Anda di halaman 1dari 16

P-ISSN: 1907-848X, E-ISSN: 2548-7647

Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34


DOI: 10.20885/komunikasi.vol15.iss1.art2

MITOS GOOD INFLUENCER DAN POLITIK CITRA


AWKARIN DALAM PUSARAN DEMONSTRASI
MAHASISWA MENOLAK RKUHP

Khumaid Akhyat Sulkhan


Prodi Kajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada, Sleman,
Yogyakarta, Indonesia
email: Khumaid.akhyat@mail.ugm.ac.id

____________________________________________________________________________________________________________________

Article Info Abstract: This paper discusses how Awkarin reproduces the myth
of good influencers as part of her political image in the student action
Article History against the RKUHP on September 24, 2019. With the semiotic method
Received 05 Sept 2020 developed by Roland Barthes, the author examines the meaning of
Revised 06 Nov 2020 denotation and connotation in Awkarin's Instagram photos that
Accepted 09 Nov 2020 record her involvement in the action at Senayan. As a result, the
authors found that Awkarin built the image of an influencer who
cares about social and political issues and mobilizes all their potential
to help the public. However, the myth of the good influencer Awkarin
is problematic, because she only involves herself in issues that are
popular in society without going into further detail

Keywords : Good Influencer, Politics of Image, Awkarin,


Student Demonstration.

Abstrak: Paper ini membahas bagaimana Awkarin mereproduksi


mitos good influencer sebagai bagian dari politik citranya dalam aksi
mahasiswa menolak RKUHP pada 24 September 2019. Dengan metode
semiotika yang dikembangkan Roland Barthes, penulis membedah
makna denotasi dan konotasi pada foto-foto Instagram Awkarin yang
merekam keterlibatannya dalam aksi di Senayan. Hasilnya, penulis
menemukan bahwa Awkarin membangun citra influencer yang peduli
terhadap isu sosial serta politik dan mengerahkan segala potensinya
untuk membantu publik. Namun, mitos good influencer Awkarin ini
menjadi problematik, mengingat ia hanya melibatkan diri pada
permasalahan yang sedang populer di tengah masyarakat tanpa
mendalaminya lebih jauh.

Kata Kunci: Good Influencer, Politik Citra, Awkarin,


Demonstrasi Mahasiswa.

____________________________________________________________________________________________________________________

Copyright @2020 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the 19
Creative Commons Attribution License. (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

PENDAHULUAN aksi di beberapa daerah, terutama Senayan.


Aksi bertagar #Reformasidikorupsi dan
Karin Novilda atau Awkarin
semacamnya menjadi bagian dari
sebelumnya dikenal sebagai sosok
kekecewaan masyarakat terhadap sikap
influencer di media sosial dengan citra
pemerintah. Kendati demikian, isu tentang
yang cenderung negatif. Meskipun banyak
RKUHP tersebut tidak hanya menjadi
anak muda mengidolakan Awkarin, tapi di
perhatian kalangan pelajar, politisi, atau
satu sisi, tidak sedikit juga yang menilai
masyarakat sipil. Beberapa selebritas atau
konten-konten unggahannya menampilkan
influencer turut pula mengikuti isu
gaya hidup dan pergaulan yang
tersebut. Awkarin, termasuk salah satu di
bertentangan dengan moralitas masyarakat
antaranya.
secara umum. Tidak heran, jika istilah bad
influencer melekat pada dirinya untuk Pada 24 September 2019, Awkarin
waktu yang cukup lama. Hal ini karena turun ke jalanan, di tengah riuh
sejumlah kalangan menganggapnya demonstrasi mahasiswa di depan Gedung
berpotensi besar memberi pengaruh buruk DPR, Senayan, Jakarta. Saat itu, yang ia
terhadap gaya hidup anak muda. Komisi lakukan adalah membagi-bagikan
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), makanan kepada para demonstran.
misalnya, bahkan sampai memberikan Berbeda dengan influencer lain, seperti
teguran terhadap gadis kelahiran Jakarta Rachel Venya atau Andofi da Lopez, yang
tersebut. Namun, menjelang akhir cuma sebatas ikut berdemonstrasi. Tidak
Oktober 2018, Awkarin agaknya berusaha hanya berhenti di situ, Awkarin juga
menampilkan citra yang berbeda dari menginisiasi kegiatan bersih-bersih jalan
sebelumnya dengan menaruh perhatian usai demonstrasi berakhir. Dari seluruh
pada kegiatan-kegiatan bercorak kegiatan tersebut, ia dokumentasikan
aktivisme. Salah satu momen paling dalam bentuk foto dan diunggah ke media
penting dalam proses perubahan citra diri sosial Instagram.
Awkarin adalah demonstrasi mahasiswa
Partisipasi Awkarin dalam aksi itu
menentang RKUHP di Senayan, Jakarta,
menjadi sorotan media pemberitaan dan
pada penghujung September 2019.
mendapat respons dari berbagai kalangan.
Demonstrasi di Senayan tersebut Apa lagi, di dunia maya pun, Awkarin juga
dilatarbelakangi oleh Rancangan Kitab menjadi lead dari menyebarnya kampanye
Undang-Undang Hukum Pidana dan tagar #diperkosanegara berdasarkan hasil
Revisi UU KPK yang dianggap tidak pro rilis pengamatan pers.droneemprit.
demokrasi serta mengandung beberapa
Banyak pihak memuji aksi
pasal yang kontroversial. Misalnya, pasal
Awkarin, meski tidak sedikit pula yang
tentang penghinaan presiden dan pasal
justru menghujat sembari menudingnya
makar yang merupakan pasal karet. Selain
sekadar cuma ingin mendulang pencitraan.
itu, terdapat pula pasal mengenai aborsi
Pro-kontra semacam itu jelas tidak bisa
yang tidak memihak perempuan korban
dihindari oleh Awkarin, mengingat
pemerkosaan dan pasal yang mengancam
kariernya sebagai influencer media sosial.
denda terhadap gelandangan. Oleh karena
itu, RKUHP yang sebenarnya tinggal Menurut Abidin (2016), influencer
menunggu disahkan DPR pun menuai sosial media adalah seseorang yang
penolakan di mana-mana sehingga mengumpulkan pengikut melalui narasi
berbagai elemen gerakan pun menggelar tekstual dan visual pribadi mereka sehari-
20
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

hari, di mana advertorial berbayar—iklan yang berusaha Awkarin tampilkan dari


yang ditulis dalam bentuk opini editorial— sosoknya termanifestasi pada setiap
untuk produk dan layanan ditempatkan. konten yang ia posting di media sosial dan
(van Driel & Dumitrica, 2020) melihat menjadi tontonan warganet. Dengan
influencer media sosial sebagai User demikian, baik mereka yang punya
Generated Content yang melanggengkan perspektif untuk mengidolakan maupun
mitos bahwa demokratisasi media sosial membenci Awkarin, sebenarnya cuma
bisa membuat seseorang memperoleh berelasi dengan citra-citra pada konten
ketenaran dan kekayaan dari apa yang ia sosok influencer tersebut. Studi ini
sukai. Namun, para influencer itu tak karenanya menjadi penting.
sepenuhnya bebas berkreasi. Karena
Ketika mengawali karirnya sebagai
dalam praktiknya, mereka sebenarnya
mikroselebriti di media sosial, banyak
harus berlomba-lomba berebut audience
orang mengecam postingan-postingan foto
dan pengiklan dengan menekankan
Awkarin seperti foto mesra dirinya dengan
“autentisitas” atau bisa juga disebut
influencer lain, Muhammad Gaga, hingga
“kekhasan”masing-masing. Pada titik
sejumlah fotonya yang menonjolkan
tersebut, para influencer itu akan berusaha
seksualitas dan sensualitas. Tidak heran
sebisa mungkin memperkuat citra-citra
bila kevulgaran, kebebasan, dan
tertentu dalam diri mereka.
sensualitas yang ia sajikan melalui
Hal ini, di satu sisi, juga merupakan unggahan di media sosialnya, dinilai
konsekuensi dari menguatnya budaya menyimpang dari moralitas umum dan
masyarakat tontonan (society of spectacle) berpotensi memberi pengaruh buruk
di era dimana kapitalisme kian canggih, terhadap anak muda. Meski begitu, dalam
dipupuk oleh industri hiburan dan media perjalanan karirnya, tidak cukup bila
sosial. Dalam masyarakat tontonan, menyebut Awkarin sebagai sekadar sosok
Debord mengatakan bahwa spectacle influencer dalam kerangka mikroselebriti
bukan melulu kumpulan image atau citra, yang menurut Theresa Senft adalah
melainkan relasi sosial di antara semacam teknik komunikatif dimana
masyarakat yang termediasi oleh berbagai orang-orang yang ingin mendongkrak
citra (Debord, 2005). Lebih lanjut, popularitas melalui web dengan
spectacle ini bersama citra yang ia bawa menggunakan teknik video, blog, atau
ada kemungkinan dipakai sebagai rujukan melalui situs jejaring sosial (Senft, 2008).
nilai dan tujuan hidup sehingga “tontonan” Lebih dari itu, Awkarin tidak lagi semata-
atau spectacle menjadi penegasan dari mata mengandalkan ketekunan mengelola
penampilan (appearance) dan identifikasi konten di media sosial, melainkan juga
sosial dengan penampilan (Debord, 2005). aktif berkreasi di ranah produk pop
culture, seperti bermusik. Barangkali,
Studi ini akan membahas
Awkarin sudah bisa kita kategorikan
bagaimana politik citra Awkarin dalam
sebagai selebritas dalam pengertian yang
membangun mitos influencer yang baik
lebih konvensional. Hal ini sejalan dengan
atau good influencer melalui postingan-
tulisan Douglass Kellner yang mengatakan
postingannya saat hadir pada aksi menolak
bahwa selebritas adalah idola massal,
RKUHP di Senayan. Sebagai influencer,
dihormati dan dirayakan oleh media.
Awkarin selama ini bisa dibilang hidup
Media menghasilkan selebritas dan tentu
dalam lingkungan entertain, dimana citra
saja tokoh-tokoh paling populer yang
atau penampilan adalah sesuatu yang
dipromosikan oleh industri media menjadi
sangat penting untuk menunjukkan siapa
selebritas (Kellner, 2009).
dirinya. Dalam praktiknya, citra-citra diri
21
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

Begitu populernya Awkarin dalam kepada audience untuk melakukan


industri media, berita-berita tentang identifikasi dan peningkatan spesifik
kehidupan masa lalunya, yang tidak begitu terhadap “atribut tertentu” dari individu,
relevan dengan kepentingan publik, terus- organisasi, fenomena, atau suatu perkara.
menerus diproduksi karena Dalam konteks tersebut, tentu saja, media
sensasionalitas dan kontroversial belaka. sosial menjadi kunci untuk seseorang
Oleh sebab itu, sosok Awkarin kemudian mengubah self-branding Awkarin di
lebih dikenal sebagai bad influencer tengah kultur komunikasi yang semakin
dengan haters yang cukup banyak. Sampai dipersiapkan untuk self-promotion dan
pada 2018, tepatnya 12 Bulan Oktober, kemenangan individualisme ini (Khamis et
Awkarin membuat pernyataan, yang al., 2016).
intinya, ingin berhenti dari Instagram dan
Lebih lanjut, Benett (dalam
hendak menjual akun pribadinya. Ia
Lalancette & Raynauld, 2017)
mengaku lelah dengan Instagram yang
mengungkap bagaimana pembentukan
menurutnya membawa pengaruh kurang
citra secara politis ke dalam empat
baik atau toxic. Namun beberapa hari
mekanisme utama. Pertama, soal image
berselang setelah berkata demikian,
shaping atau bagaimana proses
Awkarin melontarkan pernyataan ke
pengembangan citra supaya dapat
publik bahwa akun Instagramnya itu telah
dijangkau secara emosional dan intelektual
terjual dan sosok yang membeli tidak lain
oleh audience yang telah ditargetkan.
adalah “The New Awkarin” alias Awkarin
Kedua, message salience, bagaimana
sendiri yang memiliki semacam visi baru.
supaya citra menonjol dengan
Dengan kata lain, pernyataan “jual akun
menekankan poin atau gagasan yang jelas
kepada dirinya sendiri” itu tampaknya
dan spesifik serta mendapat keuntungan
menjadi semacam narasi yang maknanya
dari visibilitas yang tinggi. Ketiga, message
adalah Awkarin hendak melakukan self re-
credibility, yang artinya menjadikan
branding citranya. Inilah awal mula titik
kredibilitas sebagai aspek sentral dari
balik Awkarin sebelum kemudian
pembentukan citra. Keempat, message
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
framing, yang mengandalkan konstruksi
sosial. Beberapa kegiatan sosial awal
dan sirkulasi narasi—seringkali disebut
Awkarin, di antaranya yang diposting,
juga retorika visual. Tujuan mekanisme
menjadi relawan untuk membantu korban
terakhir ini adalah untuk memobilisasi dan
gempa bumi serta tsunami di Palu,
membujuk publik dengan menyoroti atau
Sulawesi Tengah, hingga menggalang dana
mengecilkan aspek tertentu dari suatu
guna membeli masker untuk masyarakat
perkara, fenomena, atau individu, agar
terdampak kebakaran hutan dan lahan di
memiliki resonansi intelektual dan
Kalimantan. Dengan demikian, “The New
emosional dengan audience.
Awkarin” sebagai gerbang menuju sosok
Awkarin yang good influencer, Sebagai tokoh yang populer di
menunjukkan pada kita bagaimana politik kalangan anak muda, tentu saja, sudah ada
citra bekerja. Strachan dan Kendal (dalam beberapa penelitian mengenai sosok
Lalancette & Raynauld, 2017) Awkarin di Indonesia. Mefita & Yualinto
mendefinisikan politik citra sebagai (2018), misalnya, melakukan studi resepsi
aktivitas pengembangan strategis terhadap audience yang mengonsumsi
penggunaan perangkat simbolik, yang tontonan Awkarin di media sosial. Dalam
dapat dibangun dengan pesan visual dan paper ini, audience yang menjadi subjek
verbal, yang memberikan isyarat singkat penelitian cenderung melegitimasi

22
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

anggapan bahwa konten-konten postingan menggunakan pembacaan semiotika


Awkarin berpotensi memberi pengaruh Roland Barthes yang melihat pemaknaan
buruk kepada para followers-nya. Meski tanda pada dua tahap signifikasi. Pertama,
begitu, Hutapea, (2019) menemukan denotasi yang terdiri dari signified dan
bahwa Awkarin sebagai seorang endorser signifier atau tanda yang bersifat nyata dan
mampu memengaruhi publik secara objektif. Pada tahap kedua, lebih melihat
signifikan dalam niat pembelian terhadap konotasi yang mendapat unsur budaya.
produk-produk yang diiklankan. Riset
tersebut menunjukkan Awkarin tetap
menjadi idola banyak orang, termasuk METODE
anak muda sehingga masih di-endorse oleh Penelitian ini menggunakan
berbagai brand, terutama yang pendekatan kualitatif dengan metode
berhubungan dengan produk fashion. semiotika yang dikembangkan oleh Roland
Namun, penelitian-penelitian ini tidak Barthes. Secara sederhana, semiotika
melihat Awkarin dalam perspektif yang adalah kajian tentang relasi tanda yang
cukup kritis atau, paling tidak, mendalami satu dengan tanda-tanda yang lain seperti
kompleksitas problematisasinya. Oleh relasi tanda-tanda dengan makna-
karena itu, mereka sekadar mengonfirmasi maknanya atau objek-objek yang
stigma buruk serta popularitas Awkarin dirujuknya (designatum) atau juga relasi
tanpa mendalami masalahnya dengan tanda-tanda dengan interpreter-
mendudukkan sosoknya, misalnya, dalam interpreternya (Budiman, 2011).
kajian ekonomi politik media.
Sebagaimana disebutkan oleh Driel dan Roland Barthes merupakan salah
Dumitrica (2020), influencer juga mesti satu tokoh penting dalam perkembangan
bekerja sambil bernegosiasi dengan semiotika. Ia termasuk pemikir
keterbatasan platform media sosial dan strukturalis yang getol mempraktikkan
memelihara ekspektasi followers serta model linguistik dan semiologi Saussurean
pengiklan mereka. Untuk itu, memainkan (Sobur, 2009). Bahkan, George Ritzer
politik citra pun menjadi penting bagi mengakui Barthes sebagai pengembang
influencer. Ini karena, bagaimanapun juga, utama ide-ide Ferdinand de Saussure pada
citra hasil self-branding si influencer segala arena kehidupan sosial (Ritzer,
inilah yang kemudian akan dipinjam oleh 2003). Dalam teorinya, Barthes melihat
merek produk, suatu layanan, atau pemikiran Saussure masih berhenti di level
perusahaan sehingga antara selebritas pemaknaan denotatif. Ia pun kemudian
dengan brand yang dipromosikan menjadi mengembangkan gagasan teori
identik atau saling merujuk (Khamis et al., semiotikanya ke level “konotatif” yang
2016). Selain itu, di satu sisi, citra lebih mendalam. Menurut Barthes (dalam
influencer juga berkelindan dengan Berger, 2010) denotasi adalah signifikansi
popularitasnya. Di sisi lain, popularitas level pertama, yang terdiri dari penanda
merupakan kunci dari kekuatan ekonomi dan petanda, sedangkan konotasi
mereka di era media sosial. merupakan signifikansi level kedua. Pada
level konotasi, rantai penanda dan petanda
Dalam paper ini, fokus bahasannya di level denotasi menjadi penanda, dan
adalah mengkaji konten foto Awkarin selanjutnya berkaitan dengan petanda
dalam aksinya pada demonstrasi menolak lainnya pada level pertandaan yang lebih
RKUHP di Senayan sebagai bagian penting tinggi.
dari politik citranya untuk membangun
mitos good influencer dengan

23
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

Dalam semiologi Barthes, denotasi melihat bagaimana mitos bersemayam


yang merupakan signifikansi level pertama pada foto-foto aksinya ketika membagikan
ini lebih diposisikan sebagai sistem dengan makanan di tengah keriuhan demonstrasi
ketertutupan makna. Karenanya, konotasi dan sekaligus kegiatan bersih-bersih
hadir sebagai upaya Barthes melawan sampah yang ia lakukan setelah itu. Untuk
keharfiahan denotasi yang menindas. itu, Roland Barthes telah menyiapkan
Konotasi membuka peluang untuk skema supaya kita bisa menganalisis
memahami tanda dan hubunganya dengan bagaimana tahapan-tahapan konotasi
kebudayaan. Namun, Barthes memandang tersusun. Setidaknya, ada enam tahapan
sistem konotasi ini identik dengan operasi konotasi citra pada foto yang bisa kita
ideologi, atau yang juga disebut mitos. gunakan dalam menganalisa postingan
Menurut Barthes (dalam Budiman, 2011), Awkarin, mulai dari efek tiruan,
mitos hadir dalam sistem semiologis pose/sikap, objek, fotogenia, estetisisme,
tingkat kedua. Tentu saja, mitos di sini dan terakhir sintaksi (Barthes, 1977).
tidak selalu mengacu pada mitologi seperti Secara rinci penjelasan tentang tahapan-
legenda dewa-dewi atau semacamnya. tahapan tersebut adalah sebagaimana
Mitos, bagi Barthes, adalah sebuah cara berikut:
pemaknaan dan, lebih spesifik, ia
1. Tricks effect (olah digital): tahap ini
menyebutnya jenis pewacanaan atau tipe
bertujuan untuk mengungkap foto-
wicara (Barthes, dalam Storey, 1994).
foto yang tampaknya cuma
Pada paper ini, data dikumpulkan mengandung makna denotatif,
melalui observasi dan studi dokumenter. padahal sebenarnya memiliki
Menurut Sukmadinata (2005), studi muatan-muatan konotatif. Tricks
dokumenter merupakan sebuah teknik effect sendiri secara artifisial
pengumpulan data dengan cara adalah memanipulasi objek foto
menghimpun serta menganalisis hingga menghasilkan makna
dokumen-dokumen, baik dokumen tertentu.
tertulis, gambar, atau elektronik.
2. Pose: lebih melihat sikap dan
Dokumen-dokumen yang dihimpun
ekspresi subjek dalam foto.
tersebut kemudian dipilih dan sesuai
dengan tujuan dan fokus masalah. Dalam 3. Objek: atribut dalam foto yang
penelitian ini, dokumen yang dikumpulkan dikomposisikan sedemikian rupa
berupa foto-foto Awkarin saat terlibat sehingga ide yang hendak
demonstrasi yang ia posting di media sosial disampaikan menjadi lebih jelas.
berikut caption atau keterangan tekstual 4. Fotogenia: cenderung melihat
yang ia ikut sertakan. Bila menggunakan sebuah bagaimana teknik fotografi
gagasan Barthes, maka teks—dalam artian turut memengaruhi foto. Seperti
susunan kata atau kalimat—penting juga eksposure, teknik pencahayaan,
untuk diperhatikan. Sebab, ia kerap kali warna dan teknik blurring.
menjadi penambat bagi segenap
kemungkinan makna objek, mengarahkan 5. Estetisme: berkaitan dengan
audience kepada petanda-petanda atau pengomposisian seluruh gambar
makna-makna tertentu (Budiman, 2011). untuk memperkuat ideologi atau
pesan tertentu. Tahap ini
Dalam konteks politik citra memungkinkan adanya interteks-
Awkarin, penulis perlu melakukan analisis tualitas antar satu foto dengan foto
terhadap signifikansi level konotasi guna lain, sehingga dari satu foto ke foto

24
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

lainnya saling terkait sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN


maknanya juga bisa saling
berhubungan. Pada 24 September 2019 (gambar
1), Awkarin turun ke jalan di tengah riuh
6. Sintaksis: berkaitan dengan
demonstrasi mahasiswa di depan Gedung
pengulangan penggunaan tanda
DPR, Senayan, Jakarta. Karin tidak hanya
dalam foto—bisa satu atau
berkampanye secara verbal atau visual
beberapa foto.
sebagaimana influencer lain seperti Rachel
Lewat konsep yang dikembangkan Venya atau Andofi da Lopez. Ia membagi-
Barthes ini, penulis akan melihat politik bagikan tiga ribu kotak nasi kepada
citra Awkarin pada demonstrasi RKUHP mahasiswa atau massa dalam aksi tersebut
dengan menganalisis bagaimana ia (gambar 2, gambar 3, dan gambar 4). Aksi
menonjolkan spectacle dirinya sebagai Awkarin berbagi nasi kotak ketika
seorang influencer dan bagian dari aksi demonstrasi itu ia posting di akun
massa. Instagram resminya dan mendapat sorotan
media serta publik.

Gambar 1. Instastory Awkarin yang menunjukkan dirinya sedang menuju lokasi


demonstrasi.

Gambar 2. Awkarin membawa nasi yang Gambar 3. para pengikut Awkarin yang
hendak ia bagikan pada para demostran. turut membantu mendistribusikan nasi.
kotak
25
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

Gambar 4. Awkarin berbagi makanan Gambar 5. Awkarin sedang berlari


di tengah demonstran. hendak membagikan nasi kotak.

Tidak hanya itu, Awkarin juga turut hanya menerjemahkan dari bahasa Inggris
serta membersihkan lokasi demonstrasi ke Bahasa Indonesia, tapi ditulis dengan
dua hari setelahnya seperti ditunjukkan cara yang keliru.
gambar 6. Menariknya, pada gambar 7,
Awkarin yang sedang istirahat dari aksi Awkarin aktif mendokumentasikan
bebersih, memberikan keterangan partisipasinya dalam aksi saat itu, entah di
pentingnya menggunakan sosial media instastory maupun feed Instagram
untuk media sosial. Sebuah ungkapan yang Awkarin (https://www.instagram.com/
aneh karena sebenarnya ungkapan itu awkarin/?hl=id )

Gambar 6. Kegiatan Awkarin dan para pengikutnya membersihkan sampah di Senayan.

26
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

Gambar 7. Awkarin sedang beristirahat usai kegiatan bersih-bersih.

Membedah Signifikansi Foto-Foto memasuki kerumunan aksi massa dengan


Awkarin dalam Aksi Menolak keterangan, “Perjuangan yang bener
RKUHP bener luar biasa”. Gambar ketiga,
menunjukkan proses penurunan nasi
1. Tahap Denotasi kotak dalam plastik-plastik berwarna
Gambar pertama yang Awkarin merah sedang diturunkan oleh sejumlah
posting menunjukkan ia sedang dalam orang berpakaian hitam seperti Awkarin
perjalanan menuju lokasi demonstrasi. Ia dari semacam truk box.
sedang merekam kondisi jalan yang pikuk Sementara di gambar keempat,
dari balik mobil. Caption atau keterangan latar sudah menunjukkan Awkarin berada
di postingan tersebut, menegaskan bahwa di antara kerumunan massa aksi. Terlihat,
Awkarin sampai rela menunda pekerjaan ia sedang membagikan nasi kotak dari
demi mengantar 3000 nasi kotak demi plastik merah yang ia bawa. Sosok Awkarin
mendukung peserta aksi. Hal ini ia di foto ini kelihatan sangat sentral, persis
tegaskan lewat keterangan tulisan di tengah para pemuda, ada yang
berbunyi berikut. mengenakan pakaian biasa, ada pula yang
“Perjuangan banget mau mengenakan almamater biru dari suatu
nganterin 3000 nasi kotak buat universitas. Foto itu juga dibubuhi
kakak2 yg lg demo :”) hari ini keterangan yang berbunyi,
sepertinya, semua pekerjaanku
harus di post pone demi “Agenda hari ini di depan gedung
mengantarkan makanan untuk DPR. Jangan sekedar tunda
mereka yang sudah hebat dan RKUHP, TOLAK DAN BATALKAN
lelah seharian di jalan, daakan RKUHP, JANGAN BATASI
kami!” RUANG GERAK WANITA. Tolong
representasikan namamu itu
Dalam gambar kedua, tampak wahai pejabat Dewan
Awkarin mengenakan kaus hitam PERWAKILAN Rakyat. Mau jadi
berlengan panjang menentang nasi kota apa negara ini kalau YANG KAYA
yang terbungkus plastik merah sudah MAKIN KAYA, YANG MISKIN
MAKIN MISKIN? Buat yang Cuma
27
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

koar-koar aksi demonstrasi tidak guyz amazed me! Terima kasih


merubah keadaan lalu kita harus teman-teman untuk hari ini,
bagaimana? Duduk manis dan kalian hebat! Semoga yang kita
diam ketika hak-hak kita lakukan hari ini bisa bermanfaat
DIPERKOSA NEGARA? bagi sesama! See ya on our next
#TOLAKRKUHP #SAVEKPK social movement!”
#SEMUABISAKENA”.
Pada gambar ketujuh, terlihat ia
Gambar kelima memperlihatkan dan para pengikutnya sedang beristirahat,
Awkarin sedang dalam posisi seperti agak bersandar pada sebuah tembok pagar, usai
berlari di trotoar sambil menenteng dua kegiatan tersebut dengan caption berupa
bungkus plastik besar nasi kotak. keterangan, “Ngaso dulu sister. Thanks ya
Sementara di belakang dan di depannya, nax nax rebahan yang ikut berpartisipasi
tampak para demonstran yang kali ini hari ini. Gunakan sosial media untuk
berasal dari kampus beralmamater hijau. media sosial!”
Pada gambar ini, Awkarin membubuhkan
2. Tahap Konotasi
keterangan untuk melawan kritik warganet
yang menganggapnya sekadar pencitraan. Pada lapisan tanda kedua ini,
penulis melihat tahap-tahap konotasi
“Pencitraan. Carmuk. Pahalanya
gadapet. Nih gue ketawa ala dengan menggunakan konsep yang
generasi Z dulu ya dikembangkan oleh Barthes.
AWOKWKWOWKKWKWKWK. Eh 1. Trick effect. Pada tahap ini, penulis
cyinnn sini akika kasih tau...
tidak melihat adanya manipulasi
BODOAMAT, gapeduli, tujuannya
gak nyari sanjungan gak nyari secara artifisial baik dalam
pahala juga, orang saya juga perpaduan dua gambar atau
bukan orang yang taat. Saya semacamnya pada masing-masing
cuma memaksimalkan potensi tujuh foto tersebut.
saya sebagai seorang manusia
untuk membantu makhluk lainnya 2. Pose. Dari tujuh foto yang dianalisis,
yang lemah dan tertindas. Saya empat di antaranya menonjolkan
cuma menggunakan kemampuan Awkarin sebagai subjek secara visual.
saya sebagai influencer untuk Hal itu terlihat dalam gambar dua,
menggerakkan influencer- empat, lima, dan tujuh. Dengan baju
influencer lain dan anak muda
hitam mencolok, sambil membawa
lainnya buat ikut peduli dan
beraksi.” nasi kotak, baik yang masih berada di
dalam plastik merah besar, atau yang
Selanjutnya, pada gambar keenam,
sudah dikeluarkan, serta bagaimana
diperlihatkan aktivitas Awkarin dan para
kamera membidiknya persis di
pengikutnya yang membantu petugas
tengah kerumunan massa aksi,
kebersihan dalam membersihkan sampah-
membuat posisi Awkarin tampak
sampah bekas demonstran.
sentral dan, dengan demikian,
“Agenda hari ini bersama teman- memperkuat kesan heroiknya
teman online adalah membantu sebagai bagian dari demonstran.
petugas kebersihan membersihkan Sementara dari sisi ekspresi atau
sampah bekas demonstrasi 2 hari
mimik wajah, foto-foto tersebut
kemarin hehehe! Terharu banget
dan kaget yang ikut banyak menunjukkan keseriusan Awkarin
sekaliiii lebih dari 50 orang! dalam aksi sehingga ia sama sekali
Tadinya kupikir yang dateng tak menoleh ke arah kamera dan
cuma beberapa orang and you

28
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

fokus dengan kegiatan bagi-bagi nasi seorang good influencer berjuang


kotaknya. demi membagikan nasi kotak kepada
para peserta aksi massa.
3. Objek. Dalam foto-foto Awkarin saat
aksi, kita bisa melihat berbagai objek 6. Sintaksis. Dalam foto-foto Awkarin,
atau atribut dikomposisikan mudah menemukan tanda yang
sedemikian rupa untuk menonjolkan diulang-ulang. Misalnya, nasi kotak.
sosok selebritas tersebut. Misalnya, Pada gambar 2, 3, 4, 5, nasi kotak
di gambar pertama, kita melihat dibalut plastik merah besar
Awkarin memotret mobil-mobil di dihadirkan sebagai bagian dari
jalanan sewaktu menuju ke lokasi ‘pembendaan’ atas citra Awkarin
aksi atau memperlihatkan nasi kota sebagai good influencer. Selain itu,
dalam bungkusan plastik yang kita juga bisa menemukan
tampak hampir di setiap unggahan. penggunaan tagar kampanye yang
Komposisi foto mobil di jalanan pada diulang seperti #TOLAKRKUHP
gambar pertama dan keterangan #SAVEKPK #SEMUABISAKENA#
yang ada memperkuat pesan bahwa untuk mempertegas posisi sang
Awkarin lebih mementingkan urusan influencer dalam konteks tersebut.
“menolak RKUHP” ketimbang
pekerjaan. Sementara komposisi nasi
kotak yang ia tenteng serta dibagi- Mitos Good Influencer
bagikan pada gambar kedua, Bagian ini akan membahas
keempat, dan kelima, memperkuat bagaimana mitos good influencer yang
kesan kepeduliannya terhadap massa direproduksi oleh Awkarin melalui
aksi. Objek di sini juga mengacu pada postingan foto-foto partisipasinya dalam
pengikut Awkarin yang, secara aksi menolak RKUHP berikut caption yang
komposisi, diposisikan lebih menyertainya di media sosial Instagram.
subordinat. Misalnya, karena mereka
direpresentasikan sebagai pengikut Secara garis besar, postingan-
yang manut saja dengan inisiatif postingan Awkarin di media sosial
Awkarin membersihkan lokasi bekas Instagram itu membentuk narasi heroik
aksi. Awkarin untuk menghadiri aksi dengan
cukup dramatik. Kita bisa lihat bagaimana
4. Fotogenia. Karena foto-foto yang dramatisasi Awkarin dalam menyusun
penulis ambil kebanyakan outdoor, cerita mulai dari meninggalkan
maka teknik pencahayaan tidak pekerjaannya sementara demi mengikuti
terlalu menonjol. Bahkan, cenderung aksi massa, membagikan nasi kotak
biasa. Kamerawan tampaknya lebih kepada demonstran, lalu berakhir dengan
mengandalkan komposisi dan bersih-bersih di sekitar lokasi aksi dua hari
eksposur untuk memperkuat pesan kemudian, dengan tetap memosisikan
yang hendak Awkarin sampaikan sosoknya sebagai sentral dari semua
mengenai bagaimana good kegiatan itu secara visual. Jalinan
influencer. antartanda, baik secara visual maupun
5. Estetisme. Foto-foto di Instagram tekstual (kalimat), inilah yang lalu
Awkarin dalam konteks aksi massa menggiring kita pada pewacanaan atau
pada September 2019 saling mitos good influencer.
berkelindan dan menjadi satu narasi Good influencer, dalam konteks ini,
cerita tersendiri tentang bagaimana diwacanakan oleh Awkarin sebagai

29
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

influencer yang tanggap terhadap dalam isu yang jadi konsen, dan, yang
perkembangan isu sosial dan politik di tidak kalah penting, “pembendaan”
tengah masyarakat. Untuk itu, si influencer dukungan lewat pemberian-pemberian
mesti memanfaatkan potensi apa saja yang atribut tertentu kepada audience atau atau
ia miliki: followers, uang, dan mereka yang melibatkan diri dalam isu
popularitasnya. Hal ini diperkuat dengan tersebut. Nasi kotak sebagai bentuk
caption pada gambar kelima di Instagram dukungan Awkarin kepada para
Awkarin, yang berbunyi sebagai berikut. demonstran, salah satu di antaranya.
“Saya cuma memaksimalkan Sepintas, mitos good influencer
potensi saya sebagai seorang yang Awkarin bangun, terutama pada citra
manusia untuk membantu dirinya sendiri, memang kelihatan cukup
makhluk lainnya yang lemah dan kredibel. Namun, terdapat beberapa hal
tertindas. Saya cuma
menggunakan kemampuan saya yang problematis berkaitan dengan
sebagai influencer untuk partisipasinya dalam aksi. Bagian
menggerakkan influencer- selanjutnya, akan membahas hal tersebut.
influencer lain dan anak muda
Politik Citra Awkarin dan Ekonomi-
lainnya buat ikut peduli dan
beraksi.” Politik Influencer Media Sosial

Awkarin mewujudkan mitos good Bagaimana Awkarin membangun


influencer tersebut dengan berpartisipasi mitos good influencer pada dirinya, diakui
langsung ke tempat aksi. Sementara atau tidak, merupakan salah satu bentuk
“potensi” atau “kemampuan” yang ia implementasi politik citra. Awkarin yang
maksud termanifestasi pada cara sebelumnya dikenal sebagai influencer
bagaimana ia secara persuasif mengajak dengan citra buruk dan kerap disorot oleh
para followers-nya atau sesama influencer media-media pemberitaan secara negatif,
media sosial untuk ikut menyuarakan saat itu menuai apresiasi dan pujian di
“Tolak RKUHP” lewat kampanye- mana-mana berkat aksinya membagi
kampanye tagar dan, terutama, makanan kepada para demonstran penolak
dramatisasi foto-fotonya baik di Instastory RKUHP.
maupun feed Instagram. Tidak hanya itu, Tentu saja, hal ini tidak bisa kita
Awkarin juga memanifestasikan potensi lepaskan begitu saja dari wacana “The New
influencer-nya dalam bentuk nasi kotak Awkarin” sebagai titik balik bagi sosok
yang dibagi-bagi kepada para demonstran Karin yang hendak menampilkan citra
dan membersihkan lokasi aksi. berbeda mengenai dirinya. Bila selama ini,
Melalui postingan serta caption di publik mengenal sosok Awkarin yang
media sosialnya, Awkarin menaturalisasi bebas, mengumbar seksualitas,
mitos good influencer dengan membangun kontroversial, dan melanggengkan
citra tentang influencer yang peduli konsumerisme, maka The New Awkarin
terhadap permasalahan sosial tanpa menjadi istilah bagi Awkarin yang lebih
keinginan melakukan pencitraan atau peduli terhadap permasalahan sosial. Pada
menaikkan popularitas dan mendulang satu sisi, ia tetap menjaga popularitasnya
followers. Selain itu, kepeduliaan ini pun sebagai influencer, tapi di sisi lain, ia juga
tidak hanya cukup termanifestasi dalam bergerak di ranah aktivisme atau
sikap saja. Kepedulian juga harus volunterisme.
diwujudkan dengan aksi, kampanye, Aksi menolak RKUHP di Senayan
mengajak para followers agar terlibat menjadi salah satu momen yang cukup

30
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

penting bagi legitimasi citra baru Awkarin. pada titik ini, bisa dibilang kuat.
Ismail Fahmi melalui platform berbasis big Implikasinya, ia jadi tampak benar-benar
data Drone Emprit, pers.droneemprit.id, tulus membantu publik menyuarakan
misalnya, menerbitkan hasil analisis media aspirasinya. Namun demikian, ada
sosial dalam konteks menguatnya isu tolak beberapa hal yang bisa kita problematisasi
RKUHP dari 23-24 September 2019 dan berkaitan dengan aksinya.
data tersebut menunjukkan bahwa akun
Pertama, perhatian Awkarin gagal
Twitter Awkarin termasuk yang sangat
memahami betul-betul isu RKUHP.
berpengaruh di klaster generasi Z serta K-
Misalnya, dalam gambar keempat, Karin
Poppers. Selain itu, aksi Awkarin juga
menulis caption,
menarik berbagai media pemberitaan.
“Jangan sekedar tunda RKUHP,
Salah satu media yang selama ini TOLAK DAN BATALKAN RKUHP.
dipandang cukup kredibel dan kritis, JANGAN BATASI RUANG GERAK
Tirto.id, bahkan merilis sebuah artikel WANITA. Tolong representasikan
untuk “mengglorifikasi” partisipasi namamu itu wahai pejabat Dewan
Awkarin. Dalam artikel yang ditulis Faisal PERWAKILAN Rakyat. Mau jadi
Irfani, berjudul Awkarin Penuh Dosa, apa negara ini kalau YANG KAYA
MAKIN KAYA, YANG MISKIN
Kalian Suci Apa Adanya, Awkarin bahkan MAKIN MISKIN?”
disebut-sebut sebagai representasi
generasi-Z dan aktivisme memang tidak Bila kita cermati keterangan
bisa dilepaskan dari sosoknya (Irfani, tersebut, Karin terkesan belum begitu jelas
2020). Artikel ini, disadari atau tidak, telah mengetahui duduk perkara RKUHP. Pada
ikut menyumbang naturalisasi Awkarin tuntutan pertama, ia berkata agar RKUHP
sebagai influencer yang lekat dengan dibatalkan. Akan tetapi, pada tuntutan
aktivisme. berikutnya, ia bilang tentang jangan batasi
ruang gerak wanita. Padahal topik
Popularitas kampanye Awkarin di pembatasan ruang gerak perempuan
media sosial dan bagaimana media bukan termasuk concern penolakan
mengglorifikasinya, menunjukkan bahwa RKUHP. Ada pun mengenai isu wanita,
influencer tersebut sukses memainkan dalam wacana RKUHP, ialah tentang pasal
politik citranya sendiri. Ia berhasil aborsi yang dinilai akan merugikan korban
mengembangkan mitos good influencer perkosaan. Selain itu, ada pula pernyataan
melalui unggahan fotonya di Instagram. Karin di gambar kelima yang merupakan
Membuat citranya menonjol dengan tetap responsnya atas komentar negatif
menekankan persoalan utama, yakni warganet, bunyinya sebagai berikut.
perjuangan menolak RKUHP sehingga, di
saat bersamaan, Awkarin pun tampak “Saya cuma memaksimalkan
potensi saya sebagai seorang
cukup kredibel dan mendapat pemberitaan
manusia untuk membantu
yang positif di mana-mana. Selain itu, ia makhluk lainnya yang lemah dan
juga berhasil memobilisasi dan membujuk tertindas”. Siapakah yang disebut
massa untuk bergerak bersamanya. Ini lemah dan tertindas oleh Awkarin
dibuktikan dengan kehadiran para dalam kaitannya dengan
followers Awkarin saat influencer tersebut demonstrasi?
mengadakan kegiatan bersih-bersih Barangkali yang dimaksud Karin
sampah bekas demonstran. adalah masyarakat sipil dari kelas
Glorifikasi atas perwujudan mitos menengah ke bawah. Mengingat, di
good influencer yang Awkarin bangun, caption sebelumnya, Karin juga
menyinggung soal kemiskinan. Namun,
31
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

hal ini pun jadi problematik, mengingat tambah untuk dipertukarkan (Mosco,
Karin sendiri menjadi bagian dari industri 2009). Proses tersebut dimulai ketika
yang kapitalistik dengan memperkuat dan pelaku media mengubah pesan sedemikian
melanggengkan budaya konsumtif dalam rupa melalui teknologi tertentu menuju
masyarakat. sistem interpretasi yang penuh makna
sampai menjadi sebuah pesan yang
Problem kedua, Awkarin hanya
marketable.
mempertontonkan keterlibatan
aktivismenya pada isu-isu yang populer Komodifikasi sering dikaitkan
semata. Dari sejak menjadi relawan untuk dengan komersialisasi, meski
membantu korban gempa dan tsunami di kenyataannya ada perbedaan kecil di
Palu serta membantu memadamkan antara keduanya. Komersialisasi merujuk
kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan kepada nilai tukar ekonomi saja,
sampai ikut aksi menolak RKUHP, semua sedangkan komodifikasi merujuk pada
keterlibatan aktivismenya, yang ia posting semua nilai tukar. Konsep yang Mosco tulis
di Instagram adalah isu-isu yang memang ini juga cukup relevan untuk membaca
tengah jadi perbincangan khalayak saat itu. ekonomi politik influencer di media sosial.
Isu-isu tersebut pada akhirnya turut Pada satu sisi, influencer mengomodifikasi
memperkuat citra good influencer-nya isi (content) dengan proses mengubah
dan, diakui atau tidak, juga berpengaruh pesan dari kumpulan informasi ke sistem
terhadap popularitas Awkarin. Ini makna dalam wujud produk yang bisa
membuat ia menjadi perbincangan, cepat populer dan kemudian memiliki nilai
sekaligus melegitimasi politik citranya. tukar yang tinggi sehingga bisa merebut
mengundang orang untuk jadi
Dalam kehidupan influencer media
pengikutnya. Sesudahnya, influencer pun
sosial, penting untuk melihat posisi
melakukan praktik komodifikasi khalayak
seorang influencer sebagai sosok yang
(audience) Pada proses ini, influencer
perlu memelihara autentisitas (keaslian)
menjaring khalayak (followers) melalui
yang membedakannya dengan influencer
konten postingan mereka, sebanyak-
lain. Pada kondisi demikian, ia perlu
banyak. Followers atau pengikut inilah
bernegosiasi dengan followers-nya melalui
yang dapat dijual kepada pengiklan. Dalam
politik citra. Karena bagaimanapun juga, ia
konteks Awkarin, diakui atau tidak, politik
dan para followers-nya terhubung lewat
citra dan partisipasinya dalam aksi
relasi citra-citra. Politik citra ini, di satu
menolak RKUHP yang cukup populer pun
sisi, juga menjadi kunci utama dalam
mendukung praktik komodifikasi tersebut.
membangun popularitas. Sementara
popularitas itu sendiri, merupakan syarat
wajib bagi perkembangan ekonomi politik
KESIMPULAN
seorang influencer di media sosial.
Partisipasi Awkarin dalam aksi
Pada praktiknya, seorang
menolak RKUHP di Senayan pada
influencer sebenarnya juga melakukan hal
September 2019 lalu menjadi pembicaraan
yang tidak jauh berbeda dari media
di berbagai media. Dalam aksi tersebut,
mainstream: ia mengkomodifikasi konten
Awkarin membagikan ribuan nasi kotak
serta audience. Vincent Mosco, dalam The
kepada para demonstran dan
Political Economy of Communication,
membersihkan area bekas demo dua hari
komodifikasi merupakan proses
setelahnya.
transformasi dari sebuah produk atau jasa
untuk dipasarkan dan mempunyai nilai

32
Khumaid Akhyat Sulkhan, Mitos Good Influencer dan Politik Citra Awkarin
dalam Pusaran Demonstrasi Mahasiswa Menolak RKUHP

Aktivitas Awkarin di aksi tersebut, menekankan distingsi dengan influencer


diakui atau tidak, merupakan bagian dari lain melalui kekhasan masing-masing.
politik citranya sebagai seorang influencer. Karena dengan jalan itulah, mereka bisa
Dengan menonjolkan sosoknya secara menarik orang untuk menjadi pengikut,
dramatik dan isu yang jadi fokus utama di Pada titik inilah, politik pencitraan
waktu bersamaan, Awkarin tak hanya merupakan proses yang penting dan
membalik persepsi publik atas dirinya yang berperan kuat dalam membentuk
cenderung negatif, tetapi juga sekaligus popularitas seorang influencer. Dengan
memperkuat mitos good influencer. kata lain, kita tidak bisa meyakini begitu
Melalui postingan foto-foto dan caption saja mitos good influencer yang
yang menyertainya, Awkarin membangun diwacanakan oleh Awkarin. Hal ini
narasi tentang good influencer. Ia diperkuat oleh temuan penulis bahwa
mewacanakan seorang influencer yang Awkarin hanya menampilkan
peduli terhadap permasalahan sosial dan keterlibatannya sebagai aktivis atau
politik, serta mempergunakan segala volunter dalam masalah-masalah sosial
potensi yang ia miliki untuk mendukung yang populer dan tengah menjadi
publik. Manifestasi yang ia maksud dalam perbincangan khalayak. Seperti gempa dan
mitos tersebut adalah mengajak para tsunami di Palu, kebakaran hutan di
pengikutnya untuk menolak RKUHP Kalimantan, dan aksi menolak RKUHP.
secara persuasif berikut kampanye melalui Perkara yang penulis sebut terakhir itu
media sosial. Selain ajakan, “pembedaan” juga terkesan kurang didalami isunya oleh
dari wacana kepedulian itu juga penting. Awkarin. Oleh sebab itu, kita pun bisa
Dengan postingan-postingannya, Awkarin melihat kecenderungan Awkarin sebagai
menaturalisasi tentang adanya sosok good influencer yang tetap memilih masalah
influencer pada dirinya. sosial untuknya terlibat sebagai aktivis
tanpa mendalaminya. Isu-isu populer yang
Dalam kajian influencer yang lebih kritis,
Awkarin pilih terbukti memengaruhi citra
politik citra ini pada akhirnya berimplikasi
sekaligus popularitasnya dan, dengan
terhadap diri influencer tersebut.
demikian, berpengaruh pula terhadap
Utamanya, dalam hal autentisitas atau
praktik ekonomi politiknya.
keaslian. Sebab, seorang influencer mesti

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, C. (2016). Abidin CVisibility Berger, A. A. (2010). Pengantar


labour: Engaging with influencers’ semiotika: Tanda-tanda dalam
fashion brands and #OOTD kebudayaan Kontemporer. Tiara
advertorial campaigns on Instagram. Wacana.
Media International Australia,
161(1), 86–100. Budiman, K. (2011). Semiotika visual:
Konsep, isu, Dan problem ikonisitas.
Barthes, R. (1977). Image, Music, Text. Jalasutra.
Fontana.
Debord, G. (2005). The Society of
Spectacle. Rebel Press.

33
Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 1, Oktober 2020, Hal 19-34

Hutapea, D. N. (2019). Analisis Pengaruh Mosco, V. (2009). The Political Economy


Daya Tarik, Kepecayan, dan Keahlian of Communication (2nd ed.). SAGE
Selebgram Terhadap Minat Publications.
Pembelian di Media Sosial
Instagram. Jurnal Mahasiswa FEB Ritzer, G. (2003). Teori Sosial
Universitas Brawijaya, 7(2), 1–19. Postmodern (Penerj. Muhammad
Taufiq). Kreasi Wacana.
Irfani, F. (2020). “Awkarin Penuh Dosa,
Kalian Suci Apa Adanya.” Senft, T. . (2008). Camgirls: celebrity and
https://tirto.id/awkarin-penuh-dosa- community in the age of social
kalian-suci-apa-adanya-ejR7 networks. Peter Lang.

Kellner, D. (2009). Barrack Obama and Sobur, A. (2009). Analisis Teks Media.
Celebrity Spectacle. International Rosdakarya.
Journal of Communication, 3(1),
715–741. Storey, J. (1994). Cultural Theory and
Cultural Culture: A Reader. Harvest
Khamis, S., Ang, L., & Welling, R. (2016). . Heartsheav.
(2016). Self-branding, ‘micro-
celebrity’ and the rise of social media Sukmadinata, N. S. (2005). Metode
influencers. Celebrity Studies, 8(2), Penelitian Pendidikan. PT Remaja
191–208. Rosdakarya.

Lalancette, M., & Raynauld, V. (2017). The van Driel, L., & Dumitrica, D. (2020).
power of political image: Justin Selling brands while staying
Trudeau, Instagram, and celebrity “Authentic”: The professionalization
politics. American Behavioral of Instagram influencers.
Scientist, 63(7), 888–924. Convergence: The International
Journal of Research into New Media
Mefita, S., & Yualinto, M. (2018). Technologies, 135485652090213.
Fenomena Gaya Hidup Selebgram: https://doi.org/10.1177/1354856520
Studi Fenomenologi Selebgram 902136
Awkarin. Interaksi Online, 6(4), 567–
573.

34

Anda mungkin juga menyukai