Anda di halaman 1dari 1

Puisi Mahardika

oleh: Norman Adi Satria

Mbah
Sewaktu rambutmu sewarna jelaga
Kau bersorak merdeka

Mbah
Ketika rambutmu sewarna putik jambu
Kau bilang kita masih terbelenggu
Merah darahku!
Bukan biru!
Karena keningratan memang selayaknya tak dimaknai secara dangkal
sebagai sebuah kebetulan terlahir dari rahim istri atau gundik tuan terhormat
namun sebuah kehormatan yang dianugerahkan atas apa yang kita perbuat.

Tak melakukan apa-apa bagi bangsa dan negara


hendak dicatat apa kau sebagai siapa?
Tak laku lagi Adigang itu:
aku anak cucu itu, maka kau harus anu.

Putih tulangku!
Bukan kulitku!
Karena bicara Indonesia, warna kulit tak semestinya jadi problema
Mau kulitmu hitam aspal, cokelat silverqueen, kuning berkarat
atau putih-putih melati alibaba, merah-merah delima pinokio
kita semua sudara, manunggal dalam penyusuan Sang Ibu.
Mengapa kini kau ributi berapa centi lebar kelopak mata:
sipit sedikit kau laknati Cina?

Anda mungkin juga menyukai