Oleh:
I WAYAN CAHYADI
NIM. P07120018139
i
USULAN PENELITIAN
Jurusan Keperawatan
Oleh :
I WAYAN CAHYADI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
USULAN PENELITIAN
GAMBARAN ANKLE BRACHIAL INDEX PADA PENDERITA
DIABETES MELTUS TIPE II DI WILAYAH DESA
PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2021
I Dw. Pt. Gd. Putra Yasa,S.Kp.M.Kep.Sp.MB V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.M.Pd.
NIP.197108141994021001 NIP. 195812191985032005
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
iii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL :
GAMBARAN PENGGUNAAN BAHAN HERBAL PADA
PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2021
TIM PENGUJI :
1. I Wayan Surasta, SKp.,M.Fis (Ketua) (…………….)
NIP.196512311987031015
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : P07120018139
Jurusan : Keperawatan
Denpasar Utara
I Wayan Cahyadi
NIM. P07120018139
v
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyusun
penelitian dengan judul “Gambaran Ankle Brachial Index Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Desa Peguyangan Kangin Tahun 2021” tepat pada
waktunya.
vi
6. Ibu Ni Nyoman Hartati.,S.Kep.Ns.M.Biomed selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan di
Jurusan Keperawatan Politehnik Kesehatan Denpasar.
7. Orang tua serta saudara yang telah memberikan motivasi dan dukungan penuh
dalam penyusunan penelitian ini.
8. Teman-teman kelas 3.4 D-III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar yang telah memberikan motivasi dan membantu dalam menyusun
penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini, yang
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata,
semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
1. Pengertian ...................................................................................... 8
2. Klasifikasi ...................................................................................... 8
3. Etiologi .......................................................................................... 9
4. Patofisiologi ................................................................................... 11
5. ManifestasiKlinis ........................................................................... 12
6. Komplikasi ..................................................................................... 13
7. Penatalaksanaan ............................................................................. 14
viii
B. Konsep Dasar Ankle Brachial Index (ABI) ......................................... 17
1. Pengertian ...................................................................................... 17
ix
3. Langkah-langkah pengumpulan data ............................................. 33
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi salah satu dari empat penyakit yang tidak menular pioritas di
puluh persen dari kasus diabetes adalah Diabetes Melitus tipe II dengan
2019). Jumlah kasus dan prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat selama
berapa decade terakhir. Diperkirakan 422 juta orang dewasa di dunia hidup
dengan Diabetes Melitus pada tahun 2014 dibandingkan dengan 108 juta pada
tahun 1980.
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980. Hal ini mencerminkan
peningkatan faktor resiko terkait, seperti kelebihan berad badan atau obesitas
(WHO, 2016).
1
2012.Gula darah yang meningkat mengakibatkan meningkatnya risiko penyakit
kardiovaskular dan lainnya. Sebanyak 43% dari 3,7 juta kematian ini terjadi
sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang
terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi terjadi pada Negara- negara dengan
WHO memperkirakan bahwa secara global, 422 juta orang dewasa berusia
di atas 18 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Estimasi prevalensi
penderita diabetes usia dewasa di atas 18 tahun tertinggi berasal dari Mediterania
Timur dengan kenaikan estimasi prevalensi pada tahun 1980 hingga 2014
sebanyak 7,8. Di posisi kedua adalah Asia Tenggara dengan kenaikan sebanyak
4,5. Di susul oleh Afrika dan Pasifik Barat yaitu sebanyak 3, kemudian Amerika
dan yang terakhir Eropa. Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah
meningkat antara tahun 1980 dan 2014 sekitar empat kali lipat (Khairani, 2018).
Faktor risiko diabetes sering dikaitkan dengan gaya hidup, namun jumlah
peringkat nomer empat yaitu dengan 21,3 juta penduduk pada tahun 2030.
Kenaikan yang cukup signifikan yaitu 12,4 juta penduduk sejak tahun 2000
hingga 2020 (Khairani, 2018). Dari data di atas bukan tidak mungkin indonesi
akan menaikan peringkatnya jika tidak diimbangi dengan upaya pencegahan dan
2
Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2018), prevalensi penderita Diabetes
Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur adalah 1,5 %.
Dengan prevalensi jumlah pria dan wanita 1,2 dan 1,8 %. Dari data tersebut juga
yang memiliki prevalensi tertinggi adalah PNS, TNI, Polri, BUMN, dengan
jumlah 4,2%. Prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk umum diatas 15 tahun
Diabetes Melitus pada penduduk di atas 15 tahun pada tahun 2018. Jumlah total
penderita yang tercatat pada tahun 2018 adalah 67,172 penduduk tersebar di 9
terakhir dengan jumlah 2.312 atau hanya 25,3% (Dinkes Provinsi Bali, 2018).
penyandang diabetes melitus adalah diabetic foot ulcer. Insidensi diabetic foot
ulcer pada penderita diabetes dilaporkan sekitar 1-4% dan akan berisiko dilakukan
amputasi (ujung kaki, kaki, atau tungkai) pada pasien tersebut sebesar 10-30 kali
lipat (Bilous, R. & Donelly, 2014). Penelitian lain yang dilakukan di Amerika
3
Serikat juga diperoleh data bahwa sekitar 85% kasus amputasi ekstremitas bawah
komplikasi dari diabetes (Aboyans, V., Lacroix, P., 2012)..Sebagian besar kasus
diabetic foot ulcer ini terjadi sebagai hasil manifestasi akhir timbulnya kelainan
pada penderita diabetes yang telah lama sakit dengan kondisi kontrol glukosa
vaskuler yang sering digunakan untuk penderita DM yang mengalami PAD salah
satunya adalah dengan mengukur nilai angkle brachial index (ABI) (Potier L,
ABI dapat menilai tingkat obstruksi pada arteri ekstermitas bawah (Decroli,
2019).ABI adalah metode sederhana dengan mengukur tekanan darah pada daerah
ankle (kaki) dan brachial (tangan). Hasil pengukuran ABI menunjukan keadaan
sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan rentang nilai sama atau lebih 0,90
menunjukan bahwa sirkulasi ke darah tungkai normal dan apabila kurang dari
0,90 dinyatakan sirkulasi ke kaki mengalami obstruksi (Wahyuni, A., & Arisfa,
n.d.).
ABI adalah perbandingan tekanan darah sistolik yang diukur pada ateri
pergelangan kaki (dorsalis pedis dan tibia posterior) dan arteri brachial. ABI juga
4
disebut dengan ankle arm index, ankle arm ratio atau winsor index (American
Heart Association, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata score ABI
pada pasien Diabetes Melitus adalah 0,99 ± 0,167. Score ABI terendah adalah
0,60 dan score Ankle ABI tertinggi adalah 1,20. Hasil ini menunjukan bahwa
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh anggraini
dan hidayat, dalam hasil penelitiannya didapatkan rata-rata score ABI 0,95 pada
pasien Diabetes Melitus. Hal ini menunjukan bahwa kondisi diabetes melitus
memiliki nilai ABI yang tidak normal (Mutmainah, Pintaningrum, & Asmara,
dibandingkan dengan laki-laki 4,47% pada laki-laki dan 4,67% pada perempuan
dengan diabetes melitus tipe II. Hasil penelitian (Hasibuan, P. J., & Wicaksono,
2016) menyatakan bahwa dari 80 responden yang menderita Diabetes Melitus tipe
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
melitus tipe II
1. Manfaat teoritis
melitus.
6
c. Bagi peneliti
hubungan lama menderita diabetes melitus dengan nilai ABI serta turut
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
b. Bagi Responden
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tidak mampu menggunakan insulin
melitus (DM) adalah penyakit kronis karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Arista, Putu,
Putra, Wedri, & Made, n.d.). Diabetes melitus tipe II merupakan dampak dari
gangguan sekresi insulin dan resistensi terhadap kerja insulin yang sering kali
glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi,
kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu
2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-
140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut Smeltzer, S.C. & Bare, (2012) ada 3
8
yaitu:
c. Diabetes mellitusgestasional
mengalami diabetes.
3. Etiologi
yaitu:
a. Hereditas
9
b. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin,stress)
Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress
c. Perubahan gayahidup
d. Kehamilan
e. Usia
f. Obesitas
g. Antagonisasi
10
4. Patofisiologi
keton didalam plasma akan mengakibatkan ketonuria (keton dalam urin) dan
kadar natrium akan menurun serta pH serum menurun dan terjadi asidosis.
Jika hiperglikemia parah dan lebih dari ambang ginjal maka akan
yang meningkatkan peningkatan air kencing (polyuria) dan akan timbul rasa
gangguan pembuluh darah akibat kurangnya suplai nutrisi dan oksigen (W. L.
11
menurun, sehingga terjadi penurunan suplai nutrisi dan oksigen yang
5. ManifestasiKlinis
Menurut Smeltzer, S.C. & Bare, (2012) penurunan berat badan dapat
memiliki berat badan yang berlebih. Menurut Corwin, (2009) gejala lain yang
glukosa melebihi nilai ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa, maka akan
darah yang menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini
terjadi karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati pori-
pori membran sel. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme
12
c. Polyfagia (peningkatan rasa lapar) terjadi karena penurunan aktivitas
kelaparan sel.
6. Komplikasi
(2012) dan Tanto, Chris, (2014) diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan
a. Hipoglikemia
penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes(KAD)
13
Komplikasi kronik menurut Smeltzer, S.C. & Bare, (2012) biasanya
terjadi pada pasien yang menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun.
Komplikasinyamencakup:
darahotak.
makrovaskular.
7. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
makan dan gaya hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral
14
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2015)
antara lain:
Efek utama obat sulfonilurea yaitu memacu sekresi insulin oleh sel
beta pancreas. cara kerja obat glinid sama dengan cara kerja obat
glukosa di perifer.
tubunh sesudahmakan.
darah (glucosedependent).
15
2) Kombinasi obat oral dan suntikaninsulin
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Terapi tersebut biasanya dapat
insulinkecilataucukup.Dosisawalinsulinkerjamenengahadalah6-10 unit
tersebut dengan melihat nilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.
2015)
b. Terapi nonfarmakologi
1) Edukasi
16
Pasien DM perlu diberikan pengetahuan tentang jadwalmakan
maupun insulin.
menit perminggu, dan dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
1. Pengertian
tekanan darah sistolik yang diukur pada pergelangan kaki dengan arteri
terakhir telah berhasil membuktikan bahwa ABI bukan hanya sekedar metode
gangguan fungsional walaupun tanpa disertai gejala klinis PAD (Aboyans, V.,
17
2. Tujuan pengukuran ankle brachial index (ABI)
dilakukan untuk penilaian yang holistik dalam beberapa keadaan antara lain:
kaki.
diabetes dan berhubungan dengan usia, lamanya diabetes, dan jenis kelamin.
a. Usia
18
Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring
onset terjadi di atas umur 30 tahun, sering kali diantara usia 40-60 tahun,
berdampak terganggunya aliran darah dan tekanan darah (W. Price, 2006)
b. Jenis kelamin
penyakit ini sampai usia setelah menopause, tetapi pada pada kedua jenis
kelamin pada usia 60-70an frekuensi menjadi setara (W. L. Price, 2012).
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dan tekanan darah pada
perempuan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria
terjadinya
19
mikrovaskuler dan sabagai faktor risiko timbulnya komplikasi
melitus rata-rata selama 5-10 tahun dengan kadargula darah yang tidak
terkontrol yaitu dimana kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/Dl dan kadar
tekanan darah sistolik dari kedua arteri brachialis pada lengan dan kedua arteri
dorsalis pedis pada kaki setelah pasien beristirahat saat pasien dalam keadaan
Doppler 5 atau 10 Mhz. Pemeriksaan ABI disarankan memulai dari lengan kanan
kemudian kaki kanan, kaki kiri kemudian lengan kiri (Stanford Medicine, 2018)
20
Pemeriksaan tekanan darah ankle dilakukan di posisi kulit diatas dorsalis
pada kulit diatas dorsalis pedis dan arteri posterior tibialis kaki. Sinyal Doppler
dari dorsalis pedis dapat ditemukan pada lateral/garis tengah dorsum kaki,
kemudian operasikan Doppler genggam dan gel ultrasound setalah itu lakukan
pencarian sinyal pada dorsalis pedis dan perlahan pindahkan Doppler hingga
menggunakan teknik yang sama seperti dilengan hingga sinyal Doppler kembali
Kemudian lakukan pencarian sinyal dan ikuti proses seperti sebelumnya. Ulangi
mengambil hasil tekanan yang lebih tinggi dari kedua arteri dipergelangan kaki,
kemudian dibagi dengan nilai tekanan darah sistolik brakialis tertinggi diantara
kedua lengan (Stanford Medicine, 2018). Adapun rumus untuk mengukur nilai
21
5. Interpretasi nilai ankle brachial index (ABI)
Pada keadaan normal, nilai ABI lebih besar dari satu (>1).Jika nilai
ABI kurang dari satu telah ada indikasi penurunan aliran darah ke kaki. Nilai
ABI kurang dari 0,4 menunjukkan adanya iskemik berat (Antono and
Tabel 1
Pada penelitian Nadrati, Hajri, & Suharti, (2019), dengan judul penelitian
Puskesmas Gunungsari Lombok Barat, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
22
sampel total sampel. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Dengan
ABI penyandang DM dengan interpretasi normal ABI kanan 22 pasien (88%) dan
ABI kiri 23 pasien (92%), borderline perfusion ABI kanan terjadi pada usia 56 –
65 tahun yaitu sebanyak 2 pasien (66,7%), borderline perfusion ABI kiri terjadi
pada usia 56-65 tahun sebanyak 2 pasien (100%), borderline perfusion ABI
perfusion ABI kiri terjadi pada responden perempuan sebanyak 2 pasien (100%).
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nilai Ankle Brachial Index
36 orang (36,7%), dan responden berusia >60 tahun sebanyak 37 orang (37,9%).
23
Sedangkan klasifikasi nilai ABI menunjukkan bahwa 77,5% responden adalah
DM guna diagnosis awal sirkulasi bagi penderita DM. Pada pasien yang
memiliki ABI nornal diharapkan untuk dilakukan penyuluhan tentang diet dan
lanjut.
Hasil analisis hubungan antara nilai Ankle Brachial Indeks (ABI) dengan
Kualitas menunjukkan nilai ABI dengan kualitas hidup pasien DM kurang baik.
Hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara
Hal ini sejalan dengan penelitian Sonter & Chuter (2016), bahwa Nilai
bawah, penyakit arteri perifer (PAD) memiliki gejala asimtomatik atau dengan
gejala nyeri iskemik, luka yang proses penyembuhanya lama dan kehilangan
jaringan. Bahkan tanpa adanya gejala, PAD dikaitkan dengan kemampuan fisik
mengurangi mobilitas.Tes diagnostik PAD dengan akurasi ABI yang lebih besar
24
kemungkinan mencerminkan perubahan dalam kualitas hidup seseorang
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KerangkaKonsep
kerangka konsep adalah hubungan, kaitan antara konsep satu dengan yang
lainnya dari suatu masalah yang akan diteliti dan berguna untuk menjelaskan serta
menghubungkan topik yang akan dibahas (Setiadi., 2013). Dalam penelitian ini
Hiperglikemia pada DM
Produksi Nitric
Oxide (NO)
Dimielinisasi
26
Keterangan :
: yang diteliti
: alur pikir
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
2. Variabel bebas
variable lain (Nursalam, 2017). Variable bebas dalam penelitian ini adalah
3. Definisi operasional
merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang
27
variablesangat diperlukan, terutama untuk menentukan alat atau instrument
Tabel 2
BAB IV
28
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual
digunakan adalah studi kasus (Setiadi., 2013). Penelitian studi kasus merupakan
penelitian dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang
tersiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat berarti satu orang, kelompok
penduduk yang terkena suatu masalah.Unit yang menjadi masalah tersebut secara
mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri,
maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan
tertentu, meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit
29
1. Tempat Penelitian
dengan dasar pertimbangan angka pasien DM Tipe 2 yang tinggi dan meningkat
dari tahunsebelumnya.
2. Waktu Penelitian
penelitian yang dimulai dari bulan Maret hingga bulan April 2021. Adapun
1. Populasi Penelitian
(Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2
terdata baik dari kunjungan maupun skrining pada tahun 2020 sebanyak 78 orang
dengan rata – rata jumlah kunjungan pasien DM Tipe 2 yang setiap bulan
sebanyak 25 orang.
2. Sempel Penelitian
1. Kriteria inklusi
30
Kriteriainklusiadalahkarakteristikumumsubjekpenelitiandansuatupopul
asi target yang terjangkau dan akan dilakukan penelitian (Nursalam, 2017).
2. Kriteria eksklusi
N . z2 . p . q
n= 2 2
d ( N −1 )+ z . p . q
Keterangan :
N = jumlah populasi
31
z = nilai standar normal untuk α = 0.05 (1,96)
q = 1-p
4. Teknik Sampling
(Sugiyono, 2016)
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti
Data primer dalam penelitian ini adalah pemeriksaan ABI yang langsung
32
Pengumpulan data merupakan suatu proses melakukan pendekatan
kepada suatu subjek dan adanya suatu proses pengumpulan subjek yang
studi dokumen.
untuk mengumpulkan sebuah data dengan cara tanya jawab sambil tatap
2014)
data.
c. Melakukan pemilihan subjek sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang
sudah dibuat.
33
penderita DM tipe II website repository Poltekes Kemenkes Denpasar yang
sudah ada.
membandingkan data dari website repository yang sudah ada dengan teori
f. Peneliti wajib memberikan kesimpulan dan saran dari hasil pengamatan dan
observasi yang aplikatif sesuai dengan hasil pembahasan yang sudah dibuat.
ada, yang selanjutnya dituang dalam bentuk opini pada pembahasan. Teknik
analisis dilakukan dengan cara menuliskan jawaban dari hasil wawancara yang
narasi. Selanjutnya teknik analisis yang digunakan berupa observasi oleh peneliti
suatu intervensi (Nursalam, 2017). Adapun urutan proses analisis data, terdiri
atas:
34
Desain studi kasus deskriptif yang dipilih untuk studi kasus menentukan
model penyajian data yang akan dilakukan. Data dapat disajikan secara
terstruktur, narasi, dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari
terjamin kerahasiaannya.
pengumpulan data, serta menganalisis data (selama proses penelitian atau riset
F. Etika Penelitian
35
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subjek penelitian
(Gunawan, 2015)
3. Confidentially (kerahasiaan)
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian
(Gunawan, 2015)
36
DAFTAR PUSTAKA
Aboyans, V., Lacroix, P. (2012). ). The prognosis of diabetic patients with high
anklebrachial index depends on the coexistence of occlusive peripheral
artery disease. 984–991.
American Heart Association. (2012). Measurement and Interpretation of the
Ankle Brachial Index: A Scientific Statement from the American Heart
Association, Circulation.
Anggraini, Dian., Hidayat, W. (2014). Korelasi Kadar Gula Darah Dengan Nilai
Angkle Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2013. 1.
Be Healthy Enthusiast. (2012). Diabetic Foot Ulcer.
Bilous, R. &Donelly, R. (2014). Buku Pegangan Diabetes. jakarta: Bumi Medika.
Bryant, R. A. (2016). Acute & Chronic Wounds: Current Management Concepts.
Corwin, E. J. (2009). buku Saku Patofisiologi. jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 (A. Kam, Y. P. Efendi, G. P. Decroli,
& A. Rahmadi, Eds.). Padang: Pusat penerbitan bagian ilmu penyakit dalam.
Dinkes Provinsi Bali. (2018). Profil KesehatanProvinsi Bali.
Doza, B. M. K., Sonia Chopra, &RohitKapoor. (2012). Cardiovascular Risk
FactorsandDistributionsoftheAnkle-BrachialIndexamongType2Diabetes
Mellitus Patients.
Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, P. J., & Wicaksono, A. (2016). Hubungan antara Nilai Ankle Brachial
Index dan Gangguan Fungsi Kognitif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Kota Pontianak,. 2, 516–532.
Internation al Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition.
Dunia: IDF.
Irianto, K. (2015). Memahami berbagai penyakit (penyebab, gejala, penularan,
pengobatan, pemulihan, danpencegahan. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Riskesdas 2018. jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Khairani. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan RI.
Kowalak, J. P. (2011). Buku ajar patofisiologi / editor, Jennifer P. Kowalak,
William Welsh, Brenna Mayer ( monika E. Renata komalasari, Anastasi
37
Ommy, Ed.). jakarta: EGC.
Nadrati, B., Hajri, Z., & Suharti, S. (2019). Gambaran Nilai Ankle Brachial Index
(Abi) Pada Penyandang Dm Tipe 2 Di Puskesmas Gunungsari Lombok
Barat. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(2), 128–135.
https://doi.org/10.33024/hjk.v13i2.1392
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan praktis.
jakarta: Salemba Medika.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. jakarta: PB.PERKENI.
Potier L, Abi Khalil C, Mohammedi K, et al. (2016). Use and Utility of Ankle
Brachial Index in Patients with Diabetes. Eur J Vasc Endovasc Surg. 1, 110–
116.
Potter, D, & Perry, A. (2005). Buku Ajar: Fundamental keperawatan, konsep,
proses dan praktik (4th ed.). jakarta: EGC.
Price, W. (2006). Patofisiologi Vol2 ;Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. (2nd
ed.). jakarta: EGC.
Price, W. L. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses - proses penyaki (6th ed.).
jakarta: EGC.
Rudy, B., & Richard, D. (2014). Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (2nd ed.).
yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S.C. & Bare, B. . (2012). ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8th ed.). yogyakarta: EGC.
Stanford Medicine. (2018). Measuring and Understanding the Ankle Brachial
Index (ABI),Stanford Medicine.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif ,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: : Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Supardi, S. dan R. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. jakarta:
Trans info media.
Tanto, Chris, et al. (2014). ). Kapitaselekta kedokteran (Chris Tanto et al, Ed.).
jakarta: Media Aesculapius.
Trina Parkin, R. L. B. (2018). Guidelines for Measurement of Ankle Brachial
Pressure Index Using Doppler Ultrasound’. 1–5.
Wahyuni, A., & Arisfa, N. (n.d.). Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan
38
Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan.
2, 155–164.
Waspadji, S. (2010). Komplikas Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,
Diagnosis dan Strategi Pengelolaan (Buku Ajar). jakarta: Interna
Publisihing.
WHO. (2016). Global Report On Diabetes Executive Summary.
39
Lampiran 1
Waktu
No Kegiatan Jan 2021 Feb 2021 Maret April 2021 Mei 2021
2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal
2 Pengumpulan
Proposal
3 Seminar
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Pengurusan
izin
Penelitian
6 Pengambilan
Data KTI
7 Penyusunan
KTI
8 Pengumpulan
KTI
9 Ujian KTI
10 Perbaikan
KTI
11 Penyerahan
KTI
Lampiran 2
40
No Keterangan Biaya
1 Tahap Persiapan
41
Lampiran 3
Pengumpulan Data
42
38
39
40
41
42
43
43