Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
golongan tertentu.
profit oriented (keuntungan bisnis). Hal ini dikarenakan oleh aspek tolong
antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset
21
dan atau sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk
dengan syariah.1
ketakutan.3
sebagai berikut.
1
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah
2
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general) Konsep dan Sistem Operasional, Gema
Insani, Jakarta, 2004, hlm.28.
3
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjrmahnya, Diponegoro, Bandung, 2009, hlm. 483
22
4
M. Syakir Sula, Op.Cit, hlm. 29
5
Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta, Sinar Grafika,
,2000, hlm. 79.
23
6
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2004, hlm. 61-62
7
Ibid, hlm. 64-65
8
Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, Op.Cit, hlm. 80
9
Muhammad Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta, Gema Insani Press,
2005, hlm.2
24
islam.
yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam. Yaitu
Al-qur’an dan Al-hadits, maka landasan yang dipakai dalam hal ini
tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli
hukum islam.10
menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan
10
Hasan Ali, Op.Cit, hlm. 104
25
1) QS.Al-Maaidah ayat 1
2) QS.An-Nisaa ayat 58
11
Departemen Agama RI, Ibid, hlm. 437
12
Ibid, hlm. 84
26
jawab dengan niat baik dan ikhlas adalah suatu ibadah. Hal ini
dengan yang lainnya ibarat satu tubuh bila salah satu anggota
dalam asuransi syariah para peserta satu sama lain bekerja sama
13
Ibid, hlm. 69
27
siksa-Nya.”14
keadaan susah satu sama lain, dalam firmannya QS. Quraisy ayat 4
ketakutan”15
14
Ibid, hlm. 85
15
Ibid, hlm.483
28
sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada
satu pun yang haram, kecuali ada nash yang sah dan tegas dari
29
sah, misalnya karena ada sebagian hadits yang lemah, atau tidak
ada nash yang tegas ( sharih) yang menunjukkan haram, maka hal
dasar yang kuat dan kokoh. Dalam hal ini prinsip utama dalam
(rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau para peserta
16
Muhammad Yusuf Qardhawi, Al-Halal Wa Al-Haram Fi Al-Islam, dikutip, M. Syakir Sula,
Op.Cit, hlm. 2
17
Nasr Farid M. Washil dan Abdul Aziz M. Azam, Al-madhkolu Fil Qawa‟idi Al-fiqhiyyah
Wa Atsaruhaa Fil Ahkami As-Syari‟yyat, Alih Bahasa Wahyu Setiawan, Qawa‟id Fiqhiyyah,
Cetakan Ketiga, Jakarta, Amzah, 2013, hlm, 17
18
Ibid.
30
asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan yang lainnya
sebagai berikut:20
a. Tauhid (unily)
Artinya: “dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan
19
Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia,
Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 146
20
Hasan Ali, Op.Cit, hlm.
21
Ibid, hlm. 430
31
b. Keadilan (justice)
perusahaan asuransi.
c. Tolong-menolong (Ta‟awun)
Nya.”22
bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang
22
Ibid, hlm. 85
23
Istilah DNA-Chromosom pertama kali dipakai oleh Murasa Sarkaniputra dalam
menjelaskan unsur pembentukan utama ekonomi Islam, yaitu prinsip profit and loss sharing
(berbagi atas untung dan rugi), komoditi yang halal dan thayib, serta instrumen zakat. Lihat
Murasa Sarkaniputra, Peran Zakat dan Kebutuhan Dasar dari As-Syatibi dalam Menentukan
Pembagian Pendapat Fungsional, Makalah Seminar di Bank Indonesia, 2001
33
24
Ibid, hlm. 69
34
f. Kerelaan (al-ridha)
dan ridha dalam setiap melakukan akad (transaksi), dan tidak ada
paksaan.
g. Larangan Riba
memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan, hal ini telah
25
Ibid, hlm. 65
26
Ibid,
35
artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak
27
Ibid, hlm. 97
36
Bukhori-Muslim)
28
Muhammad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Perspektif Islam, Jakarta. STI, 1994,
hlm.1-3
37
4. Bentuk-Bentuk Asuransi
sebagai berikut:29
a. Asuransi Kerugian
b. Asuransi Jiwa
c. Reasuransi
29
Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, Op.Cit, hlm.85- 86
38
diadakan.
dana hibah.
1) Jenis akad tjarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru‟ bila
menunaikan kewajibannya.
tijarah30.
akad tabarru‟
30
Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta, Safiria Insania
Press, 2008, hlm.75.
40
Dalam kamus istilah fiqih arti kata tabarru‟ ialah sikap dan usaha
31
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: (Fiqh Muamalat), cetakan
pertama, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 101
32
Abdullah Amrin, Asuransi Syari'ah : Keberadaan Dan Kelebihannya Ditengah Asumsi
Konvensional, Jakarta, Elekmedia Komputindo, 2006, hlm. 31
33
M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqih, Cetakan Ketiga, Jakarta, Pustaka Firdaus,
2002, hlm.354
34
Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hlm.35
41
alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepaskan diri
kebaikan (tabarru‟ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang
artinya kebaikan).
dari akad tabarru‟ adalah dari Allah swt, bukan dari manusia.37
35
Nasrun Harun, Fiqih Muamalah, Jakarta, Media Pratama, 2000, hlm.82
36
Op.Cit, hlm.37
37
Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Kelima, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 66
42
38
Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hlm.38
39
Ibid .
40
Fatwa DSN-MUI, NO:53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi
Syariah
43
tabarru‟ dalam arti dana kebajikan dari kata al-birr (kebajikan) dapat
ayat 2
41
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm.21
44
yang memerlukan.
42
Ibid, hlm. 61
45
dengan qard
rahn.
43
Ibid, hlm. 34
46
hiwalah.44
atas nama orang lain, maka hal ini disebut wakalah. Karena kita
melakukan sesuatu atas nama orang yang kita bantu tersebut. Maka
sebenarnya kita menjadi wakil orang itu. Itu sebabnya akad ini
akad wadi‟ah.
44
Adiwarman Karim, Op.Cit, hlm. 68
47
tidak boleh diubah akad tijarah kecuali ada kesepakatan dari kedua
keuntungan akhirat karena itu bukan akad bisnis. Jadi, akad ini
45
Ibid, hlm.69
46
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di
Indonesia, Jakarta, Prenada Media, 2004, hlm.132
48
a. Takaful Keluarga
47
Adiwarman Karim, Op.Cit, hlm.70
49
b. Takaful Umum
peserta.49
Indonesia.
48
Widyaningsih Dkk, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Cetakan Ketiga, Jakarta,
Kencana, 2007, hlm.213-214
49
Ibid.
50
atau gotong royong dan kerjasama untuk saling membantu serta saling
Islam
asuransi/tertanggung.51
dalam kebaikan dan takwa) dan al-tamin (rasa aman). Prinsip ini
resiko.
50
Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cetakan Pertama, Jakarta,
Prenada Media, 2005, hlm. 170
51
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta, Salemba
emban Patria, 2002, hlm. 109
51
syari'ah atau asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu :
kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari
harmonis.
pertolongan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Akad tabarru‟
pada dasarnya akad tabarru‟ hanya searah dan tidak disertai dengan
52
Gemala dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari'ah di
Indonesia, cetakan pertama, Jakarta, Prenada Media, 2004, hlm. 133-134
53
(takaful) bersama.53
pertanggungan atau klaim serta bagi hasil jika ada. Dengan mudah dan
hukum syari'ah.
53
Hasan Ali, Op.Cit, hlm. 140
54
terkena musibah.
malapetaka.
berupa sejumlah dana yang terdiri atas dana tabungan dan tabarru‟.
54
Abdullah Amrin, Op.Cit, hlm. 67-68
55
seperti hukum atau ketentuan, hal yang wajib dilaksanakan, sunnah untuk
Jika Manhaj Al-Hayat adalah peraturan hal apa saja yang harus dan
55
Ibid. hlm. 4
56
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta, Tazkia,
2001, hlm.7-9
56
sediakan seperti air, udara, tumbuhan, hewan ternak, yang telah Allah swt
terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual („aql),
keluarga dan keturunnan (nasl), dan material (wealth). Kelima hal tersebut
57
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Cetakan Ketiga,
Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hlm.2
57
dipenuhi agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Jika salah
satu dari kebutuhan di atas tidak terpenuhi atau terpenuhi dengan tidak
sempurna.58
a. Adl
58
Ibid, hlm. 5-6
58
kehidupan.60
b. Khilafah
59
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 86
60
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,Op.Cit, hlm.59
59
amanahnya.61
c. Takaful
61
Ibid, hlm. 62
60
ma‟nawiy (nonmateri).
sebagai berikut.62
individu
atau output
62
Ibid,hlm. 64
61
semesta diciptakan oleh Allah yang Maha Kuasa, yang Esa, sekaligus
tertentu. Dengan kata lain, setiap orang adalah bagian dari orang lain
63
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Jakarta, Erlangga, 2012. Hlm. 4
64
Departemen Agama RI, hlm.
65
Lukman Hakim, Op.Cit. hlm. 5
62
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui
siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha
kuat lagi Maha Perkasa.66
Islam adalah:68
melampaui batas.
66
Departemen Agama RI, hlm.
67
Lukman Hakim, Op.Cit. hlm. 6
68
Hasan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer, Jakarta Raja Grafindo Persada,
2008, hlm. 377-378
63
hasil jerih payah yang halal dan yang hanya digunakan untuk hal-
diantaranya:69
a. Kompensasi (compensation)
mendapatkan imbalan.
b. Profesionalisme (professionalism)
69
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Op.Cit,hlm. 66-70
64
efisien.
c. Kecukupan (sufficiency)
tanpa berlebihan.
d. Kebebasan (freedom)
f. Keseimbangan (equilibrium)
tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan, atau kondisi
g. Solidaritas (solidarity)