Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.

2 /Desember 2015

Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada


Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak
RSUD Kota Depok
Chella Aryayuni1 Ns.Tatiana Siregar, S.Kep., MM2

S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jln. Limo Raya, Depok
1
Mahasiswa S 1 Keperawatan
2
Pengajar S 1 Keperawatan
E-mail :chellaaryayuni@yahoo.co.id, tatiana_siregar@yahoo.co.id

ABSTRAK
Fisioterapi dada merupakan kumpulan teknik atau tindakan pengeluaran sputum yang digunakan
baik secara mandiri maupun kombinasi agar tidak terjadi penumpukan sputum yang
mengakibatkan tersumbatnya jalan napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak di RSUD Kota Depok. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni 2015 yang bertempat di RSUD Kota Depok. Jenis penelitian ini
menggunakan quasi experimental design dengan pendekatan one group pretest posttes, jumlah 11
responden. hasil analisis secara paired sample t-test didapatkan p value 0,000 < α 0,025, dapat
diartikan ada pengaruh fisioterafi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak deegan penyakit
gangan pernafasan di RSUD Kota Depok ; serta ada perbedaan natara pengeluaran sputum
sebelum dan sesudah dilakukan fisioterafi dada dibuktikan dengan perbedaan mean antara ada
sputum dan tidak ada sputum adalah sebesar -0,73 yang mempunyai perbedaan range antara lower
sebesar -1,04107 (tanda negative berarti pengeluaran sputum sebelum fisioterapi dada lebih kecil
dari sesudah tindakan fisioterapi dada) sampai upper yaitu -0,41347. Disarankan kepada
perawat anak dengan adanya pengaruh tindakan fisioterapi dada dapat menjadi pilihan alternative
dalam mengatasi pengeluaran sputum pada anak.

Kata Kunci : Fisioterapi Dada, Sputum, Anak, Gangguan pernafasan.

PENDAHULUAN
Angka kesakitan anak di Indonesia tahun 2010 menjadi 1,310 per 1000
masih tinggi berdasarkan data Depkes dengan proporsi terbesar penderita.
2011 di Indonesia masih menjadi (Departemen Kesehatan 2011).
salah satu masalah kesehatan utama Penyakit yang diderita oleh anak dan
dalam masyarakat. Hal ini disebabkan sering terjadi adalah gangguan sistem
masih tingginya angka kesakitan dan pernafasaan beberapa penyakit
menimbulkan kejadian luar biasa. gangguan pernafasaan diantaranya
Pada tahun 2000 angka kesakitan adalah ISPA, Pneumonia, Asma dan
balita 1,278 per 1000 sedangkan pada TB. Menurut WHO tahun 2013 di

34
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

dunia, angka kematian akibat merupakan salah satu penyakit yang


pneumonia atau insfeksi saluran perna telah lama dikenal dan sampai saat ini
pasan akut,yang mempengaruhi masih merupakan masalah kesehatan
paru-paru dinyatakan menjadi diberbagai negara di dunia (Dep Kes
penyebab kematian sekitar 1,2 juta RI, 2008). Menurut World Health
anak setiap tahun. Dapat dikatakan, Organitation (WHO) tahun 2013, ada
setiap jam ada 230 anak di dunia yang sekitar 8,6 juta orang jatuh sakit
meninggal karena pneumonia. Angka dengan TB Paru dan 1,3 juta
itu bahkan melebihi angka kematian meninggal akibat TB Paru.
yang disebabkan oleh AIDS, malaria Tuberculosis paru merupakan
dan tuberkulosis. Sementara itu, penyakit penyebab ke 3 di Indonesia
berdasarkan hasil Riskesdas tahun mencapai 555.000 kasus (256
2013 menyebutkan bahwa di kasus/100.000 penduduk), dan 46%
Indonesia pneumonia menempati diantaranya merupakan kasus baru
peringkat kedua kematian balita meningkat 104/100.000 penduduk.
(15,5%) dari seluruh penyebab (Departemen Kesehatan 2011)
kematian.

Asma masih menjadi masalah


Infeksi Saluran Pernapasan Akut kesehatan masyarakat yang serius di
(ISPA) selalu menempati urutan Indonesia. Prevalensi asma menurut
pertama penyebab kematian pada Word Healtly Organization (WHO)
kelompok bayi dan balita. 2013, saat ini seitar 235 juta
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun penduduk terkena asma. Behavioral
2012 di Indonesia telah mencapai risk factor surveillance survey
25% dengan rentang kejadian yaitu (BRFSS) tahun 2002-2007
sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16 melaporkan prevalensi asma sebanyak
provinsi diantaranya mempunyai 10,7 % (BRFSS 2008). Penderita
prevalensi di atas angka nasional. asma Indonesia sebesar 7,7 % dengan
Selain itu ISPA juga sering berada rincian laki-laki 9,2 % dan perempuan
pada daftar 10 penyakit terbanyak di 6,6 % (WHO. 2013). Anak yang
rumah sakit. (Departemen Kesehatan, mengalami gangguan saluran
2013).Tuberkulosis Paru (TB Paru) pernafasan sering terjadi peningkatan

35
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

produksi lendir yang berlebihan pada memproduksi mukus sekitar 100 ml


paru-parunya, lendir/dahak sering per hari. Mukus tersusun dari air
menumpuk dan menjadi kental (95%) dan sisanya 5% terdiri dari
sehingga sulit untuk dikeluarkan, glikoprotein, karbohidrat, lemak,
terganggunya transportasi DNA, kumpulan sel-sel jaringan yang
pengeluaran dahak ini dapat sudah mati dan partikel asing.
menyebaban penderita semakin (Bararah 2013). Sputum (dahak)
kesulitan untuk mengeluarkan adalah bahan yag dikeluaran dari paru
dahaknya. Kemampuan anak dan trakea melalui mulut biasanya
mengeluarkan sputum di pengaruhi juga disebut dengan ecpectoratorian.
beberapa faktor diantaranya usia. Sputum adalah dahak lendir kental,
Anak-anak pada umumnya belum dan lengket yang disekresikan di
bisa mengeluarkan dahak atau sputum saluran pernapasan, biasanya sebagai
dengan sendiri oleh sebab itu untuk akibat dari peradangan, iritasi atau
mempermudah hal tersebut dapat infeksi pada saluran udara, dan
dibantu dengan terapi inhalasi yang dibuang melalui mulut. (Somantri
merupakan pemberian obat secara 2009).
langsung ke dalam saluran napas
melalui penghisapan.
Sputum dapat dikeluarkan dengan
pemberian terapi mukolitik,
Sputum adalah timbunan mukus yang ekspektoran dan inhalasi. Inhalasi
berlebihan, yang di produksi oleh sel adalah suatu tindakan dengan
goblet dan kelenjar sub mukosa memberikan penguapan agar lendir
bronkus sebagai reaksi terhadap lebih encer sehingga mudah dihisap.
gangguan fisik, kimiawi ataupun Nebulizer pelembab yang membentuk
infeksi pada membran mukosa. aerosol, kabut butir-butir air dengan
Sputum ini akan merangsang diameter 5-10 mikron. (Hidayati.
membran mukosa dan sputum akan 2014). Anak yang sudah mendapatkan
dibatukkan keluar. Kelenjar-kelenjar terapi inhalasi akan mendapatkan
sub mukosa tersebut di persarafi oleh tindakan fisioterapi dada. Fisioterapi
serabut saraf parasimpatis dada merupakan kumpulan teknik
(cholinergic) dan secara normal atau tindakan pengeluaran sputum

36
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

yang digunakan, baik secara mandiri pendekatan one group pretest posttest
maupun kombinasi agar tidak terjadi Pemilihan responden dilakukan
penumpukan sputum yang dengan teknik purposive sampling.
mengakibatkan tersumbatnya jalan Kriteria inklusi dalam penelitian ini
napas dan komplikasi penyakit lain adalah: 1) Anak yang berobat di Poli
sehingga menurunkan fungsi ventilasi Anak RSUD Kota Depok 2) Anak
paru-paru. (Hidayati,dkk.2014). berusia 6 – 12 Tahun 3) Anak yang
mengalami gangguan pernafasaan. (
TB, ISPA, ASMA, Pneumonia) 4)
Fisioterapi dada merupakan tindakan
Anak bersedia menjadi responden
drainase postural, pengaturan posisi,
secara sukarela dengan
serta perkusi dan vibrasi dada yang
menandatangani persetujuan sebagai
merupakan metode untuk
responden yang didampingi
memperbesar upaya klien dan
orangtua/keluarga. Jumlah sampel
memperbaiki fungsi paru. (Jauhar
berdasarkan rumus yang disampaikan
2013). Teknik fisioterapi dada
Satroasmoro (2011). Berdasarkan
berhasil meningkatkan volume
hasil penelitian Soemarno (2006)
pengeluaran sputum pada klien
diperoleh dengan standar deviasi
seperti yang sudah dilakukan oleh
1,446 sehingga didapat sampel
Soemarno (2006) dengan judul“
sebanyak 11 anak.
Pengaruh penambahan MWD pada
terapi inhalasi, chest fisioterapi
(postural drainage, huffing, caughing,
tapping/clapping) dalam
meningkatkan volume pengeluaran
Instrumen yang digunakan adalah
sputum pada penderita asma”. Dari
lembar observasi yang terbagi 2
penelitian ini ada pengaruh yang
bagian yaitu lembar standar prosedur
bermakna antara pemberian intervensi
operasional fisioterapi dada dan
terhadap pengeluaran sputum.
identitas klien. Metode pengumpulan
METODE PENELITIAN data dengan cara pengamatan sputum
Pada penelitian ini menggunakan pada anak dan wawancara pada
quasi experimental design dengan orang tua serta pengisian angket.

37
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Analisis data dilakukan dengan Anak yang mengeluarkan sputum


analisis univariat dan analisis bivariat. sebelum fisioterapi dada sebanyak 8
Data hasil analisis univariat untuk oramg, dan setelah fisioterapi dada
variabel seperti jenis kelamin, usia, pengeluran sputum terjadi pada 11
karakteristik penyakit penrafasan, anak (100%). Hasil analisa bivariat
jenis obat untuk pengeluaran sputum, terlihat nilai p Value 0,000 < α 0,025
frekuensi pengeluaran sputum. maka Ho ditolak dapat disimpulkan
Sedangkan untuk katagori numerik bahwa pengeluaran sputum sebelum
seperti skor frekuensi batuk dan skor dan sesudah fisioterapi dada relatif
kualitas tidur anak dinyatakan dalam tidak sama atau fisioterapi dada
rata-rata dan standar deviasi. Analisis efektif dalam mengeluarkan sputum.
bivariat dilakukan dengan Perbedaan mean antara ada sputum
menggunakan uji parametrik (paired t dan tidak ada sputum adalah sebesar -
test. 0,73 perbedaan sebesar -0,73 tersebut
mempunyai perbedaan range antara
HASIL PENELITIAN lower/batas bawah sebesar -1,04107
(tanda negative berarti pengeluaran

Sampel penelitian sebanyak 11 anak dada) sampai upper/batas atasnya

didapat rata-rata usia anak 6 tahun adalah -0,41347.

sebanyak 3 orang ( 27,3% ), penyakit


terbanyak yang diderita adalah TB
Paru sebanyak 6 orang (54,5%).

38
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Tabel 1: Analisa Paired sampel T-Test Pengaruh Fisioterapi Dada


Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak di RSUD Kota Depok

variabel Paired Differences


Mean Std.Deviation Std. 95% confidence t df Sig
Error Mean interval of the difference (2-tailed)
Lower upper
Sputum sebelum
fisioterapi dada
dan -0,72727 0,46710 0,14084 -1,04107 -0,41347 -5,164 10 0.000
Sputum sesudah
fisioterapi dada

Hasil penelitian ini sejalan dengan sebesar -5,893 dengan P value 0,000
penelitian yang telah dilakukan oleh < 0,05 yang berarti Ho ditolak Ha
Soemarno (2006) tentang pengaruh diterima, sehingga dapat disimpulkan
penambahan MWD terapi inhalasi, bahwa ada pengaruh pemberian
chest fisioterapi (postural drainage, fisioterapi dada terhadap kebersihan
huffing, coughing, tapping dan jalan napas. Fisioterapi dada yang
clapping) dalam meningkatkan digunakan untuk memperbesar upaya
volume pengeluaran sputum pada klien dan memperbaiki fungsi paru.
penderita asma bronchiale. Melalui Fisioterapi dada merupakan kumpulan
uji T-test dengan nilai p Value 0,000 teknik atau tindakan pengeluaran
< 0,05. yang berarti bahwa ada sputum yang digunakan, baik secara
peningkatan penumpukkan sputum mandiri maupun kombinasi agar tidak
akan mengganggu kebersihan jalan terjadi penumpukan sputum yang
napas klien menurut Ariasti (2010) mengakibatkan tersumbatnya jalan
bahwa pengaruh fisioterapi dada napas dan komplikasi penyakit lain
terhadap kebersihan jalan napas pada sehingga menurunkan fungsi ventilasi
pasien ISPA di Desa Pucung paru-paru. (Hidayati. 2014).
Eromoko Wonigiri. Dimana dari hasil
penelitian pengaruh fisioterapi dada KESIMPULAN
terhadap kebersihan jalan napas, hasil a. Ada pengaruh fisioterapi dada
uji dengan paired t-test, t-hitung terhadap pengeluaran sputum pada

39
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

anak di Poli Anak RSUD Kota b. Penelitian ini bagi rumah sakit
Depok. Dengan p value 0,000 < α dapat digunakan oleh perawat
0,025. khususnya perawat anak dan
b. Ada perbedaan yang bermakna dapat menjadi masukan dalam
antara pengeluaran sputum proses memberikan asuhan
sebelum dan sesudah di lakukan keperawatan melalui tindakan
fisioterapi dada pada anak dengan fisioterapi dada sebagai salah
gangguan pernafasan di Poli Anak satu alternatif pilihan dalam
RSUD Kota Depok, dibuktikan mengatasi pengeluaran
dengan perbedaan mean antara ada sputum pada anak. Untuk
sputum dan tidak ada sputum c. Bagi para peneliti selanjutnya
adalah sebesar -0,73 yang dapat menambah jumlah
mempunyai perbedaan range penelitian tentang pengaruh
antara lower sebesar -1,04107 fisioterapi dada terhadap
(tanda negative berarti pengeluaran pengeluaran sputum pada
sputum sebelum fisioterapi dada anak. Menjadi landasan awal
lebih kecil dari sesudah tindakan penelitian selanjutnya dengan
fisioterapi dada) sampai upper pendekatan yang berbeda. Dan
yaitu -0,41347. disarankan peneliti untuk
menggunakan 2 kelompok
SARAN yaitu kelompok kontrol.

a. Penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA


disosialisasikan menjadi
masukan dalam proses Ariasti 2010, pengaruh
fisioterapi dada terhadap
pembelajaran mahasiswa
kebersihan jalan napas
keperawatan agar diperoleh pada pasien ISPA di Desa
Pucung Eromoko
gambaran fisioterapi dada
Wonogiri, Jakarta
terhadap pengeluaran sputum
Astuti, & Rahmat AS 2010,
sehingga dapat memberikan
Asuhan Keperawatan anak
asuhan keperawatan pada dengan gangguan sistem
pernafasaan, Trans Info
anak.
Media, Jakarta

40
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Bararah, T, Jauhar, M 2013, Asuhan Hidayat, AA 2007, Metode penelitian


Keperawatan, Prestasi kebidanan & tehnik analisis
Pustakaraya, Jakarta data, Salemba Medika, Jakarta

Corwin, EJ 2009, Buku Saku Hidayati, R, Dkk 2014, Praktik


Patofisiologi, EGC, laboratorium keperawatan,
Jakarta Erlangga, Pare

Deglin JH dan Vallerand AH, Jauhar, M 2013, Asuhan


(2005).Pedoman oba keperawatan, Prestasi
untuk perawat, Edisi 4. Pustakaraya, Jakarta
EGC, Jakarta
Maryunani, A 2010, Ilmu kesehatan
Departemen Kesehatan, 2011, Angka anak dalam kebidanan, Trans
kesakitan anak di Info Media,
Indonesia, diakses 15 Jakarta
Maret
http:///C:/Documents%20 Morton, PG, Fontaine, D, Hudak,
and%20Settings/secondha CM, Gallo, BM 2011,
nd%20serenade/My%20D Keperawatan Kritis,
ocuments/Downloads/S1- EGC, Jakarta
2014 Notoadmodjo, S 2010, Metodologi
Departemen Kesehatan, 2013, Infeksi penelitian kesehatan, Rineka
saluran pernafasan akut, Cipta, Jakarta
diakses 15 Maret
http://www.Jtptunimus- Perry, AG, Peterson, V, Potter, PA
gdl-danielknurw-7532-pdf 2005, Buku saku keterampilan
Departemen Kesehatan, 2011, dan prosedur dasar, EGC,
Tuberculosis, diakses 15 Jakarta
Maret Perry, AG, Potter, PA 2010,
download.portalgaruda.or Fundamental kkeperawatan,
g/article.php?article=1866 Elsevier, Singapore
71&val=6447&title=Hub
ungan%20dukungan%20k
eluarga%20dengan%20K Pranowo, CH, 2009, “Efektifitas
epatuhan%20minum%20o batuk efektif dalam pengeluaran
bat%20pada%20%20Pend sputum untuk penemuan bta
erita%20tb%20paru. pada pasien tb paru di ruang
Departemen Kesehatan Republik rawat inap rumah sakit mardi
Indonesia, 2005, rahayu kudus”, 2009, hlm. 5-8.
Pedoman Nasional Purnomo, 2006, Managemen
penanggulangan pengeluaran dahak (fisioterapi
tuberculosis, Jakarta dada) dengan ispa di keluarga
Hidayat, AA 2006, Kebutuhan dasar Tn. M khususnya An. A di desa
manusia, Salemba karang malang RT 01/ RW 07
Medika, Jakarta batu sari kecamatan meranggan,
demak

41
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Sastroasmoro, S, Ismael, S 2008,


Dasar-dasar metodologi
penelitian klinis,
Sagung Setyo, Jakarta
Soemarno, S, Astuti, D 2006, “
Pengaruh penambahan mwd
pada terapi inhalasi, chest,
fisioterapi (postural drainage,
huffing, coughing, tapping dan
clapping) dalam meningkatkan
volume pengeluaran sputum
pada penderita asma
bronchiale”, vol. 5, no. 3, April
2006, hlm. 56-65.
Somantri, I 2008, Asuhan
keperawatan pada pasin
dengan gangguan sistem
pernafasaan, Salemba Medika,
Jakarta
Widiarti, D, Wahyuningsih, E,
Subekti, NB 2011, Pedoman
keperawatan emergensi,
EGC, Jakarta
World Health Organization, 2013,
diakses 15 Maret Pneumonia,
http://www.academia.edu/6620
520/BAB_1_nyicil

World Health Organization, 2013,


Asma,
http://www.academia.edu/7664
655/BAB_I_PENDAHULUAN
_A._Latar_Belakang,
http://eprints.ums.ac.id/25499/2
/BAB_I.pdf

42

Anda mungkin juga menyukai