Anda di halaman 1dari 2

Maulid Nabi dan Syaikh Nawawi Al-Bantani

Posted March 21, 2009 * Comments(1)


“Orang yang mengagungkan maulidku, maka dia bersamaku di surga”
“Orang yang menafkahkan satu dirham untuk kepentingan maulidku, maka seperti
menafkahkan sebuah gunung yang terbuat dari emas di jalan Allah.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menyebutkan berkata:
“Orang yang menafkahkan satu dirham untuk kepentingan maulid Nabi SAW, maka dia
akan menjadi temanku di dalam surga.”
Umar bin Al-Khattab juga telah berkata:
“Orang yang mengagungkan maulid nabi SAW maka dia berarti telah menghidupkan agama
Islam.”
Utsman bin Affan berkata:
“Orang yang menafkahkan satu dirham untuk bacaan maulid nabi SAW, maka seolah-olah
dia ikut dalam Perang Badar dan Hunain.”
Ali bin Abi Thalib berkata:
“Orang yang mengagungkan maulid Nabi SAW tidak akan keluar dari dunia ini kecuali
dengan iman.”
Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:
“Orang yang mengumpulkan saudaranya di saat maulid Nabi SAW, lalu menghidangkan
untuk mereka makanan, serta berbuat ihsan, maka Allah akan bangkitkan dirinya di
hari kiamat bersama para shiddiqin, syuhada’, shalihin dan berada dalam surga An-
Na’im.”
Al-Imam As-Sirri As-Saqti berkata:
“Siapa yang mendatangi tempat dibacakannya maulid Nabi SAW, maka dia akan diberi
taman di surga. Karena dia tidak mendatanginya kecuali karena cinta kepada Nabi
SAW. Sedangkan Nabi SAW bersabda, “Orang yang cinta padaku maka dia akan bersamaku
di surga.”
Hadits-hadits dan perkataan para shahabat serta para ulama di atas dapat ditemukan
dalam kitab Madarijush-Shu’ud, yang menjadi kitab syarah atau penjelasan dari kitab
Al-Maulid An-Nabawi karya Al-Imam Al-’Arif As-Sayyid Ja’far, atau yang lebih
dikenal dengan Syeikh Al-Barzanji. Penulis kitab Madarijush Shu’ud adalah tokoh
besar, bahkan beliau tinggal di Makkah, namun asalnya dari negeri kita. Beliau
adalah Syeikh Nawawi Al-Bantani.
Di dalam kitab susunan beliau itulah kita dapat menemukan hadits nabi atau
perkataan para shahabat nabi, juga perkataan para ulama tadi mengenai keutamaan
merayakan maulidur Rasul.
Semua lafadz itu mungkin tidak dilengkapi sumber rujukan, perawi, ataupun sanad.
Sehingga para kritikus hadits tidak bisa melacaknya di kitab-kitab rijalul hadits,
atau di kitab lainnya. Namun, hal itu tidak menjadi soal. Karena di zaman beliau,
banyak kitab yang ketika mengutip hadits itu tidak disertakan sanadnya. Karena
hadits tersebut memang telah dikenal luas saat itu. Bahkan di zaman sekarang pun
banyak buku-buku yang mengutip hadits tanpa sanad dan perawi, hanya dituliskan
dalam kurung “Al-Hadits”.
Siapakah Syeikh Nawawi Bantani?
Beliau adalah ulama besar abad ke-19 yang tinggal di Makkah, namun beliau asli
Indonesia. Kata Al-Bantani merujuk kepada daerah asalnya, yaitu Banten. Tepatnya
Kampung Tanara, Serang, Banten.
Beliau adalah anak sulung seorang ulama Banten. Beliau lahirtahun 1230 Hijrah/1814
Masehidan wafat di Makkah tahun 1314 Hijrah/1897 Masehi. Beliau menuntut ilmu ke
Makkah sejak usia 15 tahun dan selanjutnya setelah menerima pelbagai ilmu di Mekah,
beliau meneruskan pelajarannya ke Syam (Syiria) dan Mesir.
Syeikh Nawawi al-Bantani kemudian mengajar di Masjidil Haram. Setiap kali beliau
mengajar, dikelilingi oleh tidak kurang dua ratus orang. Ini menunjukkan bahwa
keulamaan beliau diakui oleh para ulama di Makkah pada masa itu. Yang menarik,
disebutkan bahwa saat mengajar di Masjid Al-Haram itu, beliau menggunakan dengan
bahasa Jawa dan Sunda.
Karena sangat terkenalnya, bahkan beliau pernah diundang ke Universitas Al-Azhar,
Mesir untuk memberi ceramah atau fatwa-fatwa pada beberapa perkara tertentu.
Syeikh Nawawi termasuk ulama penulis yang produktif. Hari-harinya digunakan untuk
menulis. Beberapa sumber menyebutkan Syekh Nawawi menulis lebih dari 100 buku, 34
di antaranya masuk dalam Dictionary of Arabic Printed Books.
Dari sekian banyak bukunya, beberapa di antaranya antara lain: Tafsir Marah Labid,
Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Zhulam, al-Futuhat al-Madaniyah,
Tafsir Al-Munir, Fath Majid, Sullam Munajah, Nihayah Zein, Salalim Al-Fudhala,
Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al-Daani, Bugyah Al-Awwam, Futuhus Shamad, al-Aqdhu
Tsamin, Uqudul Lijain, Nihayatuz Zain, Mirqatus Su’udit Tashdiq, Tanqihul Qoul,
syarah Kitab Lubabul Hadith, Nashaihul Ibad.
Murid-Murid Syeikh Nawawi
Di antara yang pernah menjadi murid beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
almarhum Kiyai Haji Hasyim Asy’ari. Juga kiyai Khalil Bangkalan Madura. Juga
termasuk kiyai Machfudh dari Tremas, Jawa Timur.
Dari para kiyai itulah kemudian agama Islam disebarkan di seantero tanah Jawa,
lewat berbagai pondok pesantren, madrasah, majelis ta’lim, pengajian dan tabligh
akbar.
Mengatakan perayaan maulid sebagai perkara yang menyesatkan sama saja dengan
menyebut Syaikh Nawawi Al-Bantani sebagai ulama penyesat. Padahal, kalaupun tak ada
hadits mengenai ini, seperti dikatakan di atas bahwa tidaklah seseorang mendatangi
perayaan maulid Nabi kecuali karena cinta kepada Nabi SAW. Sedangkan Nabi SAW
bersabda, “Orang yang cinta padaku maka dia akan bersamaku di surga.” Dan hadits
yang satu ini tak perlu kami sebutkan sanad dan rawinya. Juga telah dikenal luas
bahwa nabi telah bersabda “Seseorang itu bersama yang dicintainya.”

Sumber http://hotarticle.org/maulid-nabi-dan-syaikh-nawawi-al-bantani

Anda mungkin juga menyukai