Anda di halaman 1dari 3

Katak Kayu Alaska - Hidup Kembali Setelah Mati Beku

Katak kayu Alaska (Rana sylvatica) memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam
lingkungan yang bisa mencapai suhu -30°C di musim dingin selama berminggu-minggu.
Katak pohon ini sanggup bertahan hidup meskipun dua per tiga cairan tubuhnya telah
membeku. Hebatnya lagi, katak pohon berada dalam kondisi seperti mati, sistem
pernapasan dan denyut jantung berhenti.  
Mekanisme fisiologis dan kimiawi utama yang terlibat dalam proses pertahanan diri ini
adalah peningkatan kadar dua osmolit kryoprotektan, yaitu urea, yang terakumulasi selama
musim gugur dan awal musim dingin, dan glukosa, yang segera terbentuk dari cadangan
glikogen hepatik sebagai respon langsung terhadap kondisi beku. Keduanya mampu
menurunkan titik beku cairan tubuh serta menjaga integritas membran dan makromolekul.
Lebih jauh lagi, katak pohon Alaska memiliki kemampuan antibeku yang lebih tinggi
daripada saudaranya dari Ohio. Katak pohon Ohio hanya mampu menoleransi kondisi beku
antara -3 hingga -6°C. Kemampuan katak pohon Alaska dalam mencegah pembekuan total
pada suhu yang lebih dingin daripada katak pohon Ohio ini diteliti lebih lanjut oleh Jon
Costanzo yang dipublikasikan dalam The Journal of Experimental Biology pada 2013.
Tim peneliti menemukan bahwa katak pohon Alaska memiliki hati yang lebih besar, sekitar
22% dari massa tubuh total, dibandingkan katak pohon Ohio yang hanya 8%. Massa hati
yang besar ini tentu memberikan kapasitas cadangan glikogen hepatik yang besar juga.
Tim juga menemukan bahwa kadar urea hingga 10 kali lebih tinggi. Secara teoritis, glukosa
dan urea yang ada dapat meningkatkan osmolalitas plasma menjadi 100 mOsm.kg -1. Tetapi
pada kenyataannya, osmolalitas plasma total terukur mencapai 173 mOsm.kg-1. Hingga saat
ini belum diketahui senyawa apa yang sanggup meningkatkan osmolalitas plasma ini,
senyawa yang tidak ditemukan pada populasi Ohio.
Penelitian terhadap kemampuan membekukan dan ‘mencairkan’ kembali organ tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan ini diharapkan di masa mendatang dapat diterapkan pada
dunia medis, seperti transplantasi organ. Sejauh ini masih belum tampak keberhasilan
pembekuan organ. Hal ini kemungkinan disebabkan ukuran relatif dan kompleksitas seluler
yang lebih tinggi.
Tupai tanah Arktik

Tupai tanah Arktik adalah satu-satunya mamalia yang masuk dalam 5 hewan yang mampu
beradaptasi dengan suhu dingin.
Sebenarnya, banyak mamalia dapat menangani suhu dingin dengan bulu mereka yang
lebat.
Tapi tupai ini malah bisa mendinginkan tubuh mereka di bawah suhu -2,9 derajat Celcius.
Caranya dengan memutuskan koneksi saraf, sinapsis, untuk hibernasi, dan
menyambungkannya kembali begitu mereka bangun, kira-kira setiap dua atau tiga minggu
selama musim dingin.
Beruang air

Namanya Tardigrades atau lebih populer sebagai beruang air. Jangan bayangkan
ukurannya serupa beruang Grizzly atau beruang kutub, sebab ia hanya bisa dilihat dengan
bantuan mikroskop, tetapi kekuatannya lebih dari beruang bahkan organisme manapun di
bumi ini.
Ukurannya kecil dan hanya bisa ditengok dengan bantuan mikroskop. Ukuran paling besar
yang pernah ditemukan paling panjang hanya 1 milimeter lebih sedikit. Ia disebut tardigrada,
jamaknya tardigrades, yang berarti “Si Langkah Pendek”. Pertama kali ditemukan oleh
seorang pastor di Jerman bernama J.A.E Goeze, pada 1773. 

Sebetulnya, dari bentuk ia lebih mirip lintah berkaki lima pasang ketimbang beruang. Namun
karena kekuatannya yang luar biasa, maka ia diberi nama megah seperti salah satu
binatang terbesar itu. Sementara saat pertama kali ditemukan, hidupnya memang di tanah
becek atau lumut basah, maka ia diberi embel-embel air.

Hewan invertebrata ini sejatinya bisa ditemukan hampir di seluruh habitat di bumi ini,
dengan total spesies hingga 900 jenis. Fakta ini tak mengherankan jika menilik daya tahan
tubuh beruang air. Ia bisa tahan pada suhu panas hingga 150 derajat celcius dan sedingin
-273 derajat celcius. 

Beruang air juga bisa hidup tanpa air selama 10-30 tahun dan tak hancur dibantai sinar
radiasi. Ini artinya, beruang air mampu bertahan hidup di kedalaman 7 kilometer di bawah
permukaan laut, dan 6 kilometer di atasnya.

Anda mungkin juga menyukai