Penyelenggaraan Kerja Sama Daerah juga dimaksudkan sebagai sarana untuk lebih
memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan daerah yang lain
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan
daerah, menyinergikan potensi antardaerah, daerah dengan pihak ketiga, dan daerah
dengan pemerintah daerah atau lembaga di luar negeri serta meningkatkan pertukaran
pengetahuan, teknologi, dan kapasitas fiskal daerah. Kerja Sama Daerah dengan
pemerintah daerah atau lembaga di luar negeri merupakan kerja sama internasional dan
dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat serta berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Selain itu, melalui Kerja Sama
Daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antardaerah dalam penyediaan
pelayanan publik khususnya yang ada di wilayah terpencil, daerah yang berbatasan, dan
daerah tertinggal
Salah satu arah kebijakan dari RPJMN 2020- 2024 ini khususnya pada ruang lingkup
desentralisasi dan otonomi daerah adalah “meningkatkan kualitas tata kelola pelayanan
dasar, daya saing dan kemandirian daerah”. Arah kebijakan ini kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam tiga strategi, salah satunya adalah pengembangan kerjasama antardaerah
otonom dalam peningkatan daya saing daerah dan membangun sentra-sentra ekonomi
baru.
Kerja sama daerah ini merupakan upaya transformasi ekonomi yang diharapkan
dapat meningkatkan daya saing dan perekonomian daerah dengan memanfaatkan
sumber-sumber daya lokal secara sinergis dan meningkatkan kerja sama antarpelaku
(public-private partnership) dalam pengelolaan sumbersumber daya ekonomi daerah.
Selain itu, kerja sama daerah adalah sarana perekat bagi ketahanan nasional, karena
kerja sama daerah akan lebih memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu
dengan daerah yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerja
sama daerah juga dimaksudkan untuk menyerasikan pembangunan daerah,
menyinergikan potensi antardaerah, daerah dengan pihak ketiga, dan daerah dengan
pemerintah daerah atau lembaga di luar negeri serta meningkatkan pertukaran
pengetahuan, teknologi, dan kapasitas fiskal daerah. Melalui kerja sama daerah juga
diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antardaerah dalam penyediaan pelayanan
publik khususnya yang ada di wilayah terpencil, daerah yang berbatasan, dan daerah
tertinggal.
Dalam kerangka kerja sama daerah itu, pemerintah daerah harus mengidentifikasi
dan memetakan urusan pemerintahan yang akan dikerjasamakan berdasarkan potensi
dan karakteristik daerahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya pemetaan urusan
pemerintahan dalam rangka kerja sama daerah.
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
2
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
3
Maksud Kesepakatan Bersama ini adalah untuk menyeleraskan program kegiatan bersama
dalam upaya mengembangkan potensi pariwisata, komoditas pertanian, sumber daya air,
pemanfaatan hasil hutan di dalam kawasan hutan dan memberdayakan masyarakat
setempat melalui hutan kemasyarakatan di wilayah kerja PARA PIHAK sehingga
memperoleh manfaat ekologi, sosial ekonomi yang optimal.
Desa atau kecamatan yang menjadi Lokasi Kerjasama dengan Pihak PT Perhutani KPH
Kuningan adalah
1. Kecamatan Pasaleman meliputi : Desa Tonjong, Desa Tanjunganom, Desa Pasaleman,
Desa Cilengkrang, Desa Cilengkrang Girang, Desa Cigobang, Desa Cigobangwangi
2. Kecamatan Waled meliputi Desa Ambit, Desa Gunung Sari, Desa Waled Asem, Desa
Ciuyah
3. Kecamatan Sedong meliputi Desa Karangwuni, Desa Sedong Kidul, Desa Sedonglor,
Desa Panongan, Desa Windujaya
4. Kecamatan Karangwareng meliputi Desa Sumurkondang dan Desa Seuseupan
5. Kecamatan Dukupuntang meliputi Desa Cikalahang
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kerjasama ini, meliputi :
1) Pembangunan Infrastruktur dan sarana prasarana pendukung kepariwisataan pada
kawasan hutan yang dikelola PIHAK KEDUA di Kabupaten Cirebon;
2) Pemberdayaan masyarakat setempat;
3) Pengembangan komoditas pertanian;
4) Pengembangan budidaya (jamur, lebah, tanaman obat)
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
4
E. JANGKA WAKTU
(1) Jangka waktu kerjasama atau Kesepakatan bersama ini disepakati selama 4 (empat)
tahun terhitung sejak ditandatanganinya Kesepakatan bersama oleh PARA PIHAK.
(2) Kesepakatan bersama ini dapat diperpanjang jangka waktunya berdasarkan
kesepakatan PARA PIHAK.
(3) Kesepakatan bersama ini dapat berakhir sebelum jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan bahwa PIHAK yang akan mengakhiri
Kesepakatan bersama ini menyampaikan pemberitahuan tertulis 30 (tiga puluh) hari
sebelumnya kepada PIHAK lainnya.
F. MANFAAT
Dari adanya kerjasama antara Pemkab Cirebon dan KH Kuningan diharapkan ada
manfaat yang dirasakan antara lain :
1. Masyarakat Desa di sekitar kawasan hutan produksi KPH Kuningan dapat meningkat
kesejahteraannya dengan mengembangkan tanaman budidaya seperti : budidaya
tanaman hias, budidaya tanaman obat, budidaya jamur atau budidaya lebah atau budi
daya sarang burung wallet apabila ada potensinya. Dengan catatan areal pengolahan
dibatasi, tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi, tidak
menggunakan peralatan mekanis dan alat berat.
2. Masyakakat desa di sekitar hutan atau masyarakat kabupaten Cirebon menerima
manfaat adanya air dan jasa aliran air, untuk kebutuhan minum dan irigasi
3. Dapat mengembangkan promosi dan objek wisata baik alam maupun buatan
4. Pembangunan Infrastruktur dan sarana prasarana pendukung kepariwisataan pada
kawasan hutan yang dikelola Pihak Perhutani di Kabupaten Cirebon;
5. Adanya kegiatan Pemberdayaan masyarakat setempat di sekitar hutan
6. Pengembangan komoditas pertanian di sekitar hutan
7. Pemanfaatan hasil hutan kayu misalnya kayu jati, kayu putih dan sebagainya
8. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan dengan turut menjaga kelestarian hutan
(penghijauan atau reboisasi) agar terhindar dari bencana banjir atau longsor.
9. Pengembangan pendidikan dan penelitian;
10. Peningkatan kualitas dan mutu sumber daya hutan melalui optimalisasi fungsi dan
manfaatnya melalui perhutanan sosial, pengembangan produk unggulan kawasan
perdesaan agrowisata, pengembangan unit usaha masyarakat hutan
kesejahteraannya kurang bagus. Masyarakat desa di sekitar hutan juga kurang memahami
cara bercocok tanam yang baik atau kurang mendapat pembinaan/penyuluhan dari dinas
teknis terutama Dinas Pertanian. Apabila masyarakat di sekitar hutan dibiarkan tidak
berdaya, tanpa adanya pembinaan atau program pemberdayaan serta kurang
diperhatikan tingkat kesejahteraannya, maka dikhawatirkan mereka akan merusak hutan
produksi yang ada atau ekosistem hutan yang ada dan pada akhirnya akan terjadi
kerusakan lingkungan dan bencana alam berupa banjir atau longsor.
Padahal di kawasan hutan produksi ada potensi tanaman atau hewan yang bisa
dibudidayakan, komoditas pertanian yang bisa dikembangkan, ada pemandangan alam dan
potensi atau objek wisata yang dapat dikembangkan apabila dikelola dengan baik.
Pembangunan kepariwisataan memerlukan perencanaan dan perancangan yang baik.
Kebutuhan akan perencanaan yang baik tidak hanya dirasakan oleh pemerintah yang
memegang fungsi pengarah dan pengendali, tetapi juga oleh masyarakat dan menyadari bahwa
keberhasilannya tak terlepas dari dukungan berbagai sektor. Pengelolaan kepariwisataan pada
dasarnya melibatkan tiga kelompok pelaku, yaitu sektor bisnis, sektor nonprofit dan sektor
pemerintah. Perkembangan pariwisata di suatu tempat membutuhkan suatu proses. Proses itu
dapat terjadi secara cepat atau lambat, tergantung dari faktor eksternal (dinamika pasar, situasi
politik, ekonomi makro) dan faktor internal di tempat yang bersangkutan, kreativitas dalam
mengolah aset yang dimiliki, dukungan pemerintah dan masyarakat.
Peranan pemerintah baik pusat maupun daerah sangat membantu terwujudnya
obyek wisata. Pemerintah berkewajiban mengatur pemanfaatan ruang melalui distribusi
dan alokasi menurut kebutuhan sesuai dengan potensinya. Kebijakan pengelolaan tata
ruang tidak hanya mengatur yang boleh dan yang tidak boleh dibangun, namun
terkandung makna kepastian arah pembangunan. Merubah potensi ekonomi menjadi
peluang nyata, memproteksi ruang terbuka hijau bagi keseimbangan lingkungan,
merupakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pengalokasikan ruang.
Pemerintah diharapkan dapat memberdayakan, mengayomi dan memberlakukan
peraturan-peraturan, tidak sekedar untuk mengarahkan perkembangan, melainkan juga
untuk perintisan atau untuk mendorong sektor-sektor pendukung dalam mewujudkan
pengembangan pariwisata, yaitu mempunyai fungsi koordinasi, pemasaran, termasuk di
dalamnya promosi, pengaturan sistem distribusi ataupun penyediaan informasi.
Sedangkan operasionalnya diserahkan kepada swasta atau masyarakat.
Dengan luasan hamparan kisaran 160 hektar, potensi jumlah produksi pepaya dari
kawasan Agrowisata Tonjong sebanyak 200.000.000 kg atau 20.000 ton per tahun.
H. PEMBIAYAAN
Anggaran atau biaya yang diperlukan dalam pelaksanaaan kerjasama antara
Pemerintah Kabupaten Cirebon dan KPH Kuningan ini ditanggung bersama oleh
Pemerintah Kabupaten Cirebon dan PT Perhutani KPH Kuningan sesuai hasil
kesepakatan kerjasama dan kejelasan hak dan kewajiban para Pihak yang disepakati
dalam Perjanjian Kerjasama Kegiatan Pemanfaatan Hutan yang dituangkan dalam
Dokumen RPJMD, Dokumen Renstra, Renja dan DPA Dinas terkait sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN
7
KERANGKA ACUAN KERJA UNTUK KERJASAMA PEMKAB CIREBON DGN KPH KUNINGAN