Anda di halaman 1dari 10

Izin Pendirian Dan Operasional Sekolah Swasta

1. PP No.25 Tahun 2000.

2. Kep.Dirjed.Dikdasmen Depdikbud No.018/Kep/1983.

Unit Kerja/Instansi yang memproses Perizinan: Dinas Pendidikan Kabupaten

Prosedur pengurusan Izin :

Mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Dinas Pendidikan dengan melampirkan
syarat-syarat yang diperlukan

Jangka waktu berlakunya Izin : 10 (sepuluh) Tahun dan dapat diperpanjang kembali.

Ketentuan Umum pelaksanaan/ kewajiban pemegang Izin :

Pengelolaan Sekolah dibawah Yayasan yang pem bentukannya ditetapkan dengan Akta Notaris.

Izin tidak dapat dipindah tangankan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Bupati.

Pengelola wajib mematuhi semua persyaratan dan ketentuan teknis dibidang penyelenggaraan
pendidikan.

Pengelola wajib mematuhi kurikulum yang berlaku secara nasional maupun muatan lokal yang
ditentukan.

Pengelola wajib menyediakan ruangan belajar yang mencukupi sesuai jumlah murid dengan
ketentuan:

TK = 2 ruangan belajar

SD = 6 ruangan belajar

SLTP = 3 ruangan belajar

SMU/SMK = 3 ruangan belajar

Apabila dalam jangka waktu 6 bulan terhitung tanggal ditetapkannya izin tidak melakukan kegiatan
maka izin dinyatakan tidak berlaku lagi.

Sanksi atas pelangggaran ketentuan Izin :

a. Peringatan tertulis

b. Pembekuan izin

c. Pencabutan izin
Persyaratan Pengajuan Izin Operasional SMP Swasta

Akte notaris yayasan

Susunan pengurus yayasan

Akte tanah

Sk penetapan kepala sekoleh oleh yayasan

Sk penetapan komite sekolah oleh kepala seakolah berdasarkan hasil musyawarah dengan
masyarakat dengan melampirkan daftar hadir musyawarah

Data siswa yang mencakup nama lengkap, tempat tanggal lahir, nnama orang tua dan alamat
lengkap

Data guru dengan melampirkan ijazah

Data pegawai tata usaha (TU) dan lainnya dengan melampirkan ijazah

Data ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, wc dan seterusnya

Data inventaris sekolah

Data SD pendukung yang mencakup jumlah siswa dan jarak ke sekolah

Data SMP dan MTs atau sekolah sederajat yang mencakup jumlah siswa dan jarak ke sekolah

Surat persetujuan dari SMP dan MTs sekitar

Surat persetujuan dari masyarakat sekitar

Denah sekolah

Peta pendidikan kecamatan

Surat keterangan tidak menggunakan gedung atau fasilitas negara atau pemerintah yang dibuat oleh
kepala sekolah

Surat pernyataan mengikuti aturan dan ketentuan dari pemerintah yang dibuat oleh kepala sekolah

Surat kesanggupan melaksanakan kurikulum yang berlaku yang dibuat oleh kepala sekolah

Rekomendasi dari camat setempat

Sumber dana penyelenggaraan pendidikan

Rencana induk pengembangan sekolah (RIPS)

Berikut adalah beberapa update terbaru mengenai syarat dan prosedur pendirian Lembaga Kursus
dan Pelatihan (LKP):

Penyelenggara Pendidikan Non-formal


Merujuk pada Pasal 5 ayat (3) dan (6) Permendikbud 25/2018, pihak yang dapat mengajukan Izin
sebagai penyelenggara pendidikan non-formal adalah pelaku usaha perseorangan dan pelaku usaha
non-perseorangan. Yang termasuk pelaku usaha non-perseorangan antara lain:

perseroan Terbatas (PT)

badan usaha yang didirikan oleh Yayasan

badan usaha bersifat nirlaba yang didirikan oleh badan hukum lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Nomor Induk Berusaha (NIB)

NIB mulai dikenal sejak munculnya platform OSS. NIB merupakan identitas bagi pelaku usaha yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah kamu mendaftar di dalam sistem OSS. Pendaftaran dapat
kamu lakukan dengan mengakses laman OSS, yang mana nantinya kamu akan diminta untuk
melakukan pengisian data. Selain itu, Pasal 6 ayat (1) Permendikbud 25/2018 juga mewajibkan
pelaku usaha agar melakukan pendaftaran kegiatan berusaha ke dalam sistem OSS.

Setelah kamu mendapatkan NIB dengan bentuk 13 (tiga belas) digit angka acak yang diberi
pengaman dan disertai dengan tanda tangan elektronik, NIB dapat berlaku sebagai:

Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Angka Pengenal Importir (API)

Hak akses kepabeanan

Dengan kata lain, jika PT untuk lembaga kursus yang didirikan sudah memiliki NIB, maka kamu tidak
perlu kerepotan membuat TDP karena fungsinya sudah digantikan oleh NIB.

Penggunaan KBLI 2017 Pada Uraian Maksud dan Tujuan

Di penjelasan Pasal 22 ayat (2) huruf b PP Tentang OSS disebutkan bahwa “bidang usaha”
merupakan bidang usaha yang diatur dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat
ini sistem OSS menggunakan KBLI 2017 yang mengacu pada Peraturan Kepala BPS 19/2017.

jadi, apabila kamu mendirikan PT untuk lembaga kursus setelah adanya OSS maka harus dipastikan
bidang usaha yang tercantum dalam maksud dan tujuan di akta pendirian PT sudah menggunakan
KBLI 2017.

Perlu digarisbawahi bahwa penggunaan KBLI 2017 ini harus sudah dilakukan di tahap pembuatan
akta pendirian PT. Bila ini tidak dilakukan maka proses di OSS akan terhambat dan sangat mungkin
kamu harus melakukan perubahan akta terlebih dahulu sebelum bisa lanjut dengan proses di OSS.
Penghapusan SKDP dan SKDU di Wilayah Jakarta

Dalam rangka menciptakan iklim investasi yang baik, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta memutuskan untuk menghapus Surat Keterangan
Domisili (SKDP) dan Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) sebagai bagian dari prosedur perizinan
berusaha. Kebijakan ini tertuang pada SK DPMPTSP 25/2019. Penghapusan ini sebagai salah satu
cara untuk memangkas rantai perizinan usaha, sehingga memudahkan pelaku usaha untuk memulai
bisnisnya.

Meskipun tidak lagi menyaratkan SKDP dan SKDU, tapi saat kamu mendirikan PT untuk lembaga
kursus di wilayah Jakarta kamu tetap harus mencantumkan alamat PT dengan lengkap dan jelas, ini
diperlukan untuk melihat apakah alamat tersebut sesuai dengan ketentuan zonasi yang ada dalam
Perda DKI 1/2014.

***

Lembaga Pendidikan Non Formal (LPNF) merupakan salah satu bentuk pendidikan di Indonesia yang
diakui dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (“UU
Sisdiknas”). LPNF diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi dari PNF adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Bentuk-bentuk LPNF antara lain meliputi:

Lembaga kursus dan pelatihan (LKP);

Kelompok belajar;

Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM);

Majelis taklim;

Pendidikan anak usia dini (PAUD) jalur non formal;

Rumah pintar;

Balai belajar bersama; dan

Lembaga bimbingan belajar (bimbel).

Jika anda berminat mendirikan salah satu bentuk LPNF diatas, seperti misalnya lembaga kursus,
alangkah lebih baiknya jika anda mendirikannya secara legal. Ini juga sejalan dengan ketentuan
dalam Pasal 62 UU Sisdiknas. Pasal tersebut mengatur bahwa setiap satuan pendidikan yang
didirikan wajib memperoleh izin dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Untuk lebih jelasnya, ini dia langkah-langkah untuk mendirikan lembaga pendidikan non formal
(LPNF):

Pertama, anda perlu membentuk wadah yang sesuai dalam menjalankan lembaga kursus anda.

Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang
Pendirian Satuan Pendidikan Non Formal (“Permendikbud 81/2013”) diatur bahwa satuan LPNF
dapat didirikan oleh orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.

Dari ketiga pilihan tersebut, sebaiknya anda menyesuaikan kebutuhan dari LPNF itu sendiri. Meski
demikian, pilihan badan hukum bisa jadi lebih menguntungkan anda. Bentuk badan hukum di
Indonesia sendiri saat ini ada 3 (tiga), yaitu Perseroan Terbatas (PT), Yayasan, dan Koperasi. Badan
hukum yang akan dibahas disini adalah PT dan Yayasan. PT berorientasi pada full profit dan Yayasan
meski dimungkinkan untuk mencari penghasilan dengan batasan dan persyaratan tertentu, tapi tidak
dikhususkan hanya untuk mengejar profit. Jika satuan LPNF ini anda dirikan fokusnya untuk mencari
keuntungan (profit oriented), ada baiknya jika anda mendirikan PT.

Mendirikan Lembaga Kursus Dengan Mendirikan Perseroan Terbatas (PT)

Mendirikan badan hukum Perseroan Terbatas (PT) atau Yayasan juga bisa memberikan nilai lebih
pada kredibilitas lembaga kursus yang anda dirikan. Yang jelas, dengan memiliki badan hukum akan
ada pemisahan yang jelas antara urusan perusahaan dan pribadi. Anda dapat dengan mudah
membuat rekening atas nama perusahaan atau yayasan yang cash flownya terpisah dengan
keuangan pribadi atau keluarga. Hal ini dianggap penting karena mitra bisnis Anda pasti
menginginkan hubungan business to business (B-2-B) yang transparan dan profesional.

Kalau Anda memilih opsi mendirikan PT untuk lembaga kursus yang akan didirikan, salah satu
keuntungannya adalah—karena statusnya badan hukum—maka ada pemisahan yang jelas antara
harta kekayaan pribadi dan tanggung jawab hukum pribadi dari pemegang saham dengan harta
kekayaan perusahaan dan tanggung jawab hukum dari perusahaan. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) menyebutkan bahwa “Para pemegang
saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas tindakan PT dan perikatan yang dilakukan oleh
PT melebihi dari saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham”. Penjelasan dari Pasal 3
ayat (1) UUPT ini menegaskan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran
atas saham yang dimilikinya dalam PT dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.

Tentu anda tahu bahwa dalam PT, modal dibagi-bagi dalam persentase saham. Ketika seorang
pemegang saham menyetorkan pada PT sejumlah uang sebesar nilai saham yang dimilikinya dalam
PT tersebut, artinya pemegang saham tersebut sudah melepaskan hak kepemilikannya atas uang
tersebut sehingga kepemilikannya beralih ke tangan PT. Dengan merujuk Pasal 3 ayat (1) UUPT dan
penjelasannya, jika PT mengalami kerugian maka harta pribadi anda selaku pemegang saham tetap
aman karena tanggung jawab pemegang saham hanya sampai porsi saham yang dimiliki. Jika total
saham anda bernilai Rp 50 juta, maka jika PT merugi hingga Rp 150 juta, anda tidak perlu menutupi
kekurangan tersebut. Selain soal pemisahan, kelebihan lain PT adalah modal dari tiap pemegang
saham termuat secara jelas dalam akta pendirian PT dan surat pengesahan badan hukum dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sehingga bisa membantu jika terjadi sengketa terkait
kepemilikan saham PT di masa depan.

Keuntungan lainnya, karena pemakaian nama PT tidak bisa sembarangan dan harus terlebih dulu
disetujui oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, nama yang anda dapatkan untuk PT anda
tidak akan bisa digunakan pihak lain. Satu lagi keuntungan dari mendirikan PT adalah PT dipandang
lebih bonafid dan profesional. Hal ini karena adanya 3 (tiga) organ PT terpisah yaitu RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham), Direksi, dan Dewan Komisaris. RUPS adalah organ tertinggi dalam PT yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan ke direksi dan komisaris.

Terakhir, tidak ada batasan jangka waktu berdirinya sebuah PT. Selama PT itu masih berjalan dan
belum dilikuidasi, maka PT itu dapat terus beroperasional, terlepas jika pemegang saham atau
manajemen sebelumnya sudah ada pergantian, berhenti, atau meninggal dunia. Untuk sebuah
lembaga pendidikan, menjadi lembaga yang sustain tentu menjadi nilai lebih.

Syarat dan Prosedur Mendirikan PT

Anda tak perlu khawatir jika ingin mendirikan PT karena sekarang syarat dan prosedur mendirikan PT
terutama di Jakarta sudah semakin mudah. Hanya saja kalau anda berniat mendirikan PT di Jakarta,
salah satu prosedur penting yang harus diperhatikan adalah mengenai domisili usaha. Hal ini tertera
dalam Peraturan Gubernur Nomor 128 Tahun 2012 yang senada dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Selain itu rumah biasanya terletak dalam zona pemukiman.
Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014, setiap badan usaha wajib berdomisili
usaha di zona usaha, tidak bisa di dalam zona pemukiman. Sebagai alternatifnya, anda dapat
menyewa Ruko atau gedung perkantoran. Namun tentu saja, bila ingin menyewa Ruko untuk
lembaga kursus, pastikan zonasinya memang untuk tempat usaha dan bisnis. Begitu pula dengan
peruntukan yang tertera dalam IMB-nya harus untuk tempat usaha. Hal ini agar anda tidak
mengalami permasalahan ketika akan mengurus perizinan dari lembaga pendidikan non formal yang
sedang anda dirikan.

Berbeda bila anda memilih mendirikan Yayasan di Jakarta sebagai badan hukum untuk lembaga
kursus anda, maka anda bisa menggunakan rumah atau tempat tinggal sebagai domisili Yayasan.
Kemudahan ini tentu menjadi nilai tambah bila anda memutuskan untuk mendirikan yayasan.

Hanya saja, seperti telah diuraikan diatas, bila tujuan anda mendirikan lembaga kursus adalah untuk
mencari keuntungan (profit oriented), sebaiknya anda memilih opsi untuk mendirikan PT. Hal ini
karena tujuan pendirian Yayasan sejatinya adalah untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan dan kemanusiaan. Easybiz memiliki track record yang baik dan konsultan yang
berpengalaman dalam membantu UMKM dan StartUp dalam mendirikan badan usaha dan
mengurus perizinan usaha, termasuk pendirian PT dan pendirian Yayasan.
Baca juga:

1. 9 Keuntungan Mendirikan PT Untuk Bisnis Anda

2. Badan Hukum PT Membuat Bisnis Lebih Kredibel

Kedua, jika anda mendirikan badan hukum PT untuk lembaga kursus anda, maka ada baiknya anda
juga mengurus dokumen legalitas terkait seperti Surat Keterangan Domisili Usaha/Perusahaan dari
kelurahan dan/atau kecamatan setempat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan, Izin Pendirian
Satuan PNF, dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

Baca juga:

1. Proses Dan Syarat Pendirian PT Terbaru Yang Wajib Anda Ketahui

2. Serangkaian Aturan Baru Ini Membuat Proses Mendirikan PT Jadi Lebih Mudah

Ketiga, penuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis untuk memperoleh Izin Pendirian
Satuan LPNF. Nama izin ini bisa berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, misalnya Izin Pendirian
Satuan LPNF yang berupa PKBM di wilayah DKI Jakarta disebut sebagai Izin Operasional Pusat
Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).

Syarat Administratif Lembaga Pendidikan Non Formal

Persyaratan administratif dan teknis yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Identitas pendiri satuan LPNF yang berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), dan Kartu Keluarga (KK).

Akta pendirian badan hukum dan surat pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Susunan serta rincian tugas dari masing-masing pengurus, tenaga pendidik, dan tenaga
kependidikan.

Surat Keterangan Domisili dari kelurahan dan/atau kecamatan setempat.

Jika berbentuk badan hukum, anda juga bisa melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan
dari PT anda.

Keterangan kepemilikan atau kuasa penggunaan tempat yang akan menjadi tempat pembelajaran
minimal selama 3 (tiga) tahun. Dokumen yang menerangkan kepemilikan ini berupa sertifikat
kepemilikan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), peta lokasi atau denah ruangan, perjanjian sewa
menyewa tanah/bangunan (jika menyewa), dan Undang-Undang Gangguan (UUG atau HO). Lahan
dari lokasi tempat kegiatan belajar mengajar ini setidaknya 100 m2. Untuk tempat pembelajaran ini,
anda perlu menyiapkan setidaknya 3 (tiga) ruangan yang peruntukannya masing-masing untuk ruang
kelas, ruang tenaga pendidik atau guru, dan ruang administrasi tata usaha dengan rasio masing-
masing 6×6 m2. Akan lebih baik juga jika anda bisa menyediakan ruang lainnya seperti ruang
perpustakaan, ruang ibadah, dan ruang toilet.

Dokumen Rencana Pengembangan Satuan Pendidikan yang mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan. Dokumen ini merupakan rencana kurikulum pendidikan yang akan dijalankan oleh
satuan PNF tersebut.

Dokumen terkait antara lain seperti fotokopi ijazah pimpinan yang sudah dilegalisasi (jika ingin
mendirikan PKBM).

Seluruh persyaratan administratif dan teknis diatas anda, sebagai pendiri satuan LPNF, serahkan saat
mengajukan surat permohonan pendirian satuan pendidikan non formal (LPNF) kepada Kepala Suku
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. Setelah itu anda perlu menunggu sekitar 30 (tiga puluh)
hari kerja untuk verifikasi dan pemberian persetujuan atau penolakan atas permohonan yang telah
anda ajukan.

Jika permohonan anda diterima, anda akan memperoleh Izin Pendirian Satuan Pendidikan Non
Formal sebagai legalitas bagi operasional satuan LPNF anda. Saat anda memperoleh Izin Pendirian
Satuan LPNF, anda juga akan memperoleh Nomor Induk Satuan Pendidikan Non Formal.

Keempat, jika anda mendirikan satuan LPNF berupa lembaga kursus dan pelatihan (LKP), anda perlu
memperhatikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 127 Tahun 2014 tentang
Standar Sarana dan Prasarana Lembaga Kursus dan Pelatihan (“Permendikbud 127/2014”). Dalam
Permendikbud 127/2014 ini diatur standar sarana dan prasarana bagi lembaga kursus dan pelatihan
yang meliputi satuan pendidikan dan jumlah peserta didik, lahan serta bangunan dan gedung untuk
tempat pembelajaran, ruangan untuk tempat pembelajaran, ruangan penunjang, fasilitas media
penunjang pembelajaran seperti alamat peraga dan simulasi, serta kantor dan kelengkapan kantor
seperti meja, kursi, komputer, dan lemari. Sarana dan prasarana lembaga kursus dan pelatihan (LKP)
ini berlaku bagi 10 (sepuluh) jenis keterampilan berikut:

Mekanik sepeda motor;

Mengemudi kendaraan bermotor;


Tata boga;

Tata busana/menjahit;

Tata kecantikan kulit;

Tata kecantikan rambut;

Tata rias pengantin;

Perhotelan;

Baby sitter; dan

Spa.

Sebagai tambahan, pembimbing dan pengelola lembaga kursus dan pelatihan (LKP) wajib memenuhi
standar pembimbing dan pengelola lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang berlaku secara
nasional. Detail standar kualifikasi dimaksud dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 41 Tahun 2009 tentang Standar Pembimbing Pada Kursus Dan Pelatihan
(“Permendiknas 41/2009”) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 42 Tahun 2009
tentang Standar Pengelola Kursus (“Permendiknas 42/2009”).

Last but least, LPNF juga memerlukan adanya akreditasi sesuai Pasal 86 juncto Pasal 87 ayat (1) PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (“PP 19/2005”). Akreditasi adalah
kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Adanya akreditasi ini bertujuan sebagai upaya penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan yang dilakukan melalui penilaian (assessment) yang
objektif, transparan, dan berkelanjutan atas kelayakan suatu program dan satuan LPNF. Akreditasi
untuk LPNF dilakukan di bawah Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF).

Untuk mendapatkan akreditasi, anda perlu mengajukan proposal permohonan akreditasi yang
ditujukan kepada Ketua Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF), mengisi
formulir yang disediakan, dan melampirkan dokumen persyaratan antara lain akta pendirian dan
surat pengesahan badan hukum, Izin Pendirian Satuan Pendidikan Non Formal, dan dokumen 8
(delapan) standar. Kedelapan standar dimaksud meliputi:

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) atau capaian pembelajaran lengkap dengan dokumen
penetapannya.

Standar isi meliputi antara lain fotokopi jenis program pendidikan yang diselenggarakan, kurikulum
terbaru yang dibuat satuan LPNF, fotokopi pedoman pelaksanaan dan evaluasi kurikulum, serta
fotokopi perbandingan jumlah jam belajar untuk tiap program pendidikan.

Standar proses meliputi silabus, RPP setiap mata pelajaran yang dibuat dan ditandatangani pendidik
serta diketahui pimpinan satuan LPNF tersebut, daftar hadir peserta didik, dan daftar hadir pendidik.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi daftar tenaga pendidik dan daftar tenaga
kependidikan, termasuk CV, ijazah terakhir, sertifikat kompetensi, sertifikat pelatihan lainnya, dan
surat pengangkatan yang bersangkutan.

Standar sarana dan prasarana meliputi daftar dan foto jenis sarana pada seluruh ruangan, daftar dan
foto jenis peralatan belajar, daftar dan foto jenis bahan ajar, bukti status kepemilikan gedung, daftar
jenis prasarana lembaga, dan bukti prasarana listrik.

Standar pengelolaan meliputi antara lain portfolio pimpinan satuan LPNF (CV, ijazah terakhir,
sertifikat kompetensi, dan sertifikat pelatihan lainnya), dokumen visi misi dan tujuan serta
sosialisasinya, fotokopi rencana kerja 5 (lima) tahun, bukti legalitas dari satuan LPNF tersebut (akta,
surat pengesahan badan hukum, dan NPWP badan), foto papan nama, fotokopi rekening bank dari
LPNF, dokumen uraian tugas pengurus, bukti kerjasama dengan pihak mitra, jadwal kegiatan rutin,
berkas laporan tahunan untuk setiap program layanan, dan daftar peserta didik per program
layanan.

Standar pembiayaan meliputi bukti rencana pengembangan pendanaan, CV staf administrasi


keuangan, fotokopi jenis dokumen administrasi keuangan (rekening bank, buku kas, buku kas harian,
dan dokumen keuangan lainnya), serta fotokopi laporan keuangan.

Standar penilaian pendidikan meliputi antara lain panduan penilaian, soal mata pelajaran atau
materi tugas peserta didik, dokumen nilai hasil belajar, daftar lulusan, serta fotokopi tanda
penghargaan yang diperoleh pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik di tingkat
internasional, regional, nasional, dan/atau lokal.

Masa berlaku status akreditasi setiap satuan LPNF adalah 5 (lima) tahun. Setelah itu anda dapat
mengajukan permohonan kembali untuk diakreditasi (re-Akreditasi). Permohonan re-Akreditasi
diajukan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku status akreditasi
dari satuan LPNF anda. Jika hingga 3 (tiga) bulan sejak berakhirnya masa status akreditasi tersebut
anda belum juga mengajukan permohonan re-Akreditasi, maka status akreditasi tersebut dinyatakan
berakhir.

Anda mungkin juga menyukai