Anda di halaman 1dari 7

1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN
PT PERHUTANI (KPH KUNINGAN)
A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah


menegaskan bahwa Kerja Sama Daerah dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan
efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. Kerja Sama
Daerah dapat dilakukan dengan daerah lain, pihak ketiga, dan pemerintah daerah atau
lembaga di luar negeri.

Penyelenggaraan Kerja Sama Daerah juga dimaksudkan sebagai sarana untuk lebih
memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan daerah yang lain
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan
daerah, menyinergikan potensi antardaerah, daerah dengan pihak ketiga, dan daerah
dengan pemerintah daerah atau lembaga di luar negeri serta meningkatkan pertukaran
pengetahuan, teknologi, dan kapasitas fiskal daerah. Kerja Sama Daerah dengan
pemerintah daerah atau lembaga di luar negeri merupakan kerja sama internasional dan
dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat serta berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Selain itu, melalui Kerja Sama
Daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antardaerah dalam penyediaan
pelayanan publik khususnya yang ada di wilayah terpencil, daerah yang berbatasan, dan
daerah tertinggal

Salah satu arah kebijakan dari RPJMN 2020- 2024 ini khususnya pada ruang lingkup
desentralisasi dan otonomi daerah adalah “meningkatkan kualitas tata kelola pelayanan
dasar, daya saing dan kemandirian daerah”. Arah kebijakan ini kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam tiga strategi, salah satunya adalah pengembangan kerjasama antardaerah
otonom dalam peningkatan daya saing daerah dan membangun sentra-sentra ekonomi
baru.

Kerja sama daerah ini merupakan upaya transformasi ekonomi yang diharapkan
dapat meningkatkan daya saing dan perekonomian daerah dengan memanfaatkan
sumber-sumber daya lokal secara sinergis dan meningkatkan kerja sama antarpelaku
(public-private partnership) dalam pengelolaan sumbersumber daya ekonomi daerah.
Selain itu, kerja sama daerah adalah sarana perekat bagi ketahanan nasional, karena
kerja sama daerah akan lebih memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu
dengan daerah yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerja
sama daerah juga dimaksudkan untuk menyerasikan pembangunan daerah,
menyinergikan potensi antardaerah, daerah dengan pihak ketiga, dan daerah dengan
pemerintah daerah atau lembaga di luar negeri serta meningkatkan pertukaran
pengetahuan, teknologi, dan kapasitas fiskal daerah. Melalui kerja sama daerah juga
diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antardaerah dalam penyediaan pelayanan
publik khususnya yang ada di wilayah terpencil, daerah yang berbatasan, dan daerah
tertinggal.

Dalam kerangka kerja sama daerah itu, pemerintah daerah harus mengidentifikasi
dan memetakan urusan pemerintahan yang akan dikerjasamakan berdasarkan potensi
dan karakteristik daerahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya pemetaan urusan
pemerintahan dalam rangka kerja sama daerah.

KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
2

Pemetaan urusan pemerintahan ini penting untuk mengatasi keterbatasan-


keterbatasan yang terjadi dalam melakukan identifikasi kerja sama daerah. Keterbatasan
dimaksud tampak dari daftar panjang yang disusun pemerintah daerah terkait
sektor/urusan pemerintahan yang akan dikerjasamakan. Salah satu sektor urusan
pembangunan yang dapat digali potensi sosial ekonominya adalah pengelolaan kawasan
kehutanan yang lokasinya ada di wilayah pemerintahan daerah kabupaten/kota. Sehingga
penggalian potensi ini diharapkan dapat menjadi bahan kerjasama yang saling
menguntungkan Para Pihak.
Berdasarkan ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
disebutkan :
(1) Pada hutan produksi, pemanfaatan hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip untuk mengelola hutan lestari dan meningkatkan fungsi utamanya.
(2) Pemanfaatan hutan pada hutan produksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui kegiatan :
a. usaha pemanfaatan kawasan;
b. usaha pemanfaatan jasa lingkungan;
c. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam
hutan alam;
d. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam
hutan tanaman;
e. usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
dalam hutan alam;
f. usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
dalam hutan tanaman;
g. pemungutan hasil hutan kayu dalam hutan alam;
h. pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam
hutan alam;
i. pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam
hutan tanaman

Dalam Pasal 33 PP Nomor 6 Tahun 2007 menyebutkan bahwa Pemanfaatan jasa


lingkungan pada hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf
b, dilakukan, antara lain, melalui kegiatan:
a. pemanfaatan jasa aliran air;
b. pemanfaatan air;
c. wisata alam;
d. perlindungan keanekaragaman hayati;
e. penyelamatan dan perlindungan lingkungan; dan
f. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon.

Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama


Daerah bahwa Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Bupati dapat melakukan kerjasama
dengan Pihak Ketiga yang diantaranya dengan badan usaha yang berbadan hukum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Aturan lain yang terkait adalah Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerjasama Daerah dengan
Daerah Lain dan Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga terutama Pasal 25 disebutkan
sebagai berikut :
(1) Dalam hal prakarsa Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga berasal dari Daerah,
daerah melakukan :

KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
3

a. Pemetaan urusan pemerintahan sesuai potensi dan karakteristik daerah serta


kebutuhan daerah
b. Penyusunan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
(2) Pemetaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yang
akan dikerjasamakan dibuat dalam daftar rencana kerjasama setiap tahun dan
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Sehubungan paparan tersbut di atas dipandang perlu adanya kerjasama daerah
(Pemerintah Kabupaten Cirebon) dengan Pihak Ketiga dalam hal ini PT Perhutani Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Kuningan terutama dalam pengembangan kawasan perdesaan
Agrowisata Tonjong Kecamatan Pasaleman, Kawasan Perdesaan Agrowisata Situ Sedong,
Desa desa di kecamatan Karangwareng dan Kecamatan Waled.
B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud Kesepakatan Bersama ini adalah untuk menyeleraskan program kegiatan bersama
dalam upaya mengembangkan potensi pariwisata, komoditas pertanian, sumber daya air,
pemanfaatan hasil hutan di dalam kawasan hutan dan memberdayakan masyarakat
setempat melalui hutan kemasyarakatan di wilayah kerja PARA PIHAK sehingga
memperoleh manfaat ekologi, sosial ekonomi yang optimal.

Tujuan Kesepakatan Bersama ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan


guna mendukung pembangunan kepariwisataan, pengembangan komoditas pertanian,
pengembangan dan pemanfaatan hasil hutan dan kebutuhan air di Kabupaten Cirebon
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup dan
pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Cirebon secara umum dan memberikan manfaat
bagi PARA PIHAK.

C. LOKASI KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA

Desa atau kecamatan yang menjadi Lokasi Kerjasama dengan Pihak PT Perhutani KPH
Kuningan adalah
1. Kecamatan Pasaleman meliputi : Desa Tonjong, Desa Tanjunganom, Desa Pasaleman,
Desa Cilengkrang, Desa Cilengkrang Girang, Desa Cigobang, Desa Cigobangwangi
2. Kecamatan Waled meliputi Desa Ambit, Desa Gunung Sari, Desa Waled Asem, Desa
Ciuyah
3. Kecamatan Sedong meliputi Desa Karangwuni, Desa Sedong Kidul, Desa Sedonglor,
Desa Panongan, Desa Windujaya
4. Kecamatan Karangwareng meliputi Desa Sumurkondang dan Desa Seuseupan
5. Kecamatan Dukupuntang meliputi Desa Cikalahang

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kerjasama ini, meliputi :
1) Pembangunan Infrastruktur dan sarana prasarana pendukung kepariwisataan pada
kawasan hutan yang dikelola PIHAK KEDUA di Kabupaten Cirebon;
2) Pemberdayaan masyarakat setempat;
3) Pengembangan komoditas pertanian;
4) Pengembangan budidaya (jamur, lebah, tanaman obat)

KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
4

5) Pemanfaatan hasil hutan;


6) Pengembangan dan promosi pariwisata;
7) Pemanfaatan sumber daya air;
8) Penyelamatan dan perlindungan lingkungan;
9) Pengembangan pendidikan dan penelitian;
10) Peningkatan kualitas dan mutu sumber daya hutan melalui optimalisasi fungsi dan
manfaatnya melalui perhutanan sosial, pengembangan produk unggulan kawasan
perdesaan agrowisata, pengembangan unit usaha masyarakat hutan.

E. JANGKA WAKTU

(1) Jangka waktu kerjasama atau Kesepakatan bersama ini disepakati selama 4 (empat)
tahun terhitung sejak ditandatanganinya Kesepakatan bersama oleh PARA PIHAK.
(2) Kesepakatan bersama ini dapat diperpanjang jangka waktunya berdasarkan
kesepakatan PARA PIHAK.
(3) Kesepakatan bersama ini dapat berakhir sebelum jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan bahwa PIHAK yang akan mengakhiri
Kesepakatan bersama ini menyampaikan pemberitahuan tertulis 30 (tiga puluh) hari
sebelumnya kepada PIHAK lainnya.

F. MANFAAT

Dari adanya kerjasama antara Pemkab Cirebon dan KH Kuningan diharapkan ada
manfaat yang dirasakan antara lain :
1. Masyarakat Desa di sekitar kawasan hutan produksi KPH Kuningan dapat meningkat
kesejahteraannya dengan mengembangkan tanaman budidaya seperti : budidaya
tanaman hias, budidaya tanaman obat, budidaya jamur atau budidaya lebah atau budi
daya sarang burung wallet apabila ada potensinya. Dengan catatan areal pengolahan
dibatasi, tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi, tidak
menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
2. Masyakakat desa di sekitar hutan atau masyarakat kabupaten Cirebon menerima
manfaat adanya air dan jasa aliran air, untuk kebutuhan minum dan irigasi
3. Dapat mengembangkan promosi dan objek wisata baik alam maupun buatan
4. Pembangunan Infrastruktur dan sarana prasarana pendukung kepariwisataan pada
kawasan hutan yang dikelola Pihak Perhutani di Kabupaten Cirebon;
5. Adanya kegiatan Pemberdayaan masyarakat setempat di sekitar hutan
6. Pengembangan komoditas pertanian di sekitar hutan
7. Pemanfaatan hasil hutan kayu misalnya kayu jati, kayu putih dan sebagainya
8. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan dengan turut menjaga kelestarian hutan
(penghijauan atau reboisasi) agar terhindar dari bencana banjir atau longsor.
9. Pengembangan pendidikan dan penelitian;
10. Peningkatan kualitas dan mutu sumber daya hutan melalui optimalisasi fungsi dan
manfaatnya melalui perhutanan sosial, pengembangan produk unggulan kawasan
perdesaan agrowisata, pengembangan unit usaha masyarakat hutan

G. ANALISIS DAMPAK SOSIAL ATAU LINGKUNGAN


Masyarakat desa di sekitar hutan pada umum menggantungkan hidupnya atau
bermata pencaharian sebagai petani atau penggarap lahan dan pada umumnya tingkat
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
5

kesejahteraannya kurang bagus. Masyarakat desa di sekitar hutan juga kurang memahami
cara bercocok tanam yang baik atau kurang mendapat pembinaan/penyuluhan dari dinas
teknis terutama Dinas Pertanian. Apabila masyarakat di sekitar hutan dibiarkan tidak
berdaya, tanpa adanya pembinaan atau program pemberdayaan serta kurang
diperhatikan tingkat kesejahteraannya, maka dikhawatirkan mereka akan merusak hutan
produksi yang ada atau ekosistem hutan yang ada dan pada akhirnya akan terjadi
kerusakan lingkungan dan bencana alam berupa banjir atau longsor.
Padahal di kawasan hutan produksi ada potensi tanaman atau hewan yang bisa
dibudidayakan, komoditas pertanian yang bisa dikembangkan, ada pemandangan alam dan
potensi atau objek wisata yang dapat dikembangkan apabila dikelola dengan baik.
Pembangunan kepariwisataan memerlukan perencanaan dan perancangan yang baik.
Kebutuhan akan perencanaan yang baik tidak hanya dirasakan oleh pemerintah yang
memegang fungsi pengarah dan pengendali, tetapi juga oleh masyarakat dan menyadari bahwa
keberhasilannya tak terlepas dari dukungan berbagai sektor. Pengelolaan kepariwisataan pada
dasarnya melibatkan tiga kelompok pelaku, yaitu sektor bisnis, sektor nonprofit dan sektor
pemerintah. Perkembangan pariwisata di suatu tempat membutuhkan suatu proses. Proses itu
dapat terjadi secara cepat atau lambat, tergantung dari faktor eksternal (dinamika pasar, situasi
politik, ekonomi makro) dan faktor internal di tempat yang bersangkutan, kreativitas dalam
mengolah aset yang dimiliki, dukungan pemerintah dan masyarakat.
Peranan pemerintah baik pusat maupun daerah sangat membantu terwujudnya
obyek wisata. Pemerintah berkewajiban mengatur pemanfaatan ruang melalui distribusi
dan alokasi menurut kebutuhan sesuai dengan potensinya. Kebijakan pengelolaan tata
ruang tidak hanya mengatur yang boleh dan yang tidak boleh dibangun, namun
terkandung makna kepastian arah pembangunan. Merubah potensi ekonomi menjadi
peluang nyata, memproteksi ruang terbuka hijau bagi keseimbangan lingkungan,
merupakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pengalokasikan ruang.
Pemerintah diharapkan dapat memberdayakan, mengayomi dan memberlakukan
peraturan-peraturan, tidak sekedar untuk mengarahkan perkembangan, melainkan juga
untuk perintisan atau untuk mendorong sektor-sektor pendukung dalam mewujudkan
pengembangan pariwisata, yaitu mempunyai fungsi koordinasi, pemasaran, termasuk di
dalamnya promosi, pengaturan sistem distribusi ataupun penyediaan informasi.
Sedangkan operasionalnya diserahkan kepada swasta atau masyarakat.
Dengan luasan hamparan kisaran 160 hektar, potensi jumlah produksi pepaya dari
kawasan Agrowisata Tonjong sebanyak 200.000.000 kg atau 20.000 ton per tahun.

Kawasan agworisata Tonjong memiliki 4 jenis jasa kawasan yaitu :


a. Jasa lingkungan, kawasan ini merupakan ekosistem yang menjadi penyedia jasa
konservasi keanekaragaman hayati flora dan fauna, konservasi sumber daya air dan
kondisi udara yang sejuk
b. Jasa ekonomi, kawasan ini memiliki nilai potensi nilai tambah ekonomi dari kunjungan
wisatawan dan produk sumber daya yang bisa dijual
c. Jasa sosial dan edukasi, kawasan ini menjadi tempat berinteraksi berbagai kelompok
masyarakat tanpa membeda-bedakan SARA dan menjadi area pengembangan
edukasi bagi para pelajar, mahasiswa dan masyarakat
d. Jasa seni budaya, kawasan ini menjadi lokasi pengembangan seni budaya lokal.
Penampilan seni budaya dilokasi agrowisata Tonjong akan menjadi daya tarik para
wisatawan untuk datang berkunjung ke kawasan agrowisata Tonjong.
Keberadaan agrowisata Tonjong akan membuka peluang berusaha bagi masyarakat Tonjong
dan sekitarnya. Peluang usaha yang terjadi adalah kuliner, souvenir, oleh-oleh, homestay,
parkir. Peluang usaha tersebut akan berpotensi untuk mendapatkan penghasilan bagi
masyarakat Tonjong dan sekitarnya. Peningkatan pendapatan diharapkan dapat mengurangi
pengangguran dan kerentanan ekonomi atau kemiskinan warga.
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
6

Kini perkembangan pembangunan pariwisata berjalan cukup pesat. Industri


pariwisata merupakan penghasil devisa non migas terbesar di dunia. Idealnya, pariwisata
dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan mensejahterakan masyarakat, mendukung
kelestarian lingkungan, mengembangkan perekonomian, dengan dampak negatif yang
minimal. Obyek wisata yang paling lama berkembang adalah obyek wisata yang menonjolkan
keindahan alam, seni, dan budaya. Mengingat keindahan alam menjadi daya tarik yang kuat
bagi wisatawan, potensi ini menarik untuk digarap. Dalam ranah potensi, Kecamatan
Pasaleman memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Rangkaian kegiatan pertanian dari
budidaya sampai pasca panen dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata.
Dengan menggabungkan kegiatan agronomi dengan pariwisata, banyak daerah pertanian di
Indonesia dikembangkan menjadi obyek wisata agro.
Bagi daerah yang memiliki tanah subur dan panorama indah, agrowisata akan
mempunyai manfaat ganda dibandingkan hanya mengembangkan pariwisata dengan
obyek dan daya tarik keindahan alam, seni dan budaya. Manfaat lain yang dapat dipetik
dari mengembangkan agrowisata, yaitu menuai hasil dari penjualan budidaya tanaman
agro, sehingga disamping akan memperoleh pendapatan dari sektor jasa sekaligus akan
memperoleh pendapatan dari penjualan komoditas pertanian. Agro wisata merupakan
rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai obyek wisata,
baik potensi berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan
keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat
petaninya. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan,
pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Disamping itu yang termasuk
dalam agro wisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian.

H. PEMBIAYAAN
Anggaran atau biaya yang diperlukan dalam pelaksanaaan kerjasama antara
Pemerintah Kabupaten Cirebon dan KPH Kuningan ini ditanggung bersama oleh
Pemerintah Kabupaten Cirebon dan PT Perhutani KPH Kuningan sesuai hasil
kesepakatan kerjasama dan kejelasan hak dan kewajiban para Pihak yang disepakati
dalam Perjanjian Kerjasama Kegiatan Pemanfaatan Hutan yang dituangkan dalam
Dokumen RPJMD, Dokumen Renstra, Renja dan DPA Dinas terkait sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

H. HENDRA NIRMALA, S.Sos., M.Si


Pembina Utama Muda
NIP 19681022 198803 1 001

KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
7

KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN

Anda mungkin juga menyukai