Anda di halaman 1dari 55

ULASAN PENELITIAN

GAMBARAN ANKEL BRACHIAL INDEX PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH DESA
PEGUYANGAN KANGIN

Oleh:
I WAYAN CAHYADI
NIM. P07120018139

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2021

i
USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ANKLE BRACHIAL INDEX PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH DESA
PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2021

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Jurusan Keperawatan

Program Diploma III

Oleh :

I WAYAN CAHYADI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN
GAMBARAN ANKLE BRACHIAL INDEX PADA PENDERITA
DIABETES MELTUS TIPE II DI WILAYAH DESA
PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2021

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

I Dw. Pt. Gd. Putra Yasa,S.Kp.M.Kep.Sp.MB V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.M.Pd.
NIP.197108141994021001 NIP. 195812191985032005

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Denpasar

Ners. I Made Sukarja, S.Kep.M.Kep


NIP. 196812311992031020

iii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL :
GAMBARAN PENGGUNAAN BAHAN HERBAL PADA
PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2021

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI :…………….
TANGGAL :…………….

TIM PENGUJI :
1. I Wayan Surasta, SKp.,M.Fis (Ketua) (…………….)
NIP.196512311987031015

2. I Dw. Pt. Gd. Putra Yasa,S.Kp.M.Kep.Sp.MB ( Anggota I) (…………….)


NIP.197108141994021001

3. V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.M.Pd. (Anggota II) (…………….)


NIP. 195812191985032005

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Denpasar

Ners. I Made Sukarja, S.Kep.M.Kep


NIP. 196812311992031020

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : I Wayan Cahyadi

NIM : P07120018139

Program Studi : DIII

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2021

Alamat : Jl. Cekomaria, Br. Cengkilng, Desa Peguyangan Kangin,

Denpasar Utara

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Ankle Brachial Index Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe II Di Wialayah Desa Peguyangan Kangin adalah benar
karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, Februari 2021


Yang membuat pernyataan

I Wayan Cahyadi
NIM. P07120018139

v
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyusun
penelitian dengan judul “Gambaran Ankle Brachial Index Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Desa Peguyangan Kangin Tahun 2021” tepat pada
waktunya.

Penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha peneliti


sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat
dalam penyusunan penelitian ini. Untuk itu melalui kesempatan ini peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH selaku Direktur Poltekkes


Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program pendidikan
DIII Keperawatan Poltekkes Denpasar.
2. Bapak Ners. I Made Sukarja, S.Kep. M.Kep selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan selama
pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas
dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.
3. Bapak I Nengah Sumirta,SST,M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan selama
pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas
dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.
4. Bapak I Dw. Pt. Gd. Putra Yasa, S.Kp.M.Kep.Sp.MB selaku pembimbing
utama yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan
serta mengarahkan peneliti dalam menyelesesaikan penelitian ini.
5. Ibu V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.M.Pd. selaku pembimbing pendamping
yang telah yang banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan
serta mengarahkan peneliti dalam menyelesesaikan penelitian ini.

vi
6. Ibu Ni Nyoman Hartati.,S.Kep.Ns.M.Biomed selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan di
Jurusan Keperawatan Politehnik Kesehatan Denpasar.
7. Orang tua serta saudara yang telah memberikan motivasi dan dukungan penuh
dalam penyusunan penelitian ini.
8. Teman-teman kelas 3.4 D-III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar yang telah memberikan motivasi dan membantu dalam menyusun
penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini, yang
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata,
semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Februari 2020

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

USULAN PENELITIAN ................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

B. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 5

C. Manfaat Studi Kasus ............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8

A. Konsep Dasar DiabetesMelitus ............................................................ 8

1. Pengertian ...................................................................................... 8

2. Klasifikasi ...................................................................................... 8

3. Etiologi .......................................................................................... 9

4. Patofisiologi ................................................................................... 11

5. ManifestasiKlinis ........................................................................... 12

6. Komplikasi ..................................................................................... 13

7. Penatalaksanaan ............................................................................. 14

viii
B. Konsep Dasar Ankle Brachial Index (ABI) ......................................... 17

1. Pengertian ...................................................................................... 17

2. Tujuan pengukuran ankle brachial index (ABI) ............................ 18

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ankle brachial index (ABI) .... 18

4. Cara pengukuran ankle brachial index (ABI) ................................ 20

5. Interpretasi nilai ankle brachial index (ABI) ................................. 22

C. Gambaran ABI Pada Pasien DM Tipe 2............................................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 26

A. Kerangka Konsep ................................................................................. 26

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 27

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 29

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 30

1. Tempat Penelitian .......................................................................... 30

2. Waktu Penelitian ............................................................................ 30

C. Populasi dan Sempel Penelitian ........................................................... 30

1. Populasi Penelitian ......................................................................... 30

2. Sempel Penelitian .......................................................................... 30

3. Jumlah dan Besar Sempel .............................................................. 31

4. Teknik Sampling ............................................................................ 32

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 32

1. Jenis Data yang di Kumpulkan ...................................................... 32

2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 33

ix
3. Langkah-langkah pengumpulan data ............................................. 33

E. Metode Analisis Data .......................................................................... 34

F. Etika Penelitian .................................................................................... 35

1. Inform consent (persetujuan menjadi klien) .................................. 35

2. Anonymity (tanpa nama) ................................................................ 36

3. Confidentially (kerahasiaan) .......................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interpretasi Nilai Ankle Brachial Index (ABI) ................................. 22

Tabel 2. Definisi oprasional Ankle Brachial Index pada penderita Diabetes

melitus tipe II ................................................................................................... 28

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 40

Lampiran 2. Rencana Anggaran Biaya Penelitian ........................................... 41

Lampiran 3. Pengumpulan Data ...................................................................... 42

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes masuk dalam masalah kesehatan masyarakat yang penting,

menjadi salah satu dari empat penyakit yang tidak menular pioritas di

dunia.Diabetes Melitus merupakan penyakit krons serius yang terjadi karena

pancreas tidak mampu menghasilkancukup insulin (Khairani, 2018).Sembilan

puluh persen dari kasus diabetes adalah Diabetes Melitus tipe II dengan

karakteristik gangguan sensitivitas insulin atau gangguan sekresi insulin.

Diabetes Melitus muncul ketika tubuh tidak mampu lagi memproduksi

cukup insulin untuk mengkompensasi peningkatan insulin resisten (Decroli,

2019). Jumlah kasus dan prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat selama

berapa decade terakhir. Diperkirakan 422 juta orang dewasa di dunia hidup

dengan Diabetes Melitus pada tahun 2014 dibandingkan dengan 108 juta pada

tahun 1980.

Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah

meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980. Hal ini mencerminkan

peningkatan faktor resiko terkait, seperti kelebihan berad badan atau obesitas

(WHO, 2016).

Prevalensi Diabetes Melitus selama beberapa tahun terakhir meningkat

lebih cepat di Negara berpengasilan rendah dan menengah daripada Negara

berpenghasilan tinggi.Dibetes menyebabkan 15 juta kematian pada tahun

1
2012.Gula darah yang meningkat mengakibatkan meningkatnya risiko penyakit

kardiovaskular dan lainnya. Sebanyak 43% dari 3,7 juta kematian ini terjadi

sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang

terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi terjadi pada Negara- negara dengan

berpenghasilan rendah dari menengah daripada Negara-negara berpenghasilan

tinggi (WHO, 2016).

WHO memperkirakan bahwa secara global, 422 juta orang dewasa berusia

di atas 18 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Estimasi prevalensi

penderita diabetes usia dewasa di atas 18 tahun tertinggi berasal dari Mediterania

Timur dengan kenaikan estimasi prevalensi pada tahun 1980 hingga 2014

sebanyak 7,8. Di posisi kedua adalah Asia Tenggara dengan kenaikan sebanyak

4,5. Di susul oleh Afrika dan Pasifik Barat yaitu sebanyak 3, kemudian Amerika

dan yang terakhir Eropa. Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah

meningkat antara tahun 1980 dan 2014 sekitar empat kali lipat (Khairani, 2018).

Faktor risiko diabetes sering dikaitkan dengan gaya hidup, namun jumlah

kematian akibat penyakit kardiovaskuler dan diabetes cenderung lebih banyak

terjadi di Negara berkembang dibandingkan dengan Negara maju. Menurut data

WHO estimasi jumalah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mendapatkan

peringkat nomer empat yaitu dengan 21,3 juta penduduk pada tahun 2030.

Kenaikan yang cukup signifikan yaitu 12,4 juta penduduk sejak tahun 2000

hingga 2020 (Khairani, 2018). Dari data di atas bukan tidak mungkin indonesi

akan menaikan peringkatnya jika tidak diimbangi dengan upaya pencegahan dan

pengobatan untuk penderita Diabetes Melitus.

2
Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2018), prevalensi penderita Diabetes

Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur adalah 1,5 %.

Dengan prevalensi jumlah pria dan wanita 1,2 dan 1,8 %. Dari data tersebut juga

memaparkan bahwa penduduk dengan pendidikan tamat perguruan tinggi

memiliki prevalensi tertinggi mengidap Diabetes Melitus. Kemudian perkerjaan

yang memiliki prevalensi tertinggi adalah PNS, TNI, Polri, BUMN, dengan

jumlah 4,2%. Prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk umum diatas 15 tahun

tertinggi di Indosensi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Provinsi Bali menduduki peringkat kesembilan belas dan prevalensi

Diabetes Melitus pada penduduk di atas 15 tahun pada tahun 2018. Jumlah total

penderita yang tercatat pada tahun 2018 adalah 67,172 penduduk tersebar di 9

kabupaten dan kota. Namun jumlah penderita yang mendapatkan pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan standar adalah 36,234 penduduk.Kabupaten dengan

jumlah penderita Diabetes Melitus tertinggi adalah Gianyar, dengan 26,782.Kota

Denpasar dengan jumlah 9.123 penduduk yang menderita Diabetes Melitus

mendapat posisi kedua. Namun dalam jumlah penderita yang mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar, kota Denpasar mendapat peringkat

terakhir dengan jumlah 2.312 atau hanya 25,3% (Dinkes Provinsi Bali, 2018).

Salah satu bentuk komplikasi kronik yang umum dijumpai pada

penyandang diabetes melitus adalah diabetic foot ulcer. Insidensi diabetic foot

ulcer pada penderita diabetes dilaporkan sekitar 1-4% dan akan berisiko dilakukan

amputasi (ujung kaki, kaki, atau tungkai) pada pasien tersebut sebesar 10-30 kali

lipat (Bilous, R. & Donelly, 2014). Penelitian lain yang dilakukan di Amerika

3
Serikat juga diperoleh data bahwa sekitar 85% kasus amputasi ekstremitas bawah

diakibatkan oleh diabetes yang mengawali terbentuknya ulserasi kaki.

Diestimasikan kejadian amputasi kaki terjadi setiap 20 detik karena

komplikasi dari diabetes (Aboyans, V., Lacroix, P., 2012)..Sebagian besar kasus

diabetic foot ulcer ini terjadi sebagai hasil manifestasi akhir timbulnya kelainan

berupa neuropati perifer, kelainan vaskuler (PAD) ataupun gabungan keduanya

pada penderita diabetes yang telah lama sakit dengan kondisi kontrol glukosa

darah yang buruk.(Brownrigg, 2012; Hinchiffle et al, 2012).Pemeriksaan evaluasi

vaskuler yang sering digunakan untuk penderita DM yang mengalami PAD salah

satunya adalah dengan mengukur nilai angkle brachial index (ABI) (Potier L,

Abi Khalil C, Mohammedi K, 2016).

Ankle brachial indexs (ABI) merupakan pemeriksaan sederhana dan non-

invasif yang mudah, murah dan aman.American Diabetes Association (ADA)

merekomendasikan ABI sebagai tes untuk evaluasi vaskuler tungkai.Pemeriksaan

ABI dapat menilai tingkat obstruksi pada arteri ekstermitas bawah (Decroli,

2019).ABI adalah metode sederhana dengan mengukur tekanan darah pada daerah

ankle (kaki) dan brachial (tangan). Hasil pengukuran ABI menunjukan keadaan

sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan rentang nilai sama atau lebih 0,90

menunjukan bahwa sirkulasi ke darah tungkai normal dan apabila kurang dari

0,90 dinyatakan sirkulasi ke kaki mengalami obstruksi (Wahyuni, A., & Arisfa,

n.d.).

ABI adalah perbandingan tekanan darah sistolik yang diukur pada ateri

pergelangan kaki (dorsalis pedis dan tibia posterior) dan arteri brachial. ABI juga

4
disebut dengan ankle arm index, ankle arm ratio atau winsor index (American

Heart Association, 2012). Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata score ABI

pada pasien Diabetes Melitus adalah 0,99 ± 0,167. Score ABI terendah adalah

0,60 dan score Ankle ABI tertinggi adalah 1,20. Hasil ini menunjukan bahwa

telah terjadi PAD pada responden yang menderita DM.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh anggraini

dan hidayat, dalam hasil penelitiannya didapatkan rata-rata score ABI 0,95 pada

pasien Diabetes Melitus. Hal ini menunjukan bahwa kondisi diabetes melitus

dapat mempengaruhi score ABI pasien (Anggraini, Dian., Hidayat, 2014).

Seseorang dengan diabetes melitus memiliki risiko 1.102 kali untuk

memiliki nilai ABI yang tidak normal (Mutmainah, Pintaningrum, & Asmara,

2017). Menurut penelitian (Doza, B. M. K., Sonia Chopra, 2012) didapatkan

prevalensi ABI dengan kategori rendah pada prerempuan lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki 4,47% pada laki-laki dan 4,67% pada perempuan

dengan diabetes melitus tipe II. Hasil penelitian (Hasibuan, P. J., & Wicaksono,

2016) menyatakan bahwa dari 80 responden yang menderita Diabetes Melitus tipe

II sebanyak 41 orang (51,25) memiliki nilai ABI abnormal sedangkan subjek

penelitian dengan ABI normal yaitu sebanyak 39 orang (48,75%).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan

masalahSebagai berikut “Bagaimanakah Gambaran Ankle Brachial Index pada

penderita Diabetes Melitus Tipe II di wilayahDesa Peguyangan Kangin.

5
C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Ankle Brachial Index pada penderita Diabetes

Melitus Tipe II di wilayah Desa Peguyangan Kangin

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi lama penderita diabetes melitus pada penderita

diabetes melitus tipe II

b. Mengidentifikasi gambaran umur, jenis kelamin dan riyawat diabetic

ulcer pada penderita diabetes militus Tipe II

c. Mengidentifikasi nilai Ankle Brachial Index pada penderita diabetes

melitus tipe II

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat teoritis

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan acuan untuk pelayanan kesehatan dalam upaya

pencegahan komplikasi, seperti PAD, CAD, ulkus dan penyakit

kardiovaskular lainnya pada penderita DM secara dini dengan

melakukan pemeriksaan ABI.

b. Bagi institusi pendidikan

Memberikan gambaran dan menyediakan data dasar yang dapat di

gunakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan kasus diabetes

melitus.

6
c. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah informasi bagi peneliti terkait dengan

hubungan lama menderita diabetes melitus dengan nilai ABI serta turut

melakukan upaya pencegahan terjadinya komplikasi, seperti PAD,

CAD, ulkus dan penyakit kardiovaskular lainnya pada penderita

diabetes melitus tipe 2.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Manfaat bagi penulis adalah penulis mempunyai pengetahuan dan

pengalaman dalam mengukur Angkle Brachial Index pada penderita

Diabetes Melitus tipe II

b. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi penderita diabetes

melitus untuk mengindentifikasi lebih dini adanya komplikasi diabete

melitus tipe 2, seperti Peripheral Arterial Disease (PAD), Coronary

Artery Desease (CAD), ulkus dan penyakit cardiovaskular lainnya

dengan cara melakukan pemeriksaan ABI.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar DiabetesMelitus

1. Pengertian

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang terjadi ketika tubuh tidak

dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tidak mampu menggunakan insulin

(Internation al Diabetes Federation, 2015) Sumber lain mengatakan diabetes

melitus (DM) adalah penyakit kronis karena pankreas tidak mampu mensekresi

insulin atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Arista, Putu,

Putra, Wedri, & Made, n.d.). Diabetes melitus tipe II merupakan dampak dari

gangguan sekresi insulin dan resistensi terhadap kerja insulin yang sering kali

disbabkan oleh obesitas (Rudy, B., & Richard, 2014)

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar

glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi,

kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu

2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa

adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-

140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula

maupun mengandung karbohidrat (Irianto, 2015)

2. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus menurut Smeltzer, S.C. & Bare, (2012) ada 3

8
yaitu:

a. Tipe 1 (Diabetes melitus tergantunginsulin)

Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Diabetes

melitus tipe 1 ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas akibat

faktor genetik, imunologis, dan juga lingkungan. DM tipe 1 memerlukan

injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.

b. Tipe 2 (Diabetes melitus tak – tergantunginsulin)

Sekitar 90% sampai 95% pasien mengalami diabetes tipe 2. Diabetes

tipe2 disebabkan karena adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin

(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang diproduksi.

c. Diabetes mellitusgestasional

Diabetes gestasional ditandai dengan intoleransi glukosa yang muncul

selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.Risiko

diabetes gestasional disebabkan obesitas, riwayat pernah mengalami

diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang pernah

mengalami diabetes.

3. Etiologi

Diabetes melitus menurut (Kowalak, 2011) mempunyai beberapa penyebab,

yaitu:

a. Hereditas

Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan

antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.

9
b. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin,stress)

Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas.

Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress

fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol,

epinefrin, glucagon, dan hormon pertumbuhan), sehingga meningkatkan

kadar glukosa darah.

c. Perubahan gayahidup

Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan gaya

hidup, menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan

kegemukan dan beresiko tinggi terkena diabetes melitus

d. Kehamilan

Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan

kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.

e. Usia

Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus

f. Obesitas

Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh.

Insulin yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efekmetabolic.

g. Antagonisasi

efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain

diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptifhormonal.

10
4. Patofisiologi

Ada berbagai macam penyebab diabetes melitus menurut (W. L. Price,

2012) dan (Kowalak, 2011)) yang menyebabkan defisiensi insulin, kemudian

menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula

baru (glukoneugenesis) dan menyebabkan metabolisme lemak meningkat.

Kemudian akan terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Peningkatan

keton didalam plasma akan mengakibatkan ketonuria (keton dalam urin) dan

kadar natrium akan menurun serta pH serum menurun dan terjadi asidosis.

Defisiensi insulin mengakibatkan penggunaan glukosa menurun,

sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam plasma tinggi (hiperglikemia).

Jika hiperglikemia parah dan lebih dari ambang ginjal maka akan

menyebabkan glukosuria. Glukosuria akan menyebabkan diuresis osmotik

yang meningkatkan peningkatan air kencing (polyuria) dan akan timbul rasa

haus (polidipsi) yang menyebabkan seseorang dehidrasi (Kowalak, 2011)

Glukosuria juga menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga

menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polifagia). Penggunaan glukosa oleh

selmenurun akan mengakibatkan produksi metabolisme energi menurun

sehingga tubuh akan menjadi lemah (W. L. Price, 2012)

Hiperglikemia dapat berpengaruh pada pembuluh darah kecil, sehingga

menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen ke perifer berkurang.Kemudian bisa

mengakibatkan luka tidak kunjung sembuh karena terjadi infeksi dan

gangguan pembuluh darah akibat kurangnya suplai nutrisi dan oksigen (W. L.

Price, 2012) Gangguan pembuluh darah mengakibatkan aliran darah ke retina

11
menurun, sehingga terjadi penurunan suplai nutrisi dan oksigen yang

menyebabkan pandangan menjadi kabur.Akibat utama dari perubahan

mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal yang

menyebabkan terjadinya nefropati yang berpengaruh pada saraf perifer, sistem

saraf otonom serta sistem saraf pusat (W. L. Price, 2012)

5. ManifestasiKlinis

Menurut Smeltzer, S.C. & Bare, (2012) penurunan berat badan dapat

menjadi gambaran awal pada pasien DM khususnya DM tipe 2, namun

penurunan berat badan tersebut tidak signifikan dan tidak terlalu

diperhatikan.Sebagian besar penderita DM tipe 2 yang baru terdiagnosis

memiliki berat badan yang berlebih. Menurut Corwin, (2009) gejala lain yang

biasa muncul pada pasien DM yaitu :

a. polyuria, (peningkatan pengeluaran urine) terjadi apabila peningkatan

glukosa melebihi nilai ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa, maka akan

terjadi glukossuria. Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yang secara

klinis bermanifestasi sebagai poliuria.

b. Polydipsia (peningkatan rasa haus) terjadi karena tingginya kadar glukosa

darah yang menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini

terjadi karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati pori-

pori membran sel. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme

protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk

menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada

pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan kelelahan

12
c. Polyfagia (peningkatan rasa lapar) terjadi karena penurunan aktivitas

kenyang di hipotalamus. Glukosa sebagai hasil metabolisme karbohidrat

tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga menyebabkan terjadinya

kelaparan sel.

6. Komplikasi

Komplikasi dari diabetes mellitus menurut Smeltzer, S.C. & Bare,

(2012) dan Tanto, Chris, (2014) diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan

komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang

berlangsung dalam jangka waktu pendek yang mencakup:

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami

penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala

pusing,gemetar, lemas, pandangan kabur, keringat dingin, serta

penurunan kesadaran.

b. Ketoasidosis Diabetes(KAD)

KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic

akibat pembentukan keton yangberlebih.

c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik(SNHH)

Suatu keadaan koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang

menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan

dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum.

13
Komplikasi kronik menurut Smeltzer, S.C. & Bare, (2012) biasanya

terjadi pada pasien yang menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun.

Komplikasinyamencakup:

a. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini

memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh

darahotak.

b. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini

memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula

darah untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular maupun

makrovaskular.

c. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom

yang mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkuskaki.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada pasien diabetes menurut Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia, (2015) dan Kowalak, (2011)) dibedakan menjadi

dua yaitu terapi farmakologis dan non farmakologi:

a. Terapi farmakologi

Pemberian terapi farmakologi harus diikuti dengan pengaturan pola

makan dan gaya hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral

dan obat suntikan, yaitu:

1) Obat anti hiperglikemia oral

14
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2015)

berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi beberapa golongan,

antara lain:

a) Pemacu sekresi insulin: Sulfonilurea danGlinid

Efek utama obat sulfonilurea yaitu memacu sekresi insulin oleh sel

beta pancreas. cara kerja obat glinid sama dengan cara kerja obat

sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase

pertama yang dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.

b) Penurunan sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion

(TZD )Efek utama metformin yaitu mengurangi produksi glukosa hati

(gluconeogenesis) dan memperbaiki glukosa perifer. Sedangkan efek

dari Tiazolidindion (TZD) adalah menurunkan resistensi insulin

dengan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan

glukosa di perifer.

c) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa Fungsi

obat ini bekerja dengan memperlambat absopsi glukosa dalam usus

halus, sehingga memiliki efek menurunkan kadar gula darah dalam

tubunh sesudahmakan.

d) Penghambat DPP-IV (DipeptidylPeptidase-IV) Obat golongan

penghambat DPP-IV berfungsi untuk menghambat kerja enzim DPP-

IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi

yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan

sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon sesuai kadar glukosa

darah (glucosedependent).

15
2) Kombinasi obat oral dan suntikaninsulin

Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak

dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral dan

insulinbasal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang

diberikan pada malam hari menjelang tidur. Terapi tersebut biasanya dapat

mengendalikan kadar glukosa darah dengan baik jika dosis

insulinkecilataucukup.Dosisawalinsulinkerjamenengahadalah6-10 unit

yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis

tersebut dengan melihat nilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.

Ketika kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali

meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi

kombinasi insulin basal dan prandial, serta pemberian obat

antihiperglikemia oral dihentikan (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,

2015)

b. Terapi nonfarmakologi

Terapi non farmakologi menurut Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia, (2015) dan Kowalak, (2011) yaitu:

1) Edukasi

Edukasi bertujuan untuk promosi kesehatan supaya

hidupmenjadi sehat.Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan

dan bisa digunakan sebagai pengelolaan DM secaraholistic.

2) Terapi nutrisi medis (TNM)

16
Pasien DM perlu diberikan pengetahuan tentang jadwalmakan

yang teratur, jenis makanan yang baik beserta jumlah kalorinya,

terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah

maupun insulin.

3) Latihan jasmani atauolahraga

Pasien DM harus berolahraga secara teratur yaitu 3 sampai 5

hari dalam seminggu selama 30 sampai 45 menit, dengan total 150

menit perminggu, dan dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari

berturut-turut. Jenis olahraga yang dianjurkan bersifat aerobic dengan

intensitas sedang yaitu 50 sampai 70% denyut jantung maksimal

seperti: jalan cepat, sepeda santai, berenang,dan jogging. Denyut

jantung maksimaldihitung dengan cara: 220 – usia pasien.

B. Konsep Dasar Ankle Brachial Index (ABI)

1. Pengertian

Ankle Brachial Index (ABI) merupakan rasio atau perbandingan antara

tekanan darah sistolik yang diukur pada pergelangan kaki dengan arteri

brachialis.Pertama kali diperkenalkan oleh Winsor pada tahun 1950 yang

kemudian diusulkan sebagai metode diagnosis PAD yang bersifat non-invasif.

Kemudian dari studi-studi yang terus dikembangkan dalam beberapa dekade

terakhir telah berhasil membuktikan bahwa ABI bukan hanya sekedar metode

diagnostik, namun juga sebagai salah satu indikator atherosklerotik sistemik

dan juga sebagai penanda prognostik untuk kejadian kardiovaskular dan

gangguan fungsional walaupun tanpa disertai gejala klinis PAD (Aboyans, V.,

Lacroix, P., 2012)

17
2. Tujuan pengukuran ankle brachial index (ABI)

Pemeriksaan non invasif ini digunakan untuk menskrining pasien yang

mengalami insufisiensi arteri untuk mengetahui status sirkulasi ekstremitas

bawah dan resiko luka vaskuler serta mengidentifikasi tindakan lebih

lanjut.Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien DM tipe II terutama yang

memiliki faktor resiko seperti, merokok, obesitas, dan tingginya kadar

trigliserida dalam darah berdasarkan hasil laboratorium (Bryant, 2016)

Menurut (Trina Parkin, 2018) pengukuran ankle brachial index (ABI)

dilakukan untuk penilaian yang holistik dalam beberapa keadaan antara lain:

a. Sebagai bagian dan pengkajian menyeluruh pada ulserasi kaki.

b. Kekambuhan dan ulserasi kaki.

c. Sebelum dimulainya atau permulaan dan tetapi kompresi (penekanan).

d. Warna atau temperatur kaki berubah.

e. Bagian dan pengkajian yang terus menerus (kontinyu).

f. Pengkajian dan penyakit vaskuler perifer.

g. Untuk monitor perkembangan dan penyakit.

Kontraindikasi dalam pengukuran ankle brachial index (ABI) antara

lain : cellulitis, deep vein thrombosis, ulserasi kronis di daerah pergelangan

kaki.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ankle brachial index (ABI)

Prevalensi ABI yang rendah atau patologis meningkat pada subjek

diabetes dan berhubungan dengan usia, lamanya diabetes, dan jenis kelamin.

a. Usia

18
Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring

bertambahnya usia. Namun pada pasien diabetes melitus tipe II dengan

onset terjadi di atas umur 30 tahun, sering kali diantara usia 40-60 tahun,

mengalami gangguan tekanan darah oleh karena resistensi insulin. Makin

bertambah usia, insulin pada perempuan meningkat sedangkan pada laki-

laki menurun. Resistensi insulin menyebabkan gangguan metabolisme

lemak yaitu dislipidemia, yang mempercepat proses aterosklerosis dan

berdampak terganggunya aliran darah dan tekanan darah (W. Price, 2006)

b. Jenis kelamin

Secara keseluruhan risiko aterosklerosis koroner lebih besar pada

laki-laki dari pada perempuan. Perempuan agaknya relatif kebal terhadap

penyakit ini sampai usia setelah menopause, tetapi pada pada kedua jenis

kelamin pada usia 60-70an frekuensi menjadi setara (W. L. Price, 2012).

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dan tekanan darah pada

anak laki-laki ataupun perempuan.Setelah pubertas, pria cenderung

memiliki bacaan tekanan darah lebih tinggi. Setelah menopause,

perempuan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria

pada usia tersebut (Potter, D, & Perry, 2005)

c. Durasi penyakit diabetes melitus yang lama

Lama menderita diabetes melitus tipe II dapat menyebabkan

terjadinya

komplikasi. Penyebab yang spesifik dan pathogenesis setiap komplikasi

masih terus diselidiki, namun peningkatan kadar glukosa darah tampaknya

berperan dalam proses terjadinya kelainan neuropatik, komplikasi

19
mikrovaskuler dan sabagai faktor risiko timbulnya komplikasi

makrovaskuler. Komplikasi jangka panjang tampak pada diabetes I dan II

(Waspadji, 2010). Komplikasi terjadi pada pasien yang menderita diabetes

melitus rata-rata selama 5-10 tahun dengan kadargula darah yang tidak

terkontrol yaitu dimana kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/Dl dan kadar

gula darah puasa ≥ 126 mg/Dl (Be Healthy Enthusiast, 2012)

4. Cara pengukuran ankle brachial index (ABI)

Pemeriksan ABI pada pasien DM dilakukan dengan cara mengukur

tekanan darah sistolik dari kedua arteri brachialis pada lengan dan kedua arteri

dorsalis pedis pada kaki setelah pasien beristirahat saat pasien dalam keadaan

terlentang selama 10 menit. Tekanan sistolik dievaluasi dengan instrumen

Doppler 5 atau 10 Mhz. Pemeriksaan ABI disarankan memulai dari lengan kanan

kemudian kaki kanan, kaki kiri kemudian lengan kiri (Stanford Medicine, 2018)

Pemeriksaan tekanan darah brachial dilakukan saat pasien dalam posisi

terlentang.Tempatkan manset tekanan darah dilengan dengan posisi sejajar

jantung.Tempatkan gel ultrasound di fossa antecubital diatas denyut nadi

brachialis pasien.Letakkan transduser Doppler genggam pada gel, dan posisikan

transduser untuk memaksimalkan intensitas sinyal. Manset akan

mengembanghingga sekitar 20 mmHg diatas tekanan darah pasien pada kondisi

biasanya. Sinyal Doppler perlahan hilang, kemudian perlahan-lahan manset akan

mengempis sekitar 1 mmHg/detik. Ketika sinyal Doppler kembali muncul,

tekanan dari manset sama dengan tekanan sistolik brakialis kemudian

dokumentasikan tekanan sistolik brakialis (Stanford Medicine, 2018)

20
Pemeriksaan tekanan darah ankle dilakukan di posisi kulit diatas dorsalis

pedis kemudian segera pasang manset. Penempatan gel ultrasound diletakkan

pada kulit diatas dorsalis pedis dan arteri posterior tibialis kaki. Sinyal Doppler

dari dorsalis pedis dapat ditemukan pada lateral/garis tengah dorsum kaki,

kemudian operasikan Doppler genggam dan gel ultrasound setalah itu lakukan

pencarian sinyal pada dorsalis pedis dan perlahan pindahkan Doppler hingga

sinyal kuat terdengar.Untuk mengukur tekanan sistolik di arteri dorsalis pedis,

pasang maset hingga tidak terdengar sinyal. Kemudian perlahan-lahan kempiskan

menggunakan teknik yang sama seperti dilengan hingga sinyal Doppler kembali

muncul. Dokumentasikan hasilnya.Selanjutnya ukur tekanan sistolik arteri tibialis

posterior.Sinyal tibialis posterior dideteksi pada posterior ke malleolus medial.

Kemudian lakukan pencarian sinyal dan ikuti proses seperti sebelumnya. Ulangi

kedua pengukuran pada kaki yang berlawanan (Stanford Medicine, 2018)

Nilai ABI dihitung pada setiap kaki.Nilai ABI ditentukan dengan

mengambil hasil tekanan yang lebih tinggi dari kedua arteri dipergelangan kaki,

kemudian dibagi dengan nilai tekanan darah sistolik brakialis tertinggi diantara

kedua lengan (Stanford Medicine, 2018). Adapun rumus untuk mengukur nilai

ABI sebagai berikut :

Rumus Nilai ABI menurut (Stanford


Medicine, 2018)

21
5. Interpretasi nilai ankle brachial index (ABI)

Pada keadaan normal, nilai ABI lebih besar dari satu (>1).Jika nilai

ABI kurang dari satu telah ada indikasi penurunan aliran darah ke kaki. Nilai

ABI kurang dari 0,4 menunjukkan adanya iskemik berat (Antono and

Hamonangani, 2014). ABI merupakan indikator suplai darah ke kaki maka

pengukuran ABI harus dilakukan secara rutin pada pasien DM (Soewondo,

2013).Interpretasi nilai ABI disajikan pada tabel 1.

Tabel 1

Interpretasi Nilai Ankle Brachial Index (ABI)

Nilai ABI Interpretasi Rekomendasi


>1,4 Pengerasan pembuluh Rujuk ke spesialis
pembuluh darah
darah
1,0 – 1,4 Normal Tidak Ada
0,9 – 1,0 Ditoleransi
0,8 – 0,9 Penyakit arteri ringan Obati factor risiko
0,5 – 0.8 Penyakit arteri sedang Rujuk ke spesialis
pembuluh darah
Kurang Dari 0,5 Penyakit arteri berat Rujuk ke spesialis
pembuluh darah

C. Gambaran ABI Pada Pasien DM Tipe 2

Pada penelitian Nadrati, Hajri, & Suharti, (2019), dengan judul penelitian

Gambaran Nilai Ankle Brachial Index (Abi) Pada Penyandang Dm Tipe 2 Di

Puskesmas Gunungsari Lombok Barat, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran nilai Ankle Brachial Index (ABI) penyandang DM pada

kelompok penyandang DM metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan populasi 25 pasien dengan teknik pengambilan

22
sampel total sampel. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Dengan

hasl penyandang DM terbanyak dialami oleh perempuan yaitu sebanyak 17

pasien (68%), penyandang DM terbanyak pada usia 46 – 55 tahun (68%), nilai

ABI penyandang DM dengan interpretasi normal ABI kanan 22 pasien (88%) dan

ABI kiri 23 pasien (92%), borderline perfusion ABI kanan terjadi pada usia 56 –

65 tahun yaitu sebanyak 2 pasien (66,7%), borderline perfusion ABI kiri terjadi

pada usia 56-65 tahun sebanyak 2 pasien (100%), borderline perfusion ABI

kanan terjadi pada responden perempuan sebanyak 2 pasien (66,7%), borderline

perfusion ABI kiri terjadi pada responden perempuan sebanyak 2 pasien (100%).

Simpulan pada penelitian ini dalam upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat khususnya penyandang DM diharapkan Puskesmas Gunung

sari Kabupaten Lombok Barat, dapat mengontrol penyandang DM dalam

mengikuti program puskesmas khususnya DM.

Pada penelitian yang berjudul Gambaran Ankle Brachial Index Pada

Penderita DM Tipe 2 Di Puskesmas Kabupaten Lampung Utara, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nilai Ankle Brachial Index

(ABI) penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kabupaten Lampung Utarametode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dengan rancangan

deskriptif dilakukan selama 2 minggu. Penelitian melibatkan 98 responden

penderita diabetes mellitus tipe 2 yang terdaftar di Puskesmas Kotabumi

Kabupaten Lampung Utara. Teknik pengambilan sampel adalah total populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik penderita DM tipe 2 di

Puskesmas Kotabumi yaitu perempuan sebanyak 62 orang (63,3 %), laki-laki

36 orang (36,7%), dan responden berusia >60 tahun sebanyak 37 orang (37,9%).

23
Sedangkan klasifikasi nilai ABI menunjukkan bahwa 77,5% responden adalah

normal, sedangkan 22,5% responden adalah borderline perfusion.Saran bagi

Puskesmas diharapkan dapat menerapkan pemeriksaan ABI terhadap penderita

DM guna diagnosis awal sirkulasi bagi penderita DM. Pada pasien yang

memiliki ABI nornal diharapkan untuk dilakukan penyuluhan tentang diet dan

aktivitas guna mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup

penderita diabetes. Pasien dengan ABI borderline perfusion, diharapkan untuk

dilakukan penyuluhan tentang diet, pengaturan aktivitas, konsultasi gizi, dan

terapi aktivitas fisik (olahraga) guna mengurangi / mencegah komplikasi lebih

lanjut.

Hasil analisis hubungan antara nilai Ankle Brachial Indeks (ABI) dengan

Kualitas menunjukkan nilai ABI dengan kualitas hidup pasien DM kurang baik.

Hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara

Nilai ABI dengan kualitas hidup responden (p value = 0.010).

Hal ini sejalan dengan penelitian Sonter & Chuter (2016), bahwa Nilai

ABI dengan Kualitas Hidup mempunyai hubungan bermakna. Pada ekstremitas

bawah, penyakit arteri perifer (PAD) memiliki gejala asimtomatik atau dengan

gejala nyeri iskemik, luka yang proses penyembuhanya lama dan kehilangan

jaringan. Bahkan tanpa adanya gejala, PAD dikaitkan dengan kemampuan fisik

berkurang dan penurunan fungsional.Kondisi ini dapat menyebabkan

berkurangnya kualitas hidup seseorang (Health Related Quality Of Life)

dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular karena sakit, gangguan tidur dan

mengurangi mobilitas.Tes diagnostik PAD dengan akurasi ABI yang lebih besar

24
kemungkinan mencerminkan perubahan dalam kualitas hidup seseorang

(HRQOL) terkait dengan kondisi yang dialami (Sonter & Chuter,2016).

25
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KerangkaKonsep

kerangka konsep adalah hubungan, kaitan antara konsep satu dengan yang

lainnya dari suatu masalah yang akan diteliti dan berguna untuk menjelaskan serta

menghubungkan topik yang akan dibahas (Setiadi., 2013). Dalam penelitian ini

kerangka konsep dapat digambarkan dalam bentuk pohon masalah seperti :

Hiperglikemia pada DM

Glikolisasi non- Aktivitas jalur Arterosklerosis


enzimatik polyol

Peningkatan Penurunan ko-


AGEs dan HbA1c faktor NADPH

Produksi Nitric
Oxide (NO)

Gangguan Sirkulasi Darah


Faktor yang
mempengaruhi:
Umur
Jenis Kelamin
Lama menderita DM Nilai Ankle Brachial
Index (ABI)

Dimielinisasi

26
Keterangan :

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

: alur pikir

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016)

Variabel dalam penelitian ini :

2. Variabel bebas

Variabel bebas (independent) yaitu variable yang nilainya mentukan

variable lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

menciptakan suatu dampak pada variable dependen. Variable bebas biasanya

dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya dengan

variable lain (Nursalam, 2017). Variable bebas dalam penelitian ini adalah

nilai Ankle Brachial Index (ABI).

3. Definisi operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana cara mengukur suatu variable, sehingga definisi operasional ini

merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang

ingin menggunakan variable yang sama. Definisi operasional dari

27
variablesangat diperlukan, terutama untuk menentukan alat atau instrument

yang akan digunakan dalam pengumpulan data (Setiadi., 2013)

Tabel 2

Definisi oprasional Ankle Brachial Index pada penderita Diabetes


melitus tipe II
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala ukur
1 2 3 4 5
Gambaran Ankle Brachial Index (ABI) Tensimeter Ordinal dengan
Ankle merupakan rasio atau Aneroid katagori skor :
Brachial Index perbandingan antara tekanan dan ABI Normal
pada penderita darah sistolik yang diukur Portable 1,0 – 1,4
Dibetes pada pergelangan kaki Vascular
Melitus tipe II dengan arteri brachialis Doppler

BAB IV

28
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

memaparkan peristiwa – peristiwa penting yang terjadi pada masa kini.Deskripsi

peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual

daripada penyimpulan (Nursalam, 2017)

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sehingga

peneliti dapat memperoleh jawabaan terhadap pertanyaan penelitian.Desain yang

digunakan adalah studi kasus (Setiadi., 2013). Penelitian studi kasus merupakan

penelitian dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang

tersiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat berarti satu orang, kelompok

penduduk yang terkena suatu masalah.Unit yang menjadi masalah tersebut secara

mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri,

faktor risiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus

maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan

tertentu, meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit

tunggal, namun dianalisis secaramendalam.

Pendekatan yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

prospektif.Pendekatan prospektif yaitu pendekatan dengan mengikuti subjek

untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi., 2013)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

29
1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Desa Peguyangan Kangin

dengan dasar pertimbangan angka pasien DM Tipe 2 yang tinggi dan meningkat

dari tahunsebelumnya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai sejak pengumpulan data hingga penyelesaian laporan

penelitian yang dimulai dari bulan Maret hingga bulan April 2021. Adapun

jadwal penelitian terlampir

C. Populasi dan Sempel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe 2

di wilayah Desa Peguyangan Kangin adapun jumlah pasien DM Tipe 2 yang

terdata baik dari kunjungan maupun skrining pada tahun 2020 sebanyak 78 orang

dengan rata – rata jumlah kunjungan pasien DM Tipe 2 yang setiap bulan

sebanyak 25 orang.

2. Sempel Penelitian

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Teknik sampling

adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi

(Setiadi., 2013).Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi pasien DM

Tipe 2 di wilayah Desa Peguyangan Kangin yang memenuhi kriteria. Adapun

kriteria Inklusi dan eksklusi dari sampel yang diambil yaitu :

1. Kriteria inklusi

30
Kriteriainklusiadalahkarakteristikumumsubjekpenelitiandansuatupopul

asi target yang terjangkau dan akan dilakukan penelitian (Nursalam, 2017).

Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu:

a. Pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

b. Pasien dengan riwayat DM tipe 2 lebih dari 2 tahun

c. Pasien dengan pengobatan rutin

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau tidak mengikutsertakan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai hal (Nursalam,

2017). Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu :

a. Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi (diabetic foot)

b. Pasien yang tidakkooperatif

3. Jumlah dan Besar Sempel

Menurut Nursalam, (2017) jumlah dan besar sampel dapat ditentukan

dengan rumus sebagai berikut : 0.78 o.9604

N . z2 . p . q
n= 2 2
d ( N −1 )+ z . p . q

79 x 1 , 962 x 0,5 x 0,5


n= =¿ 43,55
0,12 x (79−1 ) +1,962 x 0,5 x 0,5

n = 43,55 di bulankan menjadi 43

Keterangan :

n = perkiraan jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikasi yang digunakan (d = 10%)

31
z = nilai standar normal untuk α = 0.05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %

q = 1-p

Jadi sample yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 43 sempel

4. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses menyeleksi porsi dari

populasi untuk mendapatkan besar sampel. Teknik sampling merupakan

cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian

(Sugiyono, 2016)

Penelitian ini menggunakan teknik sampling non-probability sampling

dengan purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data yang di Kumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti

dari hasil pengukuran, pengamatan, survey dan lain-lain (Setiadi., 2013).

Data primer dalam penelitian ini adalah pemeriksaan ABI yang langsung

dilakukan pada pasien DM tipe 2.

2. Teknik Pengumpulan Data

32
Pengumpulan data merupakan suatu proses melakukan pendekatan

kepada suatu subjek dan adanya suatu proses pengumpulan subjek yang

diperlukan dalam sebuah penelitian (Nursalam, 2017). Metode

pengumpulan data dalam Proposal ini adalah wawancara, observasi dan

studi dokumen.

a. Metode wawancara merupakan suatu proses untuk mendapatkan penjelasan

untuk mengumpulkan sebuah data dengan cara tanya jawab sambil tatap

muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai (Sujarweni,

2014)

b. Metode observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengamati

secara langsung yang digunakan sebagai sumber penelitian (Sugiyono, 2016)

c. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data, dengan sejumlah

besar fakta tersimpan dalam sebuah dokumentasi (Supardi, 2013)

3. Langkah-langkah pengumpulan data

Langkah-langkah pengumpulan data diperlukan agar dalam pengumpulan

data, data yang akan dijadikan kasus kelolaan menjadi sistematis.Adapun

langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan seminar proposal dan melakukan perbaikan sesuai dengan

arahan dari pembimbing.

b. Mendapat persetujuan dari pembimbing untuk melaksanakan pengambilan

data.

c. Melakukan pemilihan subjek sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang

sudah dibuat.

d. Peneliti melakukan observasi terhadap penerapan ankle brachial index pada

33
penderita DM tipe II website repository Poltekes Kemenkes Denpasar yang

sudah ada.

e. Peneliti wajib melakukan pengamatan dengan analisis deskriptif yaitu

membandingkan data dari website repository yang sudah ada dengan teori

yang sudah dibuat oleh peneliti.

f. Peneliti wajib memberikan kesimpulan dan saran dari hasil pengamatan dan

observasi yang aplikatif sesuai dengan hasil pembahasan yang sudah dibuat.

g. Setelah hasil bimbingan sudah disetujui oleh pembimbing utama dan

pembimbing pendamping maka mahasiswa wajib mendaftarkan diri kepada

Koordinasi Proposal untuk melakukan ujian Proposal.

h. Mahasiswa wajib menyiapkan sarana ujian online dan melaksanakan ujian

secara online sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

E. Metode Analisis Data

Analisa data dimulai sejak peneliti di lapangan, pengumpulan data, hingga

semua data terkumpul.Analisa data dilakukan dengan langkah awal

mengemukakan fakta, dilanjutkan dengan membandingkan dengan teori yang

ada, yang selanjutnya dituang dalam bentuk opini pada pembahasan. Teknik

analisis dilakukan dengan cara menuliskan jawaban dari hasil wawancara yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yang dituangkan dalam bentuk

narasi. Selanjutnya teknik analisis yang digunakan berupa observasi oleh peneliti

serta studi dokumentasi, diinterpretasikan dan dibandingkan dengan teori yang

sudah ada sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan rekomendasi dalam

suatu intervensi (Nursalam, 2017). Adapun urutan proses analisis data, terdiri

atas:

34
Desain studi kasus deskriptif yang dipilih untuk studi kasus menentukan

model penyajian data yang akan dilakukan. Data dapat disajikan secara

terstruktur, narasi, dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari

subjek studi kasus sebagai data pendukung.Penyajian data dapat dilakukan

dengan tabel, gambar, grafik, dan sebagainya.Identitas pasien disamarkan agar

terjamin kerahasiaannya.

Penyajian data menggunakan teknik triangulasi yaitu mengeksplorasi

fenomenayang diteliti secara mendalam untuk meningkatkan pemahaman serta

penjelasan secara komprehensif dari yang akan dihasilkan, dengan cara

melakukan berbagai variasi metode atau cara dalam memperoleh data.

Triangulasi dilakukan mulai dari peneliti mulai merancang desain penelitian,

pengumpulan data, serta menganalisis data (selama proses penelitian atau riset

berlangsung) (Nursalam, 2017)

F. Etika Penelitian

Pada penelitian ini dicantumkan etika penelitian, yang terdiri dari :

1. Inform consent (persetujuan menjadi klien)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan dengan

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya (Gunawan, 2015)

2. Anonymity (tanpa nama)

35
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

(Gunawan, 2015)

3. Confidentially (kerahasiaan)

Hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian

(Gunawan, 2015)

36
DAFTAR PUSTAKA

Aboyans, V., Lacroix, P. (2012). ). The prognosis of diabetic patients with high
anklebrachial index depends on the coexistence of occlusive peripheral
artery disease. 984–991.
American Heart Association. (2012). Measurement and Interpretation of the
Ankle Brachial Index: A Scientific Statement from the American Heart
Association, Circulation.
Anggraini, Dian., Hidayat, W. (2014). Korelasi Kadar Gula Darah Dengan Nilai
Angkle Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2013. 1.
Be Healthy Enthusiast. (2012). Diabetic Foot Ulcer.
Bilous, R. &Donelly, R. (2014). Buku Pegangan Diabetes. jakarta: Bumi Medika.
Bryant, R. A. (2016). Acute & Chronic Wounds: Current Management Concepts.
Corwin, E. J. (2009). buku Saku Patofisiologi. jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 (A. Kam, Y. P. Efendi, G. P. Decroli,
& A. Rahmadi, Eds.). Padang: Pusat penerbitan bagian ilmu penyakit dalam.
Dinkes Provinsi Bali. (2018). Profil KesehatanProvinsi Bali.
Doza, B. M. K., Sonia Chopra, &RohitKapoor. (2012). Cardiovascular Risk
FactorsandDistributionsoftheAnkle-BrachialIndexamongType2Diabetes
Mellitus Patients.
Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, P. J., & Wicaksono, A. (2016). Hubungan antara Nilai Ankle Brachial
Index dan Gangguan Fungsi Kognitif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Kota Pontianak,. 2, 516–532.
Internation al Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition.
Dunia: IDF.
Irianto, K. (2015). Memahami berbagai penyakit (penyebab, gejala, penularan,
pengobatan, pemulihan, danpencegahan. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Riskesdas 2018. jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Khairani. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan RI.
Kowalak, J. P. (2011). Buku ajar patofisiologi / editor, Jennifer P. Kowalak,
William Welsh, Brenna Mayer ( monika E. Renata komalasari, Anastasi

37
Ommy, Ed.). jakarta: EGC.
Nadrati, B., Hajri, Z., & Suharti, S. (2019). Gambaran Nilai Ankle Brachial Index
(Abi) Pada Penyandang Dm Tipe 2 Di Puskesmas Gunungsari Lombok
Barat. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(2), 128–135.
https://doi.org/10.33024/hjk.v13i2.1392
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan praktis.
jakarta: Salemba Medika.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. jakarta: PB.PERKENI.
Potier L, Abi Khalil C, Mohammedi K, et al. (2016). Use and Utility of Ankle
Brachial Index in Patients with Diabetes. Eur J Vasc Endovasc Surg. 1, 110–
116.
Potter, D, & Perry, A. (2005). Buku Ajar: Fundamental keperawatan, konsep,
proses dan praktik (4th ed.). jakarta: EGC.
Price, W. (2006). Patofisiologi Vol2 ;Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. (2nd
ed.). jakarta: EGC.
Price, W. L. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses - proses penyaki (6th ed.).
jakarta: EGC.
Rudy, B., & Richard, D. (2014). Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (2nd ed.).
yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S.C. & Bare, B. . (2012). ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8th ed.). yogyakarta: EGC.
Stanford Medicine. (2018). Measuring and Understanding the Ankle Brachial
Index (ABI),Stanford Medicine.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif ,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: : Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Supardi, S. dan R. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. jakarta:
Trans info media.
Tanto, Chris, et al. (2014). ). Kapitaselekta kedokteran (Chris Tanto et al, Ed.).
jakarta: Media Aesculapius.
Trina Parkin, R. L. B. (2018). Guidelines for Measurement of Ankle Brachial
Pressure Index Using Doppler Ultrasound’. 1–5.
Wahyuni, A., & Arisfa, N. (n.d.). Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan

38
Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan.
2, 155–164.
Waspadji, S. (2010). Komplikas Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,
Diagnosis dan Strategi Pengelolaan (Buku Ajar). jakarta: Interna
Publisihing.
WHO. (2016). Global Report On Diabetes Executive Summary.

39
Lampiran 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Gambaran Ankle Brachial Index Pada Penderita Diabetes Militus Tipe II Di

Wilayah Desa Peguyangan Kangin Tahun 2021

Waktu
No Kegiatan Jan 2021 Feb 2021 Maret April 2021 Mei 2021
2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal
2 Pengumpulan
Proposal
3 Seminar
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Pengurusan
izin
Penelitian
6 Pengambilan
Data KTI
7 Penyusunan
KTI
8 Pengumpulan
KTI
9 Ujian KTI
10 Perbaikan
KTI
11 Penyerahan
KTI
Lampiran 2

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Gambaran Ankle Brachial Index Pada Penderita Diabetes Militus Tipe II Di

Wilayah Desa Peguyangan Kangin Tahun 2021

40
No Keterangan Biaya
1 Tahap Persiapan

a. Fotocopy Proposal Rp. 100.000,00


b. Print Proposal Rp. 200.000,00
c. ATK RP. 20.000,00
d. Revisi Proposal Rp. 100.000,00
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian Rp. 100.000,00
b. Penggandaan Lembar Pengumpulan Data Rp. 150.000,00
c

a. Pengelolaan dan Analisa Data Rp. 50.000,00


3 Tahap Akhir
a. Penggandaan Laporan Rp. 150.000,00

b. Revisi Laporan Rp. 100.000,00


c. Akomodasi Rp. 100.000,00
d. Transport Rp. 100.000,00
e. Biaya Tidak Terduga Rp. 100.000,00
Total biaya Rp. 1.270.000,00
Alokasi dana yang dibutuhkan dalam penelitian ini direncanakan sebagai berikut :

41
Lampiran 3

Pengumpulan Data

Ankle Brachial Index Pada Penderita Diabetes Melitus tipe II

Di Wilayah Desa Peguyangan Kangain Tahun 2021

No Umur Jenis Kelamin Rirawat diabetic ulcer Nilai ABI


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
31
32
33
34
35
36
37

42
38
39
40
41
42
43

43

Anda mungkin juga menyukai