Anda di halaman 1dari 11

“PRODUKSI SABUN CAIR

ANTISEPTIK YANG BAIK”

Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt

Kelompok 12 :

Wahyu Hidayat 20340093


Kiky Maykasari 20340094
Popi Marleni 20340095
Deska Andriani 20340096
 
Latar belakang
1. Kesehatan kulit perlu dijaga karena
pada daerah kulit ada banyak kotoran dan
2. Sabun yang beredar di
bakteri yang menempel pada kulit biasanya masyarakat terbagi menjadi
ketika kita sedang berada diluar rumah beberapa macam, khusus
atau beraktivitas dilingkungan yang untuk kategori sabun mandi,
terpapar langsung oleh sinar matahari dan ada 2 bentuk sabun yakni
polusi udara sahun cair dan sabun padat.

4. Dalam pembuatan sabun mandi cair


harus mengikuti suatu pedoman yang
3. sabun cair lebih higienis menyangkut seluruh aspek produksi dan
dalam penyimpanannya dan pengendalian mutu atau yang disebut
lebih praktis di bawa dengan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik
kemana-mana. Yang Baik dan Benar)
Rumusan Masalah
Tujuan
1. Bagaimana memproduksi
sediaan sabun cair
antiseptik dengan cara 1. Untuk memahami
yang baik? memproduksi sediaan obat
dengan cara yang baik?
2. Bagaimana komponen 2. Untuk memahami komponen
sediaan dan bagaimana yang digunakan dalam sediaan
rancangan formulasi sabun cair antiseptik
sediaan sabun cair 3. Untuk memahami bagaimana
antiseptik? Someone
—pengadaan Famous
barang dan alur
sediaan sabun cair antiseptik


3. Bagaimana pengadaan 4. Untuk memahami alur bahan,
barang dan alur? alur proses, evaluasi,
4. Bagaimana memproduksi pengemasan, penyimpanan,
sediaan yang baik (alur, dan distribusi pada sediaan
proses produksi, evaluasi, sabun cair antiseptik
pengemasan, penyimpanan  
dan distribusi)?
PEMBAHASAN
Alur Bahan Baku Alur pengeluaran
bahan baku
PEMBAHASAN
Alur Proses produksi

KOH

CMC, BHT

Pewarna Dan
Pengawet

Gliserin, Zat
Aktif,
Aquedest
Cara memproduksi sediaan sabun
cair antiseptik yang baik

1. Alur Produksi : Bahan baku → penimbangan → pemanasan → pencampuran (minyak


zaitun dan minyak kelapa) → Penyiapan stock sabun (KOH) → pencampuran (CMC, BHT,
Asam Stearat) → sediaan 1 → pencampuran (parfum dan pengawet) → sediaan 2 →
pencampuran (Gliseril dan Zat Aktif) → sediaan 3 → pencampuran (aquadest sampai
50 ml) → pengemasan.

2. Evaluasi Produksi sabun cair antiseptik meliputi uji organoleptik (kental, coklat
kekuningan, bau khas bunga mawar), uji pH (9,6), uji alkali bebas (0.053%), uji tinggi
busa (95 mm), uji kadar air (42,5 %), uji bobot jenis (1,058 g/ml), uji iritasi (tidak
ada reaksi iritasi) dan uji angka lempeng total (0,825 x 105 koloni/g).

3. Kemasan digunakan untuk mengemas sediaan sabun cair antiseptik adalah kemasan
plastik, karena kemasan plastik mempunyai daya tahan lebih lama, tidak mudah rusak,
fleksibel, ringan, mudah disimpan, tahan cuaca panas maupun dingin dan lebih ekonomis.

4. Penyimpanan Produk sediaan sabun cair disimpan di gudang yang bersih, aliran udara
terjamin, suhu 8-25 C, kelembaban relatif tidak lebih dari 60% dan produk diletakkan
di pallet yang sesuai dengan menggunakan sistem First In First Out (FIFO).

5. Distribusi Produk menggunakan jenis alur distribusi produsen –retailer – konsumen


atau saluran distribusi langsung yaitu pengecer besar langsung melakukan pembelian
kepada produsen.
Perbandingan
Komponen dan
Metode Sabun
Cair Antiseptik
Cara kerja pembuatan sabun cair antiseptik

Metode : saponifikasi yaitu asam lemak direaksikan dengan natrium atau


kalium hidroksida untuk menghasilkan garam asam lemak atau sabun dan
gliserol atau gliserin.
Langkah pembuatan:
timbang bahan baku → pemanasan atau pelelehan → pencampuran (minyak
zaitun dan minyak kelapa) →Pasta Sabun →pencampuran (CMC, BHT,
Asam Stearat) → sediaan 1 → pencampuran (parfum dan pengawet) →
sediaan 2 → pencampuran (Gliseril dan Zat Aktif) → sediaan 3 →
pencampuran (aquadest sampai 50 ml) →pengemasan.
PEMBAHASAN FORMULA 3
Formula ketiga:

- Rancangan formula penulis dimana penulis menggunakan


campuran basis sabun cair minyak zaitun dan minyak
kelapa, selain itu pada formula ini ditambahkan
methylparaben sebagai pengawet.

- Alasan pemilihan basis yaitu dipilih senyawa lemak


dengan asam lemak yang panjang seperti minyak kelapa
dan minyak zaitun.

- Semakin panjang rantai C pada asam lemaknya maka


sifat mengiritasi pada kulit semakin berkurang.

- Pada formula ketiga ini penulis menggunakan zat aktif


bahan alam ekstrak biji alpukat yang berperan sebagai
pelembab sekaligus antibakteri.

- Pada formulasi penulis juga menggunakan parfum dan


pengawet serta dilakukan evaluasi uji iritasi.
Kesimpulan
1. Memproduksi sediaan sabun cair antiseptik dengan cara yang baik sesuai dengan pedoman
CPKB, dimana alur proses produksi dimulai dari pemilihan bahan baku yang dibeli dari
supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC (dipimpin oleh
apoteker) dengan mengambil bahan di gudang penyimpanan. Dari hasil uji tersebut, tim
QC memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan
Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik atau tidak. Setelah bahan baku ini dinyatakan lulus
uji kriteria, bahan baku tersebut dapat dibuat hingga menjadi produk jadi yang
kemudian akan disimpan ke gudang sebagai finished good yang dilakukan oleh departemen
produksi dengan dilakukan evaluasi selama proses dan setelah proses yang dilakukan oleh
departemen QC. Tahap akhir departemen QA akan memastikan quality (kualitas),
efficacy (efektivitas) dan safety (keamanan) dari produk yang telah di buat oleh bagian
produksi dengan menjamin produk sabun cair ansiseptik sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada CPKB.
 
2. Komponen dan formulasi yang digunakan pada pembuatan sabun cair antiseptic :
Zat Aktif (Ekstrak bunga pacar air, Infusa kulit daun lidah buaya,Ekstrak biji alpukat),
Surfaktan (Minyak zaitun, minyak jarak, minyak kelapa, SLS), Humektan (Gliserin),
Alkali Bebas (KOH), Pengental (CMC), Antioksidan (BHA, BHT), Penetral (Asam
Stearat), Parfum (Minyak Mawar), Pengawet (Methyl paraben) dan Pelarut (Aquadest).
 
3. Pengadaan barang dan alur :
Departemen QC bertanggung jawab terhadap pelulusan atau penolakan bahan baku,
bahan pengemas, dan produk jadi. Alur pengadaan barang: Dimulai dari pemilihan bahan
baku → perencanaan → pembelian → penerimaan → cek standarisasi → karantina oleh
Quality order ke QC (bahan baku diberi label kuning) → sampling → tidak memenuhi
syarat (diberi label merah) → jika memenuhi syarat (diberi label hijau) → masuk
gudang penyimpanan.
 
4. Bagaimana memproduksi sediaan yang baik (alur bahan, alur proses produksi, evaluasi, pengemasan,
penyimpanan, dan distribusi)

- Alur Produksi : Bahan baku → penimbangan → pemanasan → pencampuran (minyak zaitun dan
minyak kelapa) → Penyiapan stock sabun (KOH) → pencampuran (CMC, BHT, Asam Stearat) →
sediaan 1 → pencampuran (parfum dan pengawet) → sediaan 2 → pencampuran (Gliseril dan
Zat Aktif) → sediaan 3 → pencampuran (aquadest sampai 50 ml) → pengemasan.
- Evaluasi : Produksi sabun cair antiseptik meliputi uji organoleptik (kental, coklat kekuningan, bau
khas bunga mawar), uji pH (9,6), uji alkali bebas (0.053%), uji tinggi busa (95 mm), uji kadar air
(42,5 %), uji bobot jenis (1,058 g/ml), uji iritasi (tidak ada reaksi iritasi) dan uji angka lempeng total
(0,825 x 105 koloni/g).
- Kemasan : Digunakan untuk mengemas sediaan sabun cair antiseptik adalah kemasan plastik,
karena kemasan plastik mempunyai daya tahan lebih lama, tidak mudah rusak, fleksibel, ringan,
mudah disimpan, tahan cuaca panas maupun dingin dan lebih ekonomis.
- Penyimpanan : Produk sediaan sabun cair disimpan di gudang yang bersih, aliran udara terjamin,
suhu 8-25 C, kelembaban relatif tidak lebih dari 60% dan produk diletakkan di
pallet yang sesuai dengan menggunakan sistem First In First Out (FIFO).
- Distribusi : Produk menggunakan jenis alur distribusi produsen –retailer – konsumen atau saluran
distribusi langsung yaitu pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen.

Saran
Pada formulasi sabun cair antiseptik yang penulis formulasikan memerlukan pengembangan
optimasi formulasi untuk menghasilkan sabun cair antiseptik yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai