Disusun oleh :
FARMASI 3E
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memproduksi sebuah sediaan perlu dipahami hal-hal seputar proses-proses yang akan
dilakukan, peralatan yang dibutuhkan, tahapan-tahapan produksi dan lain-lain. Sama halnya
seperti pada pembuatan krim. Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat, terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar krim mengandung tidak kurang
dari 60 % air dan dimaksudkan untuk obat luar. Terdapat dua tipe krim yakni, tipe minyak
dalam air (M/A) yang merupakan krim yang fase luarnya air, jadi mudah dicuci dengan air atau
tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian, kemudian terdapat tipe air dalam minyak
(A/M) yang merupakan krim dengan fase luarnya minyak, tidak mudah dicuci dengan
meninggalkan noda atau lengket pada pakaian serta tidak mudak mengering.
Untuk membuat sediaan krim akan melewati beberapa proses seperti terdapatnya kedua fase
yang berbeda, lalu kedua fase tersebut akan disatukan, saat penyatuan diperlukan beberpa syarat
dan kondisi, dan masih banyak lagi. Lalu pemilihan peralatan yang tepat juga sangat diperlukan.
Dan masih banyak yang perlu diketahui untuk membuat sediaan krim yang baik dan benar.
Proses yang benar, peralatan yang tepat serta tahapan-tahapan produksi yang sesuai akan
membuat sediaan krim yang baik dan ideal. Pada umunya krim yang ideal haru memiliki sifat-
sifat dasar seperti tercampur dengan baik dengan bahan obat, stabil dalam penyimpanan, mudah
dicuci dengan air, mudah melepaskan bahan obat, mudah diformulasikan, reaksi netral, tidak
merangsang kulit, didalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian sediaan krim?
b. Bagaimana proses pembuatan sediaan krim?
c. Apa saja peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim?
d. Bagaimana tahapan-tahapan produksi yang akan dilakukan dalam produksi sediaan krim?
C. Tujuan
a. Menjelaskan pengertian sediaan krim
b. Menjelaskan mengenai proses pembuatan sediaan krim
c. Menjelaskan peralatan apa saja yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan krim
d. Menjelaskan tahapan-tahapan produksi yang akan dilakukan dalam produksi sediaan krim
BAB II
ISI
1. Definisi Krim
(Cremores)Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaianluar.Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padatmengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
Menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsikental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yangmempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atauminyak dalam air
(m/a) (Budiasih, 2008).
Menurut Ansel, krim di definisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe
air minyak atau minyak air. Menurut Lachman II, krim merupakan sistem emulsi sediaan semi
padat dengan penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yangtembus cahaya.Krim merupakan
obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat
yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan kearah lambung. Menurut definisi
tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit,obat hidung, obat mata, obat tetes
telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012, produksi krim dan salep terdapat
beberapa aspek, diantaranya :
Karena sifat alamiah produk, maka untuk melindungi produk terhadap pencemaran mikroba
dianjurkan agar semua alat yang berhubungan langsung dengan produk didisinfeksi lebih
dahulu sebelum dipakai, misal dengan etanol 70%, isopropanol atau hidrogen peroksida 3%.
Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah system tertutup.
Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk hampir tidak terpapar ke lingkungan
selama proses dan sedikit sekali melibatkan operator. Produk cair disaring dan ditransfer ke
holding tank melalui pipa sebelum produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya (misal
botol dan tube) dan ditutup.
Untuk mencegah ada “sambungan mati” (deadlegs), sambungan hendaklah tidak lebih
panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup. Hendaklah menggunakan jenis katup
diafragma atau katup kupu-kupu dan bukan katup bola.
Air yang digunakan untuk produksi hendaklah memenuhi persyaratan minimal kualitas Air
Murni (Purified Water). Parameter kimia dan mikrobiologi hendaklah dipantau secara teratur,
minimal seminggu sekali, sedangkan pH dan konduktivitas hendaklah dipantau tiap hari.
Terhadap data hasil pemantauan hendaklah dilakukan
analisis kecenderungan (trend analysis). Lihat Persyaratan Air Untuk Produksi : Sanitasi
Sistem Pengolahan Air dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemanasan, atau
2. Kimiawi.
Pemeriksaan mutu bahan yang diterima sebelum dipindahkan ke dalam tangki penyimpanan
adalah untuk mencegah agar bahan yang masih tersisa di dalam tangki penyimpanan (yang
sudah memenuhi persyaratan mutu) tidak tercampur dengan bahan yang sama dari tangki
pemasok yang belum diketahui mutunya.
Tiap pipa transfer hendaklah diberi penandaan yang jelas dengan mencantumkan identitas
produk.
Homogenitas hendaklah dipertahankan selama pengisian dengan pengadukan terus-
menerus sejak awal sampai akhir proses pengisian.
Kondisi penyimpanan produk antara dan produk ruahan hendaklah disesuaikan untuk
menghindarkan perubahan mutu produk. Jangka waktu dan kondisi penyimpanan produk
antara hendaklah divalidasi.
Untuk alur proses produksi krim dan salep diawali pada ruang bahan baku. Pada proses
pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC dengan mengambil
sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC meliputi pemerian,
kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dari hasil uji tersebut tim QC dapat
memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB atau
tidak. Lalu petugas yang bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan
apa saja yang akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim dan salep. Penimbangan
bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini dinyatakan
lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi produk antara. Kemudian
petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang telah ditimbang dengan melakukan
serah
terima yang disertai dengan dokumen CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah
melampirkan tanda tangan petugas.
Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini, awalnya air
ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang digunakan dalam proses
produksi menggunakan air Aquadem (Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air yang
diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah
melewati serangkaian proses pernyaringan. Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot,
tangki ini berfungsi untuk melebur fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan proses
pencampuran bahan dengan menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer. Pada alat ini proses
pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa krim/salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di tempatkan di ruang
Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di lakukan kembali proses IPC oleh
QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas, koefisien variasi, dan stabilitas krim jika
dinyatatakan lulus maka produk tersebut dimasukkan ke dalam wadah. selama proses
pengisian sediaan krim/salep operator melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali,
proses ini bertujuan untuk memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan
dari kemasan. kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk
ruahan untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi
pemerian, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi dan
keseragaman sediaan,. Waktu yang dibutuhkan untuk menuggu hasil pemeriksaan ini yaitu 1-
2 hari.
Cara Kerja :
Fase Air : Isi air dengan aquadest ke dalam tangka fase air, lalu panaskan dengan
pengadukkan (Water Phase Vessel with stirrer & jacketed)
Fase Minyak : Isi minyak/oil/wax ke dalam tangka fase minyak lalu panaskan dengan
pengadukkan (Wax Phase Vessel with stirrer & jacketed)
Fase minyak yang telah meleleh dan air yang telah panas kemudian dipindahkan ke
dalam tangka pembuatan krim dengan Vacuum Transfer system lalu diaduk. Setelah
itu tambahkan zat aktif dan bahan tambahan lain sambal tetap dipanaskan dan
diaduk dengan homogenizer berkecepatan tinggi. Juga bahan teteap disirkulasi
ulang dengan
pemanasan hingga homogen. (Machine –Ointment Manufacturing Jacketed Vessel
with stirrer, High speed Homogenizer, Vacuum Pump and lid lifting system)
Komponen yang telah tercampur kemudian dipindahkan ke dalam tangka
penyimpanan dengan Bump pump (M/c. Bump Pump)
Tangki yang digunakan sebagai penyimpanan untuk sediaan yang telah jadi ini
memiliki fasilitas unutuk pemanasan dan roda troli untuk memindahkan sediaan
krim menuju ke area pengisian. (Machine –Storage Tank)
Tangka penyimpanan akan membawa sediaan ke area pengisisan secara manual
dan sediaan akan dipanaskan dengan sirukulasi air panas untuk memudahkan
memindahkan sediaan krim yang memiliki viskositas yang tinggi dengan metering
pump ke gerbong dari filling machine . (M/c- Metering Pump)
Kemudian sediaan krim akan diisikan ke dalam wadah dan diberi segel oleh filling
machine dan dikemas oleh packing line machinery. (Machine –Filling & Sealing and
Packing Line Machinery)
Untuk membersihkan secara automatis dari tangki dan container digunakanlah CIP
system (Machine –CIP/ WIP System)
memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang
atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak
memadai;
memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko tinggi
terhadap pencemaran silang diproses;
• Kegiatan Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi
produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Sebaiknya ada
prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan identifikasi produk ruahan dan bahan
pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan bahan pengemas
cetak dan bukan cetak serta bahan cetak lain yang akan dipakai adalah benar, pengawasan
selama proses pengemasan rekonsiliasi terhadap produk ruahan, bahan pengemas cetak
dan bahan cetak lain, serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatan
pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur. Pengemasan Induk.
Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets. Sebelum
kegiatan pengemasan dimulai, sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk memastikan
bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain
atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang
bersangkutan.Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain
sebaiknya diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur Pengemasan Induk
atau perintah pengemasan khusus.
• Pra-kodifikasi Bahan Pengemas
Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain yang memerlukan pra-
kodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain sesuai dengan
perintah pengemasan sebaiknya diawasi dengan ketat pada tiap tahap proses, sejak
diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau dimusnahkan. Bahan
pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk prakodifikasi hendaklah
disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat dan ditempatkan di area terpisah serta
terjamin keamanannya. Proses pra-kodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain
dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lainnya. Seluruh bahan
pengemas dan bahan cetak lain yang telah diberi prakodifikasi akan diperiksa sebelum
ditransfer ke area pengemasan.
• Kesiapan Jalur
Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain pada jalur
pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk dari bagian pengemasan akan
melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis yang disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), untuk:
a) memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari kegiatan
pengemasan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur pengemasan dan area
sekitarnya;
b) memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya: dan
c) memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.
• Praktik Pengemasan
Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan
cara sebagai berikut:
a) menggunakan label dalam gulungan;
b) pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label;
c) dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis;
d) label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masingmasing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda; dan
e) di samping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung, hendaklah
dilakukan pula pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu
selama dan pada akhir proses pengemasan.
Produk yang penampilannya mirip sebaiknya tidak dikemas pada jalur yang
berdampingan kecuali ada pemisahan secara fisik. Pada tiap jalur pengemasan nama dan
nomor bets produk yang sedang dikemas dapat terlihat dengan jelas. Wadah yang dipakai
untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru sebagian dikemas, atau diberi label
atau penandaan yang menunjukkan identitas, jumlah, nomor bets dan status produk
tersebut. Wadah yang akan diisi diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan dalam
keadaan bersih. Semua orang di bagian pengemasan akan memperoleh pelatihan agar
memahami persyaratan pengawasan selama proses dan melaporkan tiap penyimpangan
yang ditemukan pada saat mereka menjalankan tanggung jawab spesifik tersebut. Area
pengemasan akan dibersihkan secara teratur dan sering selama jam kerja dan tiap ada
tumpahan bahan. Kebersihan sangat diutamakan untuk membuat sediaan yang bagus.
• Penyelesaian Kegiatan Pengemasan
Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa
dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya sesuai
dengan Prosedur Pengemasan Induk. Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu
kegiatan pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang
tidak penuh maka jumlah kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut. Setelah
proses rekonsiliasi pengemasan, kelebihan bahan pengemas danproduk ruahan yang akan
disingkirkan dan diawasi dengan ketat agar hanya bahan dan produk yang dinyatakan
memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang untuk dimanfaatkan lagi.
Bahan dan produk tersebut akan diberi penandaan yang jelas.
• Pengawasan selama proses
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan
selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang
telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya
dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi
kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk
selama proses berjalan. Prosedur tertulis untuk pengawasan. Di samping itu, pengawasan
selama proses sebaiknya mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum sebagai
berikut:
a) semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada
saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan
b) kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang
waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur
Pengemasan Induk.
Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada
awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi
selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari
catatan bets. Spesifikasi pengawasan selama proses hendaklah konsisten dengan
spesifikasi produk. Spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari hasil rata-rata proses
sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan
ditentukan dengan menggunakan metode statistis yang cocok bila ada.
1. Bagian produksi, yang menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta
proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan.
2. Bagian pengawasan mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada
tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum dilanjutkan
proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu menentukan apakah tahap lanjutan
dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan.
Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama proses produksi
(In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan pada tahap – tahap kritis selama
proses pembuatan sediaan krim, misal :
Pada sediaan Krim : Pemerian, pH, Bobot rata – rata, Homogenitas, dan Kadar bahan aktif.
3.1 Kesimpulan
Terdapat dua metode pembuatan sediaan krim yakni pelelehan dan triturasi. Pada skala
industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan keberhasilan produksi sangat tergantung
dari tahap-tahap pembuatan dan proses pemindahan dari satu tahap pembuatan ke tahap yang
lain. Untuk alur proses produksi krim dan salep diawali pada ruang bahan baku. Kemudian
dilanjutkan dengan proses pencampuran. Quality control pun teramat perlu dilakukan setelah
sediaan usai dibuat.
Alat yang digunakan pada proses pembuatan krim skala industri adalah shear mixer. Alat
ini sangat cocok untuk pencampuran kedua fase ketika krim hendak dibuat.
Tahapan produksi yang harus dilakukan adalah pengecakan bahan, validasi proses, upaya
pencegahan pencemaran silang, sistem penomoran, penimbangan dan penyerahan, proses
pengolahan dan proses pengemasan. Tahapan-tahapan tersebut sangat perlu dilakukan dan juga
perlu pengawasan agar berjalan dengan baik. Sehingga akan menghasilkan sediaan krim yang
baik.
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Pemastian Mutu mencakup Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ditambah dengan faktor
lain. Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan yaitu untuk
mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bhatt B, Agrawal SS. 2007. Pharmaceutical Engineering. New Delhi: Delhi
Institute of Pharmaceutical Science and Research.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
http://www.ointmentcreammanufacturingplant.com/process.html. Diakses
pada Senin, 12 Juni 2017 pukul 4.04 pm.