Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“ASAL USUL KOTA WONOSOBO”

Disusun oleh

Nama: Elsa Ulina Rosada

Kelas: Xii Mipa 1

Mapel: Sejarah Indonesia


SMA NEGERI 1 KERTEK TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Sejarah Kabupaten Wonosobo” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
juga saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca.

Wonosobo, 14 Februari 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

1. Latar belakang...........................................................................................................1
2. Identifikasi
masalah.....................................................................................................................2
3. Rumusan
masalah.....................................................................................................................2
4. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

1. Asal usul....................................................................................................................3
2. Keadaan
pemerintahan............................................................................................................5

PENUTUP...............................................................................................................................7

1. Kesimpulan................................................................................................................7
2. Saran.........................................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sejarah merupakan peristiwa kejadian atau apa yang telah terjadi di masa lampau,

setiap peristiwa hanya sekali terjadi dan tidak akan pernah terulang kembali. Setiap

peristiwa meninggalkan bekas yang kemudian di gunakan sebagai “Saksi” atau

“Bukti” bahwa kejadian itu sungguh – sungguh terjadi, Sejarah sangat berperan

dalam berbagai hal seperti pada diri sendiri, benda dan sebagainya. Setiap yang

berada di dunia ini mempunyai sejarah yang memang harus diketahui asal usulnya

agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu dan kegunaanya. Sejarah memang

hanya menceritakan yang terjadi dimasa lampau akan tetapi sejarah pula akan

berpengaruh besar bagi kehidupan saat ini dan pada masa depan, agar dapat

berkembang sesuai yang diharapakan. Sejarah juga menjadi tolak ukur dalam setiap

perubahan yang terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Setiap sesuatu yang berada saat ini mempunyai cerita atau asal usul dimasa

lampau, seperti sejarah sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia, begitu pula

halnya dengan suatu wilayah kabupaten. Sejarah daerah saat ini memang sangat jarang

diketahui oleh masyarakat Indonesia, di setiap daerah dan masyarakat yang menempati

daerah tersebut, hal ini disebabkan masyarakat yang tidak terlalu mempedulikan sejarah

tempat yang mereka tempati.

Sejarah kabupaten juga menjadi salah satu tujuan pemerintah Repulik Indonesia

dalam Pembangunan Nasional, agar masyarakat Indonesia dapat mengetahui peristiwa

sejarah yang ditempatinya. Akan tetapi sampai saat ini banyak generasi muda tidak

mengetahui sejarah desa yang di tempatinya. Hal ini disebabkan pemerintah hanya

memfokuskan dalam perkembangan ekonomi dan pembangunan pada daerah tersebut.

Padahal sejarah juga wajib diketahui oleh masyarakatnya sendiri agar ketika ada orang asing

yang bertanya tentang sejarah daerah tersebut dapat di jelaskan dengan baik tentang

bagaimana sejarah terbentuknya daerah yang di tempatinya saat ini


1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat diambil suatu identifikasi masalah sebagai berikut:

• Latar belakang asal usul sejarah terbentuknya kota Wonosobo

• Kepala pemerintahan Wonosobo dari tahun 1825 sampai sekarang.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah

yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

• Bagaimana asal usul kota Wonosobo?

• Bagaimana keadaan pemerintahan wonosobo dari tahun 1825 sampai sekarang?

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:

• Untuk memenuhi nilai tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.


• Untuk menambah wawasan tentang asal usul kota Wonosobo.
• Untuk mengetahui faktor faktor yang mendorong perkembangan kota Wonosobo.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal usul

Berdasarkan cerita rakyat, pada sekitar awal abad 17 tersebutlah tiga orang pengelana
masing-masing bernama Kyai Kolodete, Kyai Karim dan Kyai Walik, mulai merintis suatu permukiman
di daerah Wonosobo. Selanjutnya Kyai Kolodete berada di dataran tinggi Dieng, Kyai Karim berada di
daerah Kalibeber dan Kyai Walik berada di sekitar kota Wonosobo sekarang ini. Di kemudian hari
dikenal beberapa tokoh penguasa daerah Wonosobo seperti Tumenggung Kartowaseso sebagai
penguasa daerah Wonosobo yang pusat kekuasaannya di Selomanik. Dikenal pula tokoh bernama
Tumenggung Wiroduta Wonosobo yang Pecekelan – dipindahkan sebagai pusat kekuasaannya
Kalilusi, ke Ledok penguasa yang – di selanjutnya Wonosobo atau Plobangan sekarang ini. Salah
seorang cucu Kyai Karim juga disebut sebagai salah seorang penguasa Wonosobo. Cucu Kyai Karim
tersebut dikenal sebagai Ki Singowedono yang telah mendapat hadiah satu tempat di Selomerto dari
Keraton Mataram serta diangkat menjadi penguasa daerah ini namanya berganti menjadi
Tumenggung Jogonegoro.

Pada masa ini Pusat kekuasaan dipindahkan ke Selomerto. Setelah meninggal dunia
Tumenggung Jogonegoro dimakamkan di desa Pakuncen. Selanjutnya pada masa perang Diponegoro
( 1825 – 1930 ), Wonosobo merupakan salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Diponegoro.
Beberapa tokoh penting yang mendukung perjuangan Diponegoro adalah Imam Misbach atau
kemudian dikenal dengan nama Tumenggung Kertosinuwun, Mas Lurah atau Tumenggung
Mangkunegaran, Gajah Permodo dan Kyai Muhamad Ngarpah. Dalam pertempuan melawan
Belanda, Kyai Muhamad Ngarpah berhasil memperoleh kemenangan yang pertama. Atas
keberhasilan itu Pangeran Diponegoro memberi nama kepada Kyai Muhamad Ngarpah dengan
sebutan Tumenggung SETJONEGORO.

Selanjutnya Tumenggung SETJONEGORO diangkat sebagai penguasa Ledok dengan gelar


TUMENGGUNG SETJONEGORO. Eksistensi kekuasaan SETJONEGORO di daerah Ledok ini dapat
dilihat lebih jauh dari berbagai sumber termasuk laporan Belanda yang dibuat setelah perang
Diponegoro selesai. Disebutkan pula bahwa SETJONEGORO adalah Bupati yang memindahkan pusat
kekuasaan dari Selomerto ke kawasan kota Wonosobo sekarang ini. Asal usul nama Wonosobo
sangat erat kaitannya dengan banyaknya para pendatang.

Menurut peristilahan, Wonosobo berasal dari dua kata yaitu “wono” yang artinya hutan, dan
“sobo” yang artinya mengunjungi. Kata Wonosobo kurang lebih artinya kawasan hutan yang banyak
dikunjungi. Pada awat abad ke-17 agama Islam sudah mulai berkembang luas di daerah Wonosobo.
Seorang tokoh penyebar agama Islam yang sangat dikenal pada masa itu adalah Kyai Asmarasufi,
yang dikenal pula sebagai menantu Ki Wiroduto salah seorana penguasa di Wonosoho Kyai
Asmarasufi yang mendirikan Masjid Dukuh Bendosari dipercaya sebagai cikal-bakal atau tokoh yang
kemudian menurunkan pada ulama Islam dan pemilik pondok pesantren yang ada di Wonosobo
pada masa berikutnya seperti Kyai Ali Bendosari, Kyai Syukur Sholeh, Kyai Mansur Krakal, Kyai
Abdulfatah Tegalgot, Kyai Soleh Pencil, Kyai As’ari, Kyai Abdul Fakih, Kyai Muntaha dan Kyai
Hasbullah. Demikianlah, dari hari ke hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, waktu berjalan
terus, keadaan Wonosobo makin lama makin berkembang sejalan dengan kemajuan peradaban
manusia.

Dan selanjutnya pada masa antara tahun 1825 – 1830 atau tepatnya pada masa Perang
Diponegoro, Wonosobo merupakan satah satu medan pertempuran yang penting dan bersejarah.
Daerah ini adalah salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro, dengan
kondisi alam yang menguntungkan serta dukungan masyarakat yang sangat besar terhadap
perjuangan tersebut.

Beberapa medan pertempuran yang menandai perjuang pasukan pendukung Pangeran


Diponegoro tersebar di Gowong, Ledok, Sapuran, Plunjaran, Kertek dan sebagainya. Di samping itu
dikenal pula beberapa tokoh penting di Wonosobo yang mendukung perjuangan Pangeran
Diponegoro melawan kekuasaan kolonial Belanda. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Imam
Misbach atau di kemudian hari dikenal dengan nama Tumenggung Kartosinuwun, Mas Lurah atau
Tumenggung Mangkunegaran, Gajah Permodo dan Ki Muhammad Ngarpah. Nama yang terakhir ini
adalah tokoh penting yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro di Wonosobo. Walaupun
perjuangan Muhammad Ngarpah tidak terbatas di daerah Wonosobo saja melainkan juga di daerah
Purworejo, Magelang, Klaten dan sebagainya, akan tetapi keberadaan beliau sangat penting dalam
sejarah Wonosobo.

Muhammad Ngarpah bersama-sama Mulyosentiko memimpin pasukan pendukung Pangeran


Diponegoro menghadang pasukan Belanda di Legorok dekat Pisangan Yogyakarta. Dalam
pertempuran di Legorok tersebut Ki Muhammad Ngarpah bersama-sama Ki Mulyosentiko beserta
pasukannya berhasil menewaskan ratusan tentara Belanda, termasuk empat orang tentara Eropa.
Mereka juga berhasil mengambil emas lantakan senilai 28,00 gulden pada saat itu. Pada pencegatan
di Legorok, Belanda mengatami kekalahan sehingga hanya beberapa orang saja yang dapat
melarikan diri. Menurut catatan sejarah, kemenangan Ki Muhammad Ngarpah serta para
pendukungnya itu adalah kemenangan pertama pasukan pendukung pangeran Diponegoro. Maka
berdasarkan keberhasilan tersebut Pangeran Diponegoro memberi nama Setjonegoro kepada
Muhammad Ngarpah dan nama Kertonegoro kepada Mulyosentiko. Selanjutnya Setjonegoro
diangkat sebagai penguasa Ledok dengan gelar Tumenggung Setjonegoro. Pada masa-masa
berikutnya Setjonegoro terus aktif mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, bersama-sama
dengan tokoh pendukung lainnya seperti Ki Muhammad Bahrawi atau Muhammad Ngusman
Libasah, Muhammad Salim, Ngabdul Latif dan Kyai Ngabdul Radap.

Dalam pertempuran di Ledok dan sekitamya,Tumenggung Setjonegoro mengerahkan 100


orang prajurit yang dipimpin oleh Mas Tumenggung Joponawang untuk menghadapi serbuan
Belanda. Tumenggung Setjonegoro juga pemah mendapat tugas dari Pangeran Diponegoro untuk
mengepung benteng Belanda di Bagelen. Dalam pertempuran di daerah Kedu, pemimpin pasukan
Belanda bemama Letnan De Bruijn terbunuh. Selain itu Setjonegoro dan Kertonegoro juga terlibat
dalam pertempuran di daerah Delanggu. Mereka memimpin pasukan ke daerah Lanjur untuk
menghadang pasukan Belanda yang datang dari Klaten.

Dari hasil Seminar Hari Jadi Wonosobo pada tanggal 2 April 1996 (yang dihadiri oleh Tim
Peneliti Hari jadi Wonosobo dari Fakultas Sastra UGM, Muspida, sesepuh dan pinisepuh Wonosobo
termasuk yang ada di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, pimpinan DPRD dan pimpinan komisi serta
instansi di Wonosobo), disepakati bahwa momentum Hari Jadi Wonosobo jatuh pada tanggal 24 Juli
1825, dan hal ini telah ditetapkan menjadi Perda dalam Sidang Pleno DPRD Kabupaten Wonosobo
tanggal 11 Juli 1994. Dipilihnya tanggal tersebut erat kaitannya dengan peristiwa kemenangan
pertama pasukan pendukung pangeran Diponegoro yang dipimpin oleh Ki Muhammad Ngarpah atau
Tumenggung Setjonegoro di Legorok. Walaupun serangan yang berhasil itu tidak terjadi di wilayah
Wonosobo, akan tetapi peristiwa itulah yang mengangkat karir Muhammad Ngarpah sehingga
diangkat menjadi penguasa Ledok dengan gelar Tumenggung Setjonegoro.
2.2 Keadaan pemerintah Wonosobo tahun 1825 sampai sekarang

Adapun penguasa atau kepala pemerintahan Kabupaten Wonosobo dari tahun 1825
sampai sekarang adalah sebagai berikut :

No NAMA PERIODE;

1. Tumenggung SETJONEGORO 1825 – 1832


2. Tumenggung R. MANGOENKOESOEMO 1832 – 1857
3. Tumenggung R. KERTONEGORO 1857 – 1863
4. Tumenggung TJOKROHADISOERDJO 1863 – 1869
5. Tumengung SOERJOHADIKOESOEMO 1869 – 1898
6. R. Tumenggung SOERJOHADINEGORO 1998 – 1919
7. Adipati R.A. SOSROHADIPRODJO 1920 – 1944
8. Bupati R. SINGGIH HADIPOERA 1944 – 1946
9. Bupati R. SOEMINDRO 1946 – 1950
10. Bupati R. KADRI 1950 – 1954
11. Bupati R. OEMAR SOERJOKOESOEMO 1955 –.
12. Bupati R. SANGIDI HADISOETIRTO 1955 – 1957
13. Kepala Daerah RAPINGOEN WIMBOHADI SOEDJONO 1957 – 1959
14. Bupati R. WIBOWO HELLY 1960 – 1967
15. Bupati Kepala Daerah Drs. DARODJAT A.N.S. 1967 – 1974
16. Pj. Bupati Kepala Daerah R. MARDJABAN 1974 – 1975
17. Bupati Kepala Daerah Drs. SOEKANTO 1975 – 1985
18. Bupati Kepala Daerah Drs. POEDJIHARDJO 1985 – 1990
19. Bupati Kepala Daerah Drs. H. SOEMADI 1990 – 1995
20. Bupati Kepala Daerah Drs. H. MARGONO 1995 – 2000
21. Bupati Drs. TRIMAWAN NUGROHADI 2000 – 2005
22. Bupati Drs. H. ABDUL KHOLIQ ARIF 2005 – 2015
23. Bupati Eko Purnomo, S.E., M.M. 2016 – 2021
24. Bupati H, Afif Nurhidayat, S.Ag 2021 – sekarang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Wonosobo

dinyatakan sah berdiri pada 24 Juli 1825, tepat hari ini 196 tahun lalu.

Dalam sejarahnya, tanggal tersebut merupakan peringatan atas kemenangan

yang sangat gemilang dari seorang tokoh bernama Muhamad Ngarpah dan

Mulya Sentika.

Bersama pasukan angkatan perang mereka, kedua tokoh

tersebut berhasil melawan Belanda dalam pertempuran di daerah

Legorok, perbatasan antara Magelang dan Wonosobo. Pangeran

Diponegoro menganugerahkan gelar kehormatan Kandjeng Raden

Tumenggung Setjanegara kepada Muhamad Ngarpah. KRT Setjanegara

kemudian dinobatkan sebagai bupati Wonosobo yang pertama (1825-1832).

3.2 Saran

Perkembangan suatu kota sudah tentu membawa pengaruh dan perubahan

bagi masyarakat yang ada di dalamnya, karenanya diperlukan perhatian dari

berbagai pihak agar perkembangan tersebut berpengaruh positif dan tidak

membawa permasalahan baru bagi masyarakat di wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai