Editor:
Edi Wiyono
Aria Yulita
Kearifan Lokal Nusantara
©2021 Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
ISBN 978-623-313-185-8
ISBN 978-623-313-186-5 (PDF)
Penerbit
Perpusnas Press
Anggota IKAPI
Jl. Salemba Raya No. 28a Jakarta
Surel : press@perpusnas.go.id
Laman : https://press.perpusnas.go.id
ii
Kata Pengantar
Kebudayaan memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Sebagaimana yang kita ketahui
bahwa peradaban manusia di bumi merupakan hasil dari
kebudayaan. Tercatat bahwa negara Indonesia adalah salah
satu negara yang memiliki budaya lokal terkaya di dunia. Di
sisi lain, kearifan lokal sebagai nilai luhur yang dimiliki oleh
masyarakat adat sudah mulai menunjukan gejala hampir
punah akibat dari kurangnya pelestarian dari berbagai pihak.
iii
Buku yang sekarang ada dihadapan Anda ini merupakan
buku hasil dari kegiatan penulisan Kearifan Lokal Nusantara.
Setelah melewati proses seleksi ada 22 naskah yang masuk
dan layak untuk dipilih ke dalam buku antologi ini. Mereka
datang dengan kisah yang berbeda-beda dari satu penulis
ke penulis lainnya. Ini menandakan negeri Indonesia kaya
dengan berbagai macam kearifan lokalnya. Akhirnya, semoga
buku antologi ini memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penerbit
Perpusnas Press
iv
Daftar Isi
Kwitang: ‘Oase’ di Kota Metropolitan
Frial Ramadhan Supratman___________________________ 1
Catatan Seorang Penjelajah: Autobiografi Moehammad
Saleh dan Kesadaran Literasi Tokoh Lokal Pariaman
1841-1922
Salamun Ababil___________________________________ 11
Kisah Penambang Belerang dan “Ojek” Troli Kawah
Ijen di Masa Pandemi Covid-19
Damaji Ratmono__________________________________ 24
Salim, Kebiasaan Kecil yang Mempunyai Peran Besar
Abdul Fatahul Alim_________________________________ 41
Bumi Raflesia, Tanah Pengasingan dengan Berbagai
Kearifan Lokal
Annisa Marwa_____________________________________ 48
Keseragaman dalam Tari Saman dan Eksistensinya di
Masa Kini
Desviana Siti Solehat_______________________________ 58
Perawatan Naskah Berdasarkan Kearifan Lokal di Situs
Kabuyutan Ciburuy Garut
Ellis Sekar Ayu____________________________________ 68
Mendendang Nada, Memakna Petuah: Melalui Lagu,
Petuah Dinikmati
Endy Santoso _____________________________________ 78
Menggali Pendidikan Karakter dan Nilai-nilai Anti
Korupsi Melalui Naskah Kuno Nusantara
Ervina Nurjanah___________________________________ 88
Batik sebagai Koleksi Local Content Perpusnas
Warisan Budaya Bangsa tang Tak Lekang Dimakan Masa
Hanita Sulistia___________________________________ 102
v
Grebeg Pancasila: Wahana Nguri-nguri Budaya
Deni Susanti_____________________________________ 113
Melacak Jejak Naskah yang Terpencar di Nusantara
Indah Purwani___________________________________ 121
Perpustakaan Bung Karno: Perpustakaan yang Ikut
Melestarikan Kearifan Lokal di Kota Patria
Hanafi __________________________________________ 134
Literasi Budaya Mistik, Pentingkah?
Dede Gumilar____________________________________ 145
Bung Karno dan Buceng Guyub: Inspirasi Menjaga Persatuan
Aji Subekti_______________________________________ 158
Menggaungkan Dengung Kentrung
Nikmahtin Megawati______________________________ 169
Menjaga Tanah Leluhur: Misteri Tujuh Keluarga di
Kampung Pitu
Indria Sari Susanti________________________________ 181
Hampir Lenyap, Budaya Gotong Royong sebagai
Warisan Budaya Tak Benda
Afdini Rihlatul Mahmudah__________________________ 191
Merendahlah dengan Sungkem
Kelik Fauzie C.____________________________________ 198
Pesan Kearifan Lokal Nusantara: Tabot Bengkulu dalam
Masa New Normal Covid-19
Edi Herwanto____________________________________ 207
Ragam Seni dan Tradisi di Lereng Sumbing Sindoro
Evi Syntariana____________________________________ 210
Sudahkah Milenial Mengenal Budaya Sunda?
Iin Suminar______________________________________ 216
Tentang Penulis__________________________________ 222
Tentang Perpusnas Press___________________________ 240
vi
Kwitang: ‘Oase’ di Kota
Metropolitan
Frial Ramadhan Supratman
1
Ketika menyebut Blok M, Gambir, Tanah Abang, Pasar Senen,
atau Salemba, siapa pun pasti tahu lokasi tersebut. Lantas,
bagaimana dengan Kwitang? Kecuali para pencinta buku bekas,
tidak banyak yang tahu daerah tersebut, apalagi warga luar
Jakarta.
Saya ingat film “Ada Apa dengan Cinta?” mengambil
adegan di daerah ini. Ketika itu tokoh Rangga mengajak kawan
perempuannya, Cinta, untuk “berburu” buku bekas di toko buku
loak. Di sana dia menemui seorang penjual buku bekas bernama
Limbong yang diperankan oleh aktor kawakan Gito Rolies.
Adegan tersebut begitu membekas di benak saya sehingga
saat kuliah, saya juga beberapa kali mencari buku di Kwitang.
Harganya “miring” dan banyak buku langka yang sudah tidak
dijual lagi di toko buku besar. Namun, itu sekitar sepuluh tahun
yang lalu.
Saat itu saya selalu menggunakan Kopaja No.20 untuk
menyambangi Kwitang. Namun, sekarang saya lebih memilih
menggunakan ojek online, alternatif transportasi yang
diperkenalkan sekitar tujuh tahun yang lalu di ibu kota. Selain
praktis dan murah, saya bisa langsung turun di tempat tujuan.
Saya memesan ojek online menuju Jalan Kramat II. Seperti
biasa, jalan menuju Kwitang tidak selalu lancar. Di depan UI
Salemba tampak jajaran mobil, motor, hingga bemo yang
menambah kemacetan pada hari itu.
Ojek online yang saya tumpangi akhirnya berhasil menembus
kemacetan. Saya turun di depan Jalan Kramat II dan langsung
disambut oleh gerbang bertuliskan “Selamat Datang di Wilayah
Majelis Ta’lim Habib Ali Kwitang”. Jalannya tidak begitu lebar,
11
Budaya Alam Minangkabau
Penggalan tulisan di atas merupakan pesan dari ayah
Moehammad Saleh, seorang saudagar besar Minangkabau
asal Pariaman. Tanah kelahirannya, ranah Minangkabau, oleh
sebagian orang sering disamakan dengan wilayah Sumatra Barat
sekarang. Kenyataannya, perkembangan sejarah menunjukkan
bahwa wilayah Sumatra Barat hanyalah sebagian dari daerah
geografis Minangkabau. Sumatra Barat mengandung makna
geografis administratif, sedangkan Minangkabau mengacu
kepada makna sosial budaya. Menurut laporan pemerintah
kolonial Hindia Belanda, luas wilayah Sumatra Barat pada 1930
(bernama administratif Sumatra Westkust saat itu) adalah sekitar
49.778,10 km2 yang meliputi sebagian wilayah Riau (Kampar dan
Inderagiri), Jambi (Kerinci), dan sebagian wilayah Sumatra Utara
(Mandailing).
Dari segi ekologi, Sumatra Barat dapat dibagi menjadi dua
kawasan, yaitu kawasan pedalaman di dataran tinggi (darek) dan
kawasan pinggiran pantai (pesisir) sebagai daerah rantau orang
Minangkabau. Daerah pedalaman memiliki suasana kehidupan
bertani yang sederhana, lebih teratur, dan hidup dengan kondisi
geografis berlembah subur dengan sawah basah sebagai ciri
khasnya. Daerah pesisir, berupa dataran rendah yang dinamakan
rantau, merupakan kawasan pantai yang terdapat di antara
dua sisi pegunungan. Pantai ini menghubungkan orang-orang
Minangkabau dengan kelompok-kelompok bukan Minangkabau
di bagian barat dan timur, serta menjadi pusat rantau orang
Minangkabau setelah abad ke-20.
Perbedaan geografis tersebut mengakibatkan
berkembangnya sistem sosial dan bentuk perekonomian yang
24
Gambar 1. Penambang Belerang Kawah Ijen
(Sumber: Dokumentasi pribadi Oktober 2020)
Gambar 2. Maurice Krafft dan Katia melakukan penelitian di Kawah Ijen pada
tahun 1971 (Sumber: http://tourbanyuwangi.com)
Gambar 7. Kawasan Kawah Ijen yang Sepi dari wisatawan akibat dari
pandemi virus Covid-19 (Sumber: Dokumentasi pribadi Oktober 2020)
Gambar 10. Penambang dan cendera mata yang dijual dari bahan belerang.
(Sumber: www.banyuwangitravelmurah.com)
Gambar 13. Ojek Troli Kawah Ijen (Sumber: Dokumentasi pribadi Oktober
2020)
Gambar 14. Ojek troli dan para wisatawan pendaki Kawah Ijen
(Sumber: Dokumentasi pribadi Oktober 2020)
41
Kisah Klasik
Teringat kala itu, tahun 1992 ketika usiaku masih 5 tahun,
duduk di bangku taman kanak-kanak. Sebelum meninggalkan
rumah, aku selalu diajarkan orang tuaku untuk pamit dan salim
(cium tangan) kepada mereka. Tak pernah aku pikirkan apakah
tangan ayah ibuku lembut atau kasar, wangi layaknya tangan
raja atau malah bau kunyit karena habis mengulek, tetap saja
aku cium dengan suka cita dan perasaan yang bebas. Mereka
membalasnya dengan mencium keningku, bahkan tak jarang
mencium pipi kanan kiri sembari mendoakanku. Sesampainya
di sekolah, guru sudah menungguku dan beberapa teman yang
datang bersamaan di depan gerbang. Mereka merapikan barisan
kami dan menyodorkan tangannya, hendak memberi ajaran
agar salim juga kepada mereka.
Peristiwa itu terus dilakukan setiap hari oleh guru TK
hingga SD, sungguh pemandangan yang sejuk meskipun
bukan di area kebun raya. Tidak pernah terlontar kata bosan
dari mulut mereka ataupun dari kami yang masih senang-
senangnya bermain. Lambat laun aku menyadari, meskipun
tidak sepenuhnya mengerti saat itu, bahwa melalui salim, para
guru ingin keberadaannya dihormati layaknya orang tua kami di
rumah. Sebatas itu saja.
Perubahan Zaman
Semenjak pandemi Covid-19 melanda, kondisi sosial pun
berubah. Segala aktivitas yang berkaitan dengan interaksi
dibatasi guna mencegah penularan virus lebih besar. Misalnya,
proses kegiatan belajar mengajar menjadi proses pembelajaran
jarak jauh. Para pendidik dan orang tua siswa, yang belum
pernah mengalami hal ini sebelumnya, “dipaksa” melakukan
kegiatan belajar mengajar sang anak secara mandiri melalui
sistem daring.
Perubahan kondisi ini dikhawatirkan dapat memengaruhi
nilai sosial kultural yang sudah lama terbentuk di masyarakat.
Pada akhirnya, bukan tidak mungkin, dapat menggerus budaya
salim yang membutuhkan kontak fisik dalam penerapannya.
Bagaimana pun kesehatan adalah yang utama. Namun, melihat
kehidupan normal baru ini, di tengah tren gaya hidup modern
dan ancaman neoliberalisme, hal tersebut harus menjadi
perhatian bagi para pendidik, termasuk orang tua.
48
Siapa yang tidak tahu Bengkulu? Provinsi yang terletak di Barat
Daya Pulau Sumatra ini dikenal dengan sebutan Bumi Raflesia.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Bengkulu merupakan
tanah kelahiran Ibu Fatmawati, sekaligus menjadi salah satu
tempat pengasingan Ir. Soerkarno. Mengesampingkan fakta
sejarah tersebut, siapa yang menyangka bahwa Bumi Raflesia
menyimpan berbagai pesona kearifan lokal yang sangat sayang
untuk dilewatkan. Mulai dari batik, pakaian adat, hingga
kesenian.
58
Di atas panggung, sekelompok pemuda duduk berlutut dalam
satu barisan sambil menggerakkan tangan dengan berbagai
variasi. Gerakan tangan yang kadang lemah gemulai, tetapi pada
kali yang lain bergerak cepat, diikuti goyangan badan ke depan,
belakang, atau samping. Goyangan badan dan gelengan kepala
seolah dihempaskan ke kiri, kanan, atas, bawah, diputar-putar,
dan seterusnya. Gerakan berlanjut dengan selang-seling diikuti
variasi lainnya.
Siapa yang tak kenal dengan Tari Saman?, rasanya jika
mendengar kata Aceh, kita akan langsung terbayang tarian
tradisional yang satu ini. Ya, Tari Saman dengan kekhasan
gerakan dan iramanya berhasil memukau dan menarik decak
kagum penontonnya. Melihat tarian ini, baik secara langsung
maupun melalui media, seakan membawa kita terhanyut dan
terkagum-kagum dengan kekompakan penarinya.
Selain masyarakat Aceh, mungkin tidak banyak yang tahu
bahwa Tari Saman dikenal juga dengan Tari Tangan Seribu. Tari
ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari
Kabupaten Gayo Lues. Seiring berjalannya waktu, tarian ini
meluas ke berbagai daerah di Aceh, seluruh Indonesia, bahkan
mancanegara. Tarian ini kemudian diakui oleh UNESCO pada
tanggal 24 November 2011 dan menjadi salah satu warisan
budaya.
Di daerah asalnya, Saman bukan hanya seni penghibur
masyarakat, lebih dari itu, Saman merupakan bagian dari
kehidupan masyarakatnya. Sebagai budaya, nilai-nilai yang
terdapat di dalam Saman akan selalu dihayati oleh masyarakat,
baik nilai agama maupun adat.
Referensi:
Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No.43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan. Jakarta.
Salam, Ridhwan Abd. (2012). Tari Saman. Bekasi: Wahana Bina
Prestasi.
68
Pernahkah Anda mendengar tentang Situs Kabuyutan Ciburuy?
Situs ini terletak Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong,
Kabupaten Garut. Untuk sampai ke situs tersebut, kami harus
melewati jalan kecil yang hanya bisa dilalui satu mobil dengan
kondisi jalan yang kurang baik. Jika mobil kami berpapasan
dengan mobil lain dari arah berlawanan, salah satunya harus
menepi agar mobil yang lain dapat lewat.
Situs Kabuyutan Ciburuy merupakan sebuah kompleks
bangunan dengan luas lebih kurang satu hektare, terdiri atas
enam bagian utama yang antarbagiannya saling dipisahkan
dan dikelilingi oleh pagar bambu. Pada setiap bagian terdapat
bangunan/rumah dari kikis (anyaman pagar bambu) dan kayu
atau bambu untuk tiang-tiangnya.
Bagian pertama, yaitu rumah adat yang bernama
padaleman, sebuah rumah panggung kecil tempat menyimpan
benda pusaka dan naskah Sunda kuno yang terbuat dari daun
lontar dan nipah. Bagian kedua, yaitu bumi patamon, rumah
panggung setinggi lebih kurang setengah meter dari tanah,
tempat menerima tamu dan tempat tinggal keluarga juru kunci.
Bumi patamon terdiri atas empat ruangan, yaitu ruang teras,
ruang tamu, ruang tidur, dan dapur. Bagian ketiga, yaitu leuit,
tempat menyimpan bahan makanan, terutama padi. Bagian
keempat, yaitu saung lisung, tempat penyimpanan alat untuk
menumbuk padi yang terbuat dari batu. Bagian kelima adalah
pangalihan, sebuah pos ronda tradisional. Bagian keenam
adalah pangsolatan, terdiri atas hamparan batu pipih besar dan
sebuah tempat wudu tradisional.
Gambar 5. Peti besar berisi naskah dan benda pusaka logam (Sumber:
Dokumentasi pribadi)
78
Pernahkah Anda memberi atau diberi suatu petuah? Petuah
selalu dimaknai sebagai sesuatu yang sakral, ketat, dan penuh
aturan antara benar dan salah. Petuah dideskripsikan sebagai
keputusan atau pendapat mufti (tentang masalah agama)
dan fatwa. Petuah juga dipahami sebagai nasihat orang alim;
pelajaran (nasihat) yang baik. Selalu dicitrakan bahwa petuah
disampaikan oleh orang–orang tua yang bijaksana dan sudah
menjalani banyak peristiwa hidup. Namun, apakah petuah akan
terus dipahami sebagai sesuatu yang jauh dari keseharian?
Apakah kesenian bisa dijadikan sarana penyampaian petuah
yang asyik untuk generasi muda? Bagaimana kemudian lagu
menjadi penyampai petuah?
Sejarah mencatat lagu kerap menjadi pilihan dalam
penyebaran petuah. Melalui tembang Jawa, pesan orang tua
tersampaikan. Bagi orang Jawa, beberapa generasi dikidungkan
lagu Tak Lelo Lelo le dung, anakku sing ngganteng/ayu dhewe. Hal
tersebut menunjukan bahwa pada masa lampau, lagu menjadi
sarana pembelajaran pelaksanaan petuah secara pungkas.
Apakah penyampaian petuah melalui lagu pada masa kini
masih terus terjadi? Jawabannya ya, masih terus terjadi. Melalui
lagu, proses internalisasi petuah terus terjadi, tidak peduli
seberapa kuno dan canggihnya media.
Coba kita dengarkan lagu berikut ini:
Everything has changed
It all happened for a reason
Down from the first stage
It isn’t something we fought for
Referensi:
Dalkir, K. and J Liebowitz, 2011. Knowledge Management in
Theory and Practice, 2nd Edn. The MIT Press Cambridge,
Massachusetts, ISBN:978-0-262-01505-0
https://tirto.id/lirik-lagu-ingat-pesan-ibu-by-padi-reborn-
kampanye-lawan-covid-19-f6nX(diakses pada tanggal 8
Desember 2020)
https://today.line.me/id/v2/article/6nG6wn (diakses pada
tanggal 8 Desember 2020)
https://www.kompas.com/hype/read/2020/06/18/090026666/
weird-genius-jelaskan-makna-lagu-lathi-hingga-alasan-
pilih-sara-fajira?page=all (diakses pada tanggal 8 Desember
2020)
Sangkala (2007), Knowledge management, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Indonesia.
88
Setiap tahunnya, tanggal 9 Desember diperingati sebagai Hari
Anti Korupsi Sedunia (HAKORDIA). Namun, menjadi ironi bagi
bangsa ini karena menjelang peringatannya di tahun 2020,
Indonesia justru dihadiahi dua kasus korupsi yang dilakukan
oleh pejabat negeri ini.
Minggu, 6 Desember 2020 masyarakat kembali dibuat gaduh
dengan berita penangkapan Menteri Sosial, Juliari P. Batubara.
Ia ditetapkan sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi di
Kementerian Sosial terkait program bantuan sosial penanganan
Covid-19.
Pandemi Covid-19 yang menjangkit Indonesia sejak awal
tahun 2020 terasa sangat berat, tidak sedikit yang kehilangan
lapangan pekerjaan dan kesulitan untuk mencari mata
pencaharian baru. Anehnya, di masa sulit seperti ini bantuan
sosial justru dijadikan sasaran korupsi pejabat.1 Tidak heran
jika masyarakat bereaksi cukup keras dalam menanggapi kasus
tersebut. Kolom komentar akun berita di media sosial dibanjiri
oleh tanggapan keras masyarakat yang merasa kecewa dengan
kejadian ini.
Berita senada sebelumnya juga telah menjadi buah
bibir di masyarakat. Rabu, 25 November 2020, tersiar berita
penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy
Prabowo yang diduga terlibat kasus korupsi dalam penetapan
izin ekspor benih lobster. Edhy yang saat itu baru saja tiba di
Bandara Soekarno Hatta usai kunjungan kerjanya ke Amerika
Serikat langsung diboyong oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) untuk diperiksa.
1 Mohammad Bernie, “Kronologi & Siasat Mensos Juliari Bancakan Bansos Corona,”
tirto.id, accessed December 9, 2020, https://tirto.id/kronologi-siasat-mensos-juliari-
bancakan-bansos-corona-f7NK.
Referensi:
Bernie, Mohammad. “Kronologi & Siasat Mensos Juliari
Bancakan Bansos Corona.” tirto.id. Accessed December
9, 2020. https://tirto.id/kronologi-siasat-mensos-juliari-
bancakan-bansos-corona-f7NK.
El-Zastrouw, Ngatawi. “Menuju Sosiologi Nusantara: Analisa
Sosiologis Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Dan Amanat
Galunggung.” ISLAM NUSANTARA:Journal for Study of Islamic
History and Culture 1, no. 1 (July 30, 2020): 89–144. https://
doi.org/10.47776/islamnusantara.v1i1.46.
“Isi Naskah: Amanat Galunggung | Sejarah Tatar Pasundan.”
Accessed December 10, 2020. http://sejarahtatarpasundan.
102
Perpustakaan erat kaitannya dengan kebudayaan dan
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa perpustakaan merupakan
produk kebudayaan yang dibuat untuk melayani masyarakat.
Kebudayaan bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah
semua hal yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berakal, baik berbentuk fisik maupun nonfisik.
Fungsi kultural perpustakaan adalah sebagai tempat
menyimpan khazanah budaya bangsa, yakni suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan
karya seni. Itulah sebabnya antara abad ke-17 hingga ke-20 di
Jawa muncul pengaruh budaya India, Tiongkok, Eropa maupun
Jepang. Hal ini wajar karena pengaruh budaya asing dapat
memperkaya budaya Indonesia.
Dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan Pasal 21 ayat 3 poin a disebutkan bahwa
Perpustakaan Nasional mengembangkan koleksi nasional
untuk melestarikan budaya bangsa. Perpustakaan Nasional RI
menyimpan berbagai koleksi, baik yang tercetak maupun yang
tidak tercetak. Salah satu koleksi hasil budaya bangsa adalah
koleksi tentang batik
Batik merupakan koleksi local content Perpusnas, yaitu
koleksi yang mengandung informasi mengenai entitas lokal
(perorangan, institusi, kegiatan, geografi, dan budaya). Koleksi
local content ini berkaitan dengan kebudayaan dan keadaan
lingkungan sosial dari suatu daerah. Pengetahuan mengenai
local content dari suatu daerah merupakan hal yang perlu
Daftar Pustaka
Herawati, Nanik. 2010. Pesona batik. Klaten: Pariwara
Jusmail. 2011. Melestarikan Budaya Batik Nusantara. Depok:
Arya Duta
Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan
Wikarsih, Wiwin. 2010. Cantik Menawan dengan Batik. Klaten:
Saka Mitra Kompetisi
113
Kota Blitar yang dikenal sebagai Kota Proklamator adalah
tempat disemayamkan Bung Karno, ideolog dan pemikir besar
yang dikagumi dunia. Namun, tahukah Anda bahwa kota yang
berada di kaki Gunung Kelud ini memiliki wisata budaya yang
tidak kalah terkenal? Wisata budaya tersebut adalah Grebeg
Pancasila.
Grebeg Pancasila rutin dilaksanakan pada tanggal 1
Juni untuk memperingati hari lahirnya Pancasila. Kegiatan
ini merupakan upaya pemerintah untuk mengajak bangsa
Indonesia, khususnya masyarakat Kota Blitar, untuk mengenang
dan menghayati nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kedamaian
dapat terwujud. Artinya, tidak akan ada lagi pengotak-kotakkan
manusia berdasarkan suku, agama, profesi, status sosial, atau
ekonomi. Dengan begitu, bangsa Indonesia tidak akan mudah
hanyut dalam berbagai gelombang kehidupan.
Kegiatan Grebeg Pancasila diisi dengan kenduri
Pancasila yang disertai dengan doa-doa. Harapannya, Pancasila
tetap langgeng sebagai dasar negara Republik Indonesia serta
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Karena
Grebeg Pancasila rutin dilaksanakan setiap tahun, kegiatan
ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan. Selain itu,
kegiatan ini diharapkan mampu menyatukan masyarakat Blitar,
mengingat pelaksanaannya yang melibatkan berbagai lapisan
masyarakat.
Embrio lahirnya Grebeg Pancasila berawal dari kegelisahan
para budayawan di Blitar atas ketiadaan penghargaan kepada
Bung Karno, sosok yang melahirkan Pancasila, pondasi bangsa
Indonesia. Adalah Bagus Putu Parto, seorang seniman asal kota
121
Menggali jejak sukma negara bisa dilakukan dengan berburu
naskah nusantara. Sayangnya, hal tersebut tidak mudah,
mengingat keberadaan naskah yang terpencar dari Sabang
sampai Merauke. Hal yang lebih disayangkan, naskah kuno
Indonesia lebih banyak tersimpan di Staatsbibliothek zu Berlin,
yakni sekitar 700 dari 80.000 koleksi naskah (Bisnis.com.1987).
Tahukah Anda bahwa Staatsbibliothek zu Berlin juga menyimpan
bagian dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular yang di
dalamnya ada teks asli “Bhineka Tunggal Ika”?
Banyak keunikan dan cerita ketika melacak keberadaan
naskah nusantara di wilayah Indonesia. Contohnya, ketika
kami berada di Nusa Tenggara Barat, Dr. Djalaludin, seorang
filolog lombok, menginformasikan bahwa naskah-naskah kuno
di Lombok baru diketahui setelah Badan Arkeologi Nasional
melakukan penelitian pada tahun 1986. Dari hasil penelitian
tersebut, ditemukan sekitar 186 eksemplar naskah dengan
kondisi cukup memprihatinkan.
Yang cukup unik, proses pengambilan naskah kuno di
Lombok harus mengikuti persyaratan tertentu yang ditetapkan
pemilik naskah. Hal ini berkaitan dengan adat-istiadat
masyarakat setempat yang masih mempercayai unsur keramat
pada naskah. Akibatnya, sangat sulit bagi orang luar untuk
melihat atau menyentuh secara langsung naskah tersebut.
Agar naskah kuno bisa dikeluarkan dari tempat
penyimpanan, orang yang berkepentingan melihat naskah
tersebut harus menyediakan semacam sesaji, seperti gula,
kopi, bahkan ada yang meminta seekor sapi atau kambing. Hal
yang disayangkan, banyak naskah yang hilang dengan alasan
dipinjam pihak keluarga, tetapi tidak dikembalikan lagi. Secara
Gambar 6. Sertifikat Tanah dan Register tanah wilayah Negeri Siri Sori Islam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
134
Kota Blitar memiliki beberapa sebutan: Kota Patria, Proklamator,
Peta, dan Koi. Disebut Kota Peta (Pembela Tanah Air) karena
kota Blitar terkenal dengan salah satu pahlawannya, Shodanco
Supriyadi yang memberontak melawan penjajah Jepang.
Kota ini juga disebut sebagai Kota Merah Putih. Hal tersebut
dikarenakan semua gedung instansi yang dicat dengan warna
merah putih.
Kota Blitar terletak di antara dua kota yang cukup besar,
yakni Kediri dan Malang. Kota ini terkenal dengan suasana
yang tenang dan damai. Selain itu, tempat ini juga cocok untuk
berlibur karena terdapat banyak peninggalan bersejarah. Sebut
saja Candi Penataran yang merupakan candi termegah di Jawa
Timur. Ada juga Istana Gebang yang merupakan kediaman
keluarga Bung Karno. Di sana banyak terdapat peninggalan-
peninggalan keluarga Bung Karno. Wisata alam di kota tersebut
pun tidak kalah indah. Di pesisir selatan, terdapat banyak wisata
pantai, seperti Tambak, Serang, dan Peh Pulo. Untuk wisata
pegunungan, dapat ditemukan Kebun Teh Sirah Kencong dan
Wisata Hutan Pinus Loji Gunung Kelud. Tak kalah ramainya, di
Kota Blitar terdapat wisata edukasi, seperti Wisata Kampung
Coklat, Kebun Belimbing Karangsari, Kebun Kopi Karanganyar,
Fish Garden, Blitar Park, dan sebagainya. Dalam wisata kuliner,
Blitar juga tak kalah melimpah dibandingkan kota lain, baik
yang tradisional maupun yang kekinian. Banyak wisatawan yang
tentu saja memburu kuliner tradisionalnya.
Wisatawan maupun warga lokal sudah tidak asing lagi
dengan sarapan pagi, Pecel Mbok Bari. Pecel ini disajikan dalam
sepiring nasi dan sayuran yang dibaurkan dengan sambal
kacang. Ada juga masakan ikan uceng, es drop, dan es pleret.
145
Dulu saya dan teman-teman takut dengan hal ini. Tepatnya saat
masa SMA.
Agenda kami adalah menginap di salah satu rumah kami
pada malam Jumat. Malam yang konon lebih menakutkan
daripada malam lainnya dalam satu pekan. Apalagi ketika
memasuki malam Jumat Kliwon. Namun, bukan karena alasan
itu saja kami memilih menginap bersama di malam tersebut.
Salah satu radio memutarkan sebuah program yang menakutkan
dan membuat kami penasaran. Nama program tersebut adalah
“Nightmare Side” yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sisi
mimpi buruk.
“Nightmare Side” merupakan sebuah program di salah
satu stasiun radio Bandung, yaitu Ardan Radio. Siaran yang
menceritakan kisah-kisah mistik yang beredar di masyarakat.
Dibumbui dengan lagu-lagu dan suara yang terkesan mistik
membuat nuansa lebih horor. “Lingsir Wengi” diputarkan pada
opening program. Ditambah dengan teriakan tawa kuntilanak
yang membuat suasana menjadi semakin mistik dan horor.
“Lingsir Wengi” banyak dikenal masyarakat sebagai
nyanyian yang mengandung nuansa mistik. Namun, apakah
benar aslinya seperti itu? Dari segi bahasa, lingsir wengi berasal
dari bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti
menjelang malam. Menggunakan bahasa Jawa karena tidak
lepas dari kisah perjalanan Raden Mas Said–lebih dikenal
sebagai Sunan Kalijaga. Salah satu daerah dakwahnya berada di
Kesultanan Demak yang berada di kawasan daerah Jawa.
Yah, benar, “Lingsir Wengi” sejatinya adalah tembang
yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Seperti yang kita tahu, para
Referensi
Umar Hasyim. (1982). Sunan Kalijaga.Menara. Kudus: Jakarta.
Rusydie Anwar. (2018). Kesaktian dan Tarekat Sunan Kalijaga.
Araska:Yogyakarta.
Munawar J. Khaelany. (2018). Sunan Kalijaga Guru Suci Orang
Jawa. Araska:Yogyakarta.
https://ibtimes.id/sunan-kalijaga-dan-lingsir-wengi-yang-
disalahartikan/ di akses tanggal 9 Desember 2020
158
Eling opo ora buceng guyub kae? ‘ingat tidak, dengan buceng
guyub itu?’
Begitu pesan Eyang Pramu kepada Bung Karno. Eyang
Pramu merupakan salah satu tokoh masyarakat di Blitar. Ia
merupakan guru dari Bung Karno. Bung Karno setiap ke Blitar,
seringkali “menghilang” karena berkunjung ke guru-gurunya;
Eyang Pramu, Eyang Kartowibowo, dan Mbah Amad Kasan
Bendo. Hal itu terus Bung Karno lakukan walaupun sudah
menjadi presiden.
Referensi
Dewantara, Agustinus W. (2017) “Alangkah hebatnya negara
gotong royong (Indonesia dalam kacamata Soekarno).
Jakarta: PT Kanisius
Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
(2018). Ensiklopedia Islam Nusantara. Jakarta: Kementerian
Agama RI
Sukarno (1958). Pidato PJM Presiden pada Pembukaan Perguruan
Tinggi Udayana pada tanggal 29 September 1958 di Bali
-------------------Perintah Harian PJM Presiden/Panglima Tertinggi
pada Angkatan Perang yang Ke XIII di lapangan terbang
Kamayoran, Jakarta, 5 Oktober 1958
169
Gambar 1. Kesenian Kentrung
(Sumber: https://www.museum-mputantular.com)
181
Kearifan lokal yang dipengaruhi oleh budaya dasar dari
komunitas tertentu merupakan hubungan yang harmonis
antara manusia, alam, dan lingkungan di suatu daerah.
Fenomena globalisasi dan modernisasi yang universal mampu
menciptakan homogenitas budaya. Akan tetapi, hal ini tidak
mampu menghilangkan kesakralan dari suatu kearifan lokal
yang dikenal masyarakat dan telah menjadi acuan kehidupan
mereka secara turun-temurun. Setiap kearifan lokal memiliki
analogi yang sama, yaitu berkembang berdasarkan etnis dan
ilmu pengetahuannya. Koentjaraningrat (2009) menyatakan
bahwa kearifan lokal melewati proses panjang dari awal
kemunculannya. Setiap fenomena atau ekspresi budaya selalu
didasarkan pada gagasan, proposisi, nilai, norma, perilaku
masyarakat dan artefak.
Manusia terbiasa hidup dalam sebuah komunitas, yakni
sekumpulan individu yang terhubung satu sama lain melalui
satu atribut atau lebih. Unsur manusia, keyakinan, preferensi,
kebutuhan, risiko, sumber daya, dan sejumlah kondisi lainnya di
masyarakat, menciptakan identitas peserta dan memengaruhi
tingkat interaksi di antara mereka. Segmen tertentu dari sebuah
kelompok disatukan oleh aturan dan norma yang ada.
Komunitas merupakan wadah yang bisa menyatukan
orang-orang untuk saling mengadvokasi dan mendukung
dalam perjuangan mengatasi ancaman kehidupannya.
Seorang Peneliti Boonpanya (2006) mengatakan bahwa
sejarah dan evolusi masyarakat lokal dalam sebuah komunitas
memiliki budayanya sendiri. Hal ini disebabkan oleh miniatur
masyarakat dalam sebuah sistem pengelolaan sumber daya,
sistem kesehatan, sistem pendidikan, sistem pemerintahan,
Referensi
Aida, Nur Rohmi. (2019). Di Nglanggeran Gunungkidul, Ada
Kampung Unik yang Hanya Dihuni 7 KK https://travel.
kompas.com/read/2019/06/12/134200927/di-nglanggeran-
gunungkidul-ada-kampung-unik-yang-hanya-dihuni-7-
kk?page=all.
Boonpanya, B. (2006). Concepts of Local
Culture. Bangkok: Duean Tula Printing
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi.
Jakarta: Rineka Cipta, revised edition.
191
Sebuah bangsa sangat erat kaitannya dengan budaya yang
diwariskan secara turun-temurun. Harry Roesli dalam tulisannya
menyebutkan, kebudayaan adalah keseluruhan cara berpikir
atau mindset, bersikap, berperilaku dari soal-soal kecil dan
sepele sampai dengan soal-soal besar dan serius atau grand
narrative (Sedyawati, 2003). Warisan budaya tak benda adalah
warisan budaya yang bersifat abstrak, seperti konsep dan
teknologi, maupun yang berlalu dan hilang dalam waktu, seperti
musik, tari, upacara, serta berbagai perilaku terstruktur lainnya.
Karena sifatnya yang tak benda atau intangible, warisan budaya
jenis ini seringkali hilang tidak diketahui.
Kategori warisan tak benda menurut organisasi PBB UNESCO
ada 14 jenis, meliputi bahasa, naskah kuno, senjata tradisional,
pakaian adat, kerajinan tradisional, kain tradisional, teknologi
tradisional, arsitektur tradisional, kearifan lokal, permainan
tradisional, kuliner tradisional, tradisi lisan, upacara/ritual-ritual
dan seni tradisi (Antara, 2012). Beragam wujud warisan budaya
lokal memberikan kita kesempatan untuk mempelajari kearifan
lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa
lalu. Akan tetapi, kearifan lokal tersebut seringkali diabaikan,
dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi
masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang
lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan, bahkan dilecehkan
keberadaannya.
Kearifan lokal sering juga disebut sebagai kebijakan setempat
(local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau
kecerdasan setempat (local genius). Secara umum, kearifan
lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
198
Gambar 1. Prosesi Sungkeman (sumber: dokumentasi pribadi)
207
Sungguh dirindukan. ritual tahunan yang dilakukan setahun
sekali pada bulan Muharram ini harus vakum selama pandemi.
Ya, ritual tersebut adalah Tabot, ritual yang umumnya diikuti
oleh warga keturunan India dan Melayu pribumi ini dimaksudkan
untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad
saw., Hasan dan Husain. Karena unik dan menarik, sejak tahun
1991 pemerintah provinsi Bengkulu menjadikan ritual tersebut
sebagai perayaan tahunan.
Tabot merupakan salah satu dari enam tradisi unik dan
menarik di Indonesia saat perayaan tahun baru Islam. Menurut
catatan sejarah, acara tahunan ini pernah ditiadakan pada tahun
1960-1970 karena adanya wabah demam panas. Tampaknya hal
tersebut kembali terulang, Tabot sempat ditiadakan akibat virus
Covid-19, meski durasinya tidak lama.
Di masa awal pandemi Covid-19, perayaan tahunan tersebut
tidak dilaksanakan karena aturan dari pemerintah. Namun,
saat new normal ini, Tabot kembali diselenggarakan, tentunya
dengan memperhatikan penerapan protokol kesehatan. Dalam
penyelenggaraannya, keluarga Tabot beserta para pemangku
adat dan panitia perayaan tidak henti-hentinya menggalakkan
patuh pada protokol kesehatan demi menjaga nama baik
keluarga Tabot dan masyarakat sekitar.
Ritual Tabot merupakan kebudayaan yang menunjukkan
kerukunan warga setempat. Melalui agenda ini, tercipta kerja
sama untuk hidup berdampingan di kalangan masyarakat, mulai
dari nelayan, petani, guru, hingga pekerja buruh. Walaupun
berbeda suku dan bahasa, mereka tetap menggunakan bahasa
Melayu sebagai bahasa pengantar di wilayah Bengkulu dan
sekitarnya. Sementara itu, bahasa Indonesia digunakan saat
210
Siapa yang tak mengenal Indonesia? Negara kesatuan berbentuk
kepulauan ini terletak di jalur pelayaran niaga antarbenua.
Kondisi geografis ini sangat berpengaruh pada heterogenitas
budaya di Indonesia. Akibatnya, terbentuk beragam pandangan
hidup, perilaku sosial, dan sistem kepercayaan serta berbagai
ragam budaya, suku bangsa, ras, etnis, agama, maupun bahasa
daerah.
Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi khas yang
diwariskan turun-temurun. Wonosobo, misalnya, memiliki
tradisi pemotongan rambut gimbal yang sangat populer di
kalangan masyarakat. Pemotongan rambut gimbal di Dieng
Wonosobo merupakan upacara pemotongan (cukur) rambut
pada anak-anak berambut gimbal (gembel) yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau),
Jawa Tengah. Ruwatan ini hanya dapat dilakukan setelah
orang tua memenuhi permintaan. Selain itu, ada pula sekaten
di Yogyakarta, rangkaian kegiatan tahunan yang umumnya
diadakan umat Islam sebagai peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad saw.
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Temanggung juga
memiliki budaya dan tradisi tak kalah uniknya dengan daerah
lain. Kabupaten di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro ini
memiliki sejumlah tradisi, antara lain Nyadran, Jumat Pahingan,
Kuda Lumping (Jaran Kepang), Warokan, dan ritual wiwitan
panen tembakau.
Jumat Pahingan
Jumat Pahingan merupakan tradisi religi unik di Desa Menggoro,
Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung. Setiap Jumat
Pahing, masyarakat, secara perorangan maupun kelompok,
melakukan ziarah dan mujahadah di Masjid Menggoro yang
dibangun pada zaman Sunan Kalijaga (1272 M). Selain itu,
pengunjung juga melakukan penaburan bunga setaman yang
dicampur injet (kapur yang dikasih air) dan uang receh di
kawasan masjid.
216
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Salah
satu yang unik dan kuat karakternya adalah budaya Sunda, yang
berasal dari sebelah barat pulau Jawa. Ciri khas dari kebudayaan
Sunda mencerminkan kepribadian yang dikenal dengan
kesantunan, kelembutan, serta keramahan dalam bertutur kata
dan bersikap.
Selama ini prinsip budaya Sunda telah diwariskan secara
turun-temurun, baik secara verbal maupun melalui berbagai
media Salah satu ciri budaya Sunda yang harus dipertahankan
(di-mumule) dan harus dikenalkan kepada generasi milenial
adalah “someah hade ka semah”. Someah artinya ramah atau
sopan, Hade ka semah artinya bersikap baik terhadap tamu.
Dalam arti luas, istilah ini dapat diartikan sebagai prinsip orang
Sunda yang selalu tersenyum ketika menghadapi tamu. Selain
itu, pemilik rumah juga harus susuguh (menyajikan) makanan
kepada tamu.
Setali tiga uang dengan peribahasa “someah hade ka semah”,
pesan kearifan lokal juga tercermin dari prinsip “akur jeung
dulur”. Artinya, orang Sunda selalu rukun dengan siapa saja,
saling menolong, dan menjaga hubungan baik dengan siapa
pun. Selain itu, prinsip “ngajaga lembur” juga perlu diterapkan.
Artinya, menjaga wilayah Sunda tetap dimiliki Jawa Barat.
Prinsip lainnya adalah “panceug dina galur”. Artinya, orang
Sunda harus taat pada pemerintah dan aturan yang berlaku di
Indonesia.
Adapun prinsip yang terakhir adalah adalah “silih asah,
silih asih, silih asuh” yang mempunyai makna istimewa. Prinsip
ini bermaksud baik dalam berhubungan antarindividu yang
mengajarkan sikap satu kesatuan. Apabila dijiwai dengan benar,
P
erpusnas PRESS adalah Lembaga Penerbit Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia yang didirikan berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia Nomor 167 Tahun 2019 tanggal 23 Juli 2019 tentang
Pembentukan Penerbit Perpustakaan Nasional dan Tim
Penerbit Perpustakaan Nasional. Tugas Perpusnas PRESS adalah
menerbitkan karya tulis dan publikasi di bidang Perpustakaan
dan Kepustakawanan. Perpusnas Press tercatat sebagai anggota
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) No.573/DKI/2019 tanggal 1
Agustus 2019.
Arah Perpusnas PRESS adalah menjadi Penerbit
Publikasi Perpustakaan Nasional bidang perpustakaan dan
kepustakawanan yang berkualitas dan unggul. Perpusnas PRESS
dilandasi tujuan untuk 1) Melaksanakan penerbitan dan publikasi
bidang perpustakaan dan kepustakawanan baik cetak maupun
elektronik; 2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas terbitan
bidang perpustakaan dan kepustakawanan; 3) Meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas penerbitan dan pengelolaannya;
4) Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk
mendukung publikasi penerbitan; dan 5). Menjadi mitra bagi
penulis untuk menghasilkan karya tulis bidang perpustakaan
dan kepustakawanan.
Perpusnas PRESS mengundang pustakawan khususnya
dan masyarakat pada umumnya yang memiliki gagasan dan
pemikiran tentang perpustakaan, kepustakawanan dan bidang
lainnya yang relevan dengan kebijakan Perpustakaan Nasional
untuk dapat menuangkannya dalam tulisan sehingga dapat
dibukukan dan diterbitkan.
240