Anda di halaman 1dari 1

PETUAH BURUNG PIPIT

Warisan keilmuan dari masa kejayaan Islam merupakan warisan yang sangat berharga bagi
perkembangan peradaban Islam di masa yang akan datang. Di antara warisan dan peninggalan peradaban
Islam pada masa Rasulullah SAW adalah Hadits. Hadits di dalamnya mencakup hikayat-hikayat yang ada
pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Hadits dan hikayat tersebut kemudian ditulis dan
dikumpulkan, bahkan sebagian ulama’ ada yang memberikan penjelasan terhadapnya.
Kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah salah satunya, kitab berbahasa Arab ini berisi kajian atas hadits-
hadits Nabi Muhammad SAW yang disertai dengan bubuhan hikayat-hikayat orang saleh yang penuh
hikmah dan keteladanan. Adapun kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah adalah karangan Syaikh Muhammad
bin Abu Bakar Al-‘Ushfury. Rincian riwayat hidup Syaikh al-‘Ushfury sendiri tidak banyak diketahui.
Namun demikian, kitab ini sangat populer di kalangan pesantren salaf di Nusantara, karena
kandungan isinya yang menarik dan penting. Kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah memuat 40 hadits yang
disertai hikayat keteladanan penggugah jiwa. Pola penyusunan dan kajian tematik hadits berjumlah 40
hadits merupakan tren bagi sebagian Ulama’ Salaf. Misalnya, kitab al-Arba’in an-Nawawiyah karya Abu
Zakaria Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi atau lebih dikenal sebagai Imam an-Nawawi (merupakan kitab
yang memuat 42 hadits pilihan yang disusun oleh Imam Nawawi).
Memang dalam kitab tersebut terdapat banyak kisah yang unik, hampir setiap hadits dipaparkan
dengan menyertakan satu atau dua kisah. Bahkan penamaan kitab ini, al-‘Ushfuriyyah (burung pipit),
nampaknya juga tak terlepas dari kisah yang tampil melengkapi hadits pertama yang berkisah tentang
kasih sayang terhadap semua makhluk. Kitab yang hanya terdiri dari 30 halaman (untuk versi cetakan al-
Hidayah, Surabaya) ini menyajikan kisah-kisah moralitas, bernuansa etik-sufistik, bagaimana semestinya
kita manusia muslim dalam menjalani kehidupan. Baik yang berkaitan dengan ibadah ritual, maupun
ibadah sosial.
Ada yang menarik ketika membahas kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah ini, beberapa ulama’
Nusantara telah menerjemahkannya dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Jawa. Terjemahan Bahasa
Melayu tersebut berjuluk “ Mawaidh ash-Shalihiyyah fii al-Ahadits an-Nabawiyyah (Petuah Orang-orang
Saleh dalam Hadits-hadits Nabi SAW)” yang diterjemahkan oleh Tuan Guru Haji (TGH) Soleh Hanbali,
ulama’ besar Nusantara asal Bengkel, Lombok (Nusa Tenggara) atau lebih dikenal dengan TGH Soleh
Bengkel.
Selain TGH Soleh Bengkel yang menerjemahkan kitab al-‘Ushfuriyyah ke dalam Bahasa Melayu
beraksara Arab (Jawi), terdapat juga KH. Bisri Mustofa, Rembang yang menerjemahkan kitab
al-‘Ushfuriyyah tersebut ke dalam Bahasa Jawa beraksara Arab (Pegon).

Anda mungkin juga menyukai