Anda di halaman 1dari 5

Cara Memahami Arti Kode Oli

 
1. Kode Oli SAE
Definisi SAE menurut SAE Internasional adalah singkatan dari Society of
Automotive Engineer sebagai identifikasi dari kekentalan oli. SAE sendiri
adalah suatu asosiasi yang mengatur standarisasi di berbagai bidang
seperti bidang rancang desain teknik dan manufaktur.

Pada kemasan oli akan tertulis kode SAE 10W-30, 10W-40 atau 20W-40,
20W-50. Huruf W yang terletak di belakang angka merupakan singkatan
dari ‘Winter’. Formulasi oli disesuaikan untuk musim dingin dan panas,
sehingga saat suhu mobil dingin olinya tidak mengental.

Oleh karena itu, angka paling depan adalah tingkat kekentalan oli pada
suhu dingin dan angka setelah W atau paling belakang adalah tingkat
kekentalan oli ketika mesin dalam kondisi bekerja atau sudah panas.
Semakin besar angkanya maka semakin kental oli pada kondisinya.
Semakin dingin suhu suatu wilayah, maka semakin encer tingkat
kekentalannya, biasanya pada angka SAE 5W-35.

“Semakin kecil angka w, maka pelumas akan semakin encer di temperatur


dingin, misalnya pelumas 5w-30 akan lebih mampu mengalir daripada 10w-
30 pada temperatur dingin, dan sebagai info tambahan, pengujian
dilakukan pada kondisi -30 dan -35 derajat celcius,” Ucap Aprian Service
Advisor Auto2000 Pandeglang.
Viskositas (Kekentalan) ASTM D7279
Viskositas ialah nilai yang diukur dari daya hambatan aliran yang  dialami
suatu fluida pada suatu tekanan tertentu, biasanya sering disebut
kekentalan atau penolakan terhadap penuangan. Contoh sederhananya
yaitu membandingkan air dengan oli, tentu air akan lebih cepat mengalir
jika dibandingakan dengan oli, dikarenakan kekentalan yang dimiliki oli
lebih tinggi dari air. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi
vikositas suatu cairan maka semakin susah cairan tersebut untuk bergerak
mengair begitupun sebaliknya.

Pour Point (Titik Tuang) ASTM D5950


Pour Point adalah suhu terendah dimana suatu fraksi dapat mengalir atau
dituangkan, Penentuan pour point ini berfungsi dalam menentukan cocok
tidaknya jenis pompa untuk memindahkan fraksi dari suatu tempat ke
tempat lain pada suhu tertentu. Dengan mengetahui titik tuang fraksi
tersebut maka dapat diketahui pada suhu berapakah fraksi itu dapat
dialirkan dengan pompa baik itu dari dalam sumur maupun saat proses
transportasi.

Flash Point (Titik Nyala) ASTM D92


Flash point adalah temperatur dimana fraksi akan menguap dan
menimbulkan api bila terkena percikan api dan kemudian mati dengan
sendirinya dengan rentan waktu yang cepat.  Hal ini disebabkan karena
pada kondisi tersebut belum mampu untuk  membuat bahan bakar
bereaksi dan menghaslikan api yang kontiniu. Flash point dapat ditentukan
dengan melakukan pemanasan yang tetap terhadap suatu fraksi bahan
bakar, setelah mencapai titik suhu tertentu maka fraksi tersebut akan
mengalami penguapan. Uap tersebut akan menyala jika sumber api di
arahkan pada uap tersebut sehingga akan menimbulkan percikan api dan
akan padam dengan sendirinya akibat adanya tekanan uap dari bawahnya.
jadi dengan kata lain, semakin tinggi flash point suatu fraksi maka akan
sulit untuk terbakar begitupun jika fraksi memiliki flash point rendah berarti
akan mudah terjadi pembakaran.
VISKOSITAS
Viskositas adalah suatu cara untuk menerangkan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan
kepada suatu cairan. Kebanyakan dari viscometer dipergunakan untuk  mengukur kecepatan
suatu cairan yang mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler). Definisi yang lain dari viskositas
adalah ukuran yang menyatakan kekentalan  dari suatu cairan atau fluida.
Total Base Number ( TBN ) ASTM D2896
atau Angka Basa Total adalah kemampuan pelumas untuk menetralisir asam kuat
(sulfat) yang terjadi dari proses pembakaran dalam silinder, sehingga tidak
menyebabkan korosi pada dinding atau permukaaan silinder, piston, ring dan lainnya.
Angka TBN pada pelumas bekas lebih rendah dari pelumas baru karena sebagian
besar telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk atau untuk
menghancurkan kotoran. Makin rendah kadar sulfur di dalam bahan bakar solar, maka
makin sedikit TBN yang diperlukan. Dengan mengukur TBN dapat ditentukan masih
layak tidaknya pemakaian pelumas pada mesin. Untuk menentuan nilai TBN oli yang
telah digunakan masih layak pakai yaitu diatas 50% dari nilai TBN oli baru yang
digunakan.

Water Content UOP481-91


Aditif Pelumas
Aditif pelumas secara efektif memberikan karakter kemampuan yang dihasilkan
dengan jelas tergantung dari komposisi chemical oil additive, design, penanganan
dan lingkungan dimana mesin tersebut dilumasi. Jumlah faktor aditif pada jenis
pelumas diharapkan diberikan pada banyak aplikasi berdasarkan minimal koefisien
gesekan, maximum film strength, physical stability pada temperatur operasi dan
pressures, chemical stability melawan oxidation dan thermal decomposition, bebas
dari corrosive acids dan rusting, tahan terhadap emulsion dan foaming, non-
volatility, proper fluidity pada temperatur paling rendah, minimum consistency dan
kontrol abrasives, filler, soap dan agents.

Elemen aditif yang sering digunakan dalam oli antara lain :


Zinc (Zn), Calsium (Ca), Barium (Ba), Boron (B), phosporus (P), Lead (Pb),
molybdenum (Mo), silicones (Si) dan Magnesium (Mg).
Berikut ini fungsi aditif yang ada pada minyak pelumas :
1. Detergent
Sebagai pembersih dan penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan
pelindung pada permukaan logal, mencegah endapan varnish, mengurangi
timbulnya deposit, mengendalikan korosi.
2. Dispersants
Sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, mengendalikan keausan,
mengurangi timbulnya lumpur (sludge), dan mengendalikan peningkatan viskositas.
3. Alkalinity agents
Sebagai penetralisir pembentukan material asam dan oli yang teroksidasi, bagian
dari bahan bakar dan   kandungan sulfur dalam bahan bakar yang terbakar.
4. Anti-oxidant
Sebagai aditif untuk mengurangi reaksi pro-oxidants yang terjadi pada kondisi suhu
tinggi.
5. Anti-wear agents
Sebagai pelindung permukaan yang bergesekan dengan lapisan tipis oli.
6. Pour Point Dispersant
Aditif untuk memperlambat efek merugikan bila terjadi pembekuan.
7. Rust & Corrosion Inhibitor
Sebagai pencegah karat atau penetralisir asam dan membentuk lapisan pelindung.
8. Anti Foam Agents
Sebagai pencegah terjadinya busa yang berlebihan pada oli.
9. Viscosity Index Improver
Sebagai pengendali kekentalan oli pada tingkat yang diharapkan.
10. Friction Modifiers
Sebagai peningkat kemampuan daya cengkram.

Anda mungkin juga menyukai