Disusun Oleh :
MOHAMMAD RIFKY FIRDAUS (K11021I121)
ZAENAL (K11021I130)
Capaian* (V)
No. Penugasan
1 2 3 4
1. Portofolio 1. Aspek Organisasi PBF
11. POB 2
12. POB 3
13. POB 4
14. POB 5
Sub Total
Total
Poin Penilaian PKPA
Capaian Keterangan Interval Niali
1 Tidak Terlatih 0 - <25
2 Kurang Terlatih 25 - <50
3 Terlatih 50 - <75
4 Sangat Terlatih 75-100
PENILAIAN PENUGASAN DPF
Capaian* (V)
No. Penugasan
1 2 3 4
1. Portofolio 1. Aspek Organisasi PBF
11. POB 2
12. POB 3
13. POB 4
14. POB 5
Sub Total
Total
Poin Penilaian PKPA
Capaian Keterangan Interval Niali
1 Tidak Terlatih 0 - <25
2 Kurang Terlatih 25 - <50
3 Terlatih 50 - <75
4 Sangat Terlatih 75-100
LEMBAR PEMANTAUAN AKTIVITAS PKPA DI PBF
PORTOFOLIO 1
ASPEK ORGANISASI PBF
A. Membuat Gambaran Struktur Organisasi, Alur Koordinasi (Melalui Bagan), dan
Kualifikasi SDM
Struktur organisasi PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo dihubungkan dengan dua jenis
garis penghubung. Dua jenis garis tersebut memiliki makna yang berbeda dalam
hubungan kerja. Garis lurus dapat diartikan sebagai garis komando yang
menghubungkan antara posisi jabatan yang lebih tinggi dengan posisi jabatan yang lebih
rendah. Pada posisi yang dihubungkan dengan garis lurus, jabatan yang lebih tinggi dapat
memberikan intruksi maupun tugas yang kemudian harus dilaksanakan oleh jabatan lebih
rendah yang terhubung pada satu garis. Garis putus-putus diartikan sebagai hubungan
koordinasi, dimana diantara posisi jabatan yang terhubung dengan garis tersebut
memiliki hubungan kerja yang terhubung satu sama lain.
Jabatan tertinggi di PBF PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo dipegang oleh Kepala
Cabang. Kepala Cabang terhubung langsung melalui garis lurus dengan jabatan adviser,
keuangan, manager operasional, penanggung jawab, dan penanggung jawab alat
kesehatan. Dari jabatan yang terhubung langsung dengan direktur utama, masing-masing
memiliki garis lurus dengan jabatan lain di bawahnya. Garis koordinasi pada struktur
oganisasi terdapat antara apoteker penanggung jawab dengan superviser marketing serta
dengan tim ekspedisi, mereka memiliki hubungan koordinasi terkait dengan pemasaran
dan ekspedisi barang. Kemudian garis koordinasi antara penanggung jawab alat
kesehatan, tim gudang, dan tim ekspedisi yang saling bekerja sama untuk memastikan
ketersediaan alat kesehatan serta terjaminnya pengirimian alat kesehatan.
B. Menyertakan Alur Perizinan PBF dan Sertifikasi CDOB
Dalam pelaksanaan pelayanan izin Pedagang Besar Farmasi, pelaksana pelayanan
perizinan dan pemohon harus mengikuti alur tata cara perizinan sebagai berikut:
Perbedaan dalam perizinan antara PBF pusat dan PBF cabang yaitu untuk PBF cabang
melewati penanaman modal satu pintu.
PORTOFOLIO 2
ASPEK MANAJEMEN MUTU
A. Membuat CAPA (Corrective and Prevention Action) terkait Obat ED, Obat Retur dan Obat Rusak
No Tingka
Aspek Detail Temuan dan Observasi Corrective Action Prevention Action Status
. t Kritis
1. Apoteker penanggung
Segera menghubungi jawab harus
Apakah obat yang
Terdapat banyak jumlah obat principal/pabrik untuk mempertimbangkan
kadaluwarsa akan
M yang telah melewati waktu melakukan pengembalian terkait jumlah obat dari Close
dimusnahkan atau
kadaluwarsanya di gudang. obat ED dan melengkapi principal dalam jumlah
dikembalikan?
dokumen administrasi. banyak yang mendekati
waktu ED.
2. Apoteker harus
Dilakukan pengembalian melakukan pengembalian
Apakah obat yang Terdapat banyak obat yang
ke principal dan ke principal apabila
kadaluwarsa di karantina M melewati kadaluwarsa di dekat Close
menyiapkan dokumen terdapat bannyak obat
di tempat terpisah? area meja penyiapan barang.
administrasi. ED agar tidak
menggambil ruang.
3. Apakah obat yang di M Terdapat obat di kembalikan di Di masukkan ke dalam Apoteker harus Close
recall atau dikembalikan sekitar area karantina obat lemari tempat obat melakukan
di simpan ditempat yang kadaluwarsa. kembalian dan dilengkapi pengkategorian obat
terpisah? dokumen administrasinya. kembalian yang good
atau bad agar dapat di
jual kembali atau di
masukkan ke lemari obat
rusak.
4. Segera meminta outlet
Bagian gudang
menyiapkan administrasi
Apakah ada persyaratan Terdapat outlet yang ingin memastikan terkait
dan meminta salesmen
obat kembalian yang M melakukan retur atau kesesuaian antara obat Close
untuk membuat TTRB
dapat diterima? pengembalian obat/barang. yang difaktur dan yang
(Tanda Terima Retur
akan dikirim.
Barang)
5. Apoteker dan personil
Terdapat beberapa obat yang gudang harus mengatur
Melakukan pengembalian
Apakah penyimpanan mengalami kerusakan kemasan penyimpanan obat agar
M ke principal untuk Close
obat di atur dengan baik? dan bagian batch serta ED sulit tidak terlalu berdempetan
dilakukan pemusnahan.
dibaca. dan terdapat sirkulasi
udara.
B. Membuat Program Pelatihan
PORTOFOLIO 3
ASPEK BANGUNAN, PENYIMPANAN DAN PERALATAN
Pengaturan Tata Letak atau Bangunan di PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo telah sesuai
dengan CDOB, dimana penyusunan box obat/barang di atas pallet, terdapat ruang khusus
untuk penyimpanan obat yang dibawah suhu 25oC, terdapat penyimpanan obat
psikotropika yang sulit untuk di akses, terdapat penyimpanan produk rantai dingin dan
juga alkes. Terdapat area penerimaan barang, area barang keluar, barang/obat yang sudah
ED, barang/obat yang dikembalikan, recal dan/atau rusak.
Meja Pallet
5 4
Pallet
Pallet Pallet
7 Pallet Pallet
Barang Masuk
Pallet Pallet
2 3 Pallet Pallet
1
Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat harus
didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan standar yang ditetapkan. Harus tersedia
program perawatan untuk peralatan vital, seperti termometer, genset, dan chiller.
Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor lingkungan
penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus dikalibrasi, serta kebenaran dan kesesuaian
tujuan penggunaan diverifikasi secara berkala dengan metodologi yang tepat. Kalibrasi
peralatan harus mampu tertelusur. Kegiatan perbaikan, pemeliharaan, dan kalibrasi
peralatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi mutu obat
dan/atau bahan obat. Dokumentasi yang memadai untuk kegiatan perbaikan,
pemeliharaan dan kalibrasi peralatan utama harus dibuat dan disimpan. Peralatan tersebut
misalnya tempat penyimpanan suhu dingin, termohigrometer, atau alat lain pencatat suhu
dan kelembaban, unit pengendali udara dan peralatan lain yang digunakan pada rantai
distribusi.
PORTOFOLIO 4
ASPEK KUALIFIKASI VENDOR DAN PELANGGAN
SERTA TRANSPORTASI
A. Membuat Dokumen untuk Mengkualifikasi Pelanggan, Vendor dan Trasnsportasi
Kualifikasi Pelanggan
Ketika terdapat pelanggan baru baik PBF/Apotek/Toko Retail Obat yang ingin menjadi
pelanggan PT. Rajawali Nusindo Cabang solo maka dilakukannya kualifikasi pelanggan..
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pelanggan memiliki izin edar, ataupun
merupakan sarana yang yang berwewenang untuk mendapatkan obat ataupun alat
kesehatan, agar tidak terjadinya penyalahgunaan obat/alkes. Pelanggan perlu melengkapi
pendataan yang disebut blanko master. Blanko master berisikan:
Izin PBF/SIA
SIPA
Sertifikasi CDOB
Nama Sarana
NPWP
KTP APJ
Tanda tangan/stampel sarana
Alamat + nomor telepon
Kualifikasi Vendor
Ketika PT. Rajawali Nusindo Cabang solo ingin melakukan pengadaan atau mencari
pemasok maka akan dilakukannya seleksi terhadap pemasok ataupun vendor. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa obat maupun alat kesehatan yang dikirimkan
memiliki izin edar, bukan barang palsu dan sudah sesuai ketentuan yang berlaku.
Terdapat beberapa hal yang perlu diseleksi terhadap pemasok, seperti :
Contoh tandatangan dan stampel sarana
Nama outlet
Nomor Iduk Berusaha (NIB)
Izin PBF/Principal
Nomor izin edar
Sertifikasi CDOB/CPOB
SIPA
KTP Apoteker Penanggung Jawab
NPWP
PORTOFOLIO 5
ASPEK VALIDASI DAN PACKAGING DAN SOFTWARE
A. Mendeskripsikan Software Terkait dengan Komponen: Sistem Input Informasi
Barang, Monitoring Barang, Laporan dan Leveling Akses Monitoring
Sistem informasi adalah suatu sistem yang dirancang dan dibuat untuk memberikan suatu
data atau laporan berdasarkan fakta yang sebenarnya kepada pengguna atau user dengan
cepat mudah dan sesuai dengan perkembangan. Pedagang besar farmasi (PBF), adalah
perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas (PT), bergerak dalam bidang
farmasi dan obat-obatan. PBF merupakan distributor tunggal obat-obatan, Karena
menurut undang-undang pabrik/industri farmasi tidak diperbolehkan menjual produknya
langsung ke konsumen. PBF mendapat pasokan produk dari pabrik/industri yang
kemudian dipasarkan ke berbagai apotek, toko obat, grosir dan semi grosir.
Sistem software yang digunakan oleh PT. Rajawali Nusindo adalah sistem DTMS.
Melalui software ini dapat dilakukan pemesanan ekatalog oleh outlet outlet yang
terdaftar sebagai pelanggan PT. Rajawali Nusindo dan dapat juga melalui surat pesanan.
Pada software ini juga terdapat info kualifikasi pelanggan ataupun vendor yang telah di
input kedalam sistem melalui pengisian master blanko kualifikasi pelanggan dan vendor,
serta memuat terkait informasi barang. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan
pemesanan obat ke PBF pusat ataupun langsung ke principal. Sistem ini juga dapat
memasukkan data pelaporan seperti pelaporan jumlah stock barang, pelaporan ED
barang, pelaporan barang retur, dan pelaporan pembayaran utang.
PORTOFOLIO 6
ASPEK PERENCANAAN
A. Membuat SP Pengadaan, Metode Verifikasi SP Pelanggan, dan Metode Seleksi
Vendor
Membuat SP Pengadaan
Alur Pemesanan PBF PT. Rajawali Nusindo Cabang solo, memesan obat maupun alkes
melalui pusat PT. Rajawali Nusindo terlebih dahulu, kemudian dari pusat yang akan
memesankan barang ke principal. Pemesanan PBF cabang berbeda dengan PBF Subdis
maupun PBF Pusat dimana dapat langsung memesan ke pabrikan atau principal.
Pemesanan PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo sudah tersistem ke pusat, sehingga pusat
akan mengecek dan menyetujuinya, tidak perlu email ataupun lainnya. Setelah pusat
memesankan barang ke principal, maka barang tersebut akan dikirim ke pusat dan pusat
mengirimnya ke PT. Rajawali Nusindo Cabang solo. Apabila pengiriman dari principal
lebih dekat ke PT. Rajawali Nusindo Cabang solo, maka dapat dilakukan langsung
pengiriman ke cabang solo dengan sepengetahuan dan dilampirkan surat dari kantor
pusat. Pengadaan barang dapat dilakukan melalui pemesanan ke principal/pabrikan,
pemesanan ke sesama cabang PT. Rajawali Nusindo dan pemesanan ke sesama PBF.
Ketika ada Surat Pemesanan dari pelanggan, maka dilakukan verifikasi terhadap Surat
Pemesanan tersebut, untuk memastikan bahwa Surat Pemasanan sudah benar dan asli.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemesanan palsu ataupun untuk
mengurangi hal hal yang tidak diinginkan. Terdapat beberapa hal yang perlu diverifikasi
terhadap kelengkapan administrasi Surat pemasanan, seperti :
Nama (disertai nomor izin), alamat, nomor telpon, stampel dan NPWP pemesan.
Surat pemesanan harus ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab yang
dilengkapi dengan nama jelas, dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) sesuai
ketentuan perundang-undangan.
Mencantumkan nama fasilitas pemasok dan alamat lengkap.
Mencantumkan nama, bentuk, kekuatan sediaan, jumlah, dan isi kemasan.
Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas.
Pemantauan Suhu
Pemantauan suhu di PBF PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo dimonitor sebanyak tiga
kali dalam sehari yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 17.00 WIB. Semua ruang penyimpanan
obat dan alkes dipantau secara menyeluruh baik ruangan maupun chiller/freezer.
Pemantauan suhu menggunaakan alat thermohygrometer yang terkalibrasi sekali dalam
setahun. Hasil dari pemantauan suhu didokumentasikan.
Tanggal 11/01/2022 12/01/2022 13/01/2022
Jam 08.00 13.00 17.00 08.00 13.00 17.00 08.00 13.00 17.00
R. Obat 1 21.3℃ 23.4℃ 23.1℃ 23.1℃ 24℃ 23.1℃ 23.6℃ 24.3℃ 24.5℃
R. Obat 2 25.5℃ 25.8℃ 25.5℃ 24.4℃ 24.9℃ 24.8℃ 24.2℃ 25℃ 25.5℃
R. Injeksi 19.8℃ 19.8℃ 19.9℃ 19.8℃ 18.2℃ 19.5℃ 18℃ 19.1℃ 17.7℃
Chiller 4℃ 5℃ 4℃ 5℃ 4℃ 3℃ 4℃ 5℃ 5℃
GEA 1
Chiller 5.3℃ 5.3℃ 5.4℃ 5.3℃ 5.3℃ 5.2℃ 5.2℃ 5.3℃ 5.2℃
GEA 2
Chiller 4.1℃ 4.3℃ 4.4℃ 2.8℃ 4.6℃ 3.2℃ 3.8℃ 4.5℃ 4℃
sansio
Freezer -16℃ -17℃ -15℃ -16℃ -17℃ -16.5℃ -15℃ -16℃ -15℃
Tabel 1.Ceklist Suhu Obat
Maret 3/03/ 7/03/ 10/03/ 14/03/ 17/03/ 21/03 24/03/ 28/03 31/03/
22 22 22 22 22 /22 22 /22 22
PORTOFOLIO 8
ASPEK PENGELOLAAN OBAT
A. Membuat Laporan NAPZA, Laporan Salesmen, Kehilangan, Recall dan
Pemusnahan
1. Laporan NAPZA
Laporan pendistribusian obat Psikotropika dari PBF PT. Rajawali Nusindo Cabang
Solo dilakukan tiap sebulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
tembusan Kepala Badan/Kepala Balai. Apoteker penanggung jawab setiap bulannya
akan melakukan penginputan data pendistribusian atau penyaluran psikotropika
secara elektronik (SIPNAP), lalu setelah data terinput data tersebut di import.
Laporan meliputi laporan penyaluran psikotropika dalam sebualn (meliputi nomor
urut, nama obat/sediaan, kekuatan, satuan, persediaan awal bulan dan jumlah yang
dikeluarkan, tanggal nomor dokumen, sember penerimaan, jumlah yang diterima,
nomor batch, dan kadaluwarsa).
Jenis Jenis Psikotropika yang terdapat pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo
yaitu:
a. Diazepam Tablet
b. Phenobarbital Injeksi
c. Metaneuron Tablet
2. Recall
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melakukan penarikan obat atau
barang dari suatu peredaran. Terdapat dua jenis recall atau penarikan yaitu
Mandatory recall dan Voluntary recall. Mandatory recall merupakan penarikan obat
atau barang yang dilakukan atas perintah yang dilakukan oleh BPOM atas temuan
yang didapatkan. Sedangkan Voluntary recall merupakan penarikan obat atau barang
yang dilakuakan atas perintah principal/industri dengan alasan tertentu (seperti
perubahan suhu penyimpanan obat atau terjadi perubahan kemasan produk obat).
Prosedur penarikan barang/obat di PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo di atur dalam
Prosedur Operasional Baku (POB). Penarikan dapat dilakukan jika Apoteker
Penanggung jawab PBF menerima instruksi atau surat perintah penarikan dari
principal yang mencantumkan nama barang/obat, sediaan, kemasan, dan nomor bets.
Selanjutnya PBF/Distributor akan mengeluarkan surat penarikan ke outlet outlet yang
mendapatkan barang/obat tersebut dengan melampirkan surat perintah penarikan dari
pabrik. Ada atau tidaknya stok barang/obat di suatu outlet tersebut tetap harus
memberikan surat keterangan pengembalian dengan mencantumkan jumlah yang
didapatkan dan sisa stok saat dilakukan penarikan. Penarikan atau recall dilakukan
sampai satuan terkecil barang/obat tersebut. Penggantian produk yang di tarik bisa
berupa barang/obat ataupun dalam betung uang, tergantung dari principal nya.
3. Pemusnahan
Pemusnahan obat dilakukan untuk obat yang tidak layak di distribusikan yaitu obat
yang telah melewati tanggal kadaluwarsa dan megalami kerusakan fisik selama
penyimpanan atau penyaluran. Produk obat/barang yang akan dimusnahkan dibuat
berita acara dengan lampiran nama obat yang akan dimusnahkan. Obat yang akan
dimusnahkan adalah obat yang mengalami beberapa permasalahan seperti melewati
tanggal kadaluwarsa, obat rusak selama penyimpanan atau penyaluran, obat recall
yang masuk kategori Bad, sehingga harus dikarantina di ruangan khusus atau terpisah
dari obat atau barang lainnya.
PT. Rajawali Nusindo Cabang Solo tidak melakukan pemusnahan obat secara
langsung. Obat atau barang yang telah melewati ED akan dikembalikan ke principal
untuk dilakukan pemusnahan dengan membuat pelaporan sesuai administrasi yang
ada dan akan digantikan dalam bentuk obat/barang ataupun dalam bentuk uang.
Untuk obat yang mengalami kerusakan akan di kembalikan ke PBF pusat.
B. Membuat Laporan Pengembalian Obat, Digunakan Kasusu Real (atau disusun
fiktif oleh preseptor) disusun protap aksi dan dokumentasinya
Untuk retur produk obat, dokumen yang diperlukan adalah TTRB (Tanda Terima Retur
Barang). Dokumen tersebut akan dibuatkan oleh salesman PBF. Sedangkan untuk retur
produk non-obat, dokumen yang dibutuhkan adalah RTV (Return to Vendor) yang dibuat
oleh outlet dan TTRS (Tanda Terima Retur Sementara) yang kemudian akan dijadikan
TTRB (Tanda Terima Retur Barang). Dokumen TTRS dan TTRB dibuat oleh bagian
ekspedisi dari PBF.
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9
tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, harus tersedia
prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan obat
kembalian dengan memperhatikan hal berikut:
a. Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan surat
pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan;
b. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat dalam
catatan penerimaan dan pengembalian
Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau
bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label yang
jelas sampai ada keputusan tindak lanjut. Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang
layak dijual kembali, antara lain jika:
1. Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi syarat
serta memenuhi ketentuan.
2. Obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan
ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan
3. Obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung jawab
atau personil yang terlatih, kompeten, dan berwenang
4. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran asal-usul
obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat
dan/atau bahan obat palsu.
Area karantina untuk produk kembalian, rusak dan penarikan produk (recall) harus
terpisah secara fisik dengan produk lain yang layak jual, dengan penandaan yang
jelas, terkunci, dan dengan suhu penyimpanan yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan pengambilan, masuk dalam stok jual, terjual kembali, dan
pencurian. Untuk obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu
penyimpanan yang rendah tidak dapat dikembalikan.
Kasus:
Seorang apoteker bekerja pada sebuah PUSKESMAS SETIA yang bertanggung jawab
terhadap penyimpanan obat dan vaksin. Apoteker tersebut menerima faktur dan vaksin
dari PBF “RAJAWALI FARMA” sebagai berikut :
FAKTUR
PBF Rajawali Farma SOLO Kepada: Puskesmas Setia,
Majosongo,Solo
Ijin PBF: 224/123456/Kes/X/08
Tanggal faktur: 08/01/2021 Tanggal jatuh tempo: 09/02/2021 Ket:
Produk Rantai Dingin atau Cold Chain Product (CCP) merupakan produk yang sensitif
terhadap temperatur sehingga penyimpanan dan pengirimannya memerlukan kontrol
temperatur yang tak terputus mulai dari pabrik sampai distribusi ke pengguna akhir, hal
ini harus dilakukan guna menghindari risiko penurunan khasiat dan keamanannya.
Beberapa contoh produk rantai dingin yaitu protein, peptida, biologi, vaksin, enzim,
mikroorganisme dan antibodi monoklonal. Menurut CDOB tahun 2020 Aneks II. Faktor
kritis dalam penanganan produk rantai dingin yaitu prosedur, pengujian kinerja,
pelatihan, fasilitas dan perlengkapan, proses kontrol, dan rencana darurat. Berikut ini
beberapa uraian terkait titik kritis yang harus di lakukan :
1. Sumber Daya Manusia (SDM) harus mengikuti pelatihan yang telah direncanakan,
terprogram secara berkesinambungan dan dilakukan secara periodik. SDM atau
Personalia yang terlibat dalam pelatihan ini antara lain adalah penanggung jawab
fasilitas distribusi, petugas gudang (Penerimaan, penyimpanan, pengepakan) dan
pengemudi kendaraan transportasi.
2. Penyimpanan yaitu Chiller atau cold room dan Freezer atau freezer room. Chiller
dan freezer yang digunakan harus sesuai tujuan penyimpanan produk rantai dingin
dan mampu menjaga suhu yang dipersyaratkan. Termometer sudah terkalibrasi
diletakkan di titik yang paling akurat dan mewakili, hal ini dibutuhkan untuk
memantau secara terus menerus suhu selama operasional. Titik suhu yang akurat dan
mewakili seluruh tempat penyimpanan ditentukan dengan pemetaan suhu titik kritis.
a. Chiller atau cold room (Suhu 2oC s/d 8oC), untuk menyimpan vaksin dan serum
dengan suhu penyimpanan 2oC s/d 8oC, biasanya digunakan untuk penyimpanan
vaksin campak, BCG, DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT-HB.
b. Freezer atau freezer room (suhu -15oC s/d -25o) untuk menyimpan produk beku
contohnya vaksin polio.
3. Suhu pada penyimpanan produk rantai dingin dimonitor minimal 3 (tiga kali) sehari
dan tersedia alaram untuk menunjukkan apabila terjadi penyimpangan suhu. Setting
alarm untuk penyimpanan vaksin disarankan pada rentang 2,5-7,5 oC untuk
penyimpanan vaksin pada suhu 2-8oC, alarm harus diperiksa secara berkala untuk
memastikan alarm berfungsi dengan baik.
5. Penerimaan CCP harus dilakukan pemeriksaan terhadap setiap produknya mulai dari
nama produk, jumlah produk, kondisi fisik, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, catatan
suhu dan/atau VVM (Vaksin Vial Monitoring)
6. Apabila terdapat penyimpangan suhu pada saat penerimaan, maka produk tersebut di
tempatkan pada tempat yang telah dipersyaratkan, lalu melakukan pelaporan
penyimpangan suhu tersebut kepada principal atau pengirim produk untuk dilakukan
penyelidikan dengan membuat berita acara.
9. Harus tersedia terkait prosedur yang mengatur tentang Penanganan CCP, Pengelolaan
CCP, Pelaksanaan kualifikasi dan Pemeliharaan penyimpanan CCP, dan pelaksanaan
kalibrasi termometer.
PBF yang mendistribusikan produk rantai dingin harus sesuai dengan persyaratan Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk
rantai dingin selama penerimaan, penyimpanan dan pengiriman hingga ke konsumen
dapat terjaga. PBF harus melakukan pemeriksaan terhadap produk pada saat penerimaan
dan pendistribusian, yang meliputi nama produk, kondisi fisik produk, jumlah produk,
nomor bets, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, kondisi alat pemantauan suhu dan
kondisi VVM (Vaccine Vial Monitor) untuk vaksin yang telah dilengkapi VVM.
2. Ruang Lingkup
Mengatur sistem cara pembuatan, penomoran, pengesahan, pendistribusian, revisi dan
penyimpanan dokumen baik dokumen internal maupun eksternal yang dipakai sebagai
referensi kerja dalam lingkup penerapan Sistem Mutu
dan CDOB di PT. ...
3. Tanggung Jawab
a. Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk
memastikan POB ini dilaksanakan dengan baik oleh semua bagian terkait.
b. Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab
menyiapkan dan mengkaji kembali secara berkala, merevisi, melatihkan kepada
semua Kepala Bagian dan mendistribusikannya.
c. Semua Kepala Bagian bertanggung jawab menerapkan POB ini.
d. Semua Kepala Bagian bertanggung jawab menyiapkan POB yang diperlukan oleh
Bagiannya.
2. Salinan Terkendali:
adalah salinan dokumen asli yang didistribusikan kepada pengguna dokumen
yang tercantum dalam Daftar Dokumen Internal sebagai panduan penerapan
sistem yang ditandai dengan stempel merah ”SALINAN TERKENDALI” dan
dituliskan nomor salinan sesuai dengan nomor pengguna dokumen seperti yang
tertuang dalam Daftar Dokumen Internal
5.3.2 Formulir, sebagai bagian dari dokumen harus diidentifikasi dengan kode
dan nomor formulir
5.3.3 Kode untuk dokumen Dokumen pada saat diterbitkan pertama kali diberi
nomor revisi 00 dan tanggal pada saat mulai diterbitkan.
5.3.4 Dokumen yang terbit harus diberi stempel “ASLI” dengan warna merah
pada sampul dokumen dan dicatat dalam Daftar Dokumen Master
6. Lampiran
Lampiran 1.5.1 Format POB
Lampiran 1.5.2 Daftar Dokumen dan Distribusinya
7. Dokumen Rujukan
Persyaratan SMM ISO 9001:2008, Klausul 4.2.3 Pengendalian Dokumen
Persyaratan SMK3 PP 50/2012, Elemen 4 Pengendalian Dokumen
CDOB BPOM 2012, Bab I Manajemen Mutu, Bab IX Dokumentasi
Prosedur Operasional Baku Halaman…..dari…..
PENGENDALIAN DOKUMEN Nomor ……
Nama Perusahaan
Seksi/ Sub Divisi/ Tanggal Berlaku
Departemen/ Divisi/
Sub Bagian/ Sub ……………………..
Bagian / Unit*
Unit*
Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh Mengganti**
(nama, jabatan, tanda (nama, jabatan, (nama, jabatan, No.
tangan) tanda tangan) tanda tangan) Tanggal
…………………….
…………………. …………………….. …………………….
Tanggal Tanggal Tanggal
…………………. …………… ……………
8. Riwayat
Tanggal Mulai
Versi Nomor Riwayat Perubahan
Berlaku
1 QA001 13 Juli 2005 Baru
Penyimpanan POB asli
diubah dari Kepala Bagian
2 QA001/01 10 Nopember 2006 yang menerbitkan menjadi
Kepala Bagian Pemastian
Mutu
9. Distribusi
Asli: Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu Fotokopi:
No. 1: Pimpinan Fasilitas Distribusi
No. 2: Kepala Bagian Logistik/Gudang
No. 3: Kepala Bagian Keuangan
No. 4: Kepala Bagian Penjualan
No. 5: Kepala Bagian Personalia
POB Pemetaan Suhu Area Penyimpanan
2. Ruang Lingkup
Proses pengukuran/monitoring suhu di semua bagian ruang penyimpanan barang, mulai
dari penerimaan sampai dengan pengiriman dengan menempatkan Thermometer di
lokasi sesuai ketentuan hingga pengontrolan yang dilakukan secara kontinyu dan
didokumentasikan.
3. Prosedur
A. Pemetaan Thermometer
3.1 Dalam memastikan dan memonitor suhu ruang penyimpanan agar merata pada
semua bagian gudang, Kepala Gudang harus melakukan Pemetaan Suhu
3.2 Buat Mapping Grid yaitu penempatan thermometer pada posisinya secara 3
dimensi. Mapping grid ini harus ada setidaknya 2 level tergantung besar, kecil
dan tinggi masingmasing area penyimpanan, yaitu :
→LL – Level Bawah : 0.5 m dari lantai
→TL – Level Atas : 0.5 dari lokasi penyimpanan yang paling tinggi
→Level Tengah : (Room Height-1.5m)/ 3 (Peletakan Thermometr di posisi ini
tergantung pada tinggi ruangan penyimpanan dan di letakkan
antara LL dan TL)
Prosedur Operasional Baku Halaman…..dari…..
PEMETAAN SUHU AREA Nomor ……
PENYIMPANAN
Nama Perusahaan
Seksi/ Sub Divisi/ Tanggal Berlaku
Departemen/ Divisi/
Sub Bagian/ Sub ……………………..
Bagian / Unit*
Unit*
Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh Mengganti**
(nama, jabatan, tanda (nama, jabatan, (nama, jabatan, No.
tangan) tanda tangan) tanda tangan) Tanggal
…………………….
…………………. …………………….. …………………….
Tanggal Tanggal Tanggal
…………………. …………… ……………
Jarak antara thermometer yaitu minimum 5 meter dan maksimum 10 meter dan
peletakkan alat tergantung pada luas dari gudang itu sehingga peletakkan alat
ukur suhu (Thermometer) pada posisi-posisi yang dapat mewakili penunjukan
suhu area penyimpanan tersebut, meliputi posisi bagian atas, bagian tengah,
bagian bawah, bagian depan, bagian belakang dan bagian samping pada area
penyimpanan, dan di lokasi yang paling banyak mengalami fluktuasi suhu,
misalnya lokasi / area dekat pintu. Lokasi ini merupakan lokasi yang banyak
dilalui orang
4. Lampiran
-
Prosedur Operasional Baku Halaman…..dari…..
PEMETAAN SUHU AREA Nomor ……
PENYIMPANAN
Nama Perusahaan
Seksi/ Sub Divisi/ Tanggal Berlaku
Departemen/ Divisi/
Sub Bagian/ Sub ……………………..
Bagian / Unit*
Unit*
Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh Mengganti**
(nama, jabatan, tanda (nama, jabatan, (nama, jabatan, No.
tangan) tanda tangan) tanda tangan) Tanggal
…………………….
…………………. …………………….. …………………….
Tanggal Tanggal Tanggal
…………………. …………… ……………
5. Riwayat
Versi Nomor Tanggal Berlaku Riwayat Perubahan
01 Xxxxx …………….. Baru
02 Yyyyy …………….. Tambahan……
6. Distribusi
Asli : Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No. 1 : Kepala Bagian Departemen Terkait
No. 2 : Kepala Bagian Logistik/Gudang
POB Stock Opname
3. Ruang Lingkup
Stock opname adalah penghitungan fisik persediaan obat dan/atau bahan obat untuk
dicocokkan dengan catatan dokumen yang ada di fasilitas distribusi. Dengan demikian
hasil akhir stock opname adalah laporan perbedaan jumlah obat dan/atau bahan obat,
dan penjelasannya.
Prinsip kerja dalam stock opname adalah:
a. Stop pergerakan barang.
b. Pastikan semua dokumen terkait pergerakan barang selesai dicatat.
c. Lakukan perhitungan fisik barang.
d. Bandingkan antara jumlah fisik dengan jumlah di catatan dokumen.
e. Telusuri perbedaan dan lakukan penghitungan fisik ulang, jika
diperlukan.
f. Mencatat perbedaan agar jumlah fisik barang = jumlah barang di catatan dokumen
POB ini mencakup seluruh tahapan pelaksanaan stock opname yang meliputi
penentuan jadwal, pembentukan tim, persiapan, pelaksanaan dan pengecekan hasil
stock opname.
4. Tanggung Jawab
4.1 Penanggung Jawab bertanggung jawab untuk memastikan proses stock opname
berjalan dengan prosedur.
4.2 Kepala Logistik bertanggung jawab untuk pelaksanaan stock opname dan
memastikan tidak ada kehilangan stock obat/bahan obat di gudang.
NAMA Prosedur Operasional Baku Halaman ... dari ...
PERUSAHAAN STOCK OPNAME Nomor .....
Departemen/Divisi Seksi/Sub Tanggal berlaku
/ Bagian/Unit* Divisi/Sub ..........................
............................. Bagian/Sub Unit*
.... ........................
Disusun oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Mengganti**
(nama, jabatan, (nama, jabatan, (nama, jabatan, No. Tanggal
tanda tangan) tanda tangan) tanda tangan) ............................
6. Prosedur
6.1 Penentuan jadwal stock opname
Jadwal stock opname adalah sebagai berikut :
1. Stock Opname Tahunan : dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun
pada awal bulan Januari setiap tahunnya
2. Stock Opname 3 Bulanan
3. Stock Opname Bulanan
Di luar jadwal tersebut di atas, stock opname dapat dilakukan secara mingguan
atau bahkan harian dengan metode stock opname parsial (hanya memeriksa
sebagian stok saja, berdasarkan tingkat risikonya.
Semakin tinggi risiko yang dimiliki oleh obat dan/atau bahan obat (misalnya risiko
rawan penyalahgunaan, harga tinggi, obat dan/atau bahan obat berbahaya),
semakin sering frekuensi stock opname yang dilakukan.
Koordinator stock opname adalah Penanggung Jawab. Tugas dari tim Admin
adalah:
Menyiapkan, mendistribusikan count tag serta menerima count tag dari tim
lapangan.
Melakukan pengecekan count tag yang sudah diisi oleh tim lapangan
Melakukan input data
Tiap Tim Lapangan harus terdiri atas gabungan personil gudang dan personil
non-gudang. Personil gudang hapal letak barang dan biasanya mampu
mengoperasikan forklift atau alat-alat penunjang stock opname. Sementara
personil non-gudang (misalnya dari bagian pemasaran atau administrasi
keuangan) untuk menjamin validitas data.
Bila Laporan Keuangan Fasilitas Distribusi diaudit, maka Auditor juga akan
mengikuti Tim Lapangan dalam pengecekan fisik barang walaupun tidak harus
full count.
7. Lampiran
8. Dokumentasi
Berita Acara Pemusnahan yang dilengkapi foto.
9. Riwayat
Versi Nomor Tanggal Alasan Perubahan
01 Xxxx ……………... Baru
02 Yyyy ……………… Tambahan ……..
10. Distribusi
Asli : Penanggung Jawab
Kopi No.1: Pimpinan Fasilitas Distribusi
No.2: Kepala Bagian Logistik/Gudang
No.3: Kepala Bagian terkait
POB Inpeksi Diri dan Audit Mutu
POB ini bertujuan agar inspeksi diri dan audit mutu dapat:
Mengevaluasi kegiatan operasional di Fasilitas Distribusi terhadap pemenuhan
persyaratan CDOB dan menemukan kekurangan yang harus diperbaiki
Melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu secara teratur dan sistematis untuk
memastikan Sistem Mutu sudah diterapkan dengan baik dan dilakukan sesuai
dengan CDOB
3. Ruang Lingkup
3.1 POB ini berlaku pada saat penyiapan jadwal dan pelaksanaan Inspeksi Diri di
Fasilitas Distribusi
3.2 Inspeksi diri ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
Profil Fasilitas Distribusi
Manajemen Mutu
Personalia
Bangunan dan Peralatan
Proses operasional : pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pengiriman/penyaluran, pengembalian, penarikan kembali (recall)
Dokumentasi
4. Tanggung Jawab
4.1 Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab
menyiapkan, mengkaji dan melatihkan POB ini.
4.2 Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab
merumuskan daftar periksa.
4.3 Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab
menyiapkan jadwal dan menentukan Tim Inspeksi Diri
4.4 Tim Inspeksi Diri yang dipimpin oleh Kepala Tim bertanggung jawab untuk
pelaksanaan inspeksi diri.
NAMA Prosedur Operasional Baku Halaman ... dari ...
PERUSAHAAN INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU Nomor .....
Departemen/Divisi Seksi/Sub Tanggal berlaku
/ Bagian/Unit* Divisi/Sub ..........................
............................. Bagian/Sub Unit*
........ ........................
Disusun oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Mengganti**
(nama, jabatan, (nama, jabatan, (nama, jabatan, No.
tanda tangan) tanda tangan) tanda tangan) Tanggal
............................
.......................... ............................. .....................
Tanggal Tanggal Tanggal
...................... ...................... ......................
4.5 Kepala Tim bertanggung jawab menyiapkan laporan inspeksi diri dan rencana
perbaikan.
4.6 Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan Audit Mutu yang dilakukan oleh pihak eksternal.
5. Prosedur
5.1 Inspeksi Diri
5.1.1 Inspeksi diri dilakukan terhadap bagian-bagian internal di Fasilitas
Distribusi
5.1.2 Siapkan jadwal dan area yang akan diinspeksi mengikuti Program
Inspeksi Diri terlampir.
5.1.3 Tentukan Tim yang akan melaksanakan inspeksi diri.
5.1.4 Siapkan daftar periksa.
5.1.5 Lakukan pemeriksaan dan catat temuan di lapangan.
5.1.6 Buat laporan temuan pada Formulir Laporan Temuan
5.1.7 Rekomendasikan rencana perbaikan dan tindak lanjut.
5.1.8 Sampaikan laporan yang telah diisi lengkap kepada Kepala Pabrik dan
Kepala Bagian yang terkait.
5.1.9 Siapkan daftar dan rencana perbaikan dalam Formulir Tindakan
Perbaikan Inspeksi Diri
5.1.10 Inspeksi Diri dilakukan secara sistematis dan berkala minimal 6 (enam) bulan
sekali
6. Lampiran
Lampiran dapat berupa :
Program Inspeksi Diri
Daftar Periksa Inspeksi Diri
Formulir Laporan Temuan Inspeksi Diri
Formulir Tindakan Perbaikan
7. Dokumen Rujukan
- Pedoman CDOB
- Checklist Mapping CDOB
NAMA Prosedur Operasional Baku Halaman ... dari ...
PERUSAHAAN INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU Nomor .....
Departemen/Divisi Seksi/Sub Tanggal berlaku
/ Bagian/Unit* Divisi/Sub ..........................
............................. Bagian/Sub Unit*
........ ........................
Disusun oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Mengganti**
(nama, jabatan, (nama, jabatan, (nama, jabatan, No.
tanda tangan) tanda tangan) tanda tangan) Tanggal
............................
.......................... ............................. .....................
Tanggal Tanggal Tanggal
...................... ...................... ......................
8. Riwayat
Versi Nomor Tanggal Alasan
01 Xxxxx …………….. Baru
02 Yyyyy ……………... Tambahan ………..
9. Distribusi
Asli : Penanggung Jawab/Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No. 1: Pimpinan Fasilitas Distribusi
No. 2: Kepala Bagian Audit
No. 3: Kepala Bagian Logistik/Gudang
No. 4: Kepala Bagian terkait
POB Penarikan Obat dan/atau Bahan Obat
8. Tujuan
POB ini bertujuan untuk memastikan proses penarikan obat dan/atau bahan obat dari
seluruh gudang dan/atau pelanggan (outlet) dalam tenggang waktu yang sudah
ditetapkan dapat dilakukan dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan dengan proses dengan
baik dan benar sesuai permintaan dari prinsipal/BPOM sehingga tidak menimbulkan
kerugian bagi fasilitas Distribusi.
9. Ruang Lingkup
POB ini mencakup semua proses yang ditujukan agar penanganan penarikan obat
dan/atau bahan obat dapat dilakukan dengan baik dan sesuai informasi/instruksi
prinsipal.
POB ini meliputi proses penerimaan informasi penarikan obat dan/atau bahan obat dari
Prinsipal, menyiapkan arahan ke gudang dan cabang, sampai dengan merekap hasil
penarikan ke Prinsipal atau BPOM.
12. Lampiran
-
13. Riwayat
Daftar dari nomor POB termasuk alasan untuk perubahan.
Tanggal Mulai
Versi Nomor Riwayat Perubahan
Berlaku
1 ……………… ……………… ………………
2 ……………… ……………… ………………
14. Distribusi
Asli: Penanggung Jawab/ Kepala Bagian Pemastian Mutu
Fotokopi:
No. 1 : Pimpinan Fasilitas Distribusi
No. 2 : Kepada Bagian Logistik
No. 3 : Kepala Bagian Pemasaran
No. 4 : Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan
No. 5 : Kepala Bagian Terkait