Cinta Bumi Artisan adalah brand sustainable fashion & aksesoris asal Bali yang terkenal dengan produk mereka berbahan kulit kayu. Produk mereka berupa pakaian,dompet,peralatan rumah syal dan lain-lain. Tujuan mereka mendirikan brand ini adalah untuk mempertahankan budaya tradisional dengan cara yang ramah lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Pendirinya adalah Novieta Tourisia yang merupakan anak lulusan pariwisata. Awalnya ia membuat brand ini dikarenakan ia sedang melakukan riset resort bersama komunitasnya di Sulawesi Tengah pada 2013. Ia sangat tertarik terhadap kerajinan tangan yang ada di Poso tersebut dan menemui para pengrajin di sana, ternyata kerajinan tersebut tidak terpasarkan dengan baik. Setelah melihat hal itu, ia berinisiatif untuk mengajak pengrajin kulit kayu di pelosok Poso untuk bekerja sama. Bukan hanya untuk memperoleh pengrajin yang bagus namun ia ingin mengubah cintra Poso yang dikenal sebagai daerah rusuh dan terorisme. Awalnya hanya ada 2 pengrajin yang ingin bekerja sama,namun pada 2019 sudah terdapat 29 pengrajin poso yang terlibat . Setelah pendekatan intensif, pada tahun 2015 mereka meluncurkan tas pertama mereka dengan nama brand yang berasal dari nama komunitas mereka yaitu, Cinta Bumi Artisan. Nama Brand ini memiliki arti pengrajin (artisan) yang mencintai bumi. Mereka percaya apabila kita mencintai dan merawat bumi,maka bumi akan menjaga kita. Keunikan produk mereka adalah menggunakan bahan residu alam tanpa merusak/membunuhnya dan membuat produk terlihat sangat alami dengan tekstur dan warnanya. Hal ini dapat terlihat dari produk utama mereka yaitu tas kulit kayu yang berasal pohon Bea namun tanpa membunuh pohon induknya. Kulit pohon itu juga disebut kain tapa di Lembah Bada, Poso, Sulawesi Tengah Pewarna yang digunakan pada produk berbahan alami yang berasal dari tanaman indigo/tarum dan morinda . Selain itu mereka juga memanfaatkan,sampah dapur ,limbang pernikahan dan daun-daun tropis sebagai pewarna mereka. Salah satu produk mereka juga berasal dari kepompong ulat sutra yang sudah kosong,sehingga tidak membunuh ulat tersebut. Teknik pewarnaan yang mereka lakukan dengan bundle dyeing. Dalam proses pengerjaan produk pengrajin Poso hanya diminta membuat kulit kayunya saja, sedangkan proses desain dan penjahitan dilakukan oleh empat perajin di Ubud dan Denpasar, Bali. Para pengrajin ini biasanya membuat kain kulit kayu tersebut untuk upacara khusus daerah mereka. Pengerjaan tas kulit kayu menghabiskan waktu 2 bulan dari pembuatan kulit kayu, pewarnaan, hingga penjahitan. Proses pewarnaan mereka dilakukan dengan meletakan daun yang akan dicetak, setelah itu akan direbus dan dibiarkan agar warna asli daun tersebut menyatu dengan bahan . Contohnya dapat terlihat pada daun jati yang menghasilkan warna ungu dengan bentuk daun yang lebar. Mereka juga melakukan inovasi eco-print pada media kain,tas kulit kayu, dan water paper untuk dibuat jurnal. Produk mereka dijual dengan kisaran harga Rp.300.000 – Rp.1.000.000,-. Studio rumahan mereka terletak di Ubud, Bali. Semua produk yang ada dibuat penuh inovasi dan memikirkan perasaan orang-orang yang memakai produk mereka. Melalui brand ini juga mereka ingin mewujudkan karya tangan yang autentik dan dapat menciptakan pengaruh positif agar semua pemakainya dapat mencintai lingkungan.
Salah satu produk mereka yang dijadikan bantal, dapat
terlihat warna dan cetakan daunnya yang indah. Teksturnya dapat terlihat jelas dengan warna yang sangat bernuansa alam. Selain itu komposisi peletekan daun yang berbeda membuat setiap bantal memiliki daya tarik sendiri. Setiap tekstur yang ada terlihat sangat realistis sehingga dapat memberi perasaan yang dekat dengan alam.
Teknik dyeing untuk pewarnaanya benar-benar sangat
indah. Hasil dari baju ini terlihat sangat autentik dan unik. Terlihat sederhana namun sangat artsy. Pewarnaan timpah tindih antara teknik dye dengan daun terlihat seperti lukisan watercolor. Tidak ada pattern berulang dalam baju, namun hal inilah yang membuat baju ini terlihat alami dan unik.
Produk tas kulit ini terlihat berkelas dan mahal
meskipun terbuat dari bahan alami. Tekstur kulit pohon pada tas ini merupakan daya tarik utama tas ini. Hal ini terlihat unik tapi memberikan sensasi memegang pohon saat menyentuh tas ini. Pemberian kancing kayu pada tas ini menambah kesan autentik yang manis. Warna yang dihasilkan benar-benar terserap dengan baik dan terlihat sangat bagus.