Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN STROKE DENGAN


INKONTINENSIA

Ns. ELIS NURHAYATI A, M.Kep., Sp.KMB .


Tujuan Khusus

Setelah mempelajari materi peserta mampu:


1.Menjelaskan konsep inkontinensia
2.Melakukan pengkajian pasien inkontinensia
3.Menegakan diagnosa keperawatan pasien
inkontinensia
4.Membuat intervensi pasien inkontinensia
5.Melakukan implementasi pasien
inkontinensia
6.Melakukan evaluasi dan dokumentasi pasien
inkontinensia
Latar Belakang
• Gangguan berkemih pasien stroke:
inkontinensia dan retensi urine
• 37%-79% pasien stroke mengalami
inkontinensia urine (Dumoulin dkk, 2007).
• 44% – 69% pasien stroke mengalami
incontinence, 25% saat pasien dirawat, 15%
dalam 1 tahun pertama dan 17% jangka panjang
(Thomas et al, 2011;Winstein et al, 2016)
lanjutan
• 29%-58% pasien stroke mengalami
inkontinensia & retensi urin (Poisson, Johnston,
& Josephson, 2010).
• Insiden lebih tinggi pada pasien dengan infark
yang luas & berlokasi di korteks (Kong &
Young, 2000)
• Pada stroke batang otak, 50% muncul tanda
gangguan urine, diantaranya 28% nocturia dan
kesulitan voiding, 21% retensi urine (Panneck
et al, 2011)
Review Saluran Kemih
• Ginjal
• Ureter
• Kandung
kemih
• Uretra
Pusat Miksi

pons

Spinal cord
(S2-S4)
Lanjut
• Pons, kapsula interna,
dan basal ganglia
mengkoordinasi kandung
kemih dan aktivitas
sphingter eksternal untuk
pengosongan kandung
kemih
• Pusat miksi di lobus
frontal mempengaruhi
stabilitas kandung kemih
• Pusat miksi di kortikal 
tunda/miksi
Fisiologi Miksi
Fisiologi miksi
diatur ditingkat :

Serebral (korteks &


batang otak)
Spinal
Perifer (otonom &
somatik)

Bekerja saling
berkaitan
Fase Pengisian
Kandung kemih terisi 250-450 ml

Serabut aferen dinding kandung kemih menerima impuls regangan


(strectch reseptor)

Dibawa oleh nervus pelvicus ke sakral 2-4

Diteruskan ke pusat syaraf kortikal dan sub kortikal

Sinyal diterima informasi pengisian kandung kemih diterima otak

Otot detrusor relaksasi

Sfingter Uretra interna kontraksi

Fese pengisian berlanjut

Vesika urinaria terisi penuh


Fase Pengosongan
Vesika urinaria terisi penuh

Menstimulasi sistem syaraf parasimpatik


dari sakral 2-4

Terjadi inhibisi relaksasi syaraf simpatis


untuk
kontraksi spingter interna

Kontraksi otot detrusor

Sfingter uretra eksterna relaksasi

Urin keluar
Inkontinensia
• Inkontinensia urine (IU): keluhan tentang
pengeluaran urine yang tidak terkontrol
(Abram et al, 2002)
• IU adalah keluarnya urin secara involunter
menimbulkan masalah sosial dan higiene
secara objektif disebabkan oleh gangguan
pada sistem saraf (Perkina, 2012)
Penyebab Inkontinensia
Pada Pasien Stroke
(Cournan, 2012)

Gangguan Defisit bahasa Gangguan


jalur dan kognitif motorik Obat obatan
neuromikturisi (kesadaran) (hemiparese)
Faktor Resiko Inkontinesia Urine
Pada Pasien Stroke
(Winstein, 2016)

Hambatan
Usia Kognitif
motorik
Patofisiologi inkontinen urine
pada stroke

• Unhibitted neurogenic bladder


dysfunction
• Misinterpretasi pesan pengosongan
kandung kemih
• Gangguan fungsi luhur
Penilaian kondisi kontinensia
pasien stroke harus dilakukan?
• Inkontinensia terjadi pada fase akut dan rehabilitasi
Membatasi & mengganggu kehidupan sehari-
hari, menyebabkan perasaan malu, cemas, takut,
frustasi & depresi yg berat
Mempertahankan ‘’kondisi kontinensia’’ penting
untuk meningkatkan harga diri dan kepercayaan
pasien.
• Dapat memprediksi hasil akhir dari stroke,
rendahnya pemulihan fungsional, dan kemampuan
bersosialisai
• Bagian penting dalam proses rehabilitasi
(Katherine et al , 2009; Mizrahi et al, 2011; Dumoulin, Bitensky & Tanenbaum, 2007; Winstein, 2016)
JENIS INKONTINENSIA
(Berdasarkan sifat reversibilitasnya)
Penyebab DIAPPERS
(delirium, infeksi &

AKUT inflamasi, atropik


vaginitis, psikologi,
pharma, excessive
urine, retriksi
mobilitas)

1. Stress Incontinence

KRONIK
2. Overflow Incontinence
3. Urgency Incontinence
4. Functional incontinence
5. Mixed Incontinence
Tipe Inkontinensia
Inkontinensia Stress Pengeluaran urin tidak terkontrol:
peningkatan tek Abdomen, lemah
otot dasar panggul

Inkontinensia Overflow otot bladder lemah: rasa tidak puas


setelah berkemih

Inkontinensia Urgensi Otot detrusor tidak stabil: perasaan


ingin berkemih mendadak, berulang
kali
Inkontinensia Ketidakmampuan untuk mencapai
Fungsional toilet

Inkontinensia Kombinasi dari setiap jenis


campuran inkontinensia urine
Stroke & Tipe Inkontinensia
§ Hipotonik bladder :
ü injury area lobus frontal
ü overflow incontinence
§ Hipertonik bladder
ü pons
ü "Gejala yang umum ditemukan pada stroke adalah
urgensi inkontinensia
ü Bladder hipertonik merupakan masalah utama.
ü Kontraksi dinding bladder terhadap pengosongan
vesika tidak dapat dikontrol secara efektif.
ü Penurunan kapasitas kandung
Asuhan Keperawatan
Tujuan

1. Mengembalikan pola berkemih


normal
2. Mencegah infeksi saluran kemih
3. Mencegah iritasi kulit
Pengkajian Pasien Inkontinensia
 Tanyakan riwayat miksi sebelum sakit
 Identifikasi penyebab inkontinensia urin
 Identifikasi persepsi dan perasaan pasien
terhadap inkontinensia urin yang dialami
 Monitor keefektifan obat , pembedahan dan
terapi modalitas berkemih
 Pastikan volume urine di bladder: bladder scan
 Status hidrasi dan nutrisi
 Monitor kebiasaan BAK
 Penilaian kognitif
Bladder Scan
Bladder Scan

• Bladder scan merupakan alat ultrasound


portable, non invasif, yang menyediakan
gambar 3D kandung kemih dan volume
residu urin (Post-Void Residual/PVR)
(Davis, et al, 2012).
• PVR normalnya tidak lebih dari 100 cc.
Scan dilakukan 10 menit setelah pasien
BAK yang terakhir
Lanjutan
• Tujuan Bladder Scan :
- Mengetahui volume kandung kemih atau
volume residual urin di kandung kemih
- Mengevaluasi adanya retensi urin
- Menghindari kateterisasi urin yang tidak
perlu

• Sebaiknya bladder scanning digunakan saat


sebelum pemasangan kateter indwelling
dan sebelum pelepasan kateter indwelling
Lanjutan
Diagnosa Keperawatan Pasien
Inkontinensia
• Gangguan eliminasi urine : Inkontinensia
urine berlanjut, Inkontinensia urine
fungsional, Inkontinensia urine refleks,
Inkontinensia urine stress, Inkontinensia
urine urgensi
• Gangguan integritas kulit/jaringan
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Latihan Berkemih
Tindakan
Observasi
• Periksa kembali penyebab gangguan berkemih
• Monitor pola dan kemampuan berkemih
Terapeutik
• Anjurkan intake cairan adekuat untuk mendukung output urine
• Anjurkan eliminasi normal dengan beraktivitas dan olah raga sesuai kemampuan
• Hindari penggunaan kateter indwelling (Lepas foley kateter dalam waktu 24 jam
setelah admisi), ajarkan Intermitten catheter/ Clien intermitten catheter ( CIC)
• Siapkan area toilet aman
• Sediakan peralatan yang dibutuhkan dekat dan mudah dijangkau
Edukasi
• Jelaskan arah-arah menuju kamar mandi/toilet pada pasien dengan gangguan
penglihatan
conditioning
SEBELUM SETELAH
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Latihan Otot Panggul
Tindakan
Observasi
• Monitor pengeluaran urin
Terapeutik
• Anjurkan pasien untuk berbaring
• Anjurkan untuk tidak mengkontraksikan perut, kaki dan bokong saat melakukan latihan otot panggul
• Anjurkan untuk menambah durasi kontraksi-relaksasi 10 detik dengan siklus 10-20 kali dilakukan 3-4
kali sehari
• Berikan reinforcement positif selama melakukan latihan dengan benar
• Ajarkan untuk mengevaluasi latihan yang dilakukan dengan cara menghentikan urin sesaat saat BAK,
seminggu sekali
Edukasi
• Ajarkan pasien untuk kontraksikan sekitar otot dan anus, seperti menahan BAB/BAK selama 5 detik
kemudian kendurkan dan relaksikan dengan siklus 10 kali
• Informasikan pasien untuk latihan 6-12 minggu
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan bagian rehabilitasi medik untuk mengukur kekuatan kontraksi otot dasar panggul
apabila latihan tidak berhasil
Latih otot dasar panggul Kontraksi 5-10
detik
Rileksasi 5-10
Kegel Exercise detik
@10-20 siklus
3-4 kali sehari
(1)Lying Position

(2)Semi-Reclined

34
35
36
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Manajemen eliminasi urine
Tindakan
Observasi
• Identifikasi tanda dan gejala retensi/inkontinensia urine
• Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan retensi/inkontinensia urine
• Monitor eliminasi urine
Terapeutik
• Anjurkan mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih (bladder
diary)
• Batasi asupan cairan, jika perlu
• Ambil sampel urine tengah/kultur
• Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
• Anjurkan mengurangi minum sebelum tidur
(International Consultation on Urological Disease, 2009)
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Manajemen eliminasi urine
Tindakan
Edukasi
• Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
• Ajarkan mengukur asupan dan haluaran urine
• Ajarkan mengambil spesimen urine
• Ajarkan tanda mengenali berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
• Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemih
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
ü 11 – 23% pasien stroke  ISK dalam 7-10 hari
krn penggunaan kateter. Sekitar 34-50%
menggunakan kateter tidak sesuai indikasi
(Gould et al., 2009).
ü Pelepasan kateter tanpa metode clamping lebih
baik
(wang et al, 2016)
ü Cek residu urine dengan bladder scan
ü Kateterisasi intermiten: perlu edukasi pasien
dan pengasuh (Biardeau & Corcos, 2016)
Intermitten Catheter
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Perawatan Inkontinensia Urine
Tindakan
Observasi
• Identifikasi penyebab inkontinensiia urin
Terapeutik
• Bersihkan genital dan kulit sekitar secara rutin
• Berikan pujian atas keberhasilan mencegah
inkontinensia
• Buat jadwal konsumsi obat-obat diuretik
• Ambil sampel urin untuk pemeriksaan urin lengkap
atau kultur
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Perawatan Inkontinensia Urine
Tindakan
Edukasi
• Jelaskan definisi, jenis inkontinensia, penyebab inkontinensia urin
• Jelaskan program penanganan inkontinensia urin
• Jelaskan jenis pakaian dan lingkungan yang mendukung proses berkemih
• Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang tidur
• Anjurkan memantau cairan keluar dan masuk serta pola eliminasi urin
• Anjurkan minum minimal 1500cc/hr, jika tidak kontraindikasi
• Anjurkan menghindari kopi, minuman bersoda, teh dan cokelat
• Anjurkan untuk konsumsi buah dan sayur untuk menghindari konstipasi
Kolaborasi
• Rujuk ke ahli inkontinensia (terapi fisik, obat), jika perlu
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
qEdukasi Latihan Berkemih
Tindakan
Observasi
• Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
Terapeutik
• Persiapkan materi dan alat peraga latihan berkemih
• Tentukan waktu yang tepat sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga
Edukasi
• Informasikan penyebab dan kendala dalam berkemih
• Informasikan sistem komunikasi yang digunakan untuk mengekspresikan
kebutuhan toileting, pola dan kemampuan toilet berkemih
• Informasikan hal yang harus dilakukan untuk mendorong eliminasi normal,
pemantauan jatuh, keamanan lingkungan toilet
• Informasikan tentang definisi tujuan, alat yang diperlukan
• Simulasikan cara latihan berkemih (setelah lewati fase akut/ 2-3 hari post
stroke)
• Instruksikan pasien dan keluarga untuk mendemontrasikan kembali latihan
berkemih
Intervensi dan Implemetasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Promosi eliminasi urin
Tindakan
Observasi
• Identifikasi masalah, faktor-faktor yang berhubungan dengan eliminasi
urine
• Periksa gejala dan tanda retensi urine atau inkontinensia urine (dengan
bladder scan)
Terapeutik
• Fasilitasi berkemih sebelum prosedur tindakan
• Fasilitasi mengukur intake cairan dan output urine
• Berikan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih
• Berikan minum air putih 8 gelas/hr, jika tidak ada kontraindikasi
Edukasi
• Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
Intervensi dan Implementasi
Keperawatan Pasien Inkontinensia
q Perawatan Integritas kulit
Tindakan
Observasi
• Indetifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
• Ubah posisi tiap 2 jam jika berbaring
• Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
• Bersihkan perineal dengan air hangat,
• Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
• Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
• Anjurkan menggunakan pelembab
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, meningkatkam asupan buah dan sayur
• Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
• Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Evaluasi Keperawatan Pasien
Inkontinensia
• Pasien mampu berkemih normal
• Pasien mampu mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk berkemih
• Mampu mengukur asupan dan haluaran
urine
• Mampu melakukan latihan berkemih
• Integritas kulit terjaga
• Pasien merasa aman dan nyaman

Anda mungkin juga menyukai