65 127 1 SM
65 127 1 SM
Abstrak
Normalisasi tabel merupakan sebuah teknik dalam logical desain sebuah basis data relasional yang mengelompokkan
atribut dari suatu relasi sehingga membentuk struktur relasi yang baik (tanpa redudansi). Pada ilmu basis data,
normalisasi digunakan untuk menghindari terjadinya berbagai anomali data dan tidak konsistensinya data. Ini
merupakan fungsi secara umum. Dalam beberapa kasus normalisasi ini sangat penting untuk menunjang kinerja
basidata dan memastikan bahwa data dalam basisdata tersebut aman dan tidak terjadi kesalahan jika mendapat perintah
SQL terutama DML yaitu update, insert, dan delete. Pada makalah memaparkan formula yang dapat digunakan untuk
melakukan normalisasi pada tabel yang sudah diimplementasikan pada suatu RDBMS. Normalisasi yang dilakukan
sampai pada bentuk normal 3 (3NF). Kami juga menyajikan hasil penerapan formula pada pemrograman basisdata
yang digunakan untuk melakukan normalisasi padat tabel yang sudah diimplementasikan pada Relational Databasae
Manajemen System (RDBMS) Microsoft SQL Server. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa formula ini dapat
digunakan untuk melakukan normalisasi tabel yang sudha diimplementasikan hingga pada bentuk 3NF
Kata kunci : Normalisasi, Basisdata, Basisdata Relasional, Bentuk Normal, Relational Databasae Manajemen
System, RDBMS
A-340
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
A-341
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
A-342
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
A-343
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
(tabel asli dan tabel master). Composite atribut Langkah pertama didapatkan kolom
biasanya data terdiri dari lebih dari satu domain “Noproyek”, “Nopegawai”, “Golongan” menjadi
data, misal atribut hari dan tanggal. Data yang kandidat primary key. Kemudian pada langkah kedua
merupakan composite atribut biasanya dipisahkan dilakukan pengecekan ketergantungan kolom yang
dengan tanda koma. Sedangkan multivalue atribut bukan kandidat primary key pada kandidat primary key.
biasanya data terdiri dari 1 hingga lebih dari satu Yaitu :
nilai yang biasanya dipisahkan dengan tanda koma. “NamaProyek” pada “Noproyek”,
Maka cara untuk menentukan composite dan “NamaPegawai” pada “Noproyek”, “BesarGaji” pada
multivalue atribut adalah : “Noproyek”. Dihitung jumlah data unik masing-masing
kolom. Jumlah data unik(NamaProyek)=2, jumlah data
a. Untuk semua atribut yang bukan primary key,
unik(NamaPegawai)=5, jumlah data unik(BesarGaji)=3,
cari kolom yang semua datanya (yang bukan
jumlah data unik(Noproyek)=2. Jumlah data
NULL) mengandung tanda koma, dan hitung
unik(NamaProyek)=jumlah data unik(Noproyek). Maka
tanda koma pada setiap baris data.
dilakukan pengecekan konsistensi data dikolom
i. Jika semua semua baris data memiliki tanda “NamaProyek” dan “Noproyek”. Untuk setiap data
koma maka kolom tersebut merupakan “NP001” dikolom “Noproyek” data di kolom
composite atau multivalue atribut. “NamaProyek” selalu bernilai “BRR”. Dan untuk setiap
Kemudian cek jumlah tanda koma data “NP002” di kolom “Noproyek” selalu bernilai
“PEMDA” di kolom “NamaProyek”. Sehingga kolom
a) Jika jumlah tanda koma semua baris
“NamaProyek” memiliki ketergantungan fungsional
dikolom tersebut sama maka kolom total pada kolom “Noproyek”. Langkah kedua dilakukan
tersebut merupakan composite atribut. pada semua kandidat primary key yang lain hingga
Maka buat kolom baru sebanyak
didapatkan kolom “NamaPegawai” memiliki
jumlah koma + 1. Kemudian pecah nilai
ketergantungan fungsional total pada kolom
per tanda koma, dan simpan masing-
“Nopegawai” dan kolom “BesarGaji” memiliki
masing pada kolom-kolom yang baru ketergantungan fungsional total pada kolom
dibuat. Kemudian hapus kolom yang “Golongan”. Hingga didapatkan tabel tabel sebagaimana
lama
berikut :
b) Jika jumlah tanda koma disemua baris
tidak sama maka kolom tersebut Noproyek NamaProyek Nopegawai NamaPegawai
NP001 BRR Peg01 Anton
merupakan multivalue atribut buat tabel NP002 PEMDA Peg02 Paula
baru dengan jumlah kolom sebanyak 2, Peg06 Koko
Peg14 Yusni
kedua kolom ini menjadi primary key.
Kemudian pecah nilai per tanda koma,
dan simpan masing-masing tabel baru
Golongan BesarGaji Noproyek Nopegawai Golongan
pada kolom kedua. Kolom pertama isi A 1.000.000 NP001 Peg01 A
dengan nilai primary key dari kolom B 900.000 NP001 Peg02 B
yang merupakan composite atribut C 750.000 NP001 Peg06 C
NP002 Peg01 A
yang tertaut dengan nilai yang dipecah. NP002 Peg12 B
NP002 Peg14 B
Untuk langah a) dan b) pemberian nama
kolom dan tipe data untuk sementara Gambar.4 Tabel yang dihasilkan dari langkah kedua
dibebaskan bisa menggunakan nama kolom proses normalisasi
asli ditambah nilai urut dengan tipe data
teks. Selanjutnya pada langkah ketiga dilakukan
ii. Jika tidak ada kolom yang semua barisnya pengecekan ketergantungan transitif antara kolom
memiliki tanda koma, berarti tidak ada “Noproyek” dengan kolom “Nopegawai”, kolom
kolom yang composite atau multivalue “Noproyek” dengan kolom “Golongan”, kolom
atribut. “Nopegawai” dengan kolom “Golongan”, dan
sebaliknya dari kolok kedua ke kolom pertama. Dari sini
Untuk mengilustrasikan jalannya formula yang diperoleh kolom “Golongan” memiliki ketergantungan
diusulkan maka akan digambarkan pada studi kasus transitif dengan kolom “Nopegawai”. Sehingga kolom
berikut. “Golongan” dipindah di tabel master yang milik kolom
Noproyek NamaProyek Nopegawai NamaPegawai Golongan BesarGaji
NP001 BRR Peg01 Anton A 1.000.000
“Nopegawai”. Tabel yang dihasilkan menjadi :
NP001 BRR Peg02 Paula B 900.000
NP001 BRR Peg06 Koko C 750.000 Noproyek NamaProyek Nopegawai NamaPegawai Golongan
NP002 PEMDA Peg01 Anton A 1.000.000 NP001 BRR Peg01 Anton A
NP002 PEMDA Peg12 Sita B 900.000 NP002 PEMDA Peg02 Paula B
NP002 PEMDA Peg14 Yusni B 900.000 Peg06 Koko C
Peg14 Yusni B
Gambar 3. Contoh tabel proyek_karyawan yan akan
dinormalisasi
A-344
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
A-345