Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN TROUBLE SHOOTING AVR SERTA

CALIBRATION TRAVO SENSING 450-42150 RASIO 2:1

(SITE PT Bima Golden Powerindo )

PLANT OVER VIEW


28 / 08 / 2019

W e do not facing risk,but m anag er it

DEPARTEMENT ENGINERING SERVICE

Specialist General Trade and trouble Shotting Engine, In Diesel Power Supply
Jln.T.Nyak Arief No.101 Banda Aceh (NAD)

INDONESIA
A. Dasar Permasalahan
Sehubungan dengan permasalahan yang di alami di site idanoi NIAS,dimana site
tersebut mengalami trouble pada engine hingga merusak AVR secara berulang.hal tersebut
menyebabkan terjadinya pemborosan pemakaian AVR.untuk itu perlu dilakukannya
pengechekan sumber permasalahan yang terjadi hingga merusak AVR secara
berulang.adapun tindakan yang paling utama yang dapat dilakukan untuk mengetahui
penyebab terjadinya kerusakan pada AVR adalah melakukan pengambilan data indikasi
pembaca kerusakan AVR.pengambilan data indikasi pembaca kerusakan AVR dapat di
peroleh dengan cara melakukan pengechekan pada hal-hal berikut :

A.1 DSE panel sincrone


Melakukan write data pada modul DSE panel sincrone guna pengechekan event log
A.2 DSE panel engine
Melakukan write data pada modul DSE panel engine guna pengechekan event log
A.3 Indikasi pada kubikel
Melakukan pembacaan indikasi pada cubikel
A.4 Laporan gangguan PLN
Melakukan pengechekan laporan log sheet engine maupun laporan gangguan PLN

B. Pembahasan
AVR (Automatic Voltage Regulator) adalah suatu komponen yang terpasang pada unit
pembangkit listrik khususnya pada generator.dimana AVR tersebut berfungsi untuk
mengangkat dan menjaga tegangan kerja generator.AVR bekerja setelah di berikan power
dari AUX WINDING atau PMG.setelah AVR di berikan power untuk bekerja maka
mulailah AVR membaca seberapa besarkah tegangan yang di hasilkan oleh generator
tersebut.Pembacaan ini diterima melalui TRAVO SENSING,dimana TRAVO SENSING
berfungsi sebagai sensor untuk menjaga tegangan kerja generator.

Selain sebagai sensor yang dikirimkan ke AVR travo sensing juga bertugas menurukan
tegangan (stepdown) dari phase generator menuju ke AVR.dimana travo sensing
menurunkan tegangan phase generator (380/400 VAC) menjadi (190-264 VAC) tegangan
inilah yang di fungsikan sebagai sensor yang akan di terima oleh AVR.

Dalam penggunaan AVR ada kalanya AVR mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh beberapa factor.untuk itu hal-hal yang dapat menyebabkan AVR bermasalah antara lain
sebagai berikut :
B.1 High voltage
Standart tegangan inputan sensing pada terminal 6,7,8 di AVR yang diizinkan
khususnya AVR Stamford type MX 321 adalah 190-264 VAC dengan frequency 50-60
HZ.untuk itu bila tegangan inputan melebihi dari yang di izinkan akan merusak AVR.
Tegangan inputan sensing pada terminal 6,7,8 di AVR ini di berikan oleh travo
sensing,dimana travo sensing bertugas menurunkan (stepdown) tegangan yang di terima dari
generator(380/400 VAC) menjadi (190-264 VAC) dengan rasio travo 2:1.hal ini sangat
mempengaruhi kinerja AVR,apabila travo sensing tidak dapat murunkan tegangan menjadi
tegangan yang diizinkan akan terjadi high voltage dan mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada AVR.

B.2 Phase sequence wrong


Phase sequence wrong atau terjadinya ketidak seimbangan phasa akan mengakibatkan
salah satu phasa menjadi tinggi.hal tersebut dapat merusak AVR di karenakan tegangan
inputan sensing AVR sudah melebihi dari tegangan yang di izinkan.

B.3 Koneksi terminal pong(lost contact)


Koneksi terminal Pong/lost contact/longgar khususnya pada output AVR pada terminal
F1 dan F2.apabila terjadi kelonggaran pada terminal tersebut mengakibatkan terjadinya
percikan bunga api,terjadinya percikan bunga api akan menimbulkan panas/hangus.secara
fisik hal tersebut akan merusak AVR.apabila terjadinya kelonggaran pada sambungan-
sambungan kabel terminal F1 dan F2 ini akan menyebabkan AVR untuk bekerja lebih keras
lagi di karenakan AVR merespon tegangan yang di terima exiter tidak stabil sehingga AVR
terus memberikan tegangan ke exiter,hal tersebut dapat merusak AVR.

B.4 Exiter low perform


Exiter low perform/nilai tahanan exiter sudah mengecil atau dibawah referensi nilai
yang diizinkan 17.5 ohm untuk generator Stamford .sehingga medan magnet pada exiter
berkurang/kecil.dan dapat memaksa AVR bekerja menjadi lebih keras untuk memeberikan
tegangan melalui terminal F1 dan F2.hal tersebut dapat merusak AVR.

B.5 Short circuit kabel control


Terjadinya short circuit cabel control sama halnya dengan yang terjadi apabila terminal
pong/lost contact.hal ini memaksakan AVR untuk bekerja lebih keras lagi di karenakan
AVR merespon tegangan yang tidak stabil.hal ini dapat merusak AVR tersebut.

B.6 Dioda demage


Short dioda/dioda rusak terjadinya kerusakan pada diode ini akan memepengaruhi
kerja main rotor atau tegangan ke main rotor berkurang/tidak stabil.sehingga hal tersebut
dapat memaksakan AVR dan Exiter bekerja lebih keras untuk memberikan tegangan yang di
searahkan ke main rotor.hal tersebut dapat merusak AVR maupun exiter.

Kerusakan yang terjadi pada diode dapat terjadi apabila tegangan yang di searahkan
oleh diode melebihi dari kapasitas atau nilai arus dan tegangan yang di izinkan dioda itu
sendiri berdasarkan spesifikasi pada body diode tersebut.adapun kerusakan diode lainnya
dikarenakan pasca blackout sehingga terjadinya lonjakan tegangan (over voltage) yang
mengakibatkan terjadinya short pada Varistor.dimana varistor ini sendiri di fungsikan
sebagai pengaman dari main rotor maupun exiter.sehingga dengan asumsi apabila varistor
sudah short dan terjadinya arus balik menuju exiter maka diode terlebih dahulu akan
mengalami kerusakan.

Adapun hal lainya yang dapat merusak AVR,melalui Power input yang diberikan ke
AVR melalui PMG.dimana power input yang diizinkan khususnya pada AVR Stamford
MX321 adalah 170-220 VAC dengan frequensi 100 -120 HZ.untuk itu perlu dilakukanya
pegukuran tegangan pada power input AVR tersebut.hal yang mempengruhi besar dan
kecilnya tegangan power input ke AVR melalui PMG adalah RPM engine itu sendiri.untuk
itu engine sangat perlu di berikan proteksi overspeed selain dapat merusak material pada
engine overspeed juga dapat merusak AVR apabila engine tidak diberikan proteksi
overspeed.

C. Metode penanganan trouble shooting AVR

TROUBLE SHOOTING AVR

KONEKSI
PHASE
TERMINAL EXITER LOW SHORT CIRCUIT RECTYFIRE DIODA
HIGH VOLTAGE SEQUENCE KABEL CONTROL DEMAGE
PONG/LOST PERFORMANCE
WRONG
CONTACT

CHECK PMG CHECK TRAVO CHECK


INSPEKSI KABEL CHECK EXITER CHECK DIODA
SENSING TERMINAL CHECK CABEL
KE TRAVO CONTROL
OUTPUT AVR F1
SENSING
DAN F2
CALIBRATION PENGUKURAN PENGUKURAN
PENGUKURAN EXITER
DAN DIODA DENGAN
TEGANGAN PEROMBAKAN -NILAI CARA BOLAK
PENGUKURAN CLEANING BILA REPAIR/REPLACE
POWER INPUT DAN RESISTANSI BALIK POLARITAS
TRAVO TERJADI
AVR PENAMBAHAN -TAHANAN
SENSING RATIO PENGKAPURAN
(170-220 VAC) PROTEKSI AVR ISOLASI
2:1
(100-120 HZ) DARI INPUTAN -SHORT KE
INPUT(380/400
VAC) TRAVO BODY REPAIR/REPLACE
OUTPUT(190- SENSING KE MENGGUNAKA
264 VAC) DEEPSEA N LAMPU PIJAR
REPAIR/REPLACE

REPAIR/REPLACE REPAIR/REPLACE
CONDITION CAUSE REMEDY
1. High voltage  Tegangan output travo sensing  Pengechekan/Calibration/pen
melebihi nilai yang diizinkan gukuran travo sensing ratio
AVR (190-264 VAC) 2:1
Input :
R-S = 405 Volt
R-T = 409 Volt
S-T = 409 Volt
Output :
R-S = 203.9 Volt
R-T = 205.5 Volt
S-T = 201.5 Volt
Nilai resistansi Input :
P1-P2 = 399.5 ohm
P1-P2 = 398.2 ohm
Nilai resistansi Output :
S1-S2 = 102.6 ohm
S1-S2 = 103.5 ohm
 Repair/replace

 Tegangan power input yang di  Pengechekan dan Pengukuran


berikan PMG melebihi dari Tegangan power input dari
nilai yang di izinkan AVR PMG
(170-220 VAC)  Repair/replace
2. Phase sequence wrong  Ketidak seimbangan phase  Melakukan perombakan dan
membuat salah satu phase penambahan inputan proteksi
menjadi tegangan tinggi. AVR dari inputan travo
sensing ke Deepsea
3. Koneksi terminal pong/lose  Terminal output F1 dan F2  Pengechekan terminal F1 dan
contact longgar/lose contact membuat F2 dari kelonggaran yang
AVR bekerja lebih keras untuk menyebabkan lose contact
menginject tegagan ke Exiter.  Cleaning terminal F1 dan F2
apabila terjadi pengkapuran
 Tegangan output pada
terminal F1 dan F2 pada AVR
MX321 max 120 VDC
4. Exiter low performance  Nilai resistansi exiter atau  Pengechekan dan Pengukuran
dibawah nilai referensi yang Exiter
diizinkan (17.5 ohm) sehingga  Pengukuran nilai resistansi
medan maghnet pada exiter menggunakan avo meter
berkurang/kecil  Pengukuran Tahanan isolasi
menggunakan marger
 Pengechekan short ke body
menggunakan metode bola
lampu pijar
 Repair/replace

5. Short circuit kabel control  Koneksi kabel kontrol longgar  Check kabel kontrol dan
dan lose contact lakukan perbaikan pada
koneksi terminal yang
mengalami longgar.

6. Rectyfire diode demage  Tegangan yang di searahkan  Pengechekan fisik serta


diode melebihi dari nilai yang pengukuran diode
diizinkan pada diode itu menggunakan avo meter
sendiri dengan cara bolak balik
polaritas.

Anda mungkin juga menyukai