasi

C3  C3b & C3a

C4b2a3b  C3 peptidase

C5  C5b & C5a

penghancuran C5-6-7  C5-6-7-8  C5-6-7-8-9
2. Jalur alternatif
- Aktivasi langsung melalui C3
- Pencetus : endotoksin
zymosan
IgA
bisa ular kobra

Fungsi komplemen
-Sitolisis  C56789
-Anafilatoksin  C3a, C4a, C5a
-Kemotaksis  C3a, C5a, C567
-Kinin C2 bebas
-Imunoderens  C3b, C4b
INFLAMASI

• Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya


akibat tergores atau benturan keras.
• Inflamasi akut: beberapa menit
• Inflamasi kronik: beberapa tahun
Proses inflamasi
 dolor (nyeri),
 rubor (kemerahan),
 calor (panas), dan
 tumor (bengkak).

1.DILATASI PEMBULUH DARAH


2.PENINGKATAN PERMEABILITAS KAPILER
3. MIGRASI LEUKOSIT
 Fungsi inflamasi:
mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka
sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil
dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi
tubuh.
• MELIBATKAN:
- PEMBULUH DARAH
- PLASMA
- SEL-SEL DALAM SIRKULASI
- MATRIKS EKSTRASELULER
- PROTEIN SERAT (KOLAGEN, ELASTIN)
- GLIKOPROTEIN ADHESIF (FIBRONEKKTIN, LAMININ)
- PROTEOGLIKAN
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
■ Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan patogen
mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
■ Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin
dan prostaglandin.
■ Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
■ Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang
terinfeksi.
■ Sel-sel fagosit memakan patogen.
RESPON IMUN SPESIFIK
1. RESPON IMUN HUMORAL
2. RESPON IMUN SELULER

Sifat pertahanan tubuh spesifik:


■ Bersifat selektif
■ Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
■ Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
■ Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
■ Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal
RESPON IMUN SPESIFIK

• Lini pertahanan III


• Terjadi bila respon imun non-spesifik tidak kuat infeksi
berlanjut
• Sel –sel pada respon imun spesifik:
1. limfosit T
2. Sel T helper  memproduksi mediator sitokin  sel
efektor dan memori
3. Sel T sitotoksik  mengeliminasi sel yang terinfeksi dan sel tumor

4. Sel T regulator/supresor
5. Sel B  produksi antibodi
Mekanisme pengenalan (2)
• Spesifisitas dan memori :
(1) Pengenalan terhadap patogen spesifik
(2) Pembelahan sel berulang membentuk
populasi limfosit
(3) Diferensiasi menjadi sub-populasi sel efektor dan
memori
• Antigen – marker nonself  memicu pembentukan limfosit
• Antibodi - molekul yang mengikat antigen dan dikenal oleh
limfosit
• Antigen-presenting cell – makrofag yang mencerna sel
asing, Kemudian mengikat antigen dengan molekul MHC
pada membran selnya Kompleks Antigen -MHC
• Antigen dipresentasikan oleh antigen-presenting sel atau antigen solubel memasuki
sinus marginalis limfonodus melalui pembuluh limfatik aferen.
• Setiap limfonodus memiliki vaskularisasi sendiri  sel T dan B bermigrasi
dari pembuluh darah, melalui HEV ke dalam paracortex (mayoritas sel T)
• Stimulasi antigen folikel primer di korteks (sel B)  folikel sekunder +
germinal center proliferasi sel B
• Diferensiasi sel B (dalam zona gelap) melibatkan interaksi yang intensif
dengan APC/sel dendritik (DC).
• FDC (folikular dendritic cell) merangsang sel B sel plasma atau sel
memori B.
• Limfosit meninggalkan kelenjar limfonodus melalui pembuluh limf. eferen
Respon imun spesifik

Sel B menemukan Sel B menunggu aktivasi Kemudian sel B


antigen dan menangkap dari sel T helper mengktivasi sel plasma
dan sel memori

Kmd sel plasma Sel antibodi memfagosit Sel memori mengingat


memproduksi antibodi untuk antigen terus apbl ada antigen
menyerang antigen yang sama
Respon imun spesifik terdiri dari :
 Sistem humoral
- Diperankan oleh limfosit B
- Rangsangan antigen  sel B proliferasi & diferensiasi  sel plasma  membentuk
antibodi
- Pertahanan thd bakteri ekstra seluler, netralisir toksin

Sistem seluler (Cell Mediated Immunity/ CMI )


- Diperankan oleh limfosit T : Th, Ts, Tdh, Tc
- pertahanan thd bakteri intraseluler, virus, jamur, parasit, keganasan
 Antibody dependent cellular immune respons
sel null  sel K
SEL T
- Dibentuk di sumsum tulang, pematangan di timus
- Mempunyai petanda permukaan  membedakan dg sel B  pemeriksaan
rosette (+)
- Mempunyai petanda CD (cluster differentiation)  sel T dlm berbagai
fase pertumbuhan
- Mempunyai petanda fungsional  concanavalin A & phytohemaglutinin
Fungsi : - membantu sel B dlm memproduksi antibodi
- mengenal & menghancurkan sel yang terinfeksi virus
- mengaktifkan makrofag dlm fagositosis
- mengontrol ambang & kualitas sistem imun
Jenis : sel Th (helper), Ts (supresor), Td (delayed hypersensitivity), Tc
(cytotoxic)
Sel B

SEL B
- Dibentuk & dimatangkan di sumsum tulang
-Imunitas yang diperantarai antibodi
-Tinggal di limfe dan kelenjar limfe, beredar di darah dan limfe
-Rangsangan antigen I  terbentuk IgM
- Selanjutnya akan terjadi switching  Ig A, Ig E. Ig D, Ig G
ANTIBODI
Sekarang molekul
antibodi di sebut
imunoglobulin
Dibentuk oleh sel plasma
dr limfosit B
Macam/bentuk:
1. Ig M
2. Ig G
3. Ig A
4. Ig D
5. Ig E
BENTUK-BENTUK ANTIBODI
Klas Tempat Fungsi
IgG Bentuk antibodi utama di Mengikat patogen, mengaktifkan
sirkulasi komplemen, meningkatkan fagositosis
IgM Di sirkulasi, antibodi Aktifkan komplemen, menggumpalkan
terbesar sel
IgA Di saliva dan susu Mencegah patogen menyerang sel epitel
traktus digestivus dan respiratori.
Ig D Di sirkulasi dan jumlahnya Menandai kematuran sel B
paling rendah
Ig E Membran berikatan Bertanggung jawab dalam respon alergi
dengan reseptor basofil dan melindungi dari serangan parasit
dan sel mast dalam cacing
jaringan
Interaksi Ab-Ag
Sisi pengikat Ag pada regio variabel (V) Ab berikatan dengan sisi penghubung
determinan pada Ag  komplek imun

1. Fiksasi komplemen :
– Ab mengikat komplemen  diaktivasi melalui “jalur klasik” :
■ Opsonisasi : Ag diselubungi Ab/komplemen  fagositosis
■ Sitolisis : ruptur membran plasma  isi seluser keluar
■ Inflamasi : produk komplemen melalui aktivasi sel mast, basofil, dan
trombosit
Lanjutan interaksi...

2. Netralisasi
– Ab menutup sisi toksik antigen  no danger
3. Aglutinasi (penggumpalan)
– Terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau
sel-sel merah
4. Presipitasi
– Terjadi jika antigen dapat larut
SITOKIN
■ Sitokin adalah messenger kimia atau perantara dalam komunikasi
interseluler yang sangat poten
■ Sitokin adalah protein yang berfungsi memberikan isyarat antar sel
untuk berkomunikasi dalam respon imun
■ Autokrin : berefek pada sel yang menghasilkannya
■ Parakrin : berefek pada sel yang berdekatan
SITOKIN (lanjutan)

■ Peran sitokin dalam aktivasi Sel T


– Ag diproses APC  dipresentasikan ke Th dan Tc  APC melepas IL-1 yg
merangsang sel T berproliferasi dan berdeferensiasi  sel T memproduksi
sitokin untuk reaksi selanjutnya
■ Peran sitokin dalam aktivitas Sel B
– Th yang dirangsang melepas sitokin (IL 1)  mengaktifkan sel B menjadi sel
plasma  produksi Ig
■ Peran sitokin dalam aktivitas makrofag dan monosit
– Endotoksin bakteri dan IFN-y yg dilepas sel T  merangsang makrofag
memproduksi bahan aktif lainnya : IFN-a, IL-1, GM-CSF, dan M-CSF
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
■ Merupakan reaksi imun yang patologik  respon
imun yang berlebihan  kerusakan jaringan

Tipe Manifestasi Mekanisme

I Reaksi hipersensitivitas cepat Biasanya IgE


II Antibodi terhadap sel IgG atau IgM
III Kompleks Ab-Ag IgG (Terbanyak) atau IgM
IV Reaksi hipersensitivitas lambat Sel T yang disensitasi
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I

■ Sifatnya segera
■ Juga disebut Reaksi Anafilaktik
■ Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada permukaan
sel mast  melepaskan mediator alergi 
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler,
kontraksi otot polos, dan eosinofilia
■ Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika,
reaksi sengatan serangga, reaksi alergi obat/makanan,
urtikaria, eczema
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II

■ Disebut juga Reaksi Sitotoksik


■ Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan Ag seluler
mengaktifkan rangkaian komplemen 
fagositosis/sitolisis
■ Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia hemolitik
autoimun, trombositopenia, reaksi obat (sebagian),
reaksi tranfusi, dan myasthenia gravis
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE III
■ Disebut juga Reaksi
Kompleks Imun
■ Patofis : kompleks imun (Ab-
Ag) beredar dalam darah 
mengendap dalam jaringan
(paling sering : ginjal,
persendian, kulit, pembuluh
darah) respon imun 
kerusakan jaringan sekitar
■ Contoh klinis : SLE, RA,
poliarteritis
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
■ Disebut juga Reaksi Lambat
■ Patofis : antigen diproses makrofag  dihantarkan pada sel T  sel T melepaskan berbagai sitokin
 akumulasi sel-sel radang
■ Contoh klinis : dermatitis kontak, penolakan alograft, sensitivitas obat
AUTOIMUNITAS
■ Autoimunitas (hilangnya toleransi) adalah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri
■ Ada beberapa teori autoimunitas :
a. Teori forbidden clones  eliminasi klon yang tidak lengkap  klon yang meloloskan diri
kembali dan bermutasi
b. Reaksi silang dengan antigen bakteri  epitop bakteri sama dengan sel sendiri  reaksi
silang
c. Rangsangan molekul poliklonal  stimulasi bakteri/virus kepada sek B untuk menyerang
sel sendiri
d. Kegagalan autoregulasi  pengawasan sel autoreaktif oleh sel T suppresor yang gagal
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai