MAKALAH THYPOID
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Patofisiologi
Disetujui oleh :
Dosen Pengampu Mata Kuliah
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah patofisiologi dengan tema "Thypoid".
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi
secara optimal dalam pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada bapak selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan kami dalam pembuatan
makalah bertemakan Thypoid ini. Besar harapan kami makalah ini dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat nantinya.
Sebagai penyusun kami menyadari masih banyak kekurangan dalam segala hal terkait
penyusunan makalah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak tentu kami harapkan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kesempurnaan dari
makalah ini. Atas segala masukan tersebut sebagai penyusun kami mengucapkan terima kasih.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHA….………………………………………… ii
KATA PENGANTAR.....……………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………..…………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………... 1
1. Latar Belakang …………………………………………….. 1
2. Rumusan Masalah…………………………………………... 2
3. Tujuan……………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 3
1. Definisi ………………………………………………………3
2. Etiologi……………………………………………………….3
3. Manifestasi Klinis……………………………………………4
4. Anatomi Fisiologi…………………………………………….4
5. Patofisiologi ………………………………………………….5
6. Penatalaksanaan……………………………………………..5
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………6
1. Definisi Demam thypoid……………………………………..6
2. Konsep ketidakseimbangan nutrisi…………………………6
3. Kebutuhan nutrisi pada pasien thypoid…………………….7
4. PHATWAY…………………………………………………...7
BAB IV PENUTUP………………………………………………….8
1. Kesimpulan…………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit thypoid dikenal dengan nama lain typhus abdominalis, typhoid fever atau
enteric fever. Penularan penyakit ini biasanya terjadi melalui kontaminasi makanan dan
minuman secara fekal-oral (Marni, 2016).
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena
distribusinya terkait erat dengan urbanisasi ,kepadatan penduduk,kesehatan
lingkungan ,sumber standar air dan sanitasi yang buruk serta kebersihan di industri
makanan yang masih rendah.Penyakit ini hampir selalu menular melalui makana dan
minuman yang tercemar (Saputra,2017).
Demam thypoid sendiri sangat berbahaya jika tidak segera ditangani dengan baik
dan benar,bahkan fatal,dan menurut informasi WHO (World Health Organistation)
memeperkirakan sekitar 11-21 juta kasus thypoid dan sekitar 128.000 – 161.000
kematian,sedangkan di Indonesia WHO memperkirakan 70 persen kematian terjadi di
Asia. Indonesia adalah satu negara endemis yang diperkirakan ada 800 pasien per
100.000 penduduk yang ditemukan sepanjang tahun ( WHO,2018 ).
1
Gejala yang terjadi bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat sampai
demam sore hari. Terkadang karena gejala demam yang ringan sering diremehkan dan
tidak mau pergi ke dokter.Penyakit yang akut,gejala yang muncul lebih parah seperti
mulas, sakit perut, diare bahkan sembelit, sakit kepala, mual, dan muntah. Jika tidak
segera ditangani akan mengakibatkan gangguan kesadaran mulai dari ringan hingga
berat. Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien adalah perforasi usus, perdarahan usus,
dan neuropsikiatri (koma) (Widoyono, 2011).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan salah satu
masalah yang di alami pada penderita typhoid karena S.Typhi masuk ke saluran
pencernana lewat minuman dan makanan yang terinfeksi meningkatkan asam lambung
sehingga terjadi anoreksia (Nurarif & Kusuma, 2015) dan menurut Pambudi (2017)
penderita demam typhoid membutuhkan asupan nutrisi dengan diet cukup penting dalam
proses penyembuhan.
Perawatan yang dapat diberikan kepada keluarga dan pasien salah satu caranya
adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan gizi dan
menawarkan terapi untuk mengatasi kekurangan gizi. Memberikan infomasi tentang
kebutuhan nutrisi pada anak dengan demam thypoid. Perawatan yang dapat diberikan
perawat selain pemberian pendidikan kesehatan tentang asupan nutrisi adalah dengan
memberikan obat oral antacid 1 tablet. Obat oral antacid 1 tablet, Golongan obat antasida
ditujukan untuk menetralisir asam lambung yang berlebih di dalam lambung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan masalah yang ada adalah “Bagaimana proses
infeksi dan inflamasi pada penyakit thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh?”
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan thypoid
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari penyakit thypoid
3. Mahasiswa dapat mengetaui proses infeksi dan inflamasi pada thypoid
4. Mahasiswa dapat mengetahui proses perjalanan/pathway thypoid
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pada pasien thypoid
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Thypoid
a. Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endhotelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedala
sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch
dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi. (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015).
2. Etiologi
Thypoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme
Salmonella enterica serovar Typhi (yang umum dikenal sebagai Salmonella
Typhi) melalui jalur fekal-oral dari konsumsi makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi. Bakteri ini hanya menyebar dari
manusia ke manusia karena hanya manusia yang mampu menjadi inangnya.
Gejala yang menyertai adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,5 Celcius
dapat disebabkan akibat gangguan pada hormon metabolisme serta peningkatan
suhu lingkungan jika tidak segera ditangani demam tifoid dapat mengakibatkan
dehidrasi yang akan mengganggu keseimbangan elektrolit dan kejang.
3. Definisi Typhoid
Typhid adalah penyakit infeksi akut yang terjadi di usus halus oleh
Salmonella Typhi akibat keracunan makanan dengan gejala demam selama satu
minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (Ketut dan Sarwo, 2018).
3
Penyakit demam Typhoid biasanya ditularkan melalui makanan yang
terkontaminasi bakteri Salmonella typhi atau adanya bakteri yang masuk melalui
proses pencernaan (food borne diseases). Bakteri Salmonella typhi mempunyai
sifat patogen yang dapat menginfeksi manusia maupun hewan. Salmonella typhi
dapat bertahan hidup di alam bebas seperti di dalam air, tanah atau
bahkan pada makanan.
Demam tifoid adalah infeksi akut yang terjadi di saluran perncenaan
tepatnya usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmnolella Paratyphi A, B dan
C yang dapat ditularkan melalui feses atau urine penderita (Widoyono, 2011).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah (2012) gejala klinis yang akan timbul pada penderita
demam thypoid pada klien dewasa lebih berat dibanding pada anak. Penyakit ini
masa tuntasnya 10 hari hingga sampai 20 hari. Masa tuntas tersingkat untuk
demam thypoid adalah 4 hari, jika terinfeksi melalui makanan. Sedangkan masa
tuntas terlama berlangsung 30 hari, jika itu melalui minuman.
Selama masa inkubasi juga dapat berlangsung 7 hari hingga sampai 21
hari, walaupun pada umumnya 10-12 hari ditemukan gejala abnormal yaitu
perasaan tidak enak badan, terasa lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak
bersemangat, yang kemudian disusul juga dengan gejala-gejala klinis yang lain
sebagai berikut, yaitu
a. Demam
Demam berlangsung terjadi selama tiga minggu, yaitu bersifat febris
remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selam minggu
pertama seperti demam tinggi atau hipertermi yang berkepanjangan yaitu
suhunya setinggi 39oC-40oC sehingga mengakibatkan sakit kepala, pusing,
pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk. Pada minggu kedua suhu
tubuh akan berangsur-angsur meningkat setiap harinya, yang biasanya
menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore hari ataupun juga
pada malam hari dan suhu tubuh penderita demam thypoid ini terus menerus
dalam keadaan demam tinggi (hipertermi).
4
Pada minggu ketiga suhu tubuh ini akan berangsur turun dan normal
kembali di akhir minggu, hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil
diobati, dan juga bila keadaan membaik, gejala-gejala tersebut akan
berkurang dan temperatur mulai turun.
5. Anatomi Fisiologi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak),
esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),
intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid,
salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum
minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya ± 6 m,
5
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil
pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar) (Pearce, 2016).
1. Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap tubuh. Proses
pencernaan meliputi proses mengunyah, menelan, dan mencampur
dengan enzim-enzim yang diproduksi, mulai dari mulut sampai anus.
a. Mulut
Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam
mulut. Rongga mulut merupakan bagian pertama dari tabung
pencernaan. Fungsi utamanya adalah untuk melayani sebagai pintu
masuk dari saluran pencernaan dan untuk memulai proses
pencernaan dengan air liur dan tenaga penggerak dari pencernaan
bolus ke faring. Bagian-bagian mulut meliputi : bibir, rongga
mulut, palatum, faring, gigi, lidah dan kelenjar ludah.
6
b. Kerongkongan
c. Lambung
d. Usus halus
e. Usus besar
f. Anus
6. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit demam typhoid berawal dari kuman masuk melalui
mulut ebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan
ebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia
primer), dan mencapai sel-sel endoteleal, hati, limpa, dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan
organ tubuh, terutama limpa, usus, dan kandung empedu. Pada minggu pertama
sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks
peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai
perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala
demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan kelainan pada saluran disebabkan
oleh kelainan pada usus halus (Suriadi & Yuliani, 2010).
8
7. Penatalaksanaan
Penanganan meriang thypoid (Rampengan, 2008) adalah Penderita yang
dirawat dengan diagnosa demam thypoid harus dianggap dan dirawat sebagai
penderita demam thypoid yang secara garis besar ada 3 bagian, yaitu:
1. Perawatan
2. Diet
3. Obat-obatan
Demam thypoid yakni penyakit peradangan dengan poin kematian yang
teratas saat sebelum terdapatnya obat-obatan antimikroba (10-15%). semenjak
terdapatnya obat antimikroba paling utama kloramfenikol poin kematian
menyusut selaku radikal (1-4%).
a) Kloramfenikol
b) Tiamfenikol
c) Kotrimoksasol
10
1) Seftriakson
Dosis yang disarankan merupakan 50-100 mg/kgBB/hari, tunggal
maupun dibelah dalam 2 jumlah IV.
2) Sefotaksim
Dosis yang dianjurkan adalah 150-200 mg/kgBB/hari dibelah dalam 3-
4 jumlah IV.
3) Siprofloksasin
Dosis yang dianjurkan 2x200-400 mg oral pada anak tua rentang lebih
dari 10 tahun.
4) Kortikosteroid
BAB III
PEMBAHASAN
A. Demam thypoid
Demam Thypoid atau Tifus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Penyakit ini menyerang di usus halus, dimana tifus menyebar melalui
feses dan mulut kemudian masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi (Widoyono, 2016). Demam tifoid dapat muncul dalam beberapa
cara yang disebut 5F (food, finger, fomitus, fly dan feces).
Pola makan yang tidak seimbang kurang dari yang dibutuhkan tubuh adalah
kondisi di mana orang yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan
berat badan yang berhubungan dengan asupan tidak adekuat atau metabolisme nutrient
yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.(Carpenito, 2013).
12
Diet kurang dari yang diperlukan suplai nutrisi tubuh tidak mencukupi kebutuhan
Metabolisme (NANDA, 2015). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh
adalah Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik beresiko
mengalami penurunan berat badan.
Selain itu, pasien mengalami Demam Thypoid menderita kelainan berupa tukak-
tukak ( borok) pada usus halus Jadi makanannya harus disesuaikan. Diet yang
disarankan adalah Makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi
protein, dan tidak menyebabkan kembung, dan penanganannya harus disesuaikan
dengan keadaan. Jika kondisi pasien masih baik, diberikan makanan lunak Lauk pauk
cincang (hati, daging), labu siam atau wortel Yang dimasak sangat lembut. Bisa juga
diberi ,tahu, telur setengah matang atau dimasak matang.Susu diberikan 2x1 gelas per
hari, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu.
Jika keadaan pasien menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori
sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra
seperti sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika keadaan pasien membaik
makanan beralih secara bertahap ke lunak (Nursalam et al., 2013). bubur yang disaring
atau dihaluskan dapat diberikan untuk pasien, kemudian bubur kasar dapat dihindari
untuk menjegah Komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. Pada pasien demam
Thypoid. diet juga harus mengandung kalori dan protein yang cukup serta rendah
selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan usus dan perforasi usus.
13
Selama minggu pertama pasien bisa diberikan makanan cair seperti susu atau
bubur kacang hijau yang sudah dihaluskan.
Di minggu kedua, ketika sudah sedikit membaik pasien dapat diberikan diet
lunak seperti bubur dan tim.
Pada minggu ketiga, jika kondisi membaik, dapat diberikan nasi dengan porsi
kecil secara bertahap.
14
Diet
Diet adalah pilihan makanan yang biasa dimakan atau dimakan seseorang
Populasi. Pada saat yang sama, diet seimbang adalah diet yang untuk
menyediakan semua nutrisi dalam jumlah yang cukup, tidakterlalu banyak
dan tidak terlalu sedikit.
15
D. PHATWAY
E. Bakteri Salmonella thypi
F.
G. Masuk ke saluran lambung
H. Gastrointestinal melalui
I. makanan / minuman
J. Sebagian dimusnahkan
K. di lambung Merangsang pelepasan
16
a. Kesimpulan
Demam typhoid merupakan suatu infeksi akut yang menyerang system pencernaan
terutama pada bagian usus halus yang di sebabkan oeh bakteri salmonella typhi.
Dengan gejala demam selama 1-2 minggu yang ditandai dengan demam tinggi nyeri
pada bagian perut, dan mual muntah dan bisa menyebabkan penurunan kesadaran.
b. Saran
Dari uraian makalah yang telah ditulis maka kami dapat memberikan saran untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam typhoid.
18
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Proverawati, Atikah, dkk. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan
.Yogyakarta:Numed
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik .
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Butler T., 2011, Treatment of Typhoid Fever in the 21st Century: Promises and
Shortcomings, Department of Microbiology and Immunology, 17 (7), 959-
963.
Charles F. L, Lora L. A and Morton P. G., 2008, Drug Information Handbook,
17th ed, USA: Lexi Comp.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pengendalian
Demam Tifoid. Menteri Kesehatan Repubik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat Nasional
Indonesia, Depkes RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Riset Kesehatan Dasar, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Terdapat
di:http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php [Diakses 18 Desember
2014].
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Permenkes nomor 269 tentang
rekam medis, Kemenkes RI, Jakarta.