Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN WAWANCARA

Dosen fasilitator :

Disusun oleh :

Kelompok 11

Nur annisa aghnia rahmah (11194441910217)

Siti marliani (11194761910387)

Devi norlita (11194761910460)

Jian yasnatasya YS (11194761910474)

Norliana (11194761910430

Taybatun nadia (11194441910227)

Halimatus sa`diah (1 1194561910211)

Marsya rahmadina (11194761910365)

Muhammad sulthan Izuddin (11194561910220)


Rahma (11194441910219)

Mia kamelia citra (11194761910423)

Lisnawati (11194441910210)

Noor latifah (1194441910215)

Rizki adhie ramadhani (11194761910382)

Shela pusvita (11194761910500)

Shavira nurulita (11194441910225)

INTEGRATED COMMUNITY DEVELOPMENT

UNIVERSITAS SARI MULIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN WAWANCARA

Banjarmasin,…………….2021

dibuat oleh : kelompok : 11

ketua :

(……………………….)

Diperiksa oleh : Dosen fasilittator

(………………………………………..)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Tumbuh kembang anak di pengaruhi oleh factor internal pada ibu, anak lebih
rentan terkena infeksi, infeksi tersebut paling sering menyebabkan demam tinggi.
Demam merupakan keadaaan yang sering di temui sehari-hari dalam kehidupan
terutama pada anak yang tubuhnya masih rentan terhadap penyakit.
Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh menjadi >38,0°C. Demam tinggi
itu menjadi penyebab kejang demam. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C akibat infeksi bakteri atau
virus terjadi pada anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak memenuhi kriteria kejang
demam).
Prevalensi kejang demam di dunia di perkirakan antara 2% dan 5% di Amerika
Serikat dan Eropa Barat, antara 6% dan 9% di Jepang, dan 14 % di India dan Guam.
Data dari negara-negara berkembang terbatas, mungkin karena sangat sulit untuk
membedakan Kejang demam sederhana dari kejang simtomatik (infektif) akut. Antara
9% dan 35% dari semua kejang demam pertama adalah kompleks .
Di Indonesia kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumus 6 bulan-5 tahun.
Kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan mencapai 2-4 % ditahun 2009-2010.
Provinsi Kalimantan selatan dari hasil penelitian menunjukan demam yang dialami anak
laki-laki (60,15%) dan prempuan (39,85%), kelompok usia mengalami kejang demam
terbanyak 12-36 bulan (68,4%), Jawa Tengah 2-3% dan tahun 2009-2010 rumah sakit
Semarang untuk kasus mencapai 2% pada tahun 2008-2010 lebih sering pada anak
laki-laki, Data kejang demam berdasarkan Riskesdas Provinsi bali tahun 2013 di Bali
tercatat bahwa kejang pada anak umur 0-29 bulan masuk dalam 3 besar penyakit yang
banyak dikeluhkan. Kelompok umur anak yang mengalami kejang adalah 0-5 bulan , 36-
47 bulan, dan 48-59 bulan.
Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi
antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24 jam. Sekitar 30%
pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian meningkat menjadi 50%
jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 9–35% kejang demam
pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang ke
arah epilepsy.
Berdasarkan dari hasil wawancara pada tanggal 19 juni 2021 didapatkan dari 16
orangtua yang di wawancara keseluruhan sudah memahami cara penanganan demam
pada anak namun tidak sedikit dari orangtua yang tidak mengetahui pengukuran suhu
demam pada anak.

B. Tujuan
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu terhadap pertolongan pertama kejang demam
sebelum diberikan pendidikan pertolongan pertama demam.
2. Mengidentifikasi ibu-ibu yang memiliki anak yang lebih beresiko mengalami kejang
demam sesudah diberikan pendidikan pertolongan pertama demam.
3. Membuktikan Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu dalam
pertolongan pertama kejang demam.

C.
BAB II

LAPORAN HASIL WAWANCARA

berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, didapatkan beberapa fokus topik dari para
narasumber sebagai berikut:

A. Pengukuran suhu Tubuh pada anak


Dari bebeberapa narasumber yang menyampaikan bahwa seperti tidak adanya
pengetahuan bagaimana cara mengetahui pengukuran suhu pada anak, biasanya
pengukuran suhu yang dilakukan para narasumber hanya dengan menggunakan
telapak tangan sebagai alat pengukur, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pendidikan kesehatan pada orangtua untuk menangani demam pada
anak.
B. Pelayanan kesehatan pada anak
Dari beberapa narasumber yang menyampaikan bahwa saat terjadi demam pada
anak kebanyakan orangtua hanya memberikan kompres tanpa dibawa kepelayanan
kesehatan, hal ini disebabkan karena banyaknya anak yang cepat membaik saat
diberikan kompres sebelum akan dibawa kepelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

Matriks pedoman wawancara

Lembar konsultasi

NO Hari Tanggal Perihal TTD Fasilitator kelompok

Anda mungkin juga menyukai