Anda di halaman 1dari 5

F.

PEMBAHASAN
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu
memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik. Stabilitas
obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia. Stabilitas
obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan.
Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan,
pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul
bertabrakan dalam suatu sediaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kestabilan suatu zat antara lain panas, cahaya, kelembaban, oksigen, pH,
mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang dipergunakan dalam
formula sediaan obat. Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi oleh pH,
dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan
penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator
yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi
hasil dari reaksi. Laju reaksi dalam larutan berair sangat mudah dipengaruhi
pH sebagai akibat adanya proses katalis. Pengaruh pH dapat diketahui dari
bentuk pH laju degradasi dari hubungan antara pH dan nilai K atau konstanta
kecepatan reaksi. Dari profil tersebut dapat diketahui pH yang stabil, katalisis
reaksi dan persamaan laju rekasi yang memberikan informasi praktis suatu
obat.
Percobaan pengaruh derajat keasaman terhadap stabilitas obat
bertujuan untuk memahami pengaruh ph terhadap stabilitas suatu bahan obat
dan nenahami cara menentukan ph stabil dari suatu sediaan obat. Pada
percobaan ini digunakan vitamin C sebagai zat aktif yang ingin diuji
kestabilannya dalam suatu sediaan dengan nilai pH yang berbeda tiap
sediaannya. Vitamin C atau 2,3-didehydro-L-threo- hexono-1,4-lactone
dengan rumus molekul C6H8O6 dan berat molekul 176,13 memiliki
karakteristik kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih atau kuning pucat,
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa asam. Kelarutan vitamin C
dalam air adalah 1:3 sampai 1:3,5, dalam alkohol 1:25, dalam metanol 1:10,
larut dalam aseton, dan praktis tidak larut dalam kloroform, eter dan
petrolatum. Titik leburnya 190°C. Larutan 5% vitamin C memiliki pH 2,2 -
2,5. Vitamin C merupakan asam lemah dengan pKa 4,17 dan 11,57.
Pada percobaan ini diawali dengan pembuatan dapar sebagai larutan
penyangga. Dalam percobaan ini digunakan dapar sitrat. Dapar sitrat dibuat
dengan mencampur asam sitrat dengan basa konjugasinya natrium sitrat. Nilai
pH buffer sitrat umumnya bervariasi dari 1,2 sampai dengan 6,6. Penggunaan
dapar sitrat pada percobaan ini bertujuan untuk menstabilkan sediaan vitamin
C dengan mempertahankan pH dari sediaan vitamin C. Dalam percobaan ini
digunakan variasi larutan dapar sitrat dengan nilai pH yang berbeda. Nilai pH
yang digunakan adalah 4,8; 5,0; 5,3; 5,6; 5,8; dan 6,0. Variasi dapar sitrat
dalam percobaan ini dimaksudkan agar selanjutnya dapat ditentukan pH yang
stabil untuk mempertahankan stabilitas dari sediaan vitamin C.
Pengukuran absorbansi pada percobaan ini dilakukan dengan membuat
larutan vitamin C dengan konsentrasi 50ppm dalam 25 ml larutan dapar sitrat
yang kemudian akan diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometri, dimana prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum
Lambert-Beer adalah bila cahaya monokromatik (I0),melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan
(Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Pengukuran absorbansi dimaksudkan
untuk mengetahui kadar vitamin C yang dalam tiap sediaan dengan variasi
pH. Hasil pembacaan absorbansi spektrofotometri diperoleh untuk pH 4,8
pada menit ke 0 didapatkan 56A, pada menit ke 15 didapatkan 58A, dan pada
menit ke 20 didapatkan 29A. pada pH 5,0 pada menit ke 0 didapatkan 50A,
pada menit ke 15 didapatkan 40A, dan pada menit ke 20 didapatkan 36A.
pada pH 5,2 pada menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke 15 didapatkan
48A, dan pada menit ke 20 didapatkan 42A. pada pH 5,6 pada menit ke 0
didapatkan 50A, pada menit ke 15 didapatkan 49A, dan pada menit ke 20
didapatkan 47A. pada pH 5,8 pada menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke
15 didapatkan 40A, dan pada menit ke 20 didapatkan 32A. pada pH 6,0 pada
menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke 15 didapatkan 35A, dan pada menit
ke 20 didapatkan 26A. Dari nilai absorbansi tersebut ditentukan regresi
linearnya untuk mengetahui nilai intersep (A) dan koefisien regresi/ slop (B)
yang kemudian dapat diperoleh nilai R.
Dalam penentuan pengaruh pH terhadap stabilitas vitamin C, dibuat
kurva pH vs konstanta ketetpanan reaksi. Konstanta ketetapan reaksi
didapatkan dengan mengetahui nilai slope (K= -b). Dari percobaan ini
didapatkan persamaan regresi 1 y= 5,97-1,1x dan untuk persamaan regresi 2
y= -9,65+1,75x selanjutnya akan dibuat kurva pH vs Konstanta ketetapan
rekasi. Pada kurva dihasilkan bentuk V hal ini sesuai dengan teori dimana
pada kurva ini memiliki dua titik infleksi yang terjadi karena asam basa
mengalami disosiasi 2 kali. Bentuk kurva yang dihasilkan tergantung pada
sifat sifat zat dan reaksi yang terjadi. Bentuk kuva V terjadi bila obat berssifat
tak terionkan. Keuntungan dari kurva dari profil nilai pH dan konstanta
ketetapan reaksi dalam bentuk kurva V adalah dapat digunakan pH rendah
maupun tinggi ketika reaksi dikatalisis oleh asam dan basa.
Dari percobaan pengaruh derajat keasaman terhadap stabilitas obat
didapatkan hasil untuk pH stabil dari sediaan vitamin C adalah 5,48 dengan
titik potong yang diperoleh sebagai berikut untuk nilai x adalah 5,48 dan nilai
y adalah -0,058. Titik potong diperoleh dari persamaan regresi 1 dan
persamaan regresi 2
Berdasarkan hassil yang didapatkan vitamin C ini dipengaruhi katalisa
asam basa spesifik. Aplikasi percobaan ini dalam dunia farmasi adalah dapat
menentukan waktu paruh obat, waktu yang digunakan dan masa kadaluarsa
obat, selain itu dapat mengetahui kadar kadar pada suasana derajat keasaman
tertentu.
A. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pembacaan absorbansi spektrofotometri diperoleh:
a. pada pH 4,8 pada menit ke 0 didapatkan 56A, pada menit ke
15 didapatkan 58A, dan pada menit ke 20 didapatkan 29A.
b. pada pH 5,0 pada menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke
15 didapatkan 40A, dan pada menit ke 20 didapatkan 36A.
c. pada pH 5,2 pada menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke
15 didapatkan 48A, dan pada menit ke 20 didapatkan 42A.
d. pada pH 5,6 pada menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke
15 didapatkan 49A, dan pada menit ke 20 didapatkan 47A.
e. pada pH 5,8 pada menit ke 0 didapatkan 50A, pada menit ke
15 didapatkan 40A, dan pada menit ke 20 didapatkan 32A.
f. pada pH 6,0 pada menit ke 0 didapatkan 50A pada menit ke 15
didapatkan 35 dan pada menit ke 20 didapatkan 26
2. Dari percobaan ini didapatkan persamaan regresi 1 y= 5,97-1,1x dan
untuk persamaan regresi 2 y= -9,65+1,75x
3. Dari percobaan pengaruh derajat keasaman terhadap stabilitas obat
didapatkan hasil untuk pH stabil dari sediaan vitamin C adalah 5,48
4. Dari percobaan ditentukan titik potong dari persamaan regresi 1 dan
persamaan regresi 2. Titik potong yang diperoleh sebagai berikut
untuk nilai x adalah 5,48 dan nilai y adalah -0,058.

Anda mungkin juga menyukai