Anda di halaman 1dari 44

BAB III

PROSES PEMBUATAN DUCTING

3.1 Definisi Tata Udara

Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat


mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap
kondisi udara dari suatu ruangan tertentu. Selain itu mengatur aliran udara dan
kebersihannya. Di beberapa negara, beberapa faktor kesegaran tersebut ditetapkan
dalam undang–undang sesuai dengan tujuan penggunaan ruangan, misalnya untuk
kantor, hotel dan sebagainya.
Sistem penyegaran udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan utama yaitu :
1. Penyegaran untuk kenyamanan
Menyegarkan udara dari ruangan untuk memberikan kenyamanan kerja bagi
orang yang melakukan kegiatan terentu.
2. Penyegaran udara untuk Industri
Menyegarkan udara dari ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan peralatan
atau barang yang ada di dalamnya.

3.2 Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Tata Udara

Sasaran dari penyegaran udara adalah supaya temperature, kelembaban,


kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
keadaan yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut, dapat dirancang dan digunakan
beberapa sistem pendinginan dan ventilasi yang sesuai. Maka dalam proses pemilihan
sistem penyegaran udara, pemakai dan perancang haruslah bersepakat supaya tingkat
keadaan dan persyaratan yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 1


Beberapa pertimbangan pemilihan sistem penyegaran udara meliputi :
1. Faktor Kenyamanan
Kenyamanan dalam ruangan pada umumnya ditentukan oleh beberapa
parameter tersebut di bawah ini :
a. Temperatur bola kering dan bola basah dari udara
b. Temperatur radiasi rata–rata
c. Aliran udara
d. Kebersihan udara
e. Bau
f. Kualitas Ventilasi
g. Tingkat kebisingan
Parameter tersebut diatas tegantung dari kondisi kerja, jenis kelamin,
suku bangsa dan lain–lainnya. Tingkat keadaan tersebut dapat diatur dengan
sistem pengaturan yang ada pada mesin penyegaran udara. Namun perlu
diperhatikan perbedaan atau kecepatan perubahan temperature yang terjadi,
besar pengaruhnya terhadap kenyamanan bagi orang yang berada dalam
ruangan.
2. Faktor Ekonomi
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem
pengaturan yang akan dipergunakan, haruslah diperhitungkan segi–segi
ekonominya. Oleh karena itu, dalam perencanaan dan perancangan sistem
penyegaran udara haruslah diperhatikan faktor–faktor tersebut dibawah ini :
a. Biaya awal
b. Biaya operasi dan perawatan

Biaya awal tergantung pada investasi awal yang akan menjadi beban
pembeli dan menjadi faktor penentu dalam pemilihan sistem penyegaran udara.
Dalam biaya operasi dan perawatan itu termasuk biaya tetap, seperti depresi
peralatan, pengembalian investasi dan bunga, ditambah biaya tak tetap seperti
biaya energi listrik dan air, biaya perawatan dan reperasi, serta biaya personil.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 2


Maka sistem udara yang baik adalah sistem yang dapat beroperasi dengan biaya
total yang serendah–rendahnya.
3. Faktor Operasi dan Perawatan
Tentu saja sistem penyegaran udara yang paling disukai adalah sistem
yang mudah dipahami dari segi konstruksi, susunan dan cara
mengoperasikannya.
Beberapa faktor pertimbangan operasi dan perawatan meliputi :
a. Konstruksi yang sederhana
b. Tahan lama
c. Mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan
d. Mudah dicapai
e. Mudah perawatannya
f. Dapat melayani perubahan kondisi operasi
g. Efisiensi yang tinggi
Dengan pertimbangan faktor–faktor tersebut di atas, maka diharapkan
penyegaran udara dapat dioperasikan dengan biaya yang efisien dengan hasil
pendinginan yang maksimal.

3.3 Penggolongan Sistem Tata Udara

Jenis yang mendasari sistem penyegaran udara adalah sistem penyegaran udara
sentral. Untuk menjamin penyegaran udara ruangan yang teliti, maka sesuai dengan
kemajuan teknik penyegaran udara yang telah dicapai sampai pada saat ini, dapat
dikembangkan beberapa sistem. Hal tersebut terutama menyangkut perkembangan
elemen pendinginnya.
Pada saat ini banyak dipakai sistem penyegaran udara tersebut dibawah ini :
A. Dilihat dari sistem kerjanya
1. Sistem Udara Penuh.
a. Saluran tunggal
b. Saluran ganda
2. Sistem Air – Udara
a. Pipa

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 3


b. Unit
c. Panel udara
3. Sistem Air–Penuh
a. Unit kipas udara
4. Sistem Udara Tunggal
a. Penyegar udara jenis jaket
b. Penyegar udara ruangan
B. Dilihat dari jenisnya
1. Jenis Penyegar Udara Split yaitu unit kondensor dipasang diluar
ruangan sedangkan unit evaporator dipasang di dalam ruangan
2. Jenis Jendela (Windows) yaitu kondensor dan evaporator berbentuk
dalam satu paket unit
3. Jenis penyegar udara sentral yaitu unit evaporator dipasang untuk
melayani beberapa ruangan bahkan beberapa lantai untuk gedung
bertingkat denagn menggunakan satu sistem kontrol pengaturan.

3.4 Udara Terkondisi

Ada dua macam udara terkondisi, yaitu :


1. Sistem expansi langsung (AC Split)
Pada sitem udara in iudara terkondisi langsung didistribusikan oleh
evaporator (coil pendingin) yang ada dalam ruangan. Pada sistem ini tidak
diperlukan saluran udara (ducting) untuk kapasitas yang kecil.
2. Sistem expansi tidak langsung (AC Sentral)
Pada sistem ini udara mengalir didalam coil pendingin atau juga biasa
disebut dengan Fan Coil Unit (FCU), Air Handling Unit (AHU). Air dingin dari
mesin refrigerasi mengalir di dalam coil dan menyerap panas dari udara yang masuk
kemudian udara yang telah menjadi dingin didistribusi melalui saluran udara yang
biasa yang disebut dengan “ducting” keseluruhan ruangan yang akan dikondisikan
udaranya. Jadi komponen–komponen pendistribusian udara tersebut :
a. Fan dan Cooling Coil (FCU / AHU)
b. Saluran udara.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 4


3.5 Mesin – mesin Pembuat Ducting

Ada beberapa macam mesin untuk proses fabrikasi ducting :


1. Mesin Auto Shear
Mesin Auto Shear berfungsi untuk memotong BJLS (Baja Lapis Seng ) dari
bentuk koilan menjadi bentuk lembaran ( cut to length ).

Gambar 3.1 Mesin Auto Shear


(Sumber : Divisi Workshop)

Mesin ini memiliki 4 roll untuk menampung koilan sebelum dipotong, ujung
BJLS kemudian ditarik untuk dimasukan ke jalan masuk BJLS di mesin Auto Shear.
BJLS dalam bentuk koilan dipotong sesuai ukuran ukuran panjang yang dibutuhkan
sedangkan ukuran lebar sudah tertentu sesuai dengan lebar BJLS yaitu 1219 mm
.Walaupun terdapat 4 koilan sekaligus di rol penampung namun pemotongan harus
dilakukan satu per satu karena merupakan cara kerja mesin. Untuk ducting lurus , di
bagian ini ducting diberi nama ukuran dan lokasi serta unit dengan spidol secara
manual untuk memudahkan administrasi di workshop dan proyek. Pemberian nama
ini juga dimaksudkan agar pada waktu pemasangan di lokasi, ducting yang ada
dipasang sesuai dengan ukuran dan lokasinya.Pembuatan ducting lurus pada mesin
auto shear sekaligus dapat diberikan reinforcement agar ducting tidak melendut
pada waktu terpasang.Mesin autoshear juga sekaligus membuat notching atau

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 5


coakan pada BJLS untuk tekukan, sambungan antar ducting dan sambungan antar
bagian ducting.
Mesin auto shear ini dihubungkan dengan computer untuk system kontrolnya.
Hal ini memudahkan pengaturan panjang BJLS yang akan dipotong serta pencatatan
data BJLS yang sudah dipotong .

2. Mesin Plasma
Mesin Plasma berfungsi untuk memotong BJLS bentuk fitting seperti transisi,
reduser, tee, dan elbow.

Gambar 3.2 Mesin Plasma


(Sumber : Divisi Workshop)

Mesin ini terhubung dengan komputer untuk sistem kontrolnya. Pada komputer
sudah tersedia data - data bentuk fitting, untuk membuat bentuk sesuai yang
dibutuhkan maka tinggal merubah ukuranya.

3. Mesin Stick dan Lock


Mesin ini berfungsi untuk membuat stick dan lock pada ducting. Stick dan lock
hanya bisa dibuat pada bagian yang lurus sehingga untuk elbow, cabang Tee Y dan
cabang tee dibuat secara manual. Di salah satu sisi dari mesin ini berfungsi untuk
membuat stick pada ducting sedangkan untuk membuat lock dilakukan pada sisi
yang berlawanan.Saat BJLS diselipkan masuk, BJLS akan bergerak searah putaran
rol stick dan lock dan dibentuk menurut susunan rol

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 6


Gambar 3.3 Mesin Stick dan Lock
(Sumber : Divisi Workshop)

yang dilewati. Lebar stick dan lock yang dihasilkan bias diatur dengan menggeser
penahan BJLS sebelum masuk ke susunan rol sehingga BJLS lebih menjorok ke
dalam atau terdorong ke luar ketika memasuki susunan rol

4. Mesin TDF ( Transverse Ducting Flange )


Mesin ini berfungsi untuk membuat sambungan TDF pada ducting dan membuat
klem TDF pada bagian tengah mesin.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 7


Gambar 3.4 Mesin TDF
(Sumber : Divisi Workshop)

Klem TDF berfungsi untuk memberikan penguatan dan tambahan pengikat pada
sambungan antar ducting jika dipakai tipe sambungan TDF.Untuk pembuatan klem
TDF ini dipakai BJLS selebar 57 mm dengan panjang secukupnya.BJLS yang
dipakai untuk membuat klem TDF dan sispan dapat diperoleh dari sisa fabrikasi
ducting bentuk khusus atau ducting lurus yang rusak sehingga tidak jadi dikirim.
Lembaran ini dipotong mengunakan mesin potong dengan lebar yang ditentukan
sesuai dengan kebutuhan.

5. Mesin Sisip
Mesin ini berfungsi untuk membuat sisipan yang berfungsi untuk menyambung
ducting yang memakai sistem sambungan sisip.

Gambar 3.5 Mesin Sisip


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 8


BJLS yang dipakai lebarnya 53 mm dengan panjang secukupnya .Pada bagian
tengah mesin ini terdapat susunan rol yang berfungsi untuk membuat sisipan
sedangkan pada sisi yang berlawanan terdapat susunan rol untuk membuat lock
dengan lebar BJLS yang terpakai 25 mm.
Untuk sambungan sisip pada ducting difabrikasi di proyek, klem sisipan jika
difabrikasi dengan lembaran BJLS disuplai dari mesin autoshear maka digunakan
BJLS 50 karena lebih mudah untuk dipasang pada instalasi dan juga pada efsiensi
biaya.

6. Mesin Bending
Mesin Bending digunakan untuk menekuk BJLS yang telah dipotong sesuai
dengan ukuran tertentu.

Gambar 3.6 Mesin Bending


(Sumber : Divisi Workshop)

Lembaran BJLS yang akan ditekuk dimasukan ke celah mesin bending ,tuas
bilah penjepit ditarik dan ditahan agar ducting terjepit sehingga tidak bergeser
ketika ditekuk. Setelah bagian yang akan ditekuk ada di posisi yang tepat, tuas bilah
penekuk didorong agar BJLS tertekuk. Sudut tekukan ini disesuaikan dengan
kebutuhanya, diatur dengan seberapa jauh tuas bilah penekukdidorong.Mesin ini
digerkan secara manual untuk menggerakan kedua bilah penekuk BJLS, Untuk tuas
penahan bilah penjepit memakai poros engkol dikombinasikan dengan pegas

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 9


penahan agar kekuatan jepitan lebih terkontrol sedangkan untuk tuas bilah penekuk
memakai system tuas pengungkit konvensional. Untuk ducting lurus yang terdiri
dari 2 bagian, ducting yang telah ditekuk akan berbentuk huruf “L” sehingga
memudahkan pemasangan di proyek.

3.6 Pembagian Sistem Tata Udara


Sistem saluran udara antara mesin penyegar udara dengan lubang keluar atau
lubang isap, dibagi menjadi tiga golongan :
a. Sistem saluran udara peti
b. Sistem saluran udara tunggal
c. Sistem saluran udara melingkar
Pada laporan ini saluran udara yang akan dipakai adalah sistem saluran udara
peti. Sistem saluran udara ini menghubungkan mesin penyegar udara dan lubang keluar
dengan menggunakan saluran utama kemudian bercabang seperti ranting semakin ke
ujung semakin kecil. Sistem ini sangat populer jika dibandingkan dengan sistem saluran
udara yang lain.

Gambar. 3.7 Saluran tata udara peti


(Sumber : Divisi Workshop)

ASHRAE (American Society of Heating Refrigeration and Air Conditioning


Engineers) Menggolongkan saluran tata udara seperti saluran tata udara satu lintasan
dan dua lintasan. Sistem tata udara bisa dibuat penggunaannya sesuai pengkondisian di

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 10


lapangan dan data hasil perhitungan menurut buku pegangan, sistem ducting itu sendiri
mengandung tekanan positif dan tekanan negatif. Kecepatan di dalam sistem akan
berubah-ubah. Kecepatan di dalam ducting utama dan cabang dapat berada pada
keseimbangan konstan, tekanan udara tinggi atau tekanan udara rendah, atau bisa
berubah – ubah. Penyaluran sistem yang baik seperti terlihat pada gambar 4.1.
Ducting mendefinisikan sebagai jalur yang menyediakan untuk mendinginkan
udara sahingga mencapai temperatur yang diinginkan. Di sini biasanya digunakan
logam; bagaimanapun material yang digunakan sekarang dapat diterima oleh kalangan
umum.
Di perusahaan ini sebagian besar material yang digunakan untuk pembuatan
ducting adalah baja lapis seng, adapun stainless steel hanya digunakan sesekali saja.

3.7 Standart Pembuatan Ducting


Adapun setiap perusahaan mempunyai standart yang harus digunakan dalam
merencanakan ducting, seperti dapat kita lihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Penggunaan BJLS, Gantungan dan Palangan


Pekerjaan Sistem Tata Udara – PT ARISTA PRATAMA JAYA

Ukuran Ducting BJLS Sambungan Besi Siku Jarak


No
(mm) (mm) Duct Penggantung Palangan Gantungan
1 0 - 300 mm 50 S – Clip 8 mm 30 x 30 x 3 2m
2 325 mm - 750 mm 60 S – Clip 8 mm 30 x 30 x 3 2m
3 775 mm - 1350 mm 80 TFD 10 mm 40 x 40 x 3 1.5 m
4 1375 mm - 2100 mm 100 TFD 12 mm 40 x 40 x 3 1.5 m
5 2125 mm – ke atas 120 TFD 12 mm 40 x 40 x 3 1.5 m

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 11


Adapun bahan yang digunakan adalah BJLS (baja lapis seng) dan diantara yang
sering digunakan yaitu BJLS merk Lokfom dan Fumira, masing–masing BJLS tersebut
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Adapun spesifikasi untuk masing–masing BJLS
dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini :

Standar BJLS Merk Fumira

BERAT NOMINAL
BJLS ( KG )
METER LEMBAR
0.40 4.12 10.04
0.45 4.06 11.21
0.50 5.08 12.38
0.60 6.11 14.89
0.70 7.07 17.24
0.75 7.55 18.04
0.80 8.02 19.55
0.90 8.98 21.89
1.00 9.94 24.23
1.10 10.09 26.57
1.20 11.85 28.89

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 12


Standar BJLS Merk Lokfom

BERAT NOMINAL
BJLS ( KG )
METER LEMBAR
0.40 4.12 10.06
0.45 4.06 11.21
0.50 5.08 12.39
0.60 6.11 14.90
0.70 7.07 17.42
0.80 7.55 19.55
0.90 8.02 21.86
1.00 8.98 24.17
1.10 9.94 26.57
1.20 10.09 29.15

Standar seng diatas digunakan dalam pembuatan laporan bulanan, atau untuk
mengetahui dalam satu koil tersebut digunakan oleh proyek mana saja, adapun setelah
selesai satu proyek kita dapat menghitung berapa banyak seng yang sudah digunakan
oleh proyek tersebut.

3.8 Pendahuluan Untuk Membuat Ducting


Adapun hal–hal yang harus diperhatikan dalam membuat ducting yaitu :
a. Penguat ducting
Yang dimaksud dengan penguat duct yaitu sambungan yang dipakai agar
menjadi satu duct, sambungan ini satu sama lainnya berbeda di satu sisi dinamakan
stick dan satu sisinya dinamakan lock, stick adalah bagian dari ducting yang akan
dijepit pada saat pemasangan. Sedangkan penjepit stick dinamakan lock. Ini akan
terpasang berpasangan. Lokasinya berbeda–beda tergantung pada ukuran duct dan
bagaimana kita meminimalisir agar bahan yang kita gunakan efektif. Untuk lebih
jelasnya kita lihat pada gambar 4.2. dan gambar 4.3.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 13


Gambar. 3.8 Penguat duct lock dan stick dipasang berpasangan.
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.9 Lock dan stick dalam satu duct.


(Sumber : Divisi Workshop)

Adapun untuk lokasi dimana kita harus menempatkan sambungan dapat kita
pakai sesuai dengan ukuran ducting. Apabila total dimensi antara lebar (Stick) dan
tinggi (Lock) ducting < 1300 mm, maka ducting akan dibentuk dalam dua bagian.
Seperti ditunjukan pada gambar 4.4.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 14


500

800
800

500

Gambar. 3.10 Ducting dua bagian.


(Sumber : Divisi Workshop)

Apabila total dimensi dan lebar (Stick) dan tinggi (Lock) ducting > 1300 mm
maka ducting akan dibentuk dalam 4 bagian.

130
0
500

500

130
0

Gambar. 3.11 Ducting empat bagian.


(Sumber : Divisi Workshop)

Akan tetapi ada beberapa ducting yang lain tidak memakai dua bagian atau
empat bagian, ducting ini dibuat leter “U” kemudian ditambah dengan DOP dan
ada juga yang dibuat langsung satu bagian dengan hanya memakai satu
sambungan stick dan lock, itu semua tergantung dari pertimbangan–

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 15


pertimbangan ketika produksi dan bagaiman meminimalisir bahan baku sebaik–
baiknya.

Dop

Gambar. 3.12 Ducting “U” dengan DOP.


(Sumber : Divisi Workshop)

Stick

Arah lipatan

Lock

Gambar. 3.13 Ducting dengan satu bagian.


(Sumber : Divisi Workshop)

b. Sambungan dan penguat menengah

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 16


Adapun sambungan yang dipakai meliputi sambungan Drive Slip atau sisipan
seperti yang terlihat pada gambar 1.5. dan plain S slip yang biasa digunakan untuk
ukuran duct yang relatif kecil.

Gambar. 3.14 Sambungan drive slip dan sambungan slip “S”


(Sumber : Divisi Workshop)

Sambungan TFD dan sambungan flendes atau besi siku biasa digunakan pada
lantai basement, ukurannya pun relatief besar. Pada sambungan TFD ini akan
dipasang Corner agar duct bisa dipasang menggunakan mur baut., kemudian untuk
lebih menguatkan pada bagian ujung yang dinamakan sambungan TFD akan
bertemu satu duct dengan duct yang satunya selain menggunakan mur baut untuk
menguatkannya juga dipasang Klem TFD, seperti terlihat pada gambar :

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 17


Gambar. 3.15 Sambungan TFD dengan corner dan klem TFD
(Sumber : Divisi Workshop)

Pada bagian yang dilingkari menunjukan lokasi pemasangan corner yang


nantinya akan dipasang mur baut untuk sambungan antara duct satu dengan duct
yang lainnya. Untuk lebih jelasnya kita lihat pada gambar 1.8.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 18


Gambar. 3.16 Detail B corner dengan mur baut dan klem TFD
(Sumber : Divisi Workshop)

Dan pada sambungan flendes besi siku dipasangkan menempel dengan


menggunakan paku rivet atau paku keling untuk kemudian masing–masing flanges
pada masing–masing duct akan disambung dengan menggunakan mur baut.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 19


Gambar. 3.17 Sambungan flendes besi siku.
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.18 Detail Sambungan besi siku.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 20


Gambar di bawah berikut merupakan contoh gambar ducting hasil pembuatan
dari workshop sebelum diasembling di proyek :

Gambar. 3.19 Ducting bentuk ” L ”.


(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.20 Ducting lurus .


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 21


Gambar. 3.21 Ducting elbow 90.
(Sumber : Divisi Workshop)

1.9 Fitting dan Aksesoris Ducting Lainnya.


1.9.1 Macam-Macam Fitting dan Aksesoris Ducting
Ada beberapa istilah yang harus diketahui dalam instalasi ducting seperti
ducting lurus, elbow, reduser, cabang–cabangserta asesoris pendukung lainnya. Berikut
kita akan perkenalkan masing–masing fitting serta asesoris ducting.

a. Fitting – fitting.

Gambar. 3.22 Elbow 90º.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 22


Gambar. 3.23 Elbow TDF 45º.
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.24 Reduser.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 23


Gambar. 3.25 Cabang tee.
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.26 Cabang TY kiri.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 24


Gamabar. 3.27 Cabang TY kanan.
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.28 Cabang tee cross.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 25


S

P
Gambar. 3.29 Ducting offset.
(Sumber : Divisi Workshop)

b. Aksesoris.

Gambar. 3.30 Transisi.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 26


Gambar. 3.31 Neck.
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar. 3.32 Sock bulat.


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 27


c. Volume Damper
Damper umumnya hanya berbentuk seperti lembaran, tetapi mempunyai fungsi
sangat tetap untuk membuat keluaran yang sesuai. Damper biasanya berada di
bawah kondisi, bentuknya yang umum dan kaku adalah sebuah kewajiban. Damper
biasanya berpasangan, sebut saja kunci yang fungsinya untuk menggandeng damper
agar posisinya tetap tanpa getaran. Untuk menghindari kebobolan pada demper
dalam ducting demper harus kuat. Pemasangan damper dalam jajaran ducting tidak
boleh menyebabkan ducting rusak atau ducting bocor, ada dua tipe damper yaitu :
1. Volume damper tipe single blade
2. Volume damper tipe multi blade
Untuk lebih jelasnya kita lihat pada gambar.

Gambar. 3.33 Volume Damper – single blade tipe


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 28


Gambar. 3.34 Volume demper – multi blade tipe
(Sumber : Divisi Workshop)

d. Dop
Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya bahwa ukuran ducting
semakin keujung semakin mengecil, dan pada bagian ujung inilah sebuah Dop
dipasang. Adapun bentuk dop dapat kita lihat pada gambar dibawah ini :

Gambar. 3.35 DOP


(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 29


1.9.2 Tata Cara Penulisan Fitting
a) Elbow
Ada dua tipe dari elbow, yaitu elbow vertical dan elbow horisontal.
 Elbow vertical adalah elbow yang dipakai untuk menghubungkan ducting
horisontal ke ducting vertikal (naik/turun). Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut :

Gambar 3.36
(Sumber : Divisi Workshop)

Penulisan elbow vertical adalah stick x lock (bbb x aaa), dalam contoh elbow
90° 300x500.

 Elbow horisontal adalah elbow yang dipakai untuk menghubungkan ducting


horisontal ke ducting horisontal lain yang memiliki arah yang berlawanan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 30


Gambar 3.37
(Sumber : Divisi Workshop)

Penulisan elbow horisontal adalah stick x lock (aaaxbbb), dalam contoh elbow
90º 500x300.
Perlu diingat bahwa penulisan tersebut tidak boleh terbalik, sesuai ketentuan di
atas dan benar-benar sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, agar
kesalahan pemotongan tidak terjadi. Bila terjadi kesalahan pemotongan selain
membuang bahan, juga akan menghambat schedule di lapangan. Berikut salah
satu contoh kesalahan pemotongan,

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 31


Gambar 3.38
(Sumber : Divisi Workshop)

Gambar diatas menunjukan kesalahan pemotongan, yang seharusnya elbow


vertical dibuat elbow horisontal. Ini berakibat ducting lurus tidak bisa
disambung.
b) Reduser
Reduser adalah fitting yang dipakai untuk menyambung ducting yang
memiliki dimensi yang berbeda, dari dimensi yang besar ke dimensi yang lebih
kecil. Satu hal yang harus di ingat adalah:
 Penulisan reduser adalah dari ducting main duct (besar) ke duct yang lebih kecil,
contoh reduser as/rata bawah 800x400/600x300.
 Cara pandang dari main duct (dimensi besar) diperlukan untuk menentukan rata
reduser.
 Apabila sticknya beda dan lock sama,maka reduser tersebut rata kanan, rata kiri
atau as.
 Apabila locknya beda dan stick sama, maka reduser tersebut rata bawah, rata
atas atau as.
 Tapi jika stick dan lock beda, maka penentuan reduser dari gambar detail
pandangan atas dan samping.
Berikut ini gambar salah satu reduser.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 32


1.Reduser as/rata bawah

Gambar 3.39
(Sumber : Divisi Workshop)

c) Cabang
 Cabang di sini meliputi semua bentuk cabang, dari cabang ty, cabang tee, dan
cabang tee kross. Semua cabang dihitung per pcs / buah. Yang perlu
diperhatikan dalam perhitungan cabang adalah cara pandang serta cara
penulisannya.
 Cara pandang cabang dimulai dari duct utama dan penulisannya mengikuti arah
jarum jam, yaitu :
Dari main duct→cabang kiri→tengah→cabang kanan.
 Untuk ratanya mengikuti aturan yang ada di spek dan untuk area-area khusus
mengikuti aturan yang sudah dibahas di depan. Berikut contoh gambar cabang
beserta cara penulisannya.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 33


1.Cabang ty kiri/ra
500x250/200x200/400x250

2.Cabang ty kanan/ra
500x250/200x200/400x250

Gambar 3.40
(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 34


3.Cabang tee
1000x250/500x250/500x250

4.Cabang tee kross


1000x250/400x250/800x250/400x250

Gambar 3.41
(Sumber : Divisi Workshop)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 35


Gambar 3.42 Batasan perhitungan M’ ducting
(Sumber : Divisi Workshop)

1.10 Proses Pembuatan Ducting


1.10.1 Tata Cara Perhitungan Ducting
Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam perhitungan ducting antara lain :
- Panjang 1 ducting TFD 1130mm/1.13m
- Panjang 1 ducting SISIP 1200mm/1.2m
- Penentuan batasan ukuran ducting TFD dan SISIP menyesuaikan spek masing-
masing proyek. Biasanya BJLS 50 dan 60 memakai sisip, sedangkan 80 s/d 120
memakai TFD
Beberapa hal penting yang harus ada di spek adalah
- Merk seng
- Rata fitting (Rata bawah atau atas)
- Standart BJLS
- Type sambungan

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 36


- Pastikan ada tidaknya aturan-aturan khusus,Seperti:
Ducting untuk area expose (terbuka), memakai ducting TFD dan fitting
memakai rata bawah, kecuali ada informasi lain dari engineering. Area-area expose di
antaranya basement, fittnes, foodcourt, dll.

Urutan pengerjaan pemotongan adalah dari bagian yang termudah


pengerjaannya sampai pengerjaan yang tersulit.Urutan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ducting lurus
2. Elbow
3. Reduser
 Reduser rata kiri
 Reduser rata kanan
4. Cabang Ty
 Cabang Ty kiri
 Cabang Ty kanan
5. Cabang tee
6. Cabang tee kross
7. Assessories
 Cab.Bobok
 Dop
 Transisi
 Sock bulat
 Neck Dll

 Perhitungan pembuatan ducting


 Rumus dari m² ducting :

m² = (A+B)x2xM’
nb : A+B → penambahan stick (A)+lock (B)

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 37


Contoh : Ducting ukuran 500x250=(0.5+0.25)x2x15=22.5 m².
 15 = m’ dari ducting
 0.5 = Stick/dimensi atas dan bawah
 0.25 = Lock/dimensi samping kiri dan kanan
 2 = Faktor pengali keliling ducting

 Ducting sisip :

Duct = M’/1.2 = A
Incian = M’- (Ax1.2)

Keterangan :
M’ : Meter lari ducting ( m )
1.2 : Panjang Ducting sisip ( m )
A : Hasil ( duct )

 Ducting TFD :

Duct = M’/1.13 = A
Incian = M’- (Ax1.13)

Keterangan :
M’ : Meter lari ducting ( m )
1.13 : Panjang Ducting TFD ( m )
A : Hasil ( duct )

Perlu diketahui,bahwa untuk penulisan ducting lurus, hanya ada nilai 1 duct dan incian
(½ duct)
Nilai dari 1 duct sudah dikemukakan di depan, sedangkan untuk nilai ½ duct adalah :
- Untuk ducting sisip 600 mm
- Untuk ducting TFD 520 mm

Khusus untuk ½ duct ada beberapa ketentuan :


Untuk Ducting TFD :

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 38


1) Jika sisa incian < 520,maka incian tersebut dianggap tidak ada/tidak
dimasukkan
2) Jika sisa incian ≥ 520 < 900,maka incian tersebut dibulatkan menjadi
½ duct
3) Jika sisa incian ≥ 900,maka incian tersebut dibulatkan menjadi 1 duct
Untuk Ducting SISIP
1) Jika sisa incian < 600,maka incian tersebut dianggap tidak ada/tidak
dimasukkan
2) Jika sisa incian ≥ 600 < 900,maka incian tersebut dibulatkan menjadi
½ duct
3) Jika sisa incian ≥ 900,maka incian tersebut dibulatkan menjadi 1 duct
Penulisan rekap ducting lurus dimulai dari ukuran terbesar ke ukuran terkecil.
Untuk fitting dihitung per set atau per piece.
Ada beberapa fitting yang harus kita pelajari lebih dalam, karena ducting merupakan
bentuk 3 dimensi, berbeda dengan pipa. Jadi cara pandang terhadap fitting harus dari
berbagai sudut pandang. Oleh karena itu akan kita bahas sebagai berikut :

 Perhitungan material bantu


Untuk perhitungan material bantu disini menyangkut semua material bantu ducting
seperti alumunium foil, glass woll, glass cloth dll. Adapun rumus-rumus perhitungan
material bantu adalah sebagai berikut:

Rumusan Material Bantu


No Uraian Sat. Rumus Keterangan
1 Seng BJLS Lbr Luas duct (m²) 1Lbr = 2.4 x 1.22 = 2.88
2.88 P = 2.4 m,L = 1.22 m

2 Glass woll Roll Luas duct (m²) 1Roll = 30x1.2 = 36 m²


36 P = 30 m,L = 1.2 m
3 Alumunium foil Roll Luas duct (m²) 1Roll = 60x1.2 = 72 m²
72 P = 60 m,L = 1.2 m
4 Duct tape Roll Jumlah alumunium foil x 12

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 39


5 Glass woll sheet Lbr Luas duct isolasi dalam (m²) 1Lbr = 2.4 x 1.2 = 2.88 m²
2.88 P = 2.4 m, L = 1.2 m
6 Glass cloth Roll Luas duct isolasi dalam (m²) 1Roll = 100x1.2 = 120 m²
1.2 P = 100 m, L = 1.2 m
7 Kawat locket M’ Luas duct isolasi dalam (m²) Lebar kawat locket 0.9
0.9
8 Spindle pin Pcs Luas duct isolasi dalam (m²)x20

9 Foam tape Roll Luas duct corner Foam tape 1 roll = 6 m


1.13x6
10 Corner Pcs Jumlah ducting TFD x 8
11 Mur baut corner Pcs Jumlah corner Tiap sambungan 4 buah
2
12 Mur baut 1/4x1 Pcs
13 Paku ramset Pcs Panjang ducting
14 Besi beton Btg Panjang ducting x1.2 1Btg = 12 m
12 1.2 = panjang tiap gantungan
15 Besi siku Btg Panjang ducting x1.2 1Btg = 6 m, (2=jarak/gtgn)
2x6 1.2 = panjang tiap
gantungan
16 Longdrat Btg Panjang ducting x0.1 1Btg = 1 m
0.1m = panjang/gtgn (10cm)

17 Plat strip Btg Jumlah fire damper x0.6 1Btg = 4 m


4
18 Paku rivet Pcs Jumlah panjang ductingx2

19 Taping screw Pcs Jumlah SAD,EAG,RAGx4

20 Tali raffia Roll Jumlah luas ducting (m²)


1.13x4

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 40


21 Flingkute Kg Luas ducting (m²) 1Kg untuk 6 m²
6

22 Zinkromate Kg Luas besi siku+besi beton (m²) 1Kg untuk 4.5 m²


4.5

23 Thinner Kg Jumlah zinkromate 1Kg untuk 2 kg cat


2

24 Lem aibon Kg Luas duct isolasi dalam 1Kg untuk 40 m²


40
25 Kawat las Kg Panjang ducting 1Kg untuk 40 m²
20

Contoh perhitungan dari material bantu:


* Ducting ukuran 800x500 = 78 m = 69 duct (TFD)
M² = (0.8+0.5)x2x78
= 202.8 m²

1. Glass wool = 202.8/36 = 5.5 roll


2. Alumunium foil = 202.8/72 = 3 roll
3. Duct tape = 3x12 = 36 roll
4. Glass cloth = 202.8/1.2 = 169 roll
5. Spindle pin = 202.8x20 = 4056 pcs
6. Foam tape = 202.8 = 30 roll
1.13x6
7.Corner = jumlah duct TFD x 8
= 69x8 = 552 pcs
8.Mur baut corner = 552/2 = 276
9.Paku ramset = Panjang ducting = 78

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 41


1.10.2 Tata Cara Pembuatan Ducting
BJLS dalam bentuk koilan dipotong dengan mesin aotoshear ( cut to lngth )
kemudian untuk ducting fitting seperti offset, elbow, transisi dan reduse dipotong
mengunakan mesin plasma sedangkan untuk ducting lurus difabrikasi sambungan antar
bagian ducting dengan mesin stick atau mesin lock kemudian difabrikasi sambungan
antar ducting dengan mesin TDF, untuk ducting ukuran kecil pembuatan sambungan
sisip dilakukan di proyek. Jika mesin plasma tidak berfungsi maka pembuatan fitting
dilakukan secara manual oleh tukang. Untuk pembuatan bentuk khusus seperti spigot,
filter dan mixing box dilakukan di ruang manual.
Proyek yang sedang berlangsung melakukan pemesanan ducting dengan gambar
ke wokshop, gambar yang diterima kemudian disket untuk difabrikasi dalam form Bukti
Pemesanan / Pengiriman Ducting ( BPD ) .BPD ini diperbanyak menjadi 4 buah, 1 buah
untuk arsip sket gambar, 1 buah untuk administrasi workshop , 1 buah untuk cut to
length dan 1 buah lagi untuk pengerjaan manual.Berdasarkan BPD ini BJLS koilan
dipotong menjadi bentuk lembaran untuk difabrikasi dalam proses selanjutnya. Ducting
yang sudah difabrikasi sesuai ukuran yang diminta kemudian dikirim ke lokasi proyek
disertai dengan surat pengantar ducting untuk informasi pengiriman jumlah ducting
yang dikirim, surat pengantar ducting juga berfungsi untuk mengecek ulang kekurangan
ducting yang diminta dari proyek. BJLS koilan yang sudah difabrikasi menjadi ducting
atau fitting dicatat dalam laporan pemakaian seng agar pemakaian seng bisa diawasi dan
dipantau. Laporan pemakian seng ini digunakan untuk pembebanan biaya ke proyek
yang mengunakan BJLS tersebut. Jika terdapat kekurangan bahan maka ada permintaan
BJLS koilan mengunakan Bon Permintaan Barang,hal ini untuk persiapan sewaktu –
waktu dibutuhkan untuk fabrikasi ducting.

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 42


PROSES PEMBUATAN DUCTING

MULAI

BJLS
KOILAN

MESIN MESIN
MANUAL
AUTOSAHRE PLASMA

Ducting Lurus Ducting Lurus Aksesories Ducting

Elbow Spigot
Tee Filter
Mesin Lock & Stick Tee Y Mixxing Box
Mesin TFD Reduser
Mesin Sisip Transisi
Mesin Bending
Mesin Lock & Stick
Mesin TFD

Ducting TFD Fitting TFD


Ducting Sisip Fitting Sisip

STANDART DUCTING SMACNA

PENGIRIMAN

SELESAI

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 43


METODE PELAKSANAAN
INSTALASI DUCTING

1 MULAI

2 SHOP DRAWING

3 SKET PEMOTONGAN

INPUT DATA
4 PEMOTONGAN

5 PEMOTONGAN

6 LOCK DAN BENDING


WORK SHOP

PENGIRIMAN
7

PEMBUATAN GANTUNGAN
8 ASEMBLING PROJECTT
MARKING

9 ISOLASI PASANG GANTUNGAN

10 PEMASANGAN

11 PERAPIAN

12 SELESAI

Benny Arga Riyadi 41308110012 Halaman 44

Anda mungkin juga menyukai