Naskah Jukmin Jianbang Sismet HSL Ut I
Naskah Jukmin Jianbang Sismet HSL Ut I
PETUNJUK ADMINISTRASI
tentang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum.
Pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter sangat diperlukan dalam
rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan Binter disesuaikan dengan
perkembangan situasi wilayah dan tipologi wilayah. Selama ini pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter sudah dilaksanakan oleh satuan jajaran TNI AD
di wilayah maupun secara terpusat oleh Pusterad. Namun demikian belum ada Jukmin
yang mengatur tentang prosedur, mekanisme, dan ketentuan administrasi pelaksanaan
pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter, sehingga hasil yang dicapai
belum maksimal.
Oleh karena itu perlu disusun Jukmin tentang Pengkajian dan Pengembangan
Sistem dan Metode Binter untuk lebih mengopTimalkan pelaksanaan pengembangan
sistem dan metode Binter. Jukmin tentang Pengkajian dan Pengembangan Sistem dan
Metode Binter ini akan digunakan sebagai pedoman bagi satuan jajaran TNI AD dalam
melaksanakan pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter. Jukmin tentang
pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan dan bahan ajaran di lembaga pendidikan TNI AD.
1.2.1 Maksud. Jukmin ini dimaksudkan agar memberikan gambaran dan penjelasan
tentang pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter di lingkungan TNI AD.
1.2.2 Tujuan. Jukmin ini bertujuan untuk dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan
pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter di lingkungan TNI AD.
4
1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut.
1.3.1 Ruang Lingkup. Lingkup Jukmin ini meliputi mekanisme dan prosedur serta
ketentuan administrasi kegiatan pengkajian dan pengembangan sistem dan metode
Binter.
1.3.2.1 Pendahuluan.
1.3.2.6 Penutup.
1.4 Dasar.
1.4.5 Keputusan Kasad Nomor Kep/430/X/2013 tanggal 31Oktober 2013, tentang Bujukmin
tentang Penyelenggaraan Administrasi Umum Angkatan Darat.
1.4.9 Keputusan Kasad Nomor Kep/845/XI/2015 tanggal 24 Nopember 2015 tentang Petunjuk
Adminstrasi tentang Penyusunan, Penerbitan Doktrin dan Petunjuk TNI AD.
2.1 Umum. Ketentuan umum ini merupakan hal-hal pokok yang harus diperhatikan
dalam pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter. Ketentuan umum perlu
dirumuskan terlebih dahulu sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran pengkajian dan pengembangan
sistem dan metode Binter. Ketentuan umum berisi rumusan tentang tujuan dan sasaran,
prinsip-prinsip pelaksanaan dan ketentuan administrasi.
2.2.1 Tujuan. Mewujudkan konsep sistem dan metode Binter yang efektif, sesuai
dengan tuntutan perkembangan situasi dan kondisi wilayah maupun tipologi wilayah
sebagai bahan masukan kepada Komando Atas dalam pengambilan keputusan.
2.2.2 Sasaran.
2.2.2.1 Terwujudnya konsep Jianbang sistem Binter yang efektif, sesuai dengan situasi
dan kondisi wilayah maupun tipologi wilayah sehingga dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang diharapkan.
2.2.2.2 Terwujudnya konsep Jianbang metode Binter yang efektif, sesuai dengan situasi
dan kondisi wilayah maupun tipologi wilayah sehingga dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang diharapkan.
2.3 Prinsip-Prinsip.
2.3.5 Teliti. Kegiatan administrasi pengkajian dan pengembangan sistem dan metode
Binter dikerjakan dengan terinci dan terurai dalam bentuk, susunan isi dan bahasa agar
tidak menimbulkan multitafsir.
2.3.6 Tepat dan Jelas. Kegiatan administrasi pengkajian dan pengembangan sistem
dan metode Binter harus jelas dan tepat sehingga hasilnya secara langsung dapat
meningkatkan kemampuan Binter dan bermanfaat dalam melaksanakan tugas pokok TNI
AD.
6
2.3.7 Tertib. Kegiatan administrasi pengkajian dan pengembangan sistem dan metode
Binter diselenggarakansecara tertib sesuai dengan mekanisme, prosedur dan ketentuan
yang berlaku.
2.3.8 Valid. Bahwa data-data yang digunakan dalam pengumpulan data teritorial
dalam rangka kegiatan administrasi pengkajian dan pengembangan sistem dan metode
Binter dapat dipercaya dan sesuai fakta yang sebenarnya.
2.4.1.2 Pengkajian dan pengembangan sistem Binter tingkat Pusat dilaksanakan oleh
Pusterad c.q Staf Direktur Pembinaan Pengkajian dan Pengembangan.
2.4.1.3 Pengkajian dan pengembangan sistem Binter tingkat Kotamawil dilaksanakan oleh
Kodam.
2.4.1.5 Out put kegiatan pengkajian dan pengembangan sistem Binter menghasilkan
rekomendasi tentang konsep pengembangan organisasi, personel, materiil, penak dan
manajemen Binter yang akan di sampaikan kepada Kasad sebagai bahan perTimbangan
dalam pengambilan keputusan.
2.4.1.2 Pengkajian dan pengembangan metode Binter tingkat Pusat dilaksanakan oleh
Pusterad c.q Staf Direktur Pembinaan Pengkajian dan Pengembangan.
2.4.1.5 Out put kegiatan pengkajian dan pengembangan metode Binter adalah rekomendasi
tentang konsep pengembangan metode Bakti TNI, Binwanwil dan Komsos yang akan
disampaikan kepada Kasad sebagai bahan perTimbangan dalam pengambilan keputusan.
BAB III
7
ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
3.1 Umum. Pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter dilaksanakan
dengan melibatkan personel militer maupun sipil sesuai strata. Agar mekanisme dan
prosedur kerja antar pejabat dan personel yang terlibat pelaksanaan Jianbang Sistem dan
metode Binter dapat berjalan maka perlu diatur dalam ketentuan-ketentuan. Oleh karena
itu perlu dirumuskan struktur organisasi, susunan organisasi serta tugas dan tanggung
jawab.
3.2 Organisasi.
KAGIAT
NARASUMBER DALWASGIAT
KALAKGIAT
SETMINLOG
3.3.1.1 Kagiat:
3.3.1.2 Narasumber:
3.3.1.2.2 Memberikan alternatif solusi pemecahan masalah yang dihadapi Tim pelaksana
pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter.
3.3.1.3 Dalwasgiat:
3.3.1.4 Kalakgiat:
3.3.1.4.1 Menerima petunjuk dan arahan dari Kagiat tentang pelaksanaan pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter.
3.3.1.4.4 Memimpin Tim perancang kajian dan pengembangan, Tim pengumpul dan
pengolah data, Tim analisis dan penyusunan kajian pengembangan dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem dan metode Binter.
3.3.1.5 Setminlog:
3.3.1.6.3 Menentukan sumber data dan referensi yang digunakan dalam pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter.
3.3.1.8 Tim analis dan penyusunan naskah kajian dan pengembangan sistem dan
metode.
3.3.1.8.2 Menuangkan rumusan hasil analisis data dalam naskah pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter.
3.3.1.8.3 Melaporkan naskah pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter
yang telah tersusun kepada Kalakgiat.
3.3.2.1 Kagiat:
3.3.2.2 Narasumber:
3.3.2.2.1 Memberikan saran masukan kepada Tim pelaksana pengkajian dan pengembangan
sistem dan metode Binter Kodam tentang metode, teknik, tata cara dan prosedur
penyelenggaraan pengembangan serta materi pengembangan yang terkait dengan
kompetensi dan profesionalisme yang dimiliki.
3.3.2.3 Dalwasgiat:
3.3.2.4 Kalakgiat:
11
3.3.2.4.1 Menerima petunjuk dan arahan dari Kagiat tentang pelaksanaan pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter di wilayah Kodam.
3.3.2.4.4 Memimpin Tim perancang kajian dan pengembangan, Tim pengumpulan dan
pengolahan data, Tim analisis dan penyusunan pengkajian dan pengembangan sistem
dan metode Binter dalam penyelenggaraan pengkajian dan pengembangan sistem dan
metode Binter di wilayah Kodam.
3.3.2.5 Setminlog:
3.3.2.6.3 Menentukan sumber data dan referensi yang digunakan dalam pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter di wilayah Kodam.
3.3.2.8.2 Menuangkan rumusan hasil analisis data dalam naskah pengkajian dan
pengembangan sistem dan metode Binter.
3.3.2.8.3 Melaporkan hasil pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter
yang telah tersusun kepada Kalakgiat.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Umum. Pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter dilaksanakan
melalui pengkajian dan pengembangan sistem Binter serta metode Binter pada tingkat
Pusat dan Kotamawil. Namun demikian mekanisme, prosedur dan jenis kegiatan yang
dilaksanakan pada tingkat Pusat dan Kotamawil pada prinsipnya sama. Oleh karena itu
maka dalam penguraian tahap-tahap kegiatan pada bab ini tidak dipisahkan antara tingkat
Pusat dengan tingkat Kotamawil. Pengkajian dan pengembangan sistem dan metode
Binter dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran.
4.2.1.1 Perencanaan.
4.2.1.1.2 Mempelajari referensi dan faktor-faktor lain yang terkait fungsi Binter Satkowil
dan Satnonkowil bidang teritorial.
4.2.1.1.3 Melaksanakan koordinasi dengan lembaga/instansi terkait.
13
4.2.1.1.4 Merencanakan pengumpulan data teritorial terkait dengan Jianbang organisasi Binter
di wilayah/satuan.
4.2.1.1.5 Merencanakan pengolahan data teritorial terkait dengan Jianbang organisasi Binter
di wilayah/satuan.
4.2.1.2 Persiapan.
4.2.1.2.1 Personel.
4.2.2.2.2 Sarana.
4.2.2.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk Jianbang
organisasi.
4.2.1.3 Pelaksanaan.
14
4.2.1.3.1 Jianbang tentang validasi Orgas Satkowil/Satnonkowil bidang teritorial tingkat
Pusat dilaksanakan oleh Pusterad sedangkan tingkat Daerah dilaksanakan oleh Kodam.
4.2.1.3.2.5 Rapat Pokja untuk menyusun konsep Jianbang validasi Orgas Satkowil/
Satnonkowil bidang teritorial.
4.2.1.3.2.1 Jianbang tentang pendirian Satkowil baru tingkat Pusat dilaksanakan oleh
Pusterad sedangkan tingkat Daerah dilaksanakan oleh Kodam.
4.2.1.3.2.2.1 Direktif dari Asrena Kasad tentang Jianbang Satkowil baru yang akan di
laksanakan.
4.2.1.3.2.2.2 Surat perintah Pokja tentang Jianbang Satkowil baru dari Danpusterad/
Kasad.
15
4.2.1.3.2.2.3 RGB kegiatan Jianbang Satkowil baru.
4.2.1.4 Pengakhiran.
4.2.1.4.1 Perbaikan konsep naskah Jianbang organisasi sesuai hasil tanggapan dan
saran pada saat paparan.
4.2.2.1 Perencanaan.
4.2.2.1.1 Menyusun rencana kajian tentang kebutuhan personel teritorial untuk mengisi
organisasi di satuan-satuan pelaksana fungsi Binter.
4.2.2.1.2 Menyusun rencana kajian tentang rekruitmen personel yang akan mengisi
organisasi di satuan-satuan pelaksana fungsi Binter.
4.2.2.2 Persiapan.
4.2.2.2.1 Personel.
4.2.2.2.2 Sarana.
4.2.2.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk Jianbang
personel.
4.2.2.3 Pelaksanaan.
17
4.2.2.3.1 Jianbang tentang sistem rekrutmen personel teritorial. Rekrutmen personel
merupakan kegiatan penjaringan dan seleksi personel yang akan ditugaskan untuk
mengisi organisasi Satkowil dan Satnonkowil bidang teritorial. Rekrutmen personel
berperan penting dalam menentukan kualitas dan efektivitas pelaksanaan tugas Satkowil/
Satnonkowil bidang teritorial. Oleh karena itu perlu dilaksanakan Jianbang terhadap
rekrutmen personel bidang teritorial yang dilaksanakan antara lain:
4.2.2.3.1.2 Jianbang tentang seleksi persyaratan khusus sesuai dengan level jabatan
dalam pelaksanaan rekrutmen personel bidang teritorial.
4.2.2.3.2.1.1 Susbater.
4.2.2.3.2.1.2 Susbabinsa.
4.2.2.3.2.1.3 Susbatihter.
4.2.2.3.2.2.1 Suspater.
4.2.2.3.2.2.4 Susdanramil.
4.2.2.3.2.2.6 Suskasdim.
4.2.2.3.2.2.7 Susdandim.
4.2.2.3.2.2.8 Susdanrem.
4.2.2.3.3.1 Latorsar.
4.2.2.3.3.3 Latorjab.
4.2.2.3.3.4 UTJ.
4.2.2.3.4.1 Bintara.
4.2.2.3.4.1.1 Babinsa.
4.2.2.3.4.1.6 Danposramil.
4.2.2.3.4.2 Perwira.
4.2.2.3.4.2.3 Danramil.
4.2.2.3.4.2.5 Kasdim.
4.2.2.3.4.2.13 Dandim.
4.2.2.3.4.2.23 Sespusterad.
4.2.2.3.4.2.24 Danpusdikter.
4.2.2.3.4.2.26 Kasdam.
4.2.2.3.4.2.31 Pangdam.
4.2.2.3.4.2.32 Danpusterad.
4.2.2.4 Pengakhiran.
4.2.2.4.1 Perbaikan konsep naskah Jianbang personel teritorial sesuai hasil tanggapan
dan saran pada saat paparan.
4.2.3.1 Perencanaan.
4.2.3.1.1 Mempelajari tugas pokok dan tugas-tugas satuan yang bersumber dari Komando
Atas maupun tugas simpulan dari perkembangan situasi dan kondisi wilayah.
4.2.3.1.3 Membuat rencana pengkajian dan pengembangan materiil Satkowil dan Satnonkowil
bidang teritorial, tentang alat transportasi guna mendukung pencapaian tugas pokok dan
tugas-tugas dihadapkan dengan situasi dan kondisi wilayah.
4.2.3.1.8 Merencanakan pengolahan data teritorial terkait dengan Jianbang materiil Satkowil
dan Satnonkowil bidang teritorial, meliputi alat transportasi, alat komunikasi dan sistem
informasi internet, persenjataan, alat perlengkapan khusus.
4.2.3.2 Persiapan.
4.2.3.2.1 Personel.
4.2.3.2.2 Sarana.
4.2.3.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk Jianbang
materiil.
4.2.3.3 Pelaksanaan.
4.2.2.3.5.2 Melaksanakan pengolahan data terkait dengan Jianbang materiil Satkowil dan
Satnonkowil bidang teritorial, meliputi alat transportasi, alat komunikasi dan sistem
informasi internet, persenjataan, alat perlengkapan khusus.
4.2.3.4 Pengakhiran.
4.2.3.4.1 Perbaikan konsep naskah Jianbang materiil Satkowil dan Satnonkowil bidang
teritorial sesuai hasil tanggapan dan saran pada saat paparan.
4.2.3.4.4 Melaporkan naskah hasil Jianbang materiil Satkowil dan Satnonkowil bidang
teritorial kepada Kasad.
4.2.4 Pengkajian dan pengembangan peranti lunak bidang teritorial. Pengkajian
dan pengembangan peranti lunak meliputi petunjuk, terdiri dari petunjuk induk, petunjuk
administrasi, petunjuk teknis dan doktrin operasi, terdiri dari doktrin operasi teritorial,
doktrin pelaksanaan operasi teritorial dan doktrin lapangan operasi teritorial. Disamping itu
sebagai rujukan satuan bawah dalam melaksanakan kegiatan yang belum terwadahi
24
dalam doktrin dan petunjuk dibuat pedoman. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
4.2.4.1 Perencanaan.
4.2.3.1.1 Mempelajari tugas pokok dan tugas-tugas Satkowil dan Satnonkowil bidang
teritorial yang bersumber dari Komando Atas maupun tugas simpulan dari perkembangan
situasi dan kondisi wilayah.
4.2.3.1.3 Membuat rencana pengkajian dan pengembangan peranti lunak Satkowil dan
Satnonkowil bidang teritorial, meliputi bidang doktrin, yang terdiri dari doktrin operasi
teritorial, doktrin pelaksanaan operasi teritorial dan doktrin lapangan operasi teritorial
guna mendukung pencapaian tugas pokok dan tugas-tugas dihadapkan dengan situasi
dan kondisi wilayah.
4.2.3.1.4 Membuat rencana pengkajian dan pengembangan peranti lunak Satkowil dan
Satnonkowil bidang teritorial, meliputi bidang petunjuk, yang terdiri dari petunjuk induk
teritorial, petunjuk administrasi bidang teritorial, petunjuk teknis bidang teritorial, guna
mendukung pencapaian tugas pokok dan tugas-tugas dihadapkan dengan situasi dan
kondisi wilayah.
4.2.3.1.5 Membuat rencana pengkajian dan pengembangan peranti lunak Satkowil dan
Satnonkowil bidang teritorial, meliputi bidang pedoman bidang teritorial guna mendukung
pencapaian tugas pokok dan tugas-tugas dihadapkan dengan situasi dan kondisi wilayah.
4.2.3.1.6 Merencanakan pengumpulan data teritorial terkait dengan Jianbang peranti lunak
Satkowil dan Satnonkowil bidang teritorial, meliputi petunjuk, terdiri dari petunjuk induk,
petunjuk administrasi, petunjuk teknis dan doktrin operasi, terdiri dari doktrin operasi
teritorial, doktrin pelaksanaan operasi teritorial dan doktrin lapangan operasi teritorial
maupun pedoman.
4.2.3.1.7 Merencanakan pengolahan data teritorial terkait dengan Jianbang peranti lunak
Satkowil dan Satnonkowil bidang teritorial, meliputi petunjuk, terdiri dari petunjuk induk,
petunjuk administrasi, petunjuk teknis dan doktrin operasi, terdiri dari doktrin operasi
teritorial, doktrin pelaksanaan operasi teritorial dan doktrin lapangan operasi teritorial
maupun pedoman.
4.2.3.1.8 Merencanakan penganalisaan data teritorial terkait dengan Jianbang peranti lunak
Satkowil dan Satnonkowil bidang teritorial, meliputi petunjuk, terdiri dari petunjuk induk,
petunjuk administrasi, petunjuk teknis dan doktrin operasi, terdiri dari doktrin operasi
teritorial, doktrin pelaksanaan operasi teritorial dan doktrin lapangan operasi teritorial
maupun pedoman.
4.2.3.1.11 Membuat rencana pelaporan hasil Jianbang peranti lunak Satkowil dan
Satnonkowil bidang teritorial, meliputi petunjuk, terdiri dari petunjuk induk, petunjuk
administrasi, petunjuk teknis dan doktrin operasi, terdiri dari doktrin operasi teritorial,
doktrin pelaksanaan operasi teritorial dan doktrin lapangan operasi teritorial maupun
pedoman.
4.2.4.2 Persiapan.
4.2.4.2.1 Personel.
4.2.4.2.2 Sarana.
4.2.4.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk Jianbang
peranti lunak.
4.2.4.2.2.3 Alat komunikasi yang diperlukan untuk mendukung Jianbang peranti lunak.
4.2.4.3 Pelaksanaan.
4.2.4.3.4.2 Melaksanakan pengolahan data terkait dengan Jianbang peranti lunak Satkowil
dan Satnonkowil bidang teritorial, meliputi doktrin bidang teritorial, petunjuk bidang
teritorial dan pedoman bidang teritorial.
4.2.4.4 Pengakhiran.
4.2.4.4.1 Perbaikan konsep naskah Jianbang peranti lunak Satkowil dan Satnonkowil
bidang teritorial sesuai hasil tanggapan dan saran pada saat paparan.
4.2.4.4.2 Pengajuan dan pengesahan melalui penandatanganan naskah hasil kajian
peranti lunak Satkowil dan Satnonkowil bidang teritorial.
4.2.5.1 Perencanaan.
4.2.5.1.8 Membuat rencana penyusunan naskah kajian terkait dengan Jianbang manajemen
teritorial yang meliputi Sisrendal Binter dan Ketatalaksanaan Binter.
4.2.5.2 Persiapan.
4.2.5.2.1 Personel.
4.2.5.2.2 Sarana.
4.2.5.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk Jianbang
manajemen teritorial.
28
4.2.5.2.2.2 Alat transportasi yang diperlukan untuk mobilitas anggota Pokja.
4.2.5.2.2.3 Alat komunikasi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan Jianbang manajemen
teritorial.
4.2.5.3 Pelaksanaan.
4.2.5.4 Pengakhiran.
29
4.2.5.4.1 Perbaikan konsep naskah Jianbang manajemen teritorial sesuai hasil
tanggapan dan saran pada saat paparan.
4.3.1.1 Perencanaan.
4.3.1.1.2 Mempelajari referensi maupun faktor-faktor lain yang terkait pengkajian dan
pengembangan metode Bakti TNI di Satkowil maupun Satnonkowil.
4.3.1.1.4 Membuat rencana pengumpulan data teritorial terkait dengan pengkajian dan
pengembangan metode Bakti TNI di wilayah/satuan.
4.3.1.1.5 Membuat rencana pengolahan data teritorial terkait dengan pengkajian dan
pengembangan metode Bakti TNI di wilayah/satuan.
4.3.1.1.7 Membuat rencana penyusunan hasil kajian dan pengembangan metode Bakti
TNI di Satkowil maupun Satnonkowil.
4.3.1.2 Persiapan.
4.3.1.2.1 Personel.
4.3.1.2.2 Sarana.
30
4.3.1.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk kajian
dan pengembangan metode Bakti TNI.
4.3.1.3.1 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada di metode Bakti TNI
dihadapkan dengan perkembangan Ilpengtek dengan tujuan:
4.3.1.3.1.1 Menemukan kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang sudah tidak sesuai lagi.
4.3.1.3.2 Melakukan studi pendahuluan dengan melakukan kajian pustaka. Kajian dapat
dilakukan dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka sebagai bahan penyusun
landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil
kajian. Sebuah kajian dikatakan baik apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh
dan relevan.
4.3.1.3.3 Merumuskan hipotesis agar lebih fokus terhadap masalah yang diangkat.
Secara implisit hipotesis menyatakan prediksi yang taraf ketepatannya akan sangat
bergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoritis yang digunakan.
4.3.1.3.4 Mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel yang sesuai dengan
maksud atau tujuan kajian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus yang
dirumuskan sendiri oleh pengkaji. Definisi operasional tidak sama dengan definisi
konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
4.3.1.3.5.3 Dapat memprediksi sejauh mana hasil kajian yang akan diperoleh.
4.3.1.3.7 Menentukan subyek kajian yang berkaitan dengan populasi dan sampel kajian.
4.3.1.3.7.1 Apabila kajian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel kajian dalam
sebuah populasi kajian, maka pengkaji harus berhatihati dalam menentukannya.
4.3.1.3.7.2 Pengambilan sampel kajian yang salah akan mengarahkan pengkaji kepada
kesimpulan yang salah pula. Sampel yang dipilih harus mempresentasikan populasi
kajian.
4.3.1.3.8 Melaksanakan kajian yang sesuai dengan desain atau rancangan pengkajian
yang telah dibuat.
4.3.1.3.8.1 Pelaksanaan kajian harus dilakukan secara cermat dan hatihati karena
berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data kajian
tentu saja akan menentukan kualitas kajian yang dilakukan.
4.3.1.3.8.2 Pengkaji harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskan
dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen kajian yang telah dibuatnya
secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subyek kajian, data dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
4.3.1.3.8.2.1 Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung oleh pengkaji
dari sumber (subyek kajian).
4.3.1.3.8.2.2 Data tidak langsung adalah data yang diperoleh pengkaji tanpa berhubungan
secara langsung dengan subyek kajian yaitu melalui penggunaan media tertentu misalnya
wawancara menggunakan telepon dan sebagainya.
4.3.1.3.9 Melakukan analisis data. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan kajian yang
masih bersifat kualitatif perlu diolah menjadi data kuantitatif, sehingga perlu digunakan
statistik dalam pengolahan dan analisis data.
4.3.1.3.10.2 Hasil kajian dari pembahasan merupakan inti sebuah kajian ilmiah.
4.3.1.3.10.3 Pada kajian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah
hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak, setelah dilakukan pembahasan terlebih
dahulu.
4.3.1.3.10.4 Bila hasil kajian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka
perlu dicantumkan alasannya. Pembahasan kajian harus dikembalikan kepada teori yang
menjadi sandaran kajian ilmiah yang telah dilakukan.
4.3.1.4 Pengakhiran.
4.3.2.1 Perencanaan.
4.3.2.1.2 Mempelajari referensi maupun faktor-faktor lain yang terkait pengkajian dan
pengembangan metode Binwanwil di Satkowil maupun Satnonkowil.
4.3.2.1.4 Membuat rencana pengumpulan data teritorial terkait dengan pengkajian dan
pengembangan metode Binwanwil di wilayah/satuan.
4.3.2.2 Persiapan.
4.3.2.2.1 Personel.
4.3.2.2.2 Sarana.
4.3.2.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk
pengembangan metode Binwanwil.
4.3.2.3.1.1 Menemukan kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang sudah tidak sesuai lagi.
4.3.2.3.2 Melakukan studi pendahuluan dengan melakukan kajian pustaka. Kajian dapat
dilakukan dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka sebagai bahan penyusun
landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil
kajian. Sebuah kajian dikatakan baik apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh
dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan kajian, namun ternyata kurang
relevan.
4.3.2.3.3 Merumuskan hipotesis agar lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Secara
implisit hipotesis menyatakan prediksi yang taraf ketepatannya akan sangat bergantung
kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoritis yang digunakan.
4.3.2.3.4 Mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel yang sesuai dengan
maksud atau tujuan kajian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus yang
dirumuskan sendiri oleh pengkaji. Definisi operasional tidak sama dengan definisi
konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
34
4.3.2.3.5 Menentukan rancangan dan desain kajian untuk membuktikan validitas
metode Binwanwil dihadapkan dengan perkembangan Ilpengtek. Agar rancangan kajian
dapat diperkirakan, maka ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan yaitu:
4.3.2.3.5.3 Dapat memprediksi sejauh mana hasil kajian yang akan diperoleh.
4.3.2.3.7 Menentukan subyek kajian yang berkaitan dengan populasi dan sampel kajian.
4.3.2.3.7.1 Apabila kajian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel kajian dalam
sebuah populasi kajian, maka pengkaji harus berhatihati dalam menentukannya.
4.3.2.3.7.2 Pengambilan sampel kajian yang salah akan mengarahkan pengkaji kepada
kesimpulan yang salah pula. Sampel yang dipilih harus mempresentasikan populasi
kajian.
4.3.2.3.8 Melaksanakan kajian yang sesuai dengan desain atau rancangan pengkajian
yang telah dibuat.
4.3.2.3.8.1 Pelaksanaan kajian harus dilakukan secara cermat dan hatihati karena
berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data kajian
tentu saja akan menentukan kualitas kajian yang dilakukan.
4.3.2.3.8.2 Pengkaji harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskan
dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen kajian yang telah dibuatnya
secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subyek kajian, data dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
4.3.2.3.8.2.1 Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung oleh pengkaji
dari sumber (subyek kajian).
4.3.2.3.8.2.2 Data tidak langsung adalah data yang diperoleh pengkaji tanpa berhubungan
secara langsung dengan subyek kajian yaitu melalui penggunaan media tertentu misalnya
wawancara menggunakan telepon dan sebagainya.
4.3.2.3.9 Melakukan analisis data. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan kajian yang
masih bersifat kualitatif perlu diolah menjadi data kuantitatif, sehingga perlu digunakan
statistik dalam pengolahan dan analisis data.
35
4.3.2.3.10.2 Hasil kajian dari pembahasan merupakan inti sebuah kajian ilmiah.
4.3.2.3.10.3 Pada kajian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah
hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak, setelah dilakukan pembahasan terlebih
dahulu.
4.3.2.3.10.4 Bila hasil kajian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka
perlu dicantumkan alasannya. Pembahasan kajian harus dikembalikan kepada teori yang
menjadi sandaran kajian ilmiah yang telah dilakukan.
4.3.2.4 Pengakhiran.
4.3.3.1 Perencanaan.
4.3.3.1.2 Mempelajari referensi maupun faktor-faktor lain yang terkait pengkajian dan
pengembangan metode Komsos di Satkowil maupun Satnonkowil.
4.3.3.1.4 Membuat rencana pengumpulan data teritorial terkait dengan pengkajian dan
pengembangan metode Komsos di wilayah/satuan.
4.3.3.2.1 Personel.
4.3.3.2.2 Sarana.
4.3.3.2.2.1 Alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyusunan konsep produk
pengkajian dan pengembangan metode Komsos.
4.3.3.3.1.1 Menemukan kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang sudah tidak sesuai lagi.
4.3.3.3.2 Melakukan studi pendahuluan dengan melakukan kajian pustaka. Kajian dapat
dilakukan dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka sebagai bahan penyusun
landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil
kajian. Sebuah kajian dikatakan baik apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh
37
dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan kajian, namun ternyata kurang
relevan.
4.3.3.3.3 Merumuskan hipotesis agar lebih fokus terhadap masalah yang diangkat.
Secara implisit hipotesis menyatakan prediksi yang taraf ketepatannya akan sangat
bergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoritis yang digunakan.
4.3.3.3.4 Mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel yang sesuai dengan
maksud atau tujuan kajian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus yang
dirumuskan sendiri oleh pengkaji. Definisi operasional tidak sama dengan definisi
konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
4.3.3.3.5.3 Dapat memprediksi sejauh mana hasil kajian yang akan diperoleh.
4.3.3.3.7 Menentukan subyek kajian yang berkaitan dengan populasi dan sampel kajian.
4.3.3.3.7.1 Apabila kajian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel kajian dalam
sebuah populasi kajian, maka pengkaji harus berhatihati dalam menentukannya.
4.3.3.3.7.2 Pengambilan sampel kajian yang salah akan mengarahkan pengkaji kepada
kesimpulan yang salah pula. Sampel yang dipilih harus mempresentasikan populasi
kajian.
4.3.3.3.8 Melaksanakan kajian yang sesuai dengan desain atau rancangan pengkajian
yang telah dibuat.
4.3.3.3.8.1 Pelaksanaan kajian harus dilakukan secara cermat dan hatihati karena
berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data kajian
tentu saja akan menentukan kualitas kajian yang dilakukan.
4.3.3.3.8.2 Pengkaji harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskan
dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen kajian yang telah dibuatnya
38
secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subyek kajian, data dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
4.3.3.3.8.2.1 Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung oleh pengkaji
dari sumber (subyek kajian).
4.3.3.3.8.2.2 Data tidak langsung adalah data yang diperoleh pengkaji tanpa
berhubungan secara langsung dengan subyek kajian yaitu melalui penggunaan media
tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon dan sebagainya.
4.3.3.3.9 Melakukan analisis data. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan kajian yang
masih bersifat kualitatif perlu diolah menjadi data kuantitatif, sehingga perlu digunakan
statistik dalam pengolahan dan analisis data.
4.3.3.3.10.2 Hasil kajian dari pembahasan merupakan inti sebuah kajian ilmiah.
4.3.3.3.10.3 Pada kajian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah
hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak, setelah dilakukan pembahasan terlebih
dahulu.
4.3.3.3.10.4 Bila hasil kajian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka
perlu dicantumkan alasannya. Pembahasan kajian harus dikembalikan kepada teori yang
menjadi sandaran kajian ilmiah yang telah dilakukan.
4.3.3.4 Pengakhiran.
BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
5.1 Umum. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter
harus disertai pengawasan dan pengendalian. Pengawasan dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dan mengetahui sejak dini adanya hambatan yang
ditemukan satuan bawah. Sedangkan pengendalian ditujukan untuk memberikan arah
kepada unsur pelaksana agar dapat mewujudkan kebijakan dari Komando Atas.
5.2 Pengawasan.
5.2.1 Perencanaan.
39
5.2.2 Persiapan.
5.2.3 Pelaksanaan.
5.2.4 Pengakhiran.
5.3 Pengendalian.
5.3.1 Perencanaan.
5.3.2 Persiapan.
5.3.3 Pelaksanaan.
5.3.4 Pengakhiran.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Keberhasilan. Disiplin untuk menaati ketentuan yang ada dalam petunjuk
administrasi tentang pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter ini oleh
para pembina dan pengguna akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di dalam
pelaksanaan kegiatan pengkajian dan pengembangan sistem dan metode Binter.
6.2. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu dan berkaitan dengan adanya
tuntutan kebutuhan untuk penyempurnaan Petunjuk Administrasi tentang Pengkajian dan
Pengembangan Sistem dan Metode Binter agar disarankan kepada Kasad melalui
Dankodiklat TNI AD sesuai mekanisme umpan balik.
Purwadi Mukson
Mayor Jenderal TNI