SKRIPSI
oleh
JUHARIN VERANITA
NIM A1B117024
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA WACANA NASKAH
SKRIPSI
Oleh
Juharin Veranita
NIM A1B117024
UNIVERSITAS JAMBI
2021
37
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
keberhasilan, dan kebahagiaan tidak akan berwarna jika kita tidak menyertakan
Bingkisan kecil ini kupersembahkan untuk ayahanda tercinta Ombak Trisulo, ibunda
tercinta Narni, Nenekku Suparti serta adikku satu-satunya Jeni Oktaveni. Terima kasih
sudah berjuang keras mengantarku untuk meraih ilmu dan selalu memberikan dukungan
untuku dimasa sulitku. Cinta kasih darimu menjadikanku kuat untuk terus melanjutkan
lagkahku menyelesaikan pendidikanku. Semoga bingkisan kecil ini dapat menggantikan
sepercikan kecil dari pengorbanan dan ketulusan kalian dalam menuntunku meraih masa
depan untuk menuju sebuah kebahagiaan kita bersama
ABSTRAK
Veranita, Juharin, 2020. Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Naskah
Drama dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI : Skripsi,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi,
Pembimbing (I) Drs. Imam Suwardi Wibowo, M.Pd., (II) Drs. Agus
Setyonegoro, M.Pd.
Kata kunci: kohesi, koherensi, naskah drama.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi
naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya
Asrul Sani yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
Penelitian ini bermanfaat untuk keperluan pengetahuan bahasa terutama mengenai
sarana kohesi dan koherensi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal yang dideskripsikan
adalah sarana kohesi dan koherensi naskah drama “Panembahan Reso” karya
W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI. Data penelitian ini berupa kata-kata dan kalimat bentuk
dialog. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani.
Teknik yang digunakan yaitu teknik simak dan catat. Data yang dianalisis diuji
keabsahan datanya.
Hasil penelitian ditemukan 3 jenis sarana kohesi pada naskah drama “Panembahan
Reso” karya W.S Rendra yaitu: pada kohesi gramatikal ditemukan (1) pronomina
dan (2) konjungsi. Sedangkan pada kohesi leksikal ditemukan (1) repetisi, dan (2)
sinonimi. Kemudian ditemukan delapan sarana koherensi yaitu (1) hubungan
sebab-akibat, (2) hubungan sarana-hasil, (3) hubungan alasan-sebab, (4) hubungan
sarana-tujuan, (5) hubungan latar-kesimpulan, (6) hubungan kelonggaran-hasil,
(7) hubungan syarat-hasil, dan (8) hubungan waktu.
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan peneliti, pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani ditemukan 4 jenis sarana kohesi, yaitu pada kohesi
gramatikal (1) pronomina, (2) subtitusi, dan (3) konjungsi. Sedangkan pada kohesi
leksikal yaitu (1) repetisi, (2) sinonimi, dan (3) antonimi. Sarana koherensi
ditemukan tujuh jenis sarana koherensi yaitu (1) hubungan sebab-akibat (2)
hubungan alasan-sebab (3) hubungan sarana-tujuan (4) hubungan kelonggaran-
hasil (5) hubungan syarat-hasil (6) hubungan perbandingan (7) hubungan waktu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam
buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI terdapat sarana kohesi dan koherensi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Naskah Drama dalam Buku
Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI”. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Penulisan skripsi ini tidak mungkin berhasil tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Imam
akademik atas nasihat dan bimbingan selama penulis menjalani kuliah di Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ucapan terima kasih juga penulis
atas ilmu, arahan, solusi dan waktu yang diberikan dengan ikhlas sehingga penulis
Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.
Aripudin, M.Hum., Bapak Dr. Rustam, M.Hum., dan Bapak Priyanto, S.Pd.,
M.Pd. selaku dewan penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua dosen di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak
memberikan bekal ilmu yang sangat berarti yang akan selalu diingat penulis ke
dan Ibunda Narni, yang sangat meyayangi dan mencintai keluarganya, yang selalu
melimpahkan kasih sayangnya, dan bantuan moril maupun materil yang tiada
ternilai harganya. Kepada adikku satu-satunya yang sangat penulis sayangi, Jeni
Anisa Zahra, Elvina Agustina, Hafizah Wiranti, Delvia Azizah, Devi Ulfa
Ningsih, Ariana Ulfa, Dinda Yulia Safira, Nawang Wulan Sari, Rizky Mutia Rei,
Jambi,
Desember 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
Lampiran
3. Korpus data naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra ................ 105
BAB I
PENDAHULUAN
sehari-hari. Secara garis besar sarana komunikasi ada dua, yaitu verbal dan
nonverbal. Verbal juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi
yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis
(Sumarlam, 2009:1).
Dalam realita pemakaian, bahasa selalu terwujud sebagai wacana. Hal itu
Tarigan (2009:26) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi, yang
berkesinambungan, memiliki awal dan akhir, dan yang secara nyata disampaikan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran, bentuk lisan
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi
antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulisan, wacana
aspek yang terpadu dan menyatu. Aspek-aspek yang di maksud antara lain kohesi,
koherensi, aspek leksikal, dan aspek gramatikal. Sebuah wacana terdiri dari dua
bagian yaitu bentuk dan makna. Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan
dan koheren. Maka dari itu dibutuhkan penanda koherensi untuk mencapai
kekohesifan yang mantap sehingga wacana tersebut dapat dikatakan wacana yang
(yang mungkin hanya berupa gagasan, ide, atau kerangka). Proses penurunan teks
merupakan gabungan dari wacana dialog yang terbentuk tulis dan wacana naratif.
Wacana dialog yaitu jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih,
peneliti mengkaji piranti kohesi dan koherensi yang terdapat dalamnaskah drama
Pnembahan Reso karya “W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani. Naskah
drama apabila dibandingkan dengan karya sastra lainya seperti cerpen, puisi,
novel atau yang lainya, ia memiliki spesifikasi tersendiri, yakni ada dialog yang
menyampaikan gagasan dan pesan yang terkandunng pada naskah drama tersebut.
Kohesi dan koherensi dalam naskah drama Panembahan Reso karya W.S.
Rendra dan Mahkamah karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA
kelas XI layak diteliti agar dapat ditemukan variasi penggunaan aspek kohesi dan
koherensi, yang berfungsi sebagai alat penghubung antarkalimat yang satu dengan
yang lain yang membentuk keterkaitan. Dengan demikian informasi atau hal-hal
yang ingin diungkapkan oleh penulis dapat dimengerti dengan mudah oleh
pembaca yang membaca naskah drama tersebut. Kohesi dan koherensi merupakan
bagian yang mutlak yang harus ada dalam suatu tulisan, karena kohesi dan
koherensi ini akan mencerminkan isi dari tulisan yang akan dibaca oleh pembaca.
Kohesi dan koherensi dapat pula menjadikan tulisan yang dibaca bermakna atau
memiliki ide atau informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
naskah drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra dan Mahkamah karya Asrul
Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI, maka penelitian ini perlu
dilakukan untuk melihat penggunaan aspek kohesi dan koherensi apa saja yang
terdapat pada naskah drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra dan
Mahkamah karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
analisis dalam judul: Analisis Kohesi dan Koherensi pada Wacana Naskah Drama
2) Apa sajakah sarana koherensi pada naskah drama dalam buku teks
khususnya jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam naskah
drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra dan Mahkamah karya Asrul Sani
jenis-jenis sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
kuliah wacana.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
mungkin hanya berupa gagasan, ide, atau kerangka). Proses penurunan teks ini
barang barang cetak atau naskah tertulis yang berbentuk dialog, menggambarkan
terbentuk tulis dan wacana naratif. Wacana dialog yaitu jenis wacana yang
dituturkan oleh dua orang atau lebih, sedangkan wacana naratif yaitu bentuk
Drama merupakan salah satu gender karya sastra yang secara etimologi
berasal dari bahasa Yunani ”dran” yang berarti berbuat. Orang Yunani menyebut
kata drama “draomai” berarti perbuatan meniru. Secara sederhana, makna dapat
berupa peran. Drama merupakan mimetik, yaitu peran dalam peniruan atau
kata-kata dan harus dilihat sebagai peran. Dengan demikian, dapatlah ditegaskan
bahwa drama merupakan karya tulis sastra (lakon) yang dapat dipentaskan, berisi
dialog dan perbuatan dalam suatu situasi tertentu (Emzir dan Saiful, 2015:262).
2.2 Analisis Wacana
kajian yang meneliti bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Kajian wacana
bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Hal ini menunjukan bahwa untuk
mengiterpretasi makna sebuah ujaran atau tulisan tidak dapat dilepaskan dari
budaya, tradisi, dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan
secara nyata. Analisis wacana menekankan kajian pada penggunaan bahasa dalam
yang sebenarnya. Oleh karena itu, analisis wacana tidak dapat dibatasi hanya pada
deskripsi bentuk-bentuk lingustik yang terpisah dari tujuan dan fungsi bahasa
dalam proses interaksi antar manusia. Jika para linguis formal memusatkan
perhatian pada ciri-ciri formal dari suatu bahasa, para analis wacana berusaha
mencari jawaban atas pertanyaan “untuk apa bahasa digunakan oleh manusia”.
struktur wacana. Struktur wacana berkenaan dengan dua hal, yaitu (1) bagian-
bagian atau unsur langsung pembentuk wacana dan (II) hubungan bagian-bagian
wacana. Setiap wacana terdiri atas bagian-bagian dan setiap bagian masih bisa
dirinco menjadi bagian yang lebih kecil. Nama bagian-bagian itu berbeda-beda
berhubungan. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk dan
makna, hubungan antar bagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
hubungan bentuk yang disebut kohesi dan hubungan makna yang disebut
koherensi. Kohesi disebut pula perpautan dan koherensi dinamai pula perpaduan.
kohesi, yaitu (i) kohesi gramatikal dan (ii) kohesi leksikal. Kohesi gramatkal
2.2.2 Wacana
wac/wak/vac yang berarti berkata atau berucap. Bila dilihat dari jenisnya, kata
wac dalam lingkup morfologi bahasa Sanskerta, termasuk kata kerja golongan III
„tuturan‟.
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan dengan
koherensi dan kohesi. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi, yang
berkesinambungan, memiliki awal dan akhir, dan yang secara nyata disampaikan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran, bentuk lisan
komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi
antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulisan, wacana
karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedis, dan sebagainya), paragraf,
kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap. Dalam pandangan ini tampak
bahwa hal utama yang menjadi pertimbangan dalam batasan wacana adalah
kelengkapan muatan amanat yang dikandung oleh satuan bahasa tertentu, baik
discourse. Kata tersebut berasal dari bahasa latin, yaitu discursus yang berarti
„lari ke sana-ke mari‟ atau „lari bolak-balik‟. Dalam kamus webster, istilah
gagasan, dan (3) risalah tulis berupa ceramah, pidato, dan lain sebagainya. Dari
dengan kata-kata, komunikasi, dan ungkapan baik secara lisan dan tulis Webster
(Tarigan, 2009:22).
satuan bahasa terbesar di atas kalimat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Satuan gramatikal
atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran).
wacana (2) berdasarkan langsung atau tidaknya wacana (3) berdasarkan cara
a) Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media
monolog yang tidak interaktif, yaitu monolog yang tidak saling mempengaruhi.
Hal ini dapat kita pahami karena apa yang disebut monolog (bicara sendiri) itu
b) Wacana lisan atau adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui
media lisan. Untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana lisan ini
maka para penerima harus menyimak atau mendengarkanya. Dengan kata lain,
penerima adalah penyimak. Wacana lisan ini, sering pula dikaitkan dengan
interactive discourse atau wacana interaktif. Wacana lisan ini sangat produktif
dalam sastra lisan seluruh tanah air kita ini; juga dalam saran-saran televisi,
konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif,
penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian lainya diikat secara
logis.
f) Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik secara
Untuk membentuk sebuah wacana yang utuh ada sejumlah syarat. Syarat
pertama adalah topik, kedua adanya tuturan pengungkap topik, dan ketiga adanya
a) Topik
Topik merupakan hal yang di bicarakan dalam sebuah wacana. Topik dapat
ini berarti topik menjiwai seluruh bagian wacana. Topiklah yang menyebabkan
Syarat wacana yang kedua adalah tuturan pengungkap topik. Perlu dijabarkan
sehingga makna yang disusun dari beberapa kalimat menjadi utuh karena
wujud konkret tuturan itu adalah hubungan paragraf dengan paragraf yang lain
yang membentuk teks. Teks yang dimaksud di dalam wacana tidak selalu
berupa tuturan tulis, tetapi juga berupa tuturan lisan. Karena itu, di dalam
Pada umumnya wacana yang baik adalah memiliki kohesi dan koherensi.
Kohesi dan koherensi adalah syarat wacana yang ketiga. Kohesi adalah
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
makna. Wacana yang baik pada umumnya memiliki keduanya. Kalimat atau
frasa yang satu dengan yang lainya bertautan; pengertian yang satu
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak
kompak) adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur
(kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu bagaimana hubungan
antar subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek serta
istilah teks lebih dekat pemaknaanya dengan bahasa tulis , dan wacana pada
bahasa lisan. Dalam tradisi tulis, teks bersifat „monolog noninteraksi‟, dan wacana
lisan bersifat „dialog interaktif‟. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan
naskah, yaitu semacam bahan tulisan yang berisi materi tertentu, seperti naskah
materi kuliah, pidato, atau lainya. Jadi, perbedaan kedua istilah itu semata-mata
terletak pada segi (jalur) pemakaianya saja. Namun demikian, atas dasar
perbedaan penekanan itu pula kemudian muncul dua tradisi pemahaman di bidang
linguistik, yaitu „analisis linguistik teks‟ dan „analisis wacana‟. Analisis linguistik
teks langsung mengandalkan objek kajianya berupa bentuk formal bahasa, yaitu
kosa kata dan kalimat. Sedangkan analisis wacana mengharuskan disertakanya
Sebenarnya, teks adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks
direalisasi (diucapkan) dalam bentuk „wacana‟. Mengenai hal ini teks lebih
teks lisan dan teks tulis, istilah-istilah yang sama persis dengan wacana lisan dan
wacana tulis.
Berkaitan dengan teks, didapati pula istilah konteks, yaitu teks yang
bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainya, teks yang
satu memiliki hubungan dengan teks lainya. Teks tersebut bisa berada di depan
struktur wacana menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling
berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana
menjadi utuh dan lengkap. Konteks, dengan demikian, berfungsi sebagai alat
2.3 Kohesi
adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dan unsur yang lain dalam
sebuah wacana sehingga tercipta sutau keutuhan makna. Kohesi wacana mengacu
pada keserasian hubungan dari segi bentuk yang tampak secara konkret dalam
ditandai oleh penggunaan unsur bahasa tertentu. Unsur pembentuk teks itulah
yang membedakan sebuah rangkaian kalimat sebagai teks atau bukan teks
Artinya, unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun
suatu wacana memiliki keterkatan secara padu dan utuh. Dengan kata lain, kohesi
termasuk dalam aspek internal struktur wacana. Sehubungan dengan hal tersebut,
kohesi menjadi bagian dari kajian aspek formal bahasa. Oleh karenanya,
gramatikal.
dan penguasaan kohesi yang baik pula, yang tidak saja bergantung pada
penyimpulan sintaktik. Dapat dikatakan bahwa suatu teks atau wacana benar-
benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa terhadap
ko-teks (situasi dalam bahasa) dan konteks (situasi di luar bahasa). Dengan kata
Kohesi mengacu pada hubungan antar kalimat dalam wacana, baik dalam
tataran gramatikal maupun dalam tataran leksikal. Agar wacana itu kohesif,
151).
subjek, subjek dengan unsur subjek, atau subjek dengan fungsi gramatikal yang
2.3.1.1 Referensi
hubungan antara satuan bahasa dan wujud yang meliputi benda atau hal yang
terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa itu”. Menurut Kushartanty dkk,
(2009:96) “referensi adalah hubungan di antara unsur luar bahasa yang ditunjuk
oleh unsur bahasa dengan lambag yang dipakai untuk mewakili atau
menggambarkanya”.
Misalnya : kata buku, mempunyai referensi kepada sekumpulan kertas yang dijilid
deiktis yang mengacu pada orang secara berganti – ganti bergantung pada
“topeng” yang sedang diperankan oleh partisipan wacana. Apakah partisipan itu
1. Persona pertama
daku. Ketiga bentuk itu adalah bentuk baku, tetapi mempunyai tempat
pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk formal dan umumnya
dipakai dalam tlisan atau ujaran yang resmi. Meskipun demikian, sebagian
orang memakai pula bentuk kami dengan arti saya untuk situasi tertentu.
batin dan dalam situasi yang tidak formal dan lebih banyak menunjukkan
itu, bentuk ini sering ditemukan ddalam cerita, puisi, dan percakapan
sehari – hari, persona pertama daku umumnya dipakai dalam karya sastra.
2. Persona kedua
kamu, Anda, dikau-, kau, dan –mu. Berikut ini adalah kaidah pemakaianya.
sudah beruban?
3. Persona ketiga
Ada dua macampersona ketiga tunggal: (1) ia, dia, atau –nya dan
(2) beliau.meskipun ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, ada
kendala tertentu yang dimiliki oleh masing – masing. Dalam posisi sebagai
subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama- sama dapat dipakai. Akan
tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di disebelah kanan dari
yang diterangkan, hanya bentuk dia dan –nya yang dapat muncul.
Orang juga mulai memakai ia bukan dia untuk merujuk pada
macam, yaitu (pronomina penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan
Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini
mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/ penulis, pada masa
yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Misalnya
ini, masalah ini. Untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada
kata itu. Misalnya, lamaran itu, jawaban itu. Kata anu dipakai bila
seseorang tidak dapat mengingat benar kata apa yang harus dia pakai,
situ, atau sana. Titk pangkal perbedaan antara ketiganya adap ada
pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ), agak jauh (sana). Karena
penunjuk lokasi, pronominaini sering digunakan dengan preposisi pengacu
di/ke/dari situ.
deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya”. Kata – kata yang masuk
kategori kompratif ialah sama, persis,identik, serupa, segit serupa, selain, dan
berbeda.
Subsitusi merupakan proses atau hasil pergantian unsur bahasa oleh unsur
lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau
gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Subtitusi dalam bahasa
demonstrativa ini, begini, di bawah ini, dan berikut ini. Untuk menggantikan kata
Adalah penandaan kata atu satuan lain yang wujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Elipsis dapat pula
dikatakan penggantian nol (zero); sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau
tidak dituliskan. Hal ini dilakukan demi kepraktisan. Elipsis pun dapat pula
2.3.1.4 Konjungsi
sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat
dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf”. Dilihat dari perilaku sintaksisnya
unsur atau lebih yang sama pentinngnya atau memiliki status yang sama. Kata
kata yang termasuk dalam konjungsi koordoinatif yaitu dan, serta, atau, tetapi,
- Baik..., maupun...
- Tidak hanya..., tetapi juga...
- Demikian..., sehingga...
- Apa(kah... atau...
- Entah... entah
klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama.
Konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok, antara lain:
sekiranya.
sungguhpun, kendatipun.
- biarpun demikian/begitu
- Sekalian demikian/begitu
- Walaupun demikian/begitu
- Sungguhpun demikian/begitu
- Sebaliknya
- Sesungguhnya, bahwasanya
- Malah(an), bahkan
- Kecuali itu
- Dengan demikian
menghalanginya.
akan menghalanginya.
gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi leksikal
adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis. Dalam hal ini, untuk
dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang
dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan
pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara
satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana Sumarlam
(Ratnaningdyah, 2012:39).
serasi. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek leksikal kohesi ini, antara lain:
2.3.2.1 Reiterasi
a) Ulangan Penuh
diulang.
Ulangan dengan bentuk lain terjadi apabila sebuah kata diulang dengan
kontruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar
yang sama.
2.3.2.1.2 Sinonimi
hubungan antarkata yang memiliki sama makna”. Sinonimi juga merupakan suatu
kata yang memeiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti yang sama atau
2.3.2.1.3 Hiponimi
yang bermakna spesifik dan kata yang bermakna generik”. Hiponimi juga disebut
kata yang memiliki semua komponen makna kata lainya, tetapi tidak sebaliknya,
2.3.2.1.4 Metomini
“Metomini adalah hubungan antara nama untuk benda yang lain yang
disebut majas yang menggunakan sepatah duapatah kata yang merupakan merek,
macam atau lainya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata.
2.3.2.1.5 Antonimi
2.3.2.1.6 Kolokasi
“Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdmpingan dengan yang lain
biasanya diasosiasikan sebagai satu kesatuan. Seperti ikan dan air sering
diasosiasikan membentuk suatu kesatuan. Kalau ada ikan, selalu ada air. Kalau
keadaanya begitu, secara psikologis, akan ditarik suatu simpulan kolokasi” (Rani
dkk, 2004:133).
2.4 Koherensi
Untuk membentuk wacana yang padu dan baik tidak cukup hanya
penting untuk membentuk wacana yang utuh, namum ada faktor lain yang
pertalian makna atau isi kalimat. (Mulyana, 2005:30). Wacana yang koheren
memiliki ciri-ciri susunanya teratur dan amanatnya terjalin rapi, sehingga mudah
fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi
ditentukan oleh dua hal utama, yaitu (1) keutuhan kalimat-kalimat penjelas dalam
mendukung kalimat utama dan (2) kelogisan urutan peristiwa, waktu, tempat, dan
bahwa koherensi merupakan unsur isi dalam wacana, sebagai organisasi semantis,
wadah gagasan-gagasan disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai maksud
dalam wacana.
Sementara itu, Harimurti Kridalaksana (dalam Tarigan 2009:105)
semantis. Hubungan semantis yang dimaksud aantara lain, (1) hubungan sebab –
(10) hubungan amplikatif, (11) hubungan aditif waktu, (12) hubungan aditif non
ibarat.
1. Hubungan Sebab-Akibat
dan bagian lain menjadi akibat salah satu kalimat itu menjawab
sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh karena itu, dengan
2. Hubungan Sarana-Hasil
rakyatnya.
3. Hubungan Alasan-Sebab
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagianya menjawab pertanyaan “apa
4. Hubungan Sarana-Tujuan
5. Hubungan Latar-Kesimpulan
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagian menjawab pertanyaan, “Apa
Umurnya sudah muai lanjut, tetapi fisiknya masih tetap kuat. Dia
kegagalan, misalnya
Hubungan ini ditandai oleh jawaban atas pertanyaan “Apa yang harus
8. Hubungan Perbandingan
9. Hubungan Parafrastis
Salah satu bagian kalimat mengungkapkan isi dari bagian kalimat lain
ini, karena tahun lalu dana juga tidak habis. Sudah saatnya kia
lainya.
saja.
Salah satu bagian kalimat menjadi penjelas identifikasi dari sesuatu istilah
Tidak bisa masuk ke universitas itu tidak berarti bodoh. Kamu tahu
universitas.
kehilangan induknya.
penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Widiatmoko (2014) dengan judul “Analisis
Kohesi dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional di Majalah Online Detik”
bahwa wacana berita rubrik memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sumber
dalam memilih sumber analisis dengan menggunakan teori analisis kohesi dan
koherensi.
Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti. Penelitian
teori yang sama dalam menganalisis naskah novel tersebut yaitu menggunakan
Kohesi dan Koherensi Iklan dalam Surat Kabar Kompas. Penelitian ini
iklan tersebut terdapat pirannti kohesi dan koherensi yang dapat dijadikan sumber
sebagai penelitian pada analisis kohesi dan koherensi pada naskah drama.
Penelitian yang relevan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
pengacuan,penyulihan,penghilangan,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji kepaduan wacana yang ditinjau dari segi kohesi
Reso karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI. Pendekatan dalam penelitian ini adalah
terutama berupa kata-kata, kalimat atau kata-kata, kalimat atau gambar yang
memliliki arti lebih bermakna dan memacu timbulnya pemahaman yang lebih
nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif lebih
data peneliti menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap,
2016:40).
Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia
SMA kelas XI. Data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan untuk keperluan
yang telah dikemukanan yang berkaitan dengan kekohesian alat-alat bahasa secara
kekohesian dan kekoherensian dalam naskah drama panembahan Reso karya W.S.
Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia
bagian yang sangat penting dalam penelitian karena ketepatan memilih dan
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau
kedalaman informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya
sumber data. Adapun jenis sumber data secara menyeluruh yang biasa digunakan
informan,peristiwa, aktivitas, dan perilaku; tempat atau lokasi; benda, gambar dan
mengenai analisis kohesi dan koherensi pada naskah drama dalam buku teks
bahasa Indonesia SMA kelas XI, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Sumber data dalam penelitian ini berupa naskah drama dalam buku teks bahasa
Indonesia SMA kelas XI yang dikarang oleh Suherli dkk pada tahun 2017 dengan
Panembahan Reso karya W.S Rendra terdapat pada halaman 239-243 dan naskah
lingual yang berupa tuturan-tuturan dari aspek gramatikal, aspek leksikal, dan
kekoherensian pada naskah drama panembahan Reso karya W.S. Rendra dan
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
43
3.3 Teknik Pengumpulan Data
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
2016:224).
Penyediaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak dan
tekhnik catat. Teknik simak atau penyimakan ini digunakan untuk menyimak
penggunaan bahasa tulis yang berkaitan dengan kepaduan wacana meliputi aspek
melakukan penyimakan secara cermat dan teliti terhadap sumber data dalam
pengumpulan data dilakukan dengan cara menjaring dan mencatat data dalam
naskah drama panembahan Reso karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya
Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI.
Uji validitas data sangat penting dalam suatu penelitian. Tujuanya data
yang sudah di teliti itu benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.
Uji validitas data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis dan di periksa
44
Penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi. (Sugiyono,
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
pengumpulan data.
berikut:
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
45
dianalisis berdasarkan hubungan antarkalimat yang satu dengan kalimat yang lain
di dalam wacana. Teknik analisis wacana adalah disiplin ilmu yang berusaha
mengkai penggunaan bahasa yang nyata dalam tindak komunikasi. (Rani dkk,
2004:9).
berikut:
analisis melalui sebuah tabel barulah hasil dapat diketahui dan dapat
46
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahap demi tahap kegiatan dari awal
sampai akhir. Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data berupa naskah drama dari buku teks bahasa Indonesia
koherensi .
3) Menarik kesimpulan.
47
BAB IV
Penelitian ini membahas tentang sarana kohesi dan koherensi yang terdapat dalam
naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra “Mahkamah” Karya Asrul
Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI. Hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam satu kesatuan yang tidak
terpisahkan artinya dari data yang ada, dilakukan analisis data, selanjutnya data
hasil dan pembahasan mengenai sarana kohesi, dan kedua, disajikan hasil dan
W.S Rendra
jenisnya, yang terdiri dari: (1) Pronomina, (2) Subtitusi, dan (3) Konjungsi.
4.1.1.1 Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Fungsi sarana kohesi gramatikal pronomina yang terdapat pada naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S Rendra dalam buku teks bahasa Indonesia SMA
48
Kelas XI yaitu (1) Pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3)
pronomina komparatif.
pronomina persona yang terdiri dari: pronomina pertama tunggal, yaitu saya,-ku
bahwa Anda berempat abdi Raja yang tahu diri dan tahu
persona pertama tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (12), (24), (30), dan
(35)
Pada data tersebut kata saya berfungsi sebagai kata ganti diri. Selain itu,
fungsi kata saya dapat dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan
diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya, pada data tersebut tampak pada
kalimat Maharaja boneka itu tampak memuakkan saya. Selain itu, fungsi persona
–ku sebagai kata ganti diri atau kata ganti orang pertama tunggal, dari data
(DT 2).
persoalanya. (DT21)
persona pertama jamak dapat dilihat di lampiran pada data (5), (7), (8), (9), (10),
Pada data tersebut kata kami berfungsi sebagai persona pertama jamak,
kita berfungsi sebagai persona pertama jamak, pronomina ini mencakup tidak saja
persona kedua tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (1), (2), (11), (13), (22),
Pada data tersebut kata Anda berfungsi sebagai pronomina persona kedua
tidak diarahkan pada satu orang khusus. Pada kalimat tersebut contohnya Setelah
Anda semua beristirahat beberapa hari, bantulah Sri Baginda untuk memerangi
para pemberontak. Selanjutnya pada data-mu berfungsi sebagai kata ganti orang
ke dua tunggal, dari data tersebut tampak pada kata darah dagingmu yaitu anak
kandung.
persoalanya. (DT21).
tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (9), (16), (20), (22), (24), (32), (33),
(34), (38).
Pada data tersebut, kata ia berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal. Selain itu, kata ia juga dipakai untuk merujuk pada sesuatu yang tunggal
pronomina yang tidak merujuk pada insan. Selanjutnya, kata Dia berfungsi
sebagai persona ketiga tunggal atau kata ganti orang ketiga, yang mengacu pada
orang yang dibicarakan, pada data tersebut yang dimaksud adalah tandingan
maharaja atau musuh maharaja. Kemudian pada data -nya berfungsi sebagai kata
ganti orang ketiga tunggal, pada data tersebut tampak pada kata : dirinya, pada
data tersebut yang dimaksud dinya adalah orang yang menganggap kuat. Pada
data kata beliau dugunakan sebagai kata ganti orang ketiga tunggal, kata beliau
digunakan untuk menyatakan rasa hormat kepada seseorang. Pada data tersebut
tampak pada kalimat Syukurlah kalau begitu, kami juga sangat berterima kasih
kepada Sri Baginda karena beliau telah memberikan perhatian besar kepada para
istri kami.
Pada data tersebut, kata mereka berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga yaitu (1) pronomina
penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk
ihwal. Pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra terdapat
pronomina penunjuk umum yang terdiri dari: pronomina penunjuk umum, yaitu
penunjuk umum dapat dilihat di lampiran pada data (19), (21), (23), (25), (30),
(31), (35).
Pada data kata itu berfungsi sebagai penunjuk umum, untuk menunjuk
sesuatu yang agak jauh dari pembicara atau penulis, pada masa lampau atau pada
informasi yang sudah disampaikan. Itu pada data tersebut mengacu pada kebaikan
hati seorang raja. Pada data kata ini berfungsi sebagai penunjuk umum, untuk
acuan yang dekat dari pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau pada
informasi yang akan disampaikan. Ini yang dimaksudkan pada data tersebut yaitu
Pada data tersebut kata begitu berfungsi sebagai penunjuk ihwal yang agak
jauh.
kohesi pada naskah drama „Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dapat terlihat
yang digunakan untuk pembanding, selain itu juga berfungsi untuk menunjuk
suatu hal yang sama atau persis. Pada data tersebut yang dimaksud yaitu
kesalahan.
4.1.1.2 Elipsis
peneliti menganalisis data, pada korpus data yang telah peneliti siapkan ternyata
atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi dkk,
LEMBU : Oh! Kami lebihi dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu
9).
konjungsi koordinatif dapat dilihat di lampiran pada data prolog, (5), (10), (11),
Pada data tersebut kata dan berfungsi sebagai kata penghubng, untuk
menghubungkan antara dua kata. Selain itu, dan berfungsi juga sebagai kelas atau
tingkatan. Dan juga berfungsi sebagai untuk menyatakan bahwa yang satu sama
atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi dkk,
W.S. Rendra yaitu karena, sejak, sebab, yang, kalau, sebelum, seperti, dengan,
subordinatif dapat dilihat di lampiran pada data (7), (8), (10), (11), (12), (13),
Pada data tersebut kata karena digunakan sebagai konjungsi sebab yang
waktu.
W.S Rendra
leksikal berupa kata atau frase bebas yang mampu mempertahankan hubungan
kohesif dengan kalimat mendahului atau yang mengikuti” Hasil penelitian sarana
kohesi leksikal yang terdapat dalam naskah drama “Panembahan Reso” Karya
4.1.2.1 Reiterasi
4.1.2.1.1 Repetisi
pengulangan kata yang sama. Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S
Rendra terdapat repetisi, yaitu Pada naskah drama “Panembahan Reso” karya
dilihat di lampiran pada data (10), (13), (14), (16), (19), (21), (24).
4.1.2.1.2 Sinonimi
antarkata yang memiliki sama makna. Pada naskah drama “Panembahan Reso”
SEKTI : Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para
Rendra
yang utuh. Dalam struktur wacana dalam naskah drama Panembahan Reso karya
pertalian antara preposisi yang satu dengan preposisi yang lainya agar tercipta
Hubungan sebab -akibat ditandai oleh bagian yang satu menyatakan sebab
dan bagian yang lain menjadi akibat. Salah satu kalimat itu menjawab pertanyaan
oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka, dengan demikian.
Pada data tersebut terdapat konjungsi jadi yang merupakan konjungsi dari
“Mengapa itu dulu bisa dicapai?” padahal, tujuanya sudah tercapai) (Mulyana,
karena pada kalimat tersebut menjawab pertanyaan “mengapa itu dulu bisa
pertanyaan “Apa alasanya?” Konjungsi yang dipakai untuk itu misalnya karena
(Mulyana 2005:33)
dari hubungan alasan -sebab dan salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan
dari “apa alasanya” terdapat pada kalimat “karena beliau telah memberikan
(DT 22).
SEKTI : Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para
caranya untuk mencapai tujuan?” yang jawabanya terdapat pada kalimat “Dengan
dukungan Anda sebagai pemangku, maharaja kita pasti akan bisa menumpas
untuk itu, seperti singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata
lain, sebagai simpulan. Pada naskah drama “Panembahan Reso” Karya W.S
Hubungan Syarat -Hasil ditandai oleh jawaban atas pertanyaan, “Apa yang
untuk, untuk itu, untuk maksud itu.(Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama
“Panembahan Reso” Karya W.S Rendra terdapat Hubungan Syarat – Hasil yaitu:
LEMBU : Oh! Kami lebih dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu
Dara, untuk lebih meyakinkan diri bahwa kami tidak akan
membuat kesalahan yang sama sekali tidak kami
maksudkan. (DT 7)
Hubungan waktu ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada saat
itu,sesegera, setiap saat, sejak,semetara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian. Hubungan waktu pada naskah drama “Pnembahan Reso” karya W.S
Rendra yaitu:
1)
Sani
jenisnya, yang terdiri dari: (1) Pronomina, (2) Subtitusi, dan (Konjungsi).
4.1.4.1 Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Fungsi sarana kohesi gramatikal pronomina yang terdapat pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA Kelas XI
yaitu (1) Pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina
komparatif.
persona yang terdiri dari: pronomina pertama tunggal, yaitu saya dapat terlihat
6).
persona pertama tunggal dapat dilihat di lampiran pada data (2), (8), (12), (13),
(17), (23), (25), (32), (38), (46), (47), (49), (51), (53), (55), (56), (59), (60), (61),
(66), (67).
pertama jamak dilihat di lampiran pada data (2), (34), (60), (67).
Pada data tersebut kata kami berfungsi sebagai persona pertama jamak,
6).
5).
persona ketiga tunggal dilihat di lampiran pada data (Prolog), (2), (6) ,(17), (21),
(23), (32), (38), (43), (47), (48), (53), (54), (59), (60), (65), (67).
Pada data tersebut, kata ia berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal. Selain itu, kata ia juga dipakai untuk merujuk pada sesuatu yang tunggal
pronomina yang tidak merujuk pada insan. Selanjutnya, kata Dia berfungsi
sebagai persona ketiga tunggal atau kata ganti orang ketiga, yang mengacu pada
orang yang dibicarakan, pada data tersebut yang dimaksud adalah orang yang
meninggal. Kemudian pada data -nya berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal, pada data tersebut tampak pada kata : dirinya, pada data tersebut yang
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga yaitu (1) pronomina
penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk
ihwal. Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat pronomina
penunjuk umum yang terdiri dari: pronomina penunjuk umum, yaitu itu dan ini.
HAKIM KETUA :Majelis hakim akan mengundurkan diri untuk
68).
PENUNTUT UMUM : Itu tidak menjadi soal. Di sini tidak ada rahasia.
(DT 42).
ganti penunjuk dapat dilihat di lampiran pada data (prolog), (1), (2) ,(17), (23),
PENUNTUT UMUM : Itu tidak menjadi soal. Di sini tidak ada rahasia.
(DT 42).
Pronomina penunjuk ihwal pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul
(DT 17).
4.1.4.2 Subtitusi
Subtitusi merupakan proses atau hasil pergantian unsur bahasa oleh unsur
lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau
(DT 17).
dilihat di lampiran pada data (11), (31), (43), (60), (65) ,(67).
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat sarana kohesi
(DT 66).
adservatif dapat dilihat di lampiran pada data (43), (67), (2), (17), (38), (45), (46),
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat sarana kohesi
21).
dilihat di lampiran pada data (2), (3), (5) ,(6), (7), (8), (9), (11), (12), (15), (16),
(17), (21), (27), (29), (31), (32), (37), (40), (41), (43), (46), (51), (53), (54), (55),
Sani
Hasil penelitian sarana kohesi leksikal yang terdapat dalam naskah drama
4.1.5.1 Reiterasi
4.1.5.1.1 Repetisi
Pada naskah drama “Mahkamah” Karya Asrul Sani terdapat repetisi, yaitu
saat -saat, percakapan, kata -katanya, kakanda, bahasa, sejujur -jujurnya, saat -
(DT 6).
pengulangan kata dapat dilihat di lampiran pada data (5), (11), (16), (17), (21),
(22), (23), (25), (26), (31), (32), (40), (43), (46), (50), (60), (67).
4.1.5.1.2 Sinonimi
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat sinonim, yaitu
21).
(DT 6).
4.1.5.1.3 Antonimi
Pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani terdapat antonim, yaitu
suka-duka, benar-salah.
naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani dapat dilihat di lampiran pada data
gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara
wacana itu. Sarana koherensi pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani
yaitu:
pertanyaan “Apa alasanya?” Konjungsi yang dipakai untuk itu misalnya karena
hubungan alasan -sebab dapat dilihat di lampiran pada data (17), (22), (24), (34),
(40). (43).
tujuan itu belum tentu tercapai) (Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama
Pada data tersebut merupakan sarana koherensi hubungan sarana tujuan, karena
dalam kalimat tersebut salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan “apa yang
karena salah satu bagian kalimat menyatakan kegagalan suatu usaha, dan dalam
Hubungan Syarat -Hasil ditandai oleh jawaban atas pertanyaan, “Apa yang
untuk, untuk itu, untuk maksud itu.(Mulyana, 2005:33). Pada naskah drama
5).
Hubungan waktu ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada saat
itu,sesegera, setiap saat, sejak,semetara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian. Hubungan waktu pada naskah drama “Mahkamah” karya Asrul Sani
yaitu:
PROLOG :Dalam ruanagan ini tidak ada perbedaan
hubungan waktu dapat dilihat di lampiran pada data (15), (20), (21), (31), (32),
(59).
tersebut terjadi seperti siang, sore, malam, setelah.berapa bulan, tiga bulan.
4.2 Pembahasan
Naskah Drama dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas XI membahas
tentang (1) jenis sarana kohesi yang terdapat pada naskah drama dalam buku teks
SMA bahasa Indonesia kelas XI, dan (2) sarana koherensi yang terdapat pada
naskah drama dalam buku teks SMA bahasa Indonesia kelas XI. Tujuanya adalah
untuk mendeskripsikan kedua hal tersebut. Untuk dapat mendeskripsikan
wacana dan menandai jenis sarana kohesi dan koherensinya. Setelah itu, data
dianalisis berdasarkan teori yang sudah ada yang berkaitan dengan wacana.
Berdasarkan hasil analisis terdapat kesesuaian antara yang sudah ada dengan hasil
penelitian.
jenis sarana kohesi pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra
dalam buku teks SMA Bahasa Indonesia kelas XI yaitu: (1) pronomina, (2)
tunggal yaitu saya, dan -ku. Pronomina persona pertama jamak yaitu kami dan
kita. Pronomina persona kedua tunggal yaitu Anda dan -mu. Pronomina persona
ketiga tunggal yaitu ia, dia, beliau dan -nya. Pronomina persona ketiga jamak
ini dan itu, berfungsi sebagai penunjuk sesuatu yang dekat ataupun yang jauh
konjungsi yaitu karena, sejak, sebab, yang, kalau, sebelum, seperti, dengan,
selama, sementara dan setelah, berfungsi sebagai penghubung dua klausa atau
lebih dan tidak memiliki status sintaksis yang sama. Ketiga reiterasi, dibagi
menjadi dua yaitu repetisi yaitu berfungsi sebagai pengulangan kata yang sama
karya W.S. Rendra dalam buku teks SMA Bahasa Indonesia kelas XI yaitu
yang ditandai oleh bagian yang satu menyatakan sebab dan yang lain menjadi
akibat, pada naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra tersebut
ditemukan 1 data. Kedua yaitu hubungan sarana-hasil yang ditandai oleh salah
satu bagianya menjawab pertanyaan “mengapa itu dulu bisa dicapai?” pada
naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S. Rendra tersebut ditemukan 1 data.
Ketiga hubungan alasan-sebab yang ditandai oleh salah satu bagian kalimat
data. Keempat hubungan sarana-tujuan yang ditandai oleh salah satu bagian
ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan “apa yang menjadi
kelonggaran -hasil yang ditandai oleh satu bagian kalimat menyatakan kegagalan,
ditandai oleh jawaban atas pertanyaan “apa yang harus dilakukan untuk
hubungan waktu yang ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada saat itu,
“Mahkamah” karya Asrul Sani dalam buku teks SMA bahasa Indonesia kelas XI
ditemukan 4 jenis sarana kohesi yaitu (1) pronomina, (2) subtitusi, (3) konjungsi,
dan (4) reiterasi. Pertama pronomina, pronomina persona pertama tunggal yaitu
saya berfungsi sebagai kata ganti diri atau kata ganti orang. Pronomina pertama
jamak yaitu kami dan kita. Pronomina persona ketiga tunggal yaitu ia, dia dan -
nya. Pronomia penunjuk umum ini dan itu, berfungsi sebagai penunjuk sesuatu
yang dekat ataupun yang jauh tergantung konteksnya. Pronomina penunjuk ihwal
yaitu begitu. kedua subtitusi, ditemukan satu subtitusi yaitu begitu, berfungsi
sebagai kata yang dapat digantikan oleh kata lain untuk tujuan tertentu untuk
ditemukan tiga konjungsi yaitu, dan, tetapi dan atau, berfungsi sebagai kata
yang, karena, setelah, dengan, dan sementara, berfungsi sebagai penghubung dua
klausa atau lebih dan tidak memiliki status sintaksis yang sama. Keempat reiterasi,
dibagi menjadi tiga yaitu repetisi berfungsi sebagai pengulangan kata yang sama
dialog bervariasi dan menarik, antonimi berfungsi sebagai lawan kata dan supaya
selaras membuat mitra tutur atau pembaca lebih cepat memahami dialog.
dalam buku teks SMA Bahasa Indonesia kelas XI yaitu ditemukan tujuh jenis
sarana koherensi. Pertama yaitu hubungan sebab-akibat yang ditandai oleh bagian
yang satu menyatakan sebab dan yang lain menjadi akibat, pada naskah drama
“Mahkamah” karya Asrul Sani tersebut ditemukan 4 data.. Kedua hubungan
alasan – sebab yang ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan
hubungan sarana -tujuan yang ditandai oleh salah satu bagian kalimat menjawab
Kelima hubungan syarat-hasil yang ditandai oleh jawaban atas pertanyaan “apa
yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil?” pada naskah drama tersebut
Ketujuh hubungan waktu yang ditandai dengan kata seperti, kapan, setelah, pada
Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya Asrul sani merupakan
pelengkap dari penelitian-penelitian kohesi dan koherensi wacana yang telah ada.
Penelitian kohesi dan koherensi terdahulu banyak yang membahas sarana kohesi
dan koherensi dalam wacana berita, novel, dan iklan dengan tujuan untuk
dalam wacana berita, novel, dan iklan dengan sarana kohesi dan koherensi yang
khususnya pada naskah wacana yang ada dalam buku teks SMA bahasa Indonesia
kelas XI yang dapat dijadikan referensi sebagai bahan ajar pada pembelajaran
naskah drama sesuai KD yang ada yaitu pada KD 3.9 mengenai menganalisis isi
dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton. Secara keseluruhan, jenis-jenis
penelitian sarana kohesi dan koherensi yang telah ada, baik itu pada wacana bukan
bidang wacana.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1) Naskah drama “Panembahan Reso” karya W.S Rendra dalam buku teks SMA
Bahasa Indonesia kelas XI ditemukan 3 jenis sarana kohesi pada naskah drama
“Panembahan Reso” karya W.S Rendra dalam buku teks SMA Bahasa
Indonesia kelas XI yaitu: pada kohesi gramatikal (1) pronomina, dan (2)
konjungsi. Selanjutnya pada kohesi leksikal ditemukan (1) repetisi, dan (2)
sinonimi. Kemudian, ditemukan sepuluh sarana koherensi yaitu (1) hubungan
sebab-akibat, (2) hubungan sarana-hasil, (3) hubungan alasan-sebab, (4)
hubungan sarana-tujuan, (5) hubungan latar-kesimpulan, (6) hubungan
kelonggaran-hasil, (7) hubungan syarat-hasil, (8) hubungan perbandingan, (9)
hubungan waktu, dan (10) hubungan amplikatif.
5.2 Implikasi
5.3 Saran
Tercapainya hasil penelitian ini belum dapat menentukan bahwa wacana pada
naskah drama “ Panembahan Reso” karya W.S. Rendra dan “Mahkamah” karya
Asrul Sani dalam buku teks bahasa Indonesia SMA kelas XI sudah berkategori
baik sekali. Hal ini disebabkan selain sarana kohesi dan koherensi masih ada
faktor-faktor kebahasaan lain seperti pemilihan kata, paragraf, dan ejaan yang
juga dapat mewujudkan sebuah wacana yang baik. Dengan demikian, kategori
sangat baik dalam penelitian ini terbatas pada sarana kohesi dan koherensi nya
saja, karena jika ingin meneliti seluruh unsur kebahasaan yang ada maka perlu
dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil kesimpulan,
peneliti memberikan saran sebagai berikut.
Aflahah. 2012. Kohesi dan Koherensi dalam Wacana. Jurnal Okara, Vol I.
Aristama Dio, Basuki Rohmat. 2018. Penggunaan Piranti Kohesi dan Koherensi
pada Naskah Drama Karangan Siswa Kelas VII. Jurnal Ilmiah Korpus,
Volume II, Nomor I.
Alwi, H., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakart: Balai Pustaka.
Emzir dan Saiful Rohman. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta:Rajawali
Pers.
Oktavia, Wahyu dan Diyan Zuliyandari. 2019. Analisis Wacana Tekstual dan
Kontekstual dalam Naskah Drama Bunga Rumah Makan Karya Utuy Tatang
Sontani. Lingua, Vol XV, Nomor 2. Juli 2019.
95
Lampiran 1: Naskah drama “Panembahan Reso”
PANEMBAHAN RESO
Karya : W.S. Rendra
Di rumah Panembahan Reso. Pagi hari. Ada Aryo Lembu, Aryo Jambu,
Aryo Bambu, Aryo Sumbu, Aryo Sekti, Ratu Dara, dan Panembahan Reso.
Reso :Selamat datang, para Aryo. Kedatangan Anda di ibu kota sangat
kami nantikan. Terutama oleh Sri Baginda Maharaja.
Lembu :Ah, ya! Ampun seribu ampun! Sebelum kami menghadap Sri
Baginda Maharaja, kami lebih dahulu menghadap Anda dan juga
Sri .... Ratu Dara?
Lembu :Oh! Kami lebih dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu Dara,
untuk lebih meyakinkan diri bahwa kami tidak akan membuat
kesalahan yang sama sekali tidak kami maksudkan.
Sumbu :Kami telah menjalankan tugas yang justru kami anggap penting
untuk mempertahankan keutuhan kerajaan. Sekarang kami tetap
patuh dan bersedia untuk membela keutuhan kerajaan di bawah
naungan Sri Baginda Maharaja Gajah Jenar.
96
Jambu :Syukurlah kalau begitu. Kami juga sangat berterima kasih kepada
Sri Baginda karena beliau telah memberikan perhatian besar
kepada para istri kami. Bagaimanakah keadaan mereka? Saya
sendiri sudah merasa sangat kangen dengan istri saya, setelah
sekian lama dipisahkan oleh tugas demi kerajaan.
Dara :Kami sering bermain bersama sampai agak larut malam. Kami
saling bercerita tentang pengalaman hidup masing-masing.
Jambu :Sungguh kami sangat berutang budi untuk kebaikan hati semacam
itu.
Dara :Ia bukan putra tertua dari almarhum Sri Baginda Raja yang dulu.
Reso :Atas dasar kekuatan! Setiap orang yang merasa dirinya kuat boleh
saja menobatkan dirinya menjadi Raja. Seperti juga Raja yang dulu
mendirikan kerajaan ini. Tinggal soalnya apakah ia akan bisa
membuktikan bahwa dirinya benar-benar yang terkuat di seluruh
negara. Bisa tidak ia menundukkan semua tandingan yang ada.
98
Lembu :Dari sejak masih tinggal di istana, Pangeran Bindi sangat
mengerikan tingkah lakunya. Tanpa ragu-ragu saya akan
membantu Anda untuk
membela maharaja kita.
Lembu :Di bawah pimpinan Anda kami semua patuh dan setia.
Reso :Silakan pulang dulu dan nanti sore menghadap Maharaja di Istana.
(Keempat Aryo mohon diri lalu keluar.)
Sekti :Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para Senapati
sungguh sangat besar. Memang hanya Anda yang bisa
menyelamatkan kerajaan dari bencana-perpecahan. Sekarang saya
pamit dulu, Panembahan. Di rumah saya ada tamu yang menginap.
Setelah minum kopi sore hari dengan tamu itu, saya akan
menghadap maharaja ke istana.
Sekti :Seperti biasanya, agak lama juga. Salam, Ratu Dara. Salam,
Panembahan (pergi).
99
Lampiran 2: Naskah drama “Mahkamah”
MAHKAMAH
Karya Asrul Sani
Dalam ruangan ini tidak ada perbedaan antara malam dan siang.
Biarpun di kamar tidur Bahri hari sudah malam, kualitas cahaya dalam
ruang mahkamah tetap sama. Murni datang diantarkan seorang petugas
pengadilan. la berhenti sebentar untuk memandang wajah suaminya.
Murni :Saya tidak perlu merenungkannya. Saya kenal sifat suami saya.
Suami saya seorang pejuang, seorang prajurit yang setia. Tidak,
dia bukan pembunuh.
Murni :Suami saya tidak membunuh Anwar karena ingin kawin dengan
saya.
100
Pembela :Terima kasih, Nyonya. Untuk sementara sekian dulu yang
mulia.
Penuntut Umum :Nyonya Murni, apakah Nyonya seorang yang dapat dipercaya?
Ataukah Nyonya berkata begitu hanya sekadar mimpi
memamerkan kesetiaan pada suami yang sebetulnya sama sekali
tidak Nyonya miliki.
Penuntut Umum :Maaf, yang Mulia. Saudara Pembela terlalu terburu nafsu. Saya
belum selesai bicara. Saya tidak mengadili. Saya hanya membuat
suatu simpulan.
Murni :(mengangguk)
Penuntut Umum :Begitu cinta padanya, hingga lamaran saudara Bahri yang
pangkatnya lebih tinggi dari saudara Anwar, Nyonya tolak. Saya
tidak tahu pasti, biarpun kepastian ini tidak penting, dalam
bermesraan dengan saudara Anwar tidak akan begitu aneh jika
Nyonya dan saudara Anwar bersimpati untuk sehidup semati-itu
biasa. Memang begitu biasanya anak-anak muda yang sedang
bercinta. Lalu dia meninggal. Berapa bulan kemudian Nyonya
menikah dengan saudara Bahri?
Penuntut Umum :(dengan sinis) Dua bulan? Hebat sekali kesetiaan Nyonya
kepada saudara Anwar. Belum lagi jasadnya membusuk dalam
kubur, Nyonya sudah berpaling dengan lelaki lain, saingannya.
Perempuan apa Nyonya sebetulnya? Perempuan pengobral cinta
yang pindah dengan mudah dari lelaki yang satu ke lelaki yang
lain? Penjual mulut manis,pendusta, pembohong?
Pembela :Saya keberatan atas pertanyaan-pertanyaan saudara Penuntut
Umum.
Penuntut Umum :Yang saya kemukakan bukan simpulan. Kalau boleh bertanya
pada saudara Pembela terhormat, simpulan apa yang akan ia
ambil dari kenyataan-kenyataan ini?
Murni :Setelah Anwar meninggal, saya hancur luluh. Dunia ini serasa
kiamat: Saya hampir-hampir sesat. Saya memutuskan untuk
bunuh diri. Tapi Tuhan melindungi saya. Bermalam-malam saya
berjuang melawan keinginan saya itu. Saya berhasil mengambil
keputusan. Saya akan hidup terus, saya harus bisa melupakan.
Tapi saya perempuan sendiri memerlukan perlindungan. Tidak
ada gunanya memerlukan perlindungan seseorang yang sudah
tidak ada. Satu-satunya orang yang mencintai saya, kecuali
Anwar, adalah Bahri. Lalu saya membulatka hati. Siapa tahu
saya dapat belajar mencintai dia. Karena ia lelaki yang baik,
setia. la juga mencintai Anwar. Tidak pernah satu katapun keluar
dari mulutnya hal-hal yang memburukkan Anwar. Setelah kami
menikah, setiap tahun ia membawa saya ziarah ke makam
Anwar. Mula-mula saya mengira mencintai dua orang lelaki.
Tapi kenyataannya, saya mencintai seorang Bahri.
Penuntut Umum :Ya, yang Mulia. Nyonya Murni. Apa saudara Bahri
membahagiakan Nyonya?
Penuntut Umum :Bagaimana tidak?! Baru tadi pagi Nyonya mengeluh pada suami
Nyonya. Nyonya menuntut saat-saat yang dapat dijadikan
kenangan, karena suami Nyonya tidak memberikan waktu yang
menjadi hak Nyonya. Karena suami Nyonya adalah seorang yang
tidak kenal cinta sejati yang mengawini Nyonya karena nafsu
semata.
Penuntut Umum :Itu tidak menjadi soal. Di sini tidak ada rahasia.
Penuntut Umum :Kalau begitu tidak masuk akal sekali, usaha manusia mendirikan
pengadilan untuk menetapkan suatu perceraian.
Murni :Perceraian terjadi, jika bahasa itu sudah mati dan digantikan
oleh bahasa pasar dan bahasa koran yang jadi milik orang
banyak.
Penuntut Umum :Baik, saya tidak akan memasuki persoalan itu lebih jauh.
(kepada Hakim) Yang mulia, yang ingin saya buktikan ialah
bahwa saudara Bahri adalah seseorang yang dikendalikan oleh
hawa nafsunya. Nyonya! Waktu saudara Bahri melamar Nyonya
dan Nyonya menolak lamarannya apa kata-kata yang diucapkan
oleh saudara Bahri? (Murni diam sebentar, lalu berkata.)
Penuntut Umum :Penting atau tidak penting adalah urusan Majelis Hakim. Apa
katanya?
Penuntut Umum :Ayolah Nyonya, Nyonya tidak lupa .... (Murni memaling ke
arah suaminya. Bahri berkata pada Hakim.)
Bahri :Yang Mulia, apa boleh saya mengatakan sesuatu pada istri saya?
Hakim :Silakan.
Murni :Ia berkata, sekarang soalnya jelas sudah. Apa yang menjadi niat
waktu tertuduh menjatuhkan hukuman mati sudah jelas. la ingin
membunuh saksi yang merupakan saingan baginya. (Hakim
kelihatan berbisik.)
Pembela :Yang Mulia, apa pun keputusan yang akan dijatuhkan oleh yang
mulia satu hal harus pasti. Keputusan itu harus berdasarkan
kebenaran tersebut -dunia sudah terlalu sarat dengan segala
macam prasangka.
Hakim Ketua :Apa ada yang saudara ingin sampaikan pada Majelis Hakim?
Penuntut Umum :Ada sedikit yang mulia. Sebuah perbuatan ditentukan oleh niat
pelakunya. Dari pemeriksaan yang dilakukan sudah cukup jelas
niat apa yang tersembunyi di balik hukuman yang dijatuhkan
oleh tertuduh. Biarpun saudara Bahri mengatakan bahwa
semuanya ia lakukan demi Tuhan, demi bangsa dan negara,
niatnya yang sebenarnya adalah untuk menyingkirkan
saingannya. Dengan demikian, dia bukan orang yang melakukan
tugas tapi ia harus dinyatakan seorang pembunuh. Terima kasih.
Pembela :Majelis hakim yang mulia.Kini sampailah saya pada akhir tugas
saya, yaitu membantu dengan sekuat tenaga menegakkan
kebenaran dan mengembalikan hak kepada yang berhak.
Perbuatan seseorang dinilai menurut niat pelakunya. Tapi
siapakah yang dapat mengetahui niat seseorang. Dan jika toh
dapat kita ketahui, maka kita akan menilainya menurut
keterbatasan pribadi kita juga. Oleh karena itu, Majelis Hakim
yang mulia, satu-satunya yang dapat menghakimi adalah pelaku
itu sendiri. Tapi itu hanya akan terjadi, jika hati sanubari orang
tersebut masih berfungsi sebagaimana mestinya, jika suara
hatinya masih bisa membedakan yang benar dan yang salah.
Yang terbukti dalam mahkamah ini tidak apa-apa, kecuali bahwa
saudara Saiful Bahri yang sekarang ini dihadapkan sebagai
tertuduh, adalah seorang yang jujur, rendah hati, percaya pada
Tuhan dan seorang yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya
atas semua perbuatannya. Oleh karena itulah pada tempatnya,
jika keputusan pengadilan ini dikembalikan pada hati
sanubarinya sendiri. Saya yakin Majelis Hakim yang mulia akan
mempertimbangkan ini. Terima kasih!
SARANA KOHESI
NO KUTIPAN DATA SA
KOH
GRAMATIKAL LEKSIKAL
1. DI RUMAH Konjungsi Repetisi (Panembahan
PANEMBAHAN RESO. koordinatif (dan) Reso, Aryo)
PAGI HARI. ADA ARYO
LEMBU, ARYO JAMBU,
ARYO BAMBU, ARYO
SUMBU, ARYO SEKTI,
RATU DARA, DAN
PANEMBAHAN RESO.
2. SEKTI : Panembahan Reso, Pronomina Repetisi (teman- 1. H
jadi saya datang kemari untuk Persona Pertama teman, kadipaten- A
mengantar teman – teman Tunggal (Saya) kadipaten) 2. H
Aryo, yang dulu diutus oleh H
almarhum Sri Baginda Raja Pronomina
Tua untuk keliling kadipaten persona kedua 3. H
– kadipaten, menghadap tunggal (Anda)
kepada Anda.
Konjungsi
Subordinatif
(Sebelum)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(Selama)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Pronomina
Persona Orang
Ketiga tunggal
(Beliau)
Konjungsi
Subordinatif
(Kalau)
Konjungsi
Subordinatif
(Karena)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
Pronomina
penunjuk ihwal
(Begitu)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
17. LEMBU : Begitulah. Kecuali Pronomina Repetisi (Pangeran - Hubunga
keadaan di Telagawurung! Persona Ketiga pangeran) Hasil
Panji Tumbal berhasil Tunggal (-nya)
ditawan oleh Pangeran
Kembar. Pangeran Bindi Konjungsi
menduduki seluruh koordinatif (dan)
Kadipaten Tegalwurung dan
menyatakan menentang
kedaulatan Maharaja kita,
Berta menobatkan dirinya
sendiri menjadi Raja.
Pangeran Kembar
mendukungnya.
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
20. RESO : Atas dasar kekuatan! Pronomina Repetisi (Benar- Hubunga
Setiap orang yang merasa Persona ketiga benar) Tujuan
dirinya kuat boleh saja Tunggal (Ia)
menobatkan dirinya menjadi
Raja. Seperti juga Raja yang Pronomina
dulu mendirikan kerajaan ini. Persona Ketiga
Tinggal soalnya apakah ia Tunggal (-nya)
akan bisa membuktikan
bahwa dirinya benar-benar
yang terkuat di seluruh Konjungsi
negara. Bisa tidak ia Subordinatif
menundukkan semua (Yang)
tandingan yang ada. (DT19).
Konjungsi
Subordinatif
(Seperti)
Pronomina
Penunjuk Umum
(ini)
21. DARA : Jadi ia menantang Pronomina -
kekuasaan Maharaja kita! Persona ketiga
Tunggal (Ia)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
23. BAMBU : Dengan dukungan Pronomina Hubunga
Anda sebagai pemangku, Persona Pertama Tujuan
maharaja kita pasti akan bisa Jamak (Kita)
menumpas tandinganya, di
Telagawurung! (DT 22) Pronomina
persona kedua
tunggal (Anda)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Pronomina
Penunjuk Umum
(ini)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kita)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(sejak)
Konjungsi
Subordinatif
(Seperti)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Konjungsi
Subordinatif
(yang)
Pronomina
Persona Pertama
Jamak (Kami)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjungsi
Subordinatif
(Dengan)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
33. SEKTI : Seperti biasanya, Konjungsi
agak lama juga. Salam, Ratu Subordinatif
Dara. Salam, Panembahan. (Seperti)
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
35. RESO : Itulah sebabnya kita Pronomina
harus membantu Baginda. Persona Pertama
Jamak (Kita)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
36. DARA : Maharaja boneka itu Pronomina Hubunga
mulai memuakkan saya. Persona pertama
tunggal (Saya)
Pronomina
Penunjuk Umum
(itu)
Pronomina
penunjuk ihwal
(begitu)
Konjungsi
subordinatif
(sementara)
Pronomina
penunjuk ihwal
(begitu)
Konjungsi
koordinatif (dan)
SARANA KOHESI
NO KUTIPAN DATA SA
KOH
GRAMATIKAL LEKSIKAL
1. DALAM RUANAGAN INI Pronomina Antonimi ( siang – Hub wa
TIDAK ADA Persona ketiga malam)
PERBEDAAN ANTARA Tunggal (Ia)
MALAM DAN SIANG.
BIARPUN DI KAMAR Pronomina
TIDUR BAHRI HARI Penunjuk Umum
(ini)
SUDAH MALAM,
KUALITAS CAHAYA Konjungsi
DALAM RUANG koordinatif (dan)
MAHKAMAH TETAP
SAMA. MURNI DATANG
DIANTARKAN
SEORANG PETUGAS
PENGADILAN. IA
BERHENTI SEBENTAR
UNTUK MEMANDANG
WAJAH SUAMINYA.
2. PEMBELA : Nyonya - -
Murni, silahkan duduk.
Murni... Sayang!
3. PEMBELA : PEMBELA: Pronomina Repetisi (
Nyonya ada sedikit Persona Pertama satunya)
pengakuan yang ingin Tunggal (Saya)
didengarkan oleh majelis
Hakim yang mulia. Kami Pronomina
mengetahui, bahwa dulu Persona Pertama
Nyonya adalah kekasih Jamak (Kami)
Kapten Anwar. Tapi orang
yang mencintai Nyonya Pronomina
bukan dia Satu – satunya. Persona Ketiga
Ada lagi, yang lain, yaitu Tunggal (dia)
Mayor Bahri, suami Nyonya
yang sekarang juga Pronomina
Penunjuk Umum
mencintai Nyonya.
(itu)
Kemudian, kapten Anwar
dijatuhi hukuman mati oleh Konjungsi
pengadilan medan perang. koordinatif (dan)
Yang menjadi ketua
pengadilan itu adalah Mayor Konjungsi
Bahri, suami Nyonya. Saya Subordinatif
ingin mengajukan beberapa (Yang)
pertanyaan. Harap Nyonya
jawab dengan jujur dan
tujukan pada Majelis
Hakim.... (DT 2).
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Sebab)
10. PEMBELA : Terima Kasih Konjungsi -
Nyonya. Untuk sementara subordinatif
sekian dulu yang mulia. (Sementara)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(dengan)
Subtitusi (Begitu)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
sebetulnya? Perempuan
pendusta, pembohong.
Pronomina
Penujuk Umum
(Ini)
Konjungsi
Subordinatif
(Kalau)
Pronomina
Penunjuk Tempat
(Di sini)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Pronomina
Persona penunjuk
Tempat (Di sini)
Konjungsi
Koordinatif
(Tetapi)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
koordinatif (dan)
47. PENUNTUT UMUM : Baik Pronomina Repetisi (Kata – kata)
saya tidak akan memasuki Persona Pertama
persoalan itu lebih jauh. Tunggal (Saya)
Yang Mulia, yang ingin saya
buktikan ialah bahwa saudara Pronomina
Bahri adalah seseorang yang Persona Ketiga
dikendalikan oleh hawa Tunggal (-nya)
nafsunya. Nyonya! Waktu
saudara Bahri melamar Pronomina
Nyonya dan Nyonya Penunjuk Umum
menolak lamaranya, apa kata (Itu)
– kata yang diucapkan oleh
saudara Bahri? Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
koordinatif (dan)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (Dia)
Pronomina
Persona Ketiga
Tunggal (-nya)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Konjungsi
Subordinatif
(Yang)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Ini)
Pronomina
Penunjuk Umum
(Itu)
Konjungsi
Koordinatif
(Tetapi)
Konjungsi
Subordinatif
(Setelah)
Konjungsi
koordinatif (dan)
67. HAKIM KETUA : Saudara Pronomina Hubung
Pembela, saudara saya Persona Pertama Akibat
persilahkan untuk Tunggal (Saya)
Hubung
menyampaikan pembelaan
Hasil
saudara yang terakhir pada Konjungsi
Majelis Hakim. Subordinatif
(Yang)
68. PEMBELA :Majelis Hakim Pronomina Repetisi (Apa – apa) Hubung
yang mulia. Kini sampailah Persona Pertama Akibat
saya pada akhir tugas saya, Tunggal (Saya) Antonimi (Benar –
salah)
yaitu membantu dengan
sekuat tenaga menegakkan Pronomina
kebenaran dan Persona Ketiga
mengembalikan hak kepada Tunggal (-nya)
yang berhak. Perbuatan
seseorang dinilai menurut Pronomina
niat pelakunya. Tetapi Persona Pertama
siapakah yang dapat Jamak (Kita)
mengetahui niat seseorang.
Dan jika toh dapat kita Pronomina
ketahui, maka kita akan Penunjuk Umum
menilainya menurut (Itu)
keterbatasan pribadi kita
juga. Oleh karena itu, Majelis Pronomina
Hakim yang mulia, satu – Penunjuk Umum
satunya yang dapat (Ini)
menghakimi adalah pelaku
itu sendiri. Tapi itu hanya Konjunngsi
akan terjadi, jika hati Subordinatif
sanubari orang tersebut (Dengan)
masih berfungsi sebagaimana
mestinya, jika suara hatinya Konjungsi
masih bisa membedakan koordinatif (dan)
yang benar dan salah. Yang
terbukti dalam mahkamah ini Konjungsi
tidak apa – apa, kecuali Subordinatif
(Karena)
bahwa saudara Saiful Bahri
yang sekarang ini Konjungsi
dihadapkan sebagai tertuduh, Subordinatif
adalah seorang yang jujur, (Yang)
rendah hati, percaya pada
Tuhan dan seorang yang
memiliki tanggung jawab
sepenuhnya atas semua
perbuatanya. Oleh karena
itulah pada tempatnya, jika
keputusan pengadilan ini
dikembalikan pada hati
sanubari sendiri. Saya yakin
Majelis Hakim yang mulia
akan mempertimbangkan ini.
Terima kasih.
Konjungsi
koordinatif (dan)
Konjunngsi
Subordinatif
(Dengan)
RIWAYAT HIDUP